Oleh:
Hilda Triafia (2111011134)
Defitridyahni Wahyu Aprilia (2111011142)
Arif Agil Nurahman (2111011147)
Fikry Maulana Zain (2111011148)
Indah Safitri (2111011161)
Oleh:
NIM:2111011147
Tugas ini ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui
Pembimbing
NPK. 1990021011509368
ii
LEMBAR KONSULTASI
iii
FORMAT PENILAIAN
TANGGAL PRESENTASI :
TOPIK :
NAMA MAHASISWA : 1. Hilda Triafia (..........)
PENILAIAN MAKALAH
iv
tepat
3. Daftar pustaka primer lebih sering
digunakan
4. Menyebutkan semua sumber
informasi
5. Kutipan langsung hanya untuk poin
yang penting
v
NILAI PRESENTASI
Komponen Item Bobot Nilai
Media 1. Menarik 15%
2. Jelas
3. Mudah dipahami
4. Mencantumkan sumber referensi
Isi 1. Sesuai dengan kajian teori 60%
2. Sesuai dengan Evidence Based
Practice
3. Up to date
Diskusi 1. Menghargai pendapat teman 15%
2. Bersikap terbuka terhadap kritik dan
saran
3. Mampu beragumentasi
Kerja Tim 1. Mendemonstrasikan kerja tim yang 10%
efisien
2. Tidak ada anggota kelompok yang
mendominasi
TOTAL
Mengetahui
Dosen Pembimbing
(..............................)
vi
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karna itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kata-
kata yang disusun dalam makalah ini, penulis mohon maaf. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................. i
viii
3.2.2 Abstrak ...........................................................................38
3.2.3 Ringkasan Jurnal .......................................................... 39
3.3 Jurnal 2 ..................................................................................... 42
3.3.1 Judul .............................................................................. 42
3.3.2 Abstrak ........................................................................... 42
3.3.3 Rinkasan Jurnal ............................................................ 43
LAMPIRAN ........................................................................ 48
ix
BAB 1
Tinjauan Pustaka
1
GAMBAR 2. Derajat hemoroid (SUMBER : www.harianhaluan.com)
2
Hemoroid eksternal adalah terjadinya pengembangan
atau penonjolan pada pleksus hemoroidalis inferior dibawah
linea dentate dan ditutupi oleh kulit, dilapisi oleh epitel
skuamos yang telah termodifikasi, serta memiliki banyak
persarafan serabut saraf nyeri somatik (Pradiantini & Dinata,
2021). Hemoroid eksternal terbagi menjadi 2 yaitu hemoroid
eksternal akut dan hemoroid eksternal kronis.
a. Hemoroid eksternal akut adalah terjadinya suatu
pembengkakan berbentuk bulat kebiruan yang terdapat
pada pinggiran anus dan sebenarnya merupakan
hematoma.
b. Hemoroid eksternal kronik di sebut dengan skin tags
yaitu satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan ikat dan sedikit pembulu darah, merupakan
kelanjutan hemoroid eksternal yang mengalami
trombosi.
1.1.2 Etiologi
Penyebab hemoroid tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi ada beberapa etiologi hemoroid adalah Mengejan
terlalu lama pada saat buang air besar, Pola buang air besar
yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, lebih
lama duduk dijamban sambil membaca, merokok),
Peningkatan penekanan intra abdomen karena tumor (tumor
udud, tumor abdomen), Kehamilan (disebabkan tekanan jenis
pada abdomen dan perubahan hormonal), Usia tua,
Konstipasi kronik, Diare akut dan diare kronik, Hubungan
seks peranal, terlalu lama berdiri atau duduk, dan angkat
berat, Kurang minum air putih, kurang makanan berserat,
Kurang olahraga/imobisasi (RISANDI, 2020).
a. Kostipasi
3
Konstipasi adalah suatu kondisi BAB jarang
biasanya BAB kurang dari 3 kali seminggu. Keadaan
tersebut menjadi salah satu faktor risiko yang paling
sering menyebabkan hemoroid. Kotoran dan zat-zat
yang berada didalam usus seharusnya segera di
keluarkan. Jika terlalu lama mengendap di usus dan
rektum akan menjadi toksik atau racun yang memicu
sel-sel kanker/bersifat karsinogen. Kotoran-kotoran
tersebut yang bergesekan dengan mukosa pada dinding
usus besar dan rektum akan berpotensi tumbuhnya sel-
sel abnormal sebagai cikal bakal kanker rektum dan
timbulnya polip (Widya Rezkita, 2020).
b. Mengedan pada saat buang air besar.
Keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan
pada saat buang air besar sehingga menyebabkan
seseorang mengedan yang kuat. Mengedan biasanya
disebabkan oleh feses yang kering dan keras pada colon
descenden yang menumpuk akibat absorpsi cairan yang
berlebih. Buang air besar yang sulit menyebabkan
seseorang mengedan lebih lama sehingga tekanan yang
kuat pada saat mengedan dapat menjadi trauma pada
plexus hemoroidalis dan terjadi penyakit hemoroid.
c. Diet rendah serat
Kurangnya mengonsumsi makanan yang berserat
tinggi menyebabkan bentuk feses menjadi keras karena
semua cairan feses telah diserap, cairan yang diserap
berupa karbohidrat, protein, dan lemak dan serat tidak
diserap sehingga seseorang yang kurang mengkonsumsi
serat otomatis bentuk fesesnya menjadi keras. Feses
yang keras mengakibatkan kondisi mengedan saat BAB
sehingga dapat menyebabkan trauma pada plexus
4
hemoroidalis dan terjadi penyakit hemoroid (Widya
Rezkita, 2020).
d. Kehamilan
Wanita hamil mengalami peningkatan hormon
progesteron yang mengakibatkan peristaltik pada
saluran pencernaan melambat dan juga memberikan
tegangan yang abnormal pada otot sfingter ani interna
sehingga mengakibatkan konstipasi. Wanita hamil juga
mengalami peningkatan tekanan intra abdomen yang
menyebabkan vena di rectum mengalami penekaan.
Proses melahirkan dapat menyebabkan hemoroid
karena adanya penekanan yang berlebihan pada plexus
hemoroidalis.
e. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi degenerasi/perubahan
jaringan-jaringan tubuh. Musculus sfingter ani menjadi
tipis dan mengalami penurunan kontraksi. Kedua hal
tersebut menyebabkan kelemahan musculus sfingter
dan timbul prolaps pada anus.
f. Aktifitas fisik berat
Seseorang yang mempunyai aktifitas fisik berat dan
ia lakukan secara terus menerus dalam jangka waktu
lama maka akan menyebabkan peningkatan tekanan
pada plexus hemoroidalis sehingga menyebabkan
hemoroid.
g. Duduk terlalu lama
Seseorang yang bekerja duduk dari pagi sampai
sore dan tidak diselingi berdiri maka meningkatnya
kemungkinan mengalami risiko pembekuan pembuluh
vena dalam (Deep Vein Thrombosis/DVT) hingga dua
kali lipat. Pembekuan darah terjadi pada pembuluh vena
5
dan biasanya di bagian saluran pencernaan bawah. Jika
pembekuan ini tidak segera dicairkan dengan obat
pengencer darah, maka akan terjadi hematoma dan akan
mengangu aliran darah. Jika hal ini terjadi pada anus
maka terjadilah hemoroid (Widya Rezkita, 2020).
h. Penyakit yang meningkatkan tekanan intra abdomen
seperti tumor usus dan tumor abdomen.
6
Berdiri dan duduk terlalu lama Sering mengangkat benda berat Pregnansi
Konstipasi
Hemoroid interna
Hemoroid eksterna
Pre op Post op
Pre op Post op
Post operatif
Pembedahan
Risiko injuri trombosis Psikologis Peristaltik usus menurun
Fisik
Ketakutan Konstipasi
Trauma defekasi Prolaps hemoroid
Kelemahan
Neuromuscular Luka Merangsang saraf diameter kecil
Risiko terbuka
Feses keras ekstremitas bawah
Hipovolemia
Gate control terbuka
Keterbatasan gerak Tempat masuknya
Konstipasi mikroorganisme
Saraf eferen
Gangguan
Mobilitas Fisik Risiko Infeksi
Korteks cerebri
(nyeri
dipersepsikan)
Nyeri Akut
8
1.1.4 Manifestasi klinik
Menurut (RISANDI, 2020) tanda dan gejala pada hemoroid
yaitu :
1. Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyeri akut. Nyeri akut adalah
nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan yang
berlangsung sangat singkat.
2. Pendarahan berwarna merah terang biasanya timbul pada
hemoroid interna akibat trauma feses yang keras pada
saat BAB.
3. Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis
(pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat
menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.
4. Anemia berat biasanya terjadi akibat perdarahan yang
berulang
5. Iritasi kulit perinatal dapat menimbulkan rasa gatal yang
disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus pada
anus sehingga terjadi rangsangan mucus
6. Prolaps pada rectum biasanya timbul sewaktu defekasi
dan reduksi spontan sewaktu defekasi
9
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata (Pradiantini & Dinata, 2021).
b. Pemeriksaan fisik (inspeksi)
Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat
apalagi sudah mengandung trombus. Hemoroid interna
yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan
menyuruh pasien untuk mengejan.
c. Pemeriksaan sigmoidoskopi
Pemeriksaan sigmoidoskopi bertujuan untuk
mengevaluasi perdarahan rektal dan rasa tak nyaman
seperti fisura anal, fistula, kolitis, polip rectal dan
kanker.
d. Rektaltouch (colok dubur)
Pada pemeriksaan cocol dubur, hemoroid interna
stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemorid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dangan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum
(kanker rektum) (Pradiantini & Dinata, 2021).
10
jongkok pada saat defekasi. Penanganan lain seperti
melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal
pada air hangat selama 10- 15 menit 2-3 kali sehari
(Sudarsono, 2015).
11
3) Penatalaksanaan bedah dengan tindakan
hemoroidektomi.
Apabila hemoroid internal derajat 1 yang tidak
membaik meskipun sudah dilakukan penatalaksanaan
konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan
(RISANDI, 2020). Indikasi tatalaksana pembedahan
hemoroid antara lain:
a) Hemoroid internal derajat II berulang.
b) Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c) Mukosa rectum menonjol keluar anus.
d) Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta
seperti fissure.
e) Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f) Permintaan pasien.
12
b. Quality : Dirasakan seperti apa, tampilannya,
suaranya dan berapa banyak
c. Region : Lokasi dimana dan penyebarannya
d. Scale : Itensitasnya (skala) pengaruh terhadap
aktifitas
e. Timing : Kapan keluhan tersebut muncul berapa lama
dan bersifat (tiba-tiba, sering dan bertahap).
Pada pasien post Hemoroidektomi biasanya
mengalami keluhan utama berupa rasa nyeri hebat pada
bagian anusnya akibat tindakan pembedahan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
a. Pasien mengeluh BAB keras, tidak teratur dan bila
mengedan terasa nyeri
b. Perdarahan pada waktu defekasi berwarna merah
segar yang disertai pengeluaran lendir
c. Terasa gatal pada anus
d. Pasien mengeluh adanya varises atau Hemoroid yang
keluar dari anus saat defekasi
e. Pasien yang varises berat tidak dapat memasukan
sendiri secara spontan tetapi harus didorong kembali
sedangkan varises sedang bisa masuk sendiri, untuk
yang tidak dapat masuk maka akan terjadi
pembengkakan dan kemerahan pada anus (Sagitha,
2020).
13
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ada atau tidaknya riwayat penyakit hemoroid dalam
satu keluarga.
6. Riwayat psikososial
a. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tentang persepsi klien terhadap penyakit
yang diderita. Pasien merasa malu dengan keadaanya,
ansietas, dan rendah diri.
b. Pola istirahat dan tidur
Pada pasien post hemoroid biasanya mengalami
gangguan tidur karena nyeri pada anus sesudah
operasi (RISANDI, 2020).
c. Pola aktivitas
Pada pasien post hemoroid mengalami
keterbatasan aktivitas karena nyeri pada anus akibat
sesudah operasi.
7. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar
(composmenti-coma) untuk mengetahui berat
ringannya prognosis penyakit pasien.
Kesadaran : composmentis tingkat
GCS : E : 4, V : 5, M : 6.
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : normalnya 120/80 mmHg.
2) Suhu : normalnya 36,5C – 37,2C.
3) Nadi : normalnya 60-100 x/menit.
4) Respiratori rate : normalnya 16-24x/menit
c. Pemeriksaan kepala dan wajah
1) Kepala
14
a) Rambut: termasuk kuantitas, penyebaran
dan tekstur antara kasar dan halus.
b) Kulit kepala : termasuk benjolan, lesi.
c) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan
kontur.
d) Muka/wajah : termasuk simetris dan
ekspresi wajah.
d. Pemeriksaan telinga
1) Daun telinga dilakukan inspeksi : simetris kana
kiri.
2) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai
mengganggu diameter lubang.
3) Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen
berwarna putih keabuan dan masih dapat
bervariasi dengan baik apabila tidak mengalami
infeksi sekunder.
4) Pendengaran : pengkajian ketajaman terhadap
bisikan atau tes garputala dapat mengalami
penurunan.
e. Pemeriksaan mata
Inspeksi:
1) Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul
eksoftalmikus, strabismus.
2) Alis mata : dermatitis, seborea.
3) Sklera dan konjungtiva : seklera mungkin
ikterik. Konjungtiva anemis pada penderita yang
sulit tidur karena merasakan nyeri setelah
operasi.
4) Pupil : miosis, midriasis atau anisokor
f. Pemeriksaan mulut dan faring
Inspeksi:
15
1) Bibir : sianosis, pucat
2) Mukosa oral : mungkin kering, basah.
3) Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis.
4) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau
akibat penurunan oral hygiene.
5) Faring mungkin terlihan kemerahan akibar
peradangan.
g. Pemeriksaan leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi vena
jugularis, pembesaran kelenjar limfe leher dapat
muncul apabila ada infeksi sistemik.
h. Pemeriksaan thorak dan paru
1) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan
upaya bernafas antara lain : takipnea, hipernea,
dan pernafasan chyne stoke (pada kondis
ketoasidosis).
2) Amati bentuk dada : normal atau barrel chest,
funnel chest dan pigeon chest.
3) Dengarkan pernafasan pasien.
4) Stidor pada obstruksi jalan nafas.
5) Mengi (apabila penderita mempunyai riwayat
asma atau bronchitis kronik).
i. Pemeriksaan jantung
1) Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondisi
dada, simetris atau tidak, ictus cordis nampak
atau tidak.
2) Palpasi : terdapat ictus cordis teraba di ICS 4-5.
3) Perkusi : perkusi jantung terhadap suara jantung
pekak (padat).
4) Auskultasi : auskultasi bunyi jantung normal BJ
1 (dup), BJ 2 (lup) dan suara terdengar tunggal.
16
j. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan
simetris adanya pembesaran organ.
2) Auskultasi : auskultasi bising usus apakah
terjadi penurunan atau peningkatan motilitas.
3) Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi
dan pola tymphani serta kepekaan.
4) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri
tekan atau massa.
k. Pemeriksaan genetalia dan anus
1) Genetalia : pada inspeksi apakah ada trombosis
pada preposium dan apakah ada kemerahan
pada kulit skrotum.
2) Anus
a. Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post
operasi, apakah ada tanda infeksi, apakah
adanya pus (nanah) atau tidak, apakah
masih terjadi pendarahan berlebih.
b. Palpasi : palpasi bertujuan untuk
mengetahui adanya nyeri tekan, adanya
pus (nanah) atau tidak.
l. Pemeriksaan ekstremitas
Inspeksi bentuk, adanya luka, edema baik
ekstremitas atas maupun bawah.
Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5)
1) : Lumpuh.
2) : adanya kotraksi otot.
3) : melawan gravitasi dengan sokongan.
4) : melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan.
5) : melawan gravitasi dengan tahanan sedikit.
6) : melawan gravitasi dengan kekuatan penuh.
17
1.2.2 Diagnosa keperawatan
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan
merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
Hemoroidektomi, antara lain:
a) nyeri akut berhubunga dengan iritasi, tekanan, dan
sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat
spasme sfingter pada pascaoperatif.
b) Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan
dorongan untuk defekasi akibat eliminasi
c) Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya port de
entry kuman akibat continuitas jaringan yang rusak.
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian
18
2.1.1 Identitas Pasien
Nama Tn. A
Umur 36 tahun
Agama Islam
Pekerjaan Swasta
Pendidikan SMA
Nomer RM 167990
19
bercampur darah berwarna merah
segar
S : Skala 6
T : hilang timbul
20
Riwayat penyakit keluarga Keluarga mengatakan didalam
anggota keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama
seperti yang dialami pasien saat ini
Pola makan dan Sebelum sakit, pasien Saat sakit, pola makan
minum mengatakan selera pasien menurun, saat
makan baik pola dirawat pasien makan
makan setiap hari 3x/ 3x sehari ½ porsi yang
hari dengan nasi dan disediakan dengan
lauk pauk, minum air 2 sayur, lauk dan minum
liter / hari. air 1 liter / hari.
Pola istirahat dan Sebelum sakit, pola Saat sakit, pola tidur
tidur tidur pasien baik dan siang pasien dari jam
teratur, jam tidur siang 11.00 -13.00 siang dan
jam 15.00 - 16.00 dan jam tidur malam
jam tidur malam jam 20.00 - 05.00 pagi.
23.00 - 05.00
21
Eliminasi BAK dan Sebelum sakit, pasien Pasien belum ada BAB
BAB BAB 1 kali/hari, warna setelah post operasi
coklat, konsistensi karena masih
padat dan BAK 3-5 merasakan nyeri dan
kali/hari dengan BAK pasien terpasang
warna urine kuning kateter (700cc)
bening dengan warna urine
kuning pekat
Kebiasaan lain - -
Nilai dan keyakinan Pasien beragama islam yang taat beribadah dan
selama dirawat klien hanya bisa berdoa untuk
kesembuhannya.
22
Kesadaran Composmentis, GCS : 4, 5 ,6
RR : 20x/ menit
S : 36,70C
N : 95x/ menit
TB : 157 Cm
BB : 50 Kg
23
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan limfe, tidak ada nyeri
tekan maupun gangguan mobilitas
leher
Perkusi : sonor
Perkusi : Pedup
Perkusi : Timpani
24
Anus Terdapat luka bekas operasi
hemoroid
5 SGOT 19 0 – 50
6 SGPT 9 0 – 50
8 GDA 99 74 – 106
25
9 Kreatin 0.72 0.6 – 1.5
10 BUN 6 10 – 24
Terapi Oral
Parental
26
Data Masalah Kemungkinan
Penyebab
S : Skala nyeri 6
Data Objektif :
27
dan luka bekas operasi masih
terasa nyeri
Data Objektif :
Data Objektif :
28
2.2
Data Objektif:
29
2.3 Diagnosa Keperawatan
30
2.4 Rencana Asihan Keperawatan
nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen nyeri (I. 08238)
Observasi
Pasien mengatkan nyeri di bagian keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Identifikasi lokasi, karateristik
anus pada luka operasi diharapkan nyeri akut menurun
duransi, frekuensi,kualitas,
dengan kriteria hasil :
intensitas nyeri
1. Skala nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Tampak meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
3. KU baik
4. Identifikasi faktor yang
4. Pasien sudah tidak berfokus memperberat dan memperingan
pada daerah bekas operasi nyeri
5. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutrik
1. Berikan teknik Non farmakologis
untuk mengurangi rasanyeri
31
(kompres hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.Suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihanstrategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Anjurkan teknik Non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
32
(kompres hangat/dingin)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu
Resiko infeksi b.d prosedur invasif d.d Setelah dilakukan tindakan SIKI : Pencegahan infeksi
Pasien mengatakan baru saja keperawatan selama 3 x 24 jam (I.14539)
melakukan operasi hemoroid dan luka diharapkan resiko infeksi menurun Observasi
bekas operasi masih terasa nyeri dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala
infeksilokal dan sistemik
1. kemerahan menurun
2. Batasi jumlah pengunjung
2. nyeri menurun 3. Berikan perawatan kulit pada area
33
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarlan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka
4. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
5. Anjurkan meningkatakan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
Konstipasi b.d mengabaikan Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen konstipasi
dorongan untuk defekasi akibat keperawatan selama 3 x 24 jam (I.04155)
eliminasi d.d pasien mengatakan diharapkan konstipasi membaik Observasi
kesulitan BAB karena nyeri yang dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala
dirasakan konstipasi
2. Periksa pergerakan usus,
34
1. kontrol pengeluaran feses kareakteristik feses(konsistensi,
meningkat bentuk, volume, dan warna)
3. Identifikasi faktor risiko
2. mengejan saat defekasi
konstipasi (mis. Obat-obatan,
menurun
tirah baring, dan diet rendah
3. distensi abdomen menurun serat)
35
2. Anjurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
3. Latian buang air besar secara
teratur
4. Ajarkan cara mengatasi konstipasi
Kolaborasi
1. Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
2. Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
Risiko hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen Hipovolemik
dengan kekurangan intake cairan keperawatan selama 3x24 jam (L.03116)
ditandai dengan Sebelum sakit diharapkan keseimbangan cairan Observasi
minum 2 liter/ hari, saat sakit minum didalam tubuh pasien stabil 1. Periksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis: frekuensi nadi
1 liter/ hari
dengan kriteria hasil : meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan
1. Kekuatan nadi meningkat nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa
36
2. Turgor kulit meningkat kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus,
3. Output sedang
lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
Ardium
37
BAB III
TELAAH JURNAL
38
kemanjuran Diosmin 500mg, Espendine 90mg,
Ruscogenin 100mg dalam memperbaiki gejala pasien
dengan penyakit wasir
Bahan dan Metode: Ini adalah uji coba observasional
yang dilakukan di Departemen Bedah Umum Universitas
L'Aquila dari Maret 2021 hingga September 2021 Gejala
telah dievaluasi menggunakan sistem penilaian yang
diusulkan oleh Giordano dkk. Pasien telah dievaluasi secara
klinis oleh dokter bedah yang sama pada saat diagnosis dan
pada hari pengobatan.
Hasil: Tujuh puluh satu pasien dikutsertakan dalam
penelitian ini. Pada Kelompok A (kelompok studi), kami
melaporkan penurunan skor gejala sebesar 50% dengan
masa tindak lanjut selama 30 hari, sedangkan pada
Kelompok 8 (kelompok kontrol), kami melaporkan
penurunan sebesar 27% DI antara pasien di Kelompok A,
67% dan mereka yang menderita penyakit wasir tingkat IV
telah kembali menjadi tingkat III setelah 30 hari
pengobatan
Kesimpulan: Campuran flavonoid dapat menjadi cara
yang aman dan efektif untuk manajemen konservatif
penyakit wasir Dosis yang diberikan tampaknya
memuaskan dan durasi pengobatan yang diusulkan dapat
dianggap memadai
3.2.3 Ringkasan Jurnal
1. Analisis Jurnal Dengan Teknik PICO
Pada jurnal internasional ini terdapat temuan dari
analisis PICO, yaitu sebagai berikut:
39
a. Population
Pasien yang berusia diatas 18 tahun dengan
derajat hemoroid II, III, IV di Rumah Sakit San
Salvatore, L’Aquila, Italia
b. Intervention
Penggunaan terapi obat anti hemoroid
kombinasi dari (diaosmin, hesperidin, ruscogenin)
c. Comparation
Kelompok studi (A) diobati dengan dengan dua
tablet harian Mioven 700 (diaosmin, hesperidin,
ruscogenin) selama 10 hari dan kemudian satu
tablet harian 20 hari berikutnya, bersamaan
dengan satu kali pemberian Macrogol setiap hari
selama 30 hari. Kelompok kedua (B) diobati
dengan satu kali pemberian Macrogol setiap hari
selama 30 hari dan diidentifikasi sebagai kelompok
kontrol.
d. Out Come
Campuran flavonoid dapat menjadi cara yang
aman dan efektif untuk manajemen konservatif
penyakit hemoroid, dosis yang diberikan
tampaknya memuaskan dan durasi pengobatan
yang diusulkan dapat dianggap memadai.
40
oleh Giordano dkk. Tujuh puluh satu pasien telah
dievaluasi secara klinis oleh dokter bedah yang
sama pada saat diagnosis dan pada hari
pengobatan. Kelompok studi (A) diobati dengan
dengan dua tablet harian Mioven 700 (diaosmin,
hesperidin, ruscogenin) selama 10 hari dan
kemudian satu tablet harian 20 hari berikutnya,
bersamaan dengan satu kali pemberian Macrogol
setiap hari selama 30 hari. Kelompok kedua (B)
diobati dengan satu kali pemberian Macrogol
setiap hari selama 30 hari dan diidentifikasi
sebagai kelompok kontrol.
b. Importance
Ada pengaruh penggunaan terapi obat
Mioven 700 (diaosmin, hesperidin, ruscogenin)
terhadap penurunan gejala hemoroid yang
dibuktikan pada jurnal ini yaitu terjadi penurunan
gejala sebesar 50% dengan masa waktu 30 hari dan
terbukti 67% dari pasien yang melakukan terapi ini
yang semula derajat IV dapat kembali menjadi
derajat III hanya dengan waktu 30 hari.
c. Aplicabelity
Terapi ini dapat diterapkan kepada pasien
yang mengalami hemoroid karena telah terbukti
dapat menurunkan gejala hingga 50% dan dapat
mengambalikan derajat hemoroid yang awalnya
derajat IV menjadi III.
41
3.3 Jurnal 2
3.3.1 Judul
ANALISIS EFEKTIVITAS TERAPI ANTI HEMOROID
PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT IMANUEL WAY
HALIM BANDAR LAMPUNG TAHUN 2021 .Jurnal ini
terindeks Sinta 5
3.3.2 Abstrak
Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal
yang mempunyai gejala perdarahan dan penonjolan saat
defekasi. Kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, dimana usia
puncaknya adalah umur 45-65 tahun. Penanganan
hemoroid meliputi perubahan gaya hidup, manajemen
konservatif berupa medikamentosa, manajemen invasif
minimal sampai terapi yang agresif meliputi pembedahan.
Untuk mengetahui analisis terapi anti hemoroid pada
pasien di Rumah Sakit Imanuel Way Halim Bandar
Lampung Tahun 2021. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasional dengan
pendekatan retrospektif. Teknik pemilihan sampel pada
penelitian ini adalah total sampling dan yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 56 orang. Menggunakan analisis
univariat. Diketahui sebagian besar Sampel Pasien
Hemoroid berjenis kelamin perempuan (64.3%), berusia
36-45 tahun (26.8%), mendapatkan terapi farmakologi
(62.5%) dan diresepkan golongan obat anti hemoroid (149
%). Dari hasil penelitian penyakit hemoroid banyak
ditemukan pada pasien perempuan berusia diatas 36
tahun. Penanganan yang didapatkan berupa terapi
farmakologi dan diberikan obat anti hemoroid.
42
3.3.3 Ringkasan Jurnal
1. Analisis Jurnal Dengan Teknik PICO
Pada jurnal internasional ini terdapat temuan dari
analisis PICO, yaitu sebagai berikut:
a. Population
Subyek dalam penelitian ini adalah 56 pasien
hemoroid di Rumah Sakit Imanuel Way Halim
Bandar Lampung Tahun 2021.
b. Intervention
Penggunaan terapi anti hemoroid (diosmin dan
hesperidin)
c. Comparation
Perbandingan penggunaan obat anti hemoroid dan
obat golongan analgetik
d. Out Come
Golongan obat yang paling banyak diresepkan oleh
dokter pada pasien hemoroid di Rumah Sakit
Imanuel Way Halim Tahun 2021 adalah golongan
obat anti hemoroid sebanyak 83 sampel (149 %),
obat golongan analgetik sebanyak 29 sampel (52
%), obat golongan laksatif sebanyak 25 sampel
(45%), obat golongan antibiotik sebanyak 18
sampel (32%), dan lain-lain sebanyak 28 sampel
(50%).
2. Telaah Kritis VIA
a. Validity
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasional dengan pendekatan
retrospektif. Teknik pemilihan sampel pada
penelitian ini adalah total sampling dan yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 56 orang yang
43
mengalami hemoroid. Menggunakan analisis
univariat.
b. Importance
Ada pengaruh untuk mengurangi rasa nyeri
pada hemoroid. Isolat Buah Citrus (Diosmin dan
Hesperidin) 1000 mg dapat dikonsumsi bersamaan
dengan makanan. Tidak disarankan penggunaan
pada pasien dengan riwayat alergi terhadap Isolat
Buah Citrus (Diosmin dan Hesperidin). Dosis yang
direkomendasikan untuk orang dewasa: Hemoroid
Akut 3x1 Selama 4 Hari Kemudian 2x1 Selama 3
Hari. Hemoroid kronis & Insufisiensi Vena 1x1
selama 2 bulan.
c. Aplicability
Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa
penggunaan diosmin dan hesperidin dapat
diterapkan pada pasien hemoroid baik akut
maupun kronis, dan pada penelitian ini obat yang
paling banyak digunakan dalam mengatasi
hemoroid yaitu obat anti hemoroid berupa diosmin
dan hesperidin
44
BAB IV
PEMBAHASAN
(F) Pada kasus yang kita bahas Tn. A hasil pengkajian yang didapat
setelah melakukan inspeksi adalah terdapat benjolan di anus disertai
dengan perdarahan berwarna merah segar saat buang air besar disertai
nyeri yang termasuk salah satu tanda dari penyakit hemoroid. Salah satu
terapi yang tepat dan dapat dilakukan pada pasien hemoroid yaitu dengan
terapi farmakologi dengan menggunakan terapi obat anti hemoroid yang
memiliki kandungan diosmin dan hesperidin.
45
rectum biasanya timbul sewaktu defekasi dan reduksi spontan sewaktu
defekasi.
DAFTAR PUSTAKA
46
ANDRIANI, F. Z. (2020). HUBUNGAN LAMA DUDUK DENGAN TANDA
GEJALA HEMOROID PADA PENJAHIT KONVEKSI DI DUSUN
BETON DESA TRITUNGGAL KECAMATAN BABAT KABUPATEN
LAMONGAN. Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–
24. https://eprints.umm.ac.id/60115/
47
NY. F DIRUANG BEDAH UMUM (RUANG K) RSUD DR. SOEDARSO
PONTIANAK. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahtt
ps://doi.org/10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.101
6/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/
S1063458420300078?token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A33
3E295FCD8
48
Jurnal 1
49
50
51
52
53
Jurnal 2
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Lampiran Power Point
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81