Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sumira Umanahu

Nim : 2020 63 004

Ketua Himpunan Nelayan :

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Maluku saat ditanya
mengenai kendala dan segala persiapan program LIN di Provinsi Maluku, menyatakan bahwa
pertama program LIN yang dicanangkan pemerintah pusat untuk Provinsi Maluku belum
menunjukan kemajuan signifikan. beberapa fasilitas yang terbengkalai tersebut bisa menjadi
celah berbuat curang dengan mengharapkan keuntungan dari proyek–proyek pembangunan
fisik untuk program LIN. Selama adanya pola-pola tersebut program LIN tidak akan dapat
berjalan lancar. Adapun bantuan yang didapat para nelayan untuk tangkap ikan, berupa kapal,
tidak berfungsi dengan baik. Hal tersebut dikarenakan badan kapal yang besar namun mesin
kapal yang kecil dan juga perahu-perahu nelayan berukuran maksimal 3 gros ton (GT), Angin
bertiup kencang dan tinggi gelombang lebih dari 3 meter tak mungkin bisa ditaklukkan
perahunya yang berukuran kurang dari 3 GT. Dan juga Selain armada tangkap, nelayan kerap
kesulitan memperoleh bahan bakar minyak yang pasokannya terbatas. Akibatnya, saat musim
ikan, mereka terpaksa membeli pertamax yang harganya mencapai Rp 17.000 per liter dari
harga semestinya Rp 15.500 per liter.
Penelusuran dilakukan di sejumlah daerah ”lumbung” ikan di kawasan timur, yakni
Sorong (Papua Barat Daya); Kaimana (Papua Barat); Biak (Papua); Ambon, Seram, Buru,
Banda, Kei, Aru (Maluku); serta Ternate, Halmahera, dan Morotai (Maluku Utara). Daerah-
daerah itu mencakup lima dari 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) RI, yakni WPP 714,
715, 716, 717, dan 718. Lampiran Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP)
Nomor 19/2022 menunjukkan potensi perikanan nasional sebanyak 12.011.125 ton. Dari
jumlah tersebut, hampir separuhnya atau 5.437.584 ton, berada di lima WPP kawasan timur.
Namun, berdasarkan lampiran Kepmen KP itu pula diketahui tingkat pemanfaatan sejumlah
kelompok ikan di lima WPP tersebut sudah berstatus tereksploitasi penuh dan overeksploitasi.
Kelompok ikan yang masuk kategori tersebut yakni cumi-cumi, ikan karang, pelagis besar,
lobster, rajungan, dan udang penaeid. Dampak persoalan ini sangat dirasakan nelayan kecil
dan tradisional. Mereka harus melaut lebih jauh dan mengeluarkan ongkos lebih besar untuk
mencari ikan. Meski begitu, upaya tersebut tetap tak menjamin tangkapan berlimpah.
Penghasilan para nelayan pun anjlok.
Hampir separuh potensi perikanan tangkap nasional berada di wilayah timur negeri,
khususnya di region Papua dan Kepulauan Maluku. Namun, keberlanjutan sumber daya itu
terancam akibat eksploitasi berlebihan. Nelayan kecil menjadi pihak yang paling terpukul.
langkah yang harus diperhatikan oleh pemerintah untuk mewujudkan itu ialah mendorong
kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusianya. “Kalau Maluku sebagai Lumbung Ikan
Nasional ya harus dibuktikan, harus diperjuangkan dan harus sejahtera nelayannya” Ucap
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI).
Kita semua berharap segala kendala yang dihadapi bisa segera diatasi dengan adanya
kerjasama baik dari pemerintah maupun masyarakat Maluku itu sendiri, sehingga apa yang
dicita-citakan masyarakat Maluku menjadi daerah penghasil dan pengekspor ikan terbesar di
Indonesia bahkan dunia bisa tercapai demi kesejhateraan masyarakat Indonesia pada
umumnya dan kesejahteraan masyarakat Maluku pada khususnya.

Daftar Pustaka

http://maritimnews.com/2022/01/bertekad-sejahterakan-nelayan-pkp-ambon-dukung-
program-lumbung-ikan-nasional/
https://www.kompasiana.com/azufri/5535aa836ea834941ada431a/bagaimana-nasib-
lumbung-ikan-nasional-maluku-sekarang-ya
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/11/05/masa-depan-lumbung-ikan-
terancam

Anda mungkin juga menyukai