Anda di halaman 1dari 10

A.

B. Ayat dan hadist tentang Ilmu Pengetahuan


Surat Al-Alaq (96) ayat 1-5

٥ ‫ َع َّلَم ٱِإۡل نَٰس َن َم ا َلۡم َيۡع َلۡم‬٤ ‫ ٱَّلِذ ي َع َّلَم ِبٱۡل َقَلِم‬٣ ‫ٱَأۡلۡك َر ُم‬ ‫ ٱۡق َر ۡأ َو َر ُّبَك‬٢ ‫ َخ َلَق ٱِإۡل نَٰس َن ِم ۡن َع َلٍق‬١ ‫ٱۡق َر ۡأ ِبٱۡس ِم َر ِّبَك ٱَّلِذ ي َخ َلَق‬
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1). Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah (3). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4). Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya (5).

Tafsir Ayat :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (ayat 1). Dari suku
kata pertama saja yaitu “bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama dalam perkembangan
agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad disuruh untuk membaca wahyu yang akan
diturunkan kepada beliau atas nama Allah, tuhan yang telah menciptakan.
Yaitu “Menciptakan manusia dari segumpal darah” (ayat 2). Yaitu peringkat yang kedua
sesudah nuthfah. Yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si
perempuan yang setelah 40 hari lamanya, air itu akan menjelma menjadi segumpal darah dan
dari segumpal darah itu kelak setelah 40 hari akan menjadi segumpal daging. “Bacalah, dan
tuhanmu itu adalah maha mulia”(ayat 3).
Setelah pada ayat pertama beliau menyuruh membaca dengan nama allah yang
menciptakan manusia dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruh membaca diatas nama
tuhan. Sedang nama tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah yang
maha mulia, maha dermawan, maha kasih dan saying kepada mahluknya. “Dia yang
mengajarkan dengan kalam”(ayat 4). Itulah istimewanya tuhan itu lagi. Itulah kemulianya
yang tertinggi. Yaitu diajarkanya kepada manusia berbagai ilmu, dibukanya berbagai rahasia,
diserahkanya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah yaitu dengan qalam.
Dengan pena disamping lidah untuk membaca, tuhanpun mentaksirkan pula bahwa dengan
pena ilmu dapat dicatat. Pena itu kaku dan beku serta tidak hidup namun yang dituliskan
oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahami oleh manusia “Mengajari manusia
apa-apa yang dia tidak tahu” (Ayat 5). Terlebih dahulu Allah ta’ala mengajar manusia
mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu

1
pengetahuan diberikan oleh allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatat ilmu yang baru
didapatnya itu dengan qalam yang sudah ada dalam tanganya.

Analisa :
Berdasarkan ayat tersebut Rasululallah disuruh untuk membaca agar menjadi orang
yang bisa membaca sebelum tadinya tidak. Betapa pentingnya membaca itu,
bahkan sesungguhnya setiap detik hidup ini adalah membaca. Tanpa membaca, orang akan
kesulitan untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Setiap orang bisa saja membaca objek yang
sama. Namun yang membedakan adalah kualitas pembacaannya. Pada masa jahiliyyah
dahulu, kondisi kehidupan masyarakat didominasi oleh pembacaan yang salah. Membaca
yang benar dalam arti menyeluruh harus menjadi bagian dari hidup seorang muslim. Manusia
dapat baru dapat dimintai pertanggungjawaban setelah mampu membaca dalam arti luas.
Sebab kemampuan membaca adalah tanda berfungsinya akal seseorang. Dikutip dari sebuah
hadits, “Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal”. Kualitas pembacaan juga ditandai
dengan kedalaman atau kejauhan pandangan. Dengan hanya sedikit indikator atau tanda,
seharusnya setiap Muslim mampu membaca jauh melebihi apa yang dilihatnya.
Dalam ayat tersebut dapat diketahui perintah Allah SWT kepada manusia untuk
menuntut ilmu, dan dijelaskan pula sarana yang digunakan untuk menuntut ilmu yaitu kalam.
Mencari ilmu adalah sebuah kewajiban bagi umat manusia dan mengamalkannya juga
merupakan ibadah. Semakin tinggi ilmu yang dikuasai, semakin takut pula kepada Allah
SWT sehingga dengan sendirinya akan mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun dalam salah
satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu 'anhu, Rasulullah
SAW bersabda:"Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air
hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat tanah yang
subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan ilalang yang banyak. Dan di antaranya
terdapat tanah yang kering yang dapat menahan air maka Allah memberikan manfaat
kepada manusia dengannya sehingga mereka bisa minum darinya, mengairi tanaman
dengannya dan bercocok tanam dengan airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun
kepada tanah/lembah yang tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan
rumput-rumputan. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang yang
mengambil manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan
ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama sekali
dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya." (HR.
Al-Bukhariy)
2
Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi SAW agar bersemangat untuk
mencari ilmu, yaitu beliau SAW memberikan perumpamaan terhadap apa yang beliau bawa,
yaitu hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan memanfaatkan air hujan
tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian beliau SAWmenyerupakan orang
yang mendengar ilmu dengan bumi/tanah yang bermacam-macam dimana air hujan (ilmu)
turun padanya:
1. Diantara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya
kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap air
lalu memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan rumput-
rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya.
2. Diantara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di
mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam
keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa
memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang
lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat
mengambil manfaat darinya.
3. Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya,
tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya,
maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat
menerima/menampung air.
Kelompok pertama dan kedua dalam perumpamaan tersebut kelak akan dikumpulkan
menjadi satu karena kebersamaan mereka dalam memanfaatkan ilmu yang mereka miliki
walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan kelompok ketiga yang tercela akan
dipisahkan dari kelompok satu dan dua karena tidak adanya kemanfaatan darinya. Dan tidak
diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang yang mencari ilmu
lalu memberikan manfaat pada dirinya dan orang lain dengan orang yang rela dengan
kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat bagian sedikit pun
dari warisannya para Nabi.

Hadis Tentang Keutamaan Belajar

.‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْن َس َلَك َطِر يًق ا َيْلَتِمُس ِفي ِه ِع ْلًم ا َس َّهَل ُهَّللا َل ُه َطِر يًق ا ِإَلى اْلَج َّن ِة‬
‫رواه مسلم والترمذى وأحمد والبيهقى‬
Terjemahan :
3
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang menempuh jalan
menuntut ilmu, akan dimudahkan Allah jalan untuknya ke sorga.

Hadist ini telah diteliti dan tel;ah ditelusuri ke dalam mu’jam alhadits dengan
menggunakan potongan lafal ‫ ِع ْلم‬setelah ditelusuri diperoleh imformasinya dalam mu’jam
jilid 3 halaman 5 sebagai berikut
‫َسَّهَل ُهَّللا َلُه َطِر يًقا ِإَلى اْلَج َّنِة‬
Dari imformasi mu’jam tersebut penulis merujuk ke kitab hadis dan didapatkan
imformasi dari kitab sunan addarimi kitab mukadimah hadis no 24

Penjelasan Hadis Dan Ayat Pendukung

Menurut Ibn Hajar, kata ‫ َطِر ْيًقا‬diungkapkan dalam bentuk nakirah (indefinit), begitu
juga dengan kata ilmu yang berarti mencakup semua jalan atau cara untuk mendapatkan ilmu
agama, baik sedikit maupun banyak.
Jadi apabila dikaitkan dengan ayat yang pertama turun yaitu surat al’alaq, “ ‫اْق َر ْأ‬
“artinya baca, jadi untuk mendapatkan ilmu itu harus dengan banyak membaca. Contohnya
allah menciptakan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, seluruhnya mengandung ilmu
pengetahuan.
‫( َسَّهَل ُهَّللا َلُه َطِر يًقا‬Allah memudahkan baginya jalan) Yaitu Allah memudahkan baginya
jalan di akhirat kelak, atau memudahkan baginya jalan di dunia dengan cara memberi hidayah
kepadanya untuk melakukan perbuatan yang baik yang dapat menghantarkannya menuju
surga. Hal ini mengandung berita gembira bagi orang yang menuntut ilmu, bahwa Allah
memudahkan mereka untuk mencari dan mendapatkannya, karena menuntut ilmu adalah
salah satu jalan menuju surga.
Dalam hadis ini, Rasulullah saw. menggunakan pendekatan fungsional. Beliau
memberikan motivasi belajar kepada para sahabat (umat)nya dengan mengemukakan
manfaat, keuntungan dan kemudahan yang akan diperoleh oleh setiap orang yang berusaha
mengikuti proses belajar. Kendatipun beliau tidak menggunakan kata perintah (fi'l al-amr),
namun ungkapan ini dapat dipahami sebagai perintah. Bahkan sering motivasi dengan
ungkapan seperti ini lebih efektif daripada perintah. Siapakah orang beriman yang tidak ingin
mendapatkan kemudahan untuk masuk sorga? Jawabannya dapat ditebak, tidak ada. Artinya
semua orang beriman itu akan ingin sekali mendapatkan fasilitas ini. Nah, caranya tempuhlah
jalan atau ikutilah proses mencari ilmu dengan ikhlas karena Allah.
4
Anjuran yang terdapat dalam hadis ini sejalan dengan pernyataan Allah dalam
Alquran. Firman Allah (QS Fathir/35: 28) yang terjemahannya: Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
perkasa lagi Maha Pengampun.
Al-Marâghi menjelaskan bahwa sesungguhnya yang takut kepada Allah dan bertakwa
kepada-Nya dan mematuhi hukuman-Nya hanyalah orang-orang yang mengetahui tentang
kebesaran dan kekuasaan Allah atas hal-hal apa saja yang Dia kehendaki, dan bahwa Dia
melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Karena orang yang mengetahui hal itu, dia yakin
tentang hukuman Allah atas siapa pun yang bermaksiat kepada-Nya. Maka dia merasa takut
dan ngeri kepada Allah karena khawatir mendapat hukuman-Nya tersebut.
Sehubungan dengan ayat di atas, Rasulullah saw. bersabda:
‫ ص لى هللا علي ه‬- ‫ َشْيًئا َفَر َّخ َص ِفيِه َفَتَنَّز َه َع ْنُه َقْو ٌم َفَبَل َغ َذ ِل َك الَّنِبَّى‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ َص َنَع الَّنِبُّى‬: ‫َعْن َعاِئَش ُة َقاَلْت‬
.‫ َفَوِهَّللا ِإِّنى َألْع َلُم ُهْم ِباِهَّلل َو َأَش ُّدُهْم َل ُه َخ ْش َيًة‬، ‫ َفَخ َطَب َفَح ِم َد َهَّللا ُثَّم َقاَل « َم ا َباُل َأْقَو اٍم َيَتَنَّز ُهوَن َع ِن الَّش ْى ِء َأْص َنُعُه‬- ‫وسلم‬
‫رواه البخارى‬
“Rasulullah saw. melakukan sesuatu lalu beliau memberi rukhsah (keringanan) mengenai
sesuatu itu. Namun ada suatu kaum yang menghindarinya. Ketika hal itu didengar oleh Nabi
saw. Lalu beliau pun berkhutbah. Beliau memuji Allah lalu bersabda, ‘Kenapakah ada kaum
yang menghindari sesuatu yang aku perbuat. Demi Allah sesungguhnya aku adalah yang
paling tahu tentang Allah dan paling takut kepada-Nya di antara mereka.” (H. R. Al-Bukhari
dan Muslim).

Ada dasar yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Hasan Al-Basri. Menurut Ibn
Abbas, “Orang yang berilmu tentang Allah Yang Maha Pencipta di antara hamba-hamba-Nya
ialah orang yang tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu pun, menghalalkan apa yang
dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya, memelihara wasiat-Nya dan
yakin bahwa dia akan bertemu dengan-Nya dan memperhitungkan amalnya.” Hasan Al-Basri
berkata, “Orang yang berilmu ialah orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih,
sekalipun dia tidak mengetahui-Nya, menyukai apa yang disukai oleh Allah dan menghindari
apa yang dimurkai Allah.’ Kemudian Al-Basri membaca QS Fathir/35: 28.
Dari ayat, hadis dan atsar di atas dapat dipahami dengan jelas bahwa ilmu
pengetahuan itu memudahkan orang menuju sorga. Hal itu mudah dipahami karena dengan
ilmu, seseorang mengetahui akidah yang benar, cara-cara beribadah dengan benar, dan
bentuk-bentuk akhlak yang mulia. Selain itu, orang berilmu mengetahui pula hal-hal yang
dapat merusak akidah tauhid, perkara-perkara yang merusak pahala ibadah, dan memahami
5
pula sifat dan akhlak-akhlak jelek yang perlu dihindarinya. Semuanya itu akan membawanya
ke sorga di akhirat, bahkan kesejahteraan di dunia ini.
Yang dimaksud dengan dimudahkan Allah baginya jalan menuju sorga adalah
ilmunya itu akan memberikan kemudahan kepadanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang dapat menyebabkannya masuk sorga. Karena ilmunya, seseorang itu mengetahui
kewajiban yang harus dikerjakannya dan larangan-larangan yang harus dijauhinya. Ia
memahami hal-hal yang dapat merusak akidah dan ibadahnya. Ilmu yang dimilikinya
membuat ia dapat membedakan yang halal dari yang haram. Dengan demikian, orang yang
memiliki ilmu pengetahuan itu tidak merasa kesulitan untuk mengerjakan hal-hal yang dapat
membawanya ke dalam sorga.
Malaikat menghamparkan sayapnya karena senang kepada orang yang mencari ilmu.
Malaikat telah mengetahui bahwa Allah sangat mengutamakan ilmu. Hal itu terbukti ketika
mereka disuruh hormat kepada Adam setelah Adam menunjukkan kelebihan ilmunya kepada
malaikat. Oleh sebab itu, para malaikat merasa senang kepada orang-orang yang berilmu
karena mereka dimuliakan oleh Allah.
Orang yang menuntut ilmu dimintakan ampun oleh makhluk-makhluk Allah yang
lain. Ini merupakan ungkapan yang menunjukkan kesenangan Rasulullah SAW. kepada para
pencari ilmu. Ilmu itu sangat bermanfaat bagi alam semesta, baik manusia maupun bukan
manusia. Dengan ilmu pengetahuan yang disertai iman, alam ini akan selalu terjaga dengan
indah. Penjagaan dan pengelolaan alam ini dapat dilakukan dengan ilmu pengetahuan. Jadi,
orang yang memiliki ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan alam semesta merupakan
orang mulia yang pantas didoakan oleh penghuni alam ini.
Orang berilmu pengetahuan lebih utama daripada ahli ibadah. Keutamaannya
diumpamakan oleh Rasulullah SAW. bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari
bintang. Keutamaan bulan malam purnama yang jelas dari bintang-bintang adalah dalam hal
fungsi menerangi. Bulan itu bercahaya yang membuat dirinya terang dan dapat pula
menerangi yang lain. Sedangkan bintang kurang cahayanya dan itu hanya untuk dirinya
sendiri. Sifat seperti itu terdapat pula pada orang yang berilmu pengetahuan dan ahli ibadah.
Orang yang berilmu pengetahuan dapat menerangi dirinya sendiri dengan petunjuk dan dapat
pula menerangi orang lain dengan pengajarannya. Dengan kata lain, orang 'alim itu
memberikan manfaat untuk dirinya dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.
Orang yang berilmu dikatakan sebagai pewaris Nabi. Ini merupakan penghormatan
yang sangat tinggi. Warisan Nabi itu bukan harta dan fasilitas duniawi, melainkan ilmu.
Mencari ilmu berarti berusaha untuk mendapatkan warisan beliau. Berbeda dari warisan
6
harta, untuk mendapatkan warisan Nabi tidak dibatasi pada orang-orang tertentu. Siapa saja
yang berminat dapat mewarisinya. Bahkan, Rasulullah SAW. menganjurkan agar umatnya
mewarisi ilmu itu sebanyak-banyaknya.
Dari hadis di atas terlihat bahwa Rasulullah SAW. mendidik umatnya untuk menjadi
'alîm, (jamaknya 'ulamâ') dengan pendekatan fusngsional. Pendekatan ini merupakan upaya
memberikan materi pembelajaran dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dan bimbingan untuk mendapatkan ilmu
diharapkan berguna bagi kehidupan seseorang, baik dalam kehidupan individu maupun dalam
kehidupan sosial. Melalui pendekatan fungsional ini berarti peserta didik dapat
memanfaatkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

Analisis pemakalah

Mencari ilmu adalah suatu aktivitas yang memiliki tantangan. Tantangan itu dapat
berbentuk biaya, waktu, kesehatan, kecerdasan dan lain sebagainya. Orang yang mampu
menghadapi tantangan itu adalah orang yang memiliki keikhlasan dan semangat rela
berkorban. Ada orang yang tidak sukses dalam menuntut ilmu karena tidak sabar dalam
berjuang menghadapi tantangan. Ketika menuntut ilmu, seseorang tidak dapat mencari uang
bahkan sebaliknya menghabiskan uang. Bagi orang yang tidak memiliki tabungan uang,
maka ia akan mengalami kesulitan untuk mencari ilmu pengetahuan terutama pada jalur
pendidikan formal. Demikian juga dengan tantangan yang lain.
Bagi orang yang beriman, tantangan itu tidak perlu menjadi hambatan. Sebab selain
tantangan, ia juga memiliki motivasi yang sangat besar. Orang-orang yang mencari ilmu
dengan ikhlas akan dibantu oleh Allah dan akan dimudahkan baginya jalan menuju sorga.

Analisis kependidikan

Dari hadis diatas,nabi mengajarkan kepada kita agar didalam kehidupan ini apapun
tujuan yang akan kita capai, kalau ditempuh dengan jalan menuntut ilmu allah akan
memudahkan jalan untuknya kesorga, baik itu sorga dunia lebih-lebih lagi sorga ahirat.karena
untuk mudah menjangkau dunia dan isinya itu adalah harus melalui pendidikan, semakin
tinggi jenjang pendidikan seseorang maka dia akan semakin mudah untuk menjangkau dunia
dan isinya. Kemudian untuk mencapai ahirat dan ridho allah adalah dengan prestasi ibadah.

7
Beridah itu juga harus dengan ilmu. Imam safii juga pernah berkata mencari ilmu itu lebih
utama dari pada mengerjakan sunnah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan hadis yang telah pemakalah paparkan di atas maka, secara umum dapat
disimpulkan, bahwa agama islam merupakan agama yang universal, yang tidak hanya
mengajarkan kepada kita untuk sholat, puasa, baca al-quran, tetapi islam juga mewajibkan
kepada kita untuk berilmu pengetahuan dan berteknologi.
B. Saran
Dilihat dari isi kandungan hadits yang pemakalah bahas, pemakalah mearasa bahwa
pembahasan ini sangat bermanfaat bagi kita semua, kususnya bagi kami sebagai pemakalah,
sebab pemakalah yakin kalau kita mempunyai sedikit banyaknya ilmu pengetahuan , maka
seseorang itu akan sangat mudah untuk mencapai hidup bahagia di dunia dan di ahirat.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Alghazali Imam Ihya Ulumuddi. Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mukmin.


Bandung:C.V. Diponegoro
Djamari Arifin Zainal. Islam, Aqidah Dan Syari,Ah I.1996.Jakarta: PT.Grafindo
Persada
Al-Darimiy, Sunan Ad-Darimi, Jilid 1, (Beirut: Dar Al-Fikr, T.Th.), H. 252. Hadis
Dengan Maksud Yang Sama Juga Diriwayatkan Ad-Daruqutni Dari Abi Sa’id. Lihat, Ali
Ibn Umar Abu Al-Hasan Ad-Daruquthni Al-Baghdadi (Selanjutnya Disebut Al-
Daruqutni),
Sunan Al-Daruquthni, Juz 9, (Beirut: Dar Al-Makrifah, 1966
Sya’b al-Iman, Juz 2, Beirut: Dar –Kutub al-‘Ilmiyah
Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, (selanjutnya disebut Al-Marâghi), Tafsir al-
Maraghiy, Jilid 4, Juz 11, t.tp.: Dar al-Fikr
Muhammad Rasyid Rida, Tafsîr al-Qur'ân al-Hakîm al-Syahîr bi Tafsîr al-Manâr,
Jilid 11,Beirut: Dar al-Ma'rifah

10

Anda mungkin juga menyukai