PEMBAHASAN
Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak mungkin dapat melepaskan
hubungannya dengan sesama manusia. Sebagai contoh, kita dalam memenuhi kebutuhan sandang dan
pangan, kita memerlukan orang lain yang menyiapkan makanan dan pakaian dengan cara menukar
(barter), membeli, dan sebagainya Mungkin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan, kita
memerlukan orang yang lebih ahli untuk mengajar kita, karena tidak mungkin suatu keahlian datang
dengan sendirinya tanpa kita belajar dari orang lain. Manusia sebagai makhluk zone politicon tidak
dapat hidup sendin tanpa bantuan orang lain hubungan ini akan selalu saling terkait tidak mungkin
dapat dipisahkan dari berbagai kebutuhan hidup manusia.
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah Seseorang akan
mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila la telah melakukan ibadah seperti yang menjadi
harapan Rasulullah saw. dalam hadis, yaitu menyembah Allah Swt. seakan-akan melihat-Nya, dan
jika kita tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Allah Swt. senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah
dicapai oleh seorang hamba, sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhimya, ia akan
berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam
ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang yang diperoleh dari hasil maksimal
ibadahnya,kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya, yaitu bagaimana ia
bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan
terhadap dirinya sendiri.
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti
shalat, puasa, dan haji dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunah, dan
adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat
pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya),
juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah Swt. Senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa la
sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah Swt.
Senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan
baik dan sempuma, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Makna ihsan
berdasarkan hadis yaitu sebagai berikut.
... َأْن َتْع ُبَد َهللا َك َأَّنَك َتَر اُه َفِإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفِإَّنُه َيَر اَك: َقاَل.....
Artinya:
“… Rasulullah saw bersabda: ‘Kamu beribadah kepada Allah, seolah-olah kamu melihat-Nya, jika
kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu’…”
Jadi, Ihsan adalah menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu
membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa sesungguhnya Allah Swt. melihat
perbuatan kita. Dengan kata lain, Ihsan adalah beribadah dengan ikhlas, baik yang berupa ibadah
khusus (seperti salat dan sejenisnya) maupun ibadah umum (aktivitas sosial).
1.Membaca Q.S. al-Baqarah/2:83
Banyak ayat dan hadis yang memerintahkan agar kita berbuat Ihsan. Salah satu ayat yang akan kita
bahas lebih lanjut terkait dengan perintah Ihsan adalah firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Baqarah/2:83
berikut.
َوِإْذ َأَخ ْذ َنا ِم يَثاَق َبِني ِإْس َر اِئيَل اَل َتْعُبُد وَن ِإاَّل َهَّللا َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس اًنا َوِذ ي اْلُقْر َبٰى َو اْلَيَتاَم ٰى َو اْلَم َس اِكيِن َو ُقوُلوا ِللَّناِس ُحْس ًنا َو َأِقيُم وا الَّص اَل َة
َو آُتوا الَّز َكاَة ُثَّم َتَو َّلْيُتْم ِإاَّل َقِلياًل ِم ْنُك ْم َو َأْنُتْم ُم ْع ِرُضوَن
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain
Allah Swt., dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-oang
miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.”
Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih
menjadi) pembangkang.”
2.Mengartikan Q.S.Albaqarah,2:83
3.Penjelasan Ayat
Allah Swt. Mengingatkan Nabi Muhammad saw. Ketika Dia menetapkan atas Bani Israil janji
yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah
Swt. Allah Swt. Melarang mereka beribadah kepada selain Allah Swt., biarpun berupa
manusia atau berhala, dan lain-lain, Karena hal yang demikian itu berarti mempersekutukan
Allah Swt. Dengan benda-benda tersebut. Menyembah kepada selain Allah Swt. Adakalanya
dengan perbuatan- perbuatan yang lain yang berupa membesarkan sesuatu yang disembah itu.
Agama Allah Swt. Yang dibawa oleh para utusan-Nya semuanya menekankan untuk
menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Seperti firman Allah Swt dalam QS. An-Nisa’, 4: 36 berikut.
َو اْع ُبُدوا َهَّللا َو اَل ُتْش ِرُك وا ِبِه َشْيًئا
Artinya. Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun. (QS. An-Nisa’, 4: 36)
Janji Bani Israil ini diawali dengan janji memenuhi hak Allah Swt., hak yang tertinggi dan
terbesar yaitu hanya Dia semata-mata yang berhak disembah, tidak ada sesuatu pun yang
disekutukan dengan Dia. Semua makhluk diperintahkan menyembah-Nya dan untuk tugas
inilah sebenarnya mereka diciptakan.
Sesudah menyebutkan hak Allah Swt. Ini, disusul dengan perintah berbuat kebaikan kepada
orang tua, suatu amal kebaikan yang tertinggi. Dalam firman-Nya dalam Q S. An-Nisa, 4:36
berikut.
َو ِباْلَو اِلَدْيِن ِإْح َس اًنا
Artinya: Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. (O.S. An-Nisa’, 4:36)
Berbuat kebaikan kepada orang tua adalah dengan mengasihi memelihara, dan menjaganya
dengan sempuma serta menuruti kemauannya selama tidak menyalahi perintah Allah Swt.
Adapun hikmah berbakti kepada ibu dan bapak adalah karunia ibu bapak telah berkorban
untuk kepentingant anaknya di kala masih kecil dengan penuh perhatian dan belas kasihan.
Mereka mendidik dan mengurus segala kepentingan anaknya itu di kala masih lemah, belum
dapat mengambil sesuatu manfaat, dan belum dapat pula menolak sesuatu bahaya. Selain dan
itu, orang tua memberikan kasih sayang yang tidak ada tandingannya Apakah tidak wajib
bagi si anak memberikan balasan kepada ibu bapaknya sebagai imbalan atas budi baiknya?
Firman Allah Swt pada OS Ar-Rahman, 55 60 berikut
َهْل َج َزٓاُء ٱِإْل ْح َٰس ِن ِإاَّل ٱٱِإْل ْح َٰس ن
Artinya. Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). (QS. Ar-Rahman, 55 60)
Kecintaan kedua orang tua disebabkan oleh sebagai berikut.
a. Rasa cinta kasih yang dianugerahkan Allah Swt kepada keduanya untuk menyempurnakan
nikmat-Nya demi terpeliharanya jenis manusia.
b. Rasa bangga terhadap anak-anaknya.
c. Harapan di masa depan bahwa anaknya dapat menolong, baik dengan harta maupun
dengan tenaga dalam penghidupan.
Sesudah Allah Swt menyebutkan hak kedua orang tua, disebutkan pula hak kerabat (kaum
keluarga) yaitu berbuat kebaikan terhadap mereka karena berbual kebaikan kepada kaum
kerabat adalah faktor yang memperkuat tali perikatan di antara kaum kerabat itu.
Umat ini terdiri dari keluarga-keluarga dan rumah tangga-rumah tangga Maka, kebaikan dan
keburukan umat tersebut bergantung kepada kebaikan dan keburukan keluarga dan rumah
tangga. Orang yang tidak membina rumah tangga berarti dia tidak ikut membina unsur umat
Setiap rumah tangga itu hendaklah menghubungkan tali persaudaraan dengan rumah tangga
lainnya berdasarkan tali keturunan, keagamaan, ataupun kebangsaan. Dengan demikian akan
terbinalah suatu bangsa dan umat yang kuat Mengadakan hubungan erat sesama keluarga
adalah sesuai dengan fitrah manusia. Agama Islam memben jalan yang baik bagi
pertumbuhan ikatan kerabat ini
Berbuat baik kepada anak yatim adalah mendidiknya dengan baik dan memelihara segala
hak-haknya Al-Quran dan hadis sangat menganjurkan agar memperhatikan anak yatim
walaupun ia kaya karena yang dipandang adalah keyatiman itu sendin. Allah Swt.
Mewasiatkan anak-anak yatım kepada masyarakat agar menganggap mereka itu sebagai anak
sendin untuk membenkan pendidikan umum. Jika mereka telantar, mereka dapat
menimbulkan kerusakan pada anak-anak lainnya, maka akibatnya lebih besar pada bangsa
dan negara
Selanjutnya. Allah Swt menyebutkan pula hak orang-orang yang memerlukan bantuan yaitu
hak orang miskin. Berbuat ihsan kepada orang miskin adalah memberikan bantuan kepada
mereka terutama sewaktu mereka ditimpa kesulitan dan kemalangan.
Nabi saw bersabda:
كالُمَج اِهِد في سبيل هللا، الَّساِع ي على اَألْر َم َلِة والِم ْس ِكيِن
Artinya: Orang yang menolong terhadap orang janda dan orang miskin, seperti orang yang
berjuang di jalan Allah. (H.R. Muslim dari Abi Hurairah)
Allah Swt. Mendahulukan menyebut anak yatim dari orang miskin, karena orang miskin itu
dapat berusaha sendiri untuk mencari makan, sedangkan anak yatim karena dia masih kecil
belum sanggup berusaha sendiri.
Sesudah Allah Swt. Menyuruh berbuat kebaikan kepada kedua orang tua, kaum keluarga,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, maka Allah Swt. Kemudian menyuruh
mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Jika kebaikan itu telah dikerjakan
berarti ketinggian dan kemajuan masyarakat telah tercapai.
Allah Swt. Selanjutnya memerintahkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan shalat dan
zakat seperti yang digariskan Allah Swt. Untuk mereka. Shalat pada agama Islam bertujuan
memperbaiki jiwa, membersihkannya, dan kerendahan hati (keluhuran budi) dapat menghiasi
jiwa dengan keutamaan. Roh shalat adalah ikhlas kepada Allah Swt., tunduk. Kepada
kebesaran dan kekuasaan-Nya. Apabila shalat itu kosong dari roh tersebut, tidak akan
memberi faedah apa pun. Bani Israil selalu mengabaikan roh shalat itu sejak dahulu sampai
waktu Al-Qur’an diturunkan, dan bahkan sampai sekarang ini.
Zakat juga diperintahkan kepada mereka, karena zakat itu mengandung perbaikan bagi
urusan-urusan masyarakat. Orang-orang Yahudi dahulu mempunyai beberapa macam
kewajiban zakat. Di antaranya ada harta yang tertentu yang diberikan kepada keluarga Nabi
Harun Kewajiban itu sampai sekarang masih dilakukan oleh golongan Lawiyin, di antaranya,
harta yang diberikan kepada orang-orang miskin. Akan tetapi, orang Bani Israil berpaling dari
perintah-perintah itu, tidak menjalankannya tetapi menolaknya. Mereka meninggalkannya
dan tidak mau menepatinya.
Termasuk penyelewengan mereka adalah menganggap pendeta-pendeta mereka sebagai
Tuhan yang menetapkan hukum halal dan haram, menambah upacara-upacara agama menurut
keinginan mereka, meninggalkan nafkah terhadap kerabat, melalaikan zakat, tidak melakukan
amar makruf nahi mungkar dan lain-lain yang meruntuhkan agama.
Hanya sebagian kecil dari mereka pada zaman Musa a.s. atau pada tiap zaman yang taat pada
perintah Allah Swt Pada tiap zaman, pada tiap bangsa atau umat selalu ada golongan orang
yang ikhlas berjuang memelihara kebenaran sesuai dengan keyakinan dan kemampuan
mereka Namun, bila kemungkaran telah menyebar pada umat itu, kehadiran orang-orang
ikhlas itu tidaklah mencegah tibanya azab Allah Swt.
Di akhir ayat ini Allah Swt. Berfirman yang artinya, dan kamu (hal Bani Israil) selalu
berpaling. Ayat ini menunjukkan kebiasaan dan kesukaan mereka tidak menaati petunjuk dan
perintah Ilahi karena itu tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka.
Selain wajib beribadah kepada Allah Swt., manusia juga memiliki kewajiban untuk berbuat
baik kepada segala sesuatu atau ihsan Hadis tentang berbuat baik (ihsan) sebagai berikut
َعْن َشَّداِد ْبِن َأْو ٍس َقاَل َح ِفْظُت ِم ْن َر ُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اْثَنَتْيِن َقاَل ِإَّن َهَّللا َكَتَب اِإْل ْح َس اَن َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َفِإَذ ا
َقَتْلُتْم َفَأْح ِس ُنوا اْلِقْتَلَة َو ِإَذ ا َذ َبْح ُتْم َفَأْح ِس ُنوا الَّذ ْبَح َو ْلُيِح َّد َأَح ُد ُك ْم َش ْفَر َتُه ُثَّم ِلُيِر ْح َذ ِبيَح َتُه
Artinya: Dari Syaddad bin Aus, beliau berkata, “Ada dua hal yang kuhafal dari sabda
Rasulullah saw, yaitu sesungguhnya Allah itu mewajibkan untuk berbuat baik terhadap segala
sesuatu Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Demikian pula, jika
kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya kalian tajamkan
pisau dan kallan buat hewan sembelihan tersebut merasa senang.” (HR. Muslim)
Secara lebih rinci, insan dibedakan menjadi sebagai berikut.
2. Manfaat Ihsan
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa lepas dari bantuan
orang lain. Ketika kita sakit, maka kita akan membutuhkan orang lain untuk membantu kita.
Ketika kita mengalami kesulitan, maka kita juga membutuhkan orang lain. Ini membuktikan
bahwa manusia satu dengan yang lain adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Dalam bersosialisasi, agama Islam mengatur segala aspeknya dengan ajaran-ajaran yang baik
dan bermanfaat. Islam mengajarkan kita bagaimana bersosialisasi yang baik, Islam
mengajarkan kita bagaimana bersikap baik kepada orang lain, dan Islam mengajarkan kita
tentang perintah untuk saling membantu kepada sesama.
Berbuat baik kepada orang lain dan semua makhluk Allah Swt. Tidak boleh kita
kesampingkan, karena apabila kita berbuat baik kepada orang lain, Allah Swt. Akan
membalas kebaikan kita dengan kebaikan pula. Bisa jadi Allah Swt. tidak langsung
membantu kita, tetapi dengan perantara, yaitu orang lain. Inilah simbiosis mutualisme antara
sesama. Berikut adalah beberapa manfaat berbuat baik kepada sesama.
a. Mendapatkan pahala dari Allah Swt.
b. Meringankan beban orang lain.
c. Menciptakan suasana damai dan nyaman.
d. Mempererat tali silaturahmi dengan sesama.
e. Meningkatkan kualitas keimanan.
f. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan.
g. Menumbuhkan semangat ukhuwah islamiah.
h. Menjaga diri dari perbuatan tercela.
i. Menumbuhkan sikap tanggung jawab.
j. Mendapatkan perlindungan dari Allah Swt
Banyak manfaat yang kita dapatkan dengan berbuat baik. Berbuat baik tidak hanya kepada
sesama manusia dan sesama makhluk saja, tetapi berbuat baik kepada Allah Swt. Adalah
yang utama. Hendaknya sebagai umat Islam yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Selalu berusaha berbuat kebaikan di mana pun kita berada.