Anda di halaman 1dari 6

TATANAN ALLAH seri#1

Hukum alam dan hukum rohani


Jul 18, 2020
Hukum Alam

Hukum Alam mengacu pada sesuatu yang dapat diverifikasi atau dibantah dengan pengamatan
langsung atau percobaan praktis. Hal Ini didasarkan pada fakta empiris daripada alasan atau
logika. Hukum Alam tidak mensyaratkan persetujuan kita , hanya kesediaan kita untuk mencari
dan melihat sendiri. Penjelasan, klarifikasi, atau interpretasi lebih lanjut yang dilakukan manusia
atas fakta adanya hukum alam tersebut tidak akan mempengaruhi keberadaan hukum alam
tersebut sebab hukum alam berdiri sendiri. Manusia yang harus menyesuaikan diri dengan
keberadaan hukum alam dan bukan sebaliknya. Hal ini berbeda dengan hukum manusia, hukum
yang dibuat manusia tentu tidak bisa berdiri sendiri dan bisa dirubah sesuai interpretasi manusia
terhadap keberadaan hukum tersebut.

Banyak hukum alam yang secara fisik mengikat kehidupan kita dibumi, contohnya, seperti
Hukum Gravitasi, Hukum Archimedes, dan Hukum Bernoulli, dan lain sebagainya. Hukum-
hukum ini mengikat manusia setuju atau tidak setuju. Sebuah benda yang kita lemparkan ke atas
bumi maka pasti akan terikat dengan hukum gravitasi, benda tersebut pasti akan jatuh kembali ke
bumi, suka atau tidak suka. Walaupun kita menolak sekuat apapun hukum gravitasi pasti
berlaku. Hukum-hukum ini merupakan tatanan atau ketetapan yang bersifat mutlak untuk
sebuah keteraturan secara umum. Tanpa hukum-hukum atau tatanan yang Allah ciptakan di alam
semesta ini, maka alam semesta akan kacau balau. Tidak pernah ada kehidupan tanpa tatanan.
Allah menciptakan tatanan sehingga ciptaan-Nya menjadi sempurna.

Inilah yang dikatakan oleh Firman Allah dalam Kejadian 1:31:


Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari keenam. Kalimat “sungguh amat baik” pasti juga menyangkut tatanan
yang membuat kehidupan di bumi dapat berlangsung dengan tertib.
Hukum-hukum atau tatanan alam bukan berbicara mengenai peraturan atau perintah yang
ditujukan langsung kepada manusia untuk ditaati seperti sebuah peraturan, tetapi fakta dalam
kehidupan yang pasti berlaku. Tatanan ini pasti berlangsung atau eksis tanpa ada yang dapat
membatalkan atau mengubah. Jika manusia mau hidup harmoni dengan alam fisik maka manusia
secara mutlak harus memahami dengan benar dan menghargai, serta tunduk tanpa syarat
terhadap hukum-hukum atau tatanan alam tersebut. Bagaimanapun, semua makhluk hidup mau
tidak mau harus tunduk kepada hukum-hukum atau tatanan alam tersebut, sebab hukum-hukum
atau tatanan alam tersebut mengatur dan mengikat semua makhluk hidup dan semua benda mati.
Hukum dalam arti ini bisa merupakan sebuah tatanan yang abadi di bumi ini dan seluruh jagat
raya.

Mengapa dikatakan tatanan bagi seluruh alam semesta? Karena hukum-hukum atau tatanan alam
merupakan sistem yang bersifat tetap atau permanen dan mutlak atau absolut, maka terhadap
hukum-hukum tersebut semua makhluk harus menyesuaikan diri dengan menundukkan diri
secara mutlak, dan tidak boleh melanggarnya. Mempertimbangkan hukum-hukum atau tatanan
alam ini, dapat dipahami betapa terbatasnya keberadaan manusia. Kepada hukum-hukum alam
yang diciptakan oleh Sang Pencipta manusia harus tunduk, apalagi kepada Penciptanya.
Pemahaman mengenai hukum-hukum atau tatanan alam ini sebenarnya dapat membangkitkan
kekaguman terhadap Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan kegentaran yang patut
kepada-Nya.

Dari pengertian dan penghargaan terhadap hukum-hukum alam tersebut, manusia mau
menaatinya karena tidak bisa menghindarinya dan memang tidak boleh dihindari. Mengapa tidak
bisa dihindari? Sebab memang semua itu merupakan fakta yang bertalian langsung dalam
kehidupan manusia dan keberlangsungan alam semesta. Manusia hidup pasti berurusan dengan
hukum-hukum tersebut. Oleh sebab itu manusia harus memahaminya dengan benar. Dengan
memahaminya dengan benar, maka manusia bisa memanfaatkan bagi kesejahteraannya. Seperti
misalnya dengan memahami Hukum Bernoulli, maka orang bisa membuat pesawat terbang , dan
pemahaman terhadap hukum Archimedes membuat orang bisa membuat kapal laut dan lain
sebagainya. Kalau hukum dalam arti perintah diadakan untuk keteraturan hidup perilaku manusia
-dimana manusia harus dengan rela atas kehendak bebasnya mematuhinya- maka kalau hukum
alam, manusia rela tidak rela harus tunduk.
Hukum Bernoulli menjelaskan mengapa pesawat bisa terbang

Kemutlakan hukum Alam secara fisik merupakan tindakan kedaulatan Allah dalam rangka
memberikan providensia atau pemeliharaan kepada umat manusia. Allah tidak pernah
meninggalkan perbuatan tangan-Nya; hal ini diekspresikan atau diwujudkan bukan hanya dalam
penyediaan berkat jasmani agar makhluk hidup tetap bisa melangsungkan eksistensinya (Mzm.
104:14; Mat. 5:45; 6:26-28), tetapi Allah juga menegakkan tatanan-Nya. Dalam providensia-
Nya, Allah menjaga musim-musim yang tetap (Kis. 17:26).
17:26 Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk
mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-
batas kediaman mereka,
17:27 supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia,
walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing
Kalau siklus alam menjadi berubah, semua itu bukan karena kesalahan Allah, tetapi manusia
telah merusak sendiri alam dan ekosistem bumi. Hawa panas, banjir, dan bencana alam lain juga
terjadi karena manusia berperan di dalamnya. Allah dengan kedaulatan-Nya menjaga hukum-
hukum tatanan alam yang mengatur keteraturan alam, sehingga tidak ada satupun makhluk yang
dapat mengubahnya. Jadi dengan memahami hukum Alam fisik ini, manusia melakukan
penelitian dan menghasilkan karya-karya yang berguna untuk kesejahteraannya.
HUKUM ROHANI

Sebagaimana manusia harus memahami secara mutlak hukum-hukum atau tatanan alam yang
bertalian dengan hidup setiap hari di dunia ini, maka manusia juga harus memahami hukum
kehidupan atau tatanan rohani yang merupakan tata perilaku manusia yang bertalian dengan
Allah. Hal tersebut bukan hanya sangat penting, tetapi juga mutlak guna kehidupan kekal serta
hubungan harmoninya dengan Pribadi Agung; Allah semesta alam. Hukum kehidupan ini disebut
sebagai hukum rohani. Hukum rohani memuat fakta-fakta dalam alam rohani yang pasti
membawa dampak pula pada kehidupan jasmani atau hukum-hukum alam ini. Dan manusia tidak
dapat terpisah dari padanya. Hukum atau tatanan rohani ini mengalir atau keluar dari Pribadi
Agung Sang khalik.

Hukum rohani tidak lebih rendah nilainya dari hukum alam yang kelihatan secara fisik, yang bisa
dibuktikan secara sains. Adapun hukum rohani nanti dalam penghakiman terakhir bisa
dibuktikan kebenarannya secara sempurna; artinya kalau manusia memerhatikan dan tunduk
dengan segenap hati, maka memiliki hidup yang berkualitas. Dengan memahami hukum rohani
ini, manusia dapat menempatkan diri secara pantas di hadapan Allah dan menempatkan Allah
secara terhormat di dalam hidupnya. Sebagai akibat atau buahnya, manusia yang menghargai dan
mengenakan hukum-hukum rohani secara konsekuen dan konsisten akan menuai kehidupan
kekal (Gal. 6:8).
Galatia 6:8
Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,
tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
Hukum rohani menyangkut ketetapan yang Allah tentukan berasal dari diri pribadi Allah Bapa
yang Mahakudus, Maha Bijaksana, dan Mahaadil. Dalam hukum rohani terdapat ketetapan-
ketetapan yang harus dihargai, baik oleh pihak Allah maupun pihak mana pun atau siapa pun.
Allah pasti konsekuen terhadap tatanan atau hukum yang ditetapkan-Nya tersebut yang menjadi
semacam rule of life dalam kehidupan ini. Integritas Allah yang sempurna dalam menegakkan
tatanan tersebut menempatkan manusia sebagai makhluk yang agung, karena manusia
diperkenan masuk dalam gelanggang kehidupan yang harus menghargai tatanan Allah. Benda
mati dan binatang tidak masuk dalam gelanggang ini.

Pemahaman Hukum/Tatanan Allah berdasarkan tingkat kedewasaan rohani

Kedalaman pemahaman seseoang terhadap hukum Allah sangat bergantung pada tingkat
kedewasaan rohani orang tersebut. Bagi orang yang belum dewasa rohani seperti pada level bayi
rohani atau level anak rohani dan tentu saja pada orang-orang beragama pada umumnya orientasi
mereka pada hukum Allah lebih fokus dalam pengertian perintah, peraturan, atau syariat. Artinya
bentuk hukum Allah yang mereka pahami harus dalam bentuk aturan yang jelas dan terperinci
supaya lebih mudah di-implementasikan di kehidupan nyata. Namun pada orang percaya yang
dewasa rohani maka orientasi mengenai hukum Allah lebih dalam pengertian kodrat, natur,
atau ketetapan. Jadi orang dewasa rohani bisa memahami hukum Allah tanpa harus ada aturan
yang terperinci mengenai suatu pokok masalah. Orang dewasa rohani sudah bisa menangkap
konsep atau intisari dari hukum Allah.
Inilah yang membuat orang percaya bukan saja bisa melakukan hukum (to do), tetapi bisa
memahami hukum kehidupan ini sehingga bisa berkeadaan melakukan apa yang dikehendaki
oleh Allah (to be). Dalam hal ini kesucian bukan hanya berarti tidak berbuat dosa, tetapi tidak
bisa berbuat dosa. Kesucian bukan hanya berangkat dari melakukan perintah, peraturan, atau
syariat Allah, tetapi melakukan kehendak-Nya, memuaskan, dan menyenangkan hati-Nya.

Dengan memahami hukum dalam pengertian yang kedua, maka seseorang akan menemukan
jawaban mengapa Allah menciptakan manusia, mengapa harus ada dua buah pohon di Taman
Eden, mengapa Tuhan Yesus harus mati, apa arti kebangkitan-Nya itu, dan lain sebagainya. Hal
ini akan membuka pengertian kita terhadap kebenaran Alkitab yang menakjubkan dan
membuktikan bahwa Kekristenan memuat kebenaran Allah yang tidak tertandingi. Kebenaran-
kebenaran tersebut membangun kecerdasan rohani yang memampukan orang percaya memiliki
pikiran dan perasaan Kristus.
Maksud pembahasan mengenai tatanan Allah dimaksudkan agar orang percaya dapat menjalani
hidup dengan benar sesuai dengan hukum kehidupan yang harus diperhatikan dengan serius.
Kalau seseorang tidak memerhatikan hukum-hukum alam, maka akan celaka; demikian pula
kalau seseorang tidak memerhatikan dan tunduk kepada hukum-hukum rohani, akan
binasa. Hukum kehidupan kita adalah Allah sendiri. Itulah sebabnya kita harus mengenal
Dia. Mengenal Dia berarti mengenal tatanan tertinggi yang membawa manusia kepada kesucian
seperti kesucian-Nya.

Memang pada akhirnya orang percaya hidup bukan berdasarkan tatanan hukum tertulis yang
mengatur dirinya, tetapi tatanan yang terbangun dalam dirinya berdasarkan kebenaran yang
mengubah sehingga seseorang memiliki pikiran dan perasaan Kristus; itulah tatanan rohani.
Sehingga segala sesuatu yang dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Seseorang memang bisa membangun dirinya berdasarkan tatanan hukum yang dipahami, tetapi
secerdas-cerdasnya orang yang terbiasa diatur oleh hukum, tidak akan secerdas orang yang
dipimpin Roh Kudus sehingga bisa bertindak seperti Tuhan (Gal. 2:19-20). Orang percaya harus
membangun tatanan itu dalam dirinya, tetapi Tuhan tidak perlu membangun tatanan di dalam
diri-Nya, sebab tatanan-Nya sudah permanen dan sempurna.
Galatia 2:19-20
2:19 Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat ,supaya aku hidup untuk
Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus
2:20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup
di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman
dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Pertanyaan untuk direnungkan :


1. Apakah pemahaman keselamatan seseorang sangat dipengaruhi oleh pemahamannya
tentang karakter Allah dan bagaimana hubungan keduanya?
2. Sebutkan contoh dan penjelasan konkrit pada salah satu karakter Allah dan
konsekuensi terhadap pemahaman konsep keselamatannya ?
3. Apakah ada korelasi antara hukum alam (fisik) dan hukum rohani dan mengapa
demikian ?
4. Mengapa orang lebih mudah percaya adanya hukum alam (fisik) dan mau taat
dibandingkan dengan hukum rohani?
5. Sebutkan contoh hukum rohani yang kelihatan sangat nyata dalam kehidupan
saudara walaupun tidak bisa dibuktikan secara ilmiah!
6. Bagaimana anda bisa membuktikan bahwa hukum rohani itu nyata adanya dan perlu
disikapi secara serius ?
7. Sikap atau pandangan manusia seperti apa yang dikehendaki Allah terkait dengan
hukum dan ketetapan-Nya?

#Changing Mind Changing Life

Anda mungkin juga menyukai