Anda di halaman 1dari 10

MITIGASI BENCANA DALAM KEARIFAN LOKAL HUTAN ADAT DESA GUGUK

KABUPATEN MERANGIN

Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Auliya


Frischa Aulia, Abdul Muis
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi
Jln. Adityarman, The Hok Jambi Selatan, Jambi
fajarrahmaazzahra02@gmail.com

ABSTRAK [Times New Roman 11]-Abstrak memberikan uraian singkat tentang penelitian
mulai dari tujuan, metode dan hasil dan simpulan. Abstrak ditulis dengan Times New Roman
11, format satu kolom, rata kiri-kanan dan tidak lebih dari 250 kata (1 paragraf).
Penelitian ini mengenai mitigasi bencana dalam kearifan lokal Hutan adat Desa Guguk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai mitigasi bencana pada pengeloaan Hutan adat
oleh masyarakat Desa Guguk secara turun-temurun. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara mendalam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa : (1) Adanya program pohon asuh dan jarak penebangan
pohon 50 meter dari bantaran sungai di wilayah Hutan Adat, tidak terjadi longsor pada wilyah
Hutan Desa Guguk (2) diwilayah Hutan Adat terdapat sungai yang berdekatan dengan
pemukiman penduduk, tidak terjadi banjir. (3) pembukaan lahan dibagian hutan sesap tanpa
adanya kebakaran (4) Sanksi adat berupa denda jika terjadi pelanggaran hukum adat
menghindarkan dari konflik sosial pada masyarakat Desa guguk maupun dari luar desa guguk.
Mitigasi bencana dalam kearifan lokal yang terdapat pada pengelolaan Hutan adat Desa
Guguk didasari oleh Piagam Lantak Sepadan (kesepakatan bersama) yang menjadi pegangan
dalam bertindak dan berpikir. Piagam Lantak Sepadan merupakan dasar dari pengetahuan
tradisional yang arif dan bijaksana, termasuk juga dalam mencegah bencana.
Kata kunci : kata kunci ditulis dengan huruf kecil kecuali singkatan, maksimum 5 kata kunci
dipisahkan dengan tanda koma, Times New Roman 12

A. Pendahuluan (Times New Roman 12)


Merangin merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jambi.
Kabupaten Merangin berada di sekitar bukit Barisan dan puncak tertinggi Gunung
Kerinci. Kondisi ini menyebabkan Merangin menjadi salah satu kabupaten yang rawan
akan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, kebakaran hutan, banjir dan
longsor. Oleh sebab itu diperlukannya upaya untuk mengurangi risiko terjadinya bencana,
atau yang biasa disebut dengan mitigasi bencana.
Mitigasi bencana bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah, namun masyarakat
hendaknya juga memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pengurangan risiko
bencana. Seperti yang terdapat pada masyarakat adat di Desa Guguk. Di Desa Guguk,
masyarakat punya cara tersendiri dalam upaya untuk mengurangi risiko bencana, yaitu
melalui pengelolaan Hutan Adat.

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 1


Hutan Adat di Desa Guguk merupakan hutan konservasi yang dikelola oleh kelompok
komunitas yang diresmikan dalam bentuk keputusan bersama sejak tahun 2003. Peraturan
dan larangan-larangan diberlakukan dalam pengelolaan Hutan Adat di Desa Guguk
sebagai hutan konservasi. Ada bebera tipe fauna yang dilindungi di area ini seperti
harimau, tapir, rusa, dan kambing hutan. Sedangkan flora yang yang dilindungi termasuk
spesies langka seperti Shorea macroptera, Shorea parvifolia, Shorea acuminata, Hopea
sangal dan Shorea balanoides, Dalam pengelolaan Hutan Adat di Desa Guguk , terdapat
nilai-nilai kearifan lokal. (Geopark Merangin, 2022).
Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, bernilai
baik ,tertanam dan diikuti oleh masyarakat (Juhadi, 2022 : 26). Nilai kearifan lokal yang
terdapat dalam pengelolaan Hutan Adatdi Desa Guguk seperti aturan kriteria pohon yang
boleh ditebang serta sanksi yang diberikan kepada pelaku pelanggar aturan yang telah
ditetapkan.
Kearifan lokal penting untuk diwariskan pada generasi muda. Kearifan lokal hanya
akan abadi jika diimplemantasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari sehingga mampu
merespon dan menghadapi perubahan zaman. Kearifan lokal yang terdapat dalam
pengelolaan Hutan Adat di Desa Guguk penting untuk dipertahankan agar masyarakat di
Desa Guguk tidak terpengaruh oleh perubahan pola pikir yang mengancam eksistensi
Hutan Adat di Desa Guguk seperti pola pikir pragmatis yang berupaya untuk
memanfaatkan hutan sebagai lahan ekonomi secara berlebihan. Dengan bertahannya
kearifan lokal yang terdapat dalam pengelolaan Hutan Adat di Desa Guguk, diharapkan
mampu mengatasi bencana alam yang berpotensi mengancam masyarakat Desa Guguk
seperti banjir dan polusi udara. Oleh sebab itulah penulis tertarik untuk meneliti tentang
kearifan lokal yang terdapat dalam pengelolaan Hutan Adat di Desa Guguk Kabupaten
Merangin.
Berdasarkan latar belakang dia atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana kearifan lokal yang terdapat dalam pengelolaan Hutan Adat di Desa Guguk
sebagai mitigasi Bencana ?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kearifan lokal yang terdapat dalam
pengelolaan Hutan Adat di Desa Guguk
Manfaat Penelitian

Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pengetahuan dan referensi
bagi peneliti yang ingin melakukan kajian yang berhubungan dengan Mitigasi Bencana,
Kearifan Lokal dan Hutan Adat.

Secara Praktis

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 2


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber belajar dalam materi- materi mata
pelajaran terkait dan diharapkan mampu dijadikan referensi untuk pelaksanaan pembelajaran
kontekstual learning.

Pendahuluan berisi latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian, yang dipaparkan
secara tersirat.
Untuk penelitian bidang Matematika Iapa, Teknologi dan rekayasa jika menggunakan
Rumus matematika/persamaan matematika diketik menggunakan Microsoft Equation atau
aplikasi lain. Penomoran persamaan mengikuti aturan rata kanan dan tidak perlu diberi spasi
antara teks dan persamaan, seperti contoh berikut:
I x =I 0 e−μx (1)
I x = Intensitas cahaya yang melewati bahan
I 0 = intensitas cahaya sebelum melewati bahan
μ = Koefisien serapan bahan
x = Ketebalan bahan
jangan lupa untuk mendefinisikan simbol-simbol yang ada dalam persamaan.

Gambar dan Tabel (Times New Roman 11)


Gambar dimasukkan dalam teks diberi nomor sesuai urutan penyajian (Gambar 1, Gambar 2,
dst.). Judul Gambar diletakkan di bawah Gambar dengan posisi tengah (center justified)
seperti contoh berikut:

Gambar 1. Logo Kreasi (Times New Roman 11)

Tabel diberi nomor sesuai urutan penyajian (Tabel 1, Tabel 2, dst.). Judul tabel ditulis di
bagian atas tabel dengan posisi rata tengah (center justified) seperti contoh berikut.
Tabel 1. Komposisi Kimia Portland Cement (Times New Roman 11)
Notasi Notasi Massa
Nama kimia
kimia ringkas %

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 3


Calcium oxide CaO C 58-66
Silicon dioxide SiO2 S 18 – 26
Aluminium
Al2O3 A 4 – 12
oxide
Magnesium
MgO M 1–3
oxide
Sulphur
SO3 S 0,5 – 5
trioxide

B. Kajian Teori dan Tinjauan Pustaka

Mitigasi Bencana

Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan
memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah kegiatan yang dilakukan sebelum bencana
terjadi. Contoh kegiatan mitigasi seperti pembuatan bangunan tahan gempa, penghijauan
hutan serta memberikan penyuluhan guna meningkatkan pemahaman masyarakat yang tinggal
di wilayah rawan bencana (Juhadi

: 2022 :11-12).

Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak
utama dari manajemen bencana, dengan tujuan utama auntuk mengurani atau meniadakan
korban dan kerugian yang mungkin timbul dari bencana yang terjadi pada suatu wilayah (Wekke,
2021: 11).

Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat di suatu tempat atau daerah yang dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan
diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola prilaku manusia terhadap
manusia maupun antara manusia dengan alam( Jupri, 2019 : 9-10). Setiap masyarakat dalam
konteks kearifan lokal pada dasarnya memiliki proses untuk menjadi berpengetahuan. Hal
itu berhubungan dengan adanya keinginan untuk mempertahankan kehidupan agar
masyarakat memikirkan cara untuk menciptakan sesuatu yang diperlukan dalam mengolah
sumber daya alam demi menjamin keberlangsungan dan ketersediaan sumber daya alam
tanpa mengganngu keseimbangan alam (Juhadi : 2022 :26-27).
Menurut Ernawati (2010) dalam Edi Muhamad, Tipologi kearifan lokal dibagi menjadi dua
yaitu berdasarkann jenis dan bentuk. Berdasarkan jenis, kearifan lokal meliputi tata kelola,
sistem nilai, tata cara dan kawasan khusus. Sedangkan berdasarkan bentuk, kearifan lokal
terbagi atas dua, yaitu kearifan lokal yang berwujud nyata (tangible) seperti cagar budaya,
bangunan dan tekstual, sedangkan kearifan lokal yang tidak berwujud (intangible) contohnya
seperti nyanyian dan ajaran-ajaran tradisional (Jayadi : 2020 : 27-28).
Kearifan lokal dapat disimpulkan sebagai sebuah nilai yang terdapat dalam suatu lingkungan
tertentu dan diyakini oleh masyarakatnya sebagai suatu hal yang patut untuk dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari guna terciptana keselarsan hubungan antara manusia dan
manusia, maupun antara manusia dengan alam. Jika dikaitkan dengan pengelolaan hutan,
maka kearifan lokal dapat dimaknai sebagai pedoman bersikap dan berperilaku suatu

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 4


masyarakat adat dalam mengelola hutannya secara lestari, yang diwariskan secara turun
temurun.

Hutan Adat

Hutan merupakan sebuah wilyah luas yang dipenuhi dengan berbagai jenis floran dan fauna,
tidak hanya sebagai paru-paru dunia karena hutan merupakan penghasil oksigen (O2) untuk
makhluk hidup, hutan juga berfungsi untuk menjadi sumber utama penghasilan masyarakat
disekitar hutan. Pemanfaatan hutan melalui pengelolaan perhutanan sosial di dalam kawasan
hutan negara atau hutan adat dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat dan dinamika sosial budaya serta mempertahankan keseimbangan
lingkungan (Hermawan et al, 2021 : 1). Pengelolaan hutan adat berbasis kearifan lokal dapat
dijadikan salah satu model pengelolaan hutan karena memiliki beberapa kelebihan seperti
terpeliharanya ekosistem secara berkelanjutan, menjamin pembagian sumberdaya hutan
secara berkeadilan dan mencegah terjadinya konflik antara masyarakat adat dengan
multipihak (Jayadi, 2020 : 158)

Dapat disimpulkan bahwa hutan adat merupakan hutan yang berada dalam kawasan
masyarakat adat dan hutan tersebut dikelola oleh masyarakat adat sesuai dengan tradisi atau
kebiasaan masyarakat adat tersebut. Pengelolaan hutan adat ini dapat berupa perlindungan
flora dan fauna, aturan beserta larangan yang berlaku hingga hukuman bagi para perusak
ekosistem hutan adat. Hal ini bertujuan untuk terciptanya keselarasan antara hutan, ekosistem
dan masyarakat adat yang tinggal di kawasan hutan tersebut.

Tinjauan Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Sukur dengan judul “Kinerja Kelopok Pengelola Hutan Adat
Desa Guguk dalam pengelolahan hutan adat bukit Tapanggang Kecematan Renah Pembarap
Kabupaten Merangin Pertama” meyimpulkan bahwa Kinerja Kelompok Pengelola Hutan
Adat Guguk sudah diatur dan tersusun dalam bentuk pengakuan hukum oleh Pemerintah
Daerah melalui keputusan Bupati Merangin No. 287 Tahun 2003 dalam pemanfaatan Hutan
Adat Guguk di desa Guguk sudah dirasakan oleh masyarakat desa yang bias menggantungkan
hidupnya. Dengan kinerja dan kearifan local satu bentuk nilai, sikap, persepsi, perilaku dan
respon suatu masyarakat lokal yang berinteraksi pada suatu system kehidupan dengan alam
dan lingkungan. Adapula beberapa kendala dalam mengelola Hutan adat Guguk di desa
Guguk yaitu pada saat pendirian Hutan Adat Guguk ada sejumlah pemikiran yang negativ
muncul dari berbagai masyarakat dan pada saat pengelolaan hutan Adat Guguk banyak
masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan yang telah ditetapkan.Dari penelitian ini
dapat diketahui bahwa Hutan Adat Desa Guguk sangat terancam akan bahaya penebangan liar
oleh masyarakat khusunya masyarakat pendatang yang mengambil hasil hutan dan membuka
kebun karena alasan-alasan ekonomi yang mendesak. Apabila kondisinya tetap seperti itu,

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 5


eksistensi hutan akan terganggu sehingga menyebabkan kepunahan flora dan fauna serta
tergangunya ekosistem.

Hasil penelitian Intan Hajiza Islami dengan judul penellitian “Efektevitas Tata Kelola Hutan
Adat Guguk Kecamatan Reanah Pembarap Kabupaten Merangin” dengan bertujuan untuk
menganalisis tingkat efektivitas tata kelola Hutan Adat Guguk Kecamatan Renah Pembarap
Kabupaten Merangin. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat
efektivitas tata kelola Hutan Adat Guguk sebesar 75,59% atau memiliki tingkat dengan
kategori efektif. Dapat diketahui bahwa pengelohan hutan adat guguk berjalan dengan baik
dan dipantau langsung oleh pemerintah setempat.

Penelitian yang dilakukan oleh Devrian Ali Putra dengan judul “ Hutan Adat dalam Perspektif
Islam: Studi Kasus Hutan Adat Guguk Provinsi Jambi”dengan kesimpulan bahwa Hutan adat
sesuai dengan perpaduan konsep hukum Islam dan hukum adat mengenai lingkungan dan
dapat menjadi contoh tradisi religius dalam mengatasi krisis lingkungan. Hutan adat dapat
bertahan dari kerusakan lingkungan karena dijaga dan dilindungi oleh hukum adat yang
berasaskan hukum Islam serta didukung nilai agama, sosial budaya, politik, pendidikan dan
ekonomi.

Pada bagian kajian teori dan tinjauan pustaka peneliti menyampaikan secara lugas teori yang
digunakan serta rujukan-rujukan dari publikasi dan penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan.

C. Metode Penelitian (Times New Roman 12)


Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
(Melong, 2019 : 6). Penelitian kualitatif menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau kuantifikasi lainnya (Tohirin, 2013 : 2).
Penelitian kualitatif dilakukan untuk mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat
dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif (Djam’an dan Komariah, 2017 : 23). Tahap-tahap
dalam melakukan penelitian kualitatif yaitu memilih topik kajian, instrumentasi, pelaksanaa
penelitian, pengolahan data dan hasil penelitian.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian berhubungan dengan apa atau siapa yang diteliti.
(Djam’an dan Komariah, 2017 : 45). Rancangan penelitian kualitatif bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti memasuki objek penelitian oleh sebab itu dalam penelitian
kualitatif peneliti menjadi instrumen kunci. (Sugiyono, 2020 :102). Menurut Lofland sumber

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 6


data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya merupakan
sumber data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Melong , 2019 : 157). Dalam
penelitian ini, subjek penelitiannya adalah masyarakat di Desa Guguk Kecamatan Sungai
Manau , Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

Teknik dan Alat Pengumpul Data

Dalam peneltian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari
berbagai sumber dan berbagai cara. Data dapat dikumpulkan menggunakan sumber primer
ataupun sumber skunder. Metode pengumpulan data sangat erat kaitannya dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberikan arah dan mempengaruhi metode
pengumpulan data (Djam’an dan Komariah, 2017 : 103). Secara umum terdapat empat macam
teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi
dan gabungan/triangulasi (Sugiyono, 2020 :105). Dalam penelitian ini , peneliti menggunakan
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi

Rencana Analisis Data

Analisis atau penafsiran data merupakan prosese mencari dan menyusun atur secara sistematis
catatan temuan penelitian untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fokus yang dikaji
(Tohirin, 2013 : 141). Dalam penelitian ini, data yang terkumpul selama peneliti melakukan
penelitian akan diklarifikasi, dianalisis dan diinterpretasikan secara mendetail dan cermat
untuk memperoleh kesimpulan yang lebih objektif. Analisis data akan dilakukan secara
mendalam sebagai upaya untuk menata data secara sistematis, kemudian hasil penelitian akan
disajikan dalam bentuk penulisan deskritif.

Bagian metode penelitian harus cukup terperinci agar dapat memberikan penjelasaan
mengenai penelitian yang telah dilakukan. Metode penelitian menjelaskan mengenai metode
penelitian yang digunakan, pemilihan responden.informan, pengambilan data, dan analisa
data. Bila diperlukan peneliti dapat menyertakan skema penelitian dan alur penelitian.

D. Hasil Dan Pembahasan (Times New Roman 12)


Mitigasi bencana dalam kearifan lokal hutan adat Desa Guguk. Kearifan lokal yang
terdapat dalam pengelolaan Hutan adat di Desa Guguk mempunyai nilai-nilai mitigasi
bencana. Kearifan lokal merupakan sebuah nilai yang terdapat dalam suatu lingkungan
tertentu dan diyakini oleh masyarakatnya sebagai suatu hal untuk dipraktekkan dalam
kehidupan, masyarakat desa Guguk secara tidak langsung mengimplementasikan mitigasi
bencana dalam kearifan lokal yang sampai sekarang mereka jaga. Mitigasi bencana
merupakan usaha sebelum, saat, dan terjadinya bencana, mitigasi bertujuan untuk mengurangi
dan mencegah bencana.
Keraifan lokal hutan adat desa guguk yaitu adanya aturan adat apabila ada yang
memotong pohon sembarangan atau tanpa izin (dalam ukuran yang ditentukan) akan
diberikan sanksi, sanksinya yaitu dengan membayar dengan berupa 1 ekor kerbau dewasa,

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 7


100 gantang beras (250 kg), kelapa 100 butir, asam manis (bumbu dapur), dan juga pohon
yang telah ditebang tidak boleh diambil.
Cikal bakal adanya kearifan lokal ini dikarenakan adanya piagam rantak sepadan yang
dipegang teguh oleh seluruh masyarakat desa. Isi piagam rantak sepan yaitu ...,. dari piagam
rantak sepadan ini lah turunnya kesepakatan bersama yang telah

Bagian ini menyajikan hasil penelitian yang diikuti dengan diskusi dan pembahasan Hasil
penelitian dapat dilengkapi dengan tabel, grafik (gambar), dan/atau bagan.

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 8


E. Simpulan dan Saran (Times New Roman 12)
Kesimpulan berisi rangkuman singkat atas hasil penelitian dan pembahasan serta ditulis dalam
bentuk paragraf. Saran berisi rekomendasi penelitian lebih lanjut yang dapat dilakukan
dengan memperhatikan hasil dan keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.

Terima Kasih (jika diperlukan saja) (Times New Roman 12)


Ucapan terima kasih ditujukan pada instansi pemberi dana serta nama orang-orang yang
membantu penelitian anda (jika diperlukan).

Daftar Pustaka (Times New Roman 12)


Daftar pustaka menggunakan urutan berdasarkan alphabetical order ( huruf alfabet) .
Tuliskan semua nama penulis, diikuti dengan (tahun), judul, nama sumber dan nomor nomor
halaman.
Berikut contoh penulisan daftar pustaka.
Ahmed, S. and Zlate. A. 2013. Capital flows to emerging market economies: A brave new
world?. Diakses dari http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf.
Ancok, D. Validitas dan reliabilitas instrument penelitian. dalam: Singarimbun, M dan Efendi
(Eds). 1999. metode penelitian survey. Jakarta: LP3ES.
Braun, V. and Clarke, V. (2006) Using thematic Analysis in Psychology. Qualitative
Research in Psychology, 3 (2), pp. 77-101.
Bybee, R. W. (1997). Achieving scientific literacy: From purposes to practices. Portsmouth,
NH: Heinemann.
Bybee, R. W. and Ben-Zvi, N. (1998). “Science curriculum: transforming goals to practice”.
In International handbook of science education, Edited by: Fraser, B. J. and Tobin, K.
G. 487– 498. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
DeBoer, G. E. (2000). Scientific literacy: Another look at its historical and contemporary
meanings and its relationship to science education reform. Journal of Research in Science
Teaching, 37(6), 582-601.
Dobbins, M., & Martens, K. (2012). Towards an education approach à la finlandaise? French
education policy after PISA. Journal of Education Policy, 27(1), 23-43.
Ericsson, K. A., & Smith, J. (Eds.). (1991). Toward a general theory of expertise: Prospects
and limits. New York, NY: Cambridge University Press.
Grek, S. (2009). Governing by numbers: the PISA ‘effect’ in Europe. Journal of Education
Policy, 24(1), 23-37.
Holbrook, J., & Rannikmae, M. (2007). The Nature of Science Education for Enhancing
Scientific Literacy. International Journal of Science Education, 29(11), 1347-1362.
Hurd, P. D. (1958). Science literacy: Its meaning for American schools. Educational
Leadership, 13-16.
Kaufman, C., Perlman, R., & Speciner, M. (1995). Network security: Private communication
in a public world. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall
Wiguna, G.A., Suparta, G.B., Louk, A.C. 2014. 3D Micro-Radiogafi Imaging for Quick
Assessment on Small Specimen. Journal Advanced Material Research. Volume 896:
681-686

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 9


Lampiran 1. Contoh data yang dikumpulkan
Lampiran 2. Contoh analisa data/pengolahan data
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian (jika ada, spt log book dan foto)

Catatan
1. Laporan penelitian dituliskan dengan menggunakan template diatas.
2. Panjang Laporan Penelitian adalah 3500 sd 8000 kata diluar daftar pustaka dan
lampiran.
3. Peserta mengirimkan laporan dalam dua format yaitu doc dan pdf

KREASI 2023 Fajar Rahma Az-Zahra, Nesya Aulia 10

Anda mungkin juga menyukai