OLEH :
HONORATA ETRALIA MARDIN
HERLYN ANASTACIA
FEBRINI WEHELMINA ASA
DILLY MIRA MANGGI
DONITIUS LEONARDU KOSAT
GILANG JAYA KUSUMA
INTAN THESALIN KONAY
HELENA ROSE T. BANASE
FAKULTAS HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Dampak Positif dan Dampak Negatif..............................................................................4
2.2 Perkembangan Kabupaten Malaka...................................................................................4
2.3 Tingkat Kelayakan Berdirinya Kabupaten Malaka..........................................................5
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................6
3.2 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaka merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran Kabupaten Belu yang dibentuk
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Pembentukan
Kabupaten Malaka Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan pusat pemerintahan berada di
Betun yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung
DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Kabupaten ini berbatasan
langsung dengan negara Timor Leste. Secara geografis, Kabupaten Malaka terletak pada
koordinat 9° 34′ LS dan 124° 54′ BT, berlokasi di bagian selatan Pulau Timor di wilayah
Kabupaten Belu.
Sebagai daerah otonom yang baru, Kabupaten Malaka belum memiliki perusahaan daerah
ataupun rumah sakit umum daerah. Kabupaten Belu yang mempunyai luas wilayah ±2.445,60
km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 berjumlah ±402.825 jiwa terdiri atas 24 (dua
puluh empat) kecamatan dan 208 (dua ratus delapan) desa/kelurahan. Kabupaten ini memiliki
potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan.
Secara geopolitik, Kabupaten Malaka memiliki wilayah yang berbatasan darat langsung
dengan Republik Demokratik Timor Leste, sehingga diperlukan perhatian khusus dalam
rangka menjadikan wilayah ini sebagai salah satu beranda depan dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sebagai wilayah perbatasan, Kabupaten Malaka memiliki fungsi
strategis dalam rangka mengembangkan kekuatan nasional untuk mengatasi segala gangguan
yang membahayakan integritas, identitas, dan kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta
perjuangan mencapai tujuan nasional untuk mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat,
khususnya di wilayah perbatasan. Kabupaten Malaka memiliki berbagai potensi ekonomi
yang besar untuk dikembangkan sebagai salah satu daerah penyumbang devisa. Potensi
tersebut berasal dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan, dan
kepariwisataan. Wilayah Betun yang nantinya menjadi Ibu Kota Kabupaten Malaka telah
diberikan status sebagai salah satu daerah Kawasan Pengembangan Agropolitan, sehingga
menjadikan daerah ini sebagai lokasi pengembangan kegiatan pertanian yang intensif
berbasiskan sistem agribisnis guna meningkatkan kualitas komoditas unggulan, sehingga
nantinya akan memberikan nilai tambah bagi petani dan masyarakat yang ada di wilayah
Kabupaten Malaka dan sekitarnya. Dengan luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk,
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya terjangkau.
Kondisi demikian perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui
pembentukan daerah otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa dampak positif dan negatif yang timbul dari pemekaran kabupaten
Malaka?
2. Bagaimana perkembangan dari kabupaten Malaka yang mengalami
pemekaran?
3. Bagaimana tingkat kelayakan dari pemekaran/berdirinya kabupaten Malaka?
4. Bagaiana pendapat kelompok terhadap pemekaran kabupaten Malaka?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dampak positif dan negatif yang timbul dari pemekaran
kabupaten Malaka!
2. Mengetahui perkembangan dari kabupaten Malaka yang mengalami
pemekaran!
3. Mengetahui tingkat kelayakan dari pemekaran/berdirinya kabupaten
Malaka!
4. Memaparkan pendapat kelompok terkait pemekaran kabupaten
Malaka!
BAB II
PEMBAHASAN
(1) lebih meningkatkandan mendekatkan pelayanan pada masyarakat secara ekfektif dan
efesien.
Namun dengan adanya pemekaran ini , ada banyak desa yang merasakan dampak
negatif dari pemekaran daerah seperti :
(1) Penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang
belum efektif dan efisien.
(2) Kualitas sumber daya aparatur yang belum memadai. Hal ini terlihat masih banyaknya
keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa,
seperti prosedur yang berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka waktu penyelesaian, biaya
yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak transparan, sikap petugas yang kurang
responsif dan lain-lain sehingga menimbulkan citra yang kurang baik terhadap pemerintah.
(3) Keadaan sosial ekonomi yang berbeda dari setiap desa akan membawa implikasi bahwa
campur tangan pemerintah untuk tiap desa pula berbeda tingkat pembagunan antar desa,
mengakibatkan perbedaan tingkat kesejahteraan antar desa dan hal ini dibiarkan dapat
menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan suatu daerah.
Menurut kami, Pemekaran dari daerah Malaka bisa dikatakan sebagai bukti bahwa
Malaka mampu berdiri sendiri dengan faktor-faktor yang sudah kami jelaskan. Bahwa
dengan luasnya wilayah yang mempunyai nilai manfaat yang besar terutama di sektor
pertanian, perkebenunan, pertenakan dan kepariwisataan dan besarnya jumlah penduduk
yang ada maka di sini bisa dikatakan bahwa memilih melakukan pemekaran merupakan
satu pilihan yang begitu efektif, karena dengan ini pemerintah bisa melakukan
pelaksanaan pembangunan yang merata dan meluas kepada masyarakat yang sebelumnya
tidak terjangkau karena faktor luas wilayahnya.
BAB 3
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pemekaran wilayah adalah tuntutan masyarakat untuk membentuk daerah yang baru,
dengan cara memisahkan diri dari kesatuan wilayah pemerintah daerah tertentu dengan tujuan
memperoleh kesejahteraan yang lebih baik. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemekaran dari Kabupaten Malaka bisa dikatakan menjadi solusi yang strategis untuk
mencapai tujuan yang paling utama untuk membuat kehidupan masyarakat disana lebih
sejahtera dan juga bisa mengembangkan daerah menjadi daerah dengan potensi ekomoni
yang besar. Tetapi di satu sisi, ada masyarakat yang merasakan dampak dari pemekaran
seperti pelayanan publik masih dihadapkan pada sistem pemerintahan belum efektif dan
efesien serta kualitas sumber daya aparatur yang belum memadai sehingga masyarakat
menuntut agar perhatian dari pemerintah lebih difokuskan lagi dalam berbagai macam
pembangunan yang ada di daerah otonom baru tersebut.
3.2 SARAN
Dari kesimpulan di atas maka disarankan agar: Diharapkan kepada pemerintah desa
untuk mempelajari berbagai macam potensi yang dimiliki daerah sehingga nantinya bisa
meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat akan tercapai. Diharapkan
bagi masyarakat di masing-masing daerah untuk melibatkan diri dengan caranya masing-
masing dalam mengembangkan berbagai macam potensi yang dimiliki dalam rangka
pemgembangan Kabupaten Malaka yang baru berdiri.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Undang-Undang
Website
https://www.academia.edu/resource/work/16763223
https://malakakab.bps.go.id/publikasi.html