Anda di halaman 1dari 90

TUGAS KEPERAWATAN DEWASA

ASUHAN KEPERAWATAN DAN TELAAH JURNAL


PADA PASIEN HEMOROID
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Mata Kuliah Keperawatan Dewasa

Oleh:
Hilda Triafia (2111011134)
Defitridyahni Wahyu Aprilia (2111011142)
Arif Agil Nurahman (2111011147)
Fikry Maulana Zain (2111011148)
Indah Safitri (2111011161)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DAN TELAAH JURNAL PADA


PASIEN HEMOROID

Oleh:

Arif Agil Nurahman

NIM:2111011147

Tugas ini ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui

untuk dapat di presentasikan

Jember, 1 Agustus 2023

Pembimbing

(Ns. Ginanjar Sasmito Adi, M.Kep.,Sp.Kep.M.B. )

NPK. 1990021011509368

ii
LEMBAR KONSULTASI

TGL MATERI YANG TELAH TTD


DIKONSULTASIKAN PEMBIMBING

iii
FORMAT PENILAIAN

TANGGAL PRESENTASI :
TOPIK :
NAMA MAHASISWA : 1. Hilda Triafia (..........)

2. Defitridyahni Wahyu Aprilia (..........)

3. Arif Agil Nurahman (..........)

4. Fikry Maulana Zain (..........)


5. Indah Safitri (..........)

PENILAIAN MAKALAH

Komponen Item Bobot Nilai

a. Struktur a. Menyusun makalah dengan 10%


terstruktur
b. Menggunakan heading dan
subheading dengan tepat
c. Menyimpulkan makalah
b. Writing Menjelaskan makalah dengan kalimat 10%
Style terstruktur, argumen yang jelas dan
menggunakan EYD
c. Isi Makalah 1. Sesuai dengan kajian teori 60%
2. Sesuai dengan evidience based
practice
3. Up-date
4. Mengintegrasikan terapi
komplomenter
5. Mengintegrasikan nilai-nilai islam
d. Referencing 1. Daftar pustaka akurat dan lengkap 20%
2. Melakukan kutipan referensi dengan

iv
tepat
3. Daftar pustaka primer lebih sering
digunakan
4. Menyebutkan semua sumber
informasi
5. Kutipan langsung hanya untuk poin
yang penting

v
NILAI PRESENTASI
Komponen Item Bobot Nilai
Media 1. Menarik 15%
2. Jelas
3. Mudah dipahami
4. Mencantumkan sumber referensi
Isi 1. Sesuai dengan kajian teori 60%
2. Sesuai dengan Evidence Based
Practice
3. Up to date
Diskusi 1. Menghargai pendapat teman 15%
2. Bersikap terbuka terhadap kritik dan
saran
3. Mampu beragumentasi
Kerja Tim 1. Mendemonstrasikan kerja tim yang 10%
efisien
2. Tidak ada anggota kelompok yang
mendominasi
TOTAL

Mengetahui

Dosen Pembimbing

(..............................)

Nb : Mohon Dosen Pendamping memberikan penilaian individu disebelah


nama mahasiswa untuk nilai keaktifan mahasiswa

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan dan Telaah Jurnal Pada Pasien Hemoroid”
disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Ns. Ginanjar Sasmito Adi.,
M.Kep.,Sp.Kep.M.B pada mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem
Endokrin, Pencernaan, Perkemihan, dan Imunologi di Universitas
Muhammadiyah Jember. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak


Ns. Ginanjar Sasmito Adi., M.Kep.,Sp.Kep.M.B selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan, dan
Imunologi atas tugas yang telah diberikan ini sehingga penulis dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait materi yang telah diberikan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karna itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kata-
kata yang disusun dalam makalah ini, penulis mohon maaf. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

vii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................. ii

LEMBAR KNSULTASI......................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................ iv

DAFTAR ISI ......................................................................... v

BAB I TINJAUAN PUSTAKA .................................................1

1.1 Konsep Dasar Medis ..................................................1


1.1.1 Definisi ............................................................................. 1
1.1.2 Etiologi ............................................................................. 3
1.1.3 Patofisiologi ..................................................................... 6
1.1.4 Pathway............................................................................ 6
1.1.5 Manifestasi Klinik ........................................................... 9
1.1.6 Pemeriksaan penunjang ................................................. 9
1.1.7 Penatalaksanaan Medis ................................................ 10
1.2 Konsep Dasar Keperawatan ....................................12
1.2.1 Pengkajian ..................................................................... 12
1.2.2 Diagnosia Keperawatan ................................................ 18
1.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan .................................... 19

BAB II TINJAUAN KASUS ................................................. 20

2.1 Pengkajian ................................................................................ 20


2.2 Diagnosia...................................................................................30
2.3 Rencana tindakan ..................................................................... 31

BAB III TELAAH JURNAL ................................................. 38

3.1 Metode Penelusuran Jurnal ....................................................38


3.2 Jurnal 1 ......................................................................................38
3.2.1 Judul ..............................................................................38

viii
3.2.2 Abstrak ...........................................................................38
3.2.3 Ringkasan Jurnal .......................................................... 39
3.3 Jurnal 2 ..................................................................................... 42
3.3.1 Judul .............................................................................. 42
3.3.2 Abstrak ........................................................................... 42
3.3.3 Rinkasan Jurnal ............................................................ 43

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 47

LAMPIRAN ........................................................................ 48

ix
BAB 1

Tinjauan Pustaka

1.1 Konsep dasar medis


1.1.1 Definisi
Hemoroid atau yang biasa kita kenal dengan nama
wasir atau ambeien adalah terjadinya pelebaran dan inflamasi
pada pembuluh darah vena di anus dari pleksus hemoroidalis
(YEREMIAS ARIADA DOPA, 2018). Hemoroid terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu hemoroid eksternal dan hemoroid
internal.

GAMBAR 1. hemorrhoids internal and external (SUMBER:


www.everydayhealth.com )

Hemoroid internal adalah pembengkakan vena


submukosa di atas linea dentate yang terjadi dalam rectum.
Kurangnya saraf di daerah rektum membuat pembengkakan
jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit. Hemoroid internal
dapat menjadi prolaps ketika tonjolan pada dinding rektum
terlihat menonjol keluar anus (ANDRIANI, 2020).

1
GAMBAR 2. Derajat hemoroid (SUMBER : www.harianhaluan.com)

Hemoroid internal digolongkan menjadi 4 derajat


yaitu:
1) Derajat 1: perdarahan pasca defekasi, tidak prolaps
(benjolan keluar dari anus), tidak nyeri, Pada
pemeriksaan anoskopi terlihat permukaan dari benjolan
hemoroid.
2) Derajat 2: hemoroid keluar dari anus (prolaps) pada saat
mengedan akan tetapi dapat masuk kembali secara
spontan.
3) Derajat 3: hemoroid keluar dari anus (prolaps) pada saat
mengedan akan tetapi tidak dapat masuk kembali secara
spontan, harus secara manual (didorong dengan tangan).
4) Derajat 4: hemoroid mengalami prolaps namun tidak
dapat dimasukkan kembali meskipun sudah dibantu
dengan dorongan tangan, disertai nyeri.

2
Hemoroid eksternal adalah terjadinya pengembangan
atau penonjolan pada pleksus hemoroidalis inferior dibawah
linea dentate dan ditutupi oleh kulit, dilapisi oleh epitel
skuamos yang telah termodifikasi, serta memiliki banyak
persarafan serabut saraf nyeri somatik (Pradiantini & Dinata,
2021). Hemoroid eksternal terbagi menjadi 2 yaitu hemoroid
eksternal akut dan hemoroid eksternal kronis.
a. Hemoroid eksternal akut adalah terjadinya suatu
pembengkakan berbentuk bulat kebiruan yang terdapat
pada pinggiran anus dan sebenarnya merupakan
hematoma.
b. Hemoroid eksternal kronik di sebut dengan skin tags
yaitu satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan ikat dan sedikit pembulu darah, merupakan
kelanjutan hemoroid eksternal yang mengalami
trombosi.

1.1.2 Etiologi
Penyebab hemoroid tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi ada beberapa etiologi hemoroid adalah Mengejan
terlalu lama pada saat buang air besar, Pola buang air besar
yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, lebih
lama duduk dijamban sambil membaca, merokok),
Peningkatan penekanan intra abdomen karena tumor (tumor
udud, tumor abdomen), Kehamilan (disebabkan tekanan jenis
pada abdomen dan perubahan hormonal), Usia tua,
Konstipasi kronik, Diare akut dan diare kronik, Hubungan
seks peranal, terlalu lama berdiri atau duduk, dan angkat
berat, Kurang minum air putih, kurang makanan berserat,
Kurang olahraga/imobisasi (RISANDI, 2020).
a. Kostipasi

3
Konstipasi adalah suatu kondisi BAB jarang
biasanya BAB kurang dari 3 kali seminggu. Keadaan
tersebut menjadi salah satu faktor risiko yang paling
sering menyebabkan hemoroid. Kotoran dan zat-zat
yang berada didalam usus seharusnya segera di
keluarkan. Jika terlalu lama mengendap di usus dan
rektum akan menjadi toksik atau racun yang memicu
sel-sel kanker/bersifat karsinogen. Kotoran-kotoran
tersebut yang bergesekan dengan mukosa pada dinding
usus besar dan rektum akan berpotensi tumbuhnya sel-
sel abnormal sebagai cikal bakal kanker rektum dan
timbulnya polip (Widya Rezkita, 2020).
b. Mengedan pada saat buang air besar.
Keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan
pada saat buang air besar sehingga menyebabkan
seseorang mengedan yang kuat. Mengedan biasanya
disebabkan oleh feses yang kering dan keras pada colon
descenden yang menumpuk akibat absorpsi cairan yang
berlebih. Buang air besar yang sulit menyebabkan
seseorang mengedan lebih lama sehingga tekanan yang
kuat pada saat mengedan dapat menjadi trauma pada
plexus hemoroidalis dan terjadi penyakit hemoroid.
c. Diet rendah serat
Kurangnya mengonsumsi makanan yang berserat
tinggi menyebabkan bentuk feses menjadi keras karena
semua cairan feses telah diserap, cairan yang diserap
berupa karbohidrat, protein, dan lemak dan serat tidak
diserap sehingga seseorang yang kurang mengkonsumsi
serat otomatis bentuk fesesnya menjadi keras. Feses
yang keras mengakibatkan kondisi mengedan saat BAB
sehingga dapat menyebabkan trauma pada plexus

4
hemoroidalis dan terjadi penyakit hemoroid (Widya
Rezkita, 2020).
d. Kehamilan
Wanita hamil mengalami peningkatan hormon
progesteron yang mengakibatkan peristaltik pada
saluran pencernaan melambat dan juga memberikan
tegangan yang abnormal pada otot sfingter ani interna
sehingga mengakibatkan konstipasi. Wanita hamil juga
mengalami peningkatan tekanan intra abdomen yang
menyebabkan vena di rectum mengalami penekaan.
Proses melahirkan dapat menyebabkan hemoroid
karena adanya penekanan yang berlebihan pada plexus
hemoroidalis.
e. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi degenerasi/perubahan
jaringan-jaringan tubuh. Musculus sfingter ani menjadi
tipis dan mengalami penurunan kontraksi. Kedua hal
tersebut menyebabkan kelemahan musculus sfingter
dan timbul prolaps pada anus.
f. Aktifitas fisik berat
Seseorang yang mempunyai aktifitas fisik berat dan
ia lakukan secara terus menerus dalam jangka waktu
lama maka akan menyebabkan peningkatan tekanan
pada plexus hemoroidalis sehingga menyebabkan
hemoroid.
g. Duduk terlalu lama
Seseorang yang bekerja duduk dari pagi sampai
sore dan tidak diselingi berdiri maka meningkatnya
kemungkinan mengalami risiko pembekuan pembuluh
vena dalam (Deep Vein Thrombosis/DVT) hingga dua
kali lipat. Pembekuan darah terjadi pada pembuluh vena

5
dan biasanya di bagian saluran pencernaan bawah. Jika
pembekuan ini tidak segera dicairkan dengan obat
pengencer darah, maka akan terjadi hematoma dan akan
mengangu aliran darah. Jika hal ini terjadi pada anus
maka terjadilah hemoroid (Widya Rezkita, 2020).
h. Penyakit yang meningkatkan tekanan intra abdomen
seperti tumor usus dan tumor abdomen.

1.1.3 Patofisiologi dan Pathways


Patofisiologi hemoroid disebabkan karena adanya
degenerasi yang dapat memperlemah jaringan penyokong,
pengeluaran feses yang keras dan mengedan secara
berulang menyababkan tekanan terhadap bantalan anal
meningkat dan terjadi prolaps. Akibatnya pembuluh darah
vena yang ada pada bantalan mengalami gangguan. konsumsi
serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air
besar, serta kondisi seperti kehamilan yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal akan memperparah
kondisi bantalan dan bantalan menjadi semakin membesar.
Perdarahan yang timbul akibat dari pembesaran hemoroid
disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau inflamasi yang
merusak pembuluh darah di bawahnya (Maulana &
Wicaksono, 2020).

6
Berdiri dan duduk terlalu lama Sering mengangkat benda berat Pregnansi
Konstipasi

Peningkatan tekanan intra Gangguan defekasi miksi Kelemahan pembuluh darah


Mengedan Abdomen

Kongesti vena pleksus

Aliran balik vena terganggu

Tekanan vena periver meningkat – pelebaran pembuluh


darah vena pada pleksus hemoroidalis

Hemoroid interna
Hemoroid eksterna

Perdarahan saat BAB Jika ada bekuan darah


Bengkak, kebiruan-biruan pada
anus dan jarang berdarah, sakit
Thrombosis kecuali terjadi robekan vena
Anemia defesiensi besi

Peradangan, edema dan nyeri


Intoleransi aktivitas

Pre op Post op
Pre op Post op
Post operatif

Pembedahan
Risiko injuri trombosis Psikologis Peristaltik usus menurun

Fisik
Ketakutan Konstipasi
Trauma defekasi Prolaps hemoroid

Ansietas Terputusnya kontinuitas jaringan

Perdarahan Takut untuk BAB

Kelemahan
Neuromuscular Luka Merangsang saraf diameter kecil
Risiko terbuka
Feses keras ekstremitas bawah
Hipovolemia
Gate control terbuka
Keterbatasan gerak Tempat masuknya
Konstipasi mikroorganisme
Saraf eferen
Gangguan
Mobilitas Fisik Risiko Infeksi
Korteks cerebri
(nyeri
dipersepsikan)

Nyeri Akut

8
1.1.4 Manifestasi klinik
Menurut (RISANDI, 2020) tanda dan gejala pada hemoroid
yaitu :
1. Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyeri akut. Nyeri akut adalah
nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan yang
berlangsung sangat singkat.
2. Pendarahan berwarna merah terang biasanya timbul pada
hemoroid interna akibat trauma feses yang keras pada
saat BAB.
3. Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis
(pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat
menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.
4. Anemia berat biasanya terjadi akibat perdarahan yang
berulang
5. Iritasi kulit perinatal dapat menimbulkan rasa gatal yang
disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus pada
anus sehingga terjadi rangsangan mucus
6. Prolaps pada rectum biasanya timbul sewaktu defekasi
dan reduksi spontan sewaktu defekasi

1.1.5 Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan anoskopi (pemeriksaan dengan teropong).
Pemeriksaan dengan anoskopi diperlukan untuk
melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar
(Sagitha, 2020). Anoskop dimasukkan dan diputar untuk
mengamati keempat kuadran. Hemoroid interna terlihat
sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen.
Apabila penderita diminta mengejan sedikit, ukuran

9
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata (Pradiantini & Dinata, 2021).
b. Pemeriksaan fisik (inspeksi)
Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat
apalagi sudah mengandung trombus. Hemoroid interna
yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan
menyuruh pasien untuk mengejan.
c. Pemeriksaan sigmoidoskopi
Pemeriksaan sigmoidoskopi bertujuan untuk
mengevaluasi perdarahan rektal dan rasa tak nyaman
seperti fisura anal, fistula, kolitis, polip rectal dan
kanker.
d. Rektaltouch (colok dubur)
Pada pemeriksaan cocol dubur, hemoroid interna
stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemorid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dangan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum
(kanker rektum) (Pradiantini & Dinata, 2021).

1.1.6 Penatalaksanaan medis


Penatalaksanaan hemoroid tergantung dari derajat
keparahannya, akan tetapi umumnya dengan melakukan
modifikasi gaya hidup, perbaikan pola makan dan minum dan
perbaikan cara defekasi. Diet seperti minum 30–40
ml/kgBB/hari dan makanan tinggi serat 20-30 g/hari.
Perbaikan pola defekasi dapat dilakukan dengan berubah ke

10
jongkok pada saat defekasi. Penanganan lain seperti
melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal
pada air hangat selama 10- 15 menit 2-3 kali sehari
(Sudarsono, 2015).

Penatalaksanaan farmakologi untuk hemoroid adalah:

1) Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat


bersifat laksatif memperbesar volume tinja dan
meningkatkan peristaltik.
2) Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal
dan nyeri. Bentuk suppositoria untuk hemoroid interna
dan ointment untuk hemoroid eksterna.
3) Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin
dan hesperidin.
4) Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat.
Terapi topikal dengan nifedipine dan krim lidokain lebih
efektif untuk menghilangkan rasa sakit daripada lidokain
(Xylocaine). Pada pasien hemoroid eksternal berat,
pengobatan dengan eksisi atau insisi dan evakuasi dari
trombus dalam waktu 72 jam dari onset gejala lebih efektif
daripada pengobatan konservatif.

Penatalaksanaan invasif dilakukan bila manajemen


konservatif mengalami kegagalan, antara lain:

1) Rubber band ligation merupakan prosedur dengan


menempatkan karet pengikat di sekitar jaringan
hemoroid interna sehingga mengurangi aliran darah ke
jaringan tersebut menyebabkan hemoroid nekrosis,
degenerasi, dan ablasi (Sudarsono, 2015).
2) Laser, inframerah, atau koagulasi bipolar menggunakan
laser atau sinar inframerah atau panas untuk
menghancurkan hemoroid interna.

11
3) Penatalaksanaan bedah dengan tindakan
hemoroidektomi.
Apabila hemoroid internal derajat 1 yang tidak
membaik meskipun sudah dilakukan penatalaksanaan
konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan
(RISANDI, 2020). Indikasi tatalaksana pembedahan
hemoroid antara lain:
a) Hemoroid internal derajat II berulang.
b) Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c) Mukosa rectum menonjol keluar anus.
d) Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta
seperti fissure.
e) Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f) Permintaan pasien.

1.2 Konsep dasar keperawatan


1.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
1. Identitas Pasien
Dalam identitas pasien ini perlu ditanyakan antara lain
adalah nama pasien, tempat tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaaan, status
pernikahan, suku/bangsa, nomor rekam medis, diagnosa
medis, dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluahan utama yang dirasakan klien di uraikan dalam:
a. Provokatif : Penyebab yang memperberat dan
mengurangi

12
b. Quality : Dirasakan seperti apa, tampilannya,
suaranya dan berapa banyak
c. Region : Lokasi dimana dan penyebarannya
d. Scale : Itensitasnya (skala) pengaruh terhadap
aktifitas
e. Timing : Kapan keluhan tersebut muncul berapa lama
dan bersifat (tiba-tiba, sering dan bertahap).
Pada pasien post Hemoroidektomi biasanya
mengalami keluhan utama berupa rasa nyeri hebat pada
bagian anusnya akibat tindakan pembedahan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
a. Pasien mengeluh BAB keras, tidak teratur dan bila
mengedan terasa nyeri
b. Perdarahan pada waktu defekasi berwarna merah
segar yang disertai pengeluaran lendir
c. Terasa gatal pada anus
d. Pasien mengeluh adanya varises atau Hemoroid yang
keluar dari anus saat defekasi
e. Pasien yang varises berat tidak dapat memasukan
sendiri secara spontan tetapi harus didorong kembali
sedangkan varises sedang bisa masuk sendiri, untuk
yang tidak dapat masuk maka akan terjadi
pembengkakan dan kemerahan pada anus (Sagitha,
2020).

4. Riwayat kesehatan dahulu


Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik,
pembesaran prostat dan sebelumnya pernah memiliki
riwayat penyakit hemoroid (RISANDI, 2020).

13
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ada atau tidaknya riwayat penyakit hemoroid dalam
satu keluarga.
6. Riwayat psikososial
a. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tentang persepsi klien terhadap penyakit
yang diderita. Pasien merasa malu dengan keadaanya,
ansietas, dan rendah diri.
b. Pola istirahat dan tidur
Pada pasien post hemoroid biasanya mengalami
gangguan tidur karena nyeri pada anus sesudah
operasi (RISANDI, 2020).
c. Pola aktivitas
Pada pasien post hemoroid mengalami
keterbatasan aktivitas karena nyeri pada anus akibat
sesudah operasi.
7. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar
(composmenti-coma) untuk mengetahui berat
ringannya prognosis penyakit pasien.
Kesadaran : composmentis tingkat
GCS : E : 4, V : 5, M : 6.
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : normalnya 120/80 mmHg.
2) Suhu : normalnya 36,5C – 37,2C.
3) Nadi : normalnya 60-100 x/menit.
4) Respiratori rate : normalnya 16-24x/menit
c. Pemeriksaan kepala dan wajah
1) Kepala

14
a) Rambut: termasuk kuantitas, penyebaran
dan tekstur antara kasar dan halus.
b) Kulit kepala : termasuk benjolan, lesi.
c) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan
kontur.
d) Muka/wajah : termasuk simetris dan
ekspresi wajah.
d. Pemeriksaan telinga
1) Daun telinga dilakukan inspeksi : simetris kana
kiri.
2) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai
mengganggu diameter lubang.
3) Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen
berwarna putih keabuan dan masih dapat
bervariasi dengan baik apabila tidak mengalami
infeksi sekunder.
4) Pendengaran : pengkajian ketajaman terhadap
bisikan atau tes garputala dapat mengalami
penurunan.
e. Pemeriksaan mata
Inspeksi:
1) Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul
eksoftalmikus, strabismus.
2) Alis mata : dermatitis, seborea.
3) Sklera dan konjungtiva : seklera mungkin
ikterik. Konjungtiva anemis pada penderita yang
sulit tidur karena merasakan nyeri setelah
operasi.
4) Pupil : miosis, midriasis atau anisokor
f. Pemeriksaan mulut dan faring
Inspeksi:

15
1) Bibir : sianosis, pucat
2) Mukosa oral : mungkin kering, basah.
3) Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis.
4) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau
akibat penurunan oral hygiene.
5) Faring mungkin terlihan kemerahan akibar
peradangan.
g. Pemeriksaan leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi vena
jugularis, pembesaran kelenjar limfe leher dapat
muncul apabila ada infeksi sistemik.
h. Pemeriksaan thorak dan paru
1) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan
upaya bernafas antara lain : takipnea, hipernea,
dan pernafasan chyne stoke (pada kondis
ketoasidosis).
2) Amati bentuk dada : normal atau barrel chest,
funnel chest dan pigeon chest.
3) Dengarkan pernafasan pasien.
4) Stidor pada obstruksi jalan nafas.
5) Mengi (apabila penderita mempunyai riwayat
asma atau bronchitis kronik).
i. Pemeriksaan jantung
1) Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondisi
dada, simetris atau tidak, ictus cordis nampak
atau tidak.
2) Palpasi : terdapat ictus cordis teraba di ICS 4-5.
3) Perkusi : perkusi jantung terhadap suara jantung
pekak (padat).
4) Auskultasi : auskultasi bunyi jantung normal BJ
1 (dup), BJ 2 (lup) dan suara terdengar tunggal.

16
j. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan
simetris adanya pembesaran organ.
2) Auskultasi : auskultasi bising usus apakah
terjadi penurunan atau peningkatan motilitas.
3) Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi
dan pola tymphani serta kepekaan.
4) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri
tekan atau massa.
k. Pemeriksaan genetalia dan anus
1) Genetalia : pada inspeksi apakah ada trombosis
pada preposium dan apakah ada kemerahan
pada kulit skrotum.
2) Anus
a. Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post
operasi, apakah ada tanda infeksi, apakah
adanya pus (nanah) atau tidak, apakah
masih terjadi pendarahan berlebih.
b. Palpasi : palpasi bertujuan untuk
mengetahui adanya nyeri tekan, adanya
pus (nanah) atau tidak.
l. Pemeriksaan ekstremitas
Inspeksi bentuk, adanya luka, edema baik
ekstremitas atas maupun bawah.
Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5)
1) : Lumpuh.
2) : adanya kotraksi otot.
3) : melawan gravitasi dengan sokongan.
4) : melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan.
5) : melawan gravitasi dengan tahanan sedikit.
6) : melawan gravitasi dengan kekuatan penuh.

17
1.2.2 Diagnosa keperawatan
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan
merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
Hemoroidektomi, antara lain:
a) nyeri akut berhubunga dengan iritasi, tekanan, dan
sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat
spasme sfingter pada pascaoperatif.
b) Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan
dorongan untuk defekasi akibat eliminasi
c) Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya port de
entry kuman akibat continuitas jaringan yang rusak.

1.2.3 Rencana asuhan keperawatan


Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkain
tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus. Perencanaan
keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat diatasi.

BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian

Tangal / Hari Pengkajian : 26-04-2023

18
2.1.1 Identitas Pasien

Nama Tn. A

Umur 36 tahun

Stastus Sudah Menikah

Jenis Kelamin Laki-laki

Tanggal Lahir 15-03-1987

Agama Islam

Pekerjaan Swasta

Pendidikan SMA

Alamat Komp. Puri Nirwana

Suku Bangsa Jawa/Indonesia

Tgl. MRS 25-04-2023

Nomer RM 167990

Diagnosa Medis Post Op Hemoroid

2.1.2 Riwayat Penyakit

Keluhan Utama Pasien datang ke IGD RS.


Bhayangkara diantar dengan
keluarganya dikarenakan kurang
lebih 6 hari mengeluh keluar
benjolan pada anus, benjolan sudah
tidak bisa masuk sendiri maupun
dimasukkan dengan bantuan
tangan, Susah BAB dan BAB

19
bercampur darah berwarna merah
segar

Riwayat penyakit sekarang Dokter menganjurkan pasien


untuk melakukan operasi pada
tanggal 25 April 2023, operasi
dilakukan jam 10.00 WIB, setelah
6 jam post operasi pasien
merasakan nyeri pada anus, nyeri
terasa apabila pasien bergerak dan
ekspresi wajah meringis menahan
nyeri.

P : Nyeri disebabkan post op


hemoroid

Q : Nyeri seperti terbakar dan


rasanya panas

R : Nyeri di daerah anus

S : Skala 6

T : hilang timbul

Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan kurang lebih 8


bulan yang lalu merasakan gatal
dan nyeri pada anus dan terdapat
benjolan, benjolan dapat keluar
masuk sendiri, setelah itu benjolan
tidak bisa masuk sendiri, benjolan
bisa masuk kelubang anus jika di
dorong dengan jari tangan
akhirnya pasien berobat ke dokter

20
Riwayat penyakit keluarga Keluarga mengatakan didalam
anggota keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama
seperti yang dialami pasien saat ini

2.1.3 Pola Fungsi Kesehatan

Pola Kesehatan Sebelum Sakit Saat Sakit

Pola makan dan Sebelum sakit, pasien Saat sakit, pola makan
minum mengatakan selera pasien menurun, saat
makan baik pola dirawat pasien makan
makan setiap hari 3x/ 3x sehari ½ porsi yang
hari dengan nasi dan disediakan dengan
lauk pauk, minum air 2 sayur, lauk dan minum
liter / hari. air 1 liter / hari.

Pola istirahat dan Sebelum sakit, pola Saat sakit, pola tidur
tidur tidur pasien baik dan siang pasien dari jam
teratur, jam tidur siang 11.00 -13.00 siang dan
jam 15.00 - 16.00 dan jam tidur malam
jam tidur malam jam 20.00 - 05.00 pagi.
23.00 - 05.00

Personal hygiene Sebelum pasien mandi Setelah post operasi


2x sehari, keramas 3x pasien dianjurkan
seminggu, sikat gigi 2 untuk membatasi
sehari, ganti pakaian aktivitas dan harus
1x sehari. lebih banyak berbaring
dan aktifitas lainnya
dilakukan diatas
tempat tidur.

21
Eliminasi BAK dan Sebelum sakit, pasien Pasien belum ada BAB
BAB BAB 1 kali/hari, warna setelah post operasi
coklat, konsistensi karena masih
padat dan BAK 3-5 merasakan nyeri dan
kali/hari dengan BAK pasien terpasang
warna urine kuning kateter (700cc)
bening dengan warna urine
kuning pekat

Pola aktivitas Pasien dapat bergerak Pasien tidak bisa


dengan leluasa dan bergerak dengan
mandiri tanpa bantuan leluasa dan mandiri
orang lain. karena luka bekas
operasinya sehingga
harus dibantu oleh
orang lain.

Kebiasaan lain - -

Pola Persepsi dan Pasien mengatakan dapat menerima


Konsep diri keadaannya dan penyakit yang dideritanya,
pasien berharap agar segera sembuh dan segera
pulang ke rumah agar dapat berkumpul dengan
keluarganya kembali.

Nilai dan keyakinan Pasien beragama islam yang taat beribadah dan
selama dirawat klien hanya bisa berdoa untuk
kesembuhannya.

2.1.4 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum Lemah

22
Kesadaran Composmentis, GCS : 4, 5 ,6

Tanda-tanda vital, TB dan BB TD : 130/80 mmhg

RR : 20x/ menit

S : 36,70C

N : 95x/ menit

TB : 157 Cm

BB : 50 Kg

Kepala Bentuk kepala mesochepal

Rambut Penyebaran rambut merata, tipis,


keriting dengan sedikit uban, tidak
rontok dan tidak berketombe

Mata Fungsi penglihatan baik, tidak


menggunakan alat bantu
penglihatan, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, dan konvungtiva
anemis

Hidung Fungsi penciuman baik, Simetris,


tidak ada pembesaran cuping
hidung, dan tidak ada penumpukan
sekret

Telinga Fungsi pendengaran baik, simetris,


tidak ada lesi, dan tidak terdapat
penumpukan serumen

Mulut Tidak ada stomatitis, Tidak ada


pendarahan pada gusi, mukosa
bibir lembab, dan gigi bersih.

23
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan limfe, tidak ada nyeri
tekan maupun gangguan mobilitas
leher

Paru- paru Ispeksi : Bentuk dada simetris,


postur datar, tidak ada tarikan
intercosta

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : sonor

Auskultasi : Tidak ada bunyi


ronchi dan wheezing

Jantung Inspeksi : Bentuk dada simetris

Palpasi : Teraba ictus cordis


midclavikula sinistra intercosta 4
dan 5

Perkusi : Pedup

Auskultasi : S1 dan S2 reguler

Abdomen Inspeksi : Datar, tidak ada


benjolan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,


tdak ada masa

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik usus 15x/


menit

Genetalia Terpasang kateter

24
Anus Terdapat luka bekas operasi
hemoroid

Ekstremitas posterior : gerakan berat, tidak


terdapat edema, tidak ada cacat
atau kelainan, terpasang infus RL
30 tpm

Inferior : gerakan berat, tidak ada


edema dan tidak ada cacat atau
kelainan, kekuatan otot 5,5,4,4

Kulit dan Kuku Turgor kulit baik, tidak ada nyeri


tekan, warna kulit sawo matang
dan kuku normal

2.1.5 Hasil laboratorium

No Hematologi Hasil Normal

1 Hemoglobin 10,2 L: 13,2 – 17,3 g/dl

P: 11,7 – 15,5 g/dl

2 Leukosit 8.100 4.000-11.000

3 Trombosit 368.000 150.000 – 450.000

4 Hematokrit 41.70 40.0 – 54.0

5 SGOT 19 0 – 50

6 SGPT 9 0 – 50

7 Albumin 4.98 3.50 – 5.20

8 GDA 99 74 – 106

25
9 Kreatin 0.72 0.6 – 1.5

10 BUN 6 10 – 24

11 Kalium 4.37 3.0 – 5.0

12 Clorida 106.2 95 - 105

13 Natrium 138.1 135 - 147

Terapi Oral

No Nama Obat Dosis / hari

1 Cefotaxime 0,5 gr / 2x1 hari

2 Novalgin 1gr / 2x1 hari

3 Laxadin 15ml / 1x1 hari


(sebelum tidur)

4 Ardium 2 kapsul/1 hari


(sesudah makan)

Parental

No Nama obat Dosis

1 Ketorolac (injeksi) 30 mg / 3x1 hari

2 Infus RL (IV) 20 tpm

3 Cinam (IV) 1 gr / 2x1 hari

2.1.6 Analisis data

26
Data Masalah Kemungkinan
Penyebab

Data Subjektif : Nyeri Akut Agen Pencedera


Fisik
a. Pasien mengatkan nyeri di (D.0077)
bagian anus pada luka operasi (Prosedur operasi)

P : Nyeri terasa saat


beraktivitas

Q : Nyeri seperti terbakar dan


rasanya panas

R : Nyeri di daerah anus

S : Skala nyeri 6

T : Nyeri terasa terus menerus

Data Objektif :

a. Pasien tampak meringis


menahan nyeri
b. Pasien tapak berhati-hati
dengan daerah bekas operasi
c. Pasien tampak lemah
d. TTV
TD : 130/80 mmhg
RR : 20x/ menit
S : 36,70C
N : 95x/ menit
Data Subjektif : Risiko Prosedur Invasif
Infeksi
a. Pasien mengatakan baru saja
melakukan operasi hemoroid (D.0142)

27
dan luka bekas operasi masih
terasa nyeri

Data Objektif :

a. Terdapat luka pada anus bekas


operasi hemoroid
b. luka nampak lembab dan tidak
ada kemerahan
TTV
TD : 130/80 mmhg
RR : 20x/ menit
S : 36,70C
N : 95x/ menit

Data Subjektif : Konstipasi mengabaikan


dorongan untuk
a. pasien mengatakan kesulitan (D.0049)
defekasi akibat
BAB karena nyeri yang
eliminasi
dirasakana

Data Objektif :

a. luka pasien nampak masih


belum sembuh
b. pasien nampak meringis

28
2.2

Data Masalah Kemungkinan


Penyebab
(Pre op)

Data Subjektif: Risiko Kekurangan intake


Hipovolemia cairan
a. Pasien mengatakan ketika BAB,
(D.0034)
Pasien merasa nyeri dan BAB
yang dikeluarkan berwarna
merah

Data Objektif:

a. Hb 10,2 (13,2-17,3 g/dl)


b. Sebelum sakit minum 2 liter/
hari, saat sakit minum 1 liter/
hari
c. Saat sakit BAK 700cc

29
2.3 Diagnosa Keperawatan

No Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Paraf

1 26/04/2023 nyeri akut berhubungan dengan agen


pencedera fisik ditandai dengan Pasien
mengatkan nyeri di bagian anus pada luka
operasi

2 26/04/2023 Resiko infeksi berhubungan dengan


prosedur invasif ditandai dengan Pasien
mengatakan baru saja melakukan operasi
hemoroid dan luka bekas operasi masih
terasa nyeri

3 26/04/2023 Konstipasi berhubungan dengan


mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat eliminasi ditandai dengan pasien
mengatakan kesulitan BAB karena nyeri
yang dirasakana

4 26/04/2023 Risiko hipovolemia berhubungan dengan


kekurangan intake cairan ditandai dengan
Sebelum sakit minum 2 liter/ hari, saat sakit
minum 1 liter/ hari

30
2.4 Rencana Asihan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen nyeri (I. 08238)
Observasi
Pasien mengatkan nyeri di bagian keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Identifikasi lokasi, karateristik
anus pada luka operasi diharapkan nyeri akut menurun
duransi, frekuensi,kualitas,
dengan kriteria hasil :
intensitas nyeri
1. Skala nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Tampak meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
3. KU baik
4. Identifikasi faktor yang
4. Pasien sudah tidak berfokus memperberat dan memperingan
pada daerah bekas operasi nyeri
5. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutrik
1. Berikan teknik Non farmakologis
untuk mengurangi rasanyeri

31
(kompres hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.Suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihanstrategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Anjurkan teknik Non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri

32
(kompres hangat/dingin)

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu

Resiko infeksi b.d prosedur invasif d.d Setelah dilakukan tindakan SIKI : Pencegahan infeksi
Pasien mengatakan baru saja keperawatan selama 3 x 24 jam (I.14539)
melakukan operasi hemoroid dan luka diharapkan resiko infeksi menurun Observasi
bekas operasi masih terasa nyeri dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala
infeksilokal dan sistemik
1. kemerahan menurun
2. Batasi jumlah pengunjung
2. nyeri menurun 3. Berikan perawatan kulit pada area

3. bengkak menurun edema


4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
5. Pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi

33
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarlan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka
4. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
5. Anjurkan meningkatakan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
Konstipasi b.d mengabaikan Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen konstipasi
dorongan untuk defekasi akibat keperawatan selama 3 x 24 jam (I.04155)
eliminasi d.d pasien mengatakan diharapkan konstipasi membaik Observasi
kesulitan BAB karena nyeri yang dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala
dirasakan konstipasi
2. Periksa pergerakan usus,

34
1. kontrol pengeluaran feses kareakteristik feses(konsistensi,
meningkat bentuk, volume, dan warna)
3. Identifikasi faktor risiko
2. mengejan saat defekasi
konstipasi (mis. Obat-obatan,
menurun
tirah baring, dan diet rendah
3. distensi abdomen menurun serat)

4. nyeri abdomen menurun 4. Monitor tanda dan gejala rupture


usus dan/atau peritonitis
Terapeutrik
1. Anjurkan diet tinggi serat
2. Lakukan masage abdomen, jika
perlu
3. Lakukan evakuasi feses secara
manual, jika perlu
4. Berikan enema atau irigasi, jika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan

35
2. Anjurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
3. Latian buang air besar secara
teratur
4. Ajarkan cara mengatasi konstipasi
Kolaborasi
1. Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
2. Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
Risiko hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen Hipovolemik
dengan kekurangan intake cairan keperawatan selama 3x24 jam (L.03116)
ditandai dengan Sebelum sakit diharapkan keseimbangan cairan Observasi
minum 2 liter/ hari, saat sakit minum didalam tubuh pasien stabil 1. Periksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis: frekuensi nadi
1 liter/ hari
dengan kriteria hasil : meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan
1. Kekuatan nadi meningkat nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa

36
2. Turgor kulit meningkat kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus,
3. Output sedang
lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
Ardium

37
BAB III

TELAAH JURNAL

3.1 Metode Penelusuran jurnal


Metode yang digunakan dalam penelusuran jurnal adalah
metode penelusuran dengan menggunakan website Google
Schoolar, Science Direct, Proquest dan websire jurnal lain yang
menggunakan sistem pencarian yang berisi kombinasi istilah yang
mencakup hemoroid. Adapun jurnal yang kami temukan yaitu
sebagai berikut:
A. Jurnal 1 :“ A combination of diosmin, hesperidin, and
ruscogenin: Clinical effects in symptomatic hemorrhoidal
disease”
Keyword : Diosmin, hesperidin, hemorrhoidal disease,
phlebotonics, ruscogenin
B. Jurnal 2 :“ANALISIS EFEKTIVITAS TERAPI ANTI
HEMOROID PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT IMANUEL
WAY HALIM BANDAR LAMPUNG TAHUN 2021”
Keyword : Efektifitas, Terapi anti hemoroid.
3.2 Jurnal 1
3.2.1 Judul
A combination of diosmin, hesperidin, and ruscogenin:
Clinical effects in symptomatic hemorrhoidal disease.
Jurnal ini terindeks DOAJ.
3.2.2 Abstrak
Latar Belakang : Phlebotonik terbuat dari ekstrak
tumbuhan dan senyawa sintetis. Meskipun mekanisme
tidak sepenuhnya jelas, obat ini dikaitkan dengan
peningkatan tonus vena dan penurunan permeabilitas
kapiler Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai

38
kemanjuran Diosmin 500mg, Espendine 90mg,
Ruscogenin 100mg dalam memperbaiki gejala pasien
dengan penyakit wasir
Bahan dan Metode: Ini adalah uji coba observasional
yang dilakukan di Departemen Bedah Umum Universitas
L'Aquila dari Maret 2021 hingga September 2021 Gejala
telah dievaluasi menggunakan sistem penilaian yang
diusulkan oleh Giordano dkk. Pasien telah dievaluasi secara
klinis oleh dokter bedah yang sama pada saat diagnosis dan
pada hari pengobatan.
Hasil: Tujuh puluh satu pasien dikutsertakan dalam
penelitian ini. Pada Kelompok A (kelompok studi), kami
melaporkan penurunan skor gejala sebesar 50% dengan
masa tindak lanjut selama 30 hari, sedangkan pada
Kelompok 8 (kelompok kontrol), kami melaporkan
penurunan sebesar 27% DI antara pasien di Kelompok A,
67% dan mereka yang menderita penyakit wasir tingkat IV
telah kembali menjadi tingkat III setelah 30 hari
pengobatan
Kesimpulan: Campuran flavonoid dapat menjadi cara
yang aman dan efektif untuk manajemen konservatif
penyakit wasir Dosis yang diberikan tampaknya
memuaskan dan durasi pengobatan yang diusulkan dapat
dianggap memadai
3.2.3 Ringkasan Jurnal
1. Analisis Jurnal Dengan Teknik PICO
Pada jurnal internasional ini terdapat temuan dari
analisis PICO, yaitu sebagai berikut:

39
a. Population
Pasien yang berusia diatas 18 tahun dengan
derajat hemoroid II, III, IV di Rumah Sakit San
Salvatore, L’Aquila, Italia
b. Intervention
Penggunaan terapi obat anti hemoroid
kombinasi dari (diaosmin, hesperidin, ruscogenin)
c. Comparation
Kelompok studi (A) diobati dengan dengan dua
tablet harian Mioven 700 (diaosmin, hesperidin,
ruscogenin) selama 10 hari dan kemudian satu
tablet harian 20 hari berikutnya, bersamaan
dengan satu kali pemberian Macrogol setiap hari
selama 30 hari. Kelompok kedua (B) diobati
dengan satu kali pemberian Macrogol setiap hari
selama 30 hari dan diidentifikasi sebagai kelompok
kontrol.
d. Out Come
Campuran flavonoid dapat menjadi cara yang
aman dan efektif untuk manajemen konservatif
penyakit hemoroid, dosis yang diberikan
tampaknya memuaskan dan durasi pengobatan
yang diusulkan dapat dianggap memadai.

2. Telaah Kritis VIA


a. Validity
Penelitian ini adalah uji coba observasional
yang dilakukan di Departemen Bedah Umum
Universitas L'Aquila dari Maret 2021 hingga
September 2021 Gejala telah dievaluasi
menggunakan sistem penilaian yang diusulkan

40
oleh Giordano dkk. Tujuh puluh satu pasien telah
dievaluasi secara klinis oleh dokter bedah yang
sama pada saat diagnosis dan pada hari
pengobatan. Kelompok studi (A) diobati dengan
dengan dua tablet harian Mioven 700 (diaosmin,
hesperidin, ruscogenin) selama 10 hari dan
kemudian satu tablet harian 20 hari berikutnya,
bersamaan dengan satu kali pemberian Macrogol
setiap hari selama 30 hari. Kelompok kedua (B)
diobati dengan satu kali pemberian Macrogol
setiap hari selama 30 hari dan diidentifikasi
sebagai kelompok kontrol.
b. Importance
Ada pengaruh penggunaan terapi obat
Mioven 700 (diaosmin, hesperidin, ruscogenin)
terhadap penurunan gejala hemoroid yang
dibuktikan pada jurnal ini yaitu terjadi penurunan
gejala sebesar 50% dengan masa waktu 30 hari dan
terbukti 67% dari pasien yang melakukan terapi ini
yang semula derajat IV dapat kembali menjadi
derajat III hanya dengan waktu 30 hari.
c. Aplicabelity
Terapi ini dapat diterapkan kepada pasien
yang mengalami hemoroid karena telah terbukti
dapat menurunkan gejala hingga 50% dan dapat
mengambalikan derajat hemoroid yang awalnya
derajat IV menjadi III.

41
3.3 Jurnal 2
3.3.1 Judul
ANALISIS EFEKTIVITAS TERAPI ANTI HEMOROID
PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT IMANUEL WAY
HALIM BANDAR LAMPUNG TAHUN 2021 .Jurnal ini
terindeks Sinta 5
3.3.2 Abstrak
Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal
yang mempunyai gejala perdarahan dan penonjolan saat
defekasi. Kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, dimana usia
puncaknya adalah umur 45-65 tahun. Penanganan
hemoroid meliputi perubahan gaya hidup, manajemen
konservatif berupa medikamentosa, manajemen invasif
minimal sampai terapi yang agresif meliputi pembedahan.
Untuk mengetahui analisis terapi anti hemoroid pada
pasien di Rumah Sakit Imanuel Way Halim Bandar
Lampung Tahun 2021. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasional dengan
pendekatan retrospektif. Teknik pemilihan sampel pada
penelitian ini adalah total sampling dan yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 56 orang. Menggunakan analisis
univariat. Diketahui sebagian besar Sampel Pasien
Hemoroid berjenis kelamin perempuan (64.3%), berusia
36-45 tahun (26.8%), mendapatkan terapi farmakologi
(62.5%) dan diresepkan golongan obat anti hemoroid (149
%). Dari hasil penelitian penyakit hemoroid banyak
ditemukan pada pasien perempuan berusia diatas 36
tahun. Penanganan yang didapatkan berupa terapi
farmakologi dan diberikan obat anti hemoroid.

42
3.3.3 Ringkasan Jurnal
1. Analisis Jurnal Dengan Teknik PICO
Pada jurnal internasional ini terdapat temuan dari
analisis PICO, yaitu sebagai berikut:
a. Population
Subyek dalam penelitian ini adalah 56 pasien
hemoroid di Rumah Sakit Imanuel Way Halim
Bandar Lampung Tahun 2021.
b. Intervention
Penggunaan terapi anti hemoroid (diosmin dan
hesperidin)
c. Comparation
Perbandingan penggunaan obat anti hemoroid dan
obat golongan analgetik
d. Out Come
Golongan obat yang paling banyak diresepkan oleh
dokter pada pasien hemoroid di Rumah Sakit
Imanuel Way Halim Tahun 2021 adalah golongan
obat anti hemoroid sebanyak 83 sampel (149 %),
obat golongan analgetik sebanyak 29 sampel (52
%), obat golongan laksatif sebanyak 25 sampel
(45%), obat golongan antibiotik sebanyak 18
sampel (32%), dan lain-lain sebanyak 28 sampel
(50%).
2. Telaah Kritis VIA
a. Validity
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasional dengan pendekatan
retrospektif. Teknik pemilihan sampel pada
penelitian ini adalah total sampling dan yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 56 orang yang

43
mengalami hemoroid. Menggunakan analisis
univariat.
b. Importance
Ada pengaruh untuk mengurangi rasa nyeri
pada hemoroid. Isolat Buah Citrus (Diosmin dan
Hesperidin) 1000 mg dapat dikonsumsi bersamaan
dengan makanan. Tidak disarankan penggunaan
pada pasien dengan riwayat alergi terhadap Isolat
Buah Citrus (Diosmin dan Hesperidin). Dosis yang
direkomendasikan untuk orang dewasa: Hemoroid
Akut 3x1 Selama 4 Hari Kemudian 2x1 Selama 3
Hari. Hemoroid kronis & Insufisiensi Vena 1x1
selama 2 bulan.
c. Aplicability
Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa
penggunaan diosmin dan hesperidin dapat
diterapkan pada pasien hemoroid baik akut
maupun kronis, dan pada penelitian ini obat yang
paling banyak digunakan dalam mengatasi
hemoroid yaitu obat anti hemoroid berupa diosmin
dan hesperidin

44
BAB IV

PEMBAHASAN

(F) Pada kasus yang kita bahas Tn. A hasil pengkajian yang didapat
setelah melakukan inspeksi adalah terdapat benjolan di anus disertai
dengan perdarahan berwarna merah segar saat buang air besar disertai
nyeri yang termasuk salah satu tanda dari penyakit hemoroid. Salah satu
terapi yang tepat dan dapat dilakukan pada pasien hemoroid yaitu dengan
terapi farmakologi dengan menggunakan terapi obat anti hemoroid yang
memiliki kandungan diosmin dan hesperidin.

Pada kasus ini Tn.A menggunakan terapi obat Ardium yang


dikonsumsi secara oral serta memiliki kandungan diosmin dan hesperidin
untuk membantu mengatasi masalah pembengkakan pembutuh darah
termasuk kasus ambeien atau hemoroid dan mengatasi perdarahan. Obat
ini mengandung ekstrak Citrus sinensis pericarpum yang setara dengan
diosmin 90%, senyawa ini berperan sebagai phlebotonic dan vascular
protector untuk membantu mengatasi pembengkakan pada pembuluh
darah vena. Sementara itu kandungan lain dari obat ini yaitu hesperidin
yang merupakan senyawa flavonoid yang terkandung dalam citrus yang
bermanfaat sebagai antioksidan dan mengatasi peradangan.

(T) Penyakit hemoroid atau yang biasa dikenal dengan wasir


merupakan penyakit yang terjadi pada pembuluh darah karena adanya
pelebaran dan inflamasi pada pembuluh darah vena di anus dari pleksus
hemoroidalis yang diakibatkan karena duduk terlalu lama, pengeluaran
feses yang keras dan mengedan secara berulang sehingga menyebabkan
tekanan terhadap bantalan anal meningkat dan terjadi prolapse (benjolan
yang keluar di anus). Manifestasi klinis yang muncul pada pasien hemoroid
yaitu rasa gatal dan nyeri, pendarahan berwarna merah terang akibat
trauma feses yang keras pada saat BAB, anemia, iritasi kulit, prolaps pada

45
rectum biasanya timbul sewaktu defekasi dan reduksi spontan sewaktu
defekasi.

Pada hemoroid juga dilakukan pemeriksaan laboratorium biasanya


fokus pada pemeriksaan darah eritrosit karena pasien yang mengalami
hemoroid biasanya didapatkan penurunan kadar eritrosit yang diakibatkan
pengeluar darah pada saat BAB secara terus-menerus, dan pemerisaan
penunjang meliputi pemeriksaan anoskopi (pemeriksaan dengan teropong)
pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat atau mengidentifikasi hemoroid
interna yang tidak menonjol keluar, pemeriksaan fisik (inspeksi) ,
pemeriksaan sigmoidoskopi dan rektaltouch (colok dubur).

(O) Pada Jurnal nasional membahas tentang efektifitas penggunaan


terapi anti hemoroid yang memiliki kandungan diosmin dan hesperidin
yang merupakan salah satu obat yang dapat digunakan sebagai terapi
farmakologi dalam menangani hemoroid baik akut maupu kronis.
Sedangkan jurnal internasional membahas tentang efektifitas obat yang
memiliki kandungan diosmin dan hesperidin yang terbukti dapat
menurunkan gejala hemoroid sampai 50% dan dapat menurunkan derajat
hemoroid yang awalnya derajat IV menjadi III.

Penggunaan terapi farmakologi berupa obat Ardium sangat


diperlukan untuk pasien hemoroid seperti Tn. A karena obat ini memiliki
kandungan diosmin dan hesperidin yang dapat membantu mengatasi
pembengkakan pembuluh darah vena, mengatasi perdarahan, dan
mengatasi peradangan, serta penggunaan obat ini harus sesuai dosis yang
telah ditentukan dokter karena apabila salah dalam penggunaan maka akan
mengalami efek samping seperti sakit kepala, ruam pada kulit, serta
gangguan pencernaan seperti mual, muntah, dan diare.

DAFTAR PUSTAKA

46
ANDRIANI, F. Z. (2020). HUBUNGAN LAMA DUDUK DENGAN TANDA
GEJALA HEMOROID PADA PENJAHIT KONVEKSI DI DUSUN
BETON DESA TRITUNGGAL KECAMATAN BABAT KABUPATEN
LAMONGAN. Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–
24. https://eprints.umm.ac.id/60115/

Maulana, R. Y., & Wicaksono, D. S. (2020). Efek Antiinflamasi Ekstrak


Tanaman Pagoda terhadap Hemoroid. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 2(2), 131–138. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i2.82

Pradiantini, K. H. Y., & Dinata, I. G. S. (2021). Diagnosis dan


Penatalaksanaan Hemoroid. Ganesha Medicine, 1(1), 38.
https://doi.org/10.23887/gm.v1i1.31704

RISANDI, I. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST


OPERASI HEMOROID DENGAN MASALAH DEFISIENSI
PENGETAHUAN PERAWATAN LUKA. 12(2), 115–121.

Sagitha, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post


Hemoroidektomi Dengan Gangguan Nyeri Akut Di Ruang Wijaya
Kusuma I RSUD Ciamis. 1–83.
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/632
/Meta Sagitha-1-83.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Sudarsono, D. F. (2015). Diagnosis dan penanganan hemoroid. J Majority,


4, 31–34.

Widya Rezkita. (2020). KARAKTERISTIK PENDERITA HEMOROID


RAWAT INAP DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR PERIODE JULI 2017 – JULI 2019. 14.
https://all3dp.com/2/fused-deposition-modeling-fdm-3d-printing-
simply-explained/

YEREMIAS ARIADA DOPA. (2018). KONSTIPASI (HEMOROID) PADA

47
NY. F DIRUANG BEDAH UMUM (RUANG K) RSUD DR. SOEDARSO
PONTIANAK. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahtt
ps://doi.org/10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.101
6/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/
S1063458420300078?token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A33
3E295FCD8

48
Jurnal 1

49
50
51
52
53
Jurnal 2

54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Lampiran Power Point

65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81

Anda mungkin juga menyukai