Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH COVID - 19

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : KMB I
Dosen Pengampu : Jamaludin, A.Kep,M.Kes

Disusun oleh :
Nama Kelompok :
1. Asri Kurniasari (202206006)
2. Irvan Saputra (202206020)
3. Noor Aisyah (202206028)
4. Nova Novita Putri Aldama (202206030)
5. Octadio Eka Bayu Putra (202206031)
6. Putri Lestari (202206034)
7. Silvi Mariska Oktaviani (202206042)
8. Sintia Nurul Hida (202206044)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


ITEKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan Nya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah KMB 1.

Kami berterima kasih kepada Bapak Jamaludin, A.Kep,M.Kes selaku dosen


pengampu mata kuliah KMB 1 yang telah memberikan arahan serta bimbingannya.
Selain itu, kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini dari awal
sampai selesai.

Seperti pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak” kami tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
serta saran supaya makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi dan bermanfaat
bagi masyarakat umum maupun bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kudus, 3 September 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
BAB I....................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................................5
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................6
A. Pengertian COVID-19...............................................................................................................6
B. Etiologi COVID-19...................................................................................................................6
C. Patofisiologi COVID-19............................................................................................................7
D. Tanda dan Gejala COVID-19....................................................................................................9
E. Komplikasi COVID-19............................................................................................................10
F. Penatalaksanaan COVID-19....................................................................................................10
G. Penyebaran COVID-19............................................................................................................19
H. Program Pemerintah untuk penyakit COVID-19.....................................................................20
I. Asuhan keperawatan Covid-19................................................................................................23
BAB III...............................................................................................................................................28
PENUTUP..........................................................................................................................................28
Kesimpulan......................................................................................................................................28
Saran................................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................29
PENDAHULUAN

BAB I
A. Latar Belakang

Penyakit Corona virus (COVID-19) merupakan suatu penyakit yang baru


ditemukan pada tahun akhir tahun 2019 lalu dan virus ini dapat menular. Orang-orang
yang terinfeksi virus ini akan mendapati penyakit pernapasan dari kategori ringan
hingga menengah dan dapat sembuh tanpa harus ada perawatan khusus. Penyakit ini
dapat berkembang ke arah yang lebih serius untuk golongan orang tua dan orang-
orang yang memiliki penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, pernapasan kronis, dan
kanker. Saat ini COVID-19 atau virus corona telah berkembang pesat dan telah
dilaporkan hampir diseluruh dunia. COVID-19 telah merengut ratusan bahkan ribuan
nyawa manusia di China hanya dalam waktu kisaran 3 bulan bahkan virus ini telah
menyebar ke negara-negara lain seperti Italia, Iran, Korea Selatan, Inggris, Jepang,
Amerika, Jerman, dan bahkan di Indonesia sekalipun. Sejak adanya pandemi COVID-
19 di negara Indonesia, berbagai cara atau upaya telah dilakukan oleh pemerintah
indonesia untuk menghindari terjadinya penularan covid-19 yang berkepanjangan di
tanah air kita yaitu indonesia. Salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi
penularan virus corona adalah di provinsi Jawa Tengah (Prov. Jateng). Virus cona ini
telah menyebar di berbagai kabupaten dan kota se-Jawah Tengah. Terdapat 35
kabupaten/ kota di Jawa Tengah yang menjadi penularan virus corona. Adapun
kabupaten kota yang menjadi pesebaran/penularan virus corona anatara lain yaitu
Kota Semarang, Kudus, Jepara, Demak, Kendal, Semarang, Boyolali, Kebumen,
Sukoharjo, Wonosobo, Magelang, Rembang, Surakarta, Karanganyar, Purworejo,
Sragen, Blora, Temanggung, Grobogan, Banyumas, Klaten, Batang, Pati, Pemalang,
Tegal, Banjarnegara, Pekalongan, Cilacap, Brebes, Pekalongan, Magelang, Salatiga,
Purbalingga, Wonogiri dan Tegal. (Darmansah and Wardani 2021)

Di Indonesia, pelaporan masalah kasus pertama COVID-19 yaitu pada tanggal 2


maret 2020 dengan jumlah 2 kasus. Data pada tanggal 31 maret 2020 memperlihatkan
bahwakasus yang terkonfirmasi ada berjumlah 1,528 kasus dan 136 kasus kematian.
Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9% angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara (Adityo dkk, 2020)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini agar kita semua dapat memahami
mengenai penyakit COVID-19 untuk mengetahui penanganan penyakit COVID-
19 serta mencegah penyebaran penyakit COVID-19. Selain itu juga untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian penyakit COVID-19
b. Untuk mengetahui etiologi penyakit COVID-19
c. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit COVID-19
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit COVID-19
e. Untuk mengetahui komplikasi penyakit COVID-19
f. Untuk mengetahui penatalaksaan penyakit COVID-19
g. Untuk mengetahui penyebaran penyakit COVID-19
h. Untuk mengetahui progam pemerintah terkait penyakit COVID-19
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian penyakit COVID-19 ?
2. Bagaimana etiologi penyakit COVID-19 ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit COVID-19 ?
4. Bagaimana tanda dan gejala penyakit COVID-19 ?
5. Bagaimana komplikasi penyakit COVID-19?
6. Bagaimana penatalaksaan penyakit COVID-19?
7. Bagaimana penyebaran penyakit COVID-19 ?
8. Bagaimana progam pemerintah terkait penyakit COVID-19 ?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian COVID-19

Coronavirus disease 2019 atau Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan


oleh coronavirus. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease
(penyakit). Sebelum disebut Covid-19 penyakit ini disebut 2019 novel coronavirus
atau 2019-nCoV. Virus ini merupakan bagian dari keluarga virus yang sama
dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu
biasa (UNICEF, 2020).

Menurut Kemenkes RI (2020), Covid-19 merupakan keluarga besar virus yang


dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan mulai dari gejala ringan,
sedang sampai berat. Penyakit ini merupakan zoonosis atau ditularkan antara
hewan dan manusia. Virus ini pertama kali ditemukan di Kota Wuhan Tiongkok
pada Nevember 2019. Coronavirus dapat menyebar dengan cepat dan
menyebabkan wabah Pneumonia yang meluas secara global. Covid-19 telah
ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO sejak 12 Maret 2020.

B. Etiologi COVID-19
Penyebab Covid-19 adalah virus yang tergolong dalam keluarga coronavirus.
Covid-19 merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. SARS CoV-2 merupakan virus RNA yang tersusun dari empat
struktur protein yaitu Nucleocapsid protein (N) mengandung materi genetik virus
(RNA) yang berperan penting dalam melakukan replikasi, Spike protein (S)
berperan dalam berikatan dengan reseptor pada sel hospes (ACE2), Membrane
protein (M) dan Envelope protein (E) secara bersama-sama berperan penting
dalam merakit virus. Virus ini tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae
dan terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus,
dan deltacoronavirus. Sebelum ada coronavirus, ada 6 jenis coronavirus yang telah
menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV- OC43
(betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1
(betacoronavirus), SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV
(betacoronavirus) (Indra, 2020).
Coronavirus yang menjadi etiologi Covid-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah
SARS pada tahun 2002 hingga 2004 yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini,
International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama
penyebab Covid-19 sebagai SARS-CoV-2 (Kemenkes RI, 2020).
Menurut Van (2020), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa SARS-CoV-2
dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, tembaga
kurang dari 4 jam, dan pada kardus kurang dari 24 jam. Seperti virus corona lain,
SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet, panas, dan dapat dinonaktifkan
dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, dan disinfektan
yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform, kecuali
khlorheksidin
C. Patofisiologi COVID-19
SARS-CoV-2 dapat menular melalui dorplet ketika seseorang batuk, bersin,
dan berbicara. Virus ini akan masuk melewati membran mukosa, terutama mukosa
nasal dan laring, kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius.
SARS-CoV-2 memiliki RBD (Reseptor-Binding Domain) dan RBM
(Receptor-Binding Motif) yang dapat langsung berinteraksi dengan ACE-2
(Angiotensin Converting Enzyme 2) dan menjadikan reseptor ACE-2 sebagai
reseptornya yang terdapat pada pada tractus respiratori dan enterosit usus kecil.
Hal ini menjadi awal mula masuknya virus corona yang menginfeksi saluran
napas. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 yang terletak
pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur RBD
dan subunit S2 berfungsi pada pembelahan proteolitik yang memediasi terjadinya
fusi membran antara virus dan sel inang (Sahin, 2020). Setelah terjadi fusi,
membran akan dilanjutkan dengan dilepasnya genom RNA virus ke dalam
sitoplasma sel inang, kemudian terjadi proses translasi RNA yang akan
mentraslasikan 2 poliprotein yaitu pp1a dan pp1ab. Kemudian protein struktural
akan membentuk RTC (Replication-Transcription Complex) pada kedua membran
(De, 2017). Selanjutnya, melalui RE (Retikulum Endoplasma) dan Aparatus Golgi
akan terbentuk genom RNA baru, nucleocapsid proteins, selubung glikoprotein,
dan partikel virus yang berisi virion akan berfusi pada plasma membran dan akan
melepas virus secara eksositosis (Perrier, 2019).
Beberapa penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan sitokin proinflamasi
yang memungkinkan pengaktifan sel T-helper-1 (Th1). Tetapi, pada infeksi yang
disebabkan oleh SARS-CoV-2 menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi sel
T-helper-2 (Th2) yang menghasilkan sitokin IL4 dan IL10 yang dapat menekan
inflamasi. Hal ini berbeda dengan infeksi yang terjadi pada kasus yang disebabkan
oleh SARS-CoV (Huang, 2020).
Menurut Thevarajan (2020), pasien dengan manifestasi Covid-19 bergejala
ringan tidak terjadi peningkatan kemokin dan sitokin proinflamasi. Sedangkan
menurut Zumla (2020), hal berbeda terjadi pada pasien dengan menifestasi gejala
berat disertai dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang
mengakibatkan respon inflamasi sistemik tidak terkontrol dalam jumlah besar
yang disebabkan oleh pelepasan sitokin proinflamasi dan kemokin dalam jumlah
besar sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan paru dan fibrosis. Menurut
penelitian Scordo (2021) tentang Post–COVID-19 Syndrome: Theoretical Basis,
Identification, and Management, manifestasi Covid-19 juga terjadi pada penyintas
Covid-19. Banyak gejala sisa masih dirasakan oleh penyintas Covid-19. Gejala
sisa ini disebabkan oleh disregulasi kompleks dari sistem imun dan sistem saraf
otonom. Beberapa perubahan metabolisme seperti pengurangan oksigen yang
diinduksi oleh suplai otot, asidosis otot rangka atau disregulasi proton, gangguan
pengambilan glukosa, dan penurunan kadar adenosine trifosfat dalam sel otot.
Perubahan ini diyakini disebabkan oleh reseptor beta 2-adrenergik dan
autoantibodi reseptor asetilkolin M3 oleh IgG yang menyebabkan kelelahan.
Secara umum, reseptor ini ditemukan di berbagai jaringan penting, seperti hati,
otot polos, otot rangka, dan miokardium. Selain itu, virus bisa menyerang sistem
saraf pusat yang menyebabkan pasien mengalami gangguan limfatik. Gangguan
limfatik ini disebabkan oleh akumulasi sitokin proinflamasi dan kelainan
polimorfisme dan desensititasi reseptor beta 2 adrenergik oleh chronic high
sympathetic tone
D. Tanda dan Gejala COVID-19

Menurut WHO (2020), gejala Covid-19 dibagi menjadi tiga, yaitu gejala paling
umum, gejala tidak umum, dan gejala serius.

a. Gejala yang paling umum

1) Demam

2) Batuk

3) Kelelahan

4) Kehilangan rasa atau bau.

b. Gejala yang kurang umum:

1) Sakit tenggorokan

2) Sakit kepala

3) Sakit diare

4) Ruam pada kulit atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki

5) Mata merah atau iritasi.

c. Gejala serius:

1) Kesulitan bernapas atau sesak napas

2) Kehilangan bicara atau mobilitas, atau kebingungan

3) Sakit dada.

Menurut Burhan (2020), gejala Covid-19 diklasifikasikan menjadi empat, yaitu

a. Tanpa gejala (Asimtomatik) Pasien yang terkonfirmasi positif tetapi tidak


ditemukan gejala atau tanda klinis.

b. Gejala ringan Pasien dengan gejala, tetapi tidak ada bukti pneumonia atau hipoksia.
Umumnya gejala yang muncul seperti, demam, sakit kepala, hilang indra penciuman
(anosmia), dan hilang indra pengecapan (ageusia).
c. Gejala sedang Pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak napas)
dan SpO2 >93%.

d. Gejala berat Pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak napas)
dengan frekuensi napas >30x/menit dan disertai distres pernapasan berat SpO2 <93%

E. Komplikasi COVID-19
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 dan salah satu komplikasi yang dapat
mengancam jiwa adalah Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Komplikasi
lain yang didapatkan dari hasil data seperti gangguan ginjal akut (29%), jejas kardiak
(23%), disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%). Komplikasi lain yang telah di
laporkan adalah syok sepsis,koagulasi intravascular diseminata,rabdomiolisis,
miokarditis hingga pneumomediastinum (Efriza 2021)

F. Penatalaksanaan COVID-19

1. PEMERIKSAAN PCR SWAB


a. Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakan diagnosis. Bila
pemeriksaan di hari pertama sudah positif, tidak perlu lagi pemeriksaan di hari
kedua, Apabila pemeriksaan di hari pertama negatif, maka diperlukan
pemeriksaan di hari berikutnya (hari kedua).
b. Pada pasien yang dirawat inap, pemeriksaan PCR dilakukan sebanyak tiga kali
selama perawatan.
c. Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan sedang tidak perlu dilakukan
pemeriksaan PCR untuk follow-up. Pemeriksaan follow-up hanya dilakukan
pada pasien yang berat dan kritis.
d. Untuk PCR follow-up pada kasus berat dan kritis, dapat dilakukan setelah
sepuluh hari dari pengambilan swab yang positif.
e. Bila diperlukan, pemeriksaan PCR tambahan dapat dilakukan dengan
disesuaikan kondisi kasus sesuai pertimbangan DPJP dan kapasitas di fasilitas
kesehatan masing-masing.
f. Untuk kasus berat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam
selama tiga hari namun pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang positif,
kemungkinan terjadi kondisi positif persisten yang disebabkan oleh
terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah tidak aktif.
Pertimbangkan nilai Cycle Threshold (CT) value untuk menilai infeksius atau
tidaknya dengan berdiskusi antara DPJP dan laboratorium pemeriksa PCR
karena nilai cut off berbeda-beda sesuai dengan reagen dan
alat yang digunakan.

Jadwal Pengambilan Swab Untuk Pemeriksaan RT-PCR

Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 11/12

X X X

Keterangan : hanya diperiksa untuk berat dan kritis

Varian Omicron yang saat ini menjadi permasalahan di dunia, dikatakan


memiliki keunikan oleh karena mutasi pada protein Spike 69-70 sehingga target
gen Spike (S) menjadi tidak terdeteksi, dikenal sebagai S Gene Target Failure
(SGTF) atau S Gene Dropout, pada PCR. Dengan demikian, upaya untuk
menyediakan pemeriksaan PCR di laboratorium yang mampu membaca protein S
ini dapat membantu meningkatkan kecurigaan kepada varian Omicron yang
dikatakan memiliki kemampuan penularan yang lebih tinggi dibandingkan varian
lainnya. Khusus untuk probable omicron / konfirmasi omicron, yang menjalani
isoman/isoter maka pemeriksaan follow up PCR dapat dilakukan pada hari ke 5
dan 6.

2. TANPA GEJALA (ASIMTOMATIS)


a. Isolasi dan Pemantauan
- Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun di fasilitas
publik yang dipersiapkan pemerintah (isolasi terpusat).
- Pemantauan dilakukan oleh tenaga kesehatan dari FKTP
- Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauan
klinis.
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk
dibawa ke rumah):
1. Pasien :
- Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi
dengan anggota keluarga
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering
mungkin.
- Jaga jarak (physical distancing) dengan keluarga
- Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
- Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
- Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
- Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya (sebelum
jam 09.00 pagi dan setelah jam 15.00)
- Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong
plastik/wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor keluarga yang
lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin cuci
- Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
- Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika
terjadi peningkatan suhu tubuh > 38℃
2. Lingkungan/kamar:
- Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
- Membuka jendela kamar secara berkala
- Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan kamar
(setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung tangan dan goggle).
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering
mungkin.
- Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektan lainnya
3. Keluarga:
- Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya
memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
- Anggota keluarga senantiasa pakai masker
- Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
- Senantiasa mencuci tangan
- Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
- Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar
- Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien misalnya
gagang pintu, dll.

c. Farmakologi
1. Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACEinhibitor
dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis
Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
2. Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan:
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30
hari).
- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B,E,Zink.
3. Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup).
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU)
4. Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan
untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan
kondisi klinis pasien.
5. Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
3. DERAJAT RINGAN
a. Isolasi dan Pemantauan
1. Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal 10 hari sejak
muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi dilanjutkan hingga
gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat dilakukan
mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan
pemerintah.
2. Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan kondisi pasien.
3. Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP terdekat.

b. Non Farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi tanpa
gejala).

c. Farmakologis
1. Vitamin C dengan pilihan:
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari).
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari).
- Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam
(selama 30 hari).
- Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C,
- B, E, zink
2. Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup).
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU).
3. Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari
4. Antivirus :
- Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari (terutama bila
diduga ada infeksi influenza).
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke 1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
5. Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam.
6. Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan
untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan
kondisi klinis pasien.
7. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
.
4. DERAJAT SEDANG
a. Isolasi dan Pemantauan
1. Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19.
2. Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19

b. Non Farmakologis
1. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen.
2. Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati dan foto toraks secara berkala.

c. Farmakologis
1. Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan.
2. Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU).
3. Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksI
bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
4. Salah satu antivirus berikut :
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) atau
- Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari
ke 2-5 atau hari ke 2-10)
5. Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
6. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.
7. Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP.

5. DERAJAT BERAT ATAU KRITIS


a. Isolasi dan Pemantauan
1. Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara kohorting.
2. Pengambilan swab untuk PCR dilakukan sesuai tabel.

b. Non Farmakologis
1. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan), dan oksigen.
2. Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati, Hemostasis, LDH, D-dimer.
3. Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan.
4. Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
- Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min.
- Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari).
- PaO2/ FiO2<300 mmHg.
- Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-paru pada
pencitraan thoraks dalam 24-48 jam
- Limfopenia progresif
- Peningkatan CRP progresif
- Asidosis laktat progresif.
5. Monitor keadaan kritis
- Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, syok atau gagal
multiorgan yang memerlukan perawatan ICU.
- Bila terjadi gagal napas disertai ARDS pertimbangkan penggunaan
ventilator mekanik (alur gambar 1).
- 3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit, yaitu
sebagai berikut:
1. Gunakan high flow nasal cannula (HFNC) atau noninvasive
mechanical ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi
paru luas. HFNC lebih disarankan dibandingkan NIV.
2. Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien
dengan edema paru.
3. Posisikan pasien sadar dalam posisis tengkurap (awake prone
position).
6. Terapi oksigen
1. Inisiasi terapi oksigen jika ditemukan SpO2 <93% dengan udara bebas
dengan mulai dari nasal kanul sampai NRM 15 L/menit, lalu titrasi
sesuai target SpO2 92-96%.
2. Tingkatkan terapi oksigen dengan menggunakan alat HFNC (High
Flow Nasal Cannula) jika tidak terjadi perbaikan klinis dalam 1 jam
atau terjadi perburukan klinis.
3. Inisiasi terapi oksigen dengan alat HFNC; flow 30 L/menit, FiO2 40%
sesuai dengan kenyamanan pasien dan dapat mempertahankan target
SpO2 92-96%.

Indeks ROX=(SpO2/FiO2/Laju napas

7. NIV (Noninvasive Ventilation)


1. Tenaga kesehatan harus menggunakan respirator (PAPR, N95).
2. Trial NIV selama 1-2 jam sebagai bagian dari transisi terapi oksigen
3. Inisiasi terapi oksigen dengan menggunakan NIV: mode BiPAP atau
NIV + PSV, tekanan inspirasi 12-14 cmH2O, PEEP 6-12
cmH2O. FiO2 40-60%.
4. Titrasi tekanan inspirasi untuk mencapai target volume tidal 6-8
ml/Kg; jika pada inisiasi penggunaan NIV, dibutuhkan total tekanan
inspirasi >20 cmH2O untuk mencapai tidal volume yg ditargetkan,
pertimbangkan untuk segera melakukan metode ventilasi invasif.
(tambahkan penilaian alternatif parameter)
5. Titrasi PEEP dan FiO2 untuk mempertahankan target SpO2 92-96%.
6. Evaluasi penggunaan NIV dalam 1-2 jam dengan target parameter.
7. Jika pada evaluasi (1–2 jam pertama), parameter keberhasilan dengan
NIV tidak tercapai atau terjadi perburukan klinis pada pasien, lakukan
metode ventilasi invasif.
8. Kombinasi Awake Prone Position + NIV 2 jam 2 kali sehari dapat
memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kebutuhan akan intubasi
pada ARDS ringan hingga sedang.

c. Farmakologis
1. Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1
jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
2. Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
3. Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup)
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)
4. Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi
bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
5. Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena koinfeksi
bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus
infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah
harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian
khusus) patut dipertimbangkan.
6. Antivirus :
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) atau
- Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip
(hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
7. Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
8. Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat yang
mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan ventilator.
9. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
10. Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi
11. Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman
tatalaksana syok yang sudah ada.
12. Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi.

G. Penyebaran COVID-19
Peningkatan jumlah pasien yang terinfeksi disebabkan oleh bagaimana cara
virus tersebut menyebar. Melansir dari WHO, virus COVID-19 dapat menyebar
melalui beberapa cara berikut:

1. Melalui Droplet
Droplet adalah cairan atau percikan air yang keluar dari saluran pernapasan
ketika seseorang batuk maupun bersin. Risiko penularan virus COVID-19 melalui
droplet akan meningkat drastis apabila seseorang tidak mengenakan masker. Namun
ternyata, droplet tidak hanya sebatas cairan yang dikeluarkan ketika bersin atau batuk,
melainkan juga ketika berbicara, bernyanyi, maupun tertawa.

2. Melalui Kontak Fisik


Kontak fisik seperti berjabat tangan adalah salah satu media penularan
COVID-19, karena kita tidak pernah tahu ada berapa banyak kuman, virus, maupun
bakteri ditangan kita dan lawan bicara. Makanya, sebisa mungkin hindari kontak fisik
secara langsung. Kalau kamu bingung, coba untuk mengganti model jabat tangan
dengan gerakan Namaste, yaitu gerakan mengatupkan kedua tangan di dada yang
kerap digunakan saat melakukan olahraga yoga.
3. Melalui Permukaan yang Terkontaminasi
Penularan virus COVID-19 bisa terjadi saat seseorang menyentuh barang yang
mungkin saja sudah terkontaminasi oleh droplet orang lain. Lalu, virus tersebut
berpindah ke hidung, mulut, atau mata dari sentuhan barang yang terkontaminasi tadi.
Inilah alasan pentingnya kita harus rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir setelah melakukan aktivitas apapun, termasuk menyentuh barang meski
hanya sebentar saja.
Jika sedang di perjalanan, alangkah baiknya kamu persiapkan hand sanitizer
dengan kandungan alkohol minimal 60% dan tisu basah khusus untuk membunuh
kuman, bakteri, serta virus di tangan. Jangan lupa membawa disinfektan untuk
membersihkan barang yang dibawa.

4. Ruangan dengan Ventilasi Buruk


Ruangan tertutup dengan ventilasi yang kurang baik menjadi tempat nyaman
untuk penyebaran virus. Virus COVID-19 dapat menyebar secara cepat apabila
seseorang terlalu lama berada di dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk. Maka
dari itu, bukalah jendela ruangan dan biarkan udara segar memenuhi ruangan untuk
mengurangi risiko penularan.

5. Tempat Ramai
Menghindari tempat ramai menjadi satu dari sekian banyak upaya yang bisa
dilakukan untuk mengurangi penularan. Tempat yang dipenuhi oleh orang-orang
berisiko tinggi karena dapat memungkinkan terjadinya sentuhan fisik atau droplet
yang beterbangan. Menjaga jarak minimal 1 meter adalah langkah pencegahan yang
bisa kamu lakukan ketika sedang berada dalam situasi yang ramai.

H. Program Pemerintah untuk penyakit COVID-19


Di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai strategi dalam menangani
penambahan kasus positif COVID-19. Adapun strategi yang diberlakukan oleh
Pemerintah Indonesia terbagi menjadi empat hal yang secara konsisten dilakukan,
yaitu: 1) kewajiban memakai masker saat berada di ruang publik atau di luar rumah,
2) penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan menggunakan
rapid test, 3) edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil tracing
yang menunjukan hasil tes positif dari rapid tes atau negatif dengan gejala untuk
melakukan isolasi mandiri, 4) strategi selajutnya adalah isolasi rumah sakit yang
dilakukan ketika saat isolasi mandiri tidak dapat dijalankan. Sedangkan physical
distancing merupakan strategi dasar untuk mengatasi pandemi COVID-19. Selain itu,
dalam bidang ekonomi pemerintah juga memberlakukan Jaring Pengaman Sosial
untuk membantu masyarakat dalam melewati masa pandemi COVID-19.
1. Strategi Preventif dan Promoti
Pemerintah pada dasarnya secara proaktif berupaya untuk mencegah
dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya virus COVID-19 di
Indonesia. Salah satu upaya pemerintah secara aktif untuk mencegah
penyebaran virus adalah dengan diberlakukakannya berbagai kebijakan
dan peraturan dalam beraktivitas di luar rumah. Selain itu juga pemerintah
berupaya untuk meningkatkan imunitas masyarakat baik dari obat-obatan
dan/atau vaksinasi. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan virus
COVID-19 di berbagai klaster.
Selain itu juga melalui berbagai iklan baik di TV Nasional maupun di
papan banner, pemerintah berupaya untuk menghimbau masyarakat
menerapkan pola hidup bersih dengan mencuci tangan, memakai masker,
jaga jarak dan menghindari kegiatan yang menimbulkan kerumunan orang.
Anjuran yang disarankan oleh Menteri Kesehatan RI bahwa jarak aman
untuk memenuhi kaidah physical distancing adalah minimal satu meter,
hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyebaran COVID-19 melalui udara.
Dalam upaya mewujudkan strategi preventif Presiden Jokowi mendirikan
gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 yang difungsikan sebagai
juru teknis penanganan pandemi COVID-19. Adanya penerapan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui Permenkes 9 tahun
2020 untuk mencegah penyebaran virus COVID- 19 yang lebih luas. Hal
ini juga sebagai menekan laju angka kematian masyarakat akibat terpapar
virus COVID-19.
Pemerintah juga menghimabu kepada individu yang mengkonfirmasi
bahwa terpapar COVID-19 juga harus ditelusuri pernah kontak dengan
siapa saja dengan ditunjukkan hasil negatif rapid tes, jika hasilnya reaktif
maka harus dilakukan tes PCR. Menteri Kesehatan RI juga menginfokan
bahwa bagi kelompok pasien COVID-19 yang beresiko tinggi,
direkomendasikan agar isolasi di fasilitas kesehatan dalam jangka waktu
14 hari sesuai dengan kondisi pasien. Sedangkan pada kelompok COVID-
19 yang beresiko rendah dihimbau untuk melakukan isolasi mandiri
dengan memperhatikan prosedur kesehatan.
1. Strategi Jaring Pengaman Sosial
Program JPS selama pandemi COVID- 19 adalah program yang
dirancang untuk membantu rakyat miskin yang terkena dampak akibat
pandemi COVID-19 dan dilaksanakan melalui tahapan penyelamatan dan
pemulihan menuju pada kondisi normal. Konsep JPS diperkenalkan oleh
kelompok kapitalis pada saat peralihan ekonomi di negara-negara Eropa
Timur tahun 1900an. Saat itu terjadi transisi ekonomi dari sistem ekonomi
sosialis ke sistem ekonomi pasar. Transisi sistem ekonomi ini
mengakibatkan kelompok masyarakat miskin yang selama sistem ekonomi
sosialis mendapatkan jatah pangan gratis dari pemerintah menjadi tidak
lagi mendapatkan jatah pangan gratis (Nasrah, 2020:125). Program ini
bertujuan untuk meringankan beban bagi keluarga miskin dan rentan
terdampak COVID-19.
Berdasarkan konferensi pers yang dilakukan oleh Presiden Jokowi per
tanggal 31 Maret 2020, telah diumumkan skema Jaring Pengaman Sosial.
Adapun rincian skema bantuannya yaitu (Maftuchan, 2020):
a. Program Keluarga Harapan (PKH) untuk10 juta keluarga penerima
manfaat selama 12 bulan. Seperti untuk ibu hamil Rp 3.000.000 per
tahun, keluarga dengan anak usia dini sebesar Rp 3.000.000 per
tahun, keluarga dengan disabilitas Rp 2.400.000 per tahun.
Kebijakan ini telah efektif sejak bulan April 2020 dengan anggaran
yang dialokasikan sebesar 37,4 Triliun.
b. Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). Pemerintah meningkatkan
juga penerima bantuan BPNT dari 15,2 juta menjadi 20 juta dengan
diikuti naiknya persentase besaran bantuan 30% dari Rp 150.000
per penerima menjadi Rp 200.000 per penerima.
c. Adanya Kartu Prakerja berupa insentif sebesar Rp 600.000 per 4
bulan.
d. Bantuan Subsidi Listrik. Pemerintah memberi subsidi penuh
terhadap pelanggan listrik bertegangan 450 VA, selain itu
pemerintah juga memberikan subsidi bagi pengguna listrik
bertegangan 900 VA selama 3 bulan.
e. Alokasi cadangan anggran, dana sebesar Rp 25 Triliun akan
digunakan kebutuhan pokok, operasi pasar dan logistik.
f. Keringanan kredit dibawah 10 miliar untuk pekerja sektor informal
dan pelaku UMKM.
g. BLT Dana Desa untuk 11 juta penerima manfaat selama 3 bulan
diluar penerima PKH, Kartu Sembako, Bansos Tunai dan Prakerja.

I. Asuhan keperawatan Covid-19

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian adalah
proses pengumpulan semua data dari pasien (keluarga/kelompok/komunitas), proses
mengolahnya menjadi informasi, dan kemudian mengatur informasi yang bermakna
dalam kategori pengetahuan, yang dikenal sebagai diagnosis keperawatan (Potter &
Perry, 2016).
Data pengkajian pasien yang diduga Covid-19 dengan masalah keperawatan
gangguan pola tidur meliputi:
a. Gejala dan tanda mayor
1) Data Subjektif:
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Data Objektif:
a) Tidak tersedia
b. Gejala dan tanda minor 1) Data Subjektif:
a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun 2) Data Objektif:
a) Tidak tersedia
2. Diagnosis keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), diagnosis keperawatan merupakan
suatu penilaian klinis mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosis
keperawatan yang muncul pada pasien COVID-19 salah satunya yaitu gangguan pola
tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan
sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan (D.0055).

3. Perencanaan
A. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
1. Gangguan pola tidur (D. 0055)
Kategori: Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/istirahat
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab :
1. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan
2. Kurangnya control tidur
3. Kurangnya privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan tanda mayor DS:
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
DO : ( tidak tersedia) Gejala dan tanda minor
DS:
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun DO: ( tidak tersedia )
Kondisi klinis terkait
1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruktsi kronik
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi

B. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 × 24 jam diharapkan Pola Tidur
Membaik (L.05045), dengan kriteria hasil :
1. Keluhan sulit tidur membaik
2. keluhan sering terjaga cukup membaik
3. keluhan tidak puas tidur cukup membaik
4. keluhan pola tidur berubah sedang
5. keluhan istiraht
tidak cukup cukup membaik

C. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)


Dukungan Tidur (I.05174)
Definisi: memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
Observasi :
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi factor pengganggu tidur (fisik
dan/atau mental)
3. Identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur (misalnya kopi, teh, alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum
banyak air sebelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik :
1. Modifikasi lingkungan (misalnya pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (misalnya pijat, pengaturan posisi, terapi akupresure)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
5. Ajarkan factor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (misalnya
psikologis, gaya hidup, sering berubah shift
bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otor autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuha
dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya
disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2016). Implementasi dilaksanakan
sesuai intervensi yang telah dibuat yaitu dengan pemberian eye masks dan earplugs
sebagai salah satu bentuk dari intervensi inovasi yang diberikan untuk meningkatkan
kualitas tidur pasien covid-19.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi
keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosis
keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan
evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respons (jangka panjang) terhadap
tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke
arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga
dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S
(Subjective) yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O (Objective) yaitu data yang
diobservasi oleh perawat atau keluarga, A (Analisys) yaitu kesimpulan dari objektif
dan subjektif, P (Planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis(Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013).

Evaluasi Keperawatan Pada Pasien COVID-19 dengan Gangguan Pola Tidur


Data yang diperoleh dari respon pasien secara verbal
a. Pasien tidak mengeluh sulit tidur
b. Pasien tidak mengeluh sering terjaga
c. Pasien merasa puas tidur
d. Pasien tidak mengeluh pola tidur berubah
e. Pasien mengatakan istirahat cukup
f. Pasien tidak mengeluh kemampuan beraktivitas
menurun
O (Objektif)
Data yang di peroleh dari respon pasien secara nonverbal atau melalui pengamatan
perawat
a. Pasien tampak rileks
b. Kantung mata pasien tampak mulai memudar
A (Anlisis)
Tindak lanjut dan penentuan apakah implementasi akan dilanjutkan atau sudah
terlaksana dengan baik.
a. Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil
b. Tujuan belum tercapai apabila respon tidak sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan.
P (Planning)
a. Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan tercapai
b. Lanjutkan intervensi apabila terdapat tujuan yang
belum mampu dicapai oleh pasien.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Penyakit Corona virus (COVID-19) merupakan suatu penyakit yang baru ditemukan
pada tahun akhir tahun 2019 lalu dan virus ini dapat menular. Covid-19 merupakan keluarga
besar virus yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan mulai dari gejala
ringan, sedang sampai berat. Penyakit ini merupakan zoonosis atau ditularkan antara hewan
dan manusia. Penyebab Covid-19 adalah virus yang tergolong dalam keluarga coronavirus.
Covid-19 merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 dan salah satu komplikasi yang dapat mengancam
jiwa adalah Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). pemerintah telah melakukan
berbagai strategi dalam menangani penambahan kasus positif COVID-19. Adapun strategi
yang diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi empat hal yang secara
konsisten dilakukan, yaitu: 1) kewajiban memakai masker saat berada di ruang publik atau di
luar rumah, 2) penelusuran kontak (tracing) 3) edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri
4) isolasi rumah sakit.

Saran
Diharapkan pemerintah daerah yang menangani COVID-19 di Indonesia selalu
memberikan informasi terupdate terkait kasus dan pengendalian wabah COVID-19 melalui
televisi atau media sosial serta pemerintah tidak ragu dalam menjalankan kebijakan untuk
menekan penyebaran COVID-19, seperti pembatasan beraktivitas diluar rumah: bekerja,
berwisata, dan berbelanja seperlunya saja serta pembatasan mudik pulang kampung, agar
dapat menghindari terjadinya jumlah kasus yang tinggi dan meluasnya penyebaran COVID-
19.
DAFTAR PUSTAKA

1. UNICEF. (2020). COVID-19 dan Anak-Anak di Indonesia Agenda Tindakan


untuk Mengatasi Tantangan Sosial Ekonomi. Journal of Education,
Pshycology and Counseling, 2(April), 1–12. www.unicef.org
2. Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease(COVID-19).
3. Indra, C. (2020). Dampak Positif Virus Corona untuk Dunia. Purwokerto : CV
IRDH
4. Van, Doremalen N., Bushmaker, T., Morris, D.H., Holbrook, M.G., Gamble,
A.,Williamson, B.N., et al.(2020). Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-
2 as Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med 382, 1564–1567.
5. Perrier, A. et al. (2019). ‘The C-terminal domain of the MERS coronavirus M
protein contains a trans-Golgi network localization signal’. Journal of
Biological Chemistry, 294(39), pp. 14406– 14421.
6. Huang C., Wang Y., Li X., Ren L., Zhao J., Hu Y., et al.(2020). Clinical
features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China.
Lancet. 2020;395(10223):497–506
7. Thevarajan, I. et al. (2020). Breadth of concomitant immune responses prior to
patient recovery: a case report of non-severe COVID-19’. Nature Medicine,
26(4), pp. 453–455
8. Burhan, Erlina, dkk, (2020), Pedoman Tatalaksana Covid-19, Jakarta :
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
9. WHO. 2020. Rational use of personal protective equipment for coronavirus
disease 2019 (COVID-19).
10. Darmansah, Darmansah Darmansah, and Ni Wayan Wardani. 2021. “Analisis
Pesebaran Penularan Virus Corona Di Provinsi Jawa Tengah Menggunakan
Metode K-Means Clustering.” JATISI (Jurnal Teknik Informatika dan Sistem
Informasi) 8(1): 105–17.
11. Efriza. 2021. “COVID-19 Efriza.” BRMJ : Baiturrahmah Medical Journal
I(I): 60–68.
12. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.(2020).Pedoman Tatalaksana
COVID-19. Edisi 2.
13. Erlina B, Fathiyah I, Agus D.S. dkk. (2020).Pneumonia COVID-19. Diagnosis
dan Tatalaksana di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
14. Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif.(2020). Buku Pedoman
Penanganan Pasien Kritis COVID-19.
15. Alam, S. O. (2020). Berbagai Cara Penyebaran Virus Corona COVID-19
Menurut WHO
16. Maftuchan, A. (2020). Program Tunai di Era COVID-19: Bantuan Tunai
Korona atau Jaminan Penghasilan Semesta,Program Tunai Di Era COVID-
19: Bantuan Tunai Korona Atau Jaminan Penghasilan Semesta.
17. Nasrah, Hidayati dkk. (2020). Implementasi Program Jaring Pengaman Sosial
Pada Masa Pandemi COVID-19 di Pekanbaru, Jurnal El-Riyasah, Vol 11,
No 2 Tahun 2020.
18. Adityo Susilo, C, dkk (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol.7 No.1 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai