IPO
IPO adalah salah satu instrumen di pasar keuangan atau pasar modal. Adanya IPO berfungsi
agar masyarakat umum bisa membeli saham perusahaan tersebut. Hasil dari pembelian IPO
saham berfungsi sebagai modal tambahan bagi perusahaan dalam melakukan operasional
atau memperluas bisnis perusahaan. Saat perusahaan memutuskan untuk menjadi
perusahaan terbuka (go public), mereka akan mengumumkan IPO. Dalam IPO, perusahaan
akan mendaftarkan sahamnya di bursa saham. Di Indonesia sendiri, IPO saham akan tercatat
di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau atau dalam bahasa Inggris Indonesia Stock Exchange (IDX).
Kegiatan IPO akan diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Orang yang membeli saham
disebut shareholder, yaitu sebutan untuk pemilik atau pemegang saham. Pemegang saham
bisa berupa perorangan atau lembaga, yang setidaknya memiliki 1 lembar saham
perusahaan.
Contoh IPO
Contoh perusahaan yang IPO adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk yang telah resmi
mengumumkan IPO pada pada 15 Maret 2022 lalu. Sahamnya tercatat di BEI dengan kode
saham "GOTO". GoTo adalah bentuk kerjasama dari Gojek dan Tokopedia, yang dibentuk
pada 17 Mei 2021. Saham perdana GoTo ditawarkan dengan harga Rp 316-346 per lembar
saham. Adapun jadwal penawaran untuk IPO GOTO yakni 15-21 Maret 2022 silam.
Sejatinya, ada cara lain untuk meningkatkan modal perusahaan selain IPO, yakni melalui
pemodal ventura (pihak investor swasta) atau pinjaman bank. Namun, itu mungkin akan
memakan biaya yang terlalu mahal. Waktu terbaik perusahaan untuk IPO adalah saat
kondisi pasar saham cukup kondusif, serta jika saat perusahaan sedang bertumbuh
(membutuhkan dana untuk ekspansi). Sejatinya, waktu tepat untuk melakukan IPO yakni
jika perusahaan telah siap sepenuhnya.
Persyaratan Pengembangan
Memiliki operasional inti (core business) yang sama, lebih dari atau sama dengan ≥
12 bulan
Tidak harus melakukan pembukuan laba. Namun, apabila belum membukukan
keuntungan, berdasarkan proyeksi keuangan pada akhir tahun ke-2 telah
memperoleh laba (khusus sektor tertentu pada akhir tahun ke-6) Memiliki laporan
keuangan auditan ≥ 12 bulan
Opini laporan keuangan: wajar tanpa pengecualian
Wujud aset bersih ≥ Rp5 miliar
Besaran jumlah saham yang dimiliki bukan pengendali dan bukan pemegang saham
utama minimal 150 juta lembar saham dan sebesar:
20% dari total saham, untuk ekuitas < Rp500 miliar
15% dari total saham, untuk ekuitas Rp500 miliar hingga Rp2 triliun
10% dari total saham, untuk ekuitas > Rp2 triliun
Jumlah pemegang saham ≥ 500 pihak.
Setelah semua dokumen atau persyaratan sudah dipenuhi, maka perusahaan sudah bisa
mendaftarkan diri untuk IPO di BEI. Go public dalam IPO bisa memberi perusahaan
publisitas dalam jumlah besar.
Jadi, jumlah batas minimal saham yang dijual ke publik sebagai syarat untuk menjadi
perusahaan publik (terbuka) yaitu minimal 300 juta lembar saham untuk persyaratan utama,
sementara untuk persyaratan pengembangan adalah 150 juta lembar saham.
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai persyaratan dan tata cara melakukan IPO di BEI
perusahaan bisa mempelajari peraturan tersebut di OJK atau melalui laman resmi
www.ojk.go.id dan di BEI atau melalui laman resminya www.idx.co.id. Menurut IDX, setiap
perusahaan mungkin akan memiliki waktu yang berbeda untuk mempersiapkan IPO.
Namun, untuk IPO kebanyakan perusahaan memerlukan waktu sekitar 3-12 bulan.
Lamanya waktu IPO perusahaan akan tergantung dari:
Besaran penawaran umum
Kompleksitas bisnis dan struktur perusahaan
Kesiapan laporan atau pembukuan keuangan serta proyeksi keuangan
Kebutuhan restrukturisasi sebelum go public
Kelengkapan dokumen-dokumen perusahaan, dan lain-lain.
Dilansir laman Forbes, proses perusahaan untuk bisa IPO atau go public mungkin sulit
dilakukan oleh sebagian besar perusahaan jika sendirian. Perusahaan swasta yang
merencanakan IPO, perlu mempersiapkan diri untuk peningkatan eksponensial dalam
pengawasan publik.
Umumnya, perusahaan swasta yang berencana untuk go public akan menyewa penjamin
emisi (biasanya bank investasi). Hal tersebut bertujuan untuk berkonsultasi tentang IPO dan
membantunya menetapkan harga awal untuk penawaran.
Nah, peran si penjamin emisi akan membantu manajemen mempersiapkan IPO. Misalnya
membuat dokumen-dokumen untuk investor dan menjadwalkan pertemuan dengan calon
investor (roadshow).
Setelah perusahaan sudah menetapkan harga awal untuk IPO, maka penjamin emisi akan
menerbitkan saham kepada investor. Kemudian, saham perusahaan mulai diperdagangkan
di bursa saham publik.
Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah istilah manajemen perusahaan untuk tindakan
mereorganisasi struktur hukum, struktur kepemilikan, struktur operasional, atau struktur
lainnya dari sebuah perusahaan, agar perusahaan tersebut dapat lebih menguntungkan atau
agar lebih sesuai dengan kebutuhan. Secara sederhana, restrukturisasi dapat dipahami
sebagai penataan kembali agar struktur dan tatanannya menjadi baik. [1] Alasan lain untuk
melakukan restrukturisasi meliputi perubahan kepemilikan atau struktur
kepemilikan, pemisahan, atau untuk merespon krisis atau perubahan besar yang terjadi
pada perusahaan, seperti kebangkrutan, reposisi, atau pembelian. Restrukturisasi dapat
berupa restrukturisasi perusahaan, restrukturisasi utang, dan restrukturisasi keuangan.
Pimpinan yang terlibat dalam proses restrukturisasi kerap mempekerjakan
penasehat keuangan dan hukum untuk membantunya dalam negosiasi dan perincian
transaksi. Restrukturisasi dapat juga dilakukan oleh CEO baru yang memang dipekerjakan
khusus untuk menjalankan keputusan yang sulit dan kontroversial, agar dapat
menyelamatkan atau mereposisi perusahaan. Restrukturisasi biasanya melibatkan
pembiayaan utang, penjualan sebagian saham perusahaan ke investor, dan mereorganisasi
atau mengurangi operasi.
Sifat dasar dari restrukturisasi adalah permainan zero-sum. Restrukturisasi strategis
mengurangi kerugian, sehingga juga mengurangi ketegangan antara kreditur dan pemegang
saham, untuk memfasilitasi penyelesaian terhadap situasi sulit yang dihadapi perusahaan.
Restrukturisasi utang adalah reorganisasi terhadap utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Restrukturisasi utang biasanya dilakukan oleh perusahaan yang kesulitan
mencicil utangnya. Melalui proses restrukturisasi, sisa utang dibagi ke jangka waktu yang
lebih lama, sehingga utang dapat dicicil lebih ringan. Sebagai bagian dari proses
restrukturisasi, kreditur juga dapat menukar utang yang tersisa dengan sejumlah saham dari
debitur. Hal tersebut didasarkan pada prinsip bahwa restrukturisasi bertujuan untuk
memastikan keberlanjutan perusahaan yang terkadang terancam oleh faktor internal dan
eksternal. Restrukturisasi merupakan salah satu upaya untuk menyelesaikan kesulitan yang
dihadapi oleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bertahan.
Langkah-langkah:
Memastikan perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk beroperasi selama
proses restrukturisasi
Membuat perkiraan modal kerja yang akurat
Menyediakan jalur komunikasi yang terbuka dan jelas dengan kreditur yang
mengendalikan sebagian besar kemampuan perusahaan untuk mendapat pembiayaan
Memperbarui rencana bisnis rinci dan pertimbangannya
Restrukturisasi di Eropa
"Pendekatan London"
Secara historis, bank di Eropa menangani pinjaman non-peringkat investasi dan struktur
modal yang cukup sederhana. Dijuluki "Pendekatan London" di Britania Raya, restrukturisasi
tersebut fokus menghindari penghapusan utang, bukannya menyediakan neraca yang sesuai
dengan kondisi perusahaan. Pendekatan tersebut menjadi tidak praktis pada dekade 1990-
an, karena ekuitas swasta makin menginginkan struktur modal yang padat utang, sehingga
menciptakan pasar yang menghasilkan margin laba yang lebih besar dan utang mezanin.
Makin meningkatnya jumlah utang bermasalah yang dimasukkan ke pengelola investasi
global dan derivatif kredit pun memperdalam pasar, dan menjadi tren yang berada di luar
kendali regulator dan bank.
Karakteristik
Manajemen kas dan pengumpulan kas selama krisis
Jasa Penasehatan Pinjaman Beresiko
Retensi manajemen perusahaan dengan pembayaran "bonus bertahan" atau
pemberian saham
Penjualan aset yang kurang termanfaatkan, seperti paten atau merek
Alih daya operasi, seperti dukungan teknis dan penggajian, ke pihak ketiga yang lebih
efisien
Pemindahan operasi, seperti produksi, ke lokasi yang lebih murah
Reorganisasi fungsi, seperti penjualan, pemasaran, dan distribusi
Renegosiasi kontrak pekerja untuk mengurangi overhead
Pembiayaan kembali utang perusahaan untuk mengurangi pembayaran utang
Kampanye hubungan masyarakat besar untuk mereposisi perusahaan
Penghapusan semua atau sebagian saham yang dipegang oleh pemegang saham pra-
restrukturisasi (jika sisanya hanya memegang sedikit saham, maka disebut
sebagai stub)
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas melalui investasi baru, riset dan
pengembangan, serta rekayasa bisnis.
Perbankan investasi
Bank investasi adalah biro khusus perbankan yang memiliki fokus dalam
menciptakan modal untuk entitas, perusahaan, maupun pemerintah [1]. Adanya Bank
investasi dapat membantu perusahaan serta pemerintah dan lembaga-lembaga
pemerintahan dalam aksi menggalang perolehan dana melalui cara penerbitan dan
penjualan efek di pasar modal[2]. Bank investasi memiliki peran dalam memberikan
masukan-masukan strategis untuk melakukan kegiatan penggabungan
usaha (merger) dan akuisisi serta berbagai jenis transaksi keuangan lainnya.
Bank investasi juga memiliki fungsi sebagai pialang bisnis dalam mewakili
nasabahnya yang melakukan transaksi perdagangan. Namun dalam beberapa tahun garis
pemisah antara kedua model struktur ini telah kabur terutama karena adanya bank
komersial yang juga menawarkan jasa bank investasi.
Di Amerika, Undang-undang Glass-Steagall Act diciptakan pada awal kebangkitan
pasar modal. Pada tahun 1929 menjadi masa jatuhnya pasar saham, hal ini menjadi
permasalahan yang mengakibatkan pemerintah Amerika Serikat mencapai kesimpulan
bahwa pasar keuangan perlu ditata lebih dekat dengan tujuan melindungi kepentingan
keuangan. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemisahan perbankan investasi dari perbankan
komersial. Sehingga saat itu bank dilarang untuk merangkap menjadi
penerima deposito serta menjadi penjamin emisi saham dan obligasi. Namun, undang-
undang ini akhirnya dibatalkan pada tahun 1999 oleh undang-undang Gramm-Leach-Bliley
Act. Bank investasi ini juga harus dibedakan dengan pialang saham yang melakukan kegiatan
usaha dalam transaksi penjualan dan pembelian saham, obligasi, reksadana. Namun
beberapa perusahaan melakukan kegiatan usaha rangkap dengan menjadi pialang dan bank
investasi, ini dilakukan juga termasuk oleh perusahaan keuangan besar yang terkenal
diseluruh dunia.
Kebanyakan bank investasi terlibat sangat jauh dalam penyediaan jasa keuangan
tambahan bagi nasabahnya, seperti misalnya melakukan transaksi-transaksi
perdagangan derivatif, obligasi, valuta asing, komoditi, dan saham.
Karakteristik yang digunakan pada bank investasi hingga hari ini kebanyakan adalah
hanya dari "sisi penjual" nya saja yaitu perdagangan surat berharga atau saham ( misalnya
memfasilitasi transaksi, pencipta pasar), atau mempromosikan saham ( misalnya sebagai
penjamin emisi, analis, dll).
"sisi beli" nya diwakili oleh dana pensiun, reksadana, dana lindung nilai dan investor
publik yang menjadi pengguna jasa mereka guna memperoleh keuntungan maksimal dari
investasinya. Namun banyak perusahaan juga yang memiliki kedua komponen ini.
Investment Banking
Investment Banking merupakan salah satu profesi yang menangani pekerjaan di
bidang korporasi keuangan diberbagai perusahaan. Beberapa pekerjaan yang harus
diselesaikan meliputi: Tender Offer, Merger dan Akuisisi, Fund Rising, dan lain lain.
Investment Banker juga bertindak sebagai perantara antara penerbit dan investor sekuritas
dan membantu perusahaan baru untuk go public.
Profesi investment banker menjadi sangat menarik. Hal ini dikarenakan beberapa
bank di Indonesia semuanya memiliki divisi investment banking. Tidak hanya itu, Bank
terbesar di dunia pun seperti Barclays, JP Morgan, Citi, Morgan Stanley, sejak lama sudah
memiliki divisi tersebut.
MERGER
Merger adalah sebuah kesepakatan penggabungan antara dua perusahaan atau
lebih menjadi sebuah perusahaan baru. Secara umum, kedua perusahaan yang bergabung
ini memiliki status atau kekuatan bisnis yang tidak jauh berbeda. Ketika terjadi merger,
maka biasanya kedua perusahaan tersebut juga akan menggabungkan aset bisnis mereka.
Sehingga tak jarang keputusan dan strategi bisnis mereka akan berubah.
Dikutip dari investopedia, merger paling sering dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan pangsa pasar, mengurangi biaya operasi, memperluas ke wilayah baru,
menyatukan produk bersama, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan laba. Namun,
dari semua hal tersebut, kesepakatan ini juga harus menguntungkan pemegang saham
perusahaan. Karena setelah merger, saham perusahaan baru akan didistribusikan kepada
pemegang saham lama dari kedua bisnis asli.
DIVESTASI
Menurut Para Ahli, Divestasi Adalah
Menurut Benson et al. Divestasi Adalah
Benson membagi divestasi menjadi dua, yaitu sell-off dan spin-off. Divestasi sell-off adalah
menjual beberapa bagian aset perusahaan induk, seperti divisi, lini produk atau bahkan anak
perusahaan ke perusahaan lain.
Sedangkan divestasi spin-of adalah suatu kondisi dimana perusahaan menyalurkan semua
saham yang dimilikinya pada suatu anak cabang yang dikuasainya.
HOLDING
Definisi Holding
Holding artinya sekelompok perusahaan yang tergabung menjadi satu wadah atau
organisasi dan dibawahi oleh sebuah perusahaan induk (holding company). Umumnya
perusahaan yang termasuk holding company memiliki visi dan misi yang searah atau bidang
jasa sejenis. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan tersebut setuju untuk bergabung serta
bekerja sama. Pemimpin dari grup yaitu holding artinya memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, koordinasi hingga pengendalian anak perusahaannya. Hal ini dilakukan agar
semua tujuan dapat tercapai di seluruh perusahaan sejak awal holding.
Operasional Perusahaan
Tugas kedua holding artinya mengurus operasional perusahaan dan mengurangi risiko
kebangkrutan atau kerugian anak perusahaan. Perusahaan induk bertanggung jawab pada
kerugian semua anak perusahaannya. Jika anak perusahaan sukses serta menguntungkan,
maka hasilnya juga akan dirasakan oleh perusahaan induk. Hal ini juga berlaku sebaliknya
jika anak perusahaan mengalami kerugian sehingga anak perusahaan harus ditopang oleh
perusahaan induk maupun anak perusahaan lainnya.