Abstrak : Hubungan Persepsi kualitas suatu produk dengan Post Purchase Dissonance pada
Mahasiswa. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara
persepsi kualitas produk dengan post purchase dissonance pada mahasiswa. Penelitian ini
dilakukan terhadap 60 orang responden yang berada di Kota Bukittinggi yang pernah belanja
produk fashion secara online dengan menggunakan teknik incidental sampling. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif yang pengumpulan datanya dengan penyebaran
kuesioner. Kemudian analisis data pada penelitian ini yaitu dengan analisis product moment
correlation coefficient oleh Pearson dibantu dengan pengolahan data menggunakan SPSS (statistic
packages for social science). Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara persepsi
kualitas produk yang bersifat negatif terhadap post purchase dissonance pada mahasiswa yang
berbelanja produk fashion secara online. Hasil penelitiankini menunjukkan bahwa persepsi
kualitas produk secara signifikan memiliki hubungan dengan post purchase dissonance pada
mahasiswa.
Kata Kunci : Post purchase dissonance, persepsi kualitas produk, mahasiswa, belanja
online
1
2
PENDAHULUAN
Kemudahan dalam mengakses internet Hawkins, Mothersbaugh dan Best
menjadi salah satu penyebab yang memicu (2007) mengatakan bahwa konsumen yang
pesatnya kemajuan e-commerce di melakukan pembelian online dapat
Indonesia. Semakin banyak pengguna merasakan ketidaknyamanan dikarenakan
internet maka semakin banyak pula timbulnya beberapa resiko seperti keamanan
masyarakat yang lebih senang berbelanja kartu kredit, tidak ada kontak langsung den-
secara online. Salah satu masyarakat yang gan produk, biaya pengiriman yang tidak
juga melakukan pembelian secara online selalu murah dan terjangkau, dan beberapa
adalah mahasiswa. Business Development konsumen kadang juga terpengaruh dengan
Director Snapcart Asia Pasifik Felix konsumen lain yang menceritakan
Sugianto mengatakan bahwa "anak-anak pengalaman-pengalaman yang kurang
muda usia 15-34 tahun mendominasi 80 menyenangkan terhadap belanja online yang
persen dari pada penggunaan e-commerce," dapat mempengaruhi persepsi konsumen
(Tashandra, 2018). Mahasiswa termasuk tersebut terhadap barang yang dijual online.
dalam golongan anak muda usia 15-34 tahun Hal tersebut dapat menumbulkan disonansi
yang ikut aktif dalam penggunaan internet. kognitif pada konsumen, yang biasa disebut
Novianto (2013) menambahkan bahwa post purchase dissonance. Menurut Loudon
fasilitas yang diberikan internet dan Bitta (1993) disonansi kognitif yang
memudahkan mahasiswa untuk memenuhi dirasakan konsumen ini merupakan perasaan
tuntutan akademis dan memberikan cara tidak nyaman yang dirasakan oleh pembeli
baru dalam segi berbelanja atau pembelian setelah proses pembelian.
barang. Menurut Hasugian (dalam Konsumen yang belanja online,
Rachmatan & Natasha, 2018) mahasiswa cenderung lebih mudah merasakan post
yang melakukan pembelian online tidak purchase dissonance , karena mereka tidak
hanya didasarkan pada kebutuhan semata, tahu bagaimana kualitas produk yang
melainkan demi kesenangan dan gaya hidup. mereka beli, mereka hanya mendapatkan
Mahasiswa sebagai konsumen yang informasi yang diberikan oleh penjual dan
melakukan pembelian online dapat membeli juga dari testimoni yang diberikan pembeli
produk yang diinginkan melalui berbagai lain tentang produk maupun toko tersebut.
media online seperti melalui facebook, grup Rasa kekhawatiran inilah yang dapat
whatsapp, grup blackberry, Instagram serta memicu timbulnya post purchase
dapat melalui website khusus. dissonance. Menurut Harridge-March
3
(2006), kemungkinan rasa khawatir yang peneliti ingin melihat sejauh mana hubungan
dirasakan pembeli terhadap bagaimana persepsi kualitas suatu produk dengan
kejujuran penjual dalam mendeskripsikan disonansi setelah pembelian pada
informasi akan lebih besar sebab pembeli mahasiswa yang belanja produk fashion
tidak dapat melihat dan memeriksa langsung melalui media online. Populasi didalam
kualitas produk. Hal ini diperkuat dengan penelitiankini adalah mahasiswa diKota
beberapa penelitian tentang post purchase Bukittinggi. Sampel yang digunakan
dissonance pada pembelian yang dilakukan didalam penelitian ini berjumlah 60 orang.
secara online salah satu nya penelitian yang Pengambilan sampel menggunakan
dilakukan oleh Tarigan dan Ginting (2012) insidental sampling dimana teknik
tentang perbedaan antara disonansi kognitif pengambilan sampelnya dengan kebetulan.
setelah pembelian pada pembelian online Siapapun sampel yang ditemui jika subjek
dan offline, dimana terdapat perbedaan tersebut cocok atau sesuai dengan kriteria
antara keduanya. Konsumen yang umum yang peneliti cari maka sampel
melakukan pembelian secara online tersebut dapat dijadikan sumber data
memiliki tingkat post purchase dissonance penelitian (Sugiyono, 2013). Alat ukur
lebih tinggi dari pada konsumen yang berbentuk skala model likert, skala
membeli produk ditoko-toko offline. penelitian persepsi kualitas produk dan skala
penelitian post purchase dissonance. Alat
METODE ukur yang digunakan dalam penelitian ini
Penelitian ini menggunakan penelitian diperoleh melalui modifikasi dan adaptasi.
kuantitatif. Penelitian ini merupakan Pengujian normalitas didalam penelitian
penelitian korelasional guna melihat variasi ini menggunakan model One Sample
pada satu variabel berkaitan dengan variasi Kolmogorov Sminov. Uji normalitas variabel
pada satu atau lebih variabel lain persepsi kualitas produk K-SZ = 0,950
berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, dengan P 0,327 (> 0,05). Lalu pada variabel
2011). Dengan demikian penelitian post purchase dissonance K-SZ = 0,893
korelasional ini akan dapat memprediksi dengan nilai P 0,402 (> 0,05). Hasil uji
bagaimana hubungan antara variabel bebas normalitas tersebut memperlihatkan bahwa
dan terikat. kedua variabel pada penelitian ini memiliki
Penelitian ini menggunaka dua variabel sebaran yang normal. Maka sebaran data
yaitu persepsi kualitas produk sebagai normal.
variabel bebas dan post purchase dissonance F-linearity adalah model statistik yang
sebagai varibael terikat. Pada penelitian ini akan digunakan untuk melihat linearitas
4
variabel. Dengan ketentuan jika P < 0,05 empirik pada variabel persepsi kualitas
maka sebaran dikatakan linear dan jika P > produk adalah sebesar 154,20 sementara
0,05 maka tidak linear. Nilai linearitas mean hipotetik variabel persepsi kualitas
variabel persepsi kualitas produk dan produk sebesar 140. Itu berarti mean
variabel post purchase dissonance sebesar F empirik lebih besar, artinya subjek
= 8,629 dengan P 0,007 hal tersebut berarti penelitian memiliki persepsi kualitas produk
linear. yang lebih tinggi dari populasi.
Uji hipotesis dalam penelitian ini Diketahui jika dilihat peraspek dalam
menggunakan teknin analisis data produk post purchase dissonance mean empiriknya
moment dari Pearson. Berdasarkan hasil lebih rendah dari pada mean hipotetiknya.
analisis korelasi antara persepsi kualitas Pada aspek pertama pada variabel post
dengan disonansi pasca pembelian pada purchase dissonance yaitu aspek emotional,
mahasiswa belanja produk fashion online mean empirikya lebih rendah daripada mean
didapatlah nilai korelasi -0,345 dengan hipotetik yaitu 11,83 < 12,5. Pada aspek
signifikansi P 0,007 yang menunjukkan kedua yaitu wisdom of purchase, mean
bahwa H 0 ditolak dan H a diterima. Hasil empiriknya lebih rendah daripada mean
tersebut memperlihatkan bahwa terdapat hipotetiknya yaitu 12,03 < 12,5. Kemudian
hubungan negatif yang sangat signifikan pada aspek ketiga yaitu aspek concern over
antara persepsi kualitas produk dengan post deal, mean empiriknya lebih rendah
purchase dissonance. daripada mean hipotetiknya yaitu 11,98 >
12,5. Artinya skor subjek lebih rendah dari
HASIL DAN PEMBAHASAN populasi umumnya.
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian, mean
empirik pada variabel post purchase
dissonance adalah sebesar 35,85 sementara
mean hipotetik post purchase dissonance
adalah sebesar 37,5 artinya mean empirik
subjek lebih kecil, hal itu berarti subjek
penelitian ini memiliki post purchase
dissonance yang lebih rendah daripada
populasi umumnya. Sedangkan mean
5
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pada aspek konasi ini terdapat 33 orang
bahwa pada aspek kognisi terdapat 28 orang subjek dalam penelitian (55%) tergolong
subjek penelitian (47%) berada pada kedalam kategori baik, 14 orang subjek
kategori baik, 22 orang (36%) berada pada (23%) dalam kategori yang netral, 12 orang
kategori netral, 6 orang (10%) buruk, 4 (20%) pada kategori yang sangat baik, 1
orang (7%) sangat baik, dan tidak ditemukan orang (2%) kategori buruk dan tidak
satupun subjek yang pada aspek kognisinya ditemukan salah satupun subjek penelitian
berada pada kategori sangat buruk. yang termasuk kedalam subjek yang
Selanjutnya aspek afeksi terdapat 33 orang persepsi kualitas produknya sagat buruk.
subjek penelitian (55%) berada pada Dari uraian yang dijabarkan tersebut dapat
kategori baik, 19 orang (32%) termasuk disimpulkan bahwa persepsi kualitas produk
kedalam kategori yang netral, 4 orang (6%) pada mahasiswa di Kota Bukittinggi
di kategori buruk, 3 orang (5%) pada berdasarkan aspek kognitif, afeksi, dan
kategori sangat baik, dan 1 orang (2%) konasi berada pada kategori baik.
termasuk kategori sangat buruk. Kemudian
7
berarti mereka merasa ada daya tarik kualitas produk fashion yang dijual toko
tersendiri pada spesifikasi produk yang online pada mahasiswa di Kota
dijual toko online. Bukittinggi berada pada kategori baik.
Aspek konasi berkaitan dengan 2. Berdasaarkan hasil penelitian dapat
bagaimana motivasi individu, bagaimana disimpulkan bahwa tingkat post
berprilaku, bersikap, serta aktivitas yang purchase dissonance mahasiswa
sesuai dengan persepsinya tentang suatu Bukittinggi berada pada kategori
objek tertentu atau keaadaan tertentu. Pada sedang.
aspek ketiga yaitu aspek konasi berada pada 3. Terdapat hubungan yang signifikan
kategori baik, itu berarti mahasiswa di Kota antara persepsi kualitas produk dengan
Bukittinggi yang membeli produk fashion post purchase dissnonance pada
secara online memiliki motivasi yang baik mahasiswa Bukittinggi. Persepsi
untuk bebelanja online, dan kualitas produk berkorelasi negatif
berkemungkinan akan berlangganan atau terhadap post purchase dissnonance
melakukan pembelian kembali. Hal ini juga pada mahasiswa di Kota Bukittinggi.
dapat dilihat dari banyaknya subjek memilih Koefisien korelasi yang negatif
item pada dimensi kinerja. Hal ini berarti menunjukkan bahwa semakin tinggi
mahasiswa di Kota bukittinggi yang persepsi kualitas pada produk, maka
membeli produk fashion secara online akan semakin rendah tingkat post
mempertimbangkan banyak hal ketika ingin purchase dissonance yang dirasakan
membeli produk fashion ditoko online. mahasiswa tersebut. Sebaliknya, jika
semakin rendah persepsi kualitas pada
produk, maka akan semakin tinggi
SIMPULAN DAN SARAN
tingkat post purchase dissonance.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
Saran
dijabarkan diatas dan hipotesis mengenai
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
hubungan persepsi kualitas produk dengan
penelitian ini, peneliti memiliki beberapa
post purchase dissonance pada mahasiswa
saran yang akan menjadi bahan
yang berbelanja produk fashion secara
pertimbangan bagi beberapa pihak yang
online maka diperoleh kesimpulan sebagai
terkait. Beberapa saran yang dikemukakan
berikut:
oleh peneliti berdasarkan gambaran hasil
1. Berdasaarkan hasil penelitian dapat
penelitian ini, yaitu:
disimpulkan bahwa tingkat persepsi
10
1. Bagi toko online diharapkan untuk referensi untuk menjaga persepsi kualitas
mengembangkan produk dan yang baik dengan banyak mencari tahu
memberikan inovasi-inovasi baru pada tentang barang yang akan di order dan
produk dan jasa mereka, seperti juga mencegah beberapa resiko yang
meningkatkan pelayanan jasa dengan dapat meningkatkan post purchase
menerima dan merespon keluhan dan dissonance mereka.
saran konsumen terhadap produk yang 4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin
rusak, memperbanyak model produk meneliti penelitian yang sama atau juga
yang lebih menarik, dan memberikan ciri tertarik dengan variabel yang dikaji yaitu
khas yang lebih menarik perhatian pada tentang persepsi kualitas produk dan post
produk. purchase dissonance diharapkan juga
2. Toko online diharakan tetap memberikan bisa atau mampu untuk mengkaji dan
dasar yang baik bagi konsumen untuk mempertimbangkan beberapa faktor
membeli ulang kembali dan memiliki selain persepsi yang mempengaruhi post
keterikatan emosional kepada produk purchase dissonance. Diharapkan juga
yang dijual. Konsumen yang memiliki penelitian selanjutnya dapat menggali
persepsi kualitas buruk dan post purchase lebih dalam dari subjek untuk
dissonance yang tinggi dapat memperkaya hasil penelitian terkait
memberikan kritik atau saran kepada persepsi kualitas produk dan post
toko online. purchase dissonance.
3. Bagi konsumen yang berbelanja produk
online diharapkan penelitian ini menjadi
DAFTAR RUJUKAN
Azwar, S. (2011). Penyusunan skala behavior. New York: Mc Graw Hill.
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Novianto, I. (2013). Perilaku penggunaan
Harridge-March, S. (2006). Can the building internet dikalangan mahasiswa (studi
of trustovercome consumer perceived deskriptif tentang perilaku penggunaan
risk online? Marketing Intelligence internet dikalangan mahasiswa
&planning, 24(7), 746–761. perguruan tinggi negeri (FISIP
UNAIR) dengan perguruan tinggi
Hawkins, D.,& Mothersbaugh, D. L., & swasta (FISIP UPN) untuk memenuhi
Best, R. (2007). Consumer behavior: kebutuhan informasinya). Jurnal
Building marketing strategy. New UNAIR, 2(1), 1–14.
York: Mc Graw Hill Education.
Rachmatan, R & Natasha, T. (2018).
Loudon, D., & Bitta, A. (1993). Consumer Disonansi pasca pembelian onlinepada
11