Anda di halaman 1dari 135

ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM

PENANGGULANGAN BANJIR SUB DAERAH


ALIRAN SUNGAI CISANGKUY DI KELURAHAN
ANDIR

STAKEHOLDER ANALYSIS IN FLOOD MITIGATION IN THE

CISANGKUY SUB-WATERSHED IN ANDIR VILLAGE

Oleh:
Nurul Salsabila
170810170005

SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN


SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CISANGKUY
KELURAHAN ANDIR

Oleh:
Nurul Salsabila
NPM 170810170005

SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Politik

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal


seperti tertera di bawah ini

Jatinangor, 20 Januari 2022


Pembimbing,

Mustabsyirotul Ummah Mustofa, S.IP., M.A.


NIP. 199110122018032001

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di
Universitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan dari Tim Pembimbing.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat kata atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, 24 Januri 2022


Yang membuat pernyataan,

Nurul Salsabila
170810170005

ii
ABSTRAK

Fenomena banjir di Kelurahan Andir merupakan permasalahan yang


lumrah terjadi selama enam belas tahun ini. Adanya degradasi fungsi sub DAS
Cisangkuy dalam menampung debit air sehingga adanya back water dan
meluapnya air kepemukiman penduduk. Menurut prinsip water governance untuk
menanggulangi permasalahan banjir harus melibatkan semua pihak, mulai dari
negara, swasta, dan masyarakat. Majemuknya stakeholder yang terlibat dalam
penaggulangan banjir sub DAS Cisangkuy menimbulkan kebingungan mengenai
siapa yang berpengaruh dan berkepentingan dalam pengelolaan. Sehingga
diperlukannya sebuah pemahaman mengenai siapa yang berpengaruh dan
berkepentingan dalam pengelolaan sub DAS Cisangkuy terutama dalam
pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan teori analisis stakeholder
untuk melihat siapa yang berpengaruh dan berkpentingan dalam penanggulangan
banjir yang ada di Kelurahan Andir meliputi peran, atribut, dan kepentingan
stakeholder serta hubungan para stakeholder yang terlibat dalam penaggulangan
banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam menetukan stakeholder yang berpengaruh dan berkepentingan
berdasarkan peran, atribut, serta kepentingan yang dimiliki oleh stakeholder.
Pihak yang berpengaruh dan berkepentingan tertinggi adalah BBWS Citarum
yang memiliki kekuasaan tinggi untuk mengelolah sub DAS Cisangkuy.
Koordinasi para stakeholder berjalan cukup efektif meskipun hubungan antara
B2C2 dengan masyarakat tidak begitu baik. Dimana tidak adanya pemeberian
kepercayaan masyarakat kepada B2C2 sebagai organisasi masyarakat.
Kata Kunci: Analisis stakeholder, Kelurahan Andir, penanggulangan banjir

iii
ABSTRACT

The phenomenon of flooding in Andir Village is a common problem for the


past sixteen years. There is a degradation of the function of the Cisangkuy sub-
watershed in accommodating water discharge so that there is back water and the
overflow of water in residential areas. According to the principle of water
governance, to tackle flood problems, all parties must be involved, starting from
the state, the private sector, and the community. The multiplicity of stakeholders
involved in the flood mitigation of the Cisangkuy sub-watershed creates confusion
about who has influence and has an interest in management. So we need an
understanding of who is influential and has an interest in the management of the
Cisangkuy sub-watershed, especially in decision making.
Therefore, this study uses stakeholder analysis theory to see who is
influential and has an interest in flood prevention in Andir Village. The data
sought are the roles, attributes, and interests of stakeholders as well as the
relationship of the stakeholders involved in the flood mitigation of the Cisangkuy
sub-watershed in Andir Village. The results showed that in determining the
influential and interested stakeholders based on the roles, attributes, and interests
of the stakeholders. The party that has the highest influence and interest is BBWS
Citarum which has high power to manage the Cisangkuy sub-watershed. The
coordination of the stakeholders was quite effective even though the relationship
between B2C2 and the community was not very good. Where there is no public
trust in B2C2 as a community organization.

Keywords: Stakeholders Analysis, Andir Village, flood prevention.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya yang telah menolong peneliti untuk
dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana
Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran yang
berjudul “Analisis Stakeholder Dalam Penanggulangan Banjir Sub Daerah Aliran
Sungai Cisangkuy Di Kelurahan Andir”. Peneliti juga menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati peneliti memohon maaf atas segala kekurangan
dan keterbatasan yang ada pada skripsi ini.
Dalam proses pembuatan dan penyusunan skripsi ini juga banyak pihak

yang membantu, mendukung, membimbing dan memberikan motivasi bagi

peneliti dari awal hingga akhir. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini peneliti

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ratnia Solihah, S.IP., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

yang telah memberikan motivasi dan perhatiannya pada perkembangan

skripsi peneliti selama ini hingga peneliti dapat menyelesaikannya.

2. Ibu Dra. Mudiyati Rahmatunnisa MA., Ph. D selaku dosen wali peneliti

yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya selama peneliti

melakukan studi.

v
3. Ibu Mustabsyirotul Ummah Mustofa, S.IP., M.A selaku dosen

pembimbing. Terima kasih, karena tidak pernah lelah memberikan

bimbingan, motivasi dan segala bentuk bantuan kepada peneliti dari awal

hingga akhir penulisan skripsi ini sehingga peneliti tidak pernah merasa

sendiri dalam menghadapi segala bentuk rintangan dalam proses

penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Dipl-Ing. Husin M. Al Banjari, M.Si. , Ibu Dr. Ratnia

Solihah,S.IP.,M.Si, dan Bapak Hendra,S.IP .,M.Si selaku dosen penguji

dalam proses skripsi peneliti yang telah memberikan kritik, saran dan

penilaiannya guna mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik Universitas Padjadjaran yang

telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada peneliti selama masa

perkuliahan.

6. Bapak Sholeh dan Bapak Yana, serta seluruh tenaga kerja Program Studi

Ilmu Politik dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah

membantu dan memberikan kemudahan kepada peneliti dalam memenuhi

berbagai macam kebutuhan administrasi selama perkuliahan.

7. Bapak R. Yayat Yuliana, S.E,. M.M. selaku PKK Ketatalaksanaan Balai

Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS Citarum), Bapak Saef, S.Sos

selaku Lurah Andir beserta seluruh tenaga kerja di Kelurahan Andir,

vi
Bapak Muhammad Ridwan, ST., MT selaku Kepala Bidang

DrainaseDinas

vii
8. ST., MT selaku Kepala Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung, Opi Sugilar, STselaku Kepala

Sub Bidang Fisik dan Perekonomian Bappeda Kabupaten Bandung Bapak

Jefson Marisano selaku Komandan Sektor 7 Citarum Harum, Bapak Dodi

Daodi selaku Komandan Subsektor 7 Andir, Abah Edi selaku Ketua

Komunitas Lingkungan dan Kebencanaan Barudak Baraya Cisangkuy

Citarum (B2C2), Bapak Ifin Arifin selaku Ketua RW 07, Bapak Iyan

Sopyan selaku Ketua RW 08, Bapak Hadi selaku Ketua RW 09, serta

Bapak Asep Gunawan selaku Ketua RW 13, yang telah memberikan izin

dan bersedia menjadi narasumber dalam skripsi ini. Terima kasih karena

telah memberikan kemudahan bagi peneliti untuk mendapatkan data-data

yang dibutuhkan oleh peneliti selama menyusun skripsi.

9. Orang tua peneliti, Bapak Dindin Jamaludin dan Ibu Euis Yuniar. Mereka

adalah salah satu alasan yang memotivasi peneliti untuk selalu semangat

untuk berada di tahap ini. Oleh karena itu, skripsi ini peneliti dedikasikan

untuk mamah dan bapak. Terima kasih, karena telah menjadi orang tua

yang sangat luar biasa, yang tidak pernah lelah mendukung, mendoakan

dan menemani peneliti dalam setiap proses kehidupan yang peneliti jalani.

Semoga panjang umur dan selalu menjadi saksi setiap perjuangan teteh.

Love you and thank you for believing in me.

10. Adek peneliti, Mu’ammar Rafi yang selalu memberikan semangat, doa

dan dukungan kepada peneliti selama perkuliahan dan penyelesaian

skripsi. I hate you, but love you brother.

viii
11. Kepada nenek, wa, tante, dan om, semua terimakasih yang selalu

memberikan semangat, doa dan dukungan serta saran kepada peneliti

selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi. Love you so much.

12. Alfira dan Arda selaku sahabat peneliti dari SMA hingga sekarang. Terima

kasih, karena selalu bersedia menjadi tempat peneliti untuk berkeluh

kesah. Terima kasih untuk semua waktu dan dukungan yang diberikan

setiap peneliti butuhkan. Terimakasih juga sudah menjadi saksi tumbuh

dewasanya peneliti. You are the best part of my life.

13. Kania Tresna Dewi teman peneliti dan tempat keluh kesah peneliti.

Terimakasih sudah memberikan dukungan kepada peneliti dan

kepercayaan kepada peneliti bahwa semua dapat dilewatin walaupun tidak

mudah. Terimakasih sudah direcokin setiap waktunya agar karya ini bisa

menjadi ada dan layak. Bersyukur banget bertemu dan berteman dengan

kamu, Kan. May be, setelah diperkuliahan ini kita bisa bertemu dan

menjadi orang sukses.

14. Fadli dan Garindya, terimakasih banyak telah menjadi teman rantauan

peneliti yang paling dapat dihandalkan. Terimakasih menjadi teman

keabsurdan peneliti selama di Jatinangor dan teman makan pecel

Lamongan dan Suroboyo peneliti setiap hari. You are the best August’s

Brothers I ever had.

15. Untuk Desa Sukses Isi (13), teman-teman peneliti dari mulai tetangga,

teman SMP, teman SMA, hingga kuliah. Terimakasih telah menjadi

ix
tempat berkeluh kesah dan saran untuk peneliti. Guys, You are my best

rest area.

16. Esha, teman kuliah peneliti. Sudah lama tidak ketemu sha, tapi do’a dan

semangat kamu masih bisa terasa. Terimakasih sudah teman curhat dan

gibah perkuliahan, permagangan, dan perprokeran peneliti. And for Refi,

the best boy. Terimakasih juga jadi teman perkuliahan dan kelompok

peneliti yang paling sabar. Terimakasih banget juga sudah nerima peneliti

sebagai bagian kelompok belajar kalian. Love you guys.

17. Amania Okthalia dan Siti Nur Azizah, selaku partner penelitian selama

skripsi. Terima kasih sudah menjadi partner berjuang dan tempat terbaik

bagi peneliti untuk diskusi masalah skripsi selama ini.

18. Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, Kabinet Adibrata dan

Kabinet Cakrabuana. Terima kasih menjadi tempat peneliti untuk

menambah pengalaman dan pelajaran dalam berorganisasi.

19. Kepada Kim Jisoo, Kim Jennie, Park Chaeyoung, Lalisa Manobal serta

Jung Hae In yang telah menghibur peneliti selama mengerjakan skripsi

melalui perannya di kolaborasi bernama ‘Blackpink’ dan di ‘Snowdrop’

sebagai Im Soo Ho.

20. Last but not least, I thanks to myself for not give up. Terimkasih sudah

berjuang sampai tahap ini. Terimkasih sudah kuat dan bertahan melalui

jalan yang tidak mudah ini. Ke depannya perjuangan kita semakin berat

semoga kita bisa berjuang sampai akhir.

x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii

ABSTRAK...............................................................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................v

DAFTAR TABEL..................................................................................................viii

DAFTAR DIAGARAM............................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................x

DAFTAR SINGKATAN...........................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................9

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................9

1.4.1 Manfaat Akademis.................................................................................9

1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................11

2.1 Analisis Stakeholder....................................................................................11

2.2 Kerangka Pemikiran.....................................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................30

x
3.1 Desain dan Jenis Penelitian..........................................................................30

3.2 Sumber Data.................................................................................................30

3.2.1 Sumber Primer......................................................................................30

3.2.2 Sumber Sekunder..................................................................................34

3.3 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................35

3.3.1 Wawancara............................................................................................35

3.3.3 Studi Dokumentasi................................................................................36

3.4 Teknik Analisis Data...................................................................................36

3.4.1 Reduksi Data.........................................................................................37

3.4.2 Penyajian Data...................................................................................37

3.4.3 Penarikan kesimpulan dan verifikasi....................................................37

3.5 Uji Validitas Data Penellitian......................................................................38

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................41

4.1 Upaya Penanggulangan Banjir Sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir. .41

4.2 Analisis Stakeholder Mewujudkan Program Penanggulangan Banjir.........49

4.3 Dinamika Hubungan Stakeholder dalam Pembangunan Infrastruktur

Penanggulangan Banjir Sub DAS Cisangkuy Di Kelurahan Andir...................70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................81

xi
5.1 Simpulan................................................................................................81

5.2 Saran......................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................86

LAMPIRAN............................................................................................................89

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Informan...................................................................................37

Tabel 3.2 Data Set..................................................................................................43

Tabel 4.1 Peran Stakeholder..................................................................................57

Tabel 4.2 Atribut dan Kepentingan Stakeholder....................................................59

xiii
DAFTAR DIAGARAM

Diagaram 4.1 Tingkat Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder............................69

Diagaram 4.2 Hubungan antar Aktor.....................................................................77


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Gambar Diagram Tingkat Pengaruh dan Kepentingan.....................20


DAFTAR SINGKATAN

B2C2 : Barudak Baraya Citarum Cisangkuy

Bappeda : Badan Perencanaan

BBWS Citarum : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum

BP2JK : Badan Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi

DAS : Daerah Aliran Sungai

DLH : Dinas Lingkungan Hidup

Dinas PUTR : Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

FSPA : Forum Solidaritas Peduli Andir

LPM : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

ODA : Overseas Development Administration

Renja : Rencana Kerja

Renaksi : Rencana Aksi

Renstra : Rencana Strategi

RPJM : Rencana Pembangungan Jangka Menengah

Satgas : Satuan Tugas

RT : Rumah Tangga

RW : Rukun Warga

TKPSDA : Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pendoman Wawancara......................................................................90

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian.....................................................................92

Lampiran 3. Surat Penelitian..................................................................................95

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Cisangkuy salah satu sub DAS Citarum

hulu yang berada di kawasan cekungan Bandung, tepatnya terletak di Kabupaten

Bandung. Sub DAS Cisangkuy memiliki fungsi sebagai penyangga pemenuhan

kebutuhan air baku untuk Kota dan Kabupaten Bandung. Ditinjau dari penyediaan

air bersih, daerah hulu sub DAS Cisangkuy menjadi bagian daratan yang sangat

penting baik dari segi ekologis, ekonomis, dan sosiologis dalam menopang

kehidupan daerah aliran sungai. Sub DAS Cisangkuy mengalami degradasi fungsi

sebagai penyanga pasokan kebutuhan air baku. Menurunnya fungsi sub DAS

Cisangkuy mengakibatkan timbulnya permasalahan yakni banjir.

Fenomena yang setiap tahunnya terjadi di daerah yang dilalui oleh sub

DAS Cisangkuy adalah banjir. Pendangkalan dataran sungai mengakibatkan

terjadinya sedimentasi yang membuat sub DAS Cisangkuy tidak dapat

menampung debit air saat hujan deras, sehingga air meluap dan menggenangi

pemukiman penduduk sekitaran sub DAS Cisangkuy (Soesanto, 2017). Selain itu,

perubahan iklim yang ekstrim menjadi salah satu faktor terjadi banjir. Perubahan

iklim membuat pada musim hujan membuat debit air sungai akan meningkat dan

mengakibatkan banjir. Banjir sub DAS Cisangkuy sering terjadi di daerah

Bandung bagian selatan tepatnya Kabupaten Bandung khususnya wilayah

kecamatan Baleendah dan wilayah Dayeuh Kolot.

1
2

Menurut Laporan Sosial Politik PDAM, banjir menjadi keresahan tertinggi

bagi masyarakat termasuk masyarakat yang tinggal disekitaran sub DAS

Cisangkuy. Salah satunya masyarakat Kelurahan Andir. Banjir di Kelurahan

Andir ini merupakan banjir luapan dari tingginya debit air sungai yang maupun

luapan arus balik (backwater) dari DAS Citarum ke sub DAS Cisangkuy

(Suriadikusumah & Herdiansyah, 2014, p. 3). Dimana Kelurahan Andir

merupakan titik temu DAS Citarum dan sub DAS Cisangkuy.

Ditambah dengan masih buruknya tata kelola drainase yang membuat

banjir rembesan masuk ke pemukiman penduduk. Kondisi ini menyebabkan

Kelurahan Andir sering mengalami banjir hingga yang tertinggi mencapai 22,7 M

pada tahun 2016. Tiga RW di Kelurahan Andir yang sering tergenang banjir

antara lain RW 07, RW09, dan RW 13 (Rahatiningtyas, 2019, p. 2). Akibat banjir

yang sering dirasakan oleh warga Kelurahan Andir adalah terhambatnya aktivitas

warga dan kehilangan barang berharga serta tempat tinggal. Dimana pasca banjir

banyak rumah warga yang tertimbun lumpur pasca banjir dan kebanyakan warga

memilih untuk meninggalkan rumahnya dan pindah ke tempat yang lebih aman

dari banjir.

Pemerintah melakukan berbagai cara untuk memperbaiki banjir sub DAS

Cisangkuy. Pada tahun 2017, terdapat pembangunan danau retensi yang

dimaksudkan untuk mengurangi debit air dan menghilangkan di kelurahan Andir.

Dua tahun pasca pembangunan danau retensi meskipun belum dapat

menghilangkan banjir, namun telah berhasil mengurangi banjir di wilayah

sekitaran danau retensi (Rahatiningtyas, 2019, p. 2).


3

Selain itu langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi banjir di

sub DAS Cisangkuy yaitu melalui program Citarum Harum. Program Citarum

Harum merupakan program yang telah diatur melalui Perpres No. 15 Tahun 2018

tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran

Sungai Citarum. Dalam program tersebut menekankan peran dan sinegritas dari

mulai tingkat pusat, daerah, dan masyarakat. Program Citarum Harum melibatkan

kementerian dan lembaga, serta TNI, Polri, dan Kejaksaan Tinggi (Citarum,

2019).

Implementasi program Citarum Harum untuk mengurangi banjir di sub

DAS Cisangkuy antara lain, membuat satgas pemerintah membuat Satuan Tugas

(Satgas) dan pembuatan sodetan Cisangkuy. Satgas Citarum Harum melaksanakan

program Citarum Harum dengan membentuk komando sektor dan satgas Citarum

Harum dikomandoi oleh gubernur Jawa Barat dibantu dengan para tentara

(Citarum, 2019). Kegiatan Satgas antara lain, mengusut pabrik yang melakukan

pencemaran, melakukan karya bakti bersama masyarakat membersihkan, serta

mengajak masyarakat untuk menjaga ekosistem. Selain itu untuk menanggulangi

banjir, Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dan BBWS

(Balai Besar Wilayah Sungai) Citarum membuat sodetan Cisangkuy atau yang

dikenal dengan ‘flood way’ sepanjang 1,7 km ini bertujuan untuk pengendalian

banjir sub DAS Cisangkuy (Zuraya, 2020)

Pada tahun ini pemerintah, melalui BBWS Citarum, mulai melakukan

pembangunan kolam retensi Andir dan polder-polder untuk mengurangi genangan

banjir yang ada di kawasan Kelurahan Andir. Kegiatan ini merupakan salah satu
4

bagian dari rangkaian Kombinasi Sistem Pengendalian Banjir di Citarum Hulu

yang sebelumnya telah dibangun Terowongan Nanjung, Floodway Cisangkuy,

dan Kolam Retensi Cieunteung (Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, 2021).

Selain membuat kolam retensi dan polder-polder, di Kelurahan Andir juga

membangun Floodwall atau tanggul dari muara sub DAS Cisangkuy sampai hilir

sub DAS Cisangkuy. Dimana dalam pembangunan itu semua pemerintah

berkerjasama dengan pihak swasta.

Beberapa upaya dilakukan untuk menagani permasalahan banjir dari yang

bersifat teknis maupun bersifat sosial. Tetapi upaya tersebut belum mampu

terealisasi secara optimal untuk menghindarkan masyarakat dari banjir. Dikutip

dari Republika (2020), penanganan permasalahan banjir berkaitan dengan

koordinasi secara horizontal maupun vertikal. Dengan artian lain, penanganan

permasalahan banjir bukan hanya mengenai persoalan operasional namun juga

struktur sosial politik yang melingkupi kekuasaan dan jaringan sosial.

Menanggulangi permasalahan sub DAS Cisangkuy diperlukan strategi-

strategi yang terintegritas dalam pengelolaan sumber daya air DAS Cisangkuy

(Gleick & Iceland, 2018). Dalam menyusun startegi pengelolaan air di DAS

Cisangkuy dibutuhkannya peran dan partisipasi stakeholder dari pemerintah,

masyarakat maupun swasta dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,

dan implementasi kebijakan (Ifah, Suryadi, & Hermawan, 2012, p. 54). Partisipasi

publik dan peran para pihak sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan

pengelolaan sumber daya (Reed, et al., 2009). Hal ini sesuai dengan prinsip water
5

governance di mana dalam pengelolaan mengenai sumber daya air tidak hanya

menjadi urusan negara tetapi juga melibatkan pihak swasta dan civil society.

Prinsip water governance yang terapkan berdampak pada munculnya multi

kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air. Terdapat tiga pilar kepentingan

dalam pengelolaan DAS di Indonesia yakni ekonomi, lingkungan, dan sosial yang

diterpadukan oleh pilar politik. Kepentingan-kepentingan tersebut harus dapat

terakomodasi tanpa mengecilkan kepentingan yang satu dengan yang lain. Dalam

politik pengelolaan DAS menyangkut perjuangan-perjuangan kepentingan para

pelaku yang terlibat untuk memperoleh akses terhadap air (Pasandaran, Sutrisno,

& Suherman, 2010, p. 247). Pengelolaan DAS pada prakteknya sering mengalami

konflik kepentingan dengan pemanfaatan sumber daya yang berorientasi pada

kepentingan sektoral dan presepsi para pihak (Alviya et al ., 2012; Blacktock et

al ., 2012 (Junengsih, Putri, & Ismail, 2017, p. 113)).

Berbagai pihak melakukan berbagai cara untuk menanggulangi

permasalahan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi yang diemban oleh masing-masing lembaga dari pemerintah

pusat, daerah, swasta maupun lembaga swadaya masyrakat (LSM). Hal ini sesuai

dengan amanat dari isi Perpres No. 15 Tahun 2018 yang menekankan pada

peran dan sinegritas dari mulai tingkat pusat, daerah, dan masyarakat sehingga

menimbulkan majemuknya stakeholder yang terlibat.

Majemuknya pihak yang terlibat dalam penanggulangan banjir di

Kelurahan Andir tidak serta merta membuat permasalahan banjir cepat selesai.

Banyaknya kepentingan stakeholder yang telibat dalam penanggulangan banjir di


6

Kelurahan Andir menjadi salah satu alasan penanggulangan banjir di Kelurahan

Andir terhambat. Sehingga diperlukannya sebuah pemahaman mengenai siapa

yang berpengaruh dan berkepentingan dalam pengelolaan sub DAS Cisangkuy

untuk mengetahui yang menjadi kepentingan prioritas dari program

penanggulangan tersebut.

Analisis stakeholder digunakan untuk melihat para stakeholder ikut serta

dan berperan dalam pengeloaan sub DAS Cisangkuy, serta menyelidiki

bagaimana hubungan antar aktor. Pemetaan kepentingan dan pengaruh masing-

masing pihak dilakukan untuk memberikan gambaran dilapangan siapa yang

memiliki berpengaruh dan berkepentingan dalam pengendalian banjir di

Kelurahan Andir. Tidak hanya itu, analisis stakeholder juga berfungsi

meminimalisir adanya pengabaian kepentingan pihak yang tidak berdaya.

Untuk memetakan stakeholder serta kepetingan-pengaruh stakeholder,

para stakeholder diklasifikasikan berdasarkan tingkat pengaruh dan

kepentingannya pada pengelolaan sub DAS Cisangkuy melalui matriks interest-

power atau yang dikenal dengan two-by-two matrix. Dengan matriks interest-

power dapat mengelompokan para aktor sesuai dengan tingkat kepentingan dan

pengaruh serta menyelediki hubungan antar aktor yang terlibat (Putri, 2018).

Pengelompokan stakeholder bertujuan menyelidiki hubungan dan keterkaitan

antar aktor yang terlibat. Sehingga dapat mengetahui dan menganalisa praktek

konflik kepentingan antar para aktor yang terlibat dalam pengelolaan sub DAS

Cisangkuy. Selain itu juga bermanfaat untuk menemukan potensi kolaborasi antar
7

stakeholder untuk mewujudkan program pengelolaan sumber daya alam secara

terpadu.

Banyak penelitian sebelumnya meneliti bertemakan kepentingan aktor dan

analisis stakeholder. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Esa (2016, pp. 256-

267), yang melakukan penelitian mengenai kontestasi kepentingan dalam

perumusan RPJM (Rencana Pembangungan Jangka Menengah) Daerah

Kabupaten Mojokerto tahun 2011-2015. Peneliti menggunakan teori ACF

(Advocacy Coallition Framework) untuk menjawab pertanyaan penelitian yakni

mengenai aktor, hubungan antar aktor dalam proses pertarungan kepentingan, dan

alasan terjadinya pertarungan kepentingan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa

yang mengikuti proses perumusan RPJM adalah pihak birokrat, teknorat, dan

politisi. Ketiga pihak tersebut membentuk jaringan kelompok kerja yang

menghasilkan program-program kerja. Program-program kerja ini ditentukan

berdasarkan kepentingan-kepentingan para penggarapnya. Proses pertarungan

terlihat pada saat para aktor menentukan kepentingan yang harus didahulukan

sesuai dengan pertimbangan para pihak. Disinilah para aktor saling bernegosasi

agar kepentingaannya dapat bertahan serta tercapai. Pada bagian kesimpulan

penulis menyimpulkan bahwa tidak ada jaminan setiap stakeholder atau para aktor

mendapatkan keuntungan, melainkan keuntungan dirasakan oleh para stakeholder

yang terlibat secara kolektif.

Penelitian selanjutnya dari Royandi & Keiya (2019, pp. 77-98) mengenai

pengelolaan sumber daya pesisir di wilayah perbangunan reklamasi Jakarta.

Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai persaingan kepentingan antara nelayan,


8

masyrakat kecil, dan pembisnis mengenai akses sumber daya laut sehingga

menimbulkan konflik. Dalam proses politik pengelolaan sumber daya peran

pemerintah dan swasta sangat dominan yang mengakibatkan ketidakmerataan

kepentingan dan membuat masyarakat kehilangan akses sumber daya laut.

Sedangkan untuk penelitian yang metode analisis stakeholder dilakukan

oleh Lastiantoro dan Cahyono (2016, pp. 1-17). Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui siapa yang paling berpengaruh dan berkepentingan dalam pengelolaan

DAS Bengawan Solo Hulu. Dalam penelitian ini diketahui terdapat 4 klasifikasi

kelompok, key players (kepentingan dan pengaruh tinggi) yakni Dinas pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum bagian Pengairan,

dan LSM lingkungan; context setters (kepentigan rendah tetapi pengaruh tinggi)

yakni Dinas Pengairan, Energi, Sumber Daya Manusia

Kabupaten; subjects (kepentingan tinggi dan pengaruh rendah) Perkeumpulan

Petani Pemakai Air; dan crowd (kepentingan dan pengaruh rendah) Badan

Pemberdayaan Masyarakat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepentingan dan

pengaruh tinggi setiap intusisi dalam pengelolaan DAS tergantung kepada fungsi

yang dibebankan pada institusi tersebut.

Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Triyanti dan Susilowati (2019,

pp. 23-35), yang menganalisis stakeholder dalam pengelolaan kawasan pesisir

berkelanjutan di Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian ini menunjukan bahwa

terdapatnya kontestasi sektoral sumber daya dengan jasa lingkungan yang

menimbulkan konflik, namun konflik kepentingan dan kewenangan yang

berkepanjangan akan menghambat tujuan pengelolaan. Serta, pemetaan prioritas


9

hak dan tangunggjawab akan menurun apabila kepentingan dan pengaruh suatu

institusi juga menurun.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Junengsih dan kawan-kawan

(2017, pp. 112-124), penelitian ini menjabarkan adanya sejumlah pihak yang

berkepentingan dan berpengaruh besar dalam kebehasilan pengelolaan DAS

Citarum. Besar kepentingan dan pengaruh yang dimiliki setiap pihak tergantung

pada tugas pokok dan fungsinya. Dalam penelitian tersebut berhasil

mengidentifikasi aktor, peranan aktor, dan kepentingan aktor, serta membuat peta

tingkat pengaruh dan kepentingan yang digambarkan dalam sebuah matriks. Dari

penelitian tersebut kita dapat mengetahui yang stakeholder dalam pengelolaan

DAS Citarum antara lain, dinas lingkungan hidup, pemerintah, kecamatan, dan

kelurahan sebagai player, masyarakat sebagai subject, LSM sebagai actor, dan

perguruan tinggi sebagai by stander. Serta, peneliti mendapatkan hasil bahwa

peran masyarakat masih minim dalam pengelolaan DAS Citarum.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

peneliti menggunakan analisis stakeholder dalam dimensi politik untuk

memahami posisi dan pentingnya stakeholder serta mengetahui bagaimana

perilaku stakeholder untuk mewujudkan kepentingan. Peneliti juga ingin melihat

bagaimana para stakeholder yang terlibat mempengaruhi proses pengambilan

keputusan dalam penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir

untuk mewujudkan kepentingannya. Selain itu, belum banyaknya penggunaan

analisis stakeholder sebagai metode dalam penelitian ilmu politik.


10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut: Bagaimana analisis stakeholder dalam tata kelola sub

DAS Cisangkuy?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stakeholder yang terlibat

dalam penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan andir yang

meliputi deskripsi terkait aktor yang berpengaruh dan berkepentingan dalam

penanggulangan banjir, deskripsi mengenai peta pengaruh dan kepentingan aktor

serta hubungan antar aktor dalam penanganan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat memberi sumbangsih terhadap ilmu

pengetahuan, khususnya untuk studi Ilmu Politik dan analisis stakeholder.

Penelitian ini menjabarkan aktor, kepentingan-pengaruh aktor, dan

interaksi antar aktor yang bermanfaat bagi pengembangan studi aktor

dalam pengelolaan sumber daya air.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini membantu memberikan informasi serta data

mengenai aktor yang terlibat dalam pengelolaan sub DAS Cisangkuy dan
11

kepentingannya. Dengan mengetahui peran para pihak dalam pengelolaan

sub DAS Cisangkuy, nantinya dapat menghasilkan sebuah kebijakan yang

tepat dengan mempertimbangkan aspirasi para pihak dan koordinasi.

Selain itu, dapat juga digunakan sebagai sumber informasi bagi pembaca

yang berminat melakukan penelitian mengenai pengaruh dan kepentingan

aktor dalam proses pengambilan keputusan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Stakeholder

Stakeholder menurut pandangan Freeman (1984 dalam (Bryson, 2003, p.

4)), merupakan setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh pencapaian suatu program. Menurut Clarkson (1995 dalam

(Benna, Abratta, & O’Leary, 2016, p. 2)), stakeholder merupakan individu atau

kelompok yang memiliki atau mengklaim kepemilikan atas hak atau kepentingan

dalam suatu proyek dan kegiatannya pada masa lalu, sekarang, dan masa depan di

mana klaim tersebut berasal dari kesepakatan dengan pemangku kepentingan

lainnya dengan kepentingan yang sama.

Menurut Mitchell (1997 dalam (Benna, Abratta, & O’Leary, 2016, p. 3)),

terdapat tiga atribut yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk menjadi

stakeholder, di mana atribut tesebut saling berhubungan yakni kekuasaan,

legitimasi, dan urgensi. Kekuasaan adalah alat untuk mempengaruhi stakeholder

lain, kekuasaan bersifat sementara yang dapat diperoleh atau hilang (Benna,

Abratta, & O’Leary, 2016, p. 3). Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang

atau satu kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain,

sesuai dengan keinginan pelaku (Budiardjo, 2015, p. 17). Kekuasaan juga dapat

diartikan fungsi kontrol berdasarkan penerapan sarana fisik, kontrol berdasarkan

materi, barang, dan jasa, dan kontrol dalam suatu hubungan (Hasan, 2017, p. 516).
13

Legitimasi adalah asumsi bahwa tindakan entitas diinginkan, diterapkan,

dan diterima secara norma dan nilai yang berlaku (Benna, Abratta, & O’Leary,

2016, p. 3). Legitimasi adalah sesuatu yang menentukan bagaimana kekuasaan

diwujudkan menjadi otoritas yang baik dan absah. Legitimasi didefinisikan

sebagai presepsi umum atas tindakan entitas yang dapat diterima dan diinginkan

yang dibangun atas dasar norma, nilai-nilai, dan keyakinan bersama (Hasan, 2017,

p. 517). Legitimasi juga dapat dijadikan sumber daya stakeholder yang

berkeselarasan dengan hukum dan norma-norma.

Urgensi adalah komponen prioritas yang lebih mengacu pada keterlibatan

stakeholder sangat mendesak dalam suatu pengambilan keputusan (Hidayat,

Setijaningrum, & Asmorowati, 2020, p. 191). Urgensi didefinisikan dengan

sinonim ‘mengarah, menarik, dan penting’ dalam hubungan yang menggunakan

klaim yang bersifat sensitif terhadap waktu dan penting (Hasan, 2017, p. 518).

Hult dan kawan-kawan menuturkan bahwa stakeholder harus minimal memiliki

satu dari tiga atribut stakeholder untuk diidentifikasikan sebagai stakeholder.

Namun tidak ada aturan yang erat mengenai siapa yang menjadi stakeholder, yang

terpenting stakeholder dapat mempengaruhi dan dipengaruhi (Derak et al., 2017

dalam (Hidayat, Setijaningrum, & Asmorowati, 2020, p. 191)).

Eden dan Ackerman (1998 dalam (Bryson, 2003, p. 4)) berpendapat yang

dapat disebut dengan stakeholder adalah orang atau kelompok yang memiliki

kekuatan untuk mempengaruhi secara langsung suatu program tanpa kekuatan

tersebut mereka bukan stakeholder. Berbeda dengan Eden dan Ackerman,

Brysson dan Nutt (dalam (Bryson, 2003, p. 4)) mendesak adanya pertimbangan
14

yang luas bagi individu atau kelompok untuk sebagai stakeholder meskipun

secara nominal tidak berdaya. Menurut mereka, harus terdapat pemberian bobot

untuk kepentingan seseorang atau kelompok yang secara nominal tidak berdaya.

Hal ini bertujuan untuk tidak adanya pengabaian kepentingan pihak yang tidak

berdaya dan untuk mewujudkan demokrasi dan keadilan sosial. Untuk itu

diperlukannya analisis stakeholder sebagai instumen untuk mencari informasi

terkait dengan stakeholder, keterlibatan stakeholder, dan dinamikanya dalam

sebuah proyek atau kegiatan.

Analisis stakeholder, menurut Reed dan kawan-kawan (2009, p. 1933),

merupakan proses 1) mendefinisikan aspek fenomena sosial dan alam yang

dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan, 2) mengidentifikasikan individu,

kelompok, dan organisasi yang terpengaruhi oleh / dapat mempengaruhi bagian-

bagian dari suatu fenomena, dan 3) menentukan individu dan kelompok mana

yang mendapat prioritas untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

Weible (2006 dalam (Hidayat, Setijaningrum, & Asmorowati, 2020, p.

192)) menjelaskan bahwa analisis stakeholder merupakan sebuah aktifitas atau

kegiatan untuk mengidentifikasikan peluang dan kendala dalam menghitung

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari keputusan. Dalam pandangan Brown

(2001 dalam (Muliawan, Fahrudin, Fauzi, & Boer, 2014, p. 238), analisis

stakeholder adalah sistem informasi mengenai individu atau kelompok yang

terkait, kemudian mengkategorikan informasi serta menejelaskan kemungkinan

terjadinya konflik antar stakeholder atau kemungkinan adanya pertukaran antara

stakeholder.
15

Definisi analasis stakeholder, menurut Lindenberg (1981 dalam (Brugha &

Varvasovszky, 2000, p. 243) adalah salah satu dari beberapa alat strategis yang

berbeda tetapi berkaitan erat dengan analisis kebijakan dan analisis politik. Secara

umum analisis stakeholder diartikan sebagai metode yang dilakukan untuk

mengidentifikasi aktor, kepentingan dan pengaruh aktor, mengukur tingkat

kepentingan dan pengaruh aktor, serta hubungan aktor dalam sebuah pengambilan

keputusan maupun dalam implementasi sebuah proyek.

Dalam analisis stakeholder pertanyaan yang sering diajukan mengenai

posisi, kepentingan, pengaruh, keterkaitan, jaringan dan karakteristik pemangku

kepentingan lainnya yang mengacu pada perilaku masa lalu, masa sekarang, dan

masa depan (Lindenberg dan Crosby 1981; Freeman 1984; Blair et al. 1990 dalam

(Brugha & Varvasovszky, 2000, p. 239)). Pada dasarnya analisis stakeholder

diperuntukan untuk memobilisasi, menetralkan, serta mengalahkan pemangku

kepentingan lainnya untuk memenuhi tujuan strategis. Namun dalam penelitian

kebijakan dan pengelolaan sumber daya, analisis ini digunakan sebagai

pendekatan yang memeperdayakan stakeholder untuk mempengaruhi proses

pengambilan keputusan (Reed, et al., 2009, p. 1935).

Proses kebijakan dalam sistem pemerintahan terbaru (gorvenance)

mengedepankan partisipasi dan kontribusi dari pihak selain pemerintah untuk

mengelola pemerintahan suatu negara. Sehingga dalam tata kelola lebih banyak

konsultasi, negoisasi, dan partisipasi yang dilakukan stakeholder untuk

menemukan suatu solusi. Penelitian kebijakan menyadari pentingnya stakeholder

dalam proses kebijakan dan kebutuhan akan mengkategorikan tingkat kepentingan


16

dan kekuasaan yang berpengaruh sehingga berdampak pada kebijakan tertentu.

Analisis stakeholder dalam penelitian kebijakan memberikan konseptualisasi yang

membantu alam analisis kepentingan dan pengaruh dengan fokus khusus pada

stakeholder. Hal ini memberikan perhatian kepada keterkaitan stakeholder dan

dampaknya terhadap kebijakan dalam konteks politik dan ekonomi yang lebih

luas.

Dalam ilmu politik, pengambilan keputusan sebagau konsep pokok politik

yang menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif mengikat

dan menyangkut tujuan masyarakat. Sepertu yang diungkapkan oleh Karl W.

Deutsch yang dikutip dari Miriam Budiardjo (2015, p. 20) bahwa politik adalah

pengambilan keputusan melalui sarana umum. Pengambilan keputusan ini

merupakan sektor umum dan menyangkut tindakan umum seperti mengenai siapa

yang mendapatkan apa dan apa yang dilakukan.

Ilmuwan politik baru-baru ini melihat pengambilan keputusan ditentukan

oleh kekuasaan ditangan orang berpengaruh. Oleh karena itu, telah adanya

perubahan model pembuatan kebijakan di negara politik demokratis, yang menuju

pengakuan lebih besar akan stakeholder dan ‘kemauan politik’ mereka dalam

pengambilan keputusan (Brugha & Varvasovszky, 2000, p. 245). Analisis

stakeholder semakin popular dalam kajian ilmu politik. Di mana analisis

stakeholder dapat mengetahui tentang realitas politik.

Analisis stakeholder menjadi alat untuk menghasilkan pengetahuan

tentang aktor yang relevan untuk memahami karakteristik yang stakeholder bawa

dakam proses pengambilan keputusan (Brugha & Varvasovszky, 2000, p. 239).


17

Lindenberg (1981 dalam (Brugha & Varvasovszky, 2000, p. 243), memberikan

pemikirannya mengenai analisis stakeholder dalam dimensi politik. Menurutnya,

analisis stakeholder dalam dimensi politik dapat untuk memahami posisi dan

pentingnya stakeholder. Beliau juga mengadaptasi definisi politik dari Lasswell

yakni siapa yang mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana. Di mana langkah-

langkah dalam proses politik mencakup fitur dalam analisis stakeholder antara

lain membuat inventarisasi stakeholder yang memiliki peran dalam proses

kebijakan maupun proyek, tingkat pengaruh dan minat serta dukungan untuk hasil

tertentu, kapasitas dan kemauan akan memobilisasi sumber daya untuk mencapai

tujuan tertentu, serta pemetaan aktor hubungan stakeholder (Lindenberg 1981

(Brugha & Varvasovszky, 2000, p. 241)). Dalam proses politik, pemetaan

stakeholder sebagai alat pendekatan sistematis untuk melihat kelayakan

stakeholder dalam pengambilan keputusan dan implementasi proyek (Reich

(1994) dalam (Brugha & Varvasovszky, 2000, p. 238)).

Begitu pula dengan pengelolaan sumber daya, untuk mengelola sumber

yang membutuhkan banyak orang dan melibatkan banyak kepentingan yang

bertentangan. Ini dilakukan karena dalam mengelola sumber daya alam

memperlukan ruang untuk menfasilitasi para stakeholder saling berbagi dan

intersubjektif pemahaman mereka mengenai suatu situasi untuk menentukan

konsensus. Analisis stakeholder dalam pengelolaan sumber daya digunakan untuk

mengidentifikasikan siapa yang peduli atau terpengaruh oleh isu dan dilanjutkan

dengan klasifikasi kepentingan-pengruh stakeholder. Dengan menggunakan

analisis stakeholder dalam penelitian kebijakan dan pengelolaan sumber daya


18

dapat menghasilkan informasi yang relevan mengenai aktor yang terlibat dalam

pengambilan keputusan seperti memahami perilaku, kepentingan, agenda, dan

pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.

Menurut Reed dan kawan (2009, pp. 1937-1939), analisis stakeholder

dengan cara mengidentifikasi aktor dan kepentingan mereka, mengklasifikasi

kelompok pemangku kepentingan, dan menyelidiki hubungan antar stakeholder.

Tahapan pertama, mengidentifikasi stakeholder yang terlibat. Clarkson (1995

dalam (Benna, Abratta, & O’Leary, 2016, pp. 2-3) membagi stakeholder menjadi

dua yaitu stakeholder primer (utama) dan stakeholder sekunder (pendukung).

Stakeholder primer (utama) adalah orang-orang yang tanpa partisipasi

berkelanjutannya suatu kebijakan maupun proyek tidak dapat bertahan dan

memiliki keterkaitan erat terhadap suatu program atau kebijakan yang sedang

berjalan. Stakeholder yang dikatakan sebagai stakeholder primer adalah yang

dilibatkan penuh dalam semua tahapan kegiatan. Posisi stakeholder primer

menjadi sebuah pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan, karena

stakeholder primer terkena dampak langsung baik positif maupun negatif. Para

stakeholder primer sangat bergantung satu sama lain.

Stakeholder sekunder (pendukung) merupakan pihak yang mempengaruhi

atau dipengaruhi oleh organisasi, mereka memiliki kepedulian besar terhadap

proses pengembangan suatu rencana tetapi tidak memiliki kepentingan langsung.

Stakeholder pendukung menjadi fasilitator dalam proses pengembangan suatu

kegiatan dan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan (Handayani &


19

Warsono, 2017, p. 42). Stakeholder sekunder meliputi pihak swasta, investor,

peneliti dan LSM.

Overseas Development Administration atau ODA (1995 dalam (Hidayat,

Setijaningrum, & Asmorowati, 2020, p. 193), menambahkan satu kelompok

stakeholder lainya yaitu key stakeholder (stakeholder kunci). Stakeholder kunci

merupakan pihak yang memiliki kepentingan sekaligus kewenangan atau

tanggung jawab yang besar secara legal dalam mengambil tindakan dan

keputusan. Stakeholder kunci biasanya berasal dari unsur pemerintah yaitu

eksekutif dan jajaran atau lembaga legislatif yang diamanati oleh undang-undang.

Tahapan kedua analisis stakeholder yang paling popular yakni melakukan

pengelompokan dan pengkategorisasikan berdasarkan tingkat kepentingan-

pengaruh (interest-power). Tahap klasifikasi ini berfungsi untuk melakukan

pemetaan pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam suatu proyek. Metode

yang digunakan untuk mengklasifikasikan stakeholder adalah metode kategorisasi

analitik. Metode kategorisasi analitik merupakan sekumpulan metode dimana

klasifikasinya dilakukan dengan melakukan analisis terhadap fenonema dan

beberapa sifat teoritis mengenai sistem itu berjalan termasuk yang menggunakan

tingkat pengaruh dan kepentingan (Reed, et al., 2009, p. 1938).

Metode ini popular dikalangan peneliti kebijakan dan pengembangan.

Metode kategorisasi ini disajikan melalui matriks two-by-two matrix atau matriks

tingkat kepentingan-pengaruh (interest-power) untuk mengklasifikasikan

stakeholder. Para pemangku kepentingan akan diklasifikasi menjadi 4 posisi


20

dalam kuadran tingkat kepentingan-pengaruh menurut Eden & Ackermann (1998

dalam (Reed, et al., 2009, p. 1938) )antaranya:

1.) Key players: Pihak yang memiliki kewenangan legal untuk

melaksanakan dan dibina secara aktif dalam pengambilan keputusan,

sehingga memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap

suatu fenomena.

2.) Context setters: Pihak yang memiliki pengaruh dan kemampuan untuk

mempengaruhi pihak lain untuk melaksanakan, namun memiliki

sedikit minat sehingga berdampak signifikan terhadap implementasi

kerjasama.

3.) Subjects: Pihak yang memiliki kepentingan tinggi akan suatu

fenomena namun pengaruh yang rendah. Mereka memberikan

dukungan untuk membahas suatu fenomena, namun tidak berdampak

pada pengambilan keputusan. Mereka berpotensi memiliki pengaruh,

apabila mereka membentuk suatu aliansi.

4.) Crowd: Pihak yang memikili kepentingan rendah dan pengaruh

rendah terhadap pengambilan keputusan.

Gambar 2. 1 Gambar Diagram Tingkat Pengaruh dan Kepentingan


21

Sumber: Bryson (2003, p. 34)

Untuk menentukan tingkat kepentingan-pengaruh stakeholder dapat

menganalisis dari beberapa aspek. Bryson berpendapat bahwa, dalam menyusun

matriks pengaruh dan kepentingan harus dipandu dengan penilaian kuantitatif

kelompok (Bryson, 2003, p. 12). Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Grimble

dalam (Nurfatriani, Darusman, Nurrochmat, & Yustika, 2015), untuk menentukan

kepentingan dan agenda dapat dilihat dari, kepentingan stakeholder, dampak

potensial, tingkat kepentingan relatif, dan pengaruh kelompok. Sedangkan untuk

pegaruh berdasarkan pada peran stakeholder dalam fenomena. Dari beberapa

penelitian yang telah dilakukan menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa peran

dan tugas fungsi pokok stakeholder dalam suatu fenomena menentukan besarnya

pengaruh dan kepentingan stakeholder ( (Junengsih, Putri, & Ismail, 2017, p.

112), (Lastiantoro & Cahyono, 2016, p. 1) (Nurfatriani, Darusman, Nurrochmat,

& Yustika, 2015, p. 110)).


22

Reed dan kawan-kawan (2009, p. 1938) menambahkan label ‘mendukung’

dan ‘tidak dukung’, dengan penambahan ini dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam konteks kepentingan dan pengaruh. Dalam menentukan kepentingan-

pengaruh stakeholder dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan atribut yang

dimiliki stakeholder yakni, kekuasaan, urgensi, dan legitimasi (Zainal, 2020, p.

286). Kepentingan bisa dilihat dari minat dan kepedulian stakeholder sedangkan

pengaruh dapat dilihat dari sumber daya, kekuatan, wewenang yang dimiliki

stakeholder dalam suatu fenomena (DHV; Deltares; MLD, 2010, p. 50).

Pengaruh juga dapat diartikan kemampuan stakeholder untuk mempengaruhi

suatu proses dan memiliki kapasitas untuk mempengaruhi stakeholder lainnya,

sedangkan kepentigan adalah ketertarikan stakeholder untuk terlibat dalam suatu

kegiatan (Sangsoko 2014 dalam (Junengsih, Putri, & Ismail, 2017)).

Tahap terakhir dalam analisis stakeholder, menyelidiki hubungan antar

stakeholder yang terlibat dalam proses kebijakan maupun implementasi proyek

pengelolaan. Menyelidiki hubungan antar stakeholder melihat, menilai kuat-

lemahnya hubungan, dan menjelaskan kemungkinan terjadinya konflik antar

stakeholder atau kemungkinan adanya pertukaran antara stakeholder maupun

kerjasama dari hubungan yang telah dibangun ((Brown 2001 dalam (Muliawan,

Fahrudin, Fauzi, & Boer, 2014, p. 238) dan (Reed, et al., 2009, p. 1940)). Aktor-

aktor yang sebelumnya sudah dikelompokkan akan dinilai hubungannya apakah

para stakeholder saling bertentangan, saling melengkapi, atau saling berkerjasama

(Salam dan Noguchi (2006) dalam (Hidayat, Setijaningrum, & Asmorowati, 2020,

p. 192)). Untuk menilai tinggi hubungan dapat dilihat dari adanya karakteristik
23

hubungan yakni keintiman, intensitas waktu, timbal balik, komunikasi, dan

pemberian kepercayaan (Reed, et al., 2009, pp. 1939-1940).

2.2 Kerangka Pemikiran

Permasalahan banjir setiap tahunnya menggenangi perumahan warga di

Kabupaten Bandung tidak terkecuali Kelurahan Andir. Permasalahan banjir sub

DAS Cisangkuy sudah menjadi permasalahan masyarakat yang berada di

cekungan Bandung. Diperlukannya strategi yang efektif dalam pengelolaan sub

DAS Cisangkuy yang dapat menanggulangi permasalahan sub DAS Cisangkuy.

Menurut Mitchell (1997 dalam (Benna, Abratta, & O’Leary, 2016, p. 3)), terdapat

tiga atribut yang dimiliki oleh stakeholder yang saling berhubungan yakni

kekuasaan, legitimasi, dan urgensi. Sehingga stakeholder bias ikut terlibat ke

dalam program penanggulangan banjir.

Penelitian ini mengunakan analisis stakeholder, dengan menggunakan

analisis stakeholder yang dikemukakan oleh Reed dan Kawan-kawan dalam

pengelolaan sub DAS Cisangkuy sehingga dapat mengidentifikasikan aktor dan

menghasilkan informasi yang relevan mengenai aktor yang terlibat dalam proses

pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan terdapat konsep

mengenai siapa yang mendapatkan apa dan bagaimana demi terwujudnya suatu

kepentingan. Dengan menggunakan analisis stakeholder dapat mengetahui

bagaimana karakteristik stakeholder dalam proses pengambilan keputusan untuk

mewujudkan kepentingannya.

Dari banyaknya unsur yang dapat ditelusuri melalui analisis stakeholder,

dipilih 3 yaitu identifikasi pemangku kepentingan, peta kepentingan-pengaruh


24

pemangku kepentingan, dan hubungan antar pemangku kepentingan yang terlibat

dalam pengelolaan sub DAS Cisangkuy. Ini merujuk pada tahapan analisis

stakeholder menurut Reed dan kawan-kawan (2009)sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan stakeholder

Mengidentifikasikan stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sub

DAS Cisangkuy peneliti membagi stakeholder menjadi tiga berdasarkan

pandangan Clarkson dan Overseas Development Administration (1995)

yakni stakeolder primer, sekunder, dan kunci kemudian dijelaskan

kepentingan yang dibawa. Pada penelitian ini yang menjadi stakholder

primer adalah pihak yang terkena dampak langsung baik positif maupun

negatif dari pengelolaan sub DAS Cisangkuy. Stakeholder sekunder

adalah pihak yang menjadi fasilitator dalam pengelolaan sub DAS

Cisangkuy. Yang terakhir, stakeholder kunci adalah pihak dari pemerintah

eksekutif maupun legislatif yang memiliki kepentingan sekaligus

kewenangan secara legal dalam mengambil tindakan dan keputusan.

2. Mengklasifikasi stakeholder

Dalam mengklasifikasikan stakeholder peneliti menggunakan metode

kategorisasi analaitik dengan kepentingan-pengaruh yang dimiliki oleh

stakholder. Selanjutnya akan disajikan melalui matriks tingkat

kepentingan dan pengaruh. Pada tahap ini stakeholder akan dibagi

menjadi empat posisi dalam kuadran pengaruh dan kepentingan

menurut Reed, et al. (2009) antara lain, key players, context setters,

subjects, dan crowd .


25

Pada analisis ini untuk menentukan pengaruh stakeholder dilihat dari

analisis terhadap pada atribut yang dimiliki oleh masing-masing

stakeholder (legitimasi, kekuasaan, dan urgensi), serta peran yang

diemban oleh stakeholder dalam program penanggulangnan banjir.

Kekuasaan stakeholder yang dimaksud adalah memiliki kontrol akan

sumber daya dan dapat mempengaruhi pihak lain untuk

kepentingannya. Legitimasi adalah aturan yang mengesahkan tindakan

dari stakeholder. Urgensi adalah seberapa pentingnya stakeholder

untuk terlibat dalam program.

Derajat pengaruh dan kepentingan dalam penanggulangan banjir sub

DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir akan dinilai secara kualitatif dari

hasil wawancara dan data sekunder. Para stakeholder akan menduduki

empat posisi kuadran diagram menurut apabila memenuhi kriteria

posisi antara lain:

Key players : Melihat program penanggulangan banjir di

Kelurahan Andir sebagai prioritas utama dan mempunyai

kemampuan untuk melaksanakan program penanggulangan banjir

sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir.

Context setters: Memiliki kemampuan untuk penanggulangan

banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir namun program

penanggulangan banjir di Kelurahan Andir bukan sebagai prioritas

utama.
26

Subjects: Mempunyai keinginan untuk terbebas dari banjir namun

tidak memiliki kemampuan untuk penanggulangan banjir sub DAS

Cisangkuy di Kelurahan Andir.

Crowd : Penanggulangan banjir di Kelurahan Andir bukanlah

prioritas utama dann tidak memiliki kemampuan dalam

penanggulangan banjir.

3. Menyelidiki hubungan antar stakeholder

Untuk menyelidiki hubungan antar stakeholder, peneliti melakukan

analisis terhadap jawaban informan mengenai pertanyaan bagaimana

mereka berinteraksi, berkomunikasi, dan memberikan kepercayaan

satu sama lain dalam pengelolaan sub DAS Cisangkuy. Sehingga

mengetahui relasi kekuasaan antar aktor yang terlibat.

Bagan 2 . 1 Kerangka Pemikiran

Banjir Sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir

Program Penanggulangan Banjir di


Kelurahan Andir

 Aktor
 Atribut Pemerintah – Swasta - Masyarakat
 Hubungan
Analisis antar Aktor
Stakeholder
Reed, et al (2009)

Analisis Stakeholder
Reed, et al (2009)
27

Sumber: dibuat oleh Peneliti


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain dan Jenis Penelitian

Desain penelitian pada riset ini menggunakan metode kualitatif. Metode

kualitatif dipilih karena dianggap tepat untuk penelitian riset kali ini. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui para aktor dan pemetaan pengaruh dan kepentingan

para aktor yang terlibat serta hubungan antar para aktor yang terlibat dalam

pengelolaan DAS Cisangkuy. Penelitian tersebut bersifat deskriptif yakni

menjelaskan bagaimana pemetaan pengaruh dan kepentingan para aktor serta

relasi antar aktor dengan menguraikan peran, atribut, dan kepentingan yang

dimiliki oleh aktor dan menjelaskan bagaimana hubungan dalam pengelolaan

DAS Cisangkuy. Peneliti memakai salah satu jenis penelitian kualitatif yakni

studi kasus. Penelitian ini dilakukan terfokus pada suatu kasus untuk dianalisis

secara cermat sampai tuntas.

3.2 Sumber Data

3.2.1 Sumber Primer

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah sumber

data primer yakni berupa kata-kata yang diperoleh dari hasil wawancara

informan. Sumber data primer telah ditentukan berdasarkan pada

purposive sampling yaitu para stakeholder yang terlibat dalam Pengelolaan

Sub DAS Cisangkuy, antara lain:


29

1. Pemerintah:

1) Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS)

2) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung

3) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bandung

2. Komandan Satgas Sektor 7

3. Komandan Satgas Sub Sektor 7 – Kelurahan Andir

4. Lembaga Swadaya Masyarakat:

1) Komunitas Barudak Baraya Cisangkuy Citarum (B2C2)

5. Pimpinan Daerah:

1) Ketua Kelurahan Andir, Baleendah, Kabupaten Bandung

2) Ketua RW

Tabel 3.1 Kriteria Informan

No. Informan Kriteria

1. BBWS Citarum 1. Ketua atau anggota BBWS Citarum


2. Mengetahui masalah sub DAS Cisangkuy
di Kelurahan Andir dan program apa yang
sedang berlangsung di Kelurahan Andir.
3. Bisa menjelaskan peran BBWS Citarum
dalam penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy di Kelurahan Andir.
4. Bisa menjelaskan kepentingan yang
dibawa BBWS Citarum dalam
penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy di Kelurahan Andir.
5. Mengetahui aktor-aktor yang terlibat
dalam program pembangunan yang
dijalankan di Kelurahan Andir.
6. Mengetahui koordinasi mengenai program
pembangunan yang dijalankan di
Kelurahan Andir.
7. Mengetahui kendala dalam menjalankan
30

program.
1. Kepala dinas atau anggota Bappeda
Kabupaten Bandung.
2. Mengetahui masalah sub DAS Cisangkuy
di Kelurahan Andir.
3. Bisa menjelaskan peran Bappeda.
Bappeda Kabupaten 4. Bisa menjelaskan keterlibatan Bappeda
2. dalam program penanggulangan banjir sub
Bandung DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir.
5. Bisa menjelaskan kepentingan yang
dibawa Bappeda.
6. Bisa menjelaskan koordinasi mengenai
program penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy yang dijalankan di Kelurahan
Andir.
1. Kepala dinas atau anggota Dinas
Lingkungan hidup Kabupaten Bandung.
2. Mengetahui masalah sub DAS Cisangkuy
di Kelurahan Andir.
3. Bisa menjelaskan peran DLH.
Dinas Lingkungan
4. Bisa menjelaskan keterlibatan DLH dalam
2. Hidup Kabupaten program penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy di Kelurahan Andir.
Bandung 5. Bisa menjelaskan kepentingan yang
dibawa DLH.
6. Bisa menjelaskan koordinasi mengenai
program penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy yang dijalankan di Kelurahan
Andir.
3. Dinas Pekerjaan Umum 1. Kepala dinas atau anggota Dinas PUTR
Kabupaten Bandung.
dan Tata Ruang 2. Mengetahui masalah sub DAS Cisangkuy
di Kelurahan Andir dan program apa yang
Kabupaten Bandung
sedang berlangsung di Kelurahan Andir.
3. Bisa menjelaskan peran Dinas PUTR.
4. Bisa menjelaskan keterlibatan Dinas
PUTR dalam penanggulangan banjir sub
DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir.
5. Bisa menjelaskan kepentingan yang
dibawa Dinas PUTR.
31

6. Bisa menjelaskan koordinasi mengenai


program penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy yang dijalankan di Kelurahan
Andir.
1. Komandan Satgas Sektor 7 Citarum
Harum.
Satuan Tugas (Satgas) 2. Bisa menjelakan peran Satgas Sektor 7
Citarum Harum
4. TNI Sektor 7 Citarum 3. Bisa menjelaskan keterlibatan Satgas
Harum Sektor 7 Citarum Harum dalam
penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy di Kelurahan Andir.

1. Komandan Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan


Andir.
Satuan Tugas (Satgas) 2. Bisa menjelakan peran Satgas Sub Sektor
7 Kelurahan Andir.
5. TNI Sub Sektor 7 3. Bisa menjelaskan keterlibatan Satgas
Kelurahan Andir Sektor 7 Citarum Harum dalam
penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy di Kelurahan Andir.

1. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)


lingkungan di Kelurahan Andir.
2. Ketua atau anggota B2C2
3. Mengetahui kondisi lingkungan di
Kelurahan Andir dan program apa yang
sedang berlangsung di Kelurahan Andir.
4. Bisa menjelaskan peran dan keterlibatan
B2C2 dalam program penanggunglangan
6. B2C2 banjir.
5. Bisa menjelaskan kepentingan yang
dibawab oleh B2C2.
6. Mengetahui kendala dalam program
penanggunglangan banjir.
7. Bisa menjelaskan koordinasi mengenai
program penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy yang dijalankan di Kelurahan
Andir.
7. Kelurahan Andir 1. Lurah Andir, Kecamatan Baleendah,
32

Kabupaten Bandung.
2. Mengetahui kondisi lingkungan di
Kelurahan Andir.
3. Bisa menjelasakan program apa yang
sedang berjalan di Kelurahan Andir.
4. Bisa menjelaskan peran dan keterlibatan
Kelurahan Andir dalam program
penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy.
5. Bisa menjelaskan kepentingan yang
dibawa Kelurahan Andir dalam program
penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy.
6. Bisa menjelaskan kendala dalam program
penanggunglangan banjir.
7. Bisa menjelaskan koordinasi mengenai
program penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy yang dijalankan di Kelurahan
Andir.
1. RW yang wilayahnya dekat dan terkena
dampak dari sub DAS Cisangkuy.
2. Mengetahui menjelaskan kondisi
lingkungan di Kelurahan Andir.
3. Bisa menjelasakan program apa yang
Masyarakat (Ketua RW: sedang berjalan di Kelurahan Andir.
8. 4. Bisa menjelaskan kepentingan yang
7,8,9,13,)
dibawa masyarakat dalam program
penanggulangan banjir sub DAS
Cisangkuy.
5. Bisa menjelaskan kendala dalam program
penanggunglangan banjir.

10. Forum Solidaritas Peduli 1. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)


lingkungan di Kelurahan Andir.
Andir 2. Ketua atau anggota FSPA
3. Mengetahui kondisi lingkungan di
Kelurahan Andir dan program apa yang
sedang berlangsung di Kelurahan Andir.
4. Bisa menjelaskan peran dan keterlibatan
FSPA dalam program penanggunglangan
33

banjir.
5. Bisa menjelaskan kepentingan yang
dibawab oleh FSPA.
6. Mengetahui kendala dalam program
penanggunglangan banjir.

3.2.2 Sumber Sekunder

Sumber data sekunder penelitian ini berasal dari studi dokumentasi

sejumlah literature seperti dokumen, peraturan-peraturan, rencana aksi

(renaksi) dan undang-undang terkait legitimasi dan tupoksi stakeholder

yang terlibat dalam pengelolaan sub DAS Cisangkuy, serta buku, jurnal,

dan berita yang terkait dengan penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy

di Kelurahan Andir serta pihak swasta yang ikut dalam penanggulangan

banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir yakni PT. Sumber Artha

Reksa Mulya dan PT. Adhi Karya.

Tabel 3.2 Data Set

Konsep Data Set Sumber Data Metode

1. Stakeholder yang terlibat


dalam pengelolaan sub
Identifikasi
DAS Cisangkuy
stakeholder a. Narasumber a. Wawancara
2. Tujuan dan agenda
dan b. Literatur b. Studi dokumentasi
stakeholder untuk terlibat
kepentingan
dalam pengelolaan sub
DAS Cisangkuy.
Klasifikasi 1. Bentuk keterlibatan a. Narasumber a. Wawancara
Stakeholder stakeholder sub DAS b. Literatur b. Studi dokumentasi
Cisangkuy c. Observasi
2. Atribut stakeholder sub
DAS Cisangkuy
34

3. Kekuatan atau sumber


daya yang dimiliki
stakeholder dalam
pengelolaan sub DAS
Cisangkuy
4. Peran stakeholder dalam
pengambilan keputusan

Hubungan
1. Bentuk interaksi
Antar a. Narasumber a. Wawancara
2. Dinamika interaksi
Stakeholder

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

antara lain, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik pengumpulan

ini diambil untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk dapat mengerti akan

makna dari sebuah studi kasus.

3.3.1 Wawancara

Wawancara merupakan teknik yang dilakukan dalam penelitian ini

untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait dengan data.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

mendalam dengan pertanyaan-pertanyaan mendetail dan komprehensif

yang diajukan oleh peneliti berhubungan dengan kepentingan, pengaruh,

dan interaksi narasumber yang terlibat dalam pengelolaan banjir di sub

DAS Cisangkuy. Orang-orang yang menjadi informan adalah perwakilan

dari masing-masing kelompok atau intansi yang terlibat dalam

pengelolaan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir.

3.3.2 Observasi
35

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan

langsung. Observasi dilakukan peneliti untuk melihat kepentingan-

kepentingan tersembunyi yang dimiliki oleh stakeholder dan mengamati

hubungan antar stakeholder yang terlibat dalam penanggulangan banjir sub

DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir.

3.3.3 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan guna memperkuat informasi dan data.

Dalam pelaksanaan studi dokumentasi, penelitian ini menyelidiki literatur

yang berasal dari dokumen, peraturan-peraturan, undang-undang, buku,

dan berita yang terkait dengan legitimasi keberadaan stakeholder dan

tupoksi stakeholder serta program prioritas stakeholders yang terlibat

dalam penanggulanganbanjir sub DAS Cisangkuy.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data-data yang diperlukan terkumpul.

Analisis dilakukan untuk mencari arti atau makna dari data yang telah

dikumpulkan oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah

teknik analisis menurut Miles dan Huberman reduksi data, penyajian data , dan

penarikan kesimpulan.

3.4.1 Reduksi Data

Data-data yang telah diperoleh, direduksi atau dirangkum untuk

memilih hal-hal yang diperlukan. Di mana membuang hal-hal yang tidak

diperlukan. Sehingga data terfokus pada pokok pembahasan atau

penelitian. Reduksi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas.


36

Reduksi yang dilakukan peneliti dengan cara proses pememilihan dan

menfokuskan yang informasi mengenai peran, atribut, dan kepentingan

serta dinamika hubungan antar stakeholder yang bersumber dari

wawancara dan studi dokumentasi.

3.4.2 Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini menggunakan penyajian data

secara naratif. Di mana peneliti menguraikan ataupun menjelaskan hasil-

hasil yang didapatkan peneliti secara menyeluruh. Penyajian data riset ini

ditunjang dengan tabel yang dibuat oleh peneliti. Penyajian data digunakan

untuk mengetahui serta memahami hal-hal yang ditemukan sepanjang

proses penelitian dan memberikan antisipasi pada hal-hal yang tidak

diinginkan.

3.4.3 Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Pada tahap akhir ini, peneliti sudah menemukan jawaban-jawaban

dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Peneliti akan mempelajari

kembali data-data dan membandingkan kesesuaian data dengan masalah

penelitian yang diangkat. Peneliti membuat kesimpulan sementara dan

melakukan verifikasi atau pengecekan ulang data-data yang telah

didapatkan. Setelah dirasa telah menjawab pertanyaan penelitian mengenai

analisis stakeholder dalam pengelolaan sub DAS Cisangkuy di Kelurahan

Andir. Peneliti akan membuat kesimpulan kredibel dari jawaban-jawaban

hasil penelitian sebagai gambaran secara ringkas dan jelas sehingga mudah

dipahami.
37

3.5 Uji Validitas Data Penellitian

Uji validitas data dilakukan untuk mengetahui keabsahan dari data yang

telah dikumpulkan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis uji validitas

triangulasi dengan memeriksa kembali data yang dikumpulkan dengan sumber

lainnya agar mendapatkan kesimpulan. Peneliti melakukan pengecekan data

primer yang diberikan oleh informan melalui wawancara dengan membandingkan

melalui studi dokumentasi sumber data sekunder yang ditemukan oleh peneliti.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan disekitaran sub DAS Cisangkuy yakni di

desa Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Kelurahan Andir dipilih

karena merupakan daerah yang dilintasi oleh sub DAS Cisangkuy dan terkena

dampak banjir akibat meluapnya air dari sub DAS Cisangkuy. Penelitian ini

dilakukan di beberapa lokasi antara lain:

1. Kantor Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum

Jl. Inspeksi Cidurian Soekarno Hatta. Kota Bandung, Jawa Barat.

40492

2. Kantor Kelurahan Andir

Jl. Andir Katapang Bahuan RT. 01 RW. 03

3. Posko Satgas Sektor 7 Citarum Harum

SDN Rancamanyar 02-06, Rancamanyar, Kelurahan Baleendah,

Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

4. Posko Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir

Jl. Andir RW. 02


38

5. Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung

Jl. Raya Soreang KM. 17 Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 40911

(Daring)

6. Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Bandung

Jl. Raya Soreang KM. 3 Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 40911

(Daring)

7. Kantor Bappeda Kabupaten Bandung

Jl. Raya Soreang KM. 3 Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 40911

(Daring)

Tabel 3.3 Waktu Penelitian

Tahun
Tahun 2021
2020
Kegiatan
November

Agustus

Oktober
Januari

Juli

Pengamatan

Pengajuan
Judul Skripsi
Bimbingan
Usulan
Penelitian
Usulan
Penelitian
Revisi Usulan
Penelitian
Penelitian

Pengolaan Data
39

Kolokium
Penelaahan
Data
Revisi
Kolokium
Sidang Akhir
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Upaya Penanggulangan Banjir Sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir

Sub DAS Cisangkuy pada dewasa kini memiliki banyak permasalahan dari

mulai degradasi fungsi penyangga air bersih, limbah pabrik, sampah, serta banjir.

Dari hasil wawancara bersama BBWS Citarum, Satgas Citarum, LSM,

masyarakat, dan dinas pemerintah daerah Kabupaten Bandung ditemukan bahwa

yang menjadi permasalahan utama sub DAS Cisangkuy adalah banjir. Banjir

merupakan keresahan utama warga masyarakat yang tinggal disekitaran sub DAS

Cisangkuy, termasuk masyarakat Kelurahan Andir.

Banjir adalah masalah tahunan yang melanda Kelurahan Andir. Banjir

diakibatkan luapan air dari tingginya debit air sungai yang maupun luapan arus

balik dari DAS Citarum ke sub DAS Cisangkuy. Ini ditunjang dengan morfologi

lahan sub DAS Cisangkuy. Di mana adanya alih fungsi di bantaran sub DAS

Cisangkuy yang menjadi bangunan-bangunan liar yang melanggar aturan. Hal ini

mengakibatkan mempersempitnya wilayah sungai dan menurunnya daya tampung

debit air. Selain itu, Kelurahan Andir merupakan titik temu DAS Citarum dan sub

DAS Cisangkuy. Kelurahan Andir menjadi wilayah langganan banjir sejak tahun

2005, tercatat banjir yang terparah selama 16 tahun terakhir dialami oleh

Kelurahan Andir pada tahun 2005, 2006, 2010, dan 2019. Dari tiga belas RW

yang ada di Kelurahan Andir tiga RW tergenang banjir yakni RW 09, 07, 13, 05

serta dan sembilan RW lainnya terdampak banjir.


41

Banyak kerugian yang dialami masyarakat yang ditimbulkan oleh banjir

dari mulai terhambatnya aktivitas warga dan kehilangan barang berharga serta

tempat tinggal. Dimana pasca banjir banyak rumah warga yang tertimbun lumpur

pasca banjir dan kebanyakan warga memilih untuk meninggalkan rumahnya dan

pindah ke tempat yang lebih aman dari banjir. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

rumah terbengkalai dan tertimbun lumpur pasca banjir.

Kelurahan Andir sendiri belum memiliki program efektif mengenai banjir.

Hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas yang memadai serta keterbatasan

anggaran yang dimiliki oleh Kelurahan Andir sehingga belum bisa membuat

program yang efektif untuk mengatasi permasalahan banjir tersebut. Diungkapkan

oleh ketua lurah Kelurahan Andir bahwasanya yang dapat Kelurahan Andir dapat

lakukan ialah memberikan bantuan kepada warga yang terdampak banjir serta

melakukan kerja bakti bersama untuk penanggulangan banjir. Ketua Kelurahan

Andir juga menambahkan bahwa program penanganan banjir diserahkan kepada

BBWS Citarum sebagai pihak yang berwenang.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, DAS

Citarum dan anak-anak sungainya termasuk ke dalam kriteria sungai yang

menjadi strategis nasional. Di mana menjadi wewenang dan tanggung jawab

menteri yakni Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memberikan tanggung jawab kepada

BBWS Citarum untuk mengelola DAS Citarum berserta anak-anak DAS Citarum.
42

Berdasarkan wawancara dengan pihak BBWS Citarum, yang tengah

mereka kerjakan yakni memperbaiki anak-anak sungai Citarum dari hulu sampai

hilir termasuk sub DAS Cisangkuy. Untuk melakukan penanggulangan masalah

banjir sub DAS Cisangkuy, langkah pertama yang dilakukan oleh BBWS Citarum

adalah merangkul masyarakat yang terkena dampak langsung oleh banjir sub

DAS Cisangkuy. Melalui pendekatan tersebut BBWS Citarum yakin bahwa

diperlukannya sebuah keterlibatan semua pihak terutama komunitas peduli sungai

untuk berkolaborasi guna mengelola sungai. Dari dasar itulah BBWS Citarum

mendirikan komunitas peduli sungai di Kelurahan Andir untuk mengelola sub

DAS Cisangkuy.

B2C2 merupakan lembaga swadaya masyarakat resmi yang dibentuk dari

tahun 2010 terdiri atas orang-orang yang peduli lingkungan dan memiliki inisiatif

untuk bergerak. Tujuan didirikannya B2C2 adalah memudahkan BBWS Citarum

untuk melakukan koordinasi di lapangan. B2C2 yang diketuai oleh Abah Edi

adalah salah satu RW 09 Kelurahan Andir yang juga terkena dampak banjir sub

DAS Cisangkuy. Selain B2C2, adapula LSM lainnya di Kelurahan Andir yakni

Forum Solidaritas Peduli Andir. FSPA merupakan LSM yang berfokus pada

permasalahan sosial masyarakat di Kelurahan Andir. Namun banjir merupakan

permasalahan utama di Kelurahan Andir, FSPA tidak segan untuk vokal

menyuarakan kegelisahan masyarakat tersebut kepada para pejabat yang datang ke

Kelurahan Andir seperti aksi demonstrasi.

Dalam mengelola sub DAS Cisangkuy, BBWS Citarum dibantu oleh

satgas (satuan tugas) Citarum Harum sektor 7 yang melingkupi Desa/Kelurahan


43

Bojong Malaka, Andir, Rancamanyar, Pasawahan, Cakuang Wetan, Cakuang

Kulon, Margahayu, Sukamenak, Sayati, Sukamukti, Pangauban, dan Sangkahurip.

Di setiap wilayah cakupan satgas sektor 7 Citarum Harum memiliki satgas sub

sektor, salah satunya satgas subsektor 7 Kelurahan Andir yang bertanggungjawab

untuk mengelolah sub DAS Cisangkuy di wilayah Kelurahan Andir seperti

pengawasan dan pemeliharaan sungai. Selain itu, melaksanakan upaya

penanggulangan banjir dengan melakukan pengerukkan dan pendalaman sungai

sesuai dengan instruksi BBWS Citarum.

Masuknya TNI dalam pengelolaan sub DAS Cisangkuy merupakan

amanat dari Perpres No. 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian

Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum yang menekankan

peranan dari semua instansi dari pusat dan daerah. Tugas perbantuan TNI untuk

mengelolah sungai bersama-sama dengan BBWS Citarum telah diatur dalam

Surat Perjanjian Kontrak Antara BBWS dengan Kodam III/Siliwangi Nomor :

HK.02.03/PPK OPSDA1-Av/19/2019 tentang Pelaksanaan Kegiatan Citarum

Harum yang diperbaharui menjadi Surat Perjanjian Nomor : HK.02.03/PPK

OPSDA1-Av/01/2021 tentang Pelaksanaan Kerjasama antara TNI Kodam

III/Siliwangi dengan BBWS Citarum untuk kegiatan Citarum Harum.

Dalam membuat ataupun memutuskan suatu program pengelolaan sungai

yang akan dilaksanakan atau yang sering disebut dengan rencana aksi (renaksi),

BBWS Citarum dibantu oleh TKPSDA (Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber

Daya Air). TKPSDA adalah lembaga non struktural yang berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan


44

Masyarakat yang didirikan melalui keputusan Menteri Pekerjaan Umum yang

dikeluarkan pada tahun 2013. TKPSDA memiliki 48 anggota yang terdiri atas 24

orang berasal dari intitusi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan sumber

daya air (pusat/propinsi dan kabupaten-kota) dan 24 orang anggota berasal dari

LSM atau organisasi non pemerintah. Para anggota TKPSDA dibagi menjadi tiga

komisi yakni komisi konservasi, pendayagunaan sumber daya air, dan

penanggulangan daya rusak air.

Tugas yang diemban oleh TKPSDA antaranya membahas rancangan pola,

program, dan rancangan rencana pengelolaan serta kerja sumber daya air di

wilayah Citarum guna perumusan pertimbangan untuk penetapan rencana pola,

program, kegiatan, dan pengelolaan sumber daya air. Dalam mekanisme forum

TKPSDA, setiap komisi melakukan melakukan sidang untuk menetapkan

rekomendasi yang akan diajukan ke tingkat lebih tinggi yakni sidang pleno.

Rekomendasi yang telah ditetapkan di sidang pleno TKPSDA ditembuskan ke

pemerintah provinsi serta kabupaten dan akan diserahkah ke Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Masyarakat serta BBWS Citarum. Selain itu, TKPSDA

juga memiliki fungsi untuk koordinasi, untuk mengintegrasikan lembaga yang

satu dengan yang lain dari mulai perencanaan maupun turun ke lapangan.

Para anggota tidak hanya mewakili latar belakang yang berbeda-beda, para

anggota juga mewakili dari berbagai sektor atau wilayah. Pastinya para anggota

membawa kepentingannya atau permasalahan wilayahnya masing-masing untuk

dijadikan sebuah rekomendasi dan dibawa ke tingkat yang lebih tinggi yaitu

sidang pleno. Dalam mekanisme TKPSDA, semua kepentingan antar sektor,


45

wilayah, dan pemilik kepentingan tersebut diintegrasikan dan diselaraskan.

Sehingga, menjadikan TKPSDA sebuah wadah untuk merepresentasikan

keterwakilan semua pihak yang berkepentingan terhadap sumber air. Masyarakat

Kelurahan Andir diwakili oleh Abah Edi, ketua B2C2, di forum TKPSDA. Di

mana Abah Edi menjadi anggota TKPSDA komisi penanggulangan daya rusak

air. Hal ini memberikan suatu keuntungan bagi masyarakat Kelurahan Andir

menempatkan perwakilannya dalam perencanaan program.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, masyarakat Kelurahan Andir

sebenarnya sudah jenuh dengan masalah banjir yang sudah berlangsung selama 16

tahun tersebut. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, BBWS Citarum,

untuk mengatasi banjir antara lain, membuat rumah pompa yang berada di RW 01

dan RW 02 Kelurahan Andir, lalu Satgas Sektor 7 Citarum Harum dan Satgas Sub

Sektor 7 untuk melakukan pendalaman sungai supaya sungai dapat menampung

air lebih banyak, dan juga kolam retensi Andir 1 yang berada di Cieunteng.

Namun semua itu belum juga berhasil untuk menghilangkan banjir di

Kelurahan Andir. Meskipun demikian, masyarakat Kelurahan Andir enggan

meninggalkan rumah yang sudah mereka diami selama puluhan tahun lamanya.

Keluhan-keluhan masyarakat berhasil dihimpun oleh B2C2 yang bertindak

sebagai LSM. Berangkat dari keluhan masyarakat, B2C2 melakukan investigasi,

assessment, dan memetakan apa-apa yang menjadi penyebab banjir dan rekayasa

teknis untuk menimalisir banjir. Dari semua yang dilakukan oleh B2C2 dijabarkan

dalam sebuah proposal.


46

Keluhan masyarakat ini juga disampaikan melalui forum Musyawarah

Rencana Pembangunan yang di adakan oleh LPM (Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat). LPM mengumpulkan para perwakilan masyarakat antara lain RT

atau RW, tokoh masyarakat, LSM, dan karang tarua yang ada di Kelurahan

Andir. Pada forum ini bukan hanya menyampaikan keluhannya, tetapi juga

aspirasi mereka mengenai program-program apa yang dilakukan untuk mengatasi

permasalahan banjir. Melalui forum ini pula B2C2 mengajukan proposal ke

kelurahan yang nantinya akan ditembuskan ke tingkat yang lebih tinggi. Namun

dari pihak kelurahan hanya bisa sampai pada tingkat kecamatan.

Proposal yang disusun oleh B2C2 juga dibawa ke forum TKPSDA. B2C2

membawa proposal tersebut melalui komisi penanggulangan daya rusak air di

tempat Abah Edi bernaung. Proposal yang diajukan harus sesuai dengan

pembahasan yang dibahas masing-masing komisi. Terkait hal ini, proposal yang

diajukan oleh B2C2 mengenai permasalahan banjir yan sesuai dengan

pembahasan yang dilakukan oleh komisi penanggulangan daya rusak air. Proposal

tersebut nantinya akan dibahas oleh stakeholder yang mumpuni dalam

permasalahan daya rusak air. Dengan memasukan proposal tersebut diharapkan

menjadi sebuah rekomendasi yang menjadi bahan petimbangan dalam sidang

pleno. Pada forum ini B2C2 memiliki hak untuk mengambil keputusan selaku

anggota TKPSDA. Selain itu, B2C2 memiliki keuntungan untuk membahas

proposal tersebut dengan stakeholder yang berwenang dalam pengelolaan sub

DAS Cisangkuy.
47

Meskipun sudah mengajukan ke tingkat yang lebih tinggi, proposal B2C2

tidak serta merta langsung direalisasikan. Perlu waktu bertahun-tahun untuk

merealisasikannya. Adanya pertimbangan yang diperlukan sebelum menerima

proposal B2C2 yaitu mengenai persetujuan pemimpin daerah tempat program itu

berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan BBWS Citarum, Bupati

Kabupaten Bandung yang notabenenya sebagai penguasa wilayah belum siap

untuk pembebasan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan. Ini

bersigungan dengan minimnya dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah

(pemda) Kabupaten Bandung untuk biaya pembebasan lahan.

Pada tahun 2020 BBWS Citarum, sebagai perwakilan pihak dari

pemerintah pusat, bersama-sama dengan pemerintah Provinsi Jawa Barat

mengesahkan pembangunan sistem polder di Kelurahan Andir sebagai salah satu

penanganan banjir di Kabupaten Bandung. Bedasarkan dari hasil wawancara

bersama BBWS Citarum bahwasanya bupati Kabupaten Bandung telah

menyerahkan wewenangnya untuk penanggulangan banjir kepada BBWS Citarum

termasuk mengenai pembebasan lahan. Hal ini juga telah dibenarkan oleh

Bappeda Kabupaten Bandung, di mana urusan mengenai pembebasan lahan

dilakukan oleh BBWS Citarum dengan koordinasi pemerintah daerah.

Sistem polder merupakan sistem pengendalian banjir dengan kelengkapan

sarana fisik meliputi saluran drainase, tembok tanggul, kolam retensi, pompa air,

yang dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan. Tahun 2021, BBWS

Citarum menargetkan untuk membangun kolam retensi Andir dan tembok tanggul

sub DAS Cisangkuy yang direncanakan selesai pada tahun 2022. Pembangunan
48

kolam retensi dilakukan untuk menampung air hujan sedangkan tembok tanggul

sepanjang sub DAS Cisangkuy yang dilakukan untuk menanggulangi adanya back

water dari DAS Citarum.

Pembangunan-pembangunan infrastruktur tersebut dikerjakan oleh pihak

ketiga yakni pihak swasta. Para pihak swasta yang berhak untuk ikut andil dalam

pembangunan tersebut diseleksi melalui lelang yang diadakan oleh Badan

Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) dengan kriteria yang telah disusun

oleh BBWS Citarum. Pihak yang berhak untuk untuk memambangun kolam

retensi adalah PT. Adhi Karya sedangkan untuk tembok tanggul sub DAS

Cisangkuy diberikan pada PT. Sumber Artha Reksa Mulia.

Dalam perencanaan pembangunan BBWS Citarum juga berkoordinasi

dengan pemda Kabupaten Bandung antaranya besama dengan Bappeda

Kabupaten bandung yang bersama-sama melakukan perumusan perencanaan dan

pengaggran biaya pembangunan. Bappeda Kabupaten Bandung memberikan

rekomendasi-rekomendasi yang diajukan oleh pemda ke BBWS Citarum. Selain

itu, Bappeda melakukan monitoring dan evaluasi mengenai pembangunan yang

dilakukan berkala.

Setelah berkoordinasi dengan Bappeda Kabupaten Bandung, BBWS juga

melakukan koordinasi lebih detail dengan dinas-dinas terkait seperti Dinas

Lingkungan Hidup (DLH) yang bersama-sama membahas mengenai Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang menjadi wilayah pembangunan

berlangsung dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) membahas

Detail Engineering Design (DED) serta pembangunan saluran drainase lokal yang
49

dibangun oleh Dinas PUTR. Setelah adanya kesepakatan-kesepakatan antara

BBWS Citarum, pihak swasta, dan dinas pemda Kabupaten Bandung

pembangunan dapat dijalankan.

4.2 Analisis Stakeholder dan Usaha Mewujudkan Program Penanggulangan

Banjir

Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti dilapangan

ditemukan stakeholder yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir antara lain,

BBWS Citarum, Dinas PUTR Kabupaten Bandung, DLH Kabupaten Bandung,

Satgas Sektor 7 Citarum Harum, Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir, TKPSDA,

Kelurahan Andir, B2C2, masyarakat, PT. Adhi Karya, dan PT. Sumber Reksa

Mulia. Stakeholder tersebut berasal dari berbagai kelompok kepentingan yang

terdiri dari stakeholder primer, stakeholder kunci, dan stakeholder sekunder

(Clarkson; 1995 dan ODA; 1995).

Stakeholder Primer masyarakat Kelurahan Andir dan Kelurahan Andir.

Banjir di Kelurahan Andir membuat aktivitas masyarakat terhambat serta

kehilangan harta benda dan tempat tinggal. Selain itu, dengan adanya

proyek pembangunan kolam retensi Andir dan tembok tanggul masyarakat

juga turut terlibat didalamnya seperti mengikuti musywarah dan sosialisasi

proyek pembangunan, menjadi pekerja proyek, dan mengamankan

jalannya proyek pembangunan. Pembangunan kolam retensi Andir dan

tembok tanggul diharapkan memberikan dampak positif bagi masyarakat

Kelurahan Andir agar terbebas dari banjir.


50

Stakeholder Kunci: BBWS Citarum adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT)

di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumaha Rakyat yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber

Daya Air yang dibentuk dengan Peraturan Menteri PUPR nomor

20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumaha Rakyat. BBWS Citarum merupakan

badan resmi yang bertanggung jawab untuk mengelolah sumber daya air di

wilayah Sungai Citarum. Dinas PUTR Kabupaten Bandung merupakan

satuan kerja perangkat daerah sebagai penunjang tugas pokok membantu

bupati dalam mengatur dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis

penyelenggaraan urusan pemerintah daerah Kabupaten Bandung dalam

bidang pekerjaan umum dan penataan salah satunya program pengelolaan

sumber daya air yang meliputi penyusunan dan pembangunan seperti

kolam retensi, tanggul, drainase, check dam, dan lainnya yang diatur

dalam PERBUP Kab. Bandung No. 77 Tahun 2020 tentang Tugas,

Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang.

Stakeholder Sekunder: B2C2, FSPA, TKPSDA, Bappeda Kabupaten

Bandung, DLH Kabupaten Bandung, Satgas Citarum Harum Sektor 7, dan

Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir memiliki kepedulian terhadap

permasalahan banjir sub DAS Cisangkuy. Sedangkan PT. Adhi Karya dan

PT. Sumber Artha Reksa Mulya menjadi fasilitator proyek pembangunan

infrastruktur untuk penanggulangan banjir.


51

Stakeholder dalam penanganan permasalahan banjir sub DAS Cisangkuy

di Kelurahan Andir memiliki pengaruh dan kepentingan yang berbeda-beda. Oleh

karena itu, dilakukannya pemetaan atau pengklasifikasian berdasarkan tingkat

‘pengaruh’ dan kepentingan’ dengan menguraikan peran, atribut, dan kepentingan

yang dimiliki oleh stakeholder. Untuk menilai pengaruh stakeholder diihat dari

peran stakeholder dan menguraikan atribut yang dimiliki oleh stakeholder.

Peranan diperlukan untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh para pihak

dalam program pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS

Cisangkuy di Kelurahan Andir dan atribut stakeholder merupakan syarat untuk

diidentifikasikan dan kekuatan sebagai stakeholder dalam program pembangunan

infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir.

Sedangkan kepentingan dilihat dari kepentingan yang dibawa oleh stakeholder.

Kepentingan merupakan suatu motivasi untuk terlibat dalam program

pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir.

Tabel 4.1 Peran Stakeholder

No. Instansi Peran

1. Sebagai penanggungjawab pembangunan infrastruktur


1. BBWS Citarum penanggulangan banjir di Kelurahan Andir.
2. Perenacana, pelaksana, pembangunan, operasi, dan
pemelihara sub DAS Cisangkuy.
DLH Kabupaten 1. Berkoordinasi dalam membahas kajian AMDAL dan
2. pengesahan AMDAL pembangunan folder Cisangkuy.
Bandung

3. Bappeda Kabupaten 1. Berkoordinasi dengan BBWS Citarum mengenai rekomendasi


perumusan perencanaan.
52

Bandung 2. Melakukan monitoring dan evaluasi pengerjaan


pembangunan.
1. Berkoordinasi dengan BBWS dalam kajian DED
Dinas PUTR
pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir.
4.
2. Melakukan pembangunan dan rehabilitas drainase atau
Kabupaten Bandung
saluran lokal untuk dikoneksikan kepada kolam retensi
Andir.
1. Koordinasi untuk membahas rancangan pola, program, dan
rencana pengelolaan yang menajadi bahan pertimbangan
5. TKPSDA
kepada menteri.
2. Memberikan rekomendasi rancangan pola sesuai dengan
menjadi kebutuhan dan permasalahan masyarakat.
1. Mengawasi dan memelihara lingkungan sungai di sektor 7.
Satgas Sektor 7
2. Merumuskan rencana aksi yang akan dilakukan oleh Satgas
6.
Citarum Harum.
Citarum Harum
3. Berkoordinasi dengan BBWS mengenai penanggulangan
banjir.
1. Mengawasi dan memelihara lingkungan sungai di sektor 7 di
Satgas Sub Sektor 7 kelurahan Andir.
7. 2. Berkoordinasi dengan Satgas Sektor 7 mengenai
Kelurahan Andir penanggulangan banjir.
3. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
penanganan banjir.
8. Kelurahan Andir 1. Menyalurkan aspirasi masyarakat mengnai permasalahan
banjir.
2. Monitoring pembangunan infrastruktur di Kelurahan Andir.
3. Koordinasi untuk sosialisasi program yang dilaksanakan dan
administrasi mengenai pembebasan lahan masyarakat untuk
pembangunan infrastruktur.
1. Berkoordinasi dengan BBWS dan kelurahan untuk sosialisai
pembangunan infrastruktur kepada masyarakat.
9. B2C2 2. Advokasi masyarakat untuk pengendalian daya rusak sungai
dan mendukung program pembangunan BBWS Citarum.
3. Mengajukan pemohonan untuk pembangunan infrastruktur di
wilayah Kelurahan Andir.
1. Memberi jasa konsultan konstruksi untuk pemabangunan
10. PT. Adhi Karya
infrastruktur penanggulangan banjir.
2. Membangun kolam retensi Andir.
PT. Sumber Artha 1. Memberi jasa konsultan konstruksi untuk pemabangunan
11. infrastruktur penanggulangan banjir.
Reksa Mulia 2. Membangun tembok tanggul sub DAS Cisangkuy.

1. Menyediakan lahan untuk area pembangunan infrastruktur.


12. Masyarakat
2. Melakukan kerja bakti dan menghadiri sosialisasi yang
diadakan oleh BBWS Citarum di Kelurahan Andir.
13. Forum Solidaritas 1. Melakukan pengawalan demi kelancaran program
53

Peduli Andir pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir.

(FSPA)

Sumber: dibuat oleh Peneliti

Tabel 4.2 Atribut dan Kepentingan Stakeholder

Atribut
No. Intitusi Kepentingan
Kekuasaan Urgensi Legitimasi

1. BBWS  Mempunyai  2021-2022  Peraturan Menteri  Melaksanakan


kuasa  Implementasi PUPR nomor program
Citarum melaksanakan program 20/PRT/M/2016 percepatan
pengelolaan percepatan tentang Organisasi Citarum harum
sumber daya air Citarum Harum dan Tata Kerja dan Renaksi
yang meliputi salah satunya UPT Kementerian Pengendalian
perencanaan, pengendalian Pekerjaan Umum Pencemaran dan
pelaksanaan banjir. dan Perumahan Kerusakan
konstruksi Rakyat. Citarum 2019-
operasi dan  Rencana Aksi 2025 serta
pemeliharaan (Renaksi) mewujudkan visi
wilayah sungai Pengendalian BBWS Citarum
Citarum, DAS Pencemaran dan
Citarum. Kerusakan
Citarum 2019-
2025.
2. Bappeda  Mempunyai  Berperan  Peraturan Bupati  Memperbaiki
kuasa untuk memberikan Bandung Nomor lingkungan
Kabupaten penyusunan rekomendasi- 100 Tahun 2019 wilayah
perencanaan, rekomendasi Tentang Tugas, Kabupaten
Bandung pelaksanaan dalam Fungsi, dan Tata Bandung.
koordinasi, dan perumusan Kerja Badan
monitoring perencanaan Perencanaan
evaluasi. dari pemerintah Pembangunan,
daerah Penelitian, dan
Pengembangan
Daerah
3. DLH  Melaksanakan  Membantu  Peraturan Bupati  Meningkatkan
pengendalian mengawasi Bandung Nomor kualitas air sub
Kabupaten pencemaran sub kanjian Amdal 62 Tahun 2020 DAS Cisangkuy
DAS Cisangkuy terkait program Tentang Perubahan dan lingkungan
Bandung dan memantau yang Atas Peraturan Kelurahan Andir.
kualitas air sub dijalankan di Bupati Bandung
DAS Cisangkuy. Kelurahan Nomor 105 Tahun
Andir 2018 Tentang
Tugas, Fungsi,
Dan Tata Kerja
Dinas Lingkungan
Hidup
54

4. Dinas PUTR  Melaksanakan  2021-2022  PERBUP Kab.  Mendukung


pembangunan  Renstra Bandung No. 77 pelaksanaan
Kabupaten konstruksi guna (Rencana Tahun program
menunjang Strategi) Dinas 2020 tentang pembangunan
Bandung sistem polder PUTR 2016- Tugas, Fungsi, dan infrastruktur
Andir. 2021 dan Tata Kerja Dinas yang dilakukan
Rencana Kerja Pekerjaan Umum pemerintah
(Renja) Dinas Dan Tata Ruang pusat (BBWS
PUTR 2021 Citarum).
 Melaksanakan
Renstra
(Rencana
Strategi) 2016-
2021 dan
Rencana Kerja
(Renja) 2021
untuk
penanggulangan
banjir.
5. TKPSDA  Mempunyai  Sebagai tim  Keputusan Menteri  Menrekomendasi
kuasa untuk ikut koordinasi Pekerjaan Umum kan rancangan
membahasa BBWS Nomor program untuk
kajian mengenai Citarum untuk 224/KPTS/M/2013 menjadi bahan
rancangan pola, menyampaikan tentang pertimbangan
program, dan apa yang Pembentukan Tim menteri sehingga
rencana menjadi Koordinasi dapat
pengelolaan yang kebutuhan Pengelolaan diimplementasik
menajadi bahan masyarakat. Sumber Daya Air an.
pertimbangan Wilayah Sungai
kepada menteri. Citarum

6. Satgas  Mempunyai  2019-2025  Perpres No. 15  Menjalankan


kuasa untuk Tahun 2018 mandat Perpres
Sektor 7 mengawasi dan tentang Percepatan no 15 Tahun
memelihara DAS Pengendalian 2018 dan
Citarum pada Pencemaran dan program Citarum
sektor 7 yang Kerusakan Daerah Harum serta
meliputi 7 desa/ Aliran Sungai anak-anak
kelurahan Citarum. sungai.
Bojong Malaka,  Surat Perjanjian
Andir, Nomor :
Rancamanyar, HK.02.03/PPK
Pasawahan, OPSDA1-Av/01/2
Cakuang Wetan, 021 tentang
Cakuang Kulon, Pelaksanaan
Margahayu, Kerjasama antara
Sukamenak, TNI Kodam
Sayati, III/Siliwangi
55

Sukamukti, dengan BBWS


Pangauban, dan Citarum untuk
Sangkahurip. kegiatan Citarum
Harum.

7. Satgas Sub  Mempunyai  2019-2025  Perpres No. 15  Menjalankan


kuasa untuk Tahun 2018 mandat Perpres
Sektor 7 mengawasi dan tentang Percepatan no 15 Tahun
memelihara Pengendalian 2018 dan
Kelurahan sungai di Pencemaran dan program Citarum
Kelurahan Andir. Kerusakan Daerah Harum serta
Andir Aliran Sungai anak-anak
Citarum sungai.
 Surat Perjanjian
Nomor :
HK.02.03/PPK
OPSDA1-Av/01/2
021 tentang
Pelaksanaan
Kerjasama antara
TNI Kodam
III/Siliwangi
dengan BBWS
Citarum untuk
kegiatan Citarum
Harum.

8. Kelurahan  Mempunyai  Pihak yang  Peraturan  Memperbaiki


kuasa untuk bertanggungja Pemerintah wilayah
Andir mengelola wab di Republik Kelurahan Andir.
daerah kelurahan Kelurahan Indonesia Nomor
Andir. Andir. 17 Tahun 2018
tentang
Kecamatan.

9. B2C2  Mengontrol  Menjadi pihak  Dilegalkan oleh  Terbebas dari


lembaga dan yang terkena BBWS Citarum banjir.
mengadvokasi dampak banjir pada tahun 2016.  Menjaga
masyarakat. sub DAS lingkungan
Cisangkuy. dengan kearifan
lokal.
10. PT. Adhi  Melakukan  2021-2022  Kontrak kerja  Untuk
pembangunan antara PT. Adhi menyelesaikan
Karya kolam retensi Karya dan BBWS pembangunan
Andir. Citarum. program BBWS
Citarum.
11. PT. Sumber  Melakukan  2021-2022  Kontrak kerja  Untuk
pembangunan antara PT. Sumber menyelesaikan
Artha Reksa tembok tanggul Artha Reksa pembangunan
sub DAS Muliadan BBWS program BBWS
Mulia Cisangkuy. Citarum. Citarum.

12. Masyarakat  Kuasa lahan  Menjadi pihak  Perpres No. 15  Terbebas dari
yang mejadi yang terkena Tahun 2018 banjir dan
56

tempat dampak banjir tentang Percepatan memanfaatkan


pembangunan sub DAS Pengendalian sub DAS
infrastruktur Cisangkuy Pencemaran dan Cisangkuy sesuai
penanggulangan Kerusakan Daerah dengan
banjir. Aliran Sungai fungsinya.
Citarum
13. FSPA  Mengontrol  Sebagai  Perpres No. 15  Masyarakat
lembaga Tahun 2018 Kelurahan
tentang Percepatan Andir dapat
Pengendalian
Pencemaran dan
hidup lebih
Kerusakan Daerah sejahtera.
Aliran Sungai
Citarum
Sumber: dibuat oleh Peneliti

Dari uraian diatas menghasilkan pemetaan stakeholder dengan two-by-two

matrix berdasarkan pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder.

Pemetaan tersebut menghasilkan pengelompokan stakeholder dalam masing-

masing kuadran dalam diagram pengaruh dan kepentingan Eden &

Ackermann(1998) yang terdiri atas:

1.) Key Players

Key Players dalam penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir antara lain, BBWS Citarum dan Dinas PUTR Kabupaten

Bandung. Kedua intitusi ini melihat penanggulangan banjir sebagai prioritas

utama dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan program

penanggulangan banjir. BBWS Citarum merupakan perwakilan dari pemerintah

pusat yang diberikan tanggung jawab oleh Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Masyarakat. BBWS Citarum berwenang untuk melakukan

pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir. BBWS Citarum memiliki kekuasaan tinggi untuk berperan


57

dalam pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir dari mulai perencanaan, menentukan kriteria jasa konstruksi,

penganggaran biaya pembangunan, implementasi pembangunan hingga

pemeliharaan infrastruktur. Sehingga BBWS Citarum sangat berperan besar

dalam pengambilan keputusan program apa saja yang diselenggarakan di

Kelurahan Andir.

Di mana tanggung jawab BBWS Citarum telah diatur melalui Peraturan

Menteri PUPR nomor 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. BBWS Citarum memiliki

kepentingan tinggi mewujudkan visi BBWS Citarum yakni menciptakan

pengelolaan sumber daya air secara adil, menyeluruh, dan terpadu guna

mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan bagi masyarakat

dan sektor usaha di wilayah DAS Citarum. Selain itu BBWS Citarum

berkepentingan untuk membangun infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS

Cisangkuy di Kelurahan Andir sebagai salah satu implementasi dari program

strategis nasional yaitu Citarum Harum dan Renaksi Pengendalian Pencemaran

dan Kerusakan Citarum 2019-2025 yang menunjang percepatan program Citarum

Harum.

Dinas PUTR Kabupaten Bandung memiliki derajat yang sama. Dalam

pembangunan infrastruktur kolam retensi Andir dan tembok tanggul sub DAS

Cisangkuy Dinas PUTR Kabupaten Bandung tidak berperan besar, hanya

memiliki wewenang untuk melakukan kajian DED proyek pembangunan


58

infrastruktur kolam retensi Andir dan tembok tanggul sub DAS Cisangkuy

bersama-sama dengan BBWS Citarum dan pihak swasta.

Akan tetapi BBWS Citarum memberikan tanggung jawab kepada Dinas

PUTR Kabupaten Bandung untuk melakukan pembangunan dan rehabilitasi

saluran drainase lokal di RW 07, RW 08, dan RW 13 untuk menunjang kolam

retensi Andir. Sehingga Dinas PUTR Kabupaten Bandung memiliki wewenang

untuk menyusun rencana teknis, pembangunan dan rehabilitassaluran drainase

lokal, dan merancang anggaran pembangunan serta rehabilitasi saluran drainase

lokal berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kabupaten

Bandung . Peran dan fungsi Dinas PUTR Kabupaten Bandung telah diatur dalam

PERBUP Kab. Bandung No. 77 Tahun 2020 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata

Kerja Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang, di mana salah satu peran dan

fungsi Dinas PUTR Kabupaten Bandung untuk membangun konstruksi

pengendalian banjir. Walaupun begitu, dalam menjalankan tugs dan perannya

Dinas PUTR Kabupaten Bandung di Kelurahan Andir tetap harus mendengarkan

instruksi dari BBWS Citarum hal ini terkait dengan program strategis nasional.

Dinas PUTR Kabupaten Bandung memiliki kepentingan yakni

melaksanakan tupoksi Dinas mengendalikan PUTR Kabupaten Bandung banjir di

wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan Renstra 2016-2021 Dinas PUTR

Kabupaten Bandung dan Rencana Kerja 2021 Dinas PUTR Kabupaten Bandung.

Pembangunan dan melakukan rehabilitasi saluran drainase Kelurahan Andir untuk

mendukung pelaksanaan program pembangunan infrastruktur yang dilakukan

pemerintah pusat yakni program Citarum Harum.


59

2.) Context Setter

Stakeholder yang terkait sebagai Context Setter dalam penanggulangan

banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir adalah Bappeda Kabupaten

Bandung, DLH Kabupaten Bandung, TKPSDA, dan Satgas Sektor 7 . Kelompok

Context Setter adalah stakeholder yang memiliki kemampuan untuk

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir namun program

penanggulangan banjir di Kelurahan Andir bukan sebagai prioritas utama.

Pertama, Bappeda Kabupaten Bandung memiliki peran dalam perumusan

perencanaan pembangunan. Di mana Bappeda Kabupaten Bandung sebagai

perwakilan bupati Kabupaten Bandung memiliki wewenang memberikan

rekomendasi-rekomendasi dari pemerintah daerah kepada BBWS Citarum sebagai

perwakilan pemerintah pusat yang bertanggung jawab dalam program

pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir di Kelurahan Andir. Namun

penaggulangan banjir di Kelurahan Andir bukanlah hal satu-satunya yang

ditangani oleh Bappeda Kabupaten Bandung. Untuk itu Bappeda menyerahkan

pengerjaannya kepada dinas terkait yakni Dinas PUTR Kabupaten Bandung.

DLH Kabupaten Bandung memiliki tupoksi (tugas pokok dan fungsi)

memiliki peran dalam pengambilan keputusan yang memberikan pertimbangan

dan memiliki kuasa untuk mengesahkan kajian Amdal pembangunan

infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir yang

dibuat oleh BBWS Citarum. Serta mengawasi jalannya pembangunan apakah

sesuai dengan Amdal yang ditetapkan. Walaupun begitu DLH Kabupaten

Bandung tidak melihat penanggulangan banjir di Kelurahan Andir sebagai


60

prioritas utama dari DLH Kabupaten Bandung. Diketahui dari hasil wawancara

bersama DLH Kabupaten Bandung, DLH lebih memperioritaskan masalah

kualitas air dan lingkungan di Kelurahan Andir dan pengendalian mengenai

pencemaran air dan lingkungan.

Sedangkan TKPSDA memiliki pengaruh yang tinggi sebagai policy

creator dalam menentukan rancangan pola, program, dan rencana pengelolaan

yang akan menjadi bahan pertimbangan kepada Menteri PUTR yang nantinya

akan dijalankan oleh BBWS Citarum. Sementara tingkat kepentingan TKPSDA

dari hasil penelusuran peneliti ditemukan bahwa kepentingan dari TKPSDA

menjadikan rekomendasi dari hasil sidang pleno TKPSDA sebagai bahan

pertimbangan Menteri PUTR dan sungai sub DAS Cisangkuy serta Kelurahan

Andir bukanlah satu-satunya wilayah yang menjadi perhatian dari TKPSDA.

TKPSDA tidak memiliki prioritas maupun kepentingan mengenai implementasi

atau pengeksekusian pembangunan infrastruktur penanggulan banjir secara

mendetail di Kelurahan Andir karena itu dikembalikan kepada masing-masing

sektor yang menjadi sasaran rekomendasi.

Satgas Sektor 7 Citarum Harum berperan untuk mengawasi program

pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy dan

memelihara lingkungan sungai di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya yang

meliputi desa/kelurahan Bojong Malaka, Andir, Rancamanyar, Pasawahan,

Cakuang Wetan, Cakuang Kulon, Margahayu, Sukamenak, Sayati, Sukamukti,

Pangauban, dan Sangkahurip. Serta melakukan koordinasi dengan BBWS Citarum

mengenai program pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS


61

Cisangkuy. Kepentingan Satgas Sektor 7 Citarum Harum adalah menjalankan

tugasnya sesuai dengan mandat Perpres No. 15 Tahun 2018 tentang Percepatan

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum dan

kontrak kerja sama dengan BBWS Citarum. Akan tetapi Satgas Sektor 7 Citarum

Harum memiliki kepentingan yang rendah di Kelurahan Andir. Hal ini dikarena

kan Kelurahan Andir bukanlah menjadi satu-satunya wilayah menjadi perhatian

melihat banyaknya wilayah yang menjadi tanggungjawabnya. Satgas Sektor 7

Citarum Harum memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain yakni

Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir untuk melaksanakan tugas pengawasan dan

pemeliharaan lingkungan sungai di wilayah Kelurahan Andir serta membina

perilaku masyarakat di Kelurahan Andir dalam memelihara sungai.

3.) Subjects

Posisi subjects diisi oleh Satgas Sub Sektor Kelurahan Andir, Kelurahan

Andir, B2C2 dan masyarakat sebagai stakeholder yang memiliki kepedulian yang

tinggi akan permasalahan banjir Kelurahan Andir namun memiliki kemampuan

rendah. Satgas Sub Sektor Kelurahan Andir berperan membantu BBWS Citarum

untuk melakukan pengawasan program pembangunan infrastruktur

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy dan pemeliharaan lingkungan sungai

di Kelurahan Andir. Namun Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir memiliki

kemampuan rendah, dimana Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir tidak berperan

dalam pengambilan keputusan. Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir hanya

diikutkan dalam sosialisasi program yang akan dijalankan dan musyawarah yang

diadakan di Kelurahan Andir.


62

Dengan artian lain Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir tidak dapat

memutuskan sendiri selain menunggu instruksi dari yang atas. Satgas Sub Sektor

7 Kelurahan Andir memiliki tingkat kepentingan yaitu menjalankan tugasnya

sesuai dengan mandat Perpres No. 15 Tahun 2018 tentang Percepatan

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum dan

kontrak kerja sama dengan BBWS Citarum, serta mewujudkan lingkingan sungai

yang bebasa dari pencemaran dan banjir di Kelurahan.

Kelurahan Andir memiliki tingkat kepentingan tinggi, Kelurahan Andir

merupakan pihak yang bertanggungjawab untuk mengelolah wilayahnya dan

berkeingan untuk memperbaiki wilayah Andir agar terbebas dari banjir. Namun

dalam program pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS

Cisangkuy memiliki kemampuan yang rendah dan tidak memiliki peran dalam

pengambilan keputusan. Peran Kelurahan Andir dalam program pembangunan

infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir

sebagai monitoring jalannya pembangunan, menyalurkan aspirasi, dan urusan

yang bersifat administratif mengenai pembebasan lahan. Selain itu, Kelurahan

Andir menyelenggaran sosialisasi sesuai dengan instruksi BBWS Citarum

mengenai program pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS

Cisangkuy bersama masyarakat Kelurahan Andir.

Stakeholder lainnya yang termasuk subjects adalah B2C2, Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan yang memiliki kepedulian tinggi

mengenai sub DAS Cisangkuy dan harapan yang besar untuk menciptakan

lingkungan Andir sebagai kawasan yang bersih dan terbebas dari banjir. B2C2
63

menjadi perwakilan masyarakat Kelurahan Andir untuk berkoordinasi dengan

BBWS Citarum dan menyalurkan aspirasi-aspirasi masyarakat Kelurahan Andir.

B2C2 dalam program pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS

Cisangkuy di Kelurahan Andir berperan sebagai advokator khususnya untuk

masyarakat agar menyetujui program yang akan dijalankan BBWS Citarum dan

menjadi koordinator BBWS Citarum di lapangan.

Pihak terakhir yang termasuk subjects adalah masyarakat. Masyarakat

Kelurahan Andir sangat terdampak banjir seperti terhambatnya aktivitas sosial dan

ekonomi masyarakat, hilangnya harta benda, dan juga tempat tinggal. Masyarakat

Kelurahan Andir keinginan terbebas dari banjir yang sudah 16 tahun melanda

Kelurahan Andir. Dalam program pembangunan infrastruktur penanggulangan

banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir, masyarakat tidak dilibatkan dalam

perumusan program maupun pengambilan keputusan. Masyarakat hanya

dilibatkan dalam soasialisasi program yang akan dijalankan oleh BBWS Citarum

dan musyawarah mengenai pembebasan lahan untuk pembangunan proyek yang

diselenggarakan BBWS Citarum di kantor kelurahan.

4.) Crowd

Stakeholder yang menempati posisi crowd adalah PT. Adhi Karya dan

PT. Sumber Artha Reksa Mulia yang tidak melohat penanggulangan banjir

sebagai prioritas utama dan tidak memiliki kemampuan untuk ikut pengambilan

keputusan dalam pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS

Cisangkuy di Kelurahan Andir. BBWS Citarum memberikan wewenang PT. Adhi

Karya dan PT. Sumber Artha Reksa Mulia setelah terpilihnya dua perusahaan ini
64

dalam lelang yang diadakan BP2JK. Mereka berwenang untuk menjadi pemberi

jasa konsultan serta developer kolam retensi Andir dan tembok tanggul sub DAS

Cisangkuy. BBWS Citarum memberikan anggaran kepada kedua perusahaan

sehigga dapat menyelenggarakan pembangunan. Kedua perusahaan juga tidak

melihat penanggulangan banjir di Kelurahan Andir sebagai prioritas utama, di

mana kedua perusahaan tersebut berkepentingan untuk menyelesaikan

pembangunan sesuai dengan kontrak kerja sama. Setelah menyelesaikan kerja

sama, kedua perusahaan ini menyerahkan operasi dan pemeiharaan infrastruktur

tersebut kepada BBWS Citarum.

Lalu ada FSPA, LSM bidang sosial di Kelurahan Andir, yang cukup vokal

mengenai tuntutan penanggulangan banjir Kelurahan Andir. Namun hal tersebut

tidak menjadikan sebuah prioritas bagi FSPA. Hal ini dikarenakan sudah adanya

LSM yang berwenang dan ditunjuk langsung oleh BBWS Citarum untuk fokus

terhadap banjir yakni B2C2. Selain itu, FSPA tidak memiliki kemampuan untuk

melakukan penanggulangan banjir di Kelurahan Andir hanya sebagai pengaman

kelancaran pembangunan.

Diagaram 4.1 Tingkat Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder

Tinggi

Subjects
 Satgas Sub Sektor 7 Key Players
K Kelurahan Andir  BBWS Citarum
e  Kelurahan Andir  Dinas PUTR Kabupaten
p  B2C2 Bandung
e  Masyarakat
n
t Context Setters
Crowd  Dinas Lingkungan Hidup
i
 PT. Adhi Karya Kabupaten Bandung
n
 PT. Sumber Artha  TKPSDA
g Reksa Mulia
a  Satgas Sektor 7 Citarum
Harum
n
65

Rendah Pengaruh Tinggi


Sumber: dibuat oleh Peneliti

Diagram ini dibuat untuk memetakan para stakeholder yang terlibat dalam

program pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy

di Kelurahan Andir sesuai dengan penilaian kualitatif tingkat pengaruh dan

kepentingan stakeholder dalam program pembangunan infrastruktur

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir. Pemetaan

stakeholder dilakukan bertujuan untuk melihat posisi stakeholder sesuai dengan

pengaruh dan kepentingan dalam program pembangunan infrastruktur

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir.

Berdasarkan pemetaan pengaruh dan kepentingan stakeholder ditemukan

bahwa yang key players yang berperan penting dalam program pembangunan

infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir dari

mulai penyusunan rencana dan implementasi pembangunan. Yang mana

stakeholder yang sangat berpengaruh dan kritikal adalah BBWS Citarum

sedangkan stakeholder yang berpengaruh dan penting adalah Dinas PUTR

Kabupaten Bandung. Meskipun keduanya berstatus sebagai key players,

kekuasaan BBWS Citarum lebih tinggi dibandingkan Dinas PUTR Kabupaten


66

Bandung, karena BBWS Citarum dapat mempengaruhi semua pihak yang terlibat

dalam program untuk melaksanakan kehendaknya dalam proses pembangunan

infrastruktur penanggulangan banjir.

Hal ini juga dibenarkan oleh Dinas PUTR Kabupaten Bandung, di mana

Dinas PUTR Kabupaten Bandung mengungkapkan bahwa mereka berkehendak

apabila ada intruksi dari BBWS Citarum karena hal ini berkaitan dengan program

strategis nasional yang diserahkan tanggungjawabnya kepada BBWS Citarum

sebagai penanggungjawab mengenai pengelolaan wilayah DAS Citarum.

Walaupun begitu Dinas PUTR Kabupaten Bandung sangat berperan

penting untuk membahas kajian DED guna kelansungan pembangunan di

Kelurahan Andir dan memiliki pengaruh untuk melakukan program penunjang

kolam retensi Andir serta tembok tanggul sub DAS Cisangkuy yang telah di

rancang oleh Dinas PUTR Kabupaten Bandung dalam rencana strategis dan

rencana kerja guna menanggulangi banjir.

Lalu ada context setter yang diisi oleh Bappeda Kabupaten Bandung DLH

Kabupaten Bandung, TKPSDA, dan Satgas Sektor 7 Citarum Harum. Walaupun

keempatnya memiliki kepentingan rendah dalam program pembangunan

infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir,

namum mereka memiliki peran penting dalam kelangsungan program

pembangunan. Dimana Bappeda Kabupaten Bandung dan TKPSDA memiliki

peran dalam proses pengambilan keputusan rekomendasi program yang akan

dijalankan oleh BBWS Citarum. TKPSDA dan Bappeda Kabupaten Bandung

hanya sebatas dalam perumusan perenanaan. Segala mengenai urusan


67

dikembalikan pembangunan kembali ke BBW Citarum, Bappeda Kabupaten

Bandung juga menyerahkan segala urusan pembangunan dan koordinasi kepada

Dinas PUTR Kabupaten Bandung. Yang mana pembangunan infrastruktur

menjadi perhatian dinas tersebut.

Serta DLH Kabupaten memberikan pertimbangan dalam pembahasan

kajian Amdal pembangunan. Sedangkan Satgas Sektor 7 Citarum Harum mejadi

penghubung antara Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir dengan BBWS Citarum

mengenai apa yang terjadi dilapangan. Selanjutnya crowd yang diduduki oleh ,

FSPA, PT. Adhi Karya dan PT. Sumber Artha Reksa Mulia. FSPA sebagai LSM

yang berperan untuk mengamankan kelancaran jalannya pembangunan di

Kelurahan Andir. PT. Adhi Karya dan PT. Sumber Artha Reksa Mulia

merupakan pihak yang memiliki sumber daya untuk menjadi developer dari

program pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy

di Kelurahan Andir.

Untuk subject diduduki oleh Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir,

Kelurahan Andir, B2C2 dan masyarakat. Dimana dalam hal ini Kelurahan Andir,

B2C2 dan masyarakat merupakan pihak yang terdampak banjir yang memiliki

kainginan untuk terbebas dari banjir. Sehingga mejadikan mereka sebagai

kelompok sasaran dari program pembangunan infrastruktur penanggulangan

banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir. Yang mana program

pembangunan tersebut bertujuan agar membebaskan Kelurahan Andir dari banjir.

Sub Sektor 7 Kelurahan Andir sebagai pihak yang mengawasi dan mengelola

sungai di wilayah Kelurahan Andir yang memiliki kepentigan untuk menciptakan


68

wilayah sungai di Kelurahan Andir bersih dan terbebas banjir sesuai dengan

capaian target dari mandat yang diberikan.

Dalam proses politik, pemetaan stakeholder sebagai alat pendekatan

sistematis untuk melihat kelayakan stakeholder dalam pengambilan keputusan dan

implementasi proyek (Reich (1994) dalam (Brugha & Varvasovszky, 2000, p.

238)). Dari hasil inventarisasi peran, atribut, dan kepentingan yang dimiliki oleh

stakeholder yang dilakukan peneliti ditemukan stakeholder yang layak untuk

berperan dalam pengambilan keputusan antara lain, BBWS Citarum, Dinas PUTR

Kabupaten Bandung, DLH Kabupaten Bandung, dan TKPSDA. Meskipun DLH

Kabupaten Bandung dan TKPSDA memiliki kepentingan rendah namun memiliki

pengaruh dalam pengambilan keputusan.

Seperti dalam membahas kajian DLH Kabupaten Bandung memiliki

pengaruh untuk memberikan pertimbangan akan kelayakan Amdal yang disusun

oleh BBWS Citarum. Apabila sudah layak dan sesuai dengan pandoman Amdal

yang dimiliki oleh DLH, pihak DLH akan melakukan pengesahan Amdal.

Sedangkan TKPSDA memiliki peran dalam pengambilan keputusan untuk

memilih rekomendasi program yang akan dijalankan oleh BBWS Citarum dari

mulai lokasi program dan rancangan pola program yang akan dilaksanakan.

Peran dalam pengambilan keputusan dapat dimanfaatkan stakeholder

untuk mempengaruhi hasil agar sesuai dengan kepentingan yang dibawa oleh

stakeholder. Hal ini dimanfaatkan oleh ketua B2C2 untuk masuk ke dalam proses

pengambilan keputusan sehingga dapat mempengaruhi hasil. B2C2 sebenarnya

tidak memiliki kemampuan untuk masuk dalam proses pengambilan keputusan


69

dan tidak memiliki peran untuk mengambil keputusan. Namun B2C2

memanfaatkan Abah Edi, sang ketua, sebagai anggota TKPSDA komisi

penanggulangan daya rusak air TKPSDA, sehingga Abah Edi memiliki peran

dalam pengambilan keputusan. Dimana awalnya B2C2 ditunjuk oleh BBWS

Citarum untuk menjadi perwakilan masyarakat Kelurahan Andir di forum

TKPSDA sebagai penyalur aspirasi-aspirasi masyarakat mengenai permasalahan

sungai. Sehingga membuka peluang partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pengelolaan sungai, sesuai dengan isi Pasal 18 Perpres No. 15 Tahun 2018

tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran

Sungai Citarum.

Sebelumnya dalam forum musrenbang yang diselenggarakan di Kelurahan

Andir tidak memiliki hasil yang diinginkan. Untuk mewujudkan kepentingannya,

Abah Edi memanfaatkan perannya sebagai anggota TKPSDA mewakili

Kelurahan Andir untuk kepentingannya dibawa ketingkat yang lebih tinggi. Peran

adalah aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang dan dengan kedudukan itu

seseorang melakukan suatu tindakan yang dinamis, dimana usaha tersebut

diharapkan terciptanya suatu keadaan yang diinginkan (Soekanto (1998) dalam

(Junengsih, Putri, & Ismail, 2017)).

Dalam forum TKPSDA, Abah Edi melakukan advokasi-advokasi kepada

para anggota TKPSDA lainnya agar diselanggarakannya program pembangunan

untuk penanggulangan banjir di Kelurahan Andir. Abah Edi memanfaatkan peran

yang memiliki pengaruh tinggi dan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain

agar dapat mewujudkan kepentingannya. Peran tersebut juga didapatkan oleh


70

B2C2 dari hasil kedekatannya dengan pihak BBWS Citarum, sehingga dapat

ditunjuk sebagai perwakilan masyarakat Kelurahan Andir di forum TKPSDA.

Hasilnya B2C2 berhasil mewujudan pembangunan penanggulangan banjir untuk

wilayah Kelurahan Andir meskipun harus menunggu waktu yang lama.

Dari upaya yang dilakukan oleh B2C2 untuk mewujudkan program

penanggulangan banjir di Kelurahan Andir, hasil penilaian atribut yang dimiliki

oleh B2C2, B2C2 tidak dapat mampu mempengaruhi proses pengambilan

keputusan. Namun B2C2 dapat memanfatkan keuntungan yang dimiliki dengan

peran sebagai anggota TKPSDA yang didapatkannya dari kedekatan hubungannya

dengan BBWS Citarum. Sehingga B2C2 dapat mewujudkan kepentingan mereka

dengan mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Ini sejalan Lindenberg

(1981 (Brugha & Varvasovszky, 2000, p. 241)) yang mana dalam dunia politik

seputaran dengan siapa yang mendapatkan apa dengan cara apa, dari fitur analisis

stakeholder ketahui bahwa adanya kapasitas dan kemauan akan memobilisasi

sumber daya B2C2 sebagai stakeholder untuk mencapai tujuan tertentu.

Selain itu, dari hasil observasi peneliti ditemukan bahwa adanya

kepentingan tersirat B2C2 dalam program pembangunan infrastruktur

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir. Kepentingan

B2C2 yang tersirat itu adalah adanya keinginan pengakuan dari masyarakat

mengenai kinerja yang selama ini dilakukan oleh B2C2 atau eksistensi B2C2. Hal

ini ditemukan peneliti dari hasil wawancara bersama dengan Abah Edi, dimana

ada beberapa kali pengulangan kata bahwasanya pembangunan kolam retensi

Andir merupakan hasil usaha B2C2.


71

Kekuasaan tertinggi dalam pembangunan infrastruktur penanggulangan

banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir adalah BBWS Citarum.

Kekuasaan dari BBWS Citarum juga meliputi kekuasaan atas sumber daya,

intelektual, dan materil. BBWS Citarum memiliki wewenang suntuk

melaksanakan pengelolaan sumber daya air antara lain perencanaan, pelaksanaan

konstruksi operasi dan pemeliharaan sungai. Namun BBWS Citarum memiliki

keterbatasan untuk melaksanakan pengelolaan sendiri. Sehingga dengan kuasa

yang dimiliki oleh BBWS Citarum dapat mempengaruhi semua pihak yang

terlibat dalam program untuk melaksanakan kehendaknya dalam proses

pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir di Kelurahan Andir. Dimana

BBWS Citarum berwenang memberikan instruksi kepada pihak lainnya untuk

melakukan perpanjangan tugas dari BBWS Citarum. Ini merupakan salah satu

wujud mobilisasi sumber daya yang dimiliki BBWS Citarum untuk mewujudkan

kepentingan dari BBWS Citarum.

Seperti dalam meninjau program pembangunan, BBWS Citarum

menginstruksikan Satgas Sektor 7 Citarum Harum dan Satgas Sub Sektor 7

Kelurahan Andir. Apabila ada sesuatu hal dilapangan biasanya menungu instruksi

BBWS Citarum dikarenakan Satgas Sektor 7 Citarum Harum dan Satgas Sub

Sektor 7 Kelurahan Andir tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan

secara sepihak mengenai program pembangunan. Serta menunjuk B2C2 sebagai

coordinator di Kelurahan Andir untuk mengetahui kondisi serta kebutuhan

masyarakat Kelurahan Andir akan pengelolaan sungai. Lalu BBWS Citarum

meminta Dinas PUTR Kabupaten Bandung melakukan pembangunan dan


72

rehabilitasi saluran drainase lokal untuk terkoneksi ke sistem polder Andir. Hal ini

dikarenakan adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh BBWS Citarum.

Sehingga dengan kuasa yang BBWS Citarum miliki untuk memberikan

instruksi kepada Dinas PUTR Kabupaten Bandung untuk melakukannya dengan

angaran daerah Kabupaten Bandung. Ini juga dimanfaatkan oleh Dinas PUTR

Kabupaten Bandung menginginkan suatu program untuk membuat program

penanggulangan banjir namun tidak memiliki kuasa akan pengelolaan sungai

wilayah DAS Citarum karenakan merupakan daerah strategi nasional yang hanya

dilakukan oleh BBWS Citarum. Dan sebagai timbal baliknya Dinas PUTR

Kabupaten Bandung melakukan pembangunan penunjang program

penanggulangan banjir di Kelurahan Andir.

4.3 Dinamika Hubungan Stakeholder dalam Pembangunan Infrastruktur

Penanggulangan Banjir Sub DAS Cisangkuy Di Kelurahan Andir

Analisis stakeholder dapat bermaanfaat untuk menyelidiki hubungan antar

stakeholder. Menyelidiki hubungan antar stakeholder bertujuan untuk melihat,

menilai kuat-lemahnya hubungan, dan menjelaskan kemungkinan terjadinya

konflik antar stakeholder atau kemungkinan adanya pertukaran antara stakeholder

maupun kerjasama dari hubungan yang telah dibangun ((Brown 2001 dalam

(Muliawan, Fahrudin, Fauzi, & Boer, 2014, p. 238) dan (Reed, et al., 2009, p.

1940)).

Dalam pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS

Cisangkuy di Kelurahan Andir, ditemukan bahwa para stakeholder yang terlibat


73

terikat dalam mandat Perpres No. 15 Tahun 2018 tentang Percepatan

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.

Dimana Perpres No. 15 Tahun 2018 dimaksudkan untuk mensinergikan dan

mengintegrasikan kewenangan para pihak guna pemulihan DAS Citarum. Sub

DAS Cisangkuy termasuk wilayah DAS Citarum bagian hulu. Proyek

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan merupakan salah satu

strategi nasional untuk memulihkan wilayah DAS Citarum Harum.

Stakeholder yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir memiliki

pengaruh dan kepentingan yang berbeda-beda namun tetap saling berkomunikasi

dan berkoordinasi supaya proses pembangunan infrastruktur penanggulangan

banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir dapat terlaksana dan mencapai

hasil yang optimal.

Diagaram 4.2 Hubungan antar Aktor

BBWS Citarum

PT. Adhi Karya & TKPSDA Satgas Sektor 7 Kabupaten Bandung


PT. Sumber Artha Citarum Harum
Reksa Mulia

DLH Dinas PUTR Bappeda


Satgas Sub Sektor 7
Kelurahan Andir

Kelurahan Andir

B2C2 FSPA Masyarakat


74

Sumber: dibuat oleh Peneliti

Berdasarkan pada bagan diatas, BBWS Citarum merupakan pihak yang

bertanggungjawab dalam pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub

DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir. Dimana BBWS Citarum memiliki

wewenang untuk mengelola wilayah DAS Citarum sesuai dengan Peraturan

Menteri PUPR nomor 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Koordinasi antar stekholder yang terlibat dilakukan dari mulai

perencanaan program, sosialisasi dan pelaksanaan program, dan pengawasan

program. Dalam perencanaan berkoordinasi bersama dengan TKPSDA untuk

membahas mengenai membahas rekomendasi rancangan program yang akan

dilaksanakan oleh BBWS Citarum. Setelah ditetapkan programnya, BBWS

Citarum melakukan perencanaan program dengan memutuskan kriteria kontraktor

dan anggaran biaya untuk program bersama-sama dengan Bappeda Kabupaten

Bandung. Namun dalam pengesahannya Bappeda Kabupaten Bandung

mengembalikannya kembali pada pemerintah pusat sebagai penanggungjawab

kegiatan.

Setelah perumusan perencanan bersama dengan Bappeda Kabupaten,

selanjutnya BBWS Citarum bersama-sama dinas terkait sebagai pihak yang

berwenang untuk membahas mengenai detail pembangunan seperti Dinas PUTR

Kabupaten Bandung dan DLH Kabupaten Bandung membahas kajian DED serta

Amdal program pembangunan yang akan diselenggarakan dengan


75

mengikutsertakan pihak swasta yang telah dipilih melalui lelang di BP2JK yakni

PT. Adhi Karya dan PT. Sumber Artha Reksa Mulia. Koordinasi juga dilakukan

antara Dinas PUTR Kabupaten Bandung dengan DLH Kabupaten Bandung

membahas kajian Amdal untuk saluran drainase lokal. Kemudian melakukan

sosialisasi kepada masyarakat mengenai program yang dilaksanakan di Kelurahan

Andir dengan berkoordinasi dengan B2C2 dan Kelurahan Andir. BBWS Citarum

berkoordinasi bersama dengan Satgas Sektor 7 Citarum Harum dan Satgas Sub

Sektor 7 Kelurahan Andir meninjau pelaksanaan program pembangunan yang

dilaksanakan oleh pihak swasta.

Koordinasi juga rutin dilakukan sebelum adanya proyek pembangunan

kolam retensi Andir dan tembok tanggul sub DAS Cisangkuy. Seperti koordinasi

BBWS Citarum dengan B2C2, sebagai perwakilan masyarakat, mengenai

keresahan masyarakat mengenai masalah sungai khususnya banjir. Lalu,

koordinasi BBWS Citarum dengan Satgas Sektor 7 Citarum Harum dan Satgas

Sub Sektor 7 Kelurahan Andir mengenai pemeliharaan sungai antara lain

pendalaman dan pengerukan sungai serta melakukan pengawasan terhadap

pembuangan limbah ke sungai. Bappeda Kabupaten Bandung sering

berkoordinasi dengan Kelurahan Andir mengenai murenbang yang dilakukan

disana untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Selain itu,

Bappeda Kabupaten Bandung juga turut meningkatkan partisipasi masyarakat

Kelurahan Andir untuk terlibat dalam penanggulangan banjir.

Koordinasi antara Dinas PUTR Kabupaten Bandung dengan Kelurahan

Andir sering dilakukan dan mulai intensif mengenai pemabangunan maupun


76

revitalisasi infrastruktur di wilayah Kelurahan Andir. Para pihak menjalankan

peran seseuai dengan tupoksinya. Masyarakat juga ikut mendukung program

pemabangunan infrastruktur penanggulangan banjir dengan cara mengikuti

sosialisasi program, menyetujui program, dan membantu untuk menkondusifkan

lingkungan Kelurahan Andir yang padat karena pembangunan.

Jaringan hubungan dalam program pembangunan infrastruktur

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir menunjukkan

sentralisasi. Hal ini dicirikan oleh relatif sedikit individu yang memegang

sebagian besar ikatan dengan individu lain dalam jaringan (Reed, et al., 2009, p.

1940). Dari hasil analisis yang dilakukan peneliti pihak yang memiliki derajat

sentral tinggi adalah BBWS Citarum. Di mana kekuasaan tertinggi dalam program

pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan ada ditangan BBWS Citarum yang dapat mempengaruhi semua pihak

yang terlibat dalam program untuk melaksanakan kehendaknya. Ini dibuktikan

melalui wawancara dari Bappeda Kabupaten Bandung dan Dinas PUTR

Kabupaten Bandung bahwa BBWS Citarum sangat berwenang dalam kegiatan

program pembangunan infrastruktur penaggulangan banjir di Kelurahan Andir

yang berkaitan dengan program strategi nasional.

Lalu ditemukan pula, pola interaksi para stakeholder dalam jaringan

program pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy

di Kelurahan Andir tidak tersebar secara merata. Salah satunya interaksi antara

B2C2 dengan Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir yang tidak terjalin padahal

mereka berada di ranah yang sama yakni pengelolaan sungai sub DAS Cisangkuy
77

di Kelurahan Andir. Berdasarkan hasil wawancara kedua belah pihak, ditemukan

keduanya saling mengenal namun tidak berinterakasi secara intensif. Apabila

keduanya membangun hubungan interaksi yang intensif ini membuka peluang

kolaborasi antar keduanya guna penanggulangan banjir di Kelurahan Andir,

Para stakeholder di kuadran key players, BBWS Citarum dan Dinas PUTR

Kabupaten Bandung, merupakan stakeholder yang berwenang untuk

melaksanakan program penanggulangan banjir yang dilaksanakan di Kelurahan

Andir. Mereka sangat berperan dari mulai perumusan rancangan bangunan,

rencana anggaran biaya, pembanguanan, pemeliharaan, dan operasi.Peran kedua

disinergikan menjadi aktor utama program pembangunan infrastruktur

penanggulangan banjir di Kelurahan Andir. Program BBWS Citarum dan

program Dinas PUTR Kabupaten Bandung harus harmonis dan bersinergi sesuai

dengan visi dan misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Terlihat adanya hubungan kerja sama dan saling mengisi diantara

keduanya. Dimana BBWS Citarum sebagai pihak yang berwenang dalam

pembangunan kolam retensi Andir dan tembok tanggul sub DAS Cisangkuy,

meminta Dinas PUTR Kabupaten Bandung melakukan pembangunan dan

rehabilitasi saluran drainase lokal yang berada di beberapa titik antara lain, RW

07, RW 08, dan RW 13. Pembangunan saluran drainase lokal ini dilakukan untuk

terhubung dengan kolam retensi Andir sehingga berjalannya sistem polder. Selain

itu, BBWS Citarum dan Dinas PUTR Kabupaten Bandung juga bersama-sama

membahas DED kolam retensi Andir dan pembangunan tembok tanggul sub DAS

Cisangkuy.
78

Kerja sama ini juga didasari dengan kepentingan yang sama kedua belah

pihak yakni menanggulangi banjir yang ada di Kelurahan Andir, Kabupaten

Bandung. Atribut BBWS Citarum dan Dinas PUTR Kabupaten Bandung

mempengaruhi terbentkunya ikatan antara BWS Citarum dan Dinas PUTR

Kabupaten Bandung dalam suatu jaringan, dimana keduanya memiliki atribut

yang menjadikan mereka sebagai key players. Ini menjadikan kedua institusi

tersebut tertarik satu sama lain dan memilih untuk mengintensifkan interaksi

mereka serta terdokumentasi dengan baik di jaringan sosial atau yang sering

disebut dengan homofili ( Friedkin , 1998 ; Ruef et al., 2004 ; Skvoretz et al.,

2004 dalam (Reed, et al., 2009, p. 1940)). Hubungan dinilai tinggi karena adanya

kerja sama, komunikasi, dan pemberian kepercayaan satu sama lain antara BWS

Citarum dan Dinas PUTR Kabupaten Bandung (Reed, et al., 2009, p. 1939).

Kerja sama antar key players, berpotensi mendatangkan konflik. Hal ini

berdasarkan wawancara bersama dengan Dinas PUTR Kabupaten Bandung,

dimana semua kerja sama BBWS Citarum dan Dinas PUTR Kabupaten Bandung

akan berbenturan apabila berbicara mengenai anggaran untuk biaya proyek. Selain

itu, terkadang masih biasnya atau belum adanya kejelasan pembangian wewenang

dalam pengelolaan sungai antara pusat dan daerah yakni antara BBWS Citarum

dengan Dinas PUTR Kabupaten Bandung. Hal ini dicantumkan juga oleh Dinas

PUTR Kabupaten Bandung dalam Renstra (Rencana Strategi) Dinas PUTR

Kabupaten Bandung Tahun 2016-2021.

Hubungan kerja sama juga diperlihatkan antara BWS Citarum dengan

B2C2. Dimana BBWS Citarum memberikan kepercayaan kepada B2C2 untuk


79

mengemban tugas menjadi koordinator di lapangan, sehingga BBWS Citarum

mengetahui bagaimana kondisi yang ada di Kelurahan Andir dan apa yang

menjadi kebutuhan dari masyarakat. Dengan adanya kepercayaan dari BBWS

Citarum intensitas komunikasi antara BBWS Citarum dengan B2C2 semakin

tinggi. Serta hubungan berangkat dari hubungan emosional antara BBWS Citarum

dengan B2C2.

Pada tahun 2010 banjir Andir, BBWS Citarum mendapatkan pembelaan

dari Abah Edi dari warga yang menyalahkan BBWS Citarum karena terjadinya

banjir. Berangkat dari hal tersebut hubungan antar keduanya menjadi hubungan

timbal balik, BBWS Citarum membutuhkan B2C2 untuk mepelancar peran dari

BBWS Citarum dan B2C2 membutuhkan BBWS Citarum untuk terbebas dari

banjir. Selain itu, B2C2 juga mendapatkan sokongan finansial dari BBWS

Citarum untuk kelangsungan kegiatan B2C2. Kedua hubungan ini menunjukkan

adanya ikatan yang kuat berdasarkan dari kombinasi beberapa karakteristik

hubungan antara lain adanya keintiman, intensitas waktu, emosional dan timbal

balik (Reed, et al., 2009, p. 1939). Ada beberapa keuntungan dari keterikatan yang

kuat dalam pengelolaan sumber daya alam dan isu lingkungan salah satunya

cenderung saling mempengaruhi dari stakeholder yang beragam dapat

meningkatkan pembelajaran pemahaman dari berbagai sumber.

Hubungan antara stakeholder key players dengan stakeholder subject

dalam pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir saling ketergantungan. Dalam kaitannya dengan pembangunan

infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir,


80

masyarakat Kelurahan Andir memiliki ketergantungan tinggi terhadap BBWS

Citarum. Masyarakat Kelurahan Andir merupakan pihak yang terdampak dari

adanya banjir sub DAS Cisangkuy. Banyak masyarakat yang menginginkan

terbebas dari banjir dan hidup normal. Namun, dalam mewujudkan hal tersebut

masyarakat tidak mempunyai pengaruh maupun sumber daya. BBWS Citarum

sebagai pihak yang berwenang mengelola sungai dan memiliki sumber daya untuk

menyelenggarakan program penanggulangan banjir.

Untuk mewujudkan suatu program penanggulangan banjir, masyarakat

Kelurahan Andir dan BBWS Citarum melakukan pertukaran. Dimana masyarakat

mengingikan suatu program yang hanya mampu dilakukan oleh BBWS Citarum

dan BBWS Citarum meminta pembebasan lahan pemukiman yang dimiliki oleh

masyarakat untuk area pembangunan program. Dalam melakukan pertukaran

masyarakat diwakili oleh B2C2 yang dibantu oleh Kelurahan Andir untuk urusan

administratif. Pertukaran tersebut dilakukan B2C2 melalui forum TKPSDA.

B2C2 memanfaatkan peran Abah Edi, ketua B2C2, sebagai anggota komisi

penanggulangan daya rusak air untuk memasukan proposal pemohonan yang

disusun oleh B2C2 dan surat usulan untuk mengusulkan diwilayah mana program

diselenggarakan yang dibuat oleh Kelurahan Andir. Di forum TKPSDA, Abah Edi

terlibat secara langsung dalam pengambilan keputusan mengenai rekomendasi

rancangan program yang akan dilakukan oleh BBWS Citarum.

Setelah proses penetapan program, dilanjutkan dengan sosialisasi yang

diselenggarakan oleh BBWS Citarum di Kelurahan Andir mengenai program apa

yang dilaksanakan dan pembebasan lahan. Dalam proses pembebasan lahan,


81

BBWS Citarum dibantu oleh B2C2 dan Kelurahan Andir. B2C2 bertugas

melakukan advokasi-advokasi mengenai program BBWS Citarum kepada

masyarakat sedangkan Kelurahan Andir bertugas untuk melakukan urusan

adminstratif pembebasan lahan.

Meskipun ketergantungan masyarakat Kelurahan Andir terhadap BBWS

Citarum tinggi, namun hubungan masyarakat Kelurahan Andir dengan BBWS

Citarum rendah. Dan tidak sedikit yang menilai usaha dari BBWS Citarum ini

gagal dan menginginkan pergantian untuk institusi yang menangani permasalahan

banjir ini. Hal ini dikarenakan komunikasi masyarakat Kelurahan Andir dengan

BBWS Citarum banyak diwakili oleh B2C2 sebagai LSM lingkungan dan

organisasi koordinasi BBWS Citarum di lapangan. Dari hasil penelitian

ditemukan bahwa terdapat hubungan yang tidak baik antara masyarakat Kelurahan

Andir dengan B2C2.

Diawali dengan tidak terbukanya B2C2 mengenai hasil diskusi yang

dilakukan oleh B2C2 dengan BBWS Citarum. Kurang adanya penyampaian

informasi mengenai hasil diskusi kepada masyarakat, membuat masyarakat

Kelurahan Andir tidak mengetahui kepentingan-kepentingan apa saja yang dibawa

oleh BBWS Citarum di Kelurahan Andir. Apalagi B2C2 merupakan pihak

pertama yang mengetahui apa program apa saja yang akan dilaksanakan oleh

BBWS Citarum.

Kedua, masyarakat Kelurahan Andir merasa B2C2 tidak mewadahi

aspirasi-aspirasi masyarakat. Dengan kata lain B2C2 hanya mewadahi

kepentingan-kepentingan segelintir pihak. Ketiga, B2C2 kurang merangkul


82

masyarakat yang memiliki pandangan yang berbeda. Disampaikan oleh ketua RW

07 Kelurahan Andir, dimana masyarakat di menolak adanya pembebasan lahan

untuk pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir.

Dimana masyarakat wilayah RW 07 menginginkan program

penanggulangan banjir tanpa adanya pembebasan lahan. Bagi masyarakat wilayah

RW 07, pembebasan lahan justru menambah kesulitan bagi mereka. Masyarakat

yang tidak memiliki pandangan yang sama mengenai penanggulangan banjir, oleh

B2C2, tidak diikutsertakan dalam diskusi. Ini membuat masyarakat wilayah RW

07 merasa termarjinalkan. Hal ini diakui oleh Abah Edi, dimana beliau

berpandangan bahwa masyarakat yang memiliki perbedaan pandangan memiliki

komunitasnya sendiri, tinggal bagaimana interaktifnya dan kedekatan mereka

dengan bidang birokrasi.

Terakhir, ketidakadanya keintiman antara masyarakat Kelurahan Andir

dengan B2C2. Meskipun adanya persamaan kepentingan mengenai permasalahan

banjir namun tidak membuat hubungan masyarakat Kelurahan Andir dengan

B2C2 tidak menumbuhkan rasa saling memiliki. B2C2 yang markasnya di RW 09

lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat di wilayah RW 09. Sehingga dalam

pengumpulan sebuah aspirasi maupun penyampaian informasi hanya sampai

kepada masyarakat di wilayah RW 09. Seperti dalam pengajuan proposal

pemohonan yang mengatasnamakan masyarakat Kelurahan Andir. Banyak

masyarakat Kelurahan Andir yang merasa keberatan karena tidak adanya

informasi maupun undangan kepada masyarakat mengenai pembuatan proposal


83

pemohonan tersebut. Dalam menanggapi kurang harmonisnya B2C2 dengan

masyarakat Kelurahan Andir, B2C2 merasa masyarakat Kelurahan Andir iri

dengan hasil usaha dari B2C2 serta kedekatan B2C2 dengan BBWS Citarum.

Kurang harmonisnya hubungan antara B2C2 dengan masyarakat

Kelurahan Andir dikarenakan tidak adanya pemberian kepercayaan masyarakat

Kelurahan Andir kepada B2C2 sebagai organisasi masyarakat. B2C2 merupakan

organisasi masyarakat yang dibentuk oleh BBWS Citarum yang mempunyai tugas

sebagai koordinator BBWS Citarum di lapangan dan BBWS Citarum juga

memilih B2C2 sebagai perwakilan masyarakat Kelurahan Andir di forum

TKPSDA tanpa adanya persetujuan dari masyarakat. Hal tersebut membuat

masyarakat Kelurahan Andir merasa B2C2 ini sebagai kaki tangan dari BBWS

Citarum karena B2C2 lebih condongnya berpihak kepada BBWS Citarum

dibandingkan masyarakat. Serta B2C2 yang bertindak secara sepihak terkait

pengambilan keputusan pembuatan proposal pemohonan kepada forum TKPSDA

tanpa adanya koordinasi dengan masyarakat Keluruhan Andir sebelumya.

Sehingga masyarakat Kelurahan Andir merasa B2C2 tidak mewakili

masyarakat Kelurahan Andir secara keseluruhan dan menilai kurang efektifnya

penampungan aspirasi maupun informasi dari BBWS Citarum hanya di satu pihak

saja yakni B2C2. Meskipun begitu masyarakat Kelurahan Andir memiliki kontrol

dan pengawasan terhadap B2C2. Tidak adanya kepercayaan masyarakat

Kelurahan Andir dengan B2C2 menimbulkan ikatan yang lemah untuk berdialog

bermakna mengenai isu-isu lingkungan di Kelurahan Andir ( Gran- ovetter , 1973;

Burt, 1992 , 2000, 2001 ; Newman dan Dale, 2005 dalam (Reed, et al., 2009, p.
84

1940)). Kurang harmonisnya hubungan antara B2C2 dengan masyarakat

Kelurahan Andir berpotensi menimbulkan konflik. Apalagi adanya kepentingan

tersembunyi yang diperjuangkan oleh B2C2 dengan memanfaatkan menjadi

anggota TKPSDA dan kedekatan dengan BBWS Citarum. Sehingga harus

dilakukannya evaluasi hubungan antara antara B2C2 dengan masyarakat

Kelurahan Andir.

Dapat dikatakan bahwa dalam relasi antar stakeholder terdapat relasi

kekuasaan yang sangat timpang yang menunjukkan watak kekuasaan dari

masing-masing stakeholder. Di mana beberapa stakeholder menunjukan watak

kekuasaan mendominasi yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan.

Stakeholder pertama yakni yang menjadi sentral di jaringan hubungan antar

stakeholder di Kelurahan Andir yakni BBWS Citarum. Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya, bahwa BBWS Citarum bertanggung jawab dan berwenang

mengenai program strategi nasional salah satunya penanggulangan banjir di

Kelurahan Andir Kabupaten Bandung. Sehingga BBWS Citarum mendominasi

dalam program penanggulangan banjir di Kelurahan Andir. Hal tersebut membuat

stakeholder lainnya tidak memiliki keberanian untuk menyatakan sikap maupun

bertindak apabila telah bersigungan dengan masalah pengelolaan penanggulangan

banjir. Mereka biasanya akan bertindak atas arahan dari BBWS Citarum.

BBWS Citarum juga mendominasi dan memberikan pemahaman terhadap

masyarakat Kelurahan Andir yakni bahwasanya yang dapat melakukan

penyelenggaraan program penanggulangan banjir. Ini dikarenakan kekuatan yang

dimiliki oleh BBWS Citarum yakni dalam bentuk legitimasi wewenang, materil,
85

dan intelektual mengenai ide-ide program penanggulangan banjir. Doktrin ini juga

diperluas dengan advokasi-advokasi yang dilakukan oleh B2C2 sebagai perantara

antara masyarakat dengan BBWS Citarum.

Doktrin tersebut membuat pemahaman bahwa tidak ada yang bisa

melakukan hal tersebut selain BBWS Citarum. Sehingga ketergantungan

masyarakat akan BBWS Citarum tinggi dan terikat. Di mana masyarakat

mengingikan sesuatu yang hanya dikuasai oleh BBWS Citarum. Padahal menurut

salah satu ketua RW di Kelurahan, terdapat lembaga non pemerintah yang

memiliki potensi dan perhatiannya untuk diselenggarakannya sebuah program

penanggulangan banjir lainnya di Kelurahan Andir. Namun, informasi tersebut

tidak diketahui oleh masyarakat lainnya di Kelurahan Andir. Dengan hal tersebut

BBWS Citarum dapat mempertahankan kekuasaannya dalam mengelola wilayah

Sungai Citarum.

Stakholder lainnya yang menunjukkan watak kekuasaan dominasinya

adalah B2C2. B2C2 merupakan LSM yang bertindak sebagai perantara antara

BBWS Citarum dengan masyarakat. B2C2 mendominasi masyarakat biasa dan

LSM lainnya di Kelurahan Andir. Hal ini dikarenakan adanya kepentingan yang

ingin B2C2 dicapai khususnya keinginan sang ketua yakni diakui jasanya oleh

masyarakat dan pendanaan untuk keberlangsungan lembaga oleh BBWS Citarum.

Sehingga, dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan masalah banjir.

Dominasi B2C2 ada karena adanya kedekatannya B2C2 dengan BBWS

Citarum dan berhasilnya B2C2 masuk dalam forum TKPSDA untuk dapat

berperan dalam pengambilan keputusan. B2C2 menanamkan sebuah pemahaman


86

kepada masyarakat Kelurahan Andir bawha semua program penanggulangan

banjir merupakan usaha dari B2C2. B2C2 juga mengungkapkan belum adanya

LSM seperti B2C2 yang interaktif dan memiliki kedekatan bidang birokrasi.

Komunikasi yang dilakukan antara B2C2 dengan BBWS Citarum tidak

diinfomasikan kembali kepada masyarakat. Ini membuat B2C2 lebih mengerti

dibandingkan masyarakat dan LSM lainnya. Meskipun beberapa ketua RW dan

ketua lurah tidak menyukai kinerja dari B2C2, namun dominasi B2C2 tetap

berlanjut.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa terdapat sebelas stakeholder yang terlibat dalam

pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir dari mulai pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta,

dan masyarakat yang terdiri dari dua stakholder kunci, dua stakeholder primer,

dan sembilan stakeholder sekunder. Tiga belas stakeholder tersebut diklasifikasi

berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingan dalam pembangunan infrastruktur

penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir antara lain:

1.) Key Players: BBWS Citarum dan Dinas PUTR Kabupaten Bandung

yang memiliki tingkat pengaruh dan kepetingan tinggi..

2.) Conttex Setter: Bappeda Kabupaten Bandung, Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Bandung, TKPSDA, dan Satgas Sektor 7 Citarum

Harum.

3.) Subject: Satgas Sub Sektor 7 Kelurahan Andir, Kelurahan Andir,

B2C2 dan masyarakat.

4.) Crowd: FSPA, PT. Adhi Karya dan PT. Sumber Artha Reksa Mulia.

Stakeholder yang berpengaruh dan berkepentingan dalam dalam program

pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir adalah BBWS Citarum. Dimana BBWS Citarum memiliki

kekuasaan tertinggi untuk mempengaruhi pihak lain untuk melakasanakan


88

kehendaknya. Yang mana ini merupakan usaha BBWS Citarum untuk

mewujudkan kepentingan dengan kuasa yang dimiliki. BBWS Citarum

merupakan pihak yang bertanggungjawab atas pengelolaan sungai di wilayah

DAS Citarum sehingga memiliki kepentingan tinggi untuk menciptakan sungai

yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Hubungan antara para stakeholder yang terlibat dalam program

pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di

Kelurahan Andir menunjukkan adanya interaksi kerja sama, pertukaran,

ketergantungan, dan potensi konflik antarnya hubungan kerja sama BBWS

Citarum dan Dinas PUTR Kabupaten Bandung dan BBWS Citarum dengan

B2C2. Hubungan kerjasama ini dilakukan sebagai suatu usaha mewujudkan

kepentingan masing-masing stakeholder. Kemudian, hubungan dengan

ketergantungan dan pertukaran dapat dilihat dari hubungan antara BBWS Citarum

dengan masyarakat Kelurahan Andir. Meskipun adanya ketergantungan tinggi,

komunikasi BBWS Citarum dengan masyarakat Kelurahan Andir hal ini

dikarenakan komunikasi masyarakat selalu diwakili oleh B2C2.

Ditemukan pula ikatan lemah antara B2C2 dengan masyarakat Kelurahan

Andir dikarenakan tidak adanya kepercayaan masyarakat Kelurahan Andir kepada

B2C2 yang menyebabkan tidak adanya intensitas komunikasi. Hubungan ini

berpotensi konflik apalagi adanya kepentingan tersembunyi dari B2C2. Jika ikatan

lemah ini tidak dapat teratasi hubungan sangat mudah untuk putus. Hal ini sangat

dihindari mengingat B2C2 dan masyarakat Kelurahan Andir yang hidup

berdampingan. Potensi konflik juga ditemukan di hubungan kerja sama antara


89

BBWS Citarum dengan Dinas PUTR Kabupaten Bandung apabila kerja sama

berbenturan dengan ketidaksepakatan mengenai anggaran serta masih tidak

adanya kejelasan mengenai wewenang kedua intitusi tersebut dalam pengelolaan

sungai.

Selain itu, jaringan hubungan stakeholder dalam program pembangunan

infrastruktur penanggulangan banjir sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir

menunjukkan sentralisasi yang terpusat di BBWS Citarum sebagai pihak yang

bertanggungjawab dan kurang meratanya pola interaksi jaringan hubungan

stakeholder dalam program pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir

sub DAS Cisangkuy di Kelurahan Andir. Jaringan terpusat menimbulkan kerugian

untuk program jangka panjang dan pemecahan masalah. Meskipun begitu para

stakeholder telah baik menjalankan perannya dan koordinasi sudah berlangsung

dengan baik.

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah peneliti

susun, peneliti telah merumuskan beberapa hal yang dapat menjadi saran dan

rekomendasi yang dapat berguna untuk berbagai pihak. Berikut ini adalah saran

yang telah peneliti rangkum antara lain:

1) Saran Praktis

Dalam hal ini diperlukannya evaluasi hubungan antara B2C2 dengan

masyarakat guna adanya penyelarasan kepentingan antara B2C2 dengan

masyarakat. Sehingga menumbuhkan ikatan yang kuat antara B2C2 dengan

masyarakat, dengan cara intensitas kominikasi, keintiman, dan pemberian


90

kepercayaan masyarakat kepada B2C2. Serta meningkatkan komunikasi antara

BBWS Citarum dengan masyarakat Kelurahan Andi dengan mengikutsertakan

masyarakat dalam diskusi saat kunjungan BBWS Citarum ke Kelurahan Andir.

2) Saran Akademis

Analisis stakeholder merupakan metode yang relatif berhubungan dengan ilmu

politik dimana terdapat fitur-fitur analisis stakeholder yang dibutuhkan dalam

penelitian ilmu politik namun jarang digunakan. Dimana terdapat fitur

inventarisasi stakeholder yang memiliki peran dalam proses kebijakan maupun

proyek, tingkat pengaruh dan minat serta dukungan untuk hasil tertentu, kapasitas

dan kemauan akan memobilisasi sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu,

serta pemetaan aktor hubungan stakeholder. Peneliti berharap kedepannya lebih

banyak penelitian politik menggunakan analisis stakeholder dengan subjek dan

objek penelitian yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Syahputra, O. H., Nugroho, B., Kartodihardjo, H., & Santoso, N. (2018). Jejaring
kekuasaan aktor dalam pengelolaanhutanmangroveberbasis
masyarakatdi Provinsi Aceh. Journal of Natural Resources and
Environmental Management, 9(2).
Putri, D. F. (2018). Analisa Stakeholders Dalam Implementasi Kebijakan
Penanggulangan Kemiskinan di Kota Madiun . Diambil kembali dari
repository.unair.ac.id:
http://repository.unair.ac.id/74877/3/JURNAL_Fis.P.36%2018%20Put
%20s.pdf
Bryson, J. M. (2003). What To Do When Stakeholders Matter: A Guide to
Stakeholder Identification and Analysis Techniques . Minneapolis:
Institute of Public Affairs University of Minnesota .
Purnama, R., & Sulastri. (2014). Analisis Model Kekuatan Stakeholder Dalam
Desain Dan Implementasi Kebijakan. Jurnal llmu Manajemen & Bisnis,
5(2).
Zubayr, M., Darusman, D., Nugroho, B., & Nurrohmat, D. R. (2014). Peranan Para
Pihak Dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan Hutan Untuk
Pertambangan . Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 11(3).
Suriadikusumah, A., & Herdiansyah, G. (2014). DAMPAK BEBERAPA
PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP EROSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI
SUB DAS CISANGKUY. Agrin, 18(1), 1-20.
Resubun, M. L., Wahjunie, E. D., & Tarigan, S. D. (2018). Analisis Potensi
Ketersediaan dan Kebutuhan Air di DAS Cisangkuy. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan, 20(2), 58-62.
Soesanto, I. H. (2017). ANALISIS KARAKTERISTIK BANJIR SUNGAI CISANGKUY
KABUPATEN BANDUNG. Dipetik November 2020, dari repository.upi.edu:
http://repository.upi.edu/28503/4/S_TS_1106595_Chapter1.pdf
Citarum, S. P. (2019). Citarum Harum Juara. Dipetik Juli 2021, dari
jabarprov.go.id: https://citarumharum.jabarprov.go.id/satgas/
Zuraya, N. (2020). Jendalikan Banjir di Bandung PUPR Bangun Floodway
Cisangkuy. Dipetik Januari 2021, dari republika.co.id:
https://republika.co.id/berita/q41phe383/kendalikan-banjir-di-bandung-
pupr-bangun-emfloodwayem-cisangkuy
Burn, E. (2018). RECOGNISING POLITICAL INTEREST. Dipetik Desember 2020, dari
Political Studies Assoiation:
https://www.psa.ac.uk/psa/news/recognising-political-interest
Rahatiningtyas, N. S. (2019). Banjir di Andir . Diambil kembali dari
DOI:10.13140/RG.2.2.13929.44644
92

Gleick, P., & Iceland, C. (2018). Water, Security, and Conflict. Dipetik November
2020, dari www.wri.org: https://www.wri.org/research/water-security-
and-conflict
Junengsih, J., Putri, E. I., & Ismail, A. (2017). Analisis Stakeholders dalam
Pengelolaan DAS Citarum dan Limbah Industri. Risalah Kebijakan
Pertanian dan Lingkungan, 4(2), 112-124.
Ifah, I., Suryadi, S., & Hermawan, H. (2012). Jejaring Kebijakan Dalam
Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Terpadu.
Wacana, Jurnal Sosial dan Humaniora, 15(4), 49-56.
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. (2021). Pelaksanaan Kegiatan Padat Karya
Pembangunan Kolam Retensi Andir dan Polder-polder di Kabupaten
Bandung. Dipetik Juli 2021, dari sda.pu.go.id:
https://sda.pu.go.id/balai/bbwscitarum/2021/03/09/pelaksanaan-
pembangunan-kolam-retensi-andir-dan-polder-polder-di-kabupaten-
bandung/
Pasandaran, E., Sutrisno, N., & Suherman. (2010). POLITIK PENGELOLAAN DAS.
Membalik Kecenderungan Degradasi Sumber Daya Lahan Dan Air, hal.
243-260.
Esa, R. F. (2016). Pertarungan Kepentingan Politik Dalam Perumusan RPJM
Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2011-2015. Jurnal Politik Muda,
5(2), 256-267.
Royandi, E., & Keiya, R. (2019). KONTESTASI AKTOR DALAM PENGELOLAAN
SUMBER DAYA PESISIR DI WILAYAH PEMBANGUNAN REKLAMASI TELUK
JAKARTA. Temali: Jurnal Pembangunan Sosial, 2(1), 77-98.
Lastiantoro, C. Y., & Cahyono, S. A. (2016). ANALISIS PERAN PARA PIHAK DALAM
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO HULU. Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan, 13(1), 1-17.
Triyanti, R., & Susilowati, I. (2019). ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM
PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR BERKELANJUTAN DI KABUPATEN
GUNUNGKIDUL. J. Kebijakan Sosek KP, 9(1), 23-35.
Reed, M. S., Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H., Hubacek, K., Morris, J., . . .
Stringer, L. C. (2009). Who’s in and why? A typology of stakeholder
analysis methods for natural resource management. Journal of
Environmental Management, 90, 1933-1949.
Yeny, I., Agustarini, R., & Heryati, Y. (2018). ANALISIS PARA PIHAK DALAM KERJA
SAMA PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI KABUPATEN
PASAMAN BARAT. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 15(2), 143-164.
Andriyanto, F., & Purnaweni, H. (2017). Analisisi Pemangku Kepentingan dalam
Formulasi Kebijakan Kota Layak Anak di Semarang. Journal Of Public
Policy And Management Review, 6(2), 745-758.
Salsabila, T. A., & Santoso, R. S. (2018). Analisis Stakeholders (Aktor Kebijakan)
dalam Pengembangan Obyek Wisata Candi Gedongsongo Di Kabupaten
Semarang. Journal Of Public Policy And Management Review, 7(2), 1-15.
93

Hidayat, N. C., Setijaningrum, E., & Asmorowati, S. (2020). Analisis Pemangku


Kepentingan Pengelolaan Sumber Daya Hutan di Kabupaten Jember
(Studi Kasus di Desa Tugusari Kabupaten Jember). Nakhoda: Jurnal Ilmu
Pemerintahan, 19(2), 188-201.
Mulyaningrum, Kartodihardjo, H., Jaya, I. N., & Nugroho, B. (2013). Stakeholders
Analysis of Policy-Making Process: The Case of Timber Legality Policy on
Private Forest. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 19(2), 156-162.
Zainal, R. I. (2020). Analisis Stakeholder di Wilayah Operasional Perusahaan
Pertambangan Migas. Journal Management, Business, and Accounting,
19(3), 283-292.
DHV; Deltares; MLD. (2010). B1 REPORT Citarum Stakeholders Analysis.
Nurfatriani, F., Darusman, D., Nurrochmat, D. R., & Yustika, A. E. (2015). Analisis
Pemangku Kepentingan dalam Transportasi Kebijakan Hijau Fiskal. Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan, 12(2), 105-124.
Handayani, F., & Warsono, H. (2017). ANALISIS PERAN STAKEHOLDERS DALAM
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI KARANG JAHE DI KABUPATEN
REMBANG. Journal of Public Policy and Management Review, 40-53.
Muliawan, I., Fahrudin, A., Fauzi, A., & Boer, M. (2014). ANALISIS STAKEHOLDERS
PADA PERIKANAN TANGKAP KERAPU, PRELIMINARY STUDY MENUJU
IMPLEMENTASI ECOSYSTEM APPROACH FOR FISHERIES MANAGEMENT DI
KEPULAUAN SPERMONDE KOTA MAKASSAR. Jurnal Ekonomi Kelautan
dan Perikanan, 9(4), 233-246.
Benna, S., Abratta, R., & O’Leary, B. (2016). Defining and identifying stakeholders:
Views from management and stakeholders. South African Journal of
Business Management, 47(2), 1-11.
Brugha, R. F., & Varvasovszky, Z. (2000). Stakeholder Analysis: Review . HEALTH
POLICY AND PLANNING, 15(3), 239-246.
Republika. (2020). Masalah Banjir di Kabupaten Bandung Sistemik. Diambil
kembali dari republika.co.id:
https://republika.co.id/berita/qiyo97380/masalah-banjir-di-kabupaten-
bandung-sistemik
Hasan, A. (2017). POWER STAKEHOLDER DALAM BISNIS. Jurnal Media Wisata,
15(2), 512-539.
Budiardjo, M. (2015). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN
95

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Foto Bersama Bapak Hadi selaku Gambar 2. Foto Bersama Bapak Asep
Ketua RW 09 Kelurahan Andir Gumawan selaku Ketua RW 13 Kelurahan
Andir

Gambar 4. Foto Bersama Bapak R. Yayat


Gambar 3. Foto Bersama Bapak Ifin Arifin
Yuliana, S.E., M.M. selaku PPK
selaku Ketua RW 07 Kelurahan Andir
Ketatalaksanaan di Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) Citarum
96

Gambar 5. Foto Bersama Bapak Iyan Gambar 6. Foto Bersama Bapak Jefson
Sopyan selaku Ketua RW 08 Kelurahan Marisano selaku Komandan Sektor 7
Andir Satgas Citarum Harum

Gambar 7. Foto Bersama B2C2 selaku Gambar 8. Foto Bersama Bapak Dodi
LSM Lingkungan di Kelurahan Andir Daodi selaku Kepala Sub Sektor 7 Satgas
Citarum Harum
97

Gambar 9. Foto Bersama Bapak Saef, Gambar 10. Muhammad Ridwan, ST., MT
S.Sos. selaku Ketua Lurah Kelurahan selaku Kepala Bidang DrainaseDinas
Andir Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Kabupaten Bandung

Gambar 11. Linda Marliana, ST., MT Gambar 12. Opi Sugilar, ST


selaku Kepala Seksi Pemantauan Kualitas selaku Kepala Sub Bidang Fisik dan
Lingkungan Perekonomian
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bappeda Kabupaten Bandung
Bandung
98

Lampiran 2. Surat Penelitian


99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116

Anda mungkin juga menyukai