Anda di halaman 1dari 26

Resume Pertemuan 12

Oleh : Hikmat Suryadi


NIM : 51422120010

IPO
IPO adalah salah satu instrumen di pasar keuangan atau pasar modal. Adanya IPO berfungsi
agar masyarakat umum bisa membeli saham perusahaan tersebut. Hasil dari pembelian IPO
saham berfungsi sebagai modal tambahan bagi perusahaan dalam melakukan operasional
atau memperluas bisnis perusahaan. Saat perusahaan memutuskan untuk menjadi
perusahaan terbuka (go public), mereka akan mengumumkan IPO. Dalam IPO, perusahaan
akan mendaftarkan sahamnya di bursa saham. Di Indonesia sendiri, IPO saham akan tercatat
di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau atau dalam bahasa Inggris Indonesia Stock Exchange (IDX).
Kegiatan IPO akan diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Orang yang membeli saham
disebut shareholder, yaitu sebutan untuk pemilik atau pemegang saham. Pemegang saham
bisa berupa perorangan atau lembaga, yang setidaknya memiliki 1 lembar saham
perusahaan.

Contoh IPO
Contoh perusahaan yang IPO adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk yang telah resmi
mengumumkan IPO pada pada 15 Maret 2022 lalu. Sahamnya tercatat di BEI dengan kode
saham "GOTO". GoTo adalah bentuk kerjasama dari Gojek dan Tokopedia, yang dibentuk
pada 17 Mei 2021. Saham perdana GoTo ditawarkan dengan harga Rp 316-346 per lembar
saham. Adapun jadwal penawaran untuk IPO GOTO yakni 15-21 Maret 2022 silam.

Fungsi dan Tujuan Perusahaan Melakukan IPO


Ada alasan bagi perusahaan untuk melakukan IPO. Mengutip Forbes, berikut adalah
beberapa fungsi atau tujuan IPO perusahaan, yaitu:
 Meningkatkan modal tambahan (dana atau modal dari luar perusahaan)
 Meningkatkan profil publik perusahaan
 Memperluas bisnis
 Mendanai kegiatan pengembangan atau penelitian untuk perusahaan
 Melunasi utang.

Sejatinya, ada cara lain untuk meningkatkan modal perusahaan selain IPO, yakni melalui
pemodal ventura (pihak investor swasta) atau pinjaman bank. Namun, itu mungkin akan
memakan biaya yang terlalu mahal. Waktu terbaik perusahaan untuk IPO adalah saat
kondisi pasar saham cukup kondusif, serta jika saat perusahaan sedang bertumbuh
(membutuhkan dana untuk ekspansi). Sejatinya, waktu tepat untuk melakukan IPO yakni
jika perusahaan telah siap sepenuhnya.

Tahapan yang Harus Dilakukan Perusahaan Agar Bisa IPO


Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) memerlukan beberapa tahap atau
mekanisme yang perlu dilakukan, agar bisa menjadi menjadi Perseroan Terbuka (Tbk).
Berdasarkan buku panduan IPO (go public) IDX, berikut adalah langkah atau tahapan
perusahaan untuk IPO:
Syarat Perusahaan untuk IPO (Tercatat di BEI)
Secara umum, persyaratan untuk IPO di BEI antara lain:
 Memiliki komisaris independen minimal 30% dari jajaran dewan komisaris
 Memiliki direktur independen minimal 1 orang dari jajaran anggota direksi
 Memiliki komite audit dan unit audit internal
 Memiliki sekretaris perusahaan.
Persyaratan Utama
 Memiliki operasional inti (core business) yang sama, lebih dari atau sama dengan ≥
36 bulan
 Melakukan pembukuan keuntungan (laba) usaha pada 1 tahun buku terakhir
 Memiliki laporan keuangan auditan ≥ 3 tahun
 Opini laporan keuangan: wajar tanpa pengecualian (2 tahun terakhir)
 Wujud aset bersih ≥ Rp100 miliar
 Jumlah saham yang dimiliki bukan pengendali dan bukan pemegang saham utama
minimal
 300 juta lembar saham dan sebesar:
 20% dari total saham, untuk ekuitas kurang dari < Rp500 miliar
 15% dari total saham, untuk ekuitas Rp500 miliar hingga Rp2 triliun
 10% dari total saham, untuk ekuitas lebih dari > Rp2 triliun
 Jumlah pemegang saham ≥ 1000 pihak.

Persyaratan Pengembangan
 Memiliki operasional inti (core business) yang sama, lebih dari atau sama dengan ≥
12 bulan
 Tidak harus melakukan pembukuan laba. Namun, apabila belum membukukan
keuntungan, berdasarkan proyeksi keuangan pada akhir tahun ke-2 telah
memperoleh laba (khusus sektor tertentu pada akhir tahun ke-6) Memiliki laporan
keuangan auditan ≥ 12 bulan
 Opini laporan keuangan: wajar tanpa pengecualian
 Wujud aset bersih ≥ Rp5 miliar
 Besaran jumlah saham yang dimiliki bukan pengendali dan bukan pemegang saham
utama minimal 150 juta lembar saham dan sebesar:
 20% dari total saham, untuk ekuitas < Rp500 miliar
 15% dari total saham, untuk ekuitas Rp500 miliar hingga Rp2 triliun
 10% dari total saham, untuk ekuitas > Rp2 triliun
 Jumlah pemegang saham ≥ 500 pihak.
Setelah semua dokumen atau persyaratan sudah dipenuhi, maka perusahaan sudah bisa
mendaftarkan diri untuk IPO di BEI. Go public dalam IPO bisa memberi perusahaan
publisitas dalam jumlah besar.
Jadi, jumlah batas minimal saham yang dijual ke publik sebagai syarat untuk menjadi
perusahaan publik (terbuka) yaitu minimal 300 juta lembar saham untuk persyaratan utama,
sementara untuk persyaratan pengembangan adalah 150 juta lembar saham.
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai persyaratan dan tata cara melakukan IPO di BEI
perusahaan bisa mempelajari peraturan tersebut di OJK atau melalui laman resmi
www.ojk.go.id dan di BEI atau melalui laman resminya www.idx.co.id. Menurut IDX, setiap
perusahaan mungkin akan memiliki waktu yang berbeda untuk mempersiapkan IPO.
Namun, untuk IPO kebanyakan perusahaan memerlukan waktu sekitar 3-12 bulan.
Lamanya waktu IPO perusahaan akan tergantung dari:
 Besaran penawaran umum
 Kompleksitas bisnis dan struktur perusahaan
 Kesiapan laporan atau pembukuan keuangan serta proyeksi keuangan
 Kebutuhan restrukturisasi sebelum go public
 Kelengkapan dokumen-dokumen perusahaan, dan lain-lain.
Dilansir laman Forbes, proses perusahaan untuk bisa IPO atau go public mungkin sulit
dilakukan oleh sebagian besar perusahaan jika sendirian. Perusahaan swasta yang
merencanakan IPO, perlu mempersiapkan diri untuk peningkatan eksponensial dalam
pengawasan publik.
Umumnya, perusahaan swasta yang berencana untuk go public akan menyewa penjamin
emisi (biasanya bank investasi). Hal tersebut bertujuan untuk berkonsultasi tentang IPO dan
membantunya menetapkan harga awal untuk penawaran.
Nah, peran si penjamin emisi akan membantu manajemen mempersiapkan IPO. Misalnya
membuat dokumen-dokumen untuk investor dan menjadwalkan pertemuan dengan calon
investor (roadshow).
Setelah perusahaan sudah menetapkan harga awal untuk IPO, maka penjamin emisi akan
menerbitkan saham kepada investor. Kemudian, saham perusahaan mulai diperdagangkan
di bursa saham publik.

Bagaimana Cara Pemesanan Saham yang Akan IPO


Sejatinya, untuk membeli saham dalam IPO tidak sesederhana memesan sejumlah saham
tertentu yang sudah ada di bursa efek sebelumnya. Kita mungkin perlu bekerja dengan
pialang atau broker yang menangani pesanan IPO (tidak semuanya melakukannya).
Broker adalah pihak yang mempertemukan suatu emiten dengan investor, untuk melakukan
jual beli saham di pasar modal. Investor ritel sehari-hari umumnya tidak bisa meraup saham,
begitu IPO mulai diperdagangkan.
Pada saat kamu bisa membeli di IPO, harganya mungkin jauh lebih tinggi dari harga yang
tercantum. Namun, investor yang ingin membeli saham saat IPO sekarang bisa dilakukan
secara elektronik alias online.
BEI telah menyediakan tempat pembelian saham IPO melalui laman resmi di https://e-
ipo.co.id/id. Tujuan adanya e-IPO adalah agar bisa memudahkan para shareholder maupun
investor, untuk memesan atau membeli saham secara online.

Cara Membeli Saham Online via e-IPO


Sebelum melakukan pemesanan lewat e-IPO, investor perlu mendaftar untuk memiliki
Nomor Tunggal Identitas Pemodal atau Single Identification (SID) serta rekening di salah
satu perusahaan efek. Adapun langkah dan cara membeli saham e-IPO antara lain:
 Kunjungi laman https://e-ipo.co.id/id
 Untuk mendaftar, pilih "Register" di sebelah kanan atas laman
 Isi alamat email yang aktif
 Pilih "Tipe Investor" (individu atau institusi)
 Isi data diri seperti nama lengkap, kewarganegaraan, KTP hingga alamat dengan
benar
 Jika sudah, buka email yang didaftarkan untuk melakukan autentikasi
 Klik tautan yang dikirim melalui email masuk
 Salin dan masukkan kode OTP
 Setelah mendaftar, nantinya kamu akan diarahkan ke langkah berikutnya
 Verifikasi oleh broker
 Jika sudah disetujui oleh broker, lakukan submit pesanan dengan memilih saham IPO
 Isi formulir pendaftaran IPO
 Untuk mengetahui lebih lanjut tentang informasi pendaftaran dan pemesanan IPO
online hingga penerimaan saham IPO, kamu bisa mengakses https://e-ipo.co.id/id.

Keuntungan Perusahaan Melakukan IPO


Ada banyak keuntungan bagi perusahaan IPO atau go public, yaitu:
 Meningkatkan citra perusahaan
 Menambah kepercayaan untuk akses pinjaman
 Memiliki akses terhadap pendanaan di pasar saham
 Menumbuhkan profesionalisme
 Menumbuhkan loyalitas karyawan perusahaan
 Meningkatkan nilai perusahaan (company value)
 Memiliki kemampuan untuk lebih mempertahankan kehidupan perusahaan.

Kerugian Perusahaan Melakukan IPO


Selain memiliki keuntungan, perusahaan yang melakukan IPO juga memiliki konsekuensi.
Berikut adalah konsekuensi perusahaan yang IPO atau go public:
 Berbagi kepemilikan perusahaan (pendiri tidak lagi memiliki 100% perusahaan)
 Salah satu kerugian suatu perusahaan yang IPO adalah pendiri mungkin saja bisa
kehilangan kendali atas perusahaan mereka secara penuh, karena mereka telah
menerima modal dari publik
 Harus mentaati segala peraturan yang ada di pasar modal (BEI dan OJK jika di
Indonesia).

LBO (laveraged buyout)


Pembelian terutang (bahasa Inggris: leveraged buyout; LBO) adalah akuisisi (biasanya
perusahaan, tetapi bisa pula aset tunggal seperti real estat) yang harga belinya dibantu oleh
gabungan saham dan utang dan yang arus kas atau aset targetnya dipakai untuk menjamin
dan melunasi utang. Karena utang biasanya memiliki biaya modal yang lebih rendah
daripada saham, imbal balik saham meningkat seiring peningkatan utangnya. Utang
tersebut otomatis menjadi dongkrak untuk menambah imbal balik yang menjadi asal usul
istilah LBO (secara harafiah "pembelian terdongkrak").
LBO umum dijumpai dalam lingkungan merger dan akuisisi (M&A) zaman sekarang. Istilah
LBO biasanya dipakai ketika sebuah sponsor finansial mengakusisi sebuah perusahaan. Akan
tetapi, banyak transaksi korporat separuh didanai oleh utang bank, sehingga bisa juga
digolongkan ke LBO. LBO memiliki berbagai macam bentuk seperti Management Buy-
out (MBO), Management Buy-in (MBI), pembelian sekunder dan tersier. LBO bisa dilakukan
pada situasi pertumbuhan, restrukturisasi, dan insolvensi sebagaimana yang terjadi di
perusahaan-perusahaan dengan kinerja yang stabil. Kebanyakan LBO dilakukan di
perusahaan swasta, tetapi bisa juga dilakukan di perusahaan terbuka (melalui transaksi PtP,
Publik ke Privat).
Ketika sponsor finansial meningkatkan imbal balik mereka dengan memakai dongkrak yang
sangat tinggi (yaitu rasio utang dan saham yang tinggi), mereka memiliki insentif untuk
memakai sebanyak mungkin utang untuk mendanai suatu akuisisi. Hal ini dapat
memunculkan masalah ketika perusahaan "terlalu terdongkrak", artinya mereka tidak
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi utang mereka yang kemudian berujung
pada insolvensi atau pertukaran utang-ke-saham ketika para pemegang saham kehilangan
kendali atas perusahaan dan penyedia utang berhak memegang saham tersebut.

Definisi Beli Utang


Pengambilalihan perusahaan oleh seseorang atau sekelompok investor yang menggunakan
dana pinjaman dengan jaminan berupa harta yang dimiliki oleh perusahaan yang diambil
alih atau harta milik investor tersebut; pengembalian dana pinjaman diambil dari
pendapatan perusahaan yang diambil alih (leverage buy-out).
Pembelian terutang (bahasa Inggris: leveraged buyout; LBO) adalah akuisisi (biasanya
perusahaan, tetapi bisa pula aset tunggal seperti real estat) yang harga belinya dibantu oleh
gabungan saham dan utang dan yang arus kas atau aset targetnya dipakai untuk menjamin
dan melunasi utang.
Apa Itu Beli Utang?
Beli utang atau yang dikenal dengan Leveraged Buyout (LBO) adalah proses
membiayai akuisisi dengan utang. Strategi yang diterapkan dalam akuisisi perusahaan lain
atau pembelian sebagian besar saham perusahaan oleh perusahaan lain dengan cara
dengan menggunakan uang pinjaman (misal menerbitkan obligasi atau memperoleh
pinjaman) perusahaan yang mengakuisisi menggunakan aset mereka
sebagai jaminan/kolateral dengan harapan bahwa arus kas mereka pada masa yang akan
datang dapat menutupi pembayaran kewajiban utang tersebut.

Kriteria Perusahaan yang Ideal Dijadikan Target Beli Utang


Dalam proses beli utang, pembeli akan menempatkan sejumlah besar hutang pada
perusahaan, sangat penting bahwa perusahaan menjadi stabil dan mampu melunasi hutang
masa depan, jika tidak maka kemungkinan akan gagal bayar dan bangkrut. Dengan
mengingat hal itu, berikut adalah beberapa jenis perusahaan yang ideal untuk dijadikan
target beli utang:
 Perusahaan memiliki bisnis dengan arus kas yang stabil dan kuat.
 Perusahaan dengan tingkat hutang rendah.
 Bisnis non-siklus.
 Perusahaan dengan parit ekonomi besar.
 Perusahaan dengan tim manajemen yang baik.
 Perusahaan dengan basis aset besar yang dapat digunakan untuk jaminan.
 Perusahaan yang hampir bangkrut di industri yang baik.

Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah istilah manajemen perusahaan untuk tindakan
mereorganisasi struktur hukum, struktur kepemilikan, struktur operasional, atau struktur
lainnya dari sebuah perusahaan, agar perusahaan tersebut dapat lebih menguntungkan atau
agar lebih sesuai dengan kebutuhan. Secara sederhana, restrukturisasi dapat dipahami
sebagai penataan kembali agar struktur dan tatanannya menjadi baik. [1] Alasan lain untuk
melakukan restrukturisasi meliputi perubahan kepemilikan atau struktur
kepemilikan, pemisahan, atau untuk merespon krisis atau perubahan besar yang terjadi
pada perusahaan, seperti kebangkrutan, reposisi, atau pembelian. Restrukturisasi dapat
berupa restrukturisasi perusahaan, restrukturisasi utang, dan restrukturisasi keuangan.
Pimpinan yang terlibat dalam proses restrukturisasi kerap mempekerjakan
penasehat keuangan dan hukum untuk membantunya dalam negosiasi dan perincian
transaksi. Restrukturisasi dapat juga dilakukan oleh CEO baru yang memang dipekerjakan
khusus untuk menjalankan keputusan yang sulit dan kontroversial, agar dapat
menyelamatkan atau mereposisi perusahaan. Restrukturisasi biasanya melibatkan
pembiayaan utang, penjualan sebagian saham perusahaan ke investor, dan mereorganisasi
atau mengurangi operasi.
Sifat dasar dari restrukturisasi adalah permainan zero-sum. Restrukturisasi strategis
mengurangi kerugian, sehingga juga mengurangi ketegangan antara kreditur dan pemegang
saham, untuk memfasilitasi penyelesaian terhadap situasi sulit yang dihadapi perusahaan.
Restrukturisasi utang adalah reorganisasi terhadap utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Restrukturisasi utang biasanya dilakukan oleh perusahaan yang kesulitan
mencicil utangnya. Melalui proses restrukturisasi, sisa utang dibagi ke jangka waktu yang
lebih lama, sehingga utang dapat dicicil lebih ringan. Sebagai bagian dari proses
restrukturisasi, kreditur juga dapat menukar utang yang tersisa dengan sejumlah saham dari
debitur. Hal tersebut didasarkan pada prinsip bahwa restrukturisasi bertujuan untuk
memastikan keberlanjutan perusahaan yang terkadang terancam oleh faktor internal dan
eksternal. Restrukturisasi merupakan salah satu upaya untuk menyelesaikan kesulitan yang
dihadapi oleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bertahan.
Langkah-langkah:
 Memastikan perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk beroperasi selama
proses restrukturisasi
 Membuat perkiraan modal kerja yang akurat
 Menyediakan jalur komunikasi yang terbuka dan jelas dengan kreditur yang
mengendalikan sebagian besar kemampuan perusahaan untuk mendapat pembiayaan
 Memperbarui rencana bisnis rinci dan pertimbangannya

Valuasi dalam restrukturisasi


Pada restrukturisasi perusahaan, valuasi digunakan sebagai alat negosiasi dan tinjauan pihak
ketiga dirancang untuk menghindari litigasi. Perbedaan antara negosiasi dan proses tersebut
merupakan perbedaan antara restrukturisasi keuangan dan keuangan perusahaan. Dari
sudut pandang persyaratan transfer pricing, restrukturisasi dapat menimbulkan kewajiban
pembayaran biaya keluar.

Restrukturisasi di Eropa
"Pendekatan London"
Secara historis, bank di Eropa menangani pinjaman non-peringkat investasi dan struktur
modal yang cukup sederhana. Dijuluki "Pendekatan London" di Britania Raya, restrukturisasi
tersebut fokus menghindari penghapusan utang, bukannya menyediakan neraca yang sesuai
dengan kondisi perusahaan. Pendekatan tersebut menjadi tidak praktis pada dekade 1990-
an, karena ekuitas swasta makin menginginkan struktur modal yang padat utang, sehingga
menciptakan pasar yang menghasilkan margin laba yang lebih besar dan utang mezanin.
Makin meningkatnya jumlah utang bermasalah yang dimasukkan ke pengelola investasi
global dan derivatif kredit pun memperdalam pasar, dan menjadi tren yang berada di luar
kendali regulator dan bank.
Karakteristik
 Manajemen kas dan pengumpulan kas selama krisis
 Jasa Penasehatan Pinjaman Beresiko
 Retensi manajemen perusahaan dengan pembayaran "bonus bertahan" atau
pemberian saham
 Penjualan aset yang kurang termanfaatkan, seperti paten atau merek
 Alih daya operasi, seperti dukungan teknis dan penggajian, ke pihak ketiga yang lebih
efisien
 Pemindahan operasi, seperti produksi, ke lokasi yang lebih murah
 Reorganisasi fungsi, seperti penjualan, pemasaran, dan distribusi
 Renegosiasi kontrak pekerja untuk mengurangi overhead
 Pembiayaan kembali utang perusahaan untuk mengurangi pembayaran utang
 Kampanye hubungan masyarakat besar untuk mereposisi perusahaan
 Penghapusan semua atau sebagian saham yang dipegang oleh pemegang saham pra-
restrukturisasi (jika sisanya hanya memegang sedikit saham, maka disebut
sebagai stub)
 Meningkatkan efisiensi dan produktivitas melalui investasi baru, riset dan
pengembangan, serta rekayasa bisnis.

Perbankan investasi
Bank investasi adalah biro khusus perbankan yang memiliki fokus dalam
menciptakan modal untuk entitas, perusahaan, maupun pemerintah [1]. Adanya Bank
investasi dapat membantu perusahaan serta pemerintah dan lembaga-lembaga
pemerintahan dalam aksi menggalang perolehan dana melalui cara penerbitan dan
penjualan efek di pasar modal[2]. Bank investasi memiliki peran dalam memberikan
masukan-masukan strategis untuk melakukan kegiatan penggabungan
usaha (merger) dan akuisisi serta berbagai jenis transaksi keuangan lainnya.
Bank investasi juga memiliki fungsi sebagai pialang bisnis dalam mewakili
nasabahnya yang melakukan transaksi perdagangan. Namun dalam beberapa tahun garis
pemisah antara kedua model struktur ini telah kabur terutama karena adanya bank
komersial yang juga menawarkan jasa bank investasi.
Di Amerika, Undang-undang Glass-Steagall Act diciptakan pada awal kebangkitan
pasar modal. Pada tahun 1929 menjadi masa jatuhnya pasar saham, hal ini menjadi
permasalahan yang mengakibatkan pemerintah Amerika Serikat mencapai kesimpulan
bahwa pasar keuangan perlu ditata lebih dekat dengan tujuan melindungi kepentingan
keuangan. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemisahan perbankan investasi dari perbankan
komersial. Sehingga saat itu bank dilarang untuk merangkap menjadi
penerima deposito serta menjadi penjamin emisi saham dan obligasi. Namun, undang-
undang ini akhirnya dibatalkan pada tahun 1999 oleh undang-undang Gramm-Leach-Bliley
Act. Bank investasi ini juga harus dibedakan dengan pialang saham yang melakukan kegiatan
usaha dalam transaksi penjualan dan pembelian saham, obligasi, reksadana. Namun
beberapa perusahaan melakukan kegiatan usaha rangkap dengan menjadi pialang dan bank
investasi, ini dilakukan juga termasuk oleh perusahaan keuangan besar yang terkenal
diseluruh dunia.
Kebanyakan bank investasi terlibat sangat jauh dalam penyediaan jasa keuangan
tambahan bagi nasabahnya, seperti misalnya melakukan transaksi-transaksi
perdagangan derivatif, obligasi, valuta asing, komoditi, dan saham.
Karakteristik yang digunakan pada bank investasi hingga hari ini kebanyakan adalah
hanya dari "sisi penjual" nya saja yaitu perdagangan surat berharga atau saham ( misalnya
memfasilitasi transaksi, pencipta pasar), atau mempromosikan saham ( misalnya sebagai
penjamin emisi, analis, dll).
"sisi beli" nya diwakili oleh dana pensiun, reksadana, dana lindung nilai dan investor
publik yang menjadi pengguna jasa mereka guna memperoleh keuntungan maksimal dari
investasinya. Namun banyak perusahaan juga yang memiliki kedua komponen ini.

Fungsi Bank Investasi


Fungsi utama dari bank investasi adalah melakukan pembelian dan penjualan produk
atas nama nasabahnya maupun atas nama bank sendiri. Bank investasi mengambil alih risiko
melalui perdagangan hak yang dilakukan oleh si pedagang yang tidak berhubungan langsung
dengan nasabahnya. Bank investasi pula dapat bertindak sebagai penghubung antara
investor (pemilik modal) dengan perusahaan yang memerlukan modal bagi kelangsungan
pertumbuhan bisnis mereka.
Umumnya bank investasi terbagi menjadi dua, yaitu untuk pembelian dan penjualan.
Bagian penjualan biasanya fokus terhadap penjualan saham IPO (initial public offering) yang
baru dikeluarkan, berpartisipasi dalam layanan pembuatan pasar, kemudian menempatkan
masalah obligasi baru, ataupun menjadi fasilitastor transaksi klien.
Sementara itu, bagian pembelian berfungsi untuk mengatur reksadana, dana
pensiun, dan hedge funds untuk mengoptimalkan keuntungan pada perdagangan maupun
investasi di surat berharga contohnya seperti saham atau obligasi.

Struktur Organisasi Bank Investasi


Kegiatan utama dan unit-unitnya
Suatu bank investasi terdiri dari beberapa unit yang terbagi atas lini depan (front
office), lini tengah (middle office) dan lini belakang (back office) yang masing-masing
memiliki kegiatan sebagai berikut:
 Lini depan atau front office adalah merupakan aspek tradisional dari bank investasi
yang tugasnya memberikan bantuan kepada nasabah dalam menggalang dana
melalui pasar modal serta memberikan nasihat dalam proses penggabungan
usaha dan akuisisi. Bank investasi menyodorkan suatu gagasan yang dibawa ke
rapat-rapat dengan nasabahnya dengan harapan agar gagasannya ini mebuahkan
hasil berupa mandat dari nasabahnya untuk melaksanakan transaksi atas nama
nasabah tersebut. Apabila mandat sudah diperoleh maka bank investasi
bertanggung jawab untuk menyiapkan seluruh materi yang dibutuhkan dalam
transaksi tersebut di mana dapat melibatkan investor yang berminat membeli
penerbitan surat berharga, melakukan koordinasi dengan pihak penawar ataupun
melakukan negosiasi dengan perusahaan yang menjadi target penggabungan
usaha.
 Manajemen investasi ( lihat artikel utama: Manajemen investasi adalah
manajemen profesional dari berbagai surat berharga (saham, obligasi dan lain-lain),
yang melakukan tugasnya guna memperoleh imbal hasil investasi sesuai dengan
yang menjadi tujuan dari investornya. Investor mereka dapat berupa perusahaan
(asuransi, dana pensiun, perusahaan) ataupun investor perorangan (yang
kesemuanya melakukan investasi dalam bentuk kontrak investasi atau sering kali
melalui kontrak investasi kolektif misalnya reksadana)
 Pasar keuangan yang terdiri dari penjualan, perdagangan, analisis dan strukturisasi.
 Penjualan dan perdagangan biasanya merupakan suatu bagian yang menghasilkan
pemasukan utama bagi bank investasi. Dalam proses menciptakan pasar, pedagang
akan menjual dan membeli produk keuangan dengan tujuan untuk menghasilkan
peningkatan nilai perdagangan. Penjual adalah istilah yang digunakan bagi team
penjualan bank investasi yang bertugas untuk menghubungi lembaga-lembaga
keuangan dan investor yang berpotensi guna menawarkan ide perdagangan serta
menerima pesanan transaksi perdagangan dari investor tersebut dan melanjutkan
pesanan tersebut ke meja perdagangan ( trading desk) utuk dilaksanakan.
 Analis adalah divisi yang melakukan analisis terhadap perusahaan serta
memberikan laporan tertulis mengenai prospeknya, biasanya diserta dengan
peringkat beli atau jual. Divisi ini tidak menghasilkan pemasukan di mana hasil
kerjanya digunakan sebagai bahan masukan bagi nasabah dalam melaksanakan
perdagangan.

Strukturisasi adalah divisi yang berhubungan dengan perdagangan derivatif divisi


ini bermain dengan tehnik yang tinggi dengan sejumlah karyawan dalam menciptakan
struktur yang kompleks yang dapat memberikan imbal hasil yang lebih besar daripada
deposito.
 Lini tengah atau middle office
 Manajemen risiko berperan dalam menganalisis pasar dan risiko kredit dari
perdagangan nasabahnya yang dituangkan dalam neraca perdagangan harian
nasabah dan menentukan batasan jumlah modal yang dibutuhkan sehingga
nasabah diperkenankan melakukan perdagangan guna mencegah gagal bayar
dalam perdagangan tersebut.
 Lini belakang atau back office
 Operasional berperan dlam melakukan pengecekan data perdagangan untuk
memastikan bahwa telah sesuai dengan ketentuan, memastikan tidak terjadi
kesalahan serta melaksanakan transaksi transfer yang diperlukan.
 Teknologi Setiap bank investasi yang utama memiliki sejumlah perangkat
lunak yang diciptakan oleh tim teknologi yang juga bertanggung jawab
atas komputer dan sarana telekomunikasi. Teknologi telah berkembang dengan
pesat di mana sekarang perdagangan telah dilakukan secara elektronik. Dengan
menggunakan suatu algoritme yang rumit maka program ini dapat digunakan untuk
melaksanakan lindung nilai secara otomatis[3].

Investment Banking
Investment Banking merupakan salah satu profesi yang menangani pekerjaan di
bidang korporasi keuangan diberbagai perusahaan. Beberapa pekerjaan yang harus
diselesaikan meliputi: Tender Offer, Merger dan Akuisisi, Fund Rising, dan lain lain.
Investment Banker juga bertindak sebagai perantara antara penerbit dan investor sekuritas
dan membantu perusahaan baru untuk go public.
Profesi investment banker menjadi sangat menarik. Hal ini dikarenakan beberapa
bank di Indonesia semuanya memiliki divisi investment banking. Tidak hanya itu, Bank
terbesar di dunia pun seperti Barclays, JP Morgan, Citi, Morgan Stanley, sejak lama sudah
memiliki divisi tersebut.

Sertifikasi Investment Banking


Investment Banking telah menjadi bidang yang sangat kompetitif dan banyak dicari.
Di dunia perbankan sendiri profesi ini telah bergeser, tidak hanya mempekerjakan lulusan
baru, melainkan dengan mengharapkan karyawan baru agar sudah mempunyai kualifikasi
atau kemampuan dalam pekerjaan yang akan ditangani oleh Investment Banker.
Itulah sebabnya banyak Investment Banker sekarang berinvestasi dalam kursus dan
pelatihan khusus untuk membantu mereka diperhatikan, dipekerjakan, dan dipromosikan.

Sertifikasi Investment Banking di TAP Kapital Indonesia


TAP Kapital Indonesia berdiri sebagai penyokong industri jasa keuangan dalam
bentuk lembaga pelatihan dan uji kompetensi yang terpercaya dan berintegritas. Di samping
itu, TAP Kapital juga sebagai satu-satunya penyelenggara pelatihan Sertifikasi Investment
Banking yang mendapatkan lisensi langsung dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
Indonesia.
Rangkaian pelatihan yang di laksanakan mengkombinasikan teori dan praktik sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP). Sehingga pelatihan yang di sediakan dapat menjadi persiapan bagi
peserta untuk mengikuti Ujian Lisensi OJK ataupun Uji Kompetensi Nasional melalui
Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal (LSPPM).
TAP Kapital dalam penyelenggaraan Pelatihan dan Uji Kompetensi Investment
Banking saat ini sudah sampai Angkatan ke 13, dimana peserta yang telah mengikuti
pelatihan ini merupakan para petinggi perusahaan maupun pegawai perusahaan di berbagai
lingkungan BUMN, dan perusahaan swasta lainnya.
Di TAP Kapital Indonesia sendiri, Sertifikasi Profesional dibidang Investment Banking
terbagi menjadi 2 (dua) yakni:
1. Jenjang Investment Banking Utama dengan gelar CIB (Certifed Investment Banker)
2. Jenjang Investment Banking Madya dengan gelar RIB (Registered Investment
Banker)

MERGER
Merger adalah sebuah kesepakatan penggabungan antara dua perusahaan atau
lebih menjadi sebuah perusahaan baru. Secara umum, kedua perusahaan yang bergabung
ini memiliki status atau kekuatan bisnis yang tidak jauh berbeda. Ketika terjadi merger,
maka biasanya kedua perusahaan tersebut juga akan menggabungkan aset bisnis mereka.
Sehingga tak jarang keputusan dan strategi bisnis mereka akan berubah.
Dikutip dari investopedia, merger paling sering dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan pangsa pasar, mengurangi biaya operasi, memperluas ke wilayah baru,
menyatukan produk bersama, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan laba. Namun,
dari semua hal tersebut, kesepakatan ini juga harus menguntungkan pemegang saham
perusahaan. Karena setelah merger, saham perusahaan baru akan didistribusikan kepada
pemegang saham lama dari kedua bisnis asli.

Penyebab terjadinya merger?


Umumnya kesepakatan merger tidak dapat terjadi begitu saja. Ada beberapa hal yang
menjadi penyebab atau motif kedua perusahan melakukan hal ini. Oleh karena itu, berikut
adalah beberapa alasan terjadinya merger.
1. Meningkatkan nilai perusahaan
Motif pertama yang biasanya mendasari terjadinya sebuah merger adalah untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Ketika dua perusahaan bergabung umumnya akan
menciptakan sinergi yang berdampak positif bagi perusahaan. Dikutip dari CFI, pada
dasarnya, sinergi yang tercipta dari merger membuat nilai perusahaan yang
digabungkan melebihi jumlah nilai dua perusahaan individu. Selain itu, terdapat 2
jenis sinergi yang merupakan dampak dari hal ini yaitu:
 Sinergi pendapatan
Sinergi ini sangat berkaitan dengan upaya perusahaan dalam meningkatkan
pendapatan. Misalnya, perluasan pasar, diversifikasi produksi, dan kegiatan
riset pengembangan.
 Sinergi biaya
Umumnya, merger yang berhasil dapat menghasilkan skala ekonomi yang
positif, seperti akses ke teknologi baru dan penghapusan biaya tertentu.
Semua peristiwa tersebut dapat meningkatkan struktur biaya perusahaan.
2. Meningkatkan kekuatan ekonomi
Ketika dua perusahaan bergabung menjadi satu, maka ada kekuatan ekonomi baru
yang terbentuk dan hal ini biasanya akan menjadi lebih besar. Penggabungan ini
akan mengakibatkan peningkatan di beberapa bagian seperti, produksi produk,
distribusi yang optimal, mendapatkan pasar yang lebih luas, dan masih banyak lagi.
Pada dasarnya hal ini juga berdampak positif pada aktivitas operasional yang secara
langsung menguntungkan perusahaan tersebut.
3. Diversifikasi
Selain meningkatkan skala ekonomi, terjadinya merger juga dapat dilatarbelakangi
oleh diversifikasi. Diversifikasi adalah aktivitas dari perusahaan untuk membagi
operasi bisnisnya seperti membuat produk baru dengan maksud memasuki pasar
baru dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan. Adapun salah satu cara untuk
dapat melakukan diversifikasi adalah dengan merger.
4. Pertimbangan pajak
Adapun alasan lainnya dari terjadi merger adalah karena motif pajak. Di beberapa
kasus, perusahaan yang memiliki permasalah pada pajak, dapat terbantu dengan
adanya merger. Misalnya jika salah satu perusahaan memiliki pajak yang cukup
besar, dengan melakukan penggabungan dengan perusahaan lainnya, maka
kewajiban pajak perusahaan konsolidasi ini akan jauh lebih rendah daripada
kewajiban pajak dengan bentuk perusahaan sebelumnya.
5. Mengeliminasi kompetitor
Adanya merger dari dua perusahaan dapat menghilangkan persaingan dalam suatu
industri. Penggabungan yang terjadi juga bisa menciptakan kekuatan bisnis yang
baru dan juga lebih kuat. Sehingga kompetitor lainnya akan memiliki pesaing yang
akan sulit dikalahkan. Selain itu, merger juga berdampak pada strategi bisnis dari
kedua perusahaan tersebut. Salah satunya berkurangnya beberapa biaya seperti
biaya marketing dan produksi.

Dampak merger bagi perusahaan


Di samping beberapa alasan yang menjadi penyebab dari merger, tentunya ada dampak
yang berakibat pada aktivitas perusahaan. Dampak ini bisa berupa keuntungan dan juga
kerugian.
a. Keuntungan merger
1. Meningkatkan pangsa pasar
2. \Ketika perusahaan bergabung, perusahaan baru memperoleh pasar yang lebih
besar dan dapat bersaing dengan kompetitor. Adapun hal tersebut dapat
disebabkan karena salah satu perusahaan telah memiliki pasar yang cukup baik.
3. Mengurangi biaya operasional
Seperti yang telah kamu ketahui, adapun alasan terjadinya merger adalah
dengan tujuan meningkatkan skala ekonomi. Dengan hal tersebut, perusahaan
dapat mengurangi biaya operasional, seperti mengurangi biaya tenaga kerja
secara keseluruhan sambil mempertahankan tenaga kerja yang lebih kuat dan
lebih efektif.
4. Menciptakan lebih banyak peluang investasi (sumber keuangan)
Terjadinya merger dapat meningkatkan kapasitas keuangan perusahaan baru
secara keseluruhan. Peluang investasi baru mungkin hadir atau perusahaan
mungkin dapat menjangkau audiens yang lebih luas dengan anggaran
pemasaran yang lebih besar atau kemampuan produksi yang lebih signifikan.
b. Kerugian merger
1. Peningkatan biaya hukum
Kenyataannya untuk melakukan merger tidaklah semudah yang dibayangkan.
Banyak proses yang harus dilalui seperti urusan hukum dan keuangan.
Terjadinya kesepakatan penggabungan dua perusahaan merupakan transaksi
bisnis legal yang seringkali membutuhkan keterlibatan beberapa pihak
profesional. Seperti pengacara yang berspesialisasi dalam urusan merger serta
profesional keuangan yang menangani aset dan perincian keuangan lainnya. Dan
hal ini tentunya membutuhkan biaya yang cukup tinggi.

2. Menciptakan perbedaan budaya dan pemecatan


Salah satu kemungkinan buruk yang terjadi akibat merger adalah perbedaan
budaya antara masing-masing perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan beberapa
gangguan yang mengakibatkan karyawan harus menyesuaikan diri kembali dan
hal ini tentunya membutuhkan waktu. Namun di samping itu, dampak paling
buruk adalah adanya beberapa tim/divisi yang dihilangkan karena duplikasi kerja
atau kinerja yang kurang optimal. Sehingga akan ada karyawan yang dipecat.
3. Hilangnya peluang bisnis potensial
Ketika terjadinya merger, maka akan banyak waktu, energi, serta uang yang
harus digunakan dalam proses penggabungan oleh masing-masing perusahaan.
Hal ini tentunya dapat mengubah agenda bisnis dan menimbulkan beberapa
dampak. Salah satu kemungkinannya yaitu hilangnya peluang bisnis potensial
yang telah direncanakan sebelumnya.

Jenis-jenis merger dan contohnya


1. Merger horizontal
Merger horizontal adalah penggabungan antara dua perusahaan yang berada di
industri yang sama. Biasanya kedua perusahaan ini juga menawarkan produk atau
layanan yang serupa. Adapun tujuan dari merger ini biasanya tidak terlepas dari
faktor ekonomi, seperti menciptakan bisnis yang lebih besar dengan pasar yang lebih
luas dan juga untuk dapat memiliki kekuatan lebih kuat dari kompetitor yang lain.
Jika kita ibaratkan sebagai contoh yaitu, ketika Toyota bergabung dengan Nissan
dapat dibilang sebagai merger horizontal.
2. Merger vertical
Sama halnya dengan merger horizontal, penggabungan pada merger vertikal masih
dalam ruang lingkup industri yang sama. Namun, yang membedakannya yaitu posisi
salah satu perusahaan yang lebih tinggi pada rantai pasokan industri tersebut.
Penggabungan ini dilakukan untuk meningkatkan sinergi yang dicapai melalui
pengurangan biaya, yang dihasilkan dari penggabungan dengan satu atau lebih
perusahaan pemasok. Contoh yang paling sederhana yaitu ketika perusahaan mobil
bergabung dengan perusahaan pemasok suku cadang.
3. Merger perluasan pasar
Dikutip dari Investopedia, merger perluasan pasar adalah penggabungan yang terjadi
antara perusahaan yang menjual produk yang sama, tetapi bersaing di pasar yang
berbeda. Perusahaan yang terlibat dalam merger ini berusaha untuk mendapatkan
akses ke pasar baru yang lebih besar dan memiliki basis klien yang lebih kuat.
Misalnya ketika Pepsi merger dengan Pizza Hut untuk menjangkau pasar yang lebih
luas yaitu pelanggan dari Pizza Hut.
4. Merger perluasan produk
Merger perluasan produk atau disebut juga dengan kongenerik merupakan
penggabungan dari dua atau lebih perusahaan yang beroperasi di pasar atau sektor
yang sama dengan produk yang saling terkait. Penggabungan ini bertujuan untuk
menghasilkan penambahan produk baru ke lini produk yang telah ada dari satu
perusahaan. Contohnya ketika sebuah perusahaan bank bergabung dengan
perusahaan yang mempunyai produk berupa jasa asuransi keuangan.
5. Merger konglomerat
Jenis merger selanjutnya yaitu merger konglomerat. Merger ini merupakan
penggabungan antara dua atau lebih perusahaan yang kegiatan bisnisnya tidak
terkait sama sekali. Terdapat beberapa alasan dari merger jenis ini seperti
meningkatkan nilai perusahaan dan menciptakan sinergi. Contoh dari merger jenis
ini yaitu penggabungan yang terjadi antara Walt Disney Company dengan American
Broadcasting Company.

DIVESTASI
Menurut Para Ahli, Divestasi Adalah
Menurut Benson et al. Divestasi Adalah
Benson membagi divestasi menjadi dua, yaitu sell-off dan spin-off. Divestasi sell-off adalah
menjual beberapa bagian aset perusahaan induk, seperti divisi, lini produk atau bahkan anak
perusahaan ke perusahaan lain.
Sedangkan divestasi spin-of adalah suatu kondisi dimana perusahaan menyalurkan semua
saham yang dimilikinya pada suatu anak cabang yang dikuasainya.

Menurut Rosenfeld (1984) DIvestasi Adalah


Seorang ahli ekonomi bernama Rosenfeld berpendapat bahwa divestasi adalah suatu
langkah perubahan portofolio pada aset perusahaan dengan menggunakan metode sell-
offs ataupun spin-offs aset yang memang sudah tidak digunakan atau diinginkan lagi.
Menurut Linn & Rozeft (1984) Diestasi Adalah
Kedua ahli ekonomi ini mengatakan bahwa divestasi sell-off adalah penjualan divisi, sub
bagian ataupun lini bisnis yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke perusahaan lainnya.
Dijelaskan juga bahwa divestasi sell-off adalah wujud sederhana dari divestiture yaitu
proses kontraksi untuk perusahaan yang melakukan penjualan tapi dijadikan sebagai alat
untuk ekspansi untuk pembeli perusahaan.
Menurut Sudarsanam (1995) Divestasi Adalah
Sudarsaman menjelaskan bahwa divestasi adalah kebalikan dari suatu pertumbuhan karena
adanya akuisisi yang dilakukan dengan cara menjual sebagian perusahaan untuk alasan yang
beragam.
Menurut Moin (2004) Divestasi Adalah
Moin berpendapat bahwa divestasi adalah kegiatan menjual sebagian unit bisnis atau anak
perusahaan pada pihak lain agar bisa mendapatkan dana segar untuk memperbaiki kondisi
perusahaan secara menyeluruh.
Sederhananya, Definisi Divestasi Adalah
Divestasi adalah salah satu istilah yang sering kali digunakan dalam dunia ekonomi dan juga
keuangan. Dilansir dari wikipedia, divestasi adalah pengurangan jenis aset finansial atau aset
barang yang memang dimiliki oleh perusahaan.
Divestasi adalah kebalikan dari kegiatan investasi perusahaan. Jadi, jika investasi dilakukan
dengan membeli beberapa aset yang dinilai mampu memberikan keuntungan yang sangat
besar di masa depan, maka divestasi adalah tindakan pengurangan beberapa aset yang
dimiliki oleh perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa divestasi adalah
istilah yang cenderung memiliki konotasi negatif karena kegiatan ini dilakukan dengan
mengurangi beberapa jenis aset.
Contoh sederhananya Pak Budi mempunyai tanah seluas satu hektar dan ia melakukan
promosi untuk menjual tanahnya tersebut. Tanpa memperdulikan alasan dia menjual
tanahnya, kita tentu bisa berasumsi bahwa Pak Budi sedang mengalami kondisi kesulitan
keuangan, sehingga membuatnya menjual aset tanah tersebut.

Motif Divestasi Adalah


 Divestasi Dilakukan untuk Keuntungan Bersama
Tidak selamanya divestasi memiliki konotasi yang negatif, karena bisa juga dikatakan
sebagai kegiatan yang menguntungkan.
Contoh sederhananya adalah PT Freeport Indonesia yang beberapa tahun lalu sempat
viral. Mereka melakukan divestasi karena adanya aturan dari Pemerintah Pusat yang
mewajibkan bentuk kepemilikan saham perusahaan asing yang bergerak di Indonesia
sebagian besarnya harus dikelola oleh masyarakat atau pemerintah Indonesia.
Selain itu, perusahaan asing tersebut juga sudah diberikan izin yang lama oleh
Pemerintah Indonesia untuk bisa mengelola kekayaan alam di Indonesia dan dijadikan untuk
mengeruk keuntungan pribadinya saja.
Oleh karena itu, menjadi hal yang wajar jika pihak Pemerintah ingin adanya
pembagian hasil yang merata, jadi tidak hanya perusahaan tersebut yang mendapatkan
keuntungan sendiri.
Dalam kasus tersebut, divestasi yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia membuat
mereka membagikan sahamnya untuk dikelola oleh Pemerintah Daerah Papua, sehingga
nantinya masyarakat Papua bisa mendapatkan keuntungan pembangunan secara langsung.
Keuntungan tersebut nantinya akan masuk Pemerintah Daerah Papua agar bisa
melakukan pembangunan yang lebih baik lagi.
Hal tersebut dilakukan tidak lain hanya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang berada di sekitar wilayah tambang dan juga untuk pemasukan Pemerintah
Negara. Keuntungan yang diperoleh PT Freeport Indonesia pun bisa dibagi dua, antara PT
Freeport dan Pemerintah Indonesia.
Namun, upaya divestasi PT Freeport Indonesia tersebut juga dinilai agak alot karena
pemerintah harus menyiapkan dan mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan divestasi
atau pembayaran yang bertahap kepada Pemerintah Indonesia.
Selain itu, prosesnya juga dilakukan secara hati-hati, karena besarnya jumlah transaksi
dan juga sudah diawasi secara ketat agar tidak ada pihak yang tidak bertanggung jawab
yang memangkas dana tersebut.
Tapi, kegiatan divestasi ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Terdapat alasan
lain yang membuat perusahaan melakukan divestasi, dan alasan tersebut tergantung dari
kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Jadi, bisa kita artikan bahwa divestasi adalah suatu kegiatan atau strategi yang
dilakukan perusahaan untuk bisa mengembangkan bisnisnya ke arah yang lebih baik, atau
untuk menghindari adanya kerugian yang terus menerus terjadi. Tapi, setidaknya ada 3
alasan umum kenapa perusahaan melakukan divestasi, yaitu:
1. Melepas Beban Aset Anak Perusahaan yang Merugi
Kegiatan divestasi ini kerap kali dilakukan oleh perusahaan besar yang mempunyai
cabang atau anak perusahaan, namun anak perusahaan tersebut mengalami
kerugian secara terus menerus dan membebankan induk perusahaan.
Upaya pengurangan aset yang dilakukan anak perusahaan tersebut akan
memberikan keuntungan pada induk perusahaan karena sahamnya sudah dibeli oleh
perusahaan lain. Hal tersebut adalah strategi yang paling sering dilakukan oleh
perusahaan besar yang sedang mengalami kerugian.
2. Karena Adanya Perubahan Strategi
Guna menetapkan perencanaan yang matang di masa depan dan agar perusahaan
mendapatkan profit yang banyak, ada beberapa perusahaan yang melakukan
divestasi dengan cara menjual sebagian asetnya pada perusahaan lain, dan menjadi
anak perusahaan lain yang sudah membeli sebagian aset perusahaan tersebut.
Strategi ini sering dilakukan oleh perusahaan agar bisa bekerjasama dengan
perusahaan lain. Adanya perubahan strategi, seperti strategi pemasaran, terkadang
juga menimbulkan adanya keperluan yang mendesak, dan juga sudah harus
dipikirkan secara matang.
3. Agar Unit Perusahaan Bisa Berdiri Sendiri
Saat suatu perusahaan mempunyai anak perusahaan yang ingin mengembangkan
sayapnya, maka induk perusahaan bisa melepaskan anak perusahaannya agar
sebagian besar asetnya dimiliki oleh perusahaan lain.
Hal tersebut dilakukan bukan karena anak perusahaan sedang mengalami kondisi
kesehatan yang buruk, tapi karena induk perusahaan ingin agar anak perusahaan
bisa berkembang sendiri sesuai dengan bidangnya.
Anak perusahaan yang bisa berkembang sendiri tanpa adanya bantuan yang
diberikan secara terus menerus tentu akan menguntungkan perusahaan utama.

Dampak Divestasi Adalah


Kegiatan divestasi yang dilakukan oleh perusahaan bisa berdampak langsung pada
penerimaan kas. Dampak ini akan terjadi selama jangka pendek. Mereka yang melakukan
divestasi umumnya akan mencatat hasil penjualannya dalam laporan keuangan.
Selanjutnya, laporan laba/rugi dari penjualan tersebut akan masuk pada pos penjualan dan
hal lain sehingga akan meningkatkan laba perusahaan. Selain itu, dampak lain dari divestasi
adalah:
1. Rebalancing Pada Neraca Keuangan
Saat suatu perusahaan memutuskan untuk melakukan divestasi dalam lini usahanya,
maka perusahaan juga harus menyerahkan beberapa nilai aset pada pembeli lini
usaha tersebut. Akibatnya, aset perusahaan pun tentu akan berkurang.
Di samping itu, utang yang dimiliki oleh perusahaan tersebut juga akan berpindah ke
perusahaan lain yang sudah membeli lini bisnis tersebut. Tapi, kondisi ini bisa diubah
dengan pernyataan kontrak yang sebelumnya sudah disepakati antara kedua belah
pihak.
2. Perusahaan Kehilangan Potensi Pendapatan
Dampak ini merupakan dampak jangka panjang yang memang harus siap ditanggung
oleh perusahaan. Pihak perusahaan yang melakukan divestasi tentunya akan
kehilangan potensi pendapatan yang terjadi di masa depan. Pihak perusahaan hanya
akan menerima uang dari hasil divestasi senilai harga penjualan dan juga
berkurangnya utang perusahaan.

HOLDING
Definisi Holding
Holding artinya sekelompok perusahaan yang tergabung menjadi satu wadah atau
organisasi dan dibawahi oleh sebuah perusahaan induk (holding company). Umumnya
perusahaan yang termasuk holding company memiliki visi dan misi yang searah atau bidang
jasa sejenis. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan tersebut setuju untuk bergabung serta
bekerja sama. Pemimpin dari grup yaitu holding artinya memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, koordinasi hingga pengendalian anak perusahaannya. Hal ini dilakukan agar
semua tujuan dapat tercapai di seluruh perusahaan sejak awal holding.

Tujuan serta Manfaat Holding


Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa pembentukan perusahaan dalam grup tersebut
akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, tujuan dan manfaat
holding artinya bekerja sama dengan perusahaan induk agar perusahaan dapat mengatur,
mengontrol dan mengkoordinasikan layanan antar anak perusahaan. Namun, perusahaan
induk perlu mengembangkan rencana yang tepat, efektif, dan terarah. Rencana holding
artinya harus mencakup struktur organisasi, karyawan, strategi, serta pengelolaan
keuangan. Holding artinya juga harus mampu mengelola dan mengevaluasi rencana yang
telah dilaksanakan. Jika semua anak perusahaan bekerja dengan baik, mereka diharapkan
dapat meningkatkan nilai pasarnya lalu dikenal masyarakat secara luas. Oleh karena itu,
strategi dan peran holding artinya menjadi penentu keberhasilan perusahaan induk secara
menyeluruh
Tugas Dari Holding
Secara umum, tugas holding artinya tugas dalam bertindak sebagai pemimpin perusahaan.
Setiap perusahaan induk akan merencanakan, mengelola, serya mengaudit dalam kondisi
tertentu. Berikut ini penjelasan tentang tugas holding.

Perencanaan serta Pengendalian Suatu Perusahaan


Tugas pertama holding artinya membuat rencana yang berlaku umum bagi setiap anak
perusahaan. Selain itu, anak perusahaan harus menjalankan rencananya dengan strateginya
masing-masing. Perusahaan induk dapat melakukan pemeriksaan dan/atau audit untuk
mengkonfirmasi dan memastikan setiap anak perusahaan melaksanakan rencana awal.
Namun, agar induk perusahaan dapat mengelola perusahaan lainnya, induk perusahaan
harus memiliki paling sedikit 25% persen dari total saham anak perusahaan. Jika di bawah
minimal itu, maka perusahaan induk tidak memiliki kendali atasnya.

Operasional Perusahaan
Tugas kedua holding artinya mengurus operasional perusahaan dan mengurangi risiko
kebangkrutan atau kerugian anak perusahaan. Perusahaan induk bertanggung jawab pada
kerugian semua anak perusahaannya. Jika anak perusahaan sukses serta menguntungkan,
maka hasilnya juga akan dirasakan oleh perusahaan induk. Hal ini juga berlaku sebaliknya
jika anak perusahaan mengalami kerugian sehingga anak perusahaan harus ditopang oleh
perusahaan induk maupun anak perusahaan lainnya.

Penggabungan Perusahaan Dengan Produk dan Layanan Sejenis


Tugas ketiga holding artinya menggabungkan beberapa perusahaan yang memiliki
pelayanan atau produk yang serupa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan perencanaan dan
pengelolaan operasional di masa yang akan datang. Contoh fasilitas yang dikembangkan
dengan produk sejenis antara lain Pupuk Indonesia dan Semen Indonesia.

Posisi Lebih Strategis di Pasar


Tugas keempat holding artinya memiliki posisi lebih strategis di pasar. Penggabungan
beberapa pasar di Indonesia akan membuat posisi holding company dan anak
perusahaannya menjadi semakin kuat dan strategis. Hal ini juga yang diklaim ekspansi untuk
dapat menggunakan integrasi vertikal dan integrasi horizontal bersama perusahaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai