Disusun oleh:
AMALIA FITRI HAKIM
8881190001
Pada Tanggal:
05 Januari 2023
Dr. dr. Desdiani, Sp.P.,M.K.K. Dr. Dra. Ari Estuningtyas, Apt., M.Biomed
NIP.197205062002122002 NIP. 196404041994032001
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya sebagai penulis skripsi berikut:
Judul : Hubungan Pajanan Zat Penggumpal terhadap Kejadian
Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Pabrik Tahu di
Serang
Nama : Amalia Fitri Hakim
NPM : 8881190001
Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Kedokteran
Materai Rp10.000
iii
SURAT PERNYATAAN KOREKSI
Demikian surat pernyataan ini saya buat, atas perhatian saya ucapkan
terima kasih
Dr. Desak Gede, S.Farm., M.Biomed dr. Reqgi First Trasia, MARS, M.Biomed
NIP.198412092015042001 NIP.197810092014121001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh derajat kesarjanaan Strata-1 pada program studi Kedokteran/Program
Studi Keperawatan/Program Studi Gizi/Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas
Kedokteran, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Saya menyadari bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Desdiani, Sp.P., M.K.K, selaku dosen pembimbing I dan Dr. Dra.
Ari Estuningtyas, Apt., M.Biomed, selaku dosen pembimbing II
2. Dr. Desak Gede, S.Farm, M.Biomed, selaku dosen penguji I dan dr. Reqgi
First Trasia, MARS, M.Biomed, selaku dosen penguji II
3. dr. Erni Trisnasari, M.Pd, selaku ketua program studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4. dr. I Made Arya Subadiyasa, M.Biomed, Sp.OG(K), selaku sekretaris
program studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
5. Orangtua tercinta, Adik-adik, serta teman-teman yang telah memberikan
dorongan dan masukan kepada penyusun.
Akhir kata smeoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa pada
umumnya dan penyusun pada khususnya.
fre
Amalia Fitri Hakim
v
DAFTAR ISI
vi
G. Etika Penelitian dan Registrasi Penelitian............................................................. 36
H. Definisi Operasional ............................................................................................. 38
I. Alur Penelitian ...................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 42
Lampiran 1. Formulir etik ................................................................................................. 45
Lampiran 2. Informed consent .......................................................................................... 53
Lampiran 3. Kuesioner...................................................................................................... 55
Lampiran 4. Jadwal penelitian .......................................................................................... 61
Lampiran 5. Dummy table ................................................................................................ 62
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fase inflamasi eksem ............................................................................ 19
Tabel 2.2 Tata laksana dermatitis.......................................................................... 28
Tabel 3.10 Analisis Hubungan dermatitis kontak iritan dengan pajanan zat
penggumpal berkaitan dengan masa kerja ………………………………………………..……… 64
ix
DAFTAR ISTILAH
Lambang/singkatan Arti dan keterangan
APD Alat pelindung diri
CCL The chemokine (C-C) ligand, ligan kemokin
CXCL The chemokine (C-X-C motif) ligand, ligan kemokin
DKA Dermatitis Kontak Alergi
DKI Dermatitis Kontak Iritan
g Gram, satuan berat dalam gram
GM-SCF Granulocyte-macrophage colony-stimulating factor,
faktor pertumbuhan sel
IFN Interferon
IL Interleukin
NLRs (NOD)-like receptors, Nucleotide oligomerization domain
NF Nuclear factor, protein regulator
ROS Reactive oxygen species, spesies oksigen reaktif
SNP Single nucleotide polymorphism
SPSS Statistical program for the social sciences, perangkat
lunak untuk pengolahan data
TEWL Transepidermal water loss
TFN Tumor Necrosis Factor
TLRs Toll-like receptors
T-helper Sel yang berperan dalam imunitas tubuh
UV Ultraviolet
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dermatitis kontak merupakan inflamasi pada kulit yang dapat terjadi
karena adanya pajanan terhadap alergen (Dermatitis Kontak Alergi, DKA)
ataupun zat iritan (Dermatitis Kontak Iritan, DKI). DKI merupakan inflamasi
pada kulit akibat kerusakan sawar kulit disertai adanya respons sistem imun
bawaan. Hal ini terjadi karena adanya pajanan tunggal ataupun berulang dari
zat iritan secara langsung ke kulit. Adapun zat yang dapat menyebabkan DKI
adalah asam, basa, garam, detergen, sabun, dan produk medis topikal.1–3
Salah satu pekerja yang memiliki risiko tinggi terhadap dermatitis kontak
adalah pekerja di pabrik tahu. Hal ini terjadi karena pada proses pembuatan
tahu terdapat zat penggumpal yang akan digunakan pada proses
penggumpalan tahu.6 Adapun zat penggumpal yang digunakan adalah garam
klorida (nigari), garam sulfat, lakton, dan asam.7 Zat penggumpal tersebut
dapat menguap di dalam ruangan atau berkontak langsung dengan jaringan
dan menyebabkan iritasi pada mata, mukosa membran, saluran pernapasan
atas, dan iritasi kulit. Contohnya, pajanan kronik asam asetat yang menguap
sebanyak 80-200 ppm dalam waktu 7-12 tahun dapat menyebabkan
11
penebalan dan hiperpigmentasi kulit, inflamasi pada mata, erosi pada gigi,
faringitis kronik, dan bronkitis kronik. Adapun pajanan langsung pada
jaringan dapat menimbulkan iritasi pada jaringan yang berkontak,
menurunkan kualitas hidup, dan kemampuan bekerja.1,8
12
B. Rumusan Masalah
Dermatitis kontak merupakan penyakit akibat kerja kedua terbanyak
setelah penyakit muskuloskeletal yang dapat menurunkan kualitas keja.
Pekerja di pabrik tahu memiliki risiko tinggi terhadap DKI. Hal ini karena
pada pembuatan tahu, terdapat proses penggumpalan tahu menggunakan zat
penggumpal yang bersifat iritan terhadap jaringan kulit. Pada saat ini, banyak
pekerja produksi tahu di Serang yang tidak menggunakan APD (sarung
tangan) saat bekerja. Pada pekerja tersebut, terlihat adanya tanda dan gejala
seperti DKI. Saat ini tidak terdapat penelitian mengenai hubungan pajanan
zat penggumpal terhadap kejadian DKI pada pekerja pabrik tahu, khususnya
di Serang.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana prevalensi dermatitis kontak iritan pada pekerja pabrik tahu
di Serang?
2. Bagaimana karakteristik pekerja pabrik tahu di Serang
3. Bagaimana hubungan pajanan zat penggumpal terhadap kejadian
dermatitis kontak iritan pada pekerja pabrik tahu di Serang?
D. Hipotesis
Pajanan zat penggumpal secara akut dan kronik dapat menimbulkan
dermatitis kontak iritan pada pekerja pabrik tahu di Serang
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui adanya pajanan zat penggumpal pada para pekerja
terhadap kejadian
dermatitis kontak
produksi tahu iritan pada pekerja pabrik tahu di Serang
di Serang
2. Tujuan Khusus
2.1 Mengetahui prevalensi dermatitis kontak iritan pada pekerja pabrik
tahu di Serang
2.2 Mengetahui karakteristik pekerja pabrik tahu di Serang
2.3 Mengetahui hubungan pajanan zat penggumpal secara akut dan
kronik terhadap kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja
pabrik tahu di Serang
13
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Mahasiswa
Menerapkan ilmu penelitian yang sudah dipelajari dan meningkatkan
pengetahuan mengenai hubungan pajanan zat penggumpal terhadap
kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja pabrik tahu di Serang
2. Manfaat bagi Universitas
Mengetahui informasi mengenai data prevalensi dan hubungan pajanan
zat penggumpal terhadap kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja
pabrik tahu di Serang yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian
selanjutnya dan kegiatan pengabdian masyarakat
3. Manfaat bagi Masyarakat
Mengetahui potensi bahaya di tempat kerja (pabrik tahu) berupa zat
penggumpal, sehingga kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja
dapat menurun dan kualitas hidupnya akan meningkat.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Histologi Kulit
Kulit merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi sebagai
pelindung, regulator, reseptor, organ ekskresi, dan absorpsi. Kulit
memiliki dua lapisan utama yang tersusun dari jaringan ikat, yaitu
epidermis dan dermis (ditunjukkan gambar 1.1).12
.
1212
Gambar 2.2.1
Gambar 1 Struktut
Strukturhistologi
histologikulit
kulit. .
1.1 Epidermis
Epidermis merupakan jaringan kulit terluar yang
tersusun dari sel epitel gepeng berlapis dengan keratin. Sel
epidermis tersusun atas keratinosit, sel Langerhans,
melanosit, dan sel Merkel. Keratinosit merupakan lapisan
15
terluar pada epidermis yang terdiri dari 5 lapis sel.12
Lapisan basal keratinosit akan membelah secara
terus-menerus menggantikan lapisan keratinosit terluar (sel
kulit mati). Berdasarkan lapisan sitomorfologinya,
keratinosit terbagi menjadi lapisan stratum korneum
(terluar), stratum lusidum, stratum granulosum, stratum
spinosum, dan stratum basal atau germinativum.12
1.1.1 Stratum Korneum
Stratum korneum merupakan lapisan terluar
kulit yang tersusun atas sel epitel gepeng berlapis
dengan keratin. Sel pada stratum korneum
mengandung filamen keratin dan matriks amorf
tanpa nukleus dan organel sel. Lapisan permukaan
pada stratum korneum merupakan lapisan kulit mati
yang disebut sel tanduk (skuama). Lapisan tersebut
tidak memiliki desmosom, sehingga mudah
terkelupas. Adapun lapisan dalam masih
mengandum desmosom dan akan menggantikan sel
kulit yang terkelupas.12
1.1.2 Stratum Lusidum
Lapisan stratum lusidum tersusun dari sel
jernih dengan warna pucat. Sel pada stratum
lusidum hanya mengandung filamen keratin, eleidin
(turunan keratohialin), dan involukrin (deposisi
protein tidak berkeratin).12
1.1.3 Stratum Granulosum
Tiga sampai lima lapis keratinosit merupakan
penyusun stratum granulosum. Sel pada lapisan
granulosum memiliki inti sel, sitoplasma, granula
keratohialin basofilik, dan berkas filamen keratin
yang jumlahnya semakin meningkat pada lapisan
terluar kulit. Stratum granulosum merupakan
16
lapisan yang berperan untuk mempertahankan
sawar kulit. Fungsi ini didukung oleh sel pada
stratum granulosum yang akan melepaskan granula.
Granula tersebut akan memebentuk substansi
dengan kandungan lipid yang tinggi, sehingga
terbentuklah sawar kedap air.12
1.1.4 Stratum Spinosum
Stratum spinosum merupakan lapisan
epidermis yang paling tebal. Sel ini tersusun atas sel
epitel gepeng hingga polihedral dengan keratinosit
pada bagian basal nya. Selain itu, stratum spinosum
juga mengandung filamen intermedia sebagai
sitokeratin, tonofibril, dan granula pelapis membran
yang mengandung substansi lipid.12
1.1.5 Stratum Basal (germinativum)
Stratum basal atau germinativum merupakan
lapisan epidermis paling dalam dan aktif bermitosis.
Lapisan ini disusun oleh sel selapis kuboidal dan
silindris dengan sitoplasma basofilik dan nukleus.
Pada lapisan ini dapat ditemukan desmosom yang
akan melekatkan antar sel di stratum basal dan
antara sel stratum basal dengan stratum spinosum.
Selain itu, lapisan ini juga mengandung
hemidesmosom yang akan melekatkan stratum
basal dengan membran basal. Sel pada stratum basal
mengandung berbagai organel sel seperti
mitokondria, retikulum endoplasma kasar, ribosom
bebas, kompleks golgi, dan tonofilamen.12
1.1.6 Sel Langerhans
Sel Langerhans disebut juga sebagai sel
dendritik. Selain pada lapisan epidermis, sel ini juga
ditemukan pada lapisan dermis dan jaringan mukosa
17
lainnya. Pada jaringan, sel ini berperan dalam
respons imun.12
1.1.7 Sel Merkel
Pada stratum basal dapat ditemukan adanya
mekanoreseptor yang selanjutnya disebut dengan
sel Merkel. Pada jaringan kulit, sel Merkel akan
membentuk kompleks sel Merkel-Neurit yang
berperan sebagai reseptor mekanis.12
1.1.8 Melanosit
Melanosit merupakan sel yang terletak pada
stratum basal. Sel ini akan memproduksi tirosinase
yang kemudian dikemas menjadi melanosom.
Melanosom yang terbentuk akan menerima asam
amino tirosin pada kulit. Adanya tirosinase (produk
melanosit) akan mengonversi melanosom menjadi
melanin yang akan memberikan pigmen pada
kulit.12
1.2 Dermis
Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang berasal dari
mesoderm dan terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan ini
tersusun dari lapisan papilar dan retikular.12
1.2.1 Lapisan Papilar
Lapisan papilar adalah lapisan yang terletak
pada permukaan dermis dengan sel penyusun
berupa serat elastin, serat kolagen, fibril penambat,
fibroblas, makrofag, sel mast, dan sel plasma.
Lapisan ini megandung pembuluh darah kapiler
yang berperan dalam menutrisi sel epidermis dan
regulasi suhu tubuh. Pada lapisan ini juga dapat
ditemukan adanya badan Meissner sebagai
mekanoreseptor dan badan Krause.12
1.2.2 Lapisan Retikular
18
Lapisan retikular dermis tersusun atas serat
kolagen, serat elastin, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea, dan folikel rambut. Pada lapisan ini juga
dapat ditemukan adanya sel fibroblas, limfosit, sel
mast, sel lemak, dan makrofag. Pada bagian dalam
lapisan retikuler dapat ditemukan adanya serat otot.
Namun, hal ini bergantung pada lokasi kulit
tersebut, misalnya serat otot polos dapat ditemukan
di sekitar areolar. Adapun pada area sekitar folikel
rambut jaringan otot yang ditemukan adalah
muskulus arektor pili. Pada lapisan ini juga dapat
ditemukan adanya sel saraf berupa badan Pacini dan
badan Ruffini sebagai mekanoreseptor.12
2. Dermatitis Kontak
2.1 Definisi
Dermatitis adalah penyakit inflamasi kulit yang
paling umum terjadi. Umumnya, dermatitis disebut juga
dengan eksem. Berdasarkan proses inflamasinya, eksem
terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase akut, subakut, dan kronik
(dicantumkan pada tabel 2.1).13
19
Kronik Penebalan kulit, Gatal
hiperpigmentasi,
kulit mengelupas,
pecah-pecah
20
Eksem adalah kondisi inflamasi kulit yang paling
umum ditemukan. Berdasarkan data, prevalensi eksem pada
tangan secara global adalah 5,4% dan tidak terdapat
perbedaan kejadian pada laki-laki dengan perempuan. Jenis
eksem yang ditemukan adalah DKI sebanyak 35%, eksem
tangan atopik sebanyak 22%, dan DKA sebanyak 19%.
Berdasarkan laporan, eksem yang paling umum terjadi
diakibatkan oleh pajanan pada tempat kerja dan menjadi
penyakit akibat kerja. Adapun zat yang menyebabkan eksem
tersebut adalah zat kimia, air dan detergen, debu, pengharum,
nikel, dan kobalt.13
The US Bureau of Labor Statistics menyebutkan
penyakit kulit okupasi pada tahun 1970-1980 secara
konsisten memiliki prevalensi 30-45%. Pada saat ini,
penyakit kulit okupasi tercatat sudah menurun secara
signifikan. Meskipun demikian, penyakit kulit okupasi tetap
menjadi penyakit akibat kerja kedua terbanyak setelah
penyakit muskuloskeletal. Berdasarkan data global, penyakit
kulit okupasi yang paling umum terjadi adalah DKI, dengan
prevalensi 70-80% dari seluruh penyakit kulit okupasi.4
Adapun data mengenai dermatitis di Indonesia tidak
diperbarui secara rutin, namun berdasarkan data terakhir
pada tahun 2007, prevalensi dermatitis di Indonesia adalah
6,78% dengan kejadian di Banten sebanyak 5,33%.5
2.4 Etiologi
Eksem atau dermatitis pada tangan dapat terjadi
karena berbagai pajanan yang memiliki sifat toksik pada
kulit. Adapun pajanan yang menjadi etiologi dermatitis dapat
berbeda-beda, bergantung dengan jenis dermatitis yang
terjadi. 13
Dermatitis kontak iritan dapat terjadi dengan adanya
pajanan secara langsung terhadap agen kimia (asam dan
21
basa) dan fisik (seperti gesekan dan abrasi) baik dalam
pajanan tunggal maupun pajanan berulang.1,2,14 Adapun
dermatitis kontak alergi terjadi karena adanya pajanan
terhadap alergen seperti protein, nikel, kromat, neomisin,
formaldehida, karet, dan pengawet yang menimbulkan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat. Selain itu, terdapat pula
dermatitis atopik yang terjadi karena adanya pajanan dari zat
iritan pada seseorang yang memiliki faktor predisposisi
genetik.13,15
2.5 Faktor Risiko Dermatitis Kontak
Kejadian DKI dapat dipicu dengan faktor lain selain
pajanan. Adapun faktor-faktor tersebut terbagi menjadi
faktor eksogen dan faktor endogen1.
1.5.1 Faktor Eksogen
Hal yang dapat memicu DKI dapat berupa
pajanan zat iritan atau alergen, faktor fisik, faktor
mekanis, dan faktor lingkungan. Pajanan zat iritan
yang dapat menyebabkan DKI berkaitan dengan
konsentrasi zat, volume, dan durasi. Adapun faktor
fisik yang dapat menyebabkan DKI adalah oklusi
(contohnya penggunaan sarung tangan yang
meningkatkan kelembapan pada tangan), jumlah
friksi, besar tekanan, dan frekuensi getaran. Adapun
faktor lingkungan yang dapat menyebabkan DKI
adalah lingkungan yang panas atau dingin,
lingkungan dengan kelembapan tinggi, dan radiasi
sinar UV.1
1.5.2 Faktor Endogen
Selain adanya pajanan dari luar, faktor endogen
atau faktor yang berasal dari individu juga dapat
memicu terjadinya DKI. Adapun faktor tersebut
adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat atopi, dan
22
faktor genetik. Namun, faktor jenis kelamin dan ras
terhadap DKI masih memerlukan penelitian lebih
lanjut1.
Berdasarkan penelitian, kerentanan iritasi pada
kulit akan menurun seiring dengan peningkatan usia.
Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
efisiensi sirkulasi pada kulit, kemampuan penetrasi
pada kulit, regenerasi subkutan, dan penurunan
jumlah kohesi korneosit. Hal ini berkaitan dengan
penurunan Transepidermal Water Loss (TEWL) pada
usia tua1.
Riwayat atopi pada individu merupakan faktor
predisposisi terhadap DKI. Hal ini berkaitan dengan
integritas kulit yang kurang baik, TEWL yang tinggi,
dan peningkatan permeabilitas kulit terhadap zat
alergen dan iritan pada seseorang dengan riwayat
atopi. 1
Adapun faktor genetik yang berperan dalam
kejadian DKI adalah mutasi yang menyebabkan
penurunan jumlah filaggrin, polimorfisme nukleotida
tunggal (Single Nucleotide Polymorphisms, SNP),
dan polimorfisme faktor nekrosis tumor (Tumor
Necrosis Factor, TNF) α. Penurunan jumlah filaggrin
akan menyebabkan peningkatan Interleukin (IL)-1
(sitokin yang menginisiasi respons inflamasi pada
DKI). Sedangkan SNP akan memengaruhi respons
imun terhadap zat iritan. Adapun mutasi gen TNF-α
akan menyebabkan penurunan ambang iritasi kulit,
sehingga kulit akan menjadi lebih sensitif terhadap
zat iritan maupun alergen.1
Adapun pada penelitian sebelumnya, terdapat
determinan penyebab dermatitis kontak pada pekerja
23
pabrik tahu, seperti kebersihan diri yang buruk,
ketidakpatuhan penggunaan APD dan pengetahuan
yang buruk.9,13,14
2.6 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Bagian stratum korneum pada kulit merupakan
bagian terluar yang akan menjaga kulit agar zat eksogen tidak
masuk ke kulit. Stratum korneum tersusun dari sel-sel
epidermis, lemak, dan kimia organik pengikat-air.1,13 Pajanan
zat iritan pada stratum korneum akan menyebabkan
terjadinya kerusakan sel epidermis. Hal ini akan
menyebabkan kerusakan sawar epitel, sehingga terjadi
peningkatan permeabilitas zat iritan. Pajanan zat iritan pada
kulit akan menyebabkan keratinosit menginduksi sekresi sel
imun seperti sitokin, molekul-molekul adesi, dan faktor
kemotaksis yang memicu inflamasi pada kulit. Kerusakan
keratinosit selanjutnya akan meningkatkan regulasi sitokin
primer, seperti Interleukin (IL)-1α, IL-β, dan TNF-α.
Peningkatan sitokin ini kemudian akan memicu proliferasi
keratinosit dan pembentukan lipid yang berperan dalam
perbaikan sawar epidermis. Selain itu, inflamasi pada kulit
juga akan meningkatkan sekresi sitokin IL-6, IL-8, GM-SCF,
aktivasi sel Langerhans, sel dendritik kulit, dan sel endotel
yang akan menginduksi sel inflamasi ke area trauma akibat
pajanan zat iritan.1,13,14
Pada proses inflamasi, molekul adesi seperti ICAM1
akan meningkatkan sel endotel dan fibroblas pada kulit,
sehingga kemokin lainnya seperti CXCL 8, CCL 20, dan
IFN-γ akan meningkat. Kondisi DKI juga akan
meningkatkan sekresi CCL21 yang akan menginduksi
migrasi sel limfosit T. Selain sistem imun, zat iritan juga
dapat memicu reseptor seperti Toll-Like Receptors (TLRs)
dan NOD-like receptors (NLRs) yang akan meningkatkan
24
aktivasi respons imun bawaan melalui inflamasom dan jalur
NF-κβ. Berdasarkan penelitian, stres oksidatif dapat memicu
atau memperburuk terjadinya DKI. Hal ini karena pada
kondisi stres oksidatif terdapat pembentukan spesies oksigen
reaktif (Reactive Oxygen Species, ROS) yang menurunkan
integritas kulit. Inflamasi yang muncul pada kulit bergantung
pada kekuatan dan konsentrasi zat kimia, kerentanan
individu, situs kontak, dan frekuensi pajanan, waktu pajanan,
adanya trauma, infeksi, alergi, dan stres. Adapun gejala yang
dapat muncul adalah kulit kering, pecah-pecah disertai nyeri,
kemerahan, bengkak, kaku, gatal, terbentuknya vesikula,
nekrosis jaringan, hingga ulserasi (pada zat kimia yang
sangat kuat).9,14
Selain zat iritan, pajanan alergen juga dapat
menyebabkan munculnya dermatitis (DKA) melalui
mekanisme yang berbeda. Pajanan alergen pada kulit secara
berulang akan menyebabkan inflamasi kulit yang dimediasi
sel-T. DKA memiliki 2 fase, yaitu fase sensitif dan fase
elisitasi. Pada fase sensitif, sel dendritik kulit yang berikatan
dengan antigen akan menginduksi sel T efektor spesifik
antigen. Adapun pada fase elisitasi, sel T efektor pada kulit
akan diaktivasi oleh sel dendritik kulit yang berikatan dengan
antigen, sehingga sel akan memproduksi berbagai mediator
kimia yang menyebabkan inflamasi spesifik-antigen. Gejala
yang muncul pada DKA memiliki kemiripan dengan gejala
yang muncul pada DKI. Perbedaannya adalah pada DKA,
terdapat riwayat alergi pada zat tertentu, adanya lesi yang
muncul tidak terfokus pada 1 area atau dapat dikonfirmasi
dengan hasil uji tempel positif .14
Dermatitis atopik dapat terjadi karena adanya
kerentanan sawar kulit disertai pajanan lingkungan terhadap
zat iritan atau alergen yang memicu inflamasi, pruritus, dan
25
gejala dermatitis atopi lainnya. Kerentanan sawar kulit pada
dermatitis atopik dapat terjadi karena rendahnya kadar
ceramides yang mana unsur tersebut adalah komponen
sphingolipids pada stratum korneum yang berperan sebagai
sawar kulit. Kerentanan sawar kulit menyebabkan zat iritan
dan alergen dapat berpenetrasi ke kulit dan menyebabkan
inflamasi melalui respons Th (T-helper) 2 pada reaksi akut
dan Th1 pada reaksi kronik. Respons Th2 akan menyebabkan
terjadinya peningkatan sitokin IL-4 dan IL-5, sedangkatan
respons Th1 akan meningkatkan interferon-IFN-γ dan IL-12.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi pada kulit.
Gejala yang muncul pada dermatitis atopik dapat berupa
papula edematosa, plak vesikula atau krusta pada jaringan
kulit, hiperpigmentasi dan penebalan kulit, kulit yang
bersisik, dan lainnya. Umumnya, dermatitis atopik disertai
dengan adanya riwayat asma dan rinitis alergi.13,16
26
Dermatitis kontak dapat didiagnosis dengan
memerhatikan riwayat pekerjaan, hobi, riwayat pengobatan
oral atau topikal, dan riwayat penyakit pada anamnesis. Pada
pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya lesi pada kulit
yang berwarna kemerahan, membengkak, terbentuknya
vesikula, kulit yang bersisik, kulit melepuh, kulit pecah-
pecah, dan lainnya. Tanda ini dapat disertai dengan rasa
gatal, perih, atau terbakar. Umumnya, dermatitis kontak
dapat terdiagnosis melalui diagnosis klinis, namun jika
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang. Adapun
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah uji
tusuk kulit (skin prick test) dan uji tempel (skin patch test).14
DKI dan DKA dapat dibedakan dengan melihat hasil
uji tempel. Jika pada uji tempel terdapat area inflamasi di
sekitar area uji dalam waktu 48-72 jam, maka pasien
dikatakan mengalami DKA dan jika tidak, pasien didiagnosis
dengan DKI. Adapun dermatitis atopik dapat terdiagnosis
jika kulit pasien mengalami inflamasi setelah terpajan zat
iritan ataupun alergen disertai dengan adanya riwayat atopi
(rinitis alergi, dermatitis, dan asma).13,14
2.8 Tata Laksana
Dermatitis Kontak Iritan merupakan PKAK yang
dapat dicegah. Adapun pencegahan ini dapat dilakukan
dengan cara mengurangi pajanan iritan, meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran para pekerja terkait potensi
bahaya di tempat kerja, penggunaan APD yang sesuai, dan
menjaga kebersihan diri maupun lingkungan.9,10
Umumnya, individu dengan dermatitis pada tangan
dapat ditatalaksana dengan terapi non-medikamentosa dan
obat topikal. Namun, pada kondisi tertentu, pasien dapat
diberikan obat sistemik. Pelindung kulit dapat membantu
mencegah terjadinya pajanan langsung zat yang
27
menyebabkan dermatitis pada kulit. Adapun obat topikal
dapat bekerja langsung pada lesi untuk memperbaiki jaringan
kulit yang rusak. Obat sistemik dapat diberikan jika
dermatitis tidak membaik dengan penggunaan obat topikal,
namun obat sistemik memiliki potensi toksisitas obat yang
tinggi, terutama dalam penggunaan jangka panjang. Adapun
tata laksana yang dapat diberikan dicantumkan pada tabel
2.13
2.9 Prognosis
Prognosis dermatitis kontak bergantung pada
penyebab dan gaya hidup individu terkait. Dermatitis kontak
dapat membaik dalam beberapa minggu jika pajanan
penyebab dermatitis dihentikan. Adapun kekambuhan pada
dermatitis kontak sangat umum terjadi. Perburukan
prognosis berkaitan dengan riwayat atopi, dan diagnosis
yang terlambat. Adapun perbaikan diagnosis dapat
ditingkatkan dengan melakukan deteksi dini, uji konfirmasi
28
DKI atau DKA, dan intervensi pemberian edukasi pada
individu dengan dermatitis kontak.12,13
Adapun dermatitis atopik, umumnya akan membaik
secara spontan. Namun, pada pasien dengan riwayat asma
dan rinitis alergi, prognosis dapat menjadi lebih buruk.
Berdasarkan laporan kasus, dermatitis atopik yang terjadi
pada masa kana-kanak dapat menyebabkan terjadinya
dermatitis atopik persisten atau mengalami kekambuhan,
sehingga diperlukan pengobatan. Individu dengan dermatitis
atopik yang terpajan asap, rokok, bulu hewan peliharaan,
serbuk sari, sabun, detegen, dan lainnya dapat menyebabkan
gejala dermatitis kontak yang berkelanjutan, sehingga
kualitas hidupnya akan menurun. Individu dengan dermatitis
atopik memiliki risiko tinggi terhadap infeksi
Staphylococcus dan Streptococcus. Hal ini dapat terjadi
melalui invasi bakteri ke kulit yang mengalami trauma akibat
luka ketika digaruk.16
3. Produksi Tahu
Tahu merupakan makanan dengan kandungan protein, kalsium,
dan zat besi yang tinggi, disertai dengan kandungan energi, natrium,
dan kolesterol yang rendah. Berdasarkan kandungan makronutrien dan
mikronutriennya, tahu sangat baik untuk tubuh. Pembuatan tahu
dilakukan secara bertahap dengan menggunakan bahan baku berupa
kacang kedelai. Adapun proses pembuatan tahu terdiri dari pemilihan
kedelai, perendaman kedelai, penghalusan kedelai, proses perebusan
pertama, proses penyaringan, proses penggumpalan kedelai menjadi
tahu, proses pencetakan, dan proses pemasakan akhir atau perebusan
tahap 2.6
3.1 Bahan-Bahan Pembuatan Tahu
Tahu merupakan makanan dengan kandungan gizi
yang tinggi. Pada 100 g tahu, terdapat 30.7 g kandungan
protein, 12.69 g lemak, dan 4.18 g karbohidrat. Selain itu,
29
pada tahu juga terdapat nutrisi lain seperti isoflavon, aglikon,
dan berbagai antioksidan yang baik untuk tubuh. Tahu
memiliki kandungan gizi yang tinggi karena berasal dari
bahan utama yang baik, yaitu kacang kedelai. Adapun bahan
tambahan untuk pembuatan tahu adalah air, zat penggumpal,
minyak, dan pewarna. Pada proses pembuatan tahu, pewarna
digunakan untuk membuat tahu kuning. Adapun pewarna
yang digunakan adalah pewarna alami seperti kunyit. Proses
penggumpalan yang digunakan untuk produksi tahu, dapat
menggunakan berbagai macam zat penggumpal, seperti
garam klorida atau nigari (nigari alami, MgCl2.6H2O, air
laut, CaCl2, CaCl2.2H2O), garam sulfat (CaSO4.2H2O dan
MgSO4.7H2O), lakton (C6H10O6), dan asam (asam laktat, sari
buah jeruk, asam asetat, cuka).7,17,18
Sama halnya dengan zat penggumpal yang bersifat
asam, pajanan zat penggumpal lainnya juga dapat menjadi
zat iritan. Hal ini karena zat tersebut dapat bereaksi dengan
protein pada tahu dan menghasilkan gumpalan protein dan
asam. Hal ini yang menyebabkan tingginya kandungan
protein pada tahu dan adanya rasa asam yang khas pada tahu.
19
30
menggunakan alat penggiling. Setelah biji kedelai halus,
akan dilakukan proses perebusan pertama dalam waktu 15-
40 menit. Setelah itu, bubur tahu akan disaring, sehingga sari
kedelai dapat terpisah dengan airnya. Proses selanjutnya
adalah proses penggumpalan. Setelah sari kedelai
menggumpal, akan dilakukan pencetakan. Pencetakan
dilakukan dengan cara memisahkan zat penggumpal dengan
gumpalan tahu. Jika pencetakan sudah selesai, dapat
dilakukan pemasakan akhir dengan cara merebus tahu.6,7
Penggunaan zat penggumpal tanpa diiringi dengan
penggunaan APD yang adekuat dapat menyebabkan
terpajannya zat iritan secara langsung ke jaringan kulit. Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya DKI. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rhizkiyana S, terdapat 60,8%
pekerja di pabrik tahu Kecamatan Tamanan, Kabupaten
Bondowoso yang mengalami DKI. Adapun hal yang
berperan terhadap kejadian dermatitis kontak pada pekerja
adalah adanya kontak dengan zat penggumpal lebih dari 4
jam perhari dengan frekuensi 10-25 kali perhari. Selain itu,
faktor lain yang berperan terhadap DKI pada pekerja adalah
kurangnya kepatuhan penggunaan APD, dan kebersihan diri
kurang baik.9,11
31
B. Kerangka Teori
Aktivasi keratinosit
Suhu,
Lingkungan
Riwayat Penurunan Peningkatan sitokin, kemokin, kelembapan
atopi integritas kulit molekul adesi
Pekerjaan
Tingginya
Penurunan
Inflamasi pada kulit pajanan iritan
Usia TEWL Penggunaan
(transepidermal APD
water loss)
Aadanya
Dermatitis Kontak Iritan
kontaminasi
Genetik Kebersihan
Mutasi genetik iritan dengan
diri
zat lain
32
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Pajanan zat penggumpal
Variabel Perancu
- Usia*
- Riwayat atopi
- Lingkungan lembap*
- Suhu dingin atau
panas*
- Ketidakpatuhan
penggunaan APD
- Kebersihan diri yang
buruk
- Pengetahuan yang
buruk mengenai DKI
Variabel Dependen
Dermatitis Kontak Iritan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Maret
2023. Adapun rincian jadwal penelitian terlampir pada lampiran 4.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Pabrik Tahu Kab/Kota Serang.
1. Populasi Target
Pekerja di Pabrik tahu
2. Populasi Terjangkau
Pekerja di Pabrik tahu Kab/Kota Serang
3. Kriteria Seleksi Subjek
3.1 Kriteria Inklusi
Pekerja di pabrik tahu pada bagian produksi dan pekerja yang
menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian
3.2 Kriteria Eksklusi
Pekerja yang memiliki riwayat atopi
34
D. Besar Sampel/Jumlah Pengulangan
n = jumlah sampel
Zα = 1,96 (tingkat kepercayaan 95%)
D = kesalahan mutlak (absolute error 10%)
P = proporsi DKI pada pekerja berdasarkan referensi
Q = 1-P
Berdasarkan referensi, proporsi DKI pada pekerja adalah 60,8%.9
1,96 2
𝑛 = ( 0,1 ) × 0,608 × 0,392)
𝑛 = 91,56 ~ 92
Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah minimal 92 orang.
35
F. Manajemen dan Analisis Data
1. Manajemen Data
Manajemen data akan dilakukan dengan cara pengkodean untuk
mengubah data kategorik menjadi data numerik agar analisis data lebih
mudah, pengeditan untuk memeriksa data yang sesuai dalam penelitian,
pemindahan data ke aplikasi SPSS, pembersihan data untuk menghindari
kesalahan input data, dan penyajian data dalam bentuk narasi serta tabel.
2. Analisis Data
Analisis data kategorik nominal yang dilakukan adalah analisis
data univariat dan bivariat. Analisis univariat akan disajikan pada tabel
deskriptif untuk menunjukkan prevalensi DKI pada pekerja dan
menggambarkan karakteristik pekerja di pabrik tahu. Adapun analisis
data bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen
terhadap variabel dependen. Metode uji statistik non-parametrik untuk
analisis bivariat yang digunakan adalah chi-square jika data yang
didapatkan memenuhi syarat. Adapun syarat uji statistik chi-square
adalah:21
a. Nilai frekuensi aktual (actual count) setiap baris dan
kolom pada tabel hasil penelitian tidak ada nilai 0 (nol).
b. Apabila tabel adalah tabel 2 × 2, tidak boleh ada baris atau
kolom dengan frekuensi harapan (Expected Value, EV)
yang kurang dari 5.
c. Jika tabel adalah tabel lebih dari 2 × 2, maka jumlah
kolom dengan frekuensi harapan (Expected Value, EV)
yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
Adapun jika hasil penelitian tidak memenuhi syarat-syarat
untuk dilakukan uji statistik chi-square, maka akan dilakukan uji
statistik Fisher’s Exact Test.
1. Etika Penelitian
36
Penelitian akan dilaksanakan setelah ujian proposal dan setelah
diberikan izin oleh komite etik penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (FK Untirta). Sebelum penelitian
dilakukan, peneliti akan memberikan informasi kepada responden
mengenai tujuan penelitian dan manfaat yang akan didapatkan oleh
responden sebelum pengisian lembar persetujuan (informed consent)
Data primer hasil penelitian didapatkan berdasarkan persetujuan
responden dengan lembar persetujuan (informed consent) sebagai bukti.
Adapun data hasil penelitian yang didapatkan akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
2. Registrasi Penelitian
Proposal ini akan diajukan ke komite etik FK Untirta untuk
kemudian dikaji agar dapat diberikan izin untuk melakukan penelitian.
37
H. Definisi Operasional
Tabel 3. 1 Definisi operasional
38
atopi, baik pada
pekerja maupun pada
keluarga (Ayah, Ibu,
Nenek, Kakak,
Adik)20
Kebersihan diri Sikap individu untuk Kuesioner Kategorik
menjaga kebersihan nominal
diri, terutama saat Skala:20
bekerja dengan - Baik
bahan kimia. Diukur - Tidak baik
dengan sistem
skoring melalui
kuesioner dengan
ketentuan:20
Ya = 0
Tidak = 1
Dikategorikan baik
jika total skor < 2
dan tidak baik jika
total skor ≥ 2
Riwayat DKI Kondisi DKI yang Kuesioner Kategorik
pernah dialami oleh nominal
pekerja Skala:23
- Pernah
- Tidak
pernah
39
Variabel Definisi Cara Skala
Operasional Pengukuran
Variabel
Perancu:
Penggunaan Penggunaan alat Kategorik
APD pelindung diri yang nominal
sesuai. Diukur Skala:20
dengan sistem - Tidak
skoring dengan pernah
ketentuan:20 - Kadang-
Tidak pernah = 0 kadang
Kadang-kadang = 1 - Selalu
Selalu = 2
Dikatergorikan tidak
pernah dengan skor
total = 0, pernah
dengan skor total 1-
2, dan selalu dengan
skor total = 3-4
40
I. Alur Penelitian
Pengambilan data
Izin Komite Etik
primer
Pengambilan Sampel
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Patel K, Nixon R. Irritant Contact Dermatitis — a Review. Curr
Dermatol Rep [Internet]. 2022;11(2):41–51. Available from:
https://doi.org/10.1007/s13671-021-00351-4
42
2022 Nov 23]. p. 1–3. Available from:
https://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0002.html#print
12. Gartner LP, Hiatt JL. Textbook of histology. 4th ed. Singapore:
Elsevier; 2017.
14. Litchman G, Nair PA, Atwater AR, Bhutta BS. Contact dermatitis.
Treasure Island: StatPearls Publishing; 2022.
15. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku ajar patologi dasar robbins. 10th
ed. Ham MF, Saraswati M, editors. Singapore: Elsevier; 2018. 876–
877 p.
43
indonesia. Journal of Environmental Science and Sustainable
Development. 2019;2(2):127–38.
18. Putra RF. Proses Pembuatan Tahu [Internet]. UGM. 2019 [cited 2022
Nov 27]. Available from:
https://alsintan.tp.ugm.ac.id/2019/09/12/proses-pembuatan-tahu/
44
Lampiran 1. Formulir etik
Komite Etik Penelitian Kesehatan
45
3. Judul penelitian: Hubungan Pajanan Zat Penggumpal terhadap Kejadian
Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Pabrik Tahu di Serang
4. Apakah penelitian ini bersifat multisenter? X
Tidak Ya
5. Bila multisenter, jelaskan tempat dan nama penelitinya
No. Tempat Penelitian Nama Peneliti
1. - -
2. - -
3. - -
46
ada penelitian tentang hubungan pajanan zat penggumpal dengan
kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja pabrik tahu di Serang.
Berdasarkan prevalensi dermatitis yang sudah lama tidak
diperbaharui dengan tingginya pekerja pabrik tahu yang berisiko
tinggi terhadap dermatitis kontak iritan, peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul Hubungan Pajanan Zat Penggumpal
terhadap Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Pabrik
Tahu di Serang.
Tujuan
Tujuan Umum: Mengetahui hubungan pajanan zat penggumpal
terhadap kejadian DKI pada pekerja pabrik tahu di Serang
Tujuan Khusus: Mengetahui prevalensi DKI pada pekerja
pabrik tahu di Serang, mengetahui karakteristik pekerja pabrik
tahu di Serang, dan mengetahui hubungan pajanan akut dan
kronik berdasarkan masa kerja terhadap kejadian DKI pada
pekerja pabri tahu di Serang.
Desain: Analitik observasional dengan metode potong lintang.
Kriteria subjek:
Kriteria inklusi: pekerja di pabrik tahu pada bagian produksi
yang menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian
Kriteria ekslusi: pekerja dengan riwayat atopi
Perhitungan jumlah subjek:
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji
perbandingan proporsi tunggal
𝑍𝑎 2
𝑛 = ( ) × 𝑃𝑄
𝐷
n1 = jumlah sampel
Za = 1,96 (tingkat kepercayaan 95%)
D = kesalahan mutlak (absolute error 10%)
P = proporsi DKI pada pekerja berdasarkan referensi
Q = 1-P
Berdasarkan referensi, proporsi DKI pada pekerja adalah 60,8%.9
47
1,96 2
𝑛= ( ) × 0,608 × 0,392
0,1
𝑛 = 91,56 ~ 92
Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah minimal 92
orang
Prosedur/intervensi/alur:
Metode sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
consecutive sampling. Adapun penelitian ini akan dilaksanakan
setelah izin etik diberikan. Setelah itu, akan dilakukan survei untuk
memilih pabrik yang menggunakan asam cuka sebagai zat
penggumpal. Penelitian ini akan dilanjutkan setelah mendapatkan
izin dari pabrik terkait. Adapun pengumpulan data primer
didapatkan melalui pengisian kuesioner oleh para pekerja setelah
lembar persetujuan didapatkan. Setelah data primer terkumpul, akan
dilakukan analisis dan pengolahan data, serta pembuatan laporan
hasil penelitian dalam bentuk skripsi.
Parameter penelitian
Variabel independen: pajanan zat penggumpal
Variabel dependen: dermatitis kontak iritan
Analisis data dan statistik
Analisis data univariat: tabel deskriptif
Analisis data bivariat: uji chi-square atau Fisher’s Exact Test
Manfaat:
Manfaat bagi Mahasiswa: menerapkan ilmu penelitian yang
sudah dipelajari dan meningkatkan pengetahuan mengenai
hubungan pajanan zat penggumpal terhadap kejadian dermatitis
kontak pada pekerja pabrik tahu di Kab/Kota Serang
Manfaat bagi Universitas: mengetahui informasi mengenai data
prevalensi dan hubungan pajanan zat penggumpal terhadap
kejadian dermatitis kontak pada pekerja pabrik tahu di Kab/Kota
Serang yang dapat digunakan untuk kegiatan pengabdian
masyarakat.
48
Manfaat bagi Masyarakat: Mengetahui potensi bahaya di tempat
kerja (pabrik tahu) berupa zat penggumpal, sehingga kejadian
dermatitis kontak iritan pada pekerja dapat menurun dan
kualitas hidupnya akan meningkat.
11. Penelitian ini bersifat:
Eksperimental
X Observasional
12. Penelitian ini akan menggunakan (dapat dipilih lebih dari satu)
Teknik wawancara
49
14. Apakah sampel biologis yang diambil akan dikirim ke luar negeri untuk
dianalisa/disimpan lebih lanjut?
Iya
X Tidak
15. Bila penelitian ini menggunakan orang sakit, uraikan risiko dan manfaat
potensial yang mungkin timbul pada subjek penelitian (risk dan benefit)
Risiko dan efek samping: tidak ada
Manfaat: tidak ada
16. Apakah penelitian ini menggunakan vulnerable subjects (dapat dipilih lebih
dari satu)
Anak dan remaja Pasien miskin terlantar atau berpendidikan rendah
Geriatri Pasien PBI jaminan Kesehatan
Ibu hamil Peserta didik/staf/karyawan pada departemen
X
terkait
Pasien koma Kemoterapi dan radiasi
Layanan intensif Pasien psikiatri
Radioterapi Pasien dengan penurunan fungsi umum
Pasien IGD Pasien paliatif
Pasien transplan Lain-lain
50
17. Jelaskan nama dokter yang bertanggung jawab dan kompeten menjaga
Kesehatan/keselamatan subjek:
Nama dokter Bidang spesialisasi/keahlian
- -
- -
51
23. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah:
Nama institusi/tempat pelaksanaan penelitian
Pabrik tahu di Serang
24. Data berikut diisi bila penelitian ini menyangkut uji klinik obat
Obat yang diuji Obat Pembanding
Nama dagang - -
Nama generik - -
Kelas farmakologi - -
Obat uji ini
Sudah dapat izin edar di Belum dapat izin edar di
Indonesia Indonesia
25. Waktu penelitian direncanakan
Nama lengkap Tanda tangan
Peneliti Utama Dr. dr. Desdiani, Sp.P.,
M.K.K
Koordinator dr. Erni Trisnasari
penelitian* M.PD
Pimpinan Institusi**
Sponsor***
*Untuk penelitian di lingkungan FKUI-RSCM
**Untuk penelitian di lingkungan FKUI-RSCM diisi oleh ketua
departemen. Untuk penelitian di luar FKUI-RSCM diisi oleh ketua unit
kerja setempat
***Diisi jika penelitian ini dibiayai oleh sponsor
52
Lampiran 2. Informed consent
Lembar perizinan responden Tanggal: / /202
53
Telah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap mengenai penelitian
yang berjudul “Hubungan Pajanan Zat Penggumpal terhadap Kejadian Dermatitis
Kontak pada Pekerja Pabrik Tahu di Serang”. Saya juga telah diberi sesempatan
untuk bertanya serta memahaminya, maka dengan ini saya menyatakan bersedia
ikut dalam penelitian ini.
Serang, / /202
54
Lampiran 3. Kuesioner
Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja20
Identitas Responden
1. Nama :
2. Nomor telp.
3. Alamat :
Status Pekerjaan
4. Tempat kerja :
5. Peran di tempat kerja :
a. Produksi
b. Pengemasan
c. Lainnya, (tuliskan bagian pekerjaan)
6. Lama bekerja di pabrik tahu: (tahun)
7. Lama bekerja di bidang produksi: (tahun)
Riwayat Pajanan
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Apakah anda mengerjakan pekerjaan rumah
tangga seperti mencuci, memasak,
membersihkan lantai?
2. Apakah anda mengalami rasa gatal bila
mengerjakan pekerjaan tersebut?
3. Apakah berkurang/hilang rasa gatalnya jika
tidak melakukan pekerjaan tersebut?
Jawaban
No. Pertanyaan
Setiap Kadang-
Jarang
hari kadang
55
4. Seberapa sering anda melakukan pekerjaan
tersebut?
56
7. Gejala dermatitis kontak iritan adalah gatal, panas pada kulit,
kemerahan, tangan bengkak dan berisi air.
a. Benar
b. Salah
8. Faktor apa yang dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan?
a. Golongan darah
b. Bakteri/kuman penyakit
c. Kepekaan kulit
d. Riwayat perjalanan penyakit sebelumnya
B. Kontak/terkena Zat Penggumpal (Biang Tahu)
9. Apakah saat ini anda terkena biang tahu atau bahan lain yang
mempunyai potensi iritasi kulit/gatal?
a. Ya
b. Tidak
10. Berapa lama anda terkena bahan tersebut? ………… jam/hari
11. Seberapa sering anda terkena bahan tersebut? ……… kali/hari
12. Apa pekerjaan utama/pokok anda selama bekerja di pabrik tahu?
a. Pekerjaan produksi/pembuat tahu
b. Pekerjaan pengemasan tahu
c. Pekerjaan lainnya (sebutkan) …
C. Kelainan Kulit
1. Apakah kulit anda pernah mengalami gatal-gatal saat bekerja? (tidak
termasuk gigitan nyamuk dan biang keringat)
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah kulit anda gatal-gatal disertai rasa panas/rasa tergigit/terbakar?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah kulit anda gatal-gatalnya sepanjang hari, baik siang maupun
malam?
a. Ya
b. Tidak
57
4. Apakah gatal-gatalnya setelah terkena biang tahu saat anda bekerja?
a. Ya
b. Tidak
5. Sejak kapan anda merasakan keluhan kulit gatal-gatal?
a. Sebelum bekerja sebagai pekerja di pabrik tahu
b. Sesudah bekerja sebagai pekerja di pabrik tahu
6. Sudah berapa keluhan terebut? ……. Bulan / ……. Tahun
7. Bagaimana keadaan kulit anda jika anda berhenti bekerja untuk
sementara waktu (saat libur)
a. Sembuh
b. Ada perbaikan
c. Tetap seperti ini
8. Bagaimana keadaan kulit anda jika anda mulai bekerja kembali?
a. Kelainan mulai timbul lagi
b. Kelainan timbul lebih parah
c. Tetap saja seperti ini
D. Riwayat Atopi
9. Apakah anda mempunyai penyakit alergi (kaligata, biduren, gatal-gatal)
a. Ya (laanjut ke pertanyaan nomor 10)
b. Tidak (lanjut ke pertanyaan nomor 11)
10. Dapatkah anda jelaskan alergi tersebut berhubungan dengan keadaan
apa?
a. Alergi terhadap makanan tertentu
b. Alergi udara dingin/kalua pagi bersin-bersin
c. Alergi terhadap tanaman/bulu kucing
d. Alergi terhadap obat-obatan tertentu
e. Lain-lain, sebutkan …
11. Apakah anda mempunyai penyakit asma (nyesek, mengi)
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah anda punya penyakit kulit lainnya?
a. Ya, sebutkan …
58
b. Tidak
13. Apakah dalam keluarga lainnya (Ayah/Ibu/Nenek/Adik/Kakak/Kakek)
ada yang mempunyai penyakit-penyakit seperti di atas (alergi, asma,
penyakit kulit)
a. Ya
b. Tidak
E. Riwayat Dermatitis Kontak Iritan
1. Apakah anda pernah mengalami dermatitis kontak iritan (kemerahan,
melepuh, gatal, dan pecah-pecah) pada tangan?
a. Ya
b. Tidak
F. Pemakaian Alat Pelindung Diri
1. Apakah pabrik tahu tempat anda bekerja menyediakan alat pelindung
diri?
a. Ya
b. Tidak
2. Sebutkan alat pelindung diri yang disediakan (jika tidak ada,
kosongkan)
59
G. Kebersihan Diri
1. Jika anda terkena biang tahu atau bahan produksi lain, apakah anda
segera mencuci tangan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah setelah selesai bekerja anda selalu mencuci tangan dan kaki?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda setelah selesai bekerja selalu mandi?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah di tempat anda bekerja selalu tersedia air bersih?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah jumlah air yang tersedia mencukupi?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah saat bekerja anda selalu menggunakan baju bersih (baju yang
telah dicuci)
a. Ya
b. Tidak
60
Lampiran 4. Jadwal penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
N Tahapan 2022 2023
o November Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
judul
2. Penyusunan
proposal
3. Seminar
proposal
4. Revisi seminar
proposal
5. Pelaksanaan
penelitian
6. Penyusunan
hasil penelitian
& pembahasan
Penyusunan
kesimpulan dan
saran
Seminar hasil
skripsi
Sidang akhir
Revisi/finalisas
i naskah skripsi
Perencanaan
Realisasi
61
Lampiran 5. Dummy table
1. Analisis Univariat
Positif
Negatif
Total
Kurang ≤ 50%
Total
Positif
Negatif
Total
62
Tabel 3.7 Riwayat Dermatitis Kontak Iritan
Pernah
Tidak pernah
Total
Tidak pernah
Pernah
Selalu
Total
Baik
Tidak baik
Total
2. Analisis Bivariat
Tabel 3.10 Analisis Hubungan dermatitis kontak iritan dengan pajanan zat
penggumpal berkaitan dengan masa kerja
63
Masa kerja >
C D C+D
2
Total A+C B+D A+B+C+D
64