Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTISI MENGAJAR KAPITA SELEKTA

PERAN TEKNOLOGI DALAM PENANGGULANGAN


KEBENCANAAN

DISUSUN OLEH
FAREL ABID YASSER PRAYANTO / 123210076

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
Daftar Isi

A. PENGANTAR ...................................................................................................................... 3
B. JALANNYA SEMINAR....................................................................................................... 4
1. Pembukaan ......................................................................................................................... 4
2. Pemaparan Materi .............................................................................................................. 4
3. Sesi Tanya Jawab ............................................................................................................... 6
C. PENUTUP ............................................................................................................................. 7
D. LAMPIRAN .......................................................................................................................... 8

2
KEGIATAN SEMINAR
A. PENGANTAR
• Pembicara : Dr. Agus Budi Santosa
• Moderator : Wahyu Vance
• Tempat : Ruang Seminar Informatika
• Poster :

Gambar 1.1

3
B. JALANNYA SEMINAR
1. Pembukaan
Webinar diawali dengan sambutan oleh Wahyu Vance selaku Moderator lalu
berdoa bersama, kemudian sambutan oleh Ketua Jurusan Informatika, Dr. Awang
Hendrianto P., S.T., M.T. Kemudian Kembali ke Moderator, moderator memaparkan
pembicara pada seminar kali ini. Pembicara pada seminar kali ini adalah Dr. Agus Budi
Santosa selaku Kepala BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
Kebencanaan Geologi).

2. Pemaparan Materi
Dr. Agus Budi Santosa melanjutkan acara dengan memaparkan materi
menggunakan slide powerpoint yang sudah dipersiapkan. Beliau memaparkan materi
Sistem Pemantauan Kebencanaan Geologi di BPPTKG. Pak Agus memperkenalkan 4
sub-bab. Yang pertama adalah gambaran umum BPPTKG. BPPTKG terhubung dengan
Gunung Merapi. Pendahulu BPPTKG adalah Observatorium Gunung Merapi yang ada
di beberapa lokasi namun saat ini memiliki lima lokasi. Kemudian pada tahun 1973
berkembang menjadi departemen pada Subditjen Vulkanologi. Pada tahun 1997
berkembang lagi menjadi BPPTK (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Gunung Api) yang mempunyai misi mengurangi bahaya dan mengembangkan peralatan
untuk Gunung Merapi. Pada tahun 2013, cakupannya diperluas melampaui Gunung
Merapi hingga mencakup bidang geologi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merupakan unit pelaksana
teknis BPMPG yang terkait dengan BPMPTKG. Sejarahnya dimulai jauh sebelum
kemerdekaan, hingga Vulcan Bewaking Dient pada tahun 1920. Hal ini terkait dengan
letusan Gunung Keld tahun 1991. Setahun setelah letusan, Vulkaan Bewaking Servant
dibentuk. BPPTKG didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 11 Tahun 2013. BPPTKG tunduk pada ESDM dan bertanggung jawab
langsung kepada Pusat Vulkanologi dan Pengurangan Risiko Bencana Geologi. Tugas
BPPTKG antara lain melaksanakan penanggulangan bencana Gunung Merapi,
mengembangkan metode, teknologi dan peralatan geohazard, serta mengelola Lembaga
Penelitian Geohazard.
Lalu dilanjut ke sub-bab berikutnya yaitu Pengembangan Metode, Teknologi,
dan Instrumentasi. Menjelaskan mengenai alat-alat yang digunakan BPPTK dalam
melaksanakan tugasnya, diantaranya adalah : Alat akuisisi monitoring gunung api /
Gerakan Tanah, Alat monitoring gerakan tanah, WALAMOS (Water Lake Monitoring
System), Instrumen Telemetri Seismik Analog, Instrumen Telemetri Laju Rendah, dan
DOAS (Differential Optic Absortion Spectroscopy).
Kemudian dilanjut penjelasan mengenai Pemantauan Gunung Merapi dari
Masa ke Masa yang dimulai dari tahun 1920 dan berlanjut hingga sekarang. Poin-poin
penting pada sub-bab ini yaitu :
1. 1920
→ Organisasi Volcanologische Onderzoek melakukan riset dan pemantauan
gunung api di Indonesia.

4
2. 1942
→ Volcanologische Onderzoek berubah menjadi Kazan Chosabu lalu
menggunakan optical pyrometer dekat pilar Pos UGA Jerakah dan melakukan
Pembangunan Plawangan, Pos Jrakah dan Pos Selo.
3. 1968
→ Memasang Seismograf di Kaliurang dan Selokopo dan Mengukur
komposisi gas dari solfatara Kawah Woro
4. 1985
→ UGM memasang 3 seismometer di sisi barat dan Selatan, lalu memasang
pemantauan kamera ROVS (Remote Operating Visual System)
5. 2001
→ Melakukan Kerjasama dengan Jerman untuk memasang 6 stasiun
Broadband dan array dipasang di Kendil, Labuhan, Gemer, Babadan,
Klatakan, Grawah, dan Pasarbubar.

Kemudian Pak Agus memaparkan Data Pemantauan Gunung Merapi yang


terlampir sebagai berikut ini.

Gambar 2.1

Gambar 2.2

5
Sub-bab berikutnya Pak Agus menjelaskan mengenai teknologi UAV
(Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat nirawak yang digunakannya yang
memungkinkan pengambilan data foto dari tempat yang aman dengan perspektif yang
tepat. Dengan Teknik fotogrametri, foto-foto tersebut dapat direkonstruksi menjadi
gambar 3d lengkap dengan position cloud. Analisis morfologi dapat dilakukan secara
lebih mendalam dan representative. Penerapan teknologi UAV atau Drone ini dilakukan
secara intensif menjelang erupsi 2018 sampai dengan saat ini dilakukan dengan periode
1 minggu.

Gambar 2.3

Sub-bab terakhir yaitu mengenai Penerapan Teknologi Machine Learning dalam


Mitigasi Bencana yang akan membuat sistem pemantauan menjadi semakin efektif dan
handal baik pada sisi sistem sensor, sistem power, maupun transmisi. Teknologi
Informasi membantu visualisasi data yang sederhana dan intuitif sehingga ratusan data
dapat dilihat dengan mudah, serta dapat membantu menganalisis data secara lebih cepat
dan akurat.

3. Sesi Tanya Jawab


Acara inti seminar diakhiri dengan sesi tanya jawab. Pertanyaan yang dilontarkan oleh
peserta yaitu :

1. Biasanya kalau terjadi gunung meletus seperti itu kan tiba tiba, lalu untuk
informasi bakal ada gunung meletus lanjutan atau bakal ada gempa, turun hujan
abu itu biasanya infonya itu setelah ada kejadian yang tiba tiba terjadi. Lalu
apakah dengan adanya data historis yang tadi sudah diteliti, dikumpulkan
datanya, kemudian dibahas bersama para ahli itu bisa memberikan info akurat
sebelum terjadi letusan dan sampai status awas?

Lalu Jawaban Pak Agus Adalah :

6
Terkait merapi ada 2 kasus, dimana erupsi yang menimbulkan kepanikan dari
Masyarakat namun tidak membahayakan Masyarakat, kemudian kasus yang
kedua adalah yang membahayakan Masyarakat. Dari sisi tugas/wewenang
adalah peringatan dini atas bahaya aktivitas gunung Merapi, yang kami concern
adalah jika aktivitas vulkanik tersebut akan membahayakan bagi Masyarakat,
ini biasanya akan ada peringatan. Namun jika ada awan panas yang jaraknya
masih didalam jarak aman maka inilah yang sering terjadi, yaitu merupakan
kegiatan erupsi biasa seperti bulan maret kemarin saat Merapi mengeluarkan
awan panas namun jauh dari pemukiman warga, maka dalam hal ini tidak ada
peringatan pada Masyarakat, kami hanya memberi peringatan kegiatan vulkanik
yang akan membahayakan Masyarakat supaya Masyarakat tidak keliru dan
menimbulkan kepanikan yang berlebihan, kami hanya memberikan informasi
kepada pemerintah daerah. Tugas kami adalah memberikan peringatan kepada
Masyarakat akan sesuatu yang membahayakan mereka, jadi tidak terlalu sering
agar Masyarakat tidak abai terhadap peringatan yang kami berikan.

2. Jika Fresh Graduate dari jurusan Informatika berminat untuk mendaftar kerja di
BPPTKG, Hal-hal khusus apa yang harus dipersiapkan dan skill apa yang harus
dimiliki?

Jawaban Pak Agus :

Untuk skill, saya pikir lulusan dari UPN sudah qualified ya, mungkin yang
dibutuhkan adalah passion naik gunung, bagi temen-temen yang suka naik
gunung, kalau passionnya cocok mungkin bisa naik gunung gratis dan
difasilitasi lagi. Kalau untuk yang lain-lain mungkin standar dan tidak
dibutuhkan keahlian khusus.

C. PENUTUP
• Kesimpulan :
Setelah menyimak keseluruhan seminar, maka dari pemaparan Pak Agus dapat
disimpulkan bahwa BPPTKG memiliki peran utama dalam mitigasi bencana Gunung
Merapi, yang memiliki siklus erupsi yang berbahaya. Melalui jaringan stasiun seismik,
GPS, tiltmeter, dan lainnya, BPPTKG secara intensif memantau gunung ini, serta
melakukan pemantauan langsung dan pengambilan sampel gas untuk analisis
laboratorium. BPPTKG terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, termasuk
penggunaan drone untuk pemantauan visual dan pengukuran medan gravitasi dengan
gavitimeter mikro. Penerapan teknologi ini membantu dalam pemahaman yang lebih
mendalam tentang aktivitas Gunung Merapi. Dengan pemahaman yang mendalam
tentang Gunung Merapi dan penggunaan teknologi terbaru, BPPTKG berperan kunci
dalam melindungi masyarakat dan lingkungan dari potensi bencana geologi yang dapat
ditimbulkan oleh gunung api ini.

7
D. LAMPIRAN

Gambar 3.1

Gambar 3.2

Gambar 3.3

Anda mungkin juga menyukai