Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Apresiasi Seni Tradisi

FESTIVAL KAMPUNG THINTIR VI “HULU-HILIR”

Oleh :
Nama : Andini Pradya Savitri
NIM : 191481063
Kelas : B
Kategori Tugas : C (Penulis Berita/News)

Dosen Pengampu :
Ranang Agung Sugihartono, S.Pd., M.Sn

PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………..………….. i


BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Event……………………………………………………… 1
B. Deskripsi Spesifikasi Tugas…………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hasil Kerja ….……………………………………………………….. 2
B. Pemahaman Hasil Kerja dengan Ide Pengembangan Televisi dan
Film ……………………………………………….………………… 8
BAB III SIMPULAN 9
DAFTAR ACUAN 10

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Event
Festival Kampung Thintir merupakan sebuah event (acara) budaya tahunan di
dukuh Demping, desa Anggrasmanis, kecamatan Jenawi, Karanganyar yang
dilakukan sejak tahun 2014 dengan tema yang berbeda-beda. Untuk tahun keenam ini,
Festival Kampung Thintir bertemakan “Hulu-Hilir” yang berarti sumber atau arus
sungai. Hulu yang merupakan awal mula kehidupan, dan Hilir yang menjadi
ujungnya.
Festival Kampung Thintir IV diselenggarakan selama dua hari pada 11 - 12
November 2019 dengan berbagai macam kegiatan, seperti Pembukaan Ngenger,
Gugur Gunung, Relaksasi Alam, Sambungrasa Kopi Busam, Yoga, Jelajah Situs,
Upacara Adat dan Kirab Budaya Kampung Thintir, serta Pasar Jajan Tradisional.
Dukuh Demping sendiri dinamakan kampung Thintir karena lampu thintir (alat
penerangan tradisional) yang berjejer di sepanjang desa masih terus dinyalakan pada
malam hari di desa tersebut.

B. Deskripsi Spesifikasi Tugas


Selama mengikuti kegiatan Festival Kampung Thintir VI saya bertugas sebagai
Penulis Berita event budaya (News). Selama bertugas menjadi penulis berita, saya
terlibat dalam beberapa wawancara bersama narasumber, mengumpulkan data dan
informasi, serta menulis konten dari kegiatan acara yang saya partisipasi dan
mempublikasikannya melalui media sosial (Instagram).

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hasil Kerja
1. Pengalaman Pribadi
Secara kronologis, saya dan teman-teman berangkat dengan bis pada hari
Senin (11/11) pukul 13.15 WIB. Kami menikmati panorama alam setibanya
memasuki Karanganyar hingga akhirnya sampai di Jenawi sekitar pukul 14.30
WIB. Dengan durasi perjalanan yang ditempuh kurang lebih dua jam dari kampus
II ISI Surakarta. Sayangnya, bis yang kami tumpangi tidak bisa mengantarkan
lebih dalam ke dusuh Demping (Kampung Thintir) dikarenakan rute jalan yang
sempit dan menanjak, sehingga kami harus menumpang truk. Meski begitu,
selama perjalanan di atas truk kami tetap menikmati pemandangan.
Setibanya di kampung Thintir, kami disambut
hangat oleh penduduk setempat; berjabat tangan,
disajikan teh hangat, dan diperkenankan istirahat.
Meskipun cukup sulit mencari sinyal di sini (hanya
beberapa provider tertentu yang bisa digunakan),
namun kami tetap dapat menikmati kegiatan sambil
mengeksplor ke sekitar. Kami berkumpul untuk
Pembukaan Ngenger dan menikmati Pasar Jajan
Tradisional. Lampu thintir yang menyala berderet di sepanjang desa.
Pukul 19.00 WIB kami mengikuti diskusi Sambungrasa Kopi Busam yang
dibuka oleh pembacaan-pembacaan puisi oleh para sastrawan sambil menyimak
filosofis-filosofis dari tema festival tahun ini, yaitu “Hulu-Hilir”. Ada satu
pembahasan menarik yang saya simak saat itu, yakni pembahasan mengenai
sekala-niskala, di mana nafsu sekala terdiri empat macam; amarah, serakah,
birahi, dan baik. “Barangsiapa yang dekat dengan alamnya, maka ia dekat
dengan Tuhannya.” setidaknya itulah ujaran yang paling saya ingat pada malam
itu.
Pagi harinya, Selasa (12/11) dengan suhu yang cukup dingin kami
melakukan Yoga dengan diarahkan oleh Mr. Ananda, seorang budayawan asal
Finlandia yang telah beberapa tahun menetap di pulau Jawa. Kami mengikuti
gerakan yang diajarkan sebagai bentuk meditasi. Secara pribadi saya cukup
merasa tenang setelah melakukan gerakan yoga di alam terbuka.

2
Berlanjut siang harinya saya dan teman-teman terbagi menjadi dua
rombongan untuk mengikuti kegiatan Jelajah Situs dan bersih-bersih kampung.
Saya berada di rombongan jelajah situs, di mana saat itu kami mengunjungi air
terjun Dasamala dan Sendang Dasamala dengan didampingi oleh Mr. Ananda dan
beberapa tokoh desa.
Selama perjalanan menuju situs, kami harus melewati rute yang cukup
sempit dan cenderung curam sambil mengumpulkan sampah disepanjang jalan,
namun bagi saya itu adalah suatu
pengalaman yang cukup menantang
dan sangat jarang saya lakukan. Saya
mendokumentasikan beberapa
momen selama perjalanan untuk
menjadikannya kenangan.
Mata air dari air terjun Dasamala sudah dialirkan ke PDAM, sehingga
beberapa penduduk masih kesulitan mendapatkan air, dan sekarang mereka masih
mencari sumber air lainnya. Sendang Dasamala sendiri berdiri di depan air
terjunnya dan merupakan tempat ritual umat Hindu. Tempat ini sering digunakan
untuk membersihkan diri dan menyucikan jiwa Setidaknya itu informasi dasar
yang kami terima ketika jelajah situs.
Saya juga bertemu dengan seorang budayawan bernama Yuditeha dan
berbincang mengenai pendapat beliau
tentang situs Dasamala. Ujaran beliau
membuat wawasan saya semakin
terbuka bahwa budaya di Indonesia
sangat beragam dan wajib dilestarikan
karena secara praktikal masih banyak
orang yang hanya cukup tau pada budayanya sendiri.
Kemudian sore harinya, kami mulai mempersiapkan diri untuk Kirab Budaya.
Selama kirab berlangsung saya mencari narasumber untuk wawancara dan
bertemu dengan pak Yona Arthea selaku Ketua Penyelenggara. Usai
melaksanakan kirab, saya dan teman-teman kembali menikmati Pasar Jajanan
Tradisional dan menyaksikan pertunjukan/hiburan lainnya, seperti reog,
karawitan, dan lain-lain, serta siluet gunung Lawu.

3
Festival berakhir malam itu juga. Saya pulang membawa berita lengkap
dengan berbagai macam cerita. Benar-benar 2 hari 1 malam yang bermakna.

2. Bukti Unggah Berita


Saya mengunggah berita yang saya tulis ke media sosial Instagram dengan
nama akun andinipradya pada Rabu (20/11) dan Kamis (21/11).

Bukti unggah berita di media sosial (Instagram @andinipradya).

4
Jelajah Situs, Mahasiswa Turut Serta Membersihkan Sampah

KARANGANYAR -
Mahasiswa Institut Seni
Indonesia (ISI) Surakarta
turut berpartisipasi dalam
kegiatan jelajah situs
yang merupakan salah
satu kegiatan dari acara
Festival Kampung
Thintir VI di dukuh Demping, desa Anggrasmanis, kecamatan Jenawi, Karanganyar
pada Selasa (12/11).

Jelajah situs yang dilakukan tersebut berlangsung pada pukul 09.00 hingga 11.00
WIB di air terjun Dasamala. Selama perjalanan menuju situs, masing-masing
mahasiswa telah dibekali kantong plastik besar untuk mengumpulkan sampah yang
ditemukan dalam perjalanan dengan didampingi oleh Mr. Ananda, seorang
budayawan asal Finlandia.

Menyangkut pengalaman, Oktora Chandra Andika yang merupakan salah satu


mahasiswa partisipan mengaku bahwa perjalanannya menuju situs sangatlah seru dan
menyenangkan karena dapat berkontribusi mengumpulkan sampah.

Dikatakan oleh budayawan bernama Yuditeha, bahwa mahasiswa juga harus mampu
memahami filosofi pembersihan diri. “Kehidupan harus dimulai dari hidup yang
bersih dari generasi ke generasi, sehingga mereka bisa merasakan tentang
pembersihan diri.” ujarnya.

Situs air terjun Dasamala sendiri terletak berdampingan dengan Sendang Dasamala
yang merupakan sebuah tempat ibadah umat Hindu untuk membersihkan diri dan
menyucikan jiwa. Situs ini terbuka bagi masyarakat yang ingin melakukan meditasi.
(aps)

Penulis: Andini Pradya Savitri (aps)

5
‘Hulu-Hilir’ Kirab Budaya di Festival Kampung Thintir

KARANGANYAR -
Festival Kampung
Thintir VI dengan tema
‘Hulu-Hilir’ yang
diadakan selama dua
hari pada 11-12
November 2019 di
dukuh Demping, desa
Anggrasmanis, kecamatan Jenawi, Karanganyar telah melakukan kirab budayanya
dengan mengelilingi kampung pada Selasa (12/11).

Kirab budaya yang dilaksanakan pada pukul 18.00 WIB itu diikuti oleh puluhan
mahasiswa yang berpartisipasi sebagai pelaku acara. Ada tiga peran simbolis yang
dipertunjukkan dalam kirab ini, yaitu simbol siklus padi yang terdiri dari tikus, celeng
(babi), ular, dan dewi Sri, simbol asal usul yang terdiri dari manusia purba yang murni
belum mengenal dosa, dan simbol kehidupan utama yang terdiri dari air dan beringin
putih.

Diadakannya kirab budaya dengan berbagai peran simbol ini kata Yona Arthea selaku
Ketua Penyelenggara adalah sebagai simbol kemakmuran bagi desa.

Salah satu mahasiswi yang turut menjadi pelaku acara, Sutari Puspa, mengatakan
bahwa ia cukup senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan Kirab Budaya sebagai
Dewi Sri. Begitu juga dengan Mikaila Akbar, mahasiswa partisipan yang berperan
menjadi celeng.

“Bisa berpartisipasi jadi pelaku acara itu seru sih ya, jadi dapat banyak pengalaman.”
ungkap Akbar. Puspa dan Akbar juga sama-sama berharap agar kedepannya lebih
banyak orang yang datang dan mengapresiasi festival ini. (aps)

Penulis: Andini Pradya Savitri (aps)

6
3. Dokumentasi

Halaman Rumah Penduduk Sambungrasa Kopi Busam

Di depan Tugu Kampung Thintir

Yoga bersama Mr. Ananda Air Terjun & Sendang Dasamala

7
Pembukaan Kirab Budaya ‘Manusia Purba’ di Kirab Budaya

Pasar Jajan Tradisional

B. Pemahaman Hasil Kerja dengan Ide Pengembangan Televisi dan Film


Dari pemahaman hasil kerja di atas, saya dapat mengaitkan beberapa ide-ide
pengembangan ke dalam bidang televisi dan film, seperti: mengangkat film bertema
sekala niskala, meskipun film bertema ini telah diangkat dengan judul yang sama dan
disutradarai oleh Kamila Andini, tidak ada salahnya jika membuat karya dengan sudut
pandang lain dengan tema yang sama.
Saya juga mendapatkan inspirasi untuk membuat film kolosal, sehingga akan
sangat menarik untuk membuat sebuah karya dokudrama. Untuk bidang televisi
sendiri saya dapat mengangkat sebuah program feature yang membahas mengenai
Festival Kampung Thintir ini agar lebih dikenali masyarakat.

8
BAB III
SIMPULAN
Dari kegiatan Festival Kampung Thintir di dusuh Demping, desa Anggrasmanis,
kecamatan Jenawi, Karanganyar yang dilakukan selama dua hari satu malam (11-12
November 2019) tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa banyak pengalaman
menarik yang saya alami untuk dikisahkan.
Ada banyak hal yang saya temui dan rasakan selama mengikuti ngenger (tinggal
bersama penduduk setempat) di kampung Thintir, seperti menikmati kesejukan alam,
mempelajari alam terbuka, mendaki bukit, melihat siluet gunung Lawu pada malam
hari, hingga menikmati makanan tradisional yang jarang saya temui, seperti nasi
jagung.
Saya sangat mengapresiasi tiap kegiatan dari acara budaya yang diselenggarakan
di Kampung Thintir ini dan mendapat banyak wawasan dari berbagai budayawan
yang ditemui. Sehingga saya harap kedepannya saya berkesempatan untuk berkunjung
kembali. Panjang umur apresiasi.

9
DAFTAR ACUAN
Stefanus Ajie. 2018. ISI Surakarta students immerse in Javanese culture at Mt. Lawu
hamlet,
https://www.thejakartapost.com/life/2018/10/01/isi-surakarta-students-immerse-in
-javanese-culture-at-mt-lawu-hamlet.html diakses pada 21 November 2019

Yuditeha, budayawan.

10

Anda mungkin juga menyukai