TEOLOGI PENDIDIKAN
ISLAM
1
Term allahu disebutkan 980 kali; term allaha disebutkan 592 kali; term allahi
disebutkan 1.125; dan term allahumma disebutkan 5 kali.
dengan aneka penjelasan dan bukti, serta jawaban yang membungkam
siapa pun yang mempersekutukan Allah Swt.2
Ketauhidan Allah Swt. mencakup empat macam sebagai berikut.3
Pertama, Keesaan Zat-Nya. Seseorang harus percaya bahwa Allah
Swt. tidak terdiri dari unsur-unsur atau bagian-bagian, karena bila
Zat Yang Mahakuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih –betapa pun
kecilnya unsur atau bagian itu– berarti Dia membutuhkan unsur atau
bagian itu. Allah Swt. adalah sumber segala sesuatu dan Dia sendiri
tidak bersumber dari sesuatu pun. Keragaman dan bilangan lebih dari
satu adalah substansi setiap makhluk, bukan ciri Khaliq (Pencipta).
Itulah sebagian makna Keesaan dalam Zat-Nya.
Kedua, Keesaan Sifat-Nya. Allah Swt. memiliki sifat yang tidak
sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk,
walaupun dari segi bahasa, kata yang digunakan untuk menunjuk sifat
tersebut sama. Menurut sebuah hadis, ada 99 sifat Allah Swt., namun
setelah menelusuri Al-Qur’an, Muhammad Husain al-Thabathaba’i
menyimpulkan bahwa ada 127 nama atau sifat Allah Swt. yang
ditemukan dalam Al-Qur’an, kesemuanya merupakan al-Asma’ al-Husna.
Ketiga, Keesaan Perbuatan-Nya. Segala sesuatu yang ada di alam
raya ini, baik sistem kerja maupun sebab dan wujudnya, kesemuanya
adalah hasil perbuatan Allah Swt. semata. Apa yang dikehendaki-Nya
terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Namun,
ini bukan berarti Allah Swt. berlaku sewenang-wenang atau “bekerja”
tanpa sistem yang ditetapkan-Nya. Keesaan perbuatan-Nya dikaitkan
dengan hukum, atau takdir dan sunnatullah yang ditetapkan-Nya.
Sementara itu, dalam mewujudkan kehendak-Nya, Allah Swt. tidak
membutuhkan apa pun.
Keempat, Keesaan dalam Beribadah Kepada-Nya. Kalau ketiga
keesaan di atas merupakan hal-hal yang harus diketahui dan diyakini
maka keesaan keempat merupakan perwujudan dari ketiga makna
keesaan terdahulu. Mengesakan Allah Swt. dalam beribadah menuntut
manusia untuk melaksanakan segala sesuatu karena Allah Swt. Alhasil,
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, hlm. 23-25.
3
Ibid., hlm. 43-48.
4
‘Umar Ahmad ‘Umar, Manhaj al-Tarbiyyah fi Al-Qur’an wa al-Sunnah (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, 1996), hlm. 78-79.
5
‘Abd al-Majid Tha’mah Halbi, al-Tarbiyyah al-Islamiyyah li al-Aulad: Manhaj wa
Hadaf wa Uslub (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 2004), hlm. 141.
6
Muhammad Hasyim Asy’ari, Pendidikan Karakter Khas Pesantren, Penerjemah
Rosidin (Tangerang: TiraSmart, 2017), hlm. 2-3.
7
‘Abd al-Wahhab ‘Abd al-Salam Thawilah, al-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Fann
al-Tadris (Kairo: Dar al-Salam, 2003), hlm. 14.
8
Sa’id Isma’il ‘Ali, Ushul al-Tarbiyyah al-Islamiyyah, hlm. 65-66.
9
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, hlm. 129.
10
Samih ‘Athif al-Zain, Mu’jam Tafsir Mufradat Alfazh Al-Qur’an (Beirut: Dar
al-Kutub al-Lubanani, 2001), hlm. 111-112.
11
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),
hlm. 65-69.
12
Loc. Cit., hlm. 76.
13
Loc. Cit., hlm. 70-74.
14
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2008), hlm. 102-103.
15
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, hlm. 131.
16
Rosidin, Konsep Andragogi dalam Al-Qur’an: Sentuhan Islami pada Teori dan
Praktik Pendidikan Orang Dewasa (Malang: Litera Ulul Albab, 2013), hlm. 72.
17
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, hlm. 88.
18
Ibid., hlm. 74-76.
19
Ibid., hlm. 88-90.
20
Ibid., hlm. 411.
21
Seluruh materi ini disarikan dari Zainal Abidin, Filsafat Manusia (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006).
22
Seluruh materi disarikan dari Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani,
Falsafah Pendidikan Islam, Penerjemah Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang,
1979).
23
‘Abd al-Rahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Asalibuha:
fi al-Bayt wa al-Madrasah wa al-Mujtama’ (Beirut: Dar al-Fikr, 1986), hlm. 38-39.
24
Ibid., hlm. 41-44.
25
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta:
Kencana, 2014), hlm. 29.
26
‘Abd al-Rahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Asalibuha,
hlm. 45-46.
27
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, hlm. 30-31.
28
Ibid., hlm. 50.
29
Sa’id Isma’il ‘Ali, Ushul al-Tarbiyyah al-Islamiyyah, hlm. 74-75.
Ada dua tugas utama yang dibebankan oleh Allah Swt. kepada umat
manusia: (1) sebagai ‘abdullah yang harus beribadah kepada Allah
Swt. (QS Al-Dzariyat [51]: 56); (b) sebagai khalifatullah yang harus
memakmurkan bumi (‘imarah) (QS Al-Baqarah [2]: 30) dengan kualitas
terbaik (ihsan) (QS Al-Baqarah [2]: 195).