Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGROINDUSTRI

FATTY ALKOHOL ESTER SULFANOT

Dosen Pengampu: Dr.Ahmad Nasir Pulungan,M.Sc

Drs.Eddiyanto,Ph,D

Disusun Oleh:

DEBORA RENITA PAULINA SIAHAAN 4203131039

NINDYA MALIKA HAFNI 4201131004

SETIA LARA 4203131020

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah agroindustri.
Kami berterima kasih kepada bapak Dr.Ahmad Nasir Pulungan,M.Scdan bapak
Drs.Eddiyanto,Ph,D. Selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini yang telah memberikan
bimbingannya, sehingga kami dapat mengerjakan tugas ini.

Tugas makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita semua khususnya dalam memahami kimia katalis homogen. Kami menyadari bahwa tugas
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan, kami mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih
terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman kami yang belum seberapa.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga dapat bermanfaat serta menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 6 Maret 2023

Kelompok 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan pangsa mencapai
sekitar 50-60 persen dari total volume produksi minyak sawit di dunia. Dengan posisi tersebut,
Indonesia berpeluang menjadi produsen terbesar dunia untuk produk-produk hilir sawit. Satu dari
tiga jalur industrialisasi hilir (hilirisasi) minyak sawit yang dikembangkan di Indonesia adalah
oleokimia. Melalui industrialisasi jalur oleokimia, sebagian minyak sawit diolah lebih lanjut untuk
menghasilkan produk oleokimia dasar (basic oleochemical), produk antara oleokimia
(intermediate oleochemical) dan produk akhir berbasis oleokimia sawit (palm oil-based
oleochemical product).

Produk yang tergolong sebagai oleokimia dasar mencakup fatty acid, fatty alcohol,
glycerol/gliserin dan methyl ester. Sementara itu, produk yang tergolong sebagai produk oleokimia
antara mencakup seluruh senyawa kimia yang dihasilkan dari pengolahan lanjutan oleokimia dasar
seperti asam lemak etoksilat, fatty alkohol etoksilat, monoacylglycerol, soap noodle dan lainnya.
Sedangkan produk yang tergolong sebagai produk akhir oleokimia adalah produk akhir (finish
product) yang dikonsumsi oleh konsumen akhir dan menggunakan intermediate oleochemical
product sebagai bahan bakunya seperti personal care, cosmetics, coatings, adhesives, elastomers
and sealants, surfactants, cleansing agents, emulsifiers, foam boosters, degreasers lubricants,
grease and metalworking, dan pharmaceuticals and nutraceuticals, dan lain-lain (Midgley, 2017;
Rapilus dan Achmad, 2010; Seng, 2018; Acme-Hardesty, 2021).

Fatty Alcohol (alkohol lemak) merupakan alkohol alifatis turunan dari lemak alam maupun
minyak alam. Fatty alcohol adalah turunan oleokimia dasar yang memiliki keunggulan diantaranya
produk yang terbarukan, biodegradable dan lebih aman (tidak beracun). Fatty alcohol digunakan
sebagai emollients, emulsifier, dan thickners pada industri makanan dan kosmetik. Penggunaan
Fatty Alcohol semakin meningkat setiap tahun, namun untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri,
fatty alcohol masih mengimpor dari luar negeri. Oleh karena itu, perlu direncanakan studi
prarancangan pabrik Fatty Alcohol dengan pertimbangan secara teknis, lingkungan dan ekonomi
agar dapat memenuhi kebutuhan Fatty Alcohol dalam negeri. Metil ester dan hidrogen merupakan
bahan baku dalam pembuatan fatty alcohol pada fase gas. Proses yang digunakan adalah
hidrogenasi, dimana metil ester bereaksi dengan hidrogen dan katalis membentuk fatty alcohol.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

a. Apa itu oleokimia?


b. Apa itu fatty alcohol?
c. Bagaimana proses produksi fatty alcohol ester sulfonat?

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa itu oleokimia.


b. Untuk mengetahui apa itu fatty alcohol.
c. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan fatty alcohol ester
BAB II

PEMBAHASAN

 Oleokimia dan Perkembangannya


Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan pangsa mencapai
sekitar 50-60 persen dari total volume produksi minyak sawit di dunia. Dengan posisi tersebut,
Indonesia berpeluang menjadi produsen terbesar dunia untuk produk-produk hilir sawit. Satu dari
tiga jalur industrialisasi hilir (hilirisasi) minyak sawit yang dikembangkan di Indonesia adalah
oleokimia. Melalui industrialisasi jalur oleokimia, sebagian minyak sawit diolah lebih lanjut untuk
menghasilkan produk oleokimia dasar (basic oleochemical), produk antara oleokimia
(intermediate oleochemical) dan produk akhir berbasis oleokimia sawit (palm oil-based
oleochemical product).

Oleokimia merupakan substitusi dari senyawa kimia yang berasal dari turunan
(derivatives) energi fosil yang populer disebut sebagai petrokimia. Oleokimia sebagai biobased
chemical memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan petrokimia. Oleokimia dapat
diperbarui (renewable), dapat terurai secara biologis (biodegradable) dan umumnya tidak
mengandung logam berat yang bersifat toxic sehingga lebih ramah lingkungan. Sebaliknya,
petrokimia tidak dapat diperbarui (non-renewable) dan umumnya tidak dapat terurai secara
biologis (non degradable), mengandung logam berat yang bersifat toxic sehingga dapat
menimbulkan masalah lingkungan. Salah satu industri oleokimia yang prospektif adalah industri
oleokimia berbasis sawit yakni oleokimia yang menggunakan minyak sawit (CPO dan CPKO) atau
palm oil-based oleochemical. Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia memiliki
potensi yang besar menjadi produsen produk berbasis oleokimia.

Secara umum, oleokimia merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari lemak dan
minyak baik bersumber dari tumbuhan (nabati) maupun hewan. Karena dihasilkan dari makhluk
hidup, oleokimia juga disebut sebagai biobased chemical. Dari kedalaman hilirisasi, oleokimia
dapat dibedakan atas oleokimia dasar (basic oleochemical), turunan oleokimia atau oleokimia
antara (oleochemical intermediate) dan produk akhir yang menggunakan oleokimia (oleochemical
based product).

Produk yang tergolong sebagai oleokimia dasar mencakup fatty acid, fatty alcohol,
glycerol/gliserin dan methyl ester. Sementara itu, produk yang tergolong sebagai produk oleokimia
antara mencakup seluruh senyawa kimia yang dihasilkan dari pengolahan lanjutan oleokimia dasar
seperti asam lemak etoksilat, fatty alkohol etoksilat, monoacylglycerol, soap noodle dan lainnya.
Sedangkan produk yang tergolong sebagai produk akhir oleokimia adalah produk akhir (finish
product) yang dikonsumsi oleh konsumen akhir dan menggunakan intermediate oleochemical
product sebagai bahan bakunya seperti personal care, cosmetics, coatings, adhesives, elastomers
and sealants, surfactants, cleansing agents, emulsifiers, foam boosters, degreasers lubricants,
grease and metalworking, dan pharmaceuticals and nutraceuticals, dan lain-lain (Midgley, 2017;
Rapilus dan Achmad, 2010; Seng, 2018; Acme-Hardesty, 2021).

Oleokimia merupakan produk kimia yang berasal dari minyak atau lemak baik nabati
maupun hewani. Pembuatannya dilakukan dengan cara memutus struktur trigliserida dari lemak
menjadi asam lemak dan gliserin, atau memodifikasi gugus fungsi karboksilat dan hidroksinya
baik secara kimia, fisika, maupun biologi. Oleokimia terbagi menjadi dua, yaitu oleokimia dasar
dan turunannya. Oleokimia dasar terdiri atas fatty acid, metil ester, fatty alcohol, dan gliserol.
Selanjutnya dari oleokimia dasar tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi turunannya yang
berupa surfaktan, emulsifier, lubricant, plastisizer dan lainnya.

Oleokimia adalah bahan kimia yang diturunkan dari minyak atau lemak melalui proses
splitting trigliserida (triacylgliserol) menjadi turunan asam-asam lemaknya dan gliserol. Proses
tersebut dapat dilakukan secara kimia maupun enzymatis. Keunggulan oleokimia dari petrokimia
ialah bahwa oleokimia adalah produk yang terbarukan, biodegradable, lebih aman (tidak beracun).
Oleokimia dasar yang banyak diproduksi antara lain fatty acids, , fatty alcohols, fatty methyl ester,
fatty amines dan gliserol. Oleokimia dasar tersebut dapat diproses lebih lanjut menjadi produk
akhir yang mempunyai nilai lebih tinggi. Produksi oleokimia dasar yang telah dilakukan dalam
industri adalah melalui proses termal, yaitu, melalui proses pemecahan lemak (fat splitting),
esterifikasi, transesterifikasi dan hidrogenasi (Gambar III.2.). Alternatif lain untuk proses termal
tersebut adalah reaksi enzimatik yang memanfaatkan enzim lipase dari mikroorganisme sebagai
biokatalisator bagi reaksi penguraian minyak/lemak (hidrolisis) menjadi gliserin asam-asam lemak
murni. Kemudian asam lemak hasil hidrolisis tersebut difraksinasi dengan cara destilasi.

Asam lemak tersebut diatas dapat direaksikan lebih lanjut menjadi produk oleokimia dasar
lainnya seperti fatty methyl ester dan fatty alcohol. Pembuatan methyl ester dapat melalui jalur
esterifikasi yaitu reaksi antara asam lemak dan methanol menggunakan katalis asam atau jalur
transesterifikasi antara minyak sawit dan methanol menggunakan katalis basa. Transesterifikasi
minyak menjadi methyl ester dapat dilakukan dalam satu step atau dua step tergantung pada
kualitas bahan baku yang digunakan. Jika bahan baku mengandung asam lemak bebas > 5% maka
proses perlu dilakukan dalam dua step yaitu step pertama merubah asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak menjadi esternya dan kedua merubah minyak netral menjadi fatt methyl
ester.

 Fatty Alcohol
Alkohol lemak adalah alkohol alifatik dengan rantai karbon di antara C 8 dan C22 (Noweck, 2011).
Dengan panjang rantai dan struktur rantai yang beragam, sifat kimia maupun sifat fisik yang
dimiliki setiap jenis senyawa alkohol lemak berbeda-beda. Alkohol lemak pada umumnya tidak
memiliki ikatan rangkap, sehingga bersifat jenuh. Gugus hidroksil pada alkohol lemak dapat
mengalami berbagai jenis reaksi dan menghasilkan berbagai macam produk turunan. Aplikasi
alkohol lemak yang paling banyak (70–75%) adalah surfaktan (Noweck, 2011). Alkohol lemak
bersifat amphifilik, sehingga alkohol lemak memiliki kombinasi non-polar (rantai karbon lipofilik)
dan polar (gugus fungsi hidroksil yang hidrofilik). Sifat alkohol lemak yang polar juga membuat
senyawa ini digunakan sebagai pelumas. Alkohol lemak dapat diproduksi melalui beberapa rute
reaksi. Salah satu rute yang umum adalah hidrogenasi fatty acid methyl ester (FAME) dengan
katalis berbasis tembaga (Cu). Tembaga bersifat selektif terhadap ikatan karbon-oksigen (C=O),
namun rentan terhadap sintering, sehingga dibutuhkan promotor (Peng dkk., 2010; Rachim dkk.,
2017; Irdhawati dkk., 2020). Promotor yang paling banyak digunakan adalah krom (Cr). Krom
bertindak sebagai donor elektron juga meningkatkan dispersi tembaga dan absorbsi hidrogen, serta
mencegah terjadinya sintering pada sisi aktif katalis. Karena krom bersifat toksik, dikhawatirkan
dapat membahayakan lingkungan apabila terikut dalam produk akhir. Adanya isu ini menyebabkan
katalis yang banyak dikembangkan saat ini adalah katalis Cu yang bebas dari krom, salah satunya
adalah katalis tembaga mangan (Cu-Mn). Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Zuzaniuk
dan kawan-kawan, diperoleh informasi bahwa penggunaan katalis tembaga mangan alumunium
(Cu-Mn-Al) mampu menghasilkan konversi (97,74%) yang hampir sama dengan katalis Cu-Cr
(97,92%), untuk kondisi reaksi yang sama (Zuzaniuk dkk., 2007; He dkk., 2014; Thakur dan
Kundu, 2016). Reaksi yang terjadi seperti pada persamaan dibawah ini.

 Hidrogenasi FAME ternyata bukanlah reaksi sederhana, tetapi reaksi kompleks, seri-
paralel.
Hidogenasi ester lemak dengan nama dagang FAME 24, menghasilkan produk utama
berupa : (1) lauril alkohol/dodekanol/C12H25OH (untuk singkatnya diberi lambang OH12), (2)
miristil alkohol/ tetradekanol/C14H29OH (disingkat jadi OH14), (3) dan cetil alkohol/palmitil
alkohol/hexadekanol/ C16H33OH (disingkat jadi OH16). Di samping itu terdapat beberapa produk
samping berupa hidrokarbon, yaitu dodekana/C12H26 (disingkat jadi HC12) dan tetra dekana
/C14H30 (disingkat jadi HC14), alkohol lemak dengan jumlah C ganjil, yaitu
undekanol/C11H23OH (disingkat jadi OH11) dan tridekanol/C13H27OH (disingkat jadi OH13),
serta senyawa aldehid dengan jumlah atom karbon, C14 (disingkat jadi O14). Konsentrasi masing-
masing produk samping umumnya sangat kecil, tidak lebih dari 0,2%. HC12 dan HC14 mungkin
terbentuk karena terjadi hidrogenasi lanjut alkohol lemak OH12 dan OH14 menjadi hidrokarbon
dan air. O14 dapat terbentuk karena reaksi dehidrogenasi alkohol lemak menjadi aldehid
(Schwerin, 2005). OH11 dapat terbentuk karena reaksi hidrogenasi metil ester undekanoat
(ME11).

 Pembuatan Fatty Alkohol Ester


Esterifikasi Asam Lemak

Katalis : 1-3 % sulfuric acid/hydrogen chloride

Alkohol : monohydric/polyhydric

Penggunaan fatty ester :

- ester dari alcohol monohydric digunakan pada industri kosmetik dan plasticizer

- ester dari alkohol polyhydric :

 glycol diester -----> vinyl plasticizer


 monoester -------> surface-active agent
 glyceride ---------> surface-active agent
 triolein ---------> plasticizer
 dan lain-lain
Fatty alcohol dapat dibuat dengan mereaksikan fatty methyl ester dengan hydrogen menggunakan
katalis logam.

ctt : Esterifikasi dengan polyols : suhu tinggi (230 – 235oC)

Katalis : ZnCl2 / PbCl4

Produk : mono, di & triglyceride + air

Cara lain pembuatan fatty ester : interesterifikasi trigliserida

Contoh : trigliserida + metanol -------> gliserol + metil ester

• Hidrogenasi asak lemak

Produk : fatty alcohol (alkohol lemak)

Fatty alcohol :
C6 – C10 : sebagai plasticizer

C12 – C18 : industri detergent

Reaksi :

Kondisi Operasi :

T = 300oC

P = 30 - 80 bar

Katalis : copper chromite

Cara lain pembuatan fatty alcohol :

- hidrogenasi methyl ester pada suhu dan tekanan tinggi

- sinteas Ziegler

- sintesa OXO

Sintesa Ziegler dan OXO menghasilkan alkohol lemak sintetik dari petrokimia

Biodiesel adalah asam lemak rantai panjang dengan alkohol, terpasang, berasal dari minyak
nabati. Biodiesel dapat diolah lebih lanjut menjadi fatty alcohol dengan mereaksikan biodiesel dan
hidrogen dengan bantuan katalis CuCr. Industri fatty alcohol di Indonesia hingga saat ini untuk
memenuhi kebutuhan fatty alcohol masih mengimpor dari luar Indonesia. Fatty alcohol umumnya
digunakan untuk Industri Kosmetik,detergen cair, dan sampo.

Di Indonesia produksi fatty alcohol pada tahun 2012 telah berkembang pesat, hal ini
ditunjukkan oleh pendirian pabrik-pabrik alkohol lemak seperti PT. Ecogreen Oleochemicals yang
berkapasitas 1.800 ton/tahun, PT. Wilmar Nabati Indonesia berkapasitas 4.640 ton/tahun untuk
memenuhi kebutuhan fatty alcohol. Namun, diperkirakan komsumsi fatty alcohol di Indonesia
akan terus meningkat seiring berkembangnya teknologi dan industri-industri. Dengan potensi yang
dimiliki Indonesia sebagai pemasok bahan baku serta permintaan dunia yang terus meningkat
maka industri fatty alcohol dari biodiesel layak untuk dikembangkan sebagai industri intermediate
(antara) bagi industri-industri lain.
Secara umum, pembuatan Fatty Alcohol terdiri dari beberapa proses yaitu seperti table berikut

Berdasarkan perbandingan proses pada Tabel di atas, proses yang dipilih untuk menghasilkan Fatty
Alcohol adalah proses Hidrogenasi. Proses pembuatan fatty alcohol melalui beberapa tahap,
umpan berupa metil ester dan gas hidrogen yang masing-masing terdapat pada tangki
penyimpanan diumpankan ke vaporizer, untuk diubah fasanya menjadi gas. Setelah itu, kedua
bahan masuk dalam reaktor fixed bed multitube dengan bantuan katalis CuCr. Reaktor beroperasi
pada suhu 300 0C dan tekanan 5 atm, dengan konversi 95%. Reaksi yang terjadi di reaktor sebagai
berikut:

Produk keluaran reaktor adalah fatty alcohol dan metanol. Selanjutnya produk ke unit pemisah
untuk memurnian produk. Produk keluaran dari reaktor dialirkan ke ekspander I untuk diturunkan
tekanan dari 5 atm ke 1 atm. Kemudian produk masuk ke kondensor I untuk didinginkan dan
diubah fasenya dari gas menjadi cair. Produk terdiri dari dua fasa, yaitu fasa gas (hidrogen) dan
fasa cair (fatty alcohol dan metanol). Campuran produk bawah ini kemudian dialirkan ke gas boot
pada tekanan 1 atm dengan temperature 84,154 0C, untuk disahkan antara fasa cair dan fasa gas.
Produk atas berupa hidrogen sisa yang tidak bereaksi dengan metil ester, sedangkan produk
bawahnya merupakan campuran dari fatty alcohol dan methanol. Produk bawah dilepaskan ke
udara, sedangkan produk bawah masuk ke cooler I untuk didinginkan hingga suhu 270C. Produk
kemudian masuk ke dekanter untuk dipisahkan dari pengotor yang berupa gliserol dari bahan baku.
Setelah produk terpisah dari pengotornya, produk kemudian masuk heater II untuk dipanaskan
hingga suhu 262,62oC sebelum memasuki evaporator I. Produk masuk evaporator I untuk
dipisahkan produk dari produk sampingnya yaitu methanol. Kemudian produk hasil dari
evaporator I dialirkan ke evaporator II yang sebelumnya dipanaskan dahulu dengan heater III
untuk kembali dimurnikan. Pada proses evaporasi terakhir, didapatkan produk yang diinginkan
yaitu fatty alcohol kemurnian 99,9% dan disimpan dalam tangki penyimpanan produk. Reaksi
pembentukan Fatty Alcohol bersifat endotermis yang ditandai dengan ∆Hf bernilai positif.

 Metil Ester Sulfonat (MES)


Metil Ester Sulfonat (MES) adalah salah satu surfaktan anionic. MES dapat dibuat dari metil ester
(ME) asam lemak. Asam lemak yang mempunyai atom C12-C14 berperan terhadap pembusaan,
sedangkan asam lemak yang mempunyai atom C16-C18 berperan terhadap kekerasan dan deterjensi.
Komposisi asam lemak metil ester seperti di atas dimiliki oleh stearin sawit. MES dapat dibuat
melalui proses sulfonasi. Proses sulfonasi menghasilkan produk turunan. yang terbentuk melalui
reaksi kelompok sulfat atau sulfonat dengan minyak, asam lemak (fatty acid),ester dan alkohol
lemak (fatty alcohol). Proses sulfonasi dapat dilakukan terhadap minyak yang mempunyai ikatan
jenuh dan tak jenuh ataupun gugus hidroksil pada molekulnya. Pada dasarnya reagent yang bekerja
pada reaksi sulfonasi adalah -SO3 , yang dapat diperoleh pada reagent gas SO3 ,oleum (SO3.H2 SO4
), NaHSO3 ataupun H2SO4[3,4]. Teknologi yang digunakan dalam pembuatan MES adalah
teknologi yang dikembangkan oleh Chemithon . Pada teknologi Chemithon ini pembuatan MES
dilakukan dengan mereaksikan ME asam lemak dengan gas SO3.Ditinjau dari bahan bakunya,
khusus dalam pengadaan gas SO3 di Indonesia sulit dilakukan, maka perlu menggunakan oleum.

Refined Bleached Deodorized (RBD) stearin merupakan hasil samping pembuatan minyak
goreng dari Crude Palm Oil (CPO) yang terdiri dari asam lemak jenuh dan mempunyai atom C16-
C18 dominan yang berperan terhadap kekerasan dan sifat deterjensi. Oleh karena itu untuk
memanfaatkan hasil samping/limbah tersebut yang hingga saat ini belum pernah dilakukan
penelitiannya, sehingga akan dicoba sebagai bahan baku pembuatan MES. Ada beberapa
penelitian yang beberapa tahun belakangan ini juga mencoba membuat MES diantaranya
menggunakan metil ester minyak inti sawit (CPO) dan NaHSO 3 sebagai bahan baku pembuatan
MES dengan Al2O3 sebagai katalis . Hasil yang diperoleh belum mencantumkan konversi produk
MES yang terbentuk. Karakteristik produk MES yang dihasilkan hanya mencakup pH, penurunan
tegangan permukaan, peningkatan stabilitas emulsi, dan peningkatan daya tahan busa . Proses
pembuatan MES juga dilakukan menggunakan bahan baku palm oil yang diproses menjadi metil
ester dan kemudian dihidrogenasi untuk mengurangi derajat kejenuhan metil ester. Pembuatan
MES dengan menggunakan metil ester yang dihidrogenasi terlebih dahulu, akan memperbesar
biaya produksi karena hidrogenasi membutuhkan energi tambahan. Selain itu pemakaian MES
untuk komposisi hand dishwashing detergent. Dengan pengembangan teknologi proses pembuatan
MES dari RBD stearin, diharapkan surfaktan anionik ini dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti surfaktan anionik dari bahan petrokimia.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Oleokimia adalah bahan kimia yang diturunkan dari minyak atau lemak melalui proses
splitting trigliserida (triacylgliserol) menjadi turunan asam-asam lemaknya dan gliserol. Proses
tersebut dapat dilakukan secara kimia maupun enzymatis. Keunggulan oleokimia dari petrokimia
ialah bahwa oleokimia adalah produk yang terbarukan, biodegradable, lebih aman (tidak beracun).
Oleokimia dasar yang banyak diproduksi antara lain fatty acids,fatty alcohols, fatty methyl ester,
fatty amines dan gliserol.

Alkohol lemak adalah alkohol alifatik dengan rantai karbon di antara C8 dan C22 (Noweck,
2011). Dengan panjang rantai dan struktur rantai yang beragam, sifat kimia maupun sifat fisik yang
dimiliki setiap jenis senyawa alkohol lemak berbeda-beda. Alkohol lemak pada umumnya tidak
memiliki ikatan rangkap, sehingga bersifat jenuh. Gugus hidroksil pada alkohol lemak dapat
mengalami berbagai jenis reaksi dan menghasilkan berbagai macam produk turunan. Aplikasi
alkohol lemak yang paling banyak (70–75%) adalah surfaktan (Noweck, 2011). Alkohol lemak
bersifat amphifilik, sehingga alkohol lemak memiliki kombinasi non-polar (rantai karbon lipofilik)
dan polar (gugus fungsi hidroksil yang hidrofilik). Sifat alkohol lemak yang polar juga membuat
senyawa ini digunakan sebagai pelumas.

B.SARAN

Manfaat fatty alcohol digunakan sebagai emollients, emulsifier, dan thickners pada industri
makanan dan kosmetik. Penggunaan Fatty Alcohol semakin meningkat setiap tahun, namun untuk
mencukupi kebutuhan dalam negeri, fatty alcohol masih mengimpor dari luar negeri. Oleh karena
itu, perlu direncanakan studi prarancangan pabrik fatty alcohol dengan pertimbangan secara teknis,
lingkungan dan ekonomi agar dapat memenuhi kebutuhan fatty alcohol dalam negeri dan juga
diharapakan makalah agroindustri mengenai fatty alcohol ester sulfanot ini dapat bermanfaat bagi
pembaca terutama bagi kita mahasiswa agar lebih memperdalam dan memperluas pengetahuan
kita mengenai agroindustri.
DAFTAR PUSTAKA

Yunilawati, R., Yemirta, Y., & Komalasari, Y. (2010). Sintesis Stearil Alkohol Etoksilat sebagai
Emulsifier pada Kosmetik. Jurnal Kimia dan Kemasan, 32(1), 13-18.

Gunawan, M. L., Makertihartha, I. G. B. N., & Subagjo, S. (2020). Kinetika Reaksi Hidrogenasi
Ester Lemak Menjadi Alkohol Lemak Dengan Katalis Tembaga-Mangan. Indonesian
Journal of Chemical Research, 8(1), 21-27.

Isdayanti, M., & Karima, I. N. (2018). PRARANCANGAN PABRIK FATTY ALCOHOL DARI
BIODIESEL DENGAN PROSES HIDROGENASI DENGAN KAPASITAS 10.000
TON/TAHUN. JURNAL TUGAS AKHIR TEKNIK KIMIA, 1(1), 9-15.

Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, (2014), Profil Industri Oleokimia Dasar Dan
Biodisel, Jakarta.

PASPI-Monitor. (2021). OLEOKIMIA DALAM INDUSTRI HILIR SAWIT INDONESIA. Palm


Oil Journal, 2(36), 501-506.

Anda mungkin juga menyukai