Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN

FRAMING

Kelompok 1

Ajeng Rahmah Sari 2102020031


Laisya Qonita Gunawan 2102020048
Dinda Naziah Maelani 2102020054

Akuntansi B

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PERJUANGAN

TAHUN 20
DAFTAR ISI

i
KONSEP DASAR FRAMING

Framing adalah cara untuk memilih aspek tertentu dari realitas untuk disajikan
kepada khalayak. Teori framing dapat diterapkan pada berbagai situasi, termasuk media
massa, kampanye politik, dan pemilihan produk. Konsep tentang framing atau frame sendiri
bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis).
Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep
sosiologis, politik, dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu
fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau
kultural yang melingkupinya.

Gamson dan Modigliani

Frame adalah cara bercerita atau gugusan ideide yang terorganisir sedemikian rupadan
menghadirkan konstruksi makna peristiwaperistiwa yang berkaitan dengan objek suatu
wacana. Berdasarkan konsepnya, Gamson mendefinisikan framingdalam dua
pendekatanyaitu :

1. Pendekatan kultural dalam level kultural, frame pertama-tama dapat dimaknai sebagai
batasan-batasan wacana serta elemen-elemen konstitutif yang tersebar dalam konstruksi
wacana.

2. Pendekatan psikologis dalam level individual, individual selalu bertindak atau mengambil
keputusan secara sadar, rasional, dan intensional. Individu selalu menyertakan pengalaman
hidup, wawasan sosial, dan kecenderungan psikologisnya dalam menginterpretasi pesan yang
ia terima.

Gitlin

Frame sebagai seleksi, penegasan, dan eksklusi yang ketat. Ia menghubungkan konsep
tersebut dengan proses memproduksi berita. Konsepsi framing dari para konstruksionis dalam
literatur sosiologi ini memperkuatasumsi mengenai proses kognitif individual penstrukturan
representasi kognitif danteori proses pengendalian informasi dalam psikologi.

Entman

Melihat framing dalam dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan
aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses
seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang

1
akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya. Dibalik semua itu,
pengambilan keputusan mengenai sisi mana yangditonjolkan tentu melibatkan nilai dan
ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita. Framing memiliki
impilkasi penting bagi komunikasi politik". Sebab framing memainkan peran utama dalam
mendesakkan kekuasaan politik, danframe dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan
yang tercetak. Ia menunjukkan identitas para aktor atau interest yang berkompetisi untuk
mendominasi teks. Konsep framing menurut Entman, secara konsisten menawarkan sebuah
cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing analysis dapat
menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh
transfer informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan, ungkapan, news report, atau
novel framing, secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah
menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman realitas, dan membuatnya lebih menonjol
didalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah
definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dana atau
merekomendasikan penanganannya.

G.J. Aditjondro

Mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran, tentang suatu
kejadian, tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan
memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah
yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.
Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan
semua pekerja di bagian keredaksian mediacetak. Proses framing menjadikan media massa
sebagai arena dimana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang
simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung
pembaca. Pada umumnya, terdapat tiga tindakan yang biasa dilakukan pekerja media massa,
khususnya oleh komunikator massa, tatkala melakukan konstruksi realitas politik yang
berujung pada pembentukan makna atau citra mengenai sebuah kekuatan politik,yaitu :

1. Dalam hal pilihan kata (simbol) politik. Dalam komunikasi politik, para komunikator
bertukar citra-citra atau makna-makna melelui lambing. Mereka saling menginterpretasikan
pesan-pesan (simbol-simbol) politik yang diterimanya.

2. Dalam melakukan pembingkaian (framing) peristiwa politik. Untuk kepentingan


pemberitaan, komunikator massa seringkali hanya menyoroti hal-hal yang “penting”

2
(mempunyai nilai berita) dari sebuah peristiwa politik. Ditambah pula dengan berbagai
kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki
kepentingan (menarik keuntungan atau pihak mana yang diuntungkan) dengan berita tersebut.

3. Menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah peristiwa politik. Justru hanya jika media
massa memberi tempat pada sebuah peristiwa politik, maka peristiwa akan memperoleh
perhatian dari Masyarakat. Semakin besar tempatyang diberikan semakin besar pula
perhatian yang diberikan oleh khalayak. Pada konteks ini media massa memiliki fungsi
agenda setter sebagaimana yang dikenal dengan teori Agenda Setting.

SUMBER :

(https://www.academia.edu/13737723/Ak_keperilakuan_kurang_kesimpulan)

TIPE-TIPE INVESTOR DAN SIFATNYA

Menurut Halim dalam Tristantyo (2014), Berdasarkan sifatnya investor juga dapat
dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu :

a. Investor Konservatif (risk averse)

Tipe investor konservatif ini memiliki ciri tidak menyukai risiko dan lebih suka
menghindari risiko. Tipe investor yang ini nyaman dengan keamanan modal investasi serta 1
hasil yang pasti. Karena tidak mau ambil risiko, bagi mereka investasi hanya dimaksudkan
untuk menjaga keamanan modal. Mereka tidak mempersoalkan imbal hasil kecil asal tidak
merugi. Karena itu, pendapatan tetap lebih menarik ketimbang peningkatan nilai investasi.
Menariknya, tipe investor konservatif ini termasuk juga mereka yang masih minim
pengetahuan tentang potensi imbal hasil. Jadi, jenis instrumen investasi yang
direkomendasikan untuk tipe investor ini adalah obligasi pemerintah, reksa dana pasar uang,
reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana terproteksi.

b. Investor moderat (risk neutral)

Tipe investor moderat ini sudah berani mengambil risiko, meski dalam porsi yang
masih medium, karena sadar akan konsekuensi imbal hasil yang lebih tinggi, tapi juga potensi
kerugiannya. Investor moderat biasanya mengurangi porsi obligasi pemerintah, reksa dana
pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana terproteksi dan mengalihkannya ke

3
jenis instrumen investasi lain sebesar 30-40 persen, seperti pada reksa dana campuran, reksa
dana saham, dan mulai masuk saham.

c. Investor agresif (risk seeker)

Tipe investor yang satu ini menyukai risiko dan kerap disebut dengan pencari risiko
karena termotivasi untuk mendapatkan imbal hasil tinggi. Tipe investor ini tentu saja terdepan
dalam pilihan instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi. Oleh sebab itu, pilihan jenis
instrumen investasinya pun didominasi oleh saham dan reksa dana saham. Bertolak belakang
dengan investor konservatif, tipe investor yang ini siap dengan penurunan nilai modal karena
tidak menginginkan pendapatan, tetapi pertumbuhan nilai investasi. Oleh sebab itu, tipe
investor ini sudah terbiasa dengan fluktuasi.

SUMBER

(http://repository.stie-mce.ac.id/1380/3/3.%20BAB%20II%20KAJIAN%20PUSTAKA.pdf)

TEORI PERUBAHAN SIKAP

Sikap adalah keyakinan dan perilaku yang terkait terhadap suatu objek. Mereka tidak
stabil, dan karena komunikasi dan perilaku orang lain, mereka dapat berubah karena
pengaruh sosial , serta oleh motivasi individu untuk menjaga konsistensi kognitif ketika
disonansi kognitif terjadi—ketika dua sikap atau konflik sikap dan perilaku. Sikap dan objek
sikap merupakan fungsi afektifdan komponen kognitif. Telah dikemukakan bahwa komposisi
antar-struktural dari jaringan asosiatif dapat diubah dengan aktivasi satu node. Jadi, dengan
mengaktifkan simpul afektif atau emosional, perubahan sikap mungkin terjadi, meskipun
komponen afektif dan kognitif cenderung saling terkait. [3]

Pangkalan

Ada tiga dasar perubahan sikap: kepatuhan , identifikasi , dan internalisasi . Ketiga
proses ini mewakili tingkat perubahan sikap yang berbeda. [4]

Kepatuhan

Salah satu pasangan kartu yang digunakan dalam percobaan. Kartu di sebelah kiri
mempunyai garis referensi dan kartu di sebelah kanan menunjukkan tiga garis perbandingan.

Kepatuhan mengacu pada perubahan perilaku berdasarkan konsekuensi, seperti


harapan individu untuk memperoleh imbalan atau menghindari hukuman dari kelompok atau

4
orang lain. Individu tidak serta merta mengalami perubahan keyakinan atau penilaian
terhadap suatu objek sikap, melainkan dipengaruhi oleh hasil sosial dari penerapan perubahan
perilaku. [4] Individu juga sering kali sadar bahwa dirinya didesak untuk merespons dengan
cara tertentu.

Kepatuhan ditunjukkan melalui serangkaian percobaan laboratorium yang dikenal


sebagai percobaan Asch . Eksperimen dipimpin oleh Solomon Asch dari Swarthmore
Collegememinta sekelompok siswa untuk berpartisipasi dalam "tes penglihatan". Pada
kenyataannya, semua peserta, kecuali satu, adalah sekutu pelaku eksperimen, dan penelitian
ini sebenarnya tentang bagaimana siswa yang tersisa akan bereaksi terhadap perilaku sekutu.
Peserta diminta memilih, dari tiga pilihan garis, garis yang panjangnya sama dengan sampel
dan diminta memberikan jawabannya dengan lantang. Tanpa sepengetahuan peserta, Asch
telah menempatkan sejumlah sekutunya untuk sengaja memberikan jawaban yang salah di
hadapan peserta. Hasilnya menunjukkan bahwa 75% tanggapan sejalan dengan pengaruh
mayoritas dan merupakan jawaban yang sama dengan yang dipilih oleh konfederasi.
[5]Variasi dalam eksperimen menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah konfederasi, dan tingkat kepatuhan tercapai dengan sekitar 15
konfederasi. Kemungkinan kepatuhan menurun jika ada oposisi minoritas, meskipun hanya
satu konfederasi yang memberikan jawaban benar. Dasar kepatuhan didasarkan pada gagasan
mendasar bahwa setiap orang ingin menjadi akurat dan benar.

Identifikasi

Identifikasi menjelaskan perubahan keyakinan dan pengaruh seseorang agar menjadi


serupa dengan seseorang yang dikagumi atau disukainya. Dalam hal ini, individu mengambil
sikap baru tersebut, bukan karena isi objek sikap yang spesifik, melainkan karena dikaitkan
dengan hubungan yang diinginkan. Seringkali, sikap anak terhadap ras, atau afiliasi partai
politiknya diadopsi dari sikap dan keyakinan orang tuanya.

Internalisasi

Internalisasi mengacu pada perubahan keyakinan dan pengaruh ketika seseorang


menemukan isi sikap secara intrinsik bermanfaat, dan dengan demikian mengarah pada
perubahan aktual dalam keyakinan atau evaluasi terhadap objek sikap. Sikap atau perilaku
baru tersebut konsisten dengan sistem nilai individu, dan cenderung menyatu dengan nilai

5
dan keyakinan individu yang sudah ada. Oleh karena itu, perilaku yang diambil melalui
internalisasi disebabkan oleh isi objek sikap.

Teori nilai harapan didasarkan pada internalisasi perubahan sikap. Model ini
menyatakan bahwa perilaku terhadap suatu objek merupakan fungsi dari niat individu, yaitu
fungsi dari sikap keseluruhan seseorang terhadap tindakan tersebut.

PROSPECT THEORY

teori prospek adalah teori psikologi yang menggambarkan bagaimana orang


mengambil keputusan ketika dihadapkan pada alternatif yang melibatkan risiko, probabilitas,
dan ketidakpastian . Prinsip ini menyatakan bahwa orang mengambil keputusan berdasarkan
apa yang mereka rasakan sebagai kerugian atau keuntungan. Mengingat pilihan yang
memiliki probabilitas yang sama, kebanyakan orang akan memilih untuk mempertahankan
kekayaan yang sudah mereka miliki, daripada mempertaruhkan peluang untuk meningkatkan
kekayaan mereka saat ini.

Orang biasanya menolak kemungkinan mengalami kerugian, sehingga mereka lebih


memilih menghindari kerugian daripada mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan
yang setara. Mengingat pilihan yang memiliki probabilitas yang sama, kebanyakan orang
akan memilih untuk mempertahankan kekayaan yang sudah mereka miliki, daripada
mempertaruhkan peluang untuk meningkatkan kekayaan mereka saat ini. Orang biasanya
menolak kemungkinan mengalami kerugian, sehingga mereka lebih memilih menghindari
kerugian daripada mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan yang setara. ejarah
Teori Prospek

Teori prospek terkadang disebut sebagai teori penghindaran kerugian . Teori tersebut
diperkenalkan oleh dua orang psikolog, Daniel Kahneman, dan Amos Tversky, untuk
menggambarkan bagaimana manusia mengambil keputusan ketika dihadapkan pada beberapa
pilihan.

Teori tersebut tertuang dalam makalah “ Prospect Theory: An Analysis of Decision


under Risk ” yang dimuat dalam jurnal “Econometrica” pada tahun 1979. Sejak
dikembangkan, teori prospek telah digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Ini digunakan
untuk mengevaluasi berbagai aspek pengambilan keputusan politik dalam hubungan
internasional.

6
Fase Teori Prospek

Teori tersebut menggambarkan proses pengambilan keputusan dalam dua fase, yang
meliputi:

1. Tahap pengeditan

Fase penyuntingan mengacu pada bagaimana orang-orang yang terlibat dalam


pengambilan keputusan mengkarakterisasi pilihan-pilihan atau efek pembingkaian. Efek
menjelaskan bagaimana pilihan seseorang dipengaruhi oleh susunan kata, urutan, atau metode
penyajian pilihan tersebut.

Contoh untuk menunjukkan efek pembingkaian adalah pilihan yang diberikan kepada
pasien kanker. Biasanya, pasien kanker dihadapkan pada pilihan untuk menjalani operasi atau
kemoterapi untuk mengobati penyakit mereka, dan mereka membuat keputusan berdasarkan
apakah statistik hasil disajikan dalam kaitannya dengan tingkat kelangsungan hidup atau
tingkat kematian. Setelah pilihan-pilihan telah dibingkai dan siap untuk pengambilan
keputusan, teori memasuki fase kedua.

2. Tahap evaluasi

Pada fase evaluasi, orang cenderung berperilaku seolah-olah mereka akan membuat
keputusan berdasarkan hasil potensial dan memilih opsi dengan utilitas lebih tinggi. Fase ini
menggunakan analisis statistik untuk mengukur dan membandingkan hasil setiap
prospek. Tahap evaluasi terdiri dari dua indeks yaitu fungsi nilai dan fungsi pembobotan yang
digunakan untuk membandingkan prospek.

Ciri-ciri Teori Prospek

Teori prospek hadir dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kepastian

Ketika dihadapkan pada beberapa pilihan untuk dipilih, manusia menunjukkan


preferensi yang kuat terhadap pilihan tersebut dengan pasti. Mereka rela mengorbankan
pilihan yang menawarkan lebih banyak potensi pendapatan demi mencapai kepastian
lebih. Misalnya, asumsikan lotere memberikan dua pilihan, A dan B.

7
Opsi A memberikan jaminan kemenangan sebesar $100 sedangkan opsi B
memberikan kemungkinan menang $200, dengan peluang menang 70% dan peluang kalah
30%. Kebanyakan orang akan memilih opsi A karena memberikan jaminan kemenangan,
meskipun menawarkan return yang lebih rendah dibandingkan B.

2. Kemungkinan kecil

Orang cenderung mengabaikan kemungkinan yang sangat kecil meskipun ada


kemungkinan kehilangan seluruh kekayaannya. Dengan mengabaikan probabilitas yang kecil,
orang-orang akhirnya memilih opsi yang berisiko lebih tinggi dengan probabilitas yang lebih
tinggi.

3. Posisi relatif

Relative positioning artinya masyarakat cenderung kurang fokus pada pendapatan


atau kekayaan akhir mereka, dan lebih fokus pada keuntungan atau kerugian relatif yang akan
mereka peroleh. Jika posisi relatif mereka tidak membaik seiring dengan peningkatan
pendapatan, maka mereka tidak akan merasa lebih baik. Artinya, masyarakat cenderung
membandingkan diri mereka dengan tetangga, teman, dan anggota keluarga, dan kurang
tertarik pada apakah keadaan mereka lebih baik dibandingkan beberapa tahun yang lalu.

Misalnya, jika semua orang di kantor mendapat kenaikan gaji sebesar 20%, tidak ada
individu yang akan merasa lebih baik. Namun, jika orang tersebut mendapat kenaikan gaji
10%, dan orang lain gagal mendapatkan kenaikan gaji, orang tersebut akan merasa lebih baik
dan lebih kaya daripada orang lain.

4. Keengganan terhadap kerugian

Orang cenderung lebih mementingkan kerugian daripada keuntungan yang diperoleh


dengan mengambil pilihan tertentu. Misalnya, jika seseorang memperoleh keuntungan $200
dan kerugian $100, orang tersebut akan fokus pada kerugian meskipun mereka memperoleh
keuntungan bersih $100. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih mementingkan
kerugian dibandingkan keuntungan.

8
Kritik terhadap Teori Prospek

Salah satu kritik terhadap teori prospek adalah kurangnya penjelasan psikologis
terhadap proses yang dibicarakannya. Kritik datang dari psikolog lain yang mencatat bahwa
faktor-faktor seperti respons emosional dan afektif manusia yang penting dalam proses
pengambilan keputusan tidak ada dalam model tersebut.

Teori ini juga dikritik karena teori framing yang tidak memadai dalam menjelaskan
mengapa aktor menghasilkan frame yang mereka gunakan. Para pengambil keputusan sering
kali harus berhadapan dengan kerangka-kerangka yang bersaing dalam berbagai isu.

Anda mungkin juga menyukai