Anda di halaman 1dari 11

REVIEW JURNAL

Tugas Mata Kuliah Sakramentologi

Dosen Pengampu: Fabianus Selatang, M.Hum

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Tiara Djonler
2. Imelda Pama
3. Marselina E. Dheku

PELAYANAN PASTORAL
STP-IPI MALANG
2023
REVIEW JURNAL
JURNAL 1
Judul Pemahaman Mahasiswa STP-IPI Malang Program Studi
Pendidikan Keagamaan Katolik tentang Sakramen Tobat
Jurnal In Theos: Jurnal Pendidikan Agama dan Teologi
Volume & Halaman Vol. 2 No. 3 Maret Tahun 2022 | Hal. 92 – 97
Tahun 2022
Author Marlin Bitu Meja dan Intansakti Pius X
Reviewer Tiara Djonler, Imelda Pama, Marselina E. Dheku
Abstract Jurnal yang berjudul “Pemahaman Mahasiswa STP-IPI
Malang Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
tentang Sakramen Tobat” ini berisi tentang meneliti sejauh
mana pemahaman mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral
Yayasan Institut Pastoral Indonesia Malang, Prodi Pendidikan
Keagamaan Katolik tentang sakramen tobat. Jenis penelitian
menggunakan metode kualitatif deskriptif tentang sakramen
tobat. Teknik pengumpulan data yaitu melalui pengumpulan
data dengan studi pustaka. Adapun upaya yang dilakukan
adalah berusaha memberikan pengertian dan pemahaman
tentang sakramen tobat bagi mahasiswa Sekolah Tinggi
Pastoral Yayasan Institut Pastoral Indonesia Malang, Prodi
Pendidikan Keagamaan Katolik.
Abstrak disajikan kedalam dua bahasa yakni bahasa Indonesi
dan bahasa inggris. Secara keseluruhan isi dari abstrak
langsung menuju ke topic bahasan yang dibahas dalam jurnal
ini, yang menurut kami sebagai pembaca menjai mudah
memahami isi jurnal.
Pendahuluan Paragraf pertama, penulis menjelaskan sakramen dalam
Gereja katolik terdapat tujuh sakramen, dan ketujuh sakramen
tersebut memiliki peranan masing-masing di dalam Gereja
Katolik. Namun demikian ketujuh sakramen ini memiliki
nilai dan tujuan yang sama yaitu kekuatan yang datang dari
Kristus sendiri, yang menghidupkan. Sakramen merupakan
tindakan sakramental, yang melaluinya roh kudus turut
bekerja di dalamnya, yang juga adalah karya Agung Allah.
Oleh karena itu sakramen-sakramen adalah sakramen Gereja.
dan karena sakramen itu adalah sakramen gereja, maka semua
orang dipanggil kepada kekudusan melalui sakramen, yaitu
sakramen tobat. Tetapi kenyataannya masih banyak orang
yang kurang menyadari akan pentingnya sakramen tobat itu
sendiri (Alexander, Sukatno, & Paska, 2021).
Paragraf kedua, penulis menjelaskan kenyataan bahwa tidak
semua orang beriman mau mengakui dosanya di hadapan
imam. Alasannya, umat ingin mengakukan dosanya secara
langsung dengan Tuhan tanpa perantara seorang Imam.
Adanya keinginan untuk mengaku langsung kepada Tuhan
karena kaum muda kurang memahami kenapa mengaku dosa
harus lewat imam (Tinenti, 2022). Hal yang sama juga terjadi
kepada mahasiswa STP-IPI Malang Prodi PKK, bahwa
pengakuan tidak harus perlu di hadapan seorang iman, karena
lewat doa harian pun sudah mengaku dosa kepada Tuhan
secara langsung. Hal ini terjadi disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan pemahaman mahasiswa STP-IPI Malang
Prodi PKK tentang sakramen Tobat.
Paragraf terakhir, penulis menjelaskan bahwa Setiap orang
membutuhkan sakramen tobat, karena bagaimanapun setiap
orang tidak luput dari dosa. Oleh karenanya setiap orang
mendapat kesempatan untuk menyadari kedosaannya,
memahami akan kebutuhan untuk pertobatan, dan berusaha
memperoleh kedamaian. Maka dari itu sakramen tobat
seharusnya mempunyai peran penting dalam kehidupan setiap
orang, karena jika hanya mengikuti perayaan Ekaristi dan
aktif dalam kegiatan menggereja saja tidak menjamin
seseorang untuk hidup lebih bersih dan terhindar dari dosa.
Mahasiswa STP-IPI Malang Prodi PKK juga merupakan
kaum muda yang tidak lain adalah generasi penerus gereja,
sekalian masa depan gereja. karena itu diharapkan agar
mahasiswa mampu menyadari akan kedosaan yang
dilakukannya, dan mau memperbaharui hidupnya lewat
sakramen pertobatan. Namun dalam kenyataan yang terjadi,
masih banyak mahasiswa yang tidak mau terlibat dalam
sakramen pengampunan dosa, karena beranggapan bahwa
pengakuan dosa tidak selalu harus melalui seorang imam,
tetapi juga bisa dilakukan pada saat berdoa pribadi.
Metode Penelitian Metode Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif
tentang pemahaman mahasiswa STP-IPI Malang prodi PKK.
Teknik pengumpulan data yaitu melalui pengumpulan data
dengan studi pustaka. Studi pustaka ini identik dengan
pengumpulan data dokumentar. Dokumentar adalah salah
satu cara pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-
dokumen sebagai sumber data. Sumber data yang dipakai di
sini ialah sumber sekunder, yang artinya sumber-sumber yang
tidak langsung melihat kejadian atau responden. Maksudnya,
data yang diperoleh bukan dari usaha sendiri oleh penulis,
melainkan diperoleh dari naskah-naskah, artikel-artikel,
majalah, buku-buku serta sumber tertulis lainnya.
Hasil/Pembahasan Pada bagian pembahasan, penulis menjelaskan definisi
sakramen pertobatan dan penitensi dari sakramen pertobatan.
Sakramen rekonsiliasi ini merupakan sakramen pertama dari
kedua sakramen penyembuhan. Sakramen rekonsiliasi
merupakan penyembuhan rohani seseorang akibat
kedosaannya. Oleh karena digerakkan rahmat Allah yang
berbelas kasih, si pendosa mengusahakan proses pertobatan,
sehingga dapat sampai kepada Bapa yang lebih dahulu telah
memanggil kita, kepada Kristus yang telah memberikan diri-
Nya sendiri kepada kita, dan kepada Roh Kudus yang secara
berlimpah telah dicurahkan bagi kita.
Tahap-tahap rekonsiliasi dalam Sakramen Tobat; Pertama,
sesal atau tobat. Manusia sebagai pelaku harus menyesali
salah dan dosa yang telah dilakukan. Kedua, setelah
menyesali dosa dan kesalahan tersebut manusia akan
mengakukan dosanya di hadapan imam. Ketiga, penitensi.
Penitensi merupakan bagian dari pertobatan sejati yang harus
dilaksanakan. Seseorang yang rendah hati, yang menyadari
dirinya telah berdosa harus siap untuk melaksanakan silih
atas sikap dan perbuatannya yang tidak sesuai dengan
kehendak Allah. Penitensi bisa berupa doa dan amal yang
harus dilakukan sebagai bentuk penyilihan atas kesalahan
yang dilakukan. Keempat, absolusi. Absolusi merupakan
tanda penghapusan dosa dari Allah yang diberikan melalui
Bapa Pengakuan. Tujuan lain dari Sakramen Tobat adalah
memperbaiki kembali hubungan si pendosa dengan Gereja.
Pengakuan dosa bersifat pribadi, imam hanya sebagai
penolong dalam memperdamaikan kita dengan Allah.
Pengakuan dosa, jika dilakukan dengan sangat tenang, seniat-
niatnya, maka pada saat keluar dari ruang pengakuan akan
merasakan kelegaan dan semuanya terasa baru. Juga agar
pengakuan itu semakin lengkap, maka penitensi harus
dilakukan. Makna dari pengakuan itu ialah bahwa lewat
rahmat pengampunan itu, relasi kita dengan Allah, dengan
Gereja, dengan sesama kembali dipulihkan (Remaja et al.,
n.d.). Absolusi atau pengampunan dosa. Setelah seseorang
mengucapkan doa tobat, imam memberikan absolusi dengan
berkata; Allah Bapa yang mahamurah telah mengampuni dan
memperdamaikan kembali engkau dengan Allah, dengan
dunia dalam wafat dan kebangkitan Putra-Nya. Ia telah
mencurahkan roh kudus demi pengampunan dosa. Maka dari
itu saya melepaskan saudara dari dosa saudara. Dalam nama
Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Pada saat imam
mengucapkan tanda salib seorang peniten juga mengikuti
membuat tanda salib. Makna dari absolusi itu sendiri ialah
manusia dibebaskan dari ikatan dosa yang ia lakukan.
Kesimpulan Pada bagian kesimpulan, penulis membuktikan dan
menjelaskan bahwa Gereja mengharapkan agar setiap orang
mampu mengakukan dosanya, tanpa merasa malu, tanpa
merasa takut, karena dosa yang sudah diakui di hadapan
seorang imam sangat dirahasiakan. Melalui sakramen tobat,
setiap orang disembuhkan, diampuni, dan juga dipulihkan
kembali menjadi anak-anak Allah. Manusia kembali menjalin
relasi dengan Allah dan dengan alam ciptaan lainnya. Berkat
sakramen tobat itu, manusia diperbaharui oleh Roh Kudus,
dan hidup sesuai dengan ajaran Kristus. (LG 11). "Mereka
yang menerima sakramen tobat memperoleh pengampunan
dari belas kasihan Allah atas penghinaan mereka terhadap-
Nya, sekaligus mereka didamaikan dengan Gereja, yang telah
mereka lukai dengan berdosa, dan yang membantu pertobatan
mereka dengan cinta kasih, teladan, serta doa-doanya."
Keunggulan 1. Teori dan metode yang digunakan tepat
2. Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dipahami
maksud dan tujuannya oleh pembaca.
Kekurangan 1. Menurut kelompok penulis belum sepenuhnya dan secara
detail memaparkan pemahaman mahasiswa STP-IPI
Malang tentang sakramen tobat dalam pembahasan
JURNAL 2
Judul Motivasi Orang Muda Katolik dalam Penerimaan Sakramen
Tobat di Paroki St. Pius X Tenggarong
Jurnal Gaudium Vestrum: Jurnal Kateketik Pastoral
Volume & Halaman Vol. 6, No. 1
ISSN p-ISSN 2549-581X | e-ISSN 2777-063X
Tahun Januari-Juni 2022
Author Theresa Novita Bongi Thalar1 dan Silpanus
Reviewer Tiara Djonler, Imelda Pama, Marselina E. Dheku
Abstract Jurnal yang berjudul “Motivasi Orang Muda Katolik dalam
Penerimaan Sakramen Tobat di Paroki St. Pius X
Tenggarong” bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mendeskripsikan bentuk-bentuk penghambat motivasi Orang
Muda Katolik dalam penerimaan Sakramen Tobat di Paroki
Santo Pius X Tenggarong. Hasil penelitian menunjukkan
bentuk-bentuk penghambat motivasi Orang Muda Katolik
dalam penerimaan Sakramen Tobat.
Abstrak disajikan kedalam dua bahasa yakni bahasa Indonesi
dan bahasa inggris. Secara keseluruhan isi dari abstrak
langsung menuju ke topik bahasan yang dibahas dalam jurnal
ini, yang menurut kami sebagai pembaca menjai mudah
memahami isi jurnal.
Pendahuluan Paragraf pertama, penulis menjelaskan bahwa Manusia
sering jatuh dalam dosa yang menyebabkan relasinya yang
baik dengan Allah terputus. Putusnya relasi yang baik ini
menjadikan manusia merasa jauh dari Allah (Paus Fransiskus,
2019). Situasi seperti ini tidak menjadikan Allah murka dan
menghukum manusia, tetapi justru sebaliknya. Meski
manusia telah berbuat dosa dan menjauhkan diri dari-Nya,
namun Allah tetap menjanjikan keselamatan kepada manusia.
Sakramen Tobat “membuka jalan bagi setiap orang, terutama
mereka yang dibebani dosa berat, untuk secara perorangan
mengalami pengampunan bahwa cinta lebih kuat dari pada
dosa (Laurensius Dihe, 2013).
Paragraf kedua, penulis menjelaskan Orang Muda Katolik
(OMK) adalah komunitas yang terdiri dari pribadi-pribadi
kaum muda yang beriman kepada Yesus Kristus melalui
bimbingan Roh Kudus dalam persekutuan Gereja Katolik
Roma (Sinode Para Uskup, 2019). Orang muda Katolik
adalah generasi penerus Gereja, masa depan Gereja, dan pilar
Gereja. Orang muda Katolik umumnya memiliki kegiatan
seperti: retret, rekoleksi, Ekaristi, peziarah, dan kegiatan
lainnya (Goleng dkk., 2017). Kegiatan yang dilakukan oleh
kaum muda tersebut semata-mata bertujuan untuk
mengembangkan iman, mendekatkan diri dengan Tuhan, dan
menjadikan diri sebagai pribadi positif dan dapat
merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari (Wahyunita &
Wilhelmus, 2016).
Pada paragraf terkahir penulis Penulis telah memperhatikan
keadaan kaum muda di paroki St. Pius X Tenggarong, dari
pengamatan tersebut penulis melihat banyak kaum muda
yang menghabiskan waktu di sekretariat OMK untuk
melakukan kegiatan seperti pertemuan, latihan koor,
mendekorasi Gereja, menjadi petugas liturgi, menjaga parkir
dan kegiatan lainnya. Namun pada saat jadwal penerimaan
Sakramen Tobat yang biasanya dilaksanakan pada masa
khusus yaitu Prapaskah dan masa Adven penulis melihat
bahwa hanya sebagian saja kaum muda yang mempunyai
inisiatif untuk melibatkan diri menerima Sakramen Tobat dan
masuk dalam bilik pengakuan. Sehingga penulis berasumsi
bahwa motivasi kaum muda dalam penerimaan Sakramen
Tobat di paroki ini masih rendah. Fenomena di atas
menunjukkan bahwa motivasi OMK paroki St. Pius X
Tenggarong untuk menerima Sakramen Tobat masih rendah
maka, dalam penelitian ini penulis menggali perihal Mengapa
OMK Paroki St. Pius X Tenggarong kurang termotivasi
dalam penerimaan Sakramen Tobat.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
(Sugiyono, 2016). Penelitian deskriptif merupakan sebuah
penelitian yang dibuat dengan tujuan utamanya agar memberi
gambaran atau deskripsi mengenai suatu situasi secara
objektif. Desain penelitian ini dipakai untuk menjawab atau
memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi di dalam
situasi saat ini. Penelitian deskriptif juga memiliki arti
penelitian dengan maksud untuk mendeskripsikan sebuah
fenomena atau karakteristik dari individu, kelompok, atau
situasi tertentu dengan akurat.
Hasil/Pembahasan Berdasarkan data perhitungan persentase yang dilakukan
(Tambahin juga di dapat diketahui bahwa dari 36 informan sekitar 75% OMK
pembahasan) memiliki motivasi yang sangan rendah, 8% OMK memiliki
motivasi yang sedang, dan 17% OMK memiliki motivasi
yang tinggi terhadap penerimaan Sakramen Tobat di pusat
Paroki St. Pius X Tenggarong. Maka untuk mengetahui
penyebab motivasi OMK yang berbeda dalam penerimaan
Sakramen Tobat, penulis memaparkan penyebab atau motif
yang mempengaruhi motivasi OMK dalam penerimaan
Sakramen
Motivasi OMK dalam penerimaan Sakramen Tobat terbagi
menjadi tiga, yang pertama OMK memiliki motivasi yang
tinggi atau sekitar 17% dari informan pada penelitian ini. Hal
ini dikarenakan OMK memiliki niat dan mau mengikuti
penerimaan Sakramen Tobat. Motivasi OMK yang tinggi
dilihat dari hasil wawancara. OMK mengatakan bahwa
Sakramen Tobat adalah sebuah satu kesempatan kita
menerima rahmat pengampunan jadi kita harus menyiapkan
diri, hati dan batin. OMK memiliki kesadaran diri, paham dan
sadar akan makna dari Sakramen Tobat sehingga mau
menerima Sakramen Tobat.
Motivasi sedang atau sekitar 8% dari informan pada
penelitian ini. Hal ini dikarenakan OMK memiliki niat tetapi
tidak membawa diri untuk pergi menerima Sakramen Tobat.
Motivasi OMK yang sedang dilihat dari hasil wawancara
yang dilakukan pada saat penelitian. OMK mengatakan
bahwa mereka sebenarnya memiliki niat, mau dan ingin tetapi
terdapat kendala yang membuat OMK berfikir bahwa bila
bertobat tetapi ujung-ujungnya mengulangi dosa lagi berarti
sama saja.
Motivasi rendah atau sekitar 75% dari informan pada
penelitian ini. Hal ini dikarenakan OMK memiliki niat
sehingga tidak membawa diri untuk pergi menerima
Sakramen Tobat. Motivasi OMK yang rendah dilihat dari
hasil wawancara yang dilakukan pada saat penelitian. OMK
mengatakan alasan-alasan pendorong dari dalam diri
sehingga OMK tidak memiliki niat dan tidak membawa diri
untuk menerima Sakramen Tobat yaitu rasa malas, belum
siap, malu terhadap diri sendiri, malu untuk mengakukan
dosa-dosanya di hadapan Imam, tidak percaya diri, takut
kalau nanti setelah bertobat akan mengulangi dosa yang sama
lagi, pengakuan dosa masih menjadi sesuatu yang asing bagi
OMK, belum mempunyai niat, hilangnya rasa kepercayaan
terhadap Imam, malu terhadap dosa sendiri, memilih untuk
menampung dosa, merasa sungkan dengan para Imam, belum
siap hati dan mental.

Kesimpulan Pada bagian kesimpulan, penulis menuliskan bahwa


penghambat motivasi OMK yang paling berpengaruh dalam
penerimaan Sakramen Tobat adalah motivasi intrinsik.
Karena sejatinya dalam penerimaan Sakramen Tobat hal
utama yang harus dimiliki adalah ketergerakan, kesiapan dan
ketenangan hati yang timbul dari dalam diri untuk menerima
rahmat penyembuhan dari Allah. Sedangkan yang terjadi
pada sebagian besar OMK pusat Paroki St. Pius X
Tenggarong adalah sebaliknya, tidak ada yang berani
membawa diri untuk menerima rahmat penyembuhan
tersebut, sehingga dapat identifikasi bahwa yang menjadi
penghambat pertama dan utama bagi OMK pusat Paroki St.
Pius X Tenggarong dalam Penerimaan Sakramen Tobat
adalah tidak adanya kesadaran diri dan kesiapan batin untuk
menerima Sakramen Tobat.
Keunggulan 1. Teori dan metode yang digunakan tepat
2. Model analisis data yang digunakan juga tepat
3. Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dipahami
maksud dan tujuannya oleh pembaca.
Kekurangan ....................................

Sumber:
https://ojs.stkpkbi.ac.id/index.php/jgv
https://doi.org/10.56393/intheos.v2i3.1267

Anda mungkin juga menyukai