Disusun oleh :
Nama Kelompok :
1. Asri Kurniasari (202206006)
2. Irvan Saputra (202206020)
3. Noor Aisyah (202206028)
4. Nova Novita Putri Aldama (202206030)
5. Octadio Eka Bayu Putra (202206031)
6. Putri Lestari (202206034)
7. Silvi Mariska Oktaviani (202206042)
8. Sintia Nurul Hida (202206044)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan Nya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah KMB 1.
Seperti pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak” kami tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
serta saran supaya makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi dan bermanfaat
bagi masyarakat umum maupun bagi perkembangan dunia pendidikan.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
BAB I....................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................................5
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................6
A. Pengertian COVID-19...............................................................................................................6
B. Etiologi COVID-19...................................................................................................................6
C. Patofisiologi COVID-19............................................................................................................7
D. Tanda dan Gejala COVID-19....................................................................................................9
E. Komplikasi COVID-19............................................................................................................10
F. Penatalaksanaan COVID-19....................................................................................................10
G. Penyebaran COVID-19............................................................................................................19
H. Program Pemerintah untuk penyakit COVID-19.....................................................................20
I. Asuhan keperawatan Covid-19................................................................................................23
BAB III...............................................................................................................................................28
PENUTUP..........................................................................................................................................28
Kesimpulan......................................................................................................................................28
Saran................................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................29
PENDAHULUAN
BAB I
A. Latar Belakang
A. Pengertian COVID-19
B. Etiologi COVID-19
Penyebab Covid-19 adalah virus yang tergolong dalam keluarga coronavirus.
Covid-19 merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. SARS CoV-2 merupakan virus RNA yang tersusun dari empat
struktur protein yaitu Nucleocapsid protein (N) mengandung materi genetik virus
(RNA) yang berperan penting dalam melakukan replikasi, Spike protein (S)
berperan dalam berikatan dengan reseptor pada sel hospes (ACE2), Membrane
protein (M) dan Envelope protein (E) secara bersama-sama berperan penting
dalam merakit virus. Virus ini tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae
dan terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus,
dan deltacoronavirus. Sebelum ada coronavirus, ada 6 jenis coronavirus yang telah
menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV- OC43
(betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1
(betacoronavirus), SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV
(betacoronavirus) (Indra, 2020).
Coronavirus yang menjadi etiologi Covid-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah
SARS pada tahun 2002 hingga 2004 yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini,
International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama
penyebab Covid-19 sebagai SARS-CoV-2 (Kemenkes RI, 2020).
Menurut Van (2020), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa SARS-CoV-2
dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, tembaga
kurang dari 4 jam, dan pada kardus kurang dari 24 jam. Seperti virus corona lain,
SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet, panas, dan dapat dinonaktifkan
dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, dan disinfektan
yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform, kecuali
khlorheksidin
C. Patofisiologi COVID-19
SARS-CoV-2 dapat menular melalui dorplet ketika seseorang batuk, bersin,
dan berbicara. Virus ini akan masuk melewati membran mukosa, terutama mukosa
nasal dan laring, kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius.
SARS-CoV-2 memiliki RBD (Reseptor-Binding Domain) dan RBM
(Receptor-Binding Motif) yang dapat langsung berinteraksi dengan ACE-2
(Angiotensin Converting Enzyme 2) dan menjadikan reseptor ACE-2 sebagai
reseptornya yang terdapat pada pada tractus respiratori dan enterosit usus kecil.
Hal ini menjadi awal mula masuknya virus corona yang menginfeksi saluran
napas. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 yang terletak
pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur RBD
dan subunit S2 berfungsi pada pembelahan proteolitik yang memediasi terjadinya
fusi membran antara virus dan sel inang (Sahin, 2020). Setelah terjadi fusi,
membran akan dilanjutkan dengan dilepasnya genom RNA virus ke dalam
sitoplasma sel inang, kemudian terjadi proses translasi RNA yang akan
mentraslasikan 2 poliprotein yaitu pp1a dan pp1ab. Kemudian protein struktural
akan membentuk RTC (Replication-Transcription Complex) pada kedua membran
(De, 2017). Selanjutnya, melalui RE (Retikulum Endoplasma) dan Aparatus Golgi
akan terbentuk genom RNA baru, nucleocapsid proteins, selubung glikoprotein,
dan partikel virus yang berisi virion akan berfusi pada plasma membran dan akan
melepas virus secara eksositosis (Perrier, 2019).
Beberapa penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan sitokin proinflamasi
yang memungkinkan pengaktifan sel T-helper-1 (Th1). Tetapi, pada infeksi yang
disebabkan oleh SARS-CoV-2 menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi sel
T-helper-2 (Th2) yang menghasilkan sitokin IL4 dan IL10 yang dapat menekan
inflamasi. Hal ini berbeda dengan infeksi yang terjadi pada kasus yang disebabkan
oleh SARS-CoV (Huang, 2020).
Menurut Thevarajan (2020), pasien dengan manifestasi Covid-19 bergejala
ringan tidak terjadi peningkatan kemokin dan sitokin proinflamasi. Sedangkan
menurut Zumla (2020), hal berbeda terjadi pada pasien dengan menifestasi gejala
berat disertai dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang
mengakibatkan respon inflamasi sistemik tidak terkontrol dalam jumlah besar
yang disebabkan oleh pelepasan sitokin proinflamasi dan kemokin dalam jumlah
besar sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan paru dan fibrosis. Menurut
penelitian Scordo (2021) tentang Post–COVID-19 Syndrome: Theoretical Basis,
Identification, and Management, manifestasi Covid-19 juga terjadi pada penyintas
Covid-19. Banyak gejala sisa masih dirasakan oleh penyintas Covid-19. Gejala
sisa ini disebabkan oleh disregulasi kompleks dari sistem imun dan sistem saraf
otonom. Beberapa perubahan metabolisme seperti pengurangan oksigen yang
diinduksi oleh suplai otot, asidosis otot rangka atau disregulasi proton, gangguan
pengambilan glukosa, dan penurunan kadar adenosine trifosfat dalam sel otot.
Perubahan ini diyakini disebabkan oleh reseptor beta 2-adrenergik dan
autoantibodi reseptor asetilkolin M3 oleh IgG yang menyebabkan kelelahan.
Secara umum, reseptor ini ditemukan di berbagai jaringan penting, seperti hati,
otot polos, otot rangka, dan miokardium. Selain itu, virus bisa menyerang sistem
saraf pusat yang menyebabkan pasien mengalami gangguan limfatik. Gangguan
limfatik ini disebabkan oleh akumulasi sitokin proinflamasi dan kelainan
polimorfisme dan desensititasi reseptor beta 2 adrenergik oleh chronic high
sympathetic tone
D. Tanda dan Gejala COVID-19
Menurut WHO (2020), gejala Covid-19 dibagi menjadi tiga, yaitu gejala paling
umum, gejala tidak umum, dan gejala serius.
1) Demam
2) Batuk
3) Kelelahan
1) Sakit tenggorokan
2) Sakit kepala
3) Sakit diare
4) Ruam pada kulit atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki
c. Gejala serius:
3) Sakit dada.
b. Gejala ringan Pasien dengan gejala, tetapi tidak ada bukti pneumonia atau hipoksia.
Umumnya gejala yang muncul seperti, demam, sakit kepala, hilang indra penciuman
(anosmia), dan hilang indra pengecapan (ageusia).
c. Gejala sedang Pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak napas)
dan SpO2 >93%.
d. Gejala berat Pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak napas)
dengan frekuensi napas >30x/menit dan disertai distres pernapasan berat SpO2 <93%
E. Komplikasi COVID-19
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 dan salah satu komplikasi yang dapat
mengancam jiwa adalah Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Komplikasi
lain yang didapatkan dari hasil data seperti gangguan ginjal akut (29%), jejas kardiak
(23%), disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%). Komplikasi lain yang telah di
laporkan adalah syok sepsis,koagulasi intravascular diseminata,rabdomiolisis,
miokarditis hingga pneumomediastinum (Efriza 2021)
F. Penatalaksanaan COVID-19
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11/12
X X X
c. Farmakologi
1. Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACEinhibitor
dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis
Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
2. Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan:
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30
hari).
- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B,E,Zink.
3. Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup).
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU)
4. Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan
untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan
kondisi klinis pasien.
5. Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
3. DERAJAT RINGAN
a. Isolasi dan Pemantauan
1. Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal 10 hari sejak
muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi dilanjutkan hingga
gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat dilakukan
mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan
pemerintah.
2. Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan kondisi pasien.
3. Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP terdekat.
b. Non Farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi tanpa
gejala).
c. Farmakologis
1. Vitamin C dengan pilihan:
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari).
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari).
- Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari).
- Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C,
- B, E, zink
2. Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup).
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU).
3. Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari
4. Antivirus :
- Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari (terutama bila
diduga ada infeksi influenza).
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke 1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
5. Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam.
6. Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan
untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan
kondisi klinis pasien.
7. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
.
4. DERAJAT SEDANG
a. Isolasi dan Pemantauan
1. Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19.
2. Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19
b. Non Farmakologis
1. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen.
2. Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati dan foto toraks secara berkala.
c. Farmakologis
1. Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan.
2. Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU).
3. Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksI
bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
4. Salah satu antivirus berikut :
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) atau
- Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari
ke 2-5 atau hari ke 2-10)
5. Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
6. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.
7. Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP.
b. Non Farmakologis
1. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan), dan oksigen.
2. Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati, Hemostasis, LDH, D-dimer.
3. Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan.
4. Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
- Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min.
- Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari).
- PaO2/ FiO2<300 mmHg.
- Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-paru pada
pencitraan thoraks dalam 24-48 jam
- Limfopenia progresif
- Peningkatan CRP progresif
- Asidosis laktat progresif.
5. Monitor keadaan kritis
- Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, syok atau gagal
multiorgan yang memerlukan perawatan ICU.
- Bila terjadi gagal napas disertai ARDS pertimbangkan penggunaan
ventilator mekanik (alur gambar 1).
- 3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit, yaitu
sebagai berikut:
1. Gunakan high flow nasal cannula (HFNC) atau noninvasive
mechanical ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi
paru luas. HFNC lebih disarankan dibandingkan NIV.
2. Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien
dengan edema paru.
3. Posisikan pasien sadar dalam posisis tengkurap (awake prone
position).
6. Terapi oksigen
1. Inisiasi terapi oksigen jika ditemukan SpO2 <93% dengan udara bebas
dengan mulai dari nasal kanul sampai NRM 15 L/menit, lalu titrasi
sesuai target SpO2 92-96%.
2. Tingkatkan terapi oksigen dengan menggunakan alat HFNC (High
Flow Nasal Cannula) jika tidak terjadi perbaikan klinis dalam 1 jam
atau terjadi perburukan klinis.
3. Inisiasi terapi oksigen dengan alat HFNC; flow 30 L/menit, FiO2 40%
sesuai dengan kenyamanan pasien dan dapat mempertahankan target
SpO2 92-96%.
c. Farmakologis
1. Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1
jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
2. Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
3. Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup)
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)
4. Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi
bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
5. Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena koinfeksi
bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus
infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah
harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian
khusus) patut dipertimbangkan.
6. Antivirus :
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) atau
- Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip
(hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
7. Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
8. Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat yang
mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan ventilator.
9. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
10. Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi
11. Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman
tatalaksana syok yang sudah ada.
12. Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi.
G. Penyebaran COVID-19
Peningkatan jumlah pasien yang terinfeksi disebabkan oleh bagaimana cara
virus tersebut menyebar. Melansir dari WHO, virus COVID-19 dapat menyebar
melalui beberapa cara berikut:
1. Melalui Droplet
Droplet adalah cairan atau percikan air yang keluar dari saluran pernapasan
ketika seseorang batuk maupun bersin. Risiko penularan virus COVID-19 melalui
droplet akan meningkat drastis apabila seseorang tidak mengenakan masker. Namun
ternyata, droplet tidak hanya sebatas cairan yang dikeluarkan ketika bersin atau batuk,
melainkan juga ketika berbicara, bernyanyi, maupun tertawa.
5. Tempat Ramai
Menghindari tempat ramai menjadi satu dari sekian banyak upaya yang bisa
dilakukan untuk mengurangi penularan. Tempat yang dipenuhi oleh orang-orang
berisiko tinggi karena dapat memungkinkan terjadinya sentuhan fisik atau droplet
yang beterbangan. Menjaga jarak minimal 1 meter adalah langkah pencegahan yang
bisa kamu lakukan ketika sedang berada dalam situasi yang ramai.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian adalah
proses pengumpulan semua data dari pasien (keluarga/kelompok/komunitas), proses
mengolahnya menjadi informasi, dan kemudian mengatur informasi yang bermakna
dalam kategori pengetahuan, yang dikenal sebagai diagnosis keperawatan (Potter &
Perry, 2016).
Data pengkajian pasien yang diduga Covid-19 dengan masalah keperawatan
gangguan pola tidur meliputi:
a. Gejala dan tanda mayor
1) Data Subjektif:
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Data Objektif:
a) Tidak tersedia
b. Gejala dan tanda minor 1) Data Subjektif:
a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun 2) Data Objektif:
a) Tidak tersedia
2. Diagnosis keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), diagnosis keperawatan merupakan
suatu penilaian klinis mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosis
keperawatan yang muncul pada pasien COVID-19 salah satunya yaitu gangguan pola
tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan
sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan (D.0055).
3. Perencanaan
A. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
1. Gangguan pola tidur (D. 0055)
Kategori: Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/istirahat
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab :
1. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan
2. Kurangnya control tidur
3. Kurangnya privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan tanda mayor DS:
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
DO : ( tidak tersedia) Gejala dan tanda minor
DS:
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun DO: ( tidak tersedia )
Kondisi klinis terkait
1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruktsi kronik
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuha
dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya
disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2016). Implementasi dilaksanakan
sesuai intervensi yang telah dibuat yaitu dengan pemberian eye masks dan earplugs
sebagai salah satu bentuk dari intervensi inovasi yang diberikan untuk meningkatkan
kualitas tidur pasien covid-19.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi
keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosis
keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan
evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respons (jangka panjang) terhadap
tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke
arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga
dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S
(Subjective) yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O (Objective) yaitu data yang
diobservasi oleh perawat atau keluarga, A (Analisys) yaitu kesimpulan dari objektif
dan subjektif, P (Planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis(Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit Corona virus (COVID-19) merupakan suatu penyakit yang baru ditemukan
pada tahun akhir tahun 2019 lalu dan virus ini dapat menular. Covid-19 merupakan keluarga
besar virus yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan mulai dari gejala
ringan, sedang sampai berat. Penyakit ini merupakan zoonosis atau ditularkan antara hewan
dan manusia. Penyebab Covid-19 adalah virus yang tergolong dalam keluarga coronavirus.
Covid-19 merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 dan salah satu komplikasi yang dapat mengancam
jiwa adalah Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). pemerintah telah melakukan
berbagai strategi dalam menangani penambahan kasus positif COVID-19. Adapun strategi
yang diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi empat hal yang secara
konsisten dilakukan, yaitu: 1) kewajiban memakai masker saat berada di ruang publik atau di
luar rumah, 2) penelusuran kontak (tracing) 3) edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri
4) isolasi rumah sakit.
Saran
Diharapkan pemerintah daerah yang menangani COVID-19 di Indonesia selalu
memberikan informasi terupdate terkait kasus dan pengendalian wabah COVID-19 melalui
televisi atau media sosial serta pemerintah tidak ragu dalam menjalankan kebijakan untuk
menekan penyebaran COVID-19, seperti pembatasan beraktivitas diluar rumah: bekerja,
berwisata, dan berbelanja seperlunya saja serta pembatasan mudik pulang kampung, agar
dapat menghindari terjadinya jumlah kasus yang tinggi dan meluasnya penyebaran COVID-
19.
DAFTAR PUSTAKA