Anda di halaman 1dari 1

Hawa dingin menyambut kedatangan kami di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, setelah melalui

perjalanan menggunakan mobil bus kurang lebih sekitar Delapan Jam. Perjalanan bersama teman-teman
sekelas dalam rangka studi tour tahun 2017 sangat memberikan banyak pengetahuan yang belum aku
ketahui sebelumnya.

Pertama kali tiba di Dieng, aku merasakan suhu yang sangat berbeda dari daerah tinggalku di Tangerang.
Dieng memiliki cuaca yang cukup dingin, bahkan mencapai suhu tiga derajat Celsius hingga
menyebabkan munculnya embun es yang membeku seperti layaknya di wilayah tropis. Fenomena
tersebut aku rasakan di sekitaran area candi Arjuna, yaitu destinasi pertama yang kami kunjungi untuk
melihat dan membaca sejarahnya tepat di depan candi.

Berbicara tentang candi Arjuna, Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan candi di Kompleks
Percandian Arjuna, Dieng. Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua, candi ini diperkirakan
dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Di kompleks ini juga terdapat
Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra.

Setelah berkunjung ke candi Arjuna, kami pun beralih ke destinasi lain yaitu kawah Sikidang. Waktu
semakin sore dan semakin dingin, temanku merasa dirinya kurang fit dan sekujur tubuhnya mengigil, ia
tidak membawa jaket lebih sehingga aku memberikan jaket yang kukenakan untuk temanku. Kawah
Sikidang berada di dataran tinggi setelah Candi Arjuna, maka dari itu suhunya semakin dingin. Destinasi
ini adalah wisata alam yang memiliki suatu keunikan, sehingga tempat ini ramai dikunjungi oleh
wisatawan. Harga tiket masuknya terbilang murah, yakni sebesar Rp.20.000,- per orangnya.

Kawah Sikidan menurutku memiliki panorama memukau dengan ciri khasnya yang menjadi daya Tarik.
Wisata ini berupa kawah yang mengeluarkan lumpur panas dan mengeluarkan asap vulkanik yang
baunya sangat menyengat. Perpindahan lumpur tersebuttak beraturan dari tempat satu menuju tempat
lainnya yang melompat – lompat se[erti seekor Kijang, hal tersebut yang menjadi dasar penamaan
Kawah Sikidang.

Setelah melihat banyaknya fenomena Dieng, kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng Teater.
Dikarenakan perjalanan yang menanjak dan curam, kami tidak lagi menggunakan Bus, melainkan beralih
menggunakan mobil Elf. Sembari menikmati perjalanan yang cukup memakan waktu, aku memejamkan
mata sejenak.

Sesampainya di lokasi ini, kami menikmati suhu yang semakin dingin sekali, sampai ketika aku berbicara,
mulut kami mengeluarkan uap yang cukup membuat kami bisa merasakan pengalaman baru.

Dieng plateu theater ini menampilkan pertunjukan berupa pemutaran film dokumnter berisi gambaran
pembentukan kawah di dieng bberapa puluh tahun lalu. Film yang berjudul “Dieng nenegri khayangan”
berkisah tentang proses terjadinya dataran tinggi dieng yang digambarkan dengan animasi, pesona
objek wisata, sampai beberapa bencana yang terjadi di dataran tinggi dieng pada tahun 1979.

Tidak hanya itu, film itu juga menayangkan kesenian tradisional dieng, dan tradisi ruwatan rambut
gimbal, yang mana jika anak terlahir gimbal, saat remaja ia melakukan ruwatan dan semua permintaan
anak harus diberikan oleh orang tuanya, usai bversejarah je tempat-tempat di dieng, haripun semakin
gelap dan perjalanan kami usai sampai disini.

Anda mungkin juga menyukai