Anda di halaman 1dari 15

Konsep Desain

Bab

4
KONSEP DESAIN

4.1 Konsep Desain


Pada Diskusi Pendahuluan yang telah dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9
Agustus 2004 di BAPPEDA Kabupaten Sintang yang telah dihadiri oleh pihak-pihak
terkait, telah diambil kesimpulan bahwa sumber Air Baku (S. Ketungau dan S.
Bayan) yang terpilih adalah S. Bayan dan akan dipergunakan sebagai sumber Air
Baku untuk Kota Senaning. Pemilihan S. Bayan sebagai alternatif terpilih
tentunya dengan memperhitungkan berbagai hal yang telah dijelaskan dalam
Laporan Pendahuluan dan disampaikan dalam Diskusi Pendahuluan serta telah
disepakati dalam Diskusi Pendahuluan.

4.1.1 Kelengkapan Sistem Penyediaan Air


Keberadaan suatu sistem penyediaan air yang mampu memasok air dalam jumlah
yang cukup merupakan dukungan penting bagi suatu kawasan yang akan
dikembangkan. Sejumlah unsur yang membentuk suatu sistem penyediaan air
sebagaimana disajikan pada Gambar 4.1 secara umum meliputi (1) sumber-
sumber penyediaan, (2) sarana-sarana penampungan, (3) sarana-sarana
penyaluran (ke pengolahan), (4) sarana-sarana pengolahan, (5) sarana-sarana
penyaluran (dari pengolahan) dan tampungan sementara, serta (6) sarana-
sarana distribusi. Dalam pengembangan sistem penyediaan air bagi masyarakat,
jumlah dan mutu air merupakan hal yang paling penting.

4-1
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

Sumber penyediaan
air

Penampungan

Penyaluran

Pengolahan

Penyaluran dan
Penampungan

Distribusi

Gambar 4.1 Kaitan komponen fungsional sistem penyediaan air.


Hubungan antara kedua faktor ini kepada masing-masing komponen fungsional
terlihat dalam Tabel 4.1. Seperti ditunjukkan oleh tabel tersebut, tidak setiap
komponen fungsional akan ada dalam tiap sistem penyediaan air. Sebagai
contoh, pada sistem-sistem di mana air tanah merupakan sumber penyediaan air
(umumnya di rumah tangga), maka sarana-sarana penampungan dan penyaluran
biasanya tidak diperlukan. Pada beberapa kondisi lain, sarana pengolahan
mungkin sangat diperlukan.
Tabel 4.1 Komponen fungsional sistem penyediaan air.

Komponen Masalah utama dalam


fungsional perencanaan sarana Uraian
(utama/sekunder)

Sumber penyediaan Jumlah/mutu Sumber-sumber air permukaan bagi


penyediaan, misalnya sungai, danau dan
waduk atau sumber air tanah.

Penampungan Jumtah/mutu Sarana-sarana yang dipergunakan untuk


menampung air permukaan biasanya terletak
pada atau dekat sumber penyediaannya.

Penyaluran Jurnlah/rnutu Sarana-sarana untuk menyalurkan air dari


tampungan ke sarana-sarana pengolahan

Pengolahan Jumlah/mutu Sarana-sarana yang dipergunakan untuk


memperbaiki atau merubah mutu air.

Penyaluran dan Jumlah/mutu Sarana-sarana untuk menyalurkan


penampungan penampungan air yang sudah diolah ke
sarana-sarana penampungan sementara ke
beberapa titik distribusi

Distribusi Jumlah/mutu Sarana-sarana yang dipergunakan untuk


membagi air ke masing-masing pemakai yang
terkait di dalam sistem.

4-2
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

4.1.2 Batasan Perencanaan


Keberadaan sumber air dan lingkup kerja “Penyusunan Detail Desain Penyediaan
Air Baku di Kota Senaning, Kecamatan ketungau Hulu, Kabupaten Sintang”
menjadi penentu bagi perencanaan yang dilakukan. Tidak seluruh komponen
sistem penyediaan air di atas masuk kedalam sistem yang dibuat. Lingkup
perencanaaan pekerjaan ini terbatas pada distribusi air baku hingga ke titik
pelayanan utama, tidak sampai ke tiap rumah yang ada. Distribusi air sampai ke
tiap rumah dan upaya pengolahan air baku menjadi air bersih atau air minum
tersebut akan menjadi bagian tugas PDAM dikemudian hari. Instalasi
pengolahannya pun akan direncanakan tersendiri menyusul terbangunnya fisik
penyediaan air baku ini.
Dalam lingkup tersebut maka sistem yang direncanakan adalah untuk mengambil
air dari sumbernya, membawanya ke reservoir di Kota Senaning, yang kemudian
akan dimanfaatkan baik secara langsung ataupun melalui proses pengolahan
sederhana. Dengan melihat kondisi permasalahan tersebut maka komponen
fungsional yang dibutuhkan mencakup:
1. Sumber penyediaan
2. Penyaluran
3. Penampungan
Dipihak lain dalam perencanaan penyediaan air baku ini diharapkan pula saran
pengolahan air secara sederhana sehingga air baku yang dialirkan segera dapat
dipergunakan oleh masyarakat.

4.1.3 Kriteria Perencanaan


Beberapa kriteria perencanaan yang digunakan dalam penyusunan detail desain
sistem penyediaan air baku ini ditentukan berdasarkan kondisi kualitas air,
perkembangan kebutuhan dan kondisi fisik lainnya. Kriteria-kriteri yang
digunakan dalam perencanaan:
1. Untuk pengambilan air sedapat mungkin dirancang dengan teknik dan
perlengkapan yang sederhana.
2. Pipa penyaluran, keran-keran, bangunan dan segala kelengkapannya harus
dipilih dari bahan yang tahan asam dan tahan karat. Untuk saluran dipilih
bahan pipa dari PVC dengan segala perlengkapannya, sedangkan untuk
konstruksi dipilih dari bahan kayu dan beton (atau ferosemen) serta bahan
fiberglass untuk reservoir air.
3. Pipa penyalur air baku ditempatkan pada posisi yang aman. Sedapat mungkin
pipa harus dihindarkan dari kerusakan karena ketidak sengajaan akibat
kegiatan perladangan masyarakat maupun pembakaran hutan dan
dihindarkan juga dari penyadapan sepanjang perjalanan ke reservoir utama
sehingga cara yang paling aman adalah dengan menimbunnya di dalam
tanah.

4.2 Konsep Desain Air Baku Senaning


Komponen dasar sistem adalah pengambilan air, penyaluran dan penampungan.
Masing-masing komponen mungkin memiliki beberapa alternatif atau
kemungkinan, konsepnya secara umum adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan air

4-3
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

Air dari sumbernya diambil baik secara bebas maupun dengan menggunakan
alat bantu dengan memanfaatkan suatu bangunan pengambilan air ataupun
bangunan kontrol untuk menjamin ketersediaan air dan kelancaran
pengalirannya. Air pada bangunan pengambilan dibersihkan dari kotoran-
kotorang terapung dan juga endapan kasar dengan cara penyaringan dan
pengendapan.
Pengambilan air pada hakekatnya sudah mengarah pada pengambilan air
secara bebas di hulu Sungai.
b. Penyaluran/distribusi air
Sedapat mungkin penyaluran air dilakukan secara gravitasi dengan
memanfaatkan beda elevasi dari topografi lahan, khusus untuk daerah yang
lebih tinggi digunakan alat bantu untuk menaikkan muka air. Air dari sumber
disalurkan menuju Reservoir tempat penyimpanan utama.
c. Reservoir/Penampungan air
Dimensi reservoir yang dipergunakan, disesuaikan dengan kebutuhan air
penduduk. Untuk memudahkan penyaluran air dipilih lokasi reservoir pada
areal dengan elevasi tertinggi dari daerah layanannya Selain itu penempatan
reservoir harus memperhatikan rencana pengembangan Kota Senaning
sehingga tidak akan mengganggu atau menghalangi pengembangan kota
selanjutnya.

4.2.1 Rencana Pengembangan


Rencana pengembangan penyediaan air baku di Kota Senaning disesuaikan
dengan rencana tata ruang dan rencana wilayah Kota Senaning. Dalam konsep
pengembangannya digambarkan bahwa Kota Senaning akan mengalami
pemekaran ke arah Senaning Hilir yaitu daerah Kampung Baru dan Senaning
Hulu.
Pembuatan rencana pengembangan jaringan air baku disesuaikan dengan
kebutuhan air yang ada. Dengan pertumbuhan masyarakat yang disampaikan
pada bagian analisis (Bab 3) maka dapat diperkirakan jumlah kebutuhan air
setiap tahunnya. Jaringan yang dibuat, direncanakan untuk masa layanan selama
15 tahun ke depan.

Kebutuhan Air
Pengembangan tidak terlepas dari jumlah jiwa yang dilayani. Untuk saat ini
terdapat sekitar 3000 jiwa yang terdaftar dibawah 330 KK, masing-masing:
daerah Senaning hulu (RT 01 dan 02) 128 KK, daerah Senaning kota dan
Kampung Baru (RT 03) 87 KK, dan daerah Senaning hilir (RT 04): 115 KK.
Pengembangan berdasarkan kebutuhan air dibagi dalam 3 tahapan, masing-
masing tahap dengan perioda 5 tahun. Dengan perkiraan pengembangan kota
dan proporsi penduduk sesuai dengan luasan kotanya serta asumsi bahwa
karakteristik komposisi penduduk tidak berubah, maka besarnya beban
kebutuhan di tiap tahap disajikan sesuai Tabel 4.2 berikut.

4-4
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

Tabel 4.2 Perkiraan Sebaran Penduduk dalam 3 Tahap Pengembangan


Jumlah Jiwa Sampai dengan Tahun
2010 2015 2020
Komposisi Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK
Daerah Hunian 3,42 36 3,73 39 4,06 43
Penduduk 1 6 1 9 9 6
Senaning hulu 1,32 14 1,44 15 1,57 16
(RT 01 dan 02) 38.79% 7 2 7 5 8 9
Senaning kota 90 9 10 1,07 11
(RT 03) 26.36% 2 7 984 5 3 5
Senaning hilir & 1,19 12 1,30 13 1,41 15
Kpg Baru (RT 04) 34.85% 2 8 0 9 8 2
3,42 36 3,73 39 4,06 43
Total 100.00% 1 6 1 9 9 6
Dari beban layanan tersebut, diperoleh perhitungan kebutuhan air total sebesar
5.33 lt/det untuk tahun 2010, 5.81 lt/det untuk tahun 2015, dan 6.34 lt/det
untuk tahun 2020.

Reservoir/penampungan air
Dimensi reservoir yang dipergunakan, disesuaikan dengan kebutuhan air
penduduk yang akan datang. Untuk memudahkan penyaluran air dipilih lokasi
reservoir pada areal dengan elevasi tertinggi dari daerah layanannya Selain itu
penempatan reservoir harus memperhatikan rencana pengembangan Kota
Senaning sehingga tidak akan mengganggu atau menghalangi pengembangan
kota selanjutnya.
Penempatan reservoir bisa diletakan di daerah di luar Kota Senaning yang
mempunyai elevasi yang cukup tinggi. Penempatan reservoir diluar Kota
Senaning akan menyulitkan masyarakat dalam pencapaian dan pemanfaatannya
karena letaknya yang bisa jadi cukup jauh dari daerah layanan.
Penempatan reservoir yang lebih memungkinkan adalah di pusat Kota Senaning
di BM-02 karena selain letaknya yang cukup tinggi juga lokasinya berada di pusat
daerah layanan Kota Senaning sehingga akan memudahkan masyarakat dalam
pemanfaatannya secara langsung.

4.2.2 Alternatif Pengembangan


Sumber air dari hulu Sungai Bayan yang titik pengambilannya berjarak 7 km
(jarak langsung) dari Kota Senaning. Letak pengambilan dekat BM.1 (elevasi
+150.68m) untuk mensuplai Kota Senaning dengan elevasi sekitar +100m.
Dengan beda elevasi demikian air dapat mengalir secara gravitasi sampai ke Kota
Senaning dan memiliki beda potensial yang cukup untuk mencapai reservoir yang
direncanakan. Pengambilan air dari dekat sumbernya ini diharapkan dapat
menghasilkan air baku yang relatif lebih bersih dan belum banyak terkontaminasi,
namun dipihak lain jarak yang jauh mengakibatkan konstruksi fisik pengambilan
air dan penyalurannya menjadi mahal.

4-5
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

S. Bayan Reservoir di
+ 150.68 BM-02 Kota
Senaning
+100,51

Gambar 4.2 Pengambilan air dari S. Bayan


Reservoir yang direncanakan terletak di pusat kota, yaitu dekat dengan BM.2
yang memiliki elevasi +100.51m. Lokasi ini cukup tinggi dan strategis di pusat
kota, yang menjadi sentral kebutuhan sehingga jarak distribusi ke seluruh
penjuru kota akan lebih seimbang.

4.2.3 Layout dan Skema Jaringan


Berdasarkan konsep pengembangan jaringan yang diuraikan di atas, maka
disusun suatu layout berbasis peta topografi lokasi rencana. Untuk jalur pipa dari
sumber air hulu Sungai Bayan hingga ke reservoir di Kota Senaning yang
direncanakan, secara khusus disajikan pada Gambar 4.3 dan untuk lebih jelasnya
disajikan pada Lampiran Topografi.

S. Bayan
El: +150.68 R : Reservoir
N: 436 KK
: Pusat Kota Senaning
S.Hu : Senaning Hulu
L= 9050m
K.B : Kampung Baru
S.Hu
El: +100.33 S.Hi : Senaning Hilir
N: 169 KK

El: +100.57 L= 350m


N: 115 KK R
L= 570m L= 45m L= 310m L= 670m

K.B S.Hi S.Hi


El: +101.27 El: +96.37 El: +97.74
N: 61 KK N: 46 KK N: 45 KK

Gambar 4.3 Sekema jaringan pipa sampai ke Reservoir (R)

4.3 Pipa Transmisi

4.3.1 Perhitungan Hidrolis Pipa

Sesuai dengan keperluan perencanaan sistem penyediaan air bersih maka pada
langkah-langkah perencanaan secara detail diperlukan pedoman-pedoman dasar
dari masing-masing bagian sistem yang akan dihitung, yaitu :
 Untuk air baku, perhitungan dasarnya meliputi kuantitas sumber air itu
sendiri yang harus dapat memenuhi kebutuhan air hari maksimum (Qm)
4-6
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

dengan kualitasnya lebih dulu diperiksa di laboratorium untuk


mengetahui apakah perlu pengolahan atau tidak.
 Untuk jaringan pipa transmisi perlu diketahui apakan penyaluran dengan
gravitasi atau menggunakan sistem pompa. Dalam perhitungan diameter
pipa transmisi ini diperhitungkan berdasarkan kebutuhan jam puncak
(Qp).
 Untuk bangunan pengolahan atau instalasi pengolahan air diperlukan
perhitungan kebutuhan dari unit-unit bangunan yang ada seperti
bangunan, rumah genset, bangunan rumah pompa/rumah kimia dan
bangunan pengolahan (treatment plan).

4.3.2 Tinjauan Terhadap Sumber Air Baku


Tinjauan terhadap sumber-sumber air baku dimaksudkan untuk mengetahui
potensi, kapasitas dan kualitas dari sumber air baku yang bersangkutan. Untuk
tujuan penyediaan air bersih kapasitas minimum perlu diketahui, dimana secara
umum akan terjadi pada musim kemarau menjelang dan saat awal hujan.
Beradasarkan hasil survei yang telah dilakukan dilapangan terhadap debit S.
Bayan pada saat musim kemarau dari pengukuran kecepatan arus dengan
menggunakan current meter yang dipergunakan untuk mengetahui debit
lapangan dilakukan di rencana lokasi bendung pada tiga kedalaman yaitu 0.2 d,
0.6d dan 0.8d. Dari hasil pengukuran didapat kecepatan arus pada kedalam 0.2 d,
adalah 0.037 m/s, pada kedalam 0.6d adalah 0.042 m/s dan kedalaman 0.8 d
adalah 0.048 m/s. sehingga kecepatan rata-ratanya adalah 0,04225 m/s. Luas
penampang sungai di lokasi rencana bendung adalah 55.5 m2, sehingga debit
sesaat lapangan yang didapatkan adalah 2.345 m 3/s

4.3.3 Pipa Transmisi Air Baku


Untuk menentukan sistem pengaliran pada jalur pipa transmisi tersebut dibuat
perhitungan yang mengacu pada hasil pengukuran topografi. Metode perhitungan
yang dipakai dalam sistem pengaliran cabang adalah dengan menggunakan
rumus persamaan Hazzen – William sebagai berikut:

dimana :
Hf = kehilangan tekanan (m)
L = panjang pipa (m)
Q = debit aliran (m3/det)
C = koefisien kekasaran pipa
D = dimeter pipa (m)

Ketentuan-ketentuan yang dipergunakan adalah :


 Sistem pengaliran air dari Sumber Air Baku S. Bayan ke Kota Senaning
dengan menggunakan sistem garvitasi.
 Debit aliran dalam pipa transmisi air baku diperhitungkan terhadap debit
maksimum yang diperlukan untuk kebutuhan Kota Senaning 15 tahun
mendatang dengan koefisien 1,1x debit maksimum.

4-7
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

 Kecepatan aliran dalam pipa yang diijinkan adalah 0,3 m/s sampai 3,0
m/s.
 Nilai koefisien kekasaran pipa adalah sebesar 150.
Air Baku yang akan diambil sebagai Sumber Air Baku untuk Kota Senaning adalah
dari S. Bayan dengan dasar perencanaan :
 Debit yang direncanakan adalah sebesar kebutuhan masyarakat Kota
Senaning untuk 15 tahun kedepan dikali dengan koefisien keamanan 1,1.
Jadi kebutuhan debit yang akan direncanakan adalah 6.974 l/s.
 Pipa yang kan dipakai adalah pipa PVC dengan koefisien kekasaran 140-
150.
 Elevasi dan panjang berdasarkan hasil pengukuran.
 Hasil perhitungan hidrolis berdasarkan data-data diatas baik dengan
menggunakan persamaan Hazzen-William ataupun dengan menggunkan
sofrware ”Flow Master” didapatkan hasil diameter pipa yang tidak jauh
berbeda yaitu sekitar 4”. Jadi diameter Pipa PVC yang diperlukan untuk
Pipa Transmisi yaitu 4”.

4.3.4 Pemasangan Pipa


Pipa transmisi dari bangunann intake akan di kubur ± 50 cm dibawah tanah agar
aman karena kondisi lingkungan yang akan dilaluinya cukup beresiko karena
melewati hutan dan ladang penduduk, selain itu agar posisi pipa lebih stabil
terhadap pergerakan tanah maka pipa transmisi tersebut diletakan pada
hamparan pasir setebal ± 10 cm. Sedangkan untuk pipa yang melewati sungai
akan digunakan jembatan penyangga pipa.
Pada sekeliling pipa harus di timbun dengan tanah yang tidak mengandung
benda-benda keras, seperti batu dan lain sebagainnya. Penimbunan ini jangan
dilakukan sekaligus, tetapi harus dilakukan secara berangsur-angsur sampai
mencapai kepadatan ± 50 cm. Selain itu sepanjang ± 20 cm dari setiap
sambungan pipa jangan ditimbun dahulu sampai percobaan mengalirkan air
kedalam pipa selesai.

Gambar 4.4 Pemasangan pipa

4-8
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

Jika tekanan dari dalam bertambah kearah as pipa, maka menyebabkan


bertambahnya daya dorong (terhadap aliran) di dalam pipa.
Pada umumnya apabila pipa ditanam didalam tanah, pergerakan-pergerakan atau
tekanan-tekanan yang ada dapat dihindarkan oleh kekuatan-kekuatan karena
geseran-gesaeran dari tanah/pasir dengan pipa-pippa itu sendiri. Akan tetapi
apabila Tee dan Bend dipakai, pipa-pipa mudah terlepas sehingga perlu
dilindungi. Perlindungan yang bisa dilakukan terhadap sambungan pipa baik
tee/bend bisa dilakukan dengan memakai beton cor untuk mencegah daya thrust
yang disebabkan oleh tekanan air.
Pada umumnya besar daya atau kekuatan thrust force dapat dihitung dengan
memakai rumus seperti berikut :
Tee = PA
Bend =2PA sin Ǿ/2
Dimana : W= Daya kearah luar berfungsi pada bagian bengkok karena tekanan
air.
P= Tekanan air dalam pipa (kg/cm2)
A= Luas cross-cut (cm2)
Ǿ= Derajat sudut bengkok

Tabel 4.3 Luas perlindungan pada tekanan Air 10 kg/cm2


Ukuran Nominal (inch) 3 4 6 8
W (ton) 0.62 1.02 2.14 3.66
Tee P1= 1Ton/m2 0.62 1.02 2.14 3.66
Cap F P1= 5Ton/m2 0.124 0.204 0.428 0.732
(m2) P1= 10Ton/m2 0.062 0.102 0.214 0.366
P1= 25Ton/m2 0.025 0.041 0.086 0.146
W (ton) 0.88 1.44 2.14 5.17
P1= 1Ton/m2 0.88 1.44 2.14 5.17
Belokan
F P1= 5Ton/m2 0.176 0.288 0.428 1.034
90 º
(m2) P1= 10Ton/m2 0.088 0.144 0.214 0.517
P1= 25Ton/m2 0.035 0.058 0.086 0.207
W (ton) 0.48 0.78 2.14 2.8
P1= 1Ton/m2 0.48 0.78 2.14 2.8
Belokan
F P1= 5Ton/m2 0.096 0.156 0.428 0.56
45 º
(m2) P1= 10Ton/m2 0.048 0.078 0.214 0.28
P1= 25Ton/m2 0.019 0.031 0.086 0.11
W (ton) 0.24 0.4 2.14 1.43
P1= 1Ton/m2 0.24 0.4 2.14 1.43
Belokan
F P1= 5Ton/m2 0.048 0.08 0.428 0.286
22 1/2 º
(m2) P1= 10Ton/m2 0.024 0.04 0.214 0.143
P1= 25Ton/m2 0.01 0.016 0.086 0.057

Tabel 4.3 Luas perlindungan pada tekanan Air 10 kg/cm2 (lanjutan)


4-9
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

Ukuran Nominal (inch) 3 4 6 8


W (ton) 0.12 0.2 2.14 0.72
P1= 1Ton/m2 0.12 0.2 2.14 0.72
Belokan
F P1= 5Ton/m2 0.024 0.04 0.428 0.144
11 1/4 º
(m2) P1= 10Ton/m2 0.012 0.02 0.214 0.072
P1= 25Ton/m2 0.005 0.008 0.086 0.029
W (ton) 0.06 0.1 2.14 0.36
P1= 1Ton/m2 0.06 0.1 2.14 0.36
Belokan
F P1= 5Ton/m2 0.012 0.02 0.428 0.072
5 5/8 º
(m2) P1= 10Ton/m2 0.006 0.01 0.214 0.036
P1= 25Ton/m2 0.002 0.004 0.086 0.0143
Dengan memperhitungakn tekanan air dalam pipa sebesar 10 kg/cm 2 dan P1
rata-rata (soil bearing value) di lokasi senaning sekitar 1.03 ton/ 2 sehingga dari
tabel diatas diambil 1.03 ton/2 agar aman maka didapatkan nilai luasan coran
beton (F) untuk pipa dengan dimeter 4 inch didapatkan :
 Untuk sambungan tee F= 1.02 m2
 Untuk sambungan Belokan 90 º F= 1.44 m2
 Untuk sambungan Belokan 45 º F= 0.78 m2
 Untuk sambungan Belokan 22 1/2 º F= 0.4 m2
 Untuk sambungan Belokan 11 1/4 º F= 0.2 m2
 Untuk sambungan Belokan 5 5/8 º F= 0.1 m2

Gambar 4.5 Luas coran beton (F) pada sambungan pipa

4-10
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

4.4 Perencanaan Bangunan Pengambilan Air Baku

4.4.1 Pengambilan dan pengendalian debit


Tinggi ambang yang ada di lapangan ada pada elevasi +149.99m, dan dalam
kondisi kering, muka air yang dapat diharapkan berada sekitar 30 cm di bawah
ambang atau pada elevasi sekitar +149.70 dan disebuat sebagai muka air
rencana. Sementara untuk masa penghujan air akan melimpas di atas ambang
dengan perkiraan tinggi sekitar 20 – 30 cm atau mencapai elevasi +150.30m.
Dengan pertimbangan tunggang ketersediaan air sebesar 1 meter, maka ujung
pipa pengambilan berada pada elvasi +148.70 meter, dasar bak pengambilan
diset berada di bawah ujung pipa, yaitu dengan pada elvasi + 148.20 meter dan
puncak atap bangunan pada elevasi +150.30meter. Panjang Pipa pengambilan
sepanjang 15 meter.
Pengaturan debit dengan Pelimpah Segitiga:

x z
h
 d
z

Gambar 4.6 Pengaturan debit dengan pelimpah segitiga

Pandang pias setebal dz, edalam z dari muka air.


V = 2gz+
dQ = Cd 2gz .dz . X
dimana:
Q = debit
h = tinggi peluapan
Cd = koefisien kontraksi ~ 0.62 (Francis)
b = panjang ambang

h–z
X= b
h
h h -z
Q =  Cd b . 2gz .dz
0 h
h
= Cd .2g . b  (h . z ½
-z 3/2
) dz
0
h
4-11
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

h
3/2 5/2
= Cd b 2g [ 2 h z – 2 z ]
0
h 3 5

Q= 4 Cd . b . h .2gh
25

Debit maksimum yang perlu dialirkan adalah 6.3 liter dan debit tiap saat
diharapkan disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu dengan mengatur bukaan
Gate Valve Pemasukan. Besarnya debit yang dialirkan dibaca dengan
melihat tingi air pada mistar pada pelimpah. Dengan pelimpah Ambang
Thomson:  = 90 o dan variasi beberapa lebar ambang diperoleh variasi
pengaturan tinggi muka air dan debit yang dialirkan sebagai berikut.
Q= (4/25) . 0,62 . b . h . (2 . 9,81 . h)

Sehingga dengan beberapa varian lebar ambang diperoleh:

Lebar (b) ambang (cm) Debit - Q


h (cm) (Lt/dt) Debit Limpasan (Lt/dt)
20 30 40 50 30.00
1 0.09 0.13 0.18 0.22 Ambang 20cm
2 0.25 0.37 0.50 0.62 Ambang 30cm
3 0.46 0.68 0.91 1.14 Ambang 40cm
4 0.70 1.05 1.41 1.76 25.00 Ambang 50cm
5 0.98 1.47 1.97 2.46
6 1.29 1.94 2.58 3.23
7 1.63 2.44 3.26 4.07
8 1.99 2.98 3.98 4.97 20.00
9 2.37 3.56 4.75 5.93
10 2.78 4.17 5.56 6.95
11 3.21 4.81 6.41 8.02
12 3.65 5.48 7.31 9.13 15.00

13 4.12 6.18 8.24 10.30


14 4.60 6.91 9.21 11.51
15 5.11 7.66 10.21 12.76
10.00
16 5.62 8.44 11.25 14.06
17 6.16 9.24 12.32 15.40
18 6.71 10.07 13.42 16.78
19 7.28 10.92 14.56 18.20 5.00
20 7.86 11.79 15.72 19.65
21 8.46 12.69 16.91 21.14
22 9.07 13.60 18.14 22.67
23 9.69 14.54 19.39 24.23 0.00
24 10.33 15.50 20.67 25.83 0 5 10 15 20 25 30
25 10.99 16.48 21.97 27.46 Tingi air- h (cm)

Gambar 4.7 Varian lebar ambang

4-12
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

Dalam desain digunakan ambang dengan lebar 30 cm dengan pertimbangan


sensitifitas perubahan debit yang dialirkan tidak terlalu besar terhadap perubahan
tinggi air.

4.4.2 Penyaringan kotoran/bar screen


Untuk membersihkan air yang masuk dari kotoran-kotoran yang besar dan
mengapung, digunakan saringan kasar di awal aliran dari bangunan pengambilan
dan pengatur air.

4.4.3 Pengendapan sedimen/Penyaringan


a. Pengendapan langsung
Bila digunakan pengendapan secara fisis dengan mengandalkan kecepatan
pengendapan partikel secara gravitasi maka dibutuhkan suatu bak pengendapan
dengan ukuran tertentu. Dimensi L (panjang) dan B(lebar) bak pengendapan
dapat diturunkan dari Gambar 4.8. Partikel yang masuk ke dalam bak, dengan
ekcepatan endap partikel w dan kecepatan air v harus mencapai dasar pada C. ini
berakibat bahwa partikel selama waktu (H/w) yang diperlukan untuk mencapai
dasar, akan berjalan (berpindah secara horisontal sepanjang jarak L dalam waktu
L/y.

A v

w h
C

L B

Gambar 4.8. Ilustrasi pengendapan secara gravitasi

Jadi:
H/w = L/v, dengan v = Q /(HB)
Dimana:
H = kedalaman aliran saluran, m
w kecepatan endap partikel sedimen, m/dt
L = panjang bak pengendapan
V = kecepatan aliran air, m/dt
Q = debit aliran, m3/dt
B = lebar bak, m
Diperoleh : LB = Q/w
Dengan memanfaatkan hubungan diameter butiran endapan dan kecepatan
endapnya dalam grafik Shield, maka diketahui untuk jenis butiran dari tanah
lanau lempungan dengan diameter 0.02mm, diperoleh kecepatan endap sekitar
0.5 mm/det.
Dengan debit maksimum hingga 6,34 lt/det, diperoleh:
4-13
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

LB = (6,3 x 10-3) /(0.5 x 10-3)


= 12 m2
Dengan lebar bangunan (B) 2,0 m, maka diperoleh panjang bak (L) = 6,0 meter

b. Penyaringan
Bila digunakan penyaringan dengan penyaringan pasir lambat, maka dapat
digunakan penyaringan dengan susunan isian berupa pasir, ijuk dan kerikil
dengan kecepatan penyaringan sebesar 1-3 m/jam.
Ukuran bak yang dibutuhkan Q = v x (BL), maka:
L = Q / (v x B), maka dengan lebar bangunan 2m,
L = (6,3 x10-3 ) / ( 3/3600 x 2) = 3,8 meter

4.4.4 Pipa peluapan (spillway)


Berfungsi untuk membuang kelebihan air akibat ketidakseimbangan antara aliran
masuk dan keluar dan akibat gangguann pada pipa transmisi ataupun perubahan
debit aliran. Peluap dibuat dari pipa galvanis dengan ukuran dia 4”.

4.4.5 Manhole
Manhole merupakan lubang-lubang yang dibuat di atap bangunan yang
memungkinkan orang untuk masuk guna pengawasan dan pemeliharaan
bangunan pengambilan. Manhole dibuat sebanyak 3 buah, masing-masing di
setiap boks.

4.4.6 Sistem Pengurasan/Penggelontoran


Sistem pengurasan dipergunakan untuk membersihkan sisa endapan yang ada
pada dasar bak pengendapan. Dengan membuka keran pada pipa pengurasan
maka air dan kotoran dari bak pengendapan akan dapat digelontor keluar melalui
alur khusus dan pipa pembuangan menuju saluran drainase.

4.4.7 Ventilator
Ventilator terbuat dari pipa galvanis yang dipasang diatap bangunan untuk
memberikan akses udara ke dalam bangunan air namun terhindar dari limpasan
air hujan dan kotoran. Pipa ventilator berukuran diameter 2” dipasang di atas bak
pengendapan.

4.4.8 Saluran drainase


Saluran drainase keliling dibentuk sedemikian rupa untuk menghindarkan
bangunan pengambilan dan pengatur air dari limpasan air hujan dari tanah
sekitar bangunan. Ruas saluran pembuangan dari saluran drainase dipergunakan
juga untuk muara peluapan dan juga untuk saluran penguras bak pengendapan.

4.5 Perencanaan Bangunan Reservoir


Pola penggunaan air secara umum digambarkan oleh grafik intensitas
penggunaan air. Besarnya penggunaan digambarkan oleh suatu presentase
terhadap suatu nilai harian rata-rata yang dihitung untuk setiap jam.

4-14
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang
Konsep Desain

170

160

150

140

130

120

110

100

90

80 % Penggunaan air
Kapasitas Olah
70
0 3 6 9 12 15 18 21 24

Gambar 4.9 Grafik intensitas penggunaan air

Besarnya kebutuhan air adalah 6.3 lt/dt.


Total kebutuhan air setiap hari 544,320 lt/hari.
Kebutuhan air rata-rata 18,724 lt/jam
Reservoir digunakan untuk mengimbangi kebutuhan air yang terjadi pada
puncak-puncak kebutuhan. Dengan adanya beban puncak, cadangan dalam
reservoir akan dilepas untuk mengisi sisa kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
oleh kapasitas aliran dari bagian pengolahan air yang direncanakan. Bila
diasumsikan kapasitas pengolahan dapat memenuhi dasar kebutuhan rata-rata,
maka kapasitas reservoir akan ditentukan sisa kebutuhan yang harus dipenuhi:
= 6.3 - 5.2 = 1.1 lt/dt
Untuk masa pengaliran selama 12 jam untuk tiap fase, dibutuhkan kapasitas
tampungan:
=12 jam x 1.1 lt.det x 3600 det
=47,520 lt =48 m3

4-15
Laporan Interim
Penyusunan Detail Desain Penyediaan Air Baku Kota Senaning Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang

Anda mungkin juga menyukai