Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Fachrudin

No : 22

Kelas : xi-g

Runtuhnya Gunung Gamping

Karya sastra adalah hasil sebuah perenungan yang mendalam dari seorang pengarang
dengan media bahasa. Pengarang menuangkan pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, dan
semangat keyakinan dan kepercayaannya yang diekspresikan ke dalam sebuah karya sastra.
Karya sastra mampu memberikan kesadaran dan pengalaman batin bagi pembacanya.

Menurut Sumardjo dan Saini (1991:10), pengalaman manusia merupakan akumulasi


yang utuh karena meliputi kegiatan pikiran, nalar, kegiatan perasaan, dan khayal. Kenyataan
adalah sesuatu yang dapat merangsang atau menyentuh kesadaran manusia, baik yang ada
dalam dirinya, maupun yang ada di luar dirinya.

Perkelahian juga bisa menjadi sebuah pengalaman. Berkelahi adalah pertengkaran


dengan adu kata atau tenaga. Hal ini sering sekali terjadi di negara kita. Salah satunya adalah
perkelahian antar warga yang terkadang tidak jelas apa sebabnya. Hanya karena kecurigaan
dan kesalahpahaman diantara beberapa pihak, dapat memicu sebuah perkelahian. Keadaan
seperti ini tergambar dalam cerpen karya Seno Gumira Ajidarma yang berjudul Pring Re-ke-
teg Gunung Gamping Ambrol.

Pring Re-ke-teg Gunung Gamping Ambrol ini bercerita tentang sekelompok orang
dari beberapa desa yang ingin membakar perkampungan Candala. Hal ini disebabkan karena
anak perempuan Pak Carik, kembang desa yang bernama Mirah telah diperkosa. Setelah
kejadian itu, Mirah enggan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Hal ini tentu
saja menimbulkan kecurigaan beberapa warga, termasuk Pak Lurah. Lalu tanpa adanya bukti
yang jelas, entah mengapa kecurigaan dan kesalahan dengan sendirinya mengarah kepada
perkampugan para pencuri. Saat ribuan orang sedang menyerbu kampung Candala, tiba-tiba
saja Mirah tersadar. Namun, kesadarannya itu sudah terlambat karena pengakuannya sudah
tidak bisa mengubah apa pun yang sudah terjadi.

Dengan menggunakan kata-kata yang hiperbola, Seno berhasil memberikan efek


mencekam pada cerpennya. Didalam cerpennya diceritakan bagaimana persiapan ribuan
orang yang akan menyerbu perkampungan Candala dengan membawa senjata-senjata tajam
seperti, golok-kelewang, tombak, linggis, pentungan besi, rantai, alu, kayu, maupun badik
yang lekuk liku dan geriginya. Selain itu, didalam cerpen ini juga diceritakan bagaimana
kesiapan kampung Candala menghadapi para penyerbu tanpa menunjukkan sedikit pun rasa
takut.

Cerpen ini memberikan pesan kepada pembacanya untuk berpikir terlebih dahulu
sebelum bertindak. Tidak semua yang kita pikirkan itu benar adanya. Tidak boleh kita
menuduh seseorang tanpa bukti yang jelas. Serta jangan sampai kemarahan menguasai diri
kita untuk bertindak yang tidak benar.

Kelebihan dari cerpen ini terlihat dari unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Kelebihan
unsur intrinsik dalam cerpen ini yaitu temanya sesuai dengan isi cerita, memiliki latar tempat
jelas dapat dibuktikan dari penggalan kalimat “Disebutkan betapa anak perempuan Pak
Carik telah diperkosa. Ia ditemukan terkapar di jalan keluar desa setelah hilang
semalaman.”. Latar waktu juga jelas karena ada dalam beberapa kutipan di cerpen tersebut
“Para penggali kapur yang berangkat pada pagi hari berembun segera membawanya
kembali ke desa, yang segera saja menjadi gempar.” “Mereka berlari dalam gelap sambil
berteriak-teriak, sebagian besar untuk menutupi ketakutannya sendiri.” Di dalam kutipan ini
juga terlihat suasana ramai. Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini adalah sudut
pandang orang ketiga serba tahu yang dibuktikan dengan pengarang yang mengetahui segala
sesuatu yang terjadi di dalam cerita. Kelebihan yang terlihat dalam unsur ekstrinsiknya yaitu
nilai sosial dan nilai moral. Nilai sosial yang diambil dari cerita ini yaitu seseorang atau
kelompok masyarakat jangan melihat dari satu sudut pandang saja mengenai latar belakang
kelompok masyarakat lainnya, sebab akan menimbulkan selisih paham. Nilai moral yang
dapat diambil dari cerita ini adalah ketidakberanian untuk mengungkapkan sebuah kebenaran
akan menimbulkan kekacauan, “Teriakan membahana yang terdengar dari jauh itulah yang
telah menggugah kembali kesadaran Mirah, sehingga matanya yang semula bagaikan
kelereng itu kini tampak bersukma dan bibirnya bergetar seperti mau berbicara. Namun,
betapapun, segalanya sudah terlambat.”

Akan tetapi ada beberapa hal yang membuat cerpen ini terasa kurang lengkap. Di
antaranya adalah dibagian akhirnya tidak ceritakan secara jelas bagaimana penyerbuan dan
perkelahian itu terjadi serta adakah pihak mana yang menang atau tidak. Jika bagian itu
diceritakan, mungkin cerpen ini akan semakin menarik.
Walau bagaimanapun cerpen ini sangatlah menarik dan banyak pesan yang
terkandung di dalamnya. Dengan membaca cerpen ini dijamin pembacanya akan merasa ikut
terbawa dalam situasi yang mencekam dan dapat memetik banyak manfaat dari ceritanya.
Selamat membaca!

Anda mungkin juga menyukai