Anda di halaman 1dari 13

PEMBAHASAN CADANGAN DEVISA INDONESIA

A. Latar Belakang

Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan impor
untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi
kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing
suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan.

Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang dibutuhkannya dari luar
negeri, tetapi juga memerosotkan kredibilitas mata uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing
akan mengalami depresiasi. Apabila posisi cadangan devisa itu terus menipis dan semakin menipis,
maka dapat terjadi rush terhadap valuta asing di dalam negeri. Apabila telah demikian keadaannya,
sering terjadi pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi
(Dumairy, 1996: 107).

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2013 sebesar
USD 99,4 miliar atau meningkat USD 2,4 miliar dibandingkan posisi akhir November 2013 sebesar
USD 97,0 miliar. Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan besaran
cadangan devisa pada level tersebut, dapat membiayai 5,6 bulan impor atau 5,4 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah

dijelaskan bahwa ketergantungan impor dan transfer neto yang tinggi membahayakan neraca
pembayaran yakni defisit transaksi berjalan dan defisit modal yang terus menerus meningkat.
Akibatnya cadangan devisa menjadi semu, artinya banyak mengandung dan bahkan didominasi oleh
komponen utang luar negeri. Cadangan devisa tidak lagi diperoleh dari surplus ekspor, tetapi dari
pinjaman luar negeri. Sebagian besar pinjaman luar negeri digunakan untuk menutup defisit transaksi
berjalan dan membayar angsuran pokok utang luar negeri (Tulus T.H. Tambunan,2000:152-153).
Dalam pengelolaan cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia menerapkan sistem diversifikasi,
baik berdasarkan jenis valuta asing maupun berdasarkan jenis investasi surat berharga. Dengan cara
tersebut diharapkan penurunan nilai dalam salah satu mata uang dapat dikompensasi oleh jenis mata
uang lainnya atau penempatan lain yang mempunyai nilai yang lebih baik. Posisi cadangan devisa
resmi yang dikuasai Bank Indonesia perlu dipertahankan pada tingkat yang wajar. Hal ini terutama
untuk menjaga kestabilan ekonomi dan moneter serta untuk menghindari terjadinya gejolak kurs mata
uang asing dan pelarian modal keluar negeri. Dalam hubungan ini sebagai ukuran yang lazim
digunakan oleh rasio cadangan resmi terhadap impor. Jika cadangan devisa itu cukup untuk menutup
impor selama tiga bulan pada lazimnya dipandang sebagai titik yang aman, dan jika hanya untuk dua
bulan atau kurang, maka akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran. Mulai bulan Juli
tahun 2000, Bank Indonesia mengubah konsep pencatatan cadangan devisa. Angka cadangan devisa
yang dilaporkan hanya menggunakan konsep Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity
(IRFCL) yang merupakan standar pelaporan secara internasional (SDDS-IMF). Perbedaan antara
angka cadangan devisa yang berdasarkan konsep GFA dengan yang berdasarkan IRFCL terjadi
karena perbedaan defenisi. Dalam konsep IRFCL, hanya aset yang tergolong likuid yang
diperhitungkan sebagai komponen internasional reserve dan penilaiannya menggunakan kurs yang
berlaku saat tanggal pelaporan. Sedangkan dalam konsep yang lama, GFA tidak dibedakan tingkat
likuiditas tersebut, serta tidak digunakan kurs yang berlaku pada saat pelaporan melainkan kurs mata
uang asing per 31 Maret 1998. Konsep IRFCL berangkat dari standar penyebaran data khusus (special
data dissemination standars/ SDDS), yang merupakan bentuk penyajian data ekonomi melalui internet
dengan menggunakan standar penyajian data dana moneter internasional (IMF). Cakupan SDDS
adalah sektor riil, sektor keuangan, sektor eksternal, dll. Mengenai IRFCL, struktur mode tersebut
terbagi menjadi devisa internasional (Internasional Reserve) perkiraan aliran bersih devisa yang
terjadwal (predetermined short-term net drains) perkiraan aliran devisa yang bersifat siaga (contingent
short-term net drains) dan meno item

B. Pembahasan

Dalam perkembangan ekonomi nasional Indonesia dikenal dua terminologi cadangan devisa,
yaitu official foreign exchange reserve dan country foreign exchange reserve, yang masing-
masing mempunyai cakupan yang berbeda.

 official foreign exchange reserve, merupakan cadangan devisa milik negara yang dikelola,
diurus, dan ditatausahakan oleh bank sentral, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh UU
No. 13 Tahun 1968.
 country foreign exchange reserve, mencakup seluruh devisa yang dimiliki badan, perorangan,
lembaga, terutama lembaga keuangan nasional yang secara moneter merupakan bagian
dari kekayaan nasional (Halwani Hendra, 2005).
Bank sentral dalam pengolahan devisa, selain memperhatikan jumlah devisa yang benar-benar ada
dalam administrasi juga diperhitungkan semau potensi asset yang akan diperoleh serta kewajiban
atau utang yang ada maupun yang akan dating, sehingga neto akhirnya dapat diperkirakan
besarnya cadangan devisa. Untuk mengukur suatu cadangan devisa dianggap memadai atau tidak,
maka dipakai kriteria jumlah besarnya kemampuan cadangan devisa tersebut untuk menutup impor
minimal selama 3 bulan.

Cadangan devisa (Foreign Exchange Reserves) adalah simpanan oleh bank sentral dan otoritas
moneter. Simpanan ini merupakan (aset/aktiva) bank sentral yang tersimpan dalam beberapa (mata
uang cadangan) (reserve currency) seperti dollar, euro, yen dan digunakan untuk menjamin
(kewajibannya) yaitu mata uang lokal yang diterbitkan dan cadangan berbagai (bank) yang
disimpan dalam bentuk mata uang asing melainkan dalam bentuk surat-surat berharga ataupun
logam mulia. Cadangan devisa merupakan posisi aktiva luar negeri pemerintah dan bank bank
devisa yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Dalam mengelola cadangan
devisa, Bank Indonesia telah mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan daripada
keuntungan yang tinggi. Namun demikian, Bank Indonesia selaku otoritas moneter Indonesia tetap
mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di pasar internasional sehingga tidak tertutup
kemungkinan terjadinya pergeseran dalam portofolio komposisi jenis penempatan cadangan devisa.

Cadangan devisa bertambah ataupun berkurang tampak dalam neraca lalu lintas moneter.
Cadangan devisa disimpan dalam neraca pembayaran (BOP). Cadangan devisa lazim diukur
dengan rasio cadangan resmi terhadap impor, yakni jika cadangan devisa cukup untuk menutupi
impor suatu negara selama 3 bulan, lazim dipandang sebagai tingkat yang aman, dan jika hanya 2
bulan atau kurang maka akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran (Rustian
Kamaluddin, 1998). Laju ekspor yang tinggi akan menghasilkan hard currency yang dapat
memperkuat cadangan devisa, namun mengakibatkan apresiasi domestik currency, yang
kemudian menambah jumlah uang beredar melalui NFA (Net Foreign Asset) yang pada
akhirnya dapat mendorong inflasi. Ini merupakan suatu siklus ekonomi yang berkesinambungan
dan erat kaitannya dalam proses pertahanan pengolahan cadangan devisa. Selain pengaruh
kegiatan ekspor-impor, posisi cadangan devisa banyak dipengaruhi masuknya investasi, hibah
asing, perolehan dan pembayaran pinjaman luar negeri. Selain itu, cadangan devisa negara juga
merupakan instrumen BI dalam melakukan stabilisasi rupiah melalui operasi pasar terbuka (OPT).

Menurut Bank Dunia, peranan cadangan devisa adalah:

1. Untuk melindungi negara dari guncangan eksternal. Krisis keuangan pada akhir 1990 an
membuat para pembuat kebijakan memperbaiki pandangannya atas nilai dari cadangan
devisa sebagai proteksi dalam melindungi dari krisis mata uang.
2. Tingkat cadangan devisa merupakan faktor penting dalam penilaian kelayakan kredit dan
kredibilitas kebijakan secara umum, sehingga negara dengan tingkat cadangan devisa
yang cukup dapat memberi pinjaman dengan kondisi yang lebih nyaman.
3. Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar. Munculnya kebijakan
Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN) beberapa waktu lalu tidak lain sebagai upaya
pemerintah untuk mengendalikan penggunaan devisa maupun komitmen lainnya, yang
dapat membawa implikasi negatif tentang neraca pembayaran serta cadangan devisa
dikemudian hari. Namun, yang masih tetap sulit dihindari adalah ketidaksiplinan ataupun
langkah/kegiatan para usahawan, yang karena naluri bisnisnya tidak menghiraukan etika
maupun kepentingan nasional, sehingga berlakunya rezim devisa bebas dianggap sebagai
karunia yang menguntungkan mereka.

Pengertian Devisa dan Fungsinya Devisa adalah sejumlah valuta asing yang digunakan untuk
membiayai transaksi perdagangan internasional. Devisa biasanya berada di bawah pengawasan
otoritas moneter. Dalam hal ini, bank sentral yang ada di suatu negara. Devisa berfungsi sebagai alat
pembayaran luar negeri, terutama untuk membiayai impor, membayar cicilan utang luar negeri dan
bunganya, transaksi internasional lainnya, dan menjadi penjamin nilai rupiah. Valuta asing atau valas
(foreign exchange) itu sendiri diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang
digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar
negeri.

Jenis- jenis devisa antara lain Valuta asing, yaitu mata uang yang dapat diterima oleh hampir semua
negara di dunia (seperti US Dollar ($), Yen Jepang, Euro, Poundsterling Inggris), dan dapat diperjual
belikan. Emas, emas mempunyai sifat convertible yakni semua orang (negara) mau menerima emas
sebagai alat pembayaran internasional yang sah dalam bentuk batangan bukan dalam bentuk
perhiasan.

Surat berharga yang berlaku untuk pembayaran internasional, seperti :

 Special Drawing Rights (SDR) adalah hak kredit bagi negara anggota IMF bertujuan untuk
membantu Negara anggota yang mengalami kesulitan dalam pembayaran internasional.
 Cable Order ( Telegraphic Transfer) merupakan cek yang dikirimkan melalui telegram atau
radiogram atau telepon dari bank di dalam negeri dengan bank di luar negeri.
 Bill of Exchange (Wesel) merupakan surat perintah kepada bank untuk membayarkan
sejumlah uang kepada seseorang.
 Traveller Cheque (TC) adalah cek untuk berpergian biasanya dibawah oleh turis dan dapat
dicairkan pada bank-bank perwakilannya
Macam Macam Devisa

 Devisa umum, yaitu devisa yang didapat dari kegiatan ekspor, penjualan jasa serta bunga
modal.
 Devisa kredit, yakni adalah devisa yang diperoleh dari kredit pinjaman luar negeri.
 Devisa Negara adalah devisa yang dimiliki oleh pemerintah yang ditatausahakan dalam dana
devisa.
 Devisa pelengkap adalah devisa yang dimiliki oleh pihak swasta tetapi penggunaanya diawasi
dan diatur pemerintah yaitu sebagian tertentu dari devisa hasil penjualan jasa (dalam valas)
dari transfer, dan lan-lain yang berlaku saat itu dapat dimiliki oleh yang menghasilkan.
 Devisa ekspor adalah devisa yang dimilki oleh swasta tetapi penggunaanya diawasi dan diatur
pemerintah yaitu sebagian tertentu dai devisa hasil ekspor barang (visible goods) yang
menurut peraturan devisa yang berlaku saat itu dapat dimiliki oleh eksportir yang
bersangkutan sebagai perangsang ekspor.

Fungsi Cadangan Devisa

 Alat pembayaran hutang luar negeri


 Alat transaksi pembayaran barang dan jasa luar negeri (perdagangan, ekspor, impor, dan
seterusnya).
 Alat transaksi pembiayaan hubungan dengan luar negri seperti membiayai kedutaan, misi
budaya, hadiah, bantuan, dll
 Sebagai sumber pendapatan negara

Sumber Sumber Cadangan Devisa

1. Pinjaman / hutang luar negeri : Pinjaman luar negeri yang berupa uang, secara langsung
dapat menambah devisa. Pinjaman ini dapat digunakan untuk membayar semua pembiayaan
ke luar negeri. Meskipun ada kewajiban untuk mengembalikan, akan tetapi uang yang
diperoleh dari luar negeri tetap akan menambah devisa negara.
2. Hadiah, bantuan atau sumbangan luar negeri : Bantuan yang diperoleh dari luar negeri dapat
berupa barang ataupun uang. Apabila bantuannya berupa barang, maka hal ini dapat
menghemat devisa negara. Mengapa? Karena negara dapat memperoleh barang tanpa harus
membayarnya. Sedangkan bantuan yang berupa uang, otomatis dapat langsung menambah
devisa negara.
3. Penerimaan deviden atau jasa serta bunga dari luar negeri : Penerimaan jasa adalah
penerimaan devisa yang berasal dari pengiriman jasa-jasa ke luar negeri. Apabila suatu negara
mengadakan atau menyelenggarakan jasa untuk negara lain, maka negara tersebut akan
memperoleh devisa. Misalnya Indonesia mengirimkan tenaga kerjanya ke negara lain, berarti
Indonesia akan memperoleh devisa atas jasa yang telah digunakan oleh negara lain. Selain
pengiriman jasa tenaga kerja, ekspor jasa dapat berupa jasa pengiriman barang-barang ke luar
negeri serta jasa dari pelabuhan dan bandar udara.
4. Hasil ekspor barang dan jasa : Apabila suatu negara mengekspor barang ke negara lain, maka
negara tersebut akan memperoleh devisa dari negara pengimpor berupa devisa. Semakin
banyak barang yang diekspor, maka devisa yang akan diperoleh juga semakin banyak.
5. Kiriman valuta asing dari luar negeri : Jumlah TKI yang bekerja di luar negeri cukup banyak,
sehingga dapat memberikan sumbangan devisa ke negara kita cukup besar. Hal ini dapat
dilihat dari kegiatan pengiriman uang asing dari TKI yang bekerja di luar negeri untuk
keluarganya yang ada di Indonesia. Uang asing yang dikirimkan dari luar negeri harus ditukar
menjadi uang rupiah di bank devisa. Penukaran inilah yang dapat menambah simpanan devisa
bagi negara.
6. Wisatawan yang belanja di dalam negeri : Banyaknya turis yang datang ke Indonesia dapat
menambah devisa negara. Turis-turis yang datang dari negara lain, tentunya akan membawa
uang dari negara asalnya. Akan tetapi uang dari negaranya tidak bisa digunakan di Indonesia.
Untuk itu, para turis harus menukarkan uangnya menjadi mata uang rupiah. Penukaran uang
asing menjadi uang rupiah akan menjadi devisa bagi Indonesia. Semakin banyak turis
mancanegara yang datang maka pemasukan devisa akan semakin banyak.
7. Pungutan bea masuk : Bea masuk yang diperoleh dari pungutan biaya barang-barang luar
negeri yang dimasukkan ke Indonesia, dapat menambah devisa. Semakin banyak arus barang
luar negeri yang masuk ke Indonesia maka devisa yang diperoleh akan semakin banyak. Akan
tetapi pada kenyataannya, banyak barang-barang yang masuk tanpa ada izin (diselundupkan),
sehingga hal ini dapat mengurangi perolehan devisa bagi negara.

Manfaat Cadangan Devisa

 Membeli barang atau jasa dari luar negeri (impor)


 Membayar hutang pokok serta bunga hutang luar negeri
 Pembiayaan kegiatan perdagangan luar negeri
 Membiayai perwakilan di luar negeri (duta besar, konsulat, dll)
 Membiayai atlit, misi kebudayaan, studi banding / perjalanan dinas pejabat negara
 Dan lain-lain
Mekanisme Penyelenggaraan Cadangan Devisa (Mekanisme setelmen USD/IDR PVP)

Pejabat sementara (Pjs.) Gubernur Bank Indonesia waktu itu, Darmin Nasution, meresmikan secara
langsung penyelenggaraan mekanisme setelmen United State Dollar/Indonesian Rupiah Payment-
Versus-Payment (USD/IDR PVP) pada sistem BI-RTGS (Bank Indonesia – Real Time Gross
Settlement).

Mekanisme setelmen USD/IDR PVP dapat memberikan manfaat utama bagi perbankan berupa
mitigasi risiko kegagalan setelmen pada salah satu mata uang atau foreign exchange settlement risk“,
demikian Darmin dalam sambutannya. Dijelaskan juga bahwa mekanisme ini dapat mendukung
peningkatan manajemen risiko, permodalan dan likuiditas yang semakin baik, serta operasional
kegiatan back office yang semakin efisien di bank umum devisa yang menggunakannya

Implementasi mekanisme USD/IDR PVP diperkirakan akan menghasilkan pula spilling over effect
positif pada pasar valuta asing terbesar di Indonesia, berupa tersedianya pilihan counterparty di pasar
USD/IDR domestik yang semakin banyak, termasuk dari segmen bank umum devisa skala menengah
dan bahkan kecil yang dapat menyediakan tambahan supply yang semakin mencukupi untuk
memenuhi dinamika demand di pasar USD/IDR. “Penyelenggaraan mekanisme setelmen PVP untuk
penyelesaian transaksi jual-beli USD/IDR juga sejalan dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.10/37/2008 yang mengatur penyelesaian setiap Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah harus
dilakukan dengan pemindahan dana secara penuh atau dilakukan secara trade-by-trade“.

Pada saat ini terdapat 28 bank umum devisa yang terdaftar pada Sistem BI-RTGS sebagai pengguna
mekanisme setelmen USD/IDR PVP. Sebagian diantaranya, atau 18 bank telah aktif menggunakan
mekanisme tersebut. Sementara bank-bank umum devisa lainnya masih dalam proses pendaftaran
untuk dapat menggunakan fasilitas tersebut.

Pengaruh Cadangan Devisa Terhadap Kurs

Valas biasanya memiliki catatan kurs resmi bank sentral negara yang bersangkutan. Mata uang yang
sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan
keuangan internasional disebut hard currency. Adapun mata uang yang jarang digunakan sebagai alat
pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya yang relatif tidak stabil disebut soft currency.
Jumlah valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara disebut cadangan devisa.
Cadangan devisa suatu negara terdiri atas cadangan devisa resmi (official forex reserve) dan cadangan
devisa nasional (country forex reserve).

Cadangan devisa resmi atau cadangan devisa bersih merupakan jumlah valas yang benar-benar
menjadi milik BI yang diperoleh dari pengurangan aktiva luar negeri bruto dengan kewajiban-
kewajiban Bank Sentral dalam valas, antara lain sebagai berikut:
1. Gross liability, yaitu kewajiban dalam valas dengan masa jatuh tempo sampai dengan setahun
(termasuk penggunaan dana IMF).
2. Net-forward position, yaitu kewajiban Bank Indonesia dalam valas terhadap penduduk
(residents) dan bukan penduduk (non-residents) dalam bentuk transaksi forward (transaksi
saat penyerahan barang dan surat berharga pada tanggal tertentu dengan harga yang tetap).
3. Devisi perbankan yang ada pada BI dalam memenuhi ketentuan giro wajib minimum (GWM)
valas.

Cadangan devisa nasional merupakan penjumlahan cadangan devisa milik pemerintah dan cadangan
devisa yang dimiliki oleh bank-bank devisa.

Pembahasan Sistem Devisa Bebas dan Terkendali

 Sistem Devisa Bebas

Sistem ini merupakan sistem devisa yang dianut oleh Indonesia (a.k.a Bank Indonesia dan
Pemerintah) sebagaimana diatur dalam UU 24/1999 tentang Lalu Lintas Devisa. Sistem devisa bebas
adalah suatu sistem lalu lintas devisa dimana siapapun bisa memiliki dan bebas menggunakan devisa.
Dengan demikian maka terjadilah fungsi permintaan dan penawaran pasar. Nilai tukar mata uang
asing akan dipengaruhi oleh banyaknya permintaan dan penawaran di pasar, meskipun ada juga
pengaruh dari suku bungan bank sentral, tingkat inflasi, maupun kebijakan fiskal pemerintah. Tetapi
pada dasarnya lebih tergantung dari jumlah permintaan dan penawaran di pasar.

Kelebihan dari sistem devisa bebas ini, menurut pemahaman saya, akan menunjukkan sisi kekuatan
fundamental ekonomi nasional secara nyata karena nilai investasi yang masuk serta capital yang
dibawa keluar Indonesia akan memiliki nilai ekonomis yang nyata dengan fundamental ekonomi
dunia. Kalau diingat krisis moneter di akhir era tahun 90 an (sekitar tahun 96 s/d 99), nilai dolar yang
awalnya bernilai 2 ribu – 3 ribuan melonjak sampai 16 ribuan. Ini karena nilai pasar sesungguhnya
nilai rupiah adalah diatas 10 ribuan per dolar Amerika. Sehingga dengan sistem devisa bebas ini maka
nilai tukar rupiah terhadap dolar diharapkan merupakan nilai sesungguhnya. Selain itu bisa
memberikan kepastian bagi investor untuk membuat keputusan investasi di Indonesia, apakah harus
membawa capital ke Indonesia atau menempatkan di negara lain.

Kelemahannya adalah, ini masih menurut saya, cadangan devisa Indonesia bisa semakin lama
semakin tergerus apabila nilai rupiah terus berfluktuasi diatas nilai psikologis (nilai yang dianggap
nyata bagi rupiah dan dolar) karena adanya faktor spekulasi dari para spekulan. Menurut Gubernur BI,
Boediono, posisi cadangan devisa pada akhir Oktober 2008 sekitar US$ 50,4 miliar. Angka tersebut
melorot jauh dari posisi pada akhir September sekitar 57 miliar dolar AS yang disebabkan intervensi
yang dilakukan BI untuk menjaga nilai tukar rupiah. Padahal banyak ekonom menyebutkan nilai
minimal cadangan devisa adalah diantara US$ 30-36 miliar. Jadi bisa dibayangkan apabila BI selalu
melakukan intervensi ke pasar terus menerus apabila nilai rupiah terus anjlok sampai tahun depan,
maka bisa dipastikan akan mengurangi jumlah cadangan devisa. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
sejak Indonesia menganut sistem devisa bebas maka banyak orang berlomba-lomba menjadi spekulan
untuk memperoleh gain antara harga beli dolar saat dia beli dengan harga jual dolar saat ini jika
mengalami kenaikan. Jika selisih besar maka nilai rupiah akan semakin terpuruk karena banyak
spekulan yang memilih membeli dolar. Meskipun faktor hutang LN yang jatuh tempo juga bisa
menjadi faktornya tetapi menurut BI kebanyakan adalah karena faktor spekulan. Oleh karena itu baru-
baru ini BI mengeluarkan aturan underlying transactions (aturan dengan meminta pelaku transaksi
menyertakan NPWP serta alasan yang jelas penggunaan valas) untuk pembelian valas minimal
ekuivalen 100.000 dolar AS.

 Sistem Devisa Terkendali

Sistem ini merupakan sistem devisa yang mengendalikan lalu lintas devisa dengan mengenakan
batasan waktu bagi dana asing yang baru masuk, sehingga bisa parkir di dalam negeri dalam jangka
waktu tertentu, misalnya enam bulan sampai satu tahun. Dengan demikian, pemerintah dan BI
memiliki kendali atas dana asing yang bersifat spekulatif, yang tidak jelas tujuan masuknya ke pasar
domestik. Selain itu bisa saja pemerintah dan BI melakukan pengendalian dengan cara menetapkan
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing secara berkala, seperti dulu jaman Soeharto.

Kelebihannya, memberikan peluang bagi sektor riil yang menggunakan bahan baku atau peralatan
dari luar negeri untuk merencanakan aktivitas usaha dengan baik. Selain itu bisa mencegah eksportir
untuk memarkir dananya di luar negeri dan tetap menaham dananya di dalam negeri. Dan yang
penting adalah bisa menekan faktor spekulatif para spekulan karena bila selisih nilai tukar antara jual
dan beli ditentukan berkisar antara 100-300 poin maka aktivitas spekulatif bisa ditekan/dihindari
karena tidak menarik lagi dalam sisi pengambilan gain.

Kelemahannya, menurut saya, adalah sesuai dengan pengalaman krisis moneter 10 tahun lalu, nilai
tukar tidak mencerminkan nilai riil dari mata uang rupiah sehingga saat Indonesia terkena krisis
moneter maka mata uang kita akan terjun bebas. Kalau sudah begini semua sektor akan terkena
imbasnya, mulai sektor keuangan sampai sektor riil dan akan butuh waktu lama untuk sembuh.
Kebijakan Moneter Dalam Mempengaruhi Cadangan Devisa

kebijakan moneter yang ekspansif berpengaruh terhadap cadangan devisa yang dapat dibedakan
pada dua situasi:

1. Situasi Perfect Capital Mobility

Dalam situasi demikian, kebijakan moneter yang ekspansif akan menurunkan suku bunga dan
mendorong investasi sehingga pendapatan riil masyarakat meningkat. Meningkatnya pendapatan
akan mendorong impor sehingga menghasilkan defisit keseluruhan keseimbangan neraca
pembayaran atau deficit overall balance of payment (BOP). Selain itu, dengan asumsi perfect
capital mobility, menurunnya suku bunga akan mendorong aliran modal keluar sehingga
menambah deficit overall BOP. Keseimbangan jangka panjang memerlukan zero balance of
overall balance of payment. Oleh karena itu nilai tukar harus dipertahankan konstan, maka defisit
BOP tersebut harus dibiayai dengan cadangan devisa sehingga jumlah uang beredar menurun.
Menurunnya jumlah uang beredar akan mendorong suku bunga kembali bergerak pada posisi
semula yang lebih tinggi dan mengakibatkan kontraksi kegiatan ekonomi. Dalam situasi demikian,
kebijakan moneter kemungkinan masih efektif apabila elastisitas suku bunga terhadap investasi
lebih besar daripada elastisitas suku bunga terhadap aliran modal internasional. Kebijakan dalam
sistem nilai tukar tetap dalam perfect capital mobility justru efektif karena ekspansifnya
pengeluaran pemerintah akan meningkatkan suku bunga dan investasi sehingga pendapatan riil
masyarakat bertambah.

Naiknya suku bunga akan mendorong aliran modal masuk dan overall BOP menjadi surplus
sehingga cadangan devisa meningkat dan jumlah uang beredar bertambah. Kebijakan fiskal
semakin kurang efektif jika elastisitas aliran modal internasional semakin kecil terhadap suku
bunga dalam negeri.

2. Situasi Perfect Capital Immobility

Dalam situasi demikian, kebijakan moneter tidak efektif karena tidak dapat meningkatkan
pendapatan riil masyarakat. Kebijakan moneter yang ekspansif akan menurunkan suku bunga
dan mendorong investasi dan menaikkan pendapatan riil masyarakat. Namun karena suku bunga
tidak elasitis sempurna terhadap aliran modal, maka penurunan suku bunga tersebut tidak
mengakibatkan aliran modal keluar. namun meningkatkanya pendapatan tersebut dapat
mendorong masyarakat untuk membeli barang-barang impor sehingga overall balance of
payment (keseluruhan keseimbangan neraca pembayaran) mengalami defisit. Sampai seberapa
jauh kenaikan pendapatan tersebut akan menyebabkan keseluruhan keseimbangan neraca pembayaran
defisit tergantung pada marginal propensity to import (MPI). Semakin bersar rasio MPI,
semakin besar pula defisit BOP yang akan terjadi, oleh karena sistem nilai tukar harus
dipertahankan, maka defisit keseluruhan keseimbangan neraca pembayaran tersebut harus
dibiayai dengan cadangan devisa. Akibatnya cadangan devisa menurun dan jumlah uang
beredar juga menurun yang pada gilirannya mengakibatkan kontraksi pada kegiatan ekonomi.
Menurunnya jumlah uang beredar akan mengembalikan suku bunga pada posisi semula
sehingga kebijakan moneter kemungkinan masih efektif apabila elastisitas suku bunga terhadap
investasi lebih besar daripada rasio marginal propensity to import(MPI).

C. Kesimpulan dan Saran

Cadangan Devisa yaitu stok emas dan mata uang asing yang dimiliki yang sewaktu-waku digunakan
untuk transaksi atau pembayaran internasional. Pengertian Cadangan Devisa atau Foreign Reserve
Currencies adalah mata uang asing, misalnya dolar Amerika yang dipegang oleh pemerintah atau
bank sentral setiap negara yang pada umumnya digunakan sebagai cadangan internasional.

Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan impor
untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi
kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing
suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan.

kondisi jumlah cadangan devisa Indonesia sangat perlu untuk ditingkatkan agar tingkat kerentanan
ekonomi Indonesia dapat dikurangi. Salah satu cara untuk menaikkan jumlah cadangan devisa adalah
dengan menggenjot ekspor dan mengurangi impor serta utang luar negeri. Dalam usaha mengurangi
ketergantungan pada impor, diperlukan suatu strategi yang efektif guna menaikkan tingkat
kemandirian semua sektor ekonomi pada umumnya dan sektor industri manufaktur pada khususnya.

Industri Indonesia harus didukung daya saing berkualitas, research and developmentdan
meningkatkan daya saing global terutama komoditas ekspor nonmigas (manufaktur) sehingga
mendorong volume ekspor neto menambah pendapatan devisa. Pemerintah perlu meningkatkan
kualitas tenaga kerja dan membenahi infrastruktur. Investasi asing dimanfaatkan dengan pemberian
insentif khusus serta perbaikan regulasi memicu industri bekerja optimal dan transfer teknologi.
Pembenahan kualitas sektor pariwisata menarik banyak wisatawan asing berdampak surplus
international reserves.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.merdeka.com/uang/indonesia-perlu-terapkan-rezim-devisa-bebas-terkendali.html

http://hondacbmodifikasi.com/pengertian-cadangan-devisa/

http://www.pengertianahli.com/2013/09/ devisa-dan-fungsinya.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/cadangan-devisa-foreign-reserve.html

http://kelompokstekpi.wordpress.com/2011/05/02/pengertian-dan-jenis-devisa/

http://www.merdeka.com/uang/indonesia-perlu-terapkan-rezim-devisa-bebas-terkendali.html

http://www.merdeka.com/uang/naik-usd-24-m-bi-catat-cadangan-devisa-per-desember-usd-994-
m.html

http://www.merdeka.com/tag/c/cadangan-devisa/

\
LAMPIRAN

Sumber Artikel :

Indonesia Perlu Terapkan Rezim Devisa Bebas Terkendali

Merdeka.com - Berbagai pihak mendesak pemerintah segera merevisi UU No. 24 tahun 1999 tentang
Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Desakan ini didasari oleh nilai tukar Rupiah yang terus
terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

Ketua Asosiasi Pedagang Valas Muhamad Idrus melihat, tidak ada keinginan kuat dari pemerintah
dan bank sentral untuk memperkuat posisi Rupiah terhadap USD secara internasional. Selain itu,
Rupiah juga rawan aksi spekulasi.

Baiknya UU Devisa No 24 tahun 99 di ubah kembali ke rezim devisa bebas terkendali. Ini sebagai
upaya Pemerintah serta BI mengendalikan devisa untuk kepentingan Bangsa. Dengan begitu
kebijakan-kebijakan devisa hasil Ekspor bisa dimasukkan ke dalam Negeri

Dengan begitu, kata Idrus, pemerintah bersama BI bisa mengendalikan devisa secara lebih aktif
dengan menggunakan instrumen yang sudah diatur dan disediakan bagi keberlangsungan pasar valas
domestik.

Saat ini pemerintah masih mengkhawatirkan risiko larinya investor asing apabila Indonesia
menerapkan rezim devisa bebas terkendali.

Haruskah bangsa yang besar ini kita dikhawatirkan akan larinya dana-dana asing, bukankah
kemandirian yang harus kita bangun bersama agar terciptanya Indonesia Adil, Sejahtera dan
Bermartabat.

Berangkat dari kondisi itu, revisi undang-undang tersebut harus segera dilakukan agar Rupiah
semakin kuat. "Untuk menjadi Negara Mandiri butuh Pengorbanan".

Anda mungkin juga menyukai