Anda di halaman 1dari 53

BAB VIII

REKONSILIASI FISKAL
BAGIAN 2

1
DASAR HUKUM (Legal Basis)

KMK No. 1002/KMK.04/1984


Tentang KMK No.
PENENTUAN PERBANDINGAN ANTARA Ditunda 254/KMK.01/1985
HUTANG DAN MODAL SENDIRI UNTUK
KEPERLUAN PENGENAAN PAJAK
PENGHASILAN
PMK 169/PMK.010/2015
Perbandingan utang dan modal :
1. Wajib Pajak badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia yang
modalnya terbagi atas saham-saham.
2. Perbandingan Rasio Utang Vs Modal
= 4 : 1 .
3. Untuk memperhitungkan biaya pinjaman
yang dapat dikurangkan dalam
menghitung penghasilan kena pajak.
4. Berlaku mulai Tahun Pajak 2016.
1. Wajib Pajak
 Wajib pajak yang dikecualikan:
⚫ Wajib Pajak bank
⚫ Wajib Pajak lembaga pembiayaan

⚫ Wajib Pajak asuransi dan reasuransi

⚫ Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang


pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan umum, dan pertambangan
lainnya.
⚫ Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.
⚫ Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang
infrastruktur
1. Wajib Pajak
Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang
pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan umum, dan pertambangan lainnya:
Dikecualikan apabila:
a. terikat kontrak bagi hasil, kontrak karya, atau
perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan; dan
b. dalam kontrak atau perjanjian sebagaimana
dimaksud pada huruf a mengatur atau mencantumkan
ketentuan mengenai batasan perbandingan antara
utang dan modal.
➔ Apabila tidak ada ketentuan batasan
perbandingan pada kontrak, maka berlaku rasio
Utang dan Modal sebesar 4 : 1.
2 A. Saldo Utang
 saldo rata-rata utang pada satu tahun
pajak atau bagian tahun pajak, dihitung
secara rata-rata bulanan (saldo akhir
bulan).
 Saldo utang meliputi:
⚫ saldo utang jangka panjang
⚫ saldo utang jangka pendek

⚫ saldo utang dagang

Yang dibebani Bunga.


2 B. Saldo Modal
 saldo rata-rata modal pada satu tahun
pajak atau bagian tahun pajak, dihitung
secara rata-rata bulanan (saldo akhir
bulan).
 Saldo modal meliputi:
⚫ ekuitas sebagaimana dimaksud dalam
standar akuntansi keuangan yang berlaku
⚫ pinjaman tanpa bunga dari pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
3. Biaya Pinjaman
Biaya Pinjaman meliputi:
⚫ bunga pinjaman
⚫ diskonto dan premium yang terkait dengan
pinjaman.
⚫ biaya tambahan yang terjadi yang terkait
dengan perolehan pinjaman (arrangement of
borrowings).
⚫ beban keuangan dalam sewa pembiayaan
⚫ biaya imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
⚫ selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam
mata uang asing sepanjang selisih kurs tersebut
sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga dan
biaya sebagaimana dimaksud diatas.
4. Ketentuan Lainnya
Wajib Pajak yang mempunyai utang
swasta luar negeri:
⚫ wajib menyampaikan laporan besarnya
utang swasta luar negeri kepada DJP.
⚫ Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan
laporan tersebut, biaya pinjaman yang
terutang dari utang swasta luar negeri
tersebut tidak dapat dikurangkan untuk
menghitung penghasilan kena pajak.
Tata cara pelaporan akan diatur melalui PER DJP
4. Ketentuan Lainnya
Selain Rasio DER (Thin Capitalization
Principal), Biaya Pinjaman juga harus
mempertimbangkan :
⚫ 3 M (Mendapatkan, Menagih dan Memelihara
Penghasilan).
⚫ Prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
(arm’s length principal), apabila mempunyai
utang kepada pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
Contoh Perhitungan (Rp jt):
Neraca partial - Liabilitas
31 Dec 31 Dec
Liabilitas
2016 2015
a. Utang dagang
- Interest bearing 810.000 800.000
- Non - Interest Bearing 700.000 600.000
b. Pinjaman Tanpa Bunga dari XYZ Ltd. 50.000 50.000
(Pihak yang memiliki Hubungan Istimewa)
c. Utang Jangka Pendek: 725.000 800.000
- Utang kepada PT. ABC
(Pihak yang memiliki Hubungan Istimewa)
d. Utang Jangka Panjang:
- Utang kepada PT. JKL. 660.000 900.000
- Utang Kepada WWC Co, Ltd 1.970.000 2.500.000
Contoh Perhitungan (Rp jt):
Neraca & Laba Rugi - partial

Ekuitas 31 Dec 2016 31 Dec 2015


a. Modal Saham 150.000 150.000
b. Agio Saham 110.000 110.000
c. Laba Ditahan 475.000 425.000

Penghasilan Bruto 2.000.000


Biaya Pinjaman:
1. Bunga kepada PT. ABC 96.000
2. Bunga Kepada PT. JKL 20.660
3. Bunga kepada WWC Co, Ltd 100.575
4. Bunga atas Utang Dagang (interest bearing) 10.765
Contoh Perhitungan (Rp jt):
Saldo rata-rata Utang
Saldo Utang Akhir Bulan (Juta Rp)
Bulan
PT. ABC PT. JKL WWC Ltd Dagang TOTAL
Januari 800.000 900.000 2.500.000 800.000 5.000.000
Februari 750.000 900.000 2.500.000 790.000 4.940.000
Maret 750.000 900.000 2.500.000 750.000 4.900.000
April 750.000 900.000 2.500.000 820.000 4.970.000
Mei 740.000 900.000 2.500.000 850.000 4.990.000
Juni 740.000 900.000 2.500.000 720.000 4.860.000
Juli 740.000 660.000 1.970.000 800.000 4.170.000
Agustus 740.000 660.000 1.970.000 810.000 4.180.000
September 725.000 660.000 1.970.000 845.000 4.200.000
Oktober 725.000 660.000 1.970.000 860.000 4.215.000
Nopember 725.000 660.000 1.970.000 805.000 4.160.000
Desember 725.000 660.000 1.970.000 810.000 4.165.000
Rata-rata 742.500 780.000 2.235.000 805.000 4.562.500
Contoh Perhitungan (Rp jt):
Saldo rata-rata Modal
Saldo Modal Akhir Bulan (Juta Rp)
Pinjaman
Bulan Agio laba Tanpa
Saham TOTAL
saham ditahan Bunga (XYZ
Ltd)
Januari 150.000 110.000 425.000 50.000 735.000
Februari 150.000 110.000 425.000 50.000 735.000
Maret 150.000 110.000 575.000 50.000 885.000
April 150.000 110.000 300.000 50.000 610.000
Mei 150.000 110.000 300.000 50.000 610.000
Juni 150.000 110.000 600.000 50.000 910.000
Juli 150.000 110.000 400.000 50.000 710.000
Agustus 150.000 110.000 400.000 50.000 710.000
September 150.000 110.000 700.000 50.000 1.010.000
Oktober 150.000 110.000 400.000 50.000 710.000
Nopember 150.000 110.000 400.000 50.000 710.000
Desember 150.000 110.000 475.000 50.000 785.000
Rata-rata 150.000 110.000 450.000 50.000 760.000
Contoh Perhitungan (Rp jt):
DER Ratio

DER = Rata2 Utang = 4.562.500


Rata2 Modal 760.000
= 6,00

Biaya Pinjaman yang dapat dikurangkan:


= Rp 228.000.000.000 X 4 / 6,00
= Rp 152.000.000.000,-

JADI KOREKSI POSITIF SEBESAR = 228 JT


– 152 JT = 76.000.000.000
Contoh Perhitungan (Rp jt):
Tambahan – Objek Pajak Final
Penghasilan Bruto:
Adanya penghasilan dari Usaha
Konstruksi dan merupakan Objek Pajak
Final Sebesar Rp1.500.000.000.000,
omzet total Rp2.000.000.000.000.
Biaya Pinjaman yang dapat dikurangkan:
= Rp 152.000.000.000 X 1.500.000.000.000
2.000.000.000.000
= Rp 114.000.000.000,-
Contoh Perhitungan (Rp jt):
Tambahan – Non Objek Pajak
Utang PT. ABC digunakan untuk membeli kepemilikan
60% Saham PT. ZAB, maka penghasilan dividen
diterima dari PT. ZAB merupakan bukan objek pajak,
maka:

Saldo Rata- Biaya


Jenis Utang Rata Utang Pinjaman

Utang Kepada PT. JKL 780.000 20.660

Utang Kepada WWW Co, ltd 2.235.000 100.575


Utang dagang (interest
Bearing) 805.000 10.765

Total 3.820.000 132.000


Contoh Perhitungan (Rp jt):
Tambahan – Non Objek Pajak

DER = Rata2 Utang = 3.820.000


Rata2 Modal 760.000
= 5,00

Biaya Pinjaman yang dapat dikurangkan:


= Rp 132.000.000.000 X 4 / 5,00
= Rp 105.600.000.000,-
KOMPENSASI KERUGIAN
Kompensasi Horizontal Kompensasi Vertikal

• wajib pajak dalam tahun • wajib pajak


pajak yang bersamaan mengkompensasikan
memperhitungkan penghasilan suatu tahun
kompensasinya antara pajak dengan kerugian tahun
penghasilan suatu bidang sebelumnya
usaha dengan kerugian &
bidang usaha lainnya

BATAS WAKTU KOMPENSASI KERUGIAN ADALAH 5


TAHUN
Ilustrasi Kasus
PT. ABC berdiri tahun 2006. Pada tahun 2014 WP memperoleh
laba fiskal sebesar Rp50.000.000. Adapun keuntungan/kerugian
fiskal tahun-tahun sebelumnya adalah sebagai berikut:

Tahun Laba / Rugi Jumlah


2006 Rugi Fiskal 20.000.000
2007 Rugi Fiskal 5.000.000
2008 Rugi Fiskal 1.000.000
2009 Rugi Fiskal 100.000.000
2010 Rugi Fiskal 20.000.000
2011 Laba Fiskal 30.000.000
2012 Laba Fiskal 10.000.000
2013 Rugi fiskal 5.000.000

BUATLAH TABEL LAMPIRAN A2 1771 UNTUK KOMPENSASI KERUGIAN


ATAS LABA FISKAL TAHUN 2014?
Catatan
✓ Tabel kompensasi kerugian berisi kompensasi untuk tahun SPT
+ Tahun berjalan, artinya SPT tahun 2014 maka tahun
berjalannya adalah 2015 (karena SPT tahun 2014 dilaporkan di
tahun 2015).
✓ Kolom Tahun (kolom 2) diisi dengan tahun tahun ke-5 dari
tahun SPT + 5 tahun ke belakang. Misalnya SPT Tahun 2014
maka tahun ke-5 nya adalah tahun 2010. Tahun 2010 dapat
mengkompensasikan rugi dari tahun 2005. Jadi tahun yang
diisi adalah dimulai tahun 2005 sd tahun 2014, namun karena
PT ABC baru berdiri di tahun 2006 maka hanya dapat dimulai
dari tahun 2006.
✓ Sisa kompensasi kerugian tahun 2009 sebesar Rp36.000.000
sudah daluarsa karena maksimal hanya bisa dikreditkan
sampai tahun 2014. Seandainya tahun 2015 PT. ABC
mendapatkan keuntungan Rp200.000.000 juga tidak dapat
mengkompensasikannya.
Tarif Pajak PPh Badan Sejak Tahun 2020
OMZET USAHA TARIF KETERANGAN

0,5% x Omzet usaha Final dan terutang tiap


bulan bila termasuk objek
pajak PP 55.
≤ 4.800.000.000

PhKP x 50% x 22% (tahun Untuk penghasilan selain


2020 dst) objek PP 55
PPh Fasilitas =
(4,8M/Peredaran Bruto) x
PhKP x 50% x 22%
>4.800.000.000 s.d PPh terutang = PPh Fasilitas
50.000.000.0000 + PPh non Fasilitas
PPh Non Fasilitas = PhKP –
(4,8M/Peredaran Bruto x
PhKP)x22%
>50.000.000.000 PhKP x 22% -
TARIF PPH BADAN DENGAN SELAIN PP 55

2019
Penjelasan SE-02/PJ/2015
Peredaran bruto yang dimaksud dalam pasal 31E merupakan
semua penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh dari
kegiatan usaha dan di luar kegiatan usaha, setelah dikurangi
dengan retur dan pengurangan penjualan serta potongan tunai
dalam tahun pajak yang bersangkutan, sebelum dikurangi biaya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar indonesia,
meliputi:
1) Penghasilan yang dikenai PPh bersifat final;
2) Penghasilan yang dikenai PPh bersifat tidak final;
3) Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.
Ilustrasi Kasus-1
Penjualan Bruto 25.000.000.000
Retur Penjualan (3.000.000.000)
Potongan Penjualan (2.000.000.000)
Penjualan Bersih 20.000.000.000
HPP 12.000.000.000
Laba Kotor 8.000.000.000
Biaya Usaha 2.000.000.000
Laba Usaha 6.000.000.000
Pendapatan / Beban Diluar Usaha:
Pendapatan jasa giro 50.000.000
Keuntungan selisih kurs 1.000.000.000
Beban PPh giro -10.000.000
Penghasilan luar usaha neto 1.040.000.000
Laba Sebelum Pajak 7.040.000.000
Jika penghasilan kena pajak pada tahun 2015 adalah sebesar
Rp6.000.000.000, hitunglah PPh terutang.
Ilustrasi-2
PT. First berdiri sejak tanggal 03/04/2020 dan memilih dikenakan
PPh yang bersifat umum. Berikut laporan keuangan tahun 2020.

Penjualan Bersih 4.000.000.000


HPP 3.000.000.000
Laba Kotor 1.000.000.000
Biaya Usaha 300.000.000
Laba Usaha 700.000.000
Pendapatan / Beban Diluar Usaha:
Pendapatan jasa giro 20.000.000
Beban PPh giro & bunga -10.000.000
Penghasilan luar usaha neto 10.000.000
Laba Sebelum Pajak 710.000.000
Jika diketahui penghasilan kena pajak tahun 2020 sebesar
Rp650.000.000, hitunglah PPh terutangnya ?

Karena jumlah omzet peredaran bruto 31E sebesar


4.020.000.000 <4,8 Milyar, maka atas semua penghasilan kena
pajak dikenakan fasilitas pengurangan 50%. Maka:
PPh terutang = 50% x 22% x Rp650.000.000 = Rp71.500.000.
Insentif Pajak Untuk Perusahaan Yang Terbuka dengan
syarat tertentu
Selain itu WP Badan yang masuk bursa (go public) juga dapat
memperoleh pengurangan tarif pengurangan PPh sebesar 5% dengan
syarat sesuai PP Nomor 81 tahun jo 238/PMK.03/2008 sebagai berikut:
1) Jumlah kepemilikan saham publiknya 40% atau lebih dari
keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki
paling sedikit 300 persero;
2) Masing-masing persero yang dimaksud hanya boleh memiliki
saham kurang dari 5% dari keseluruhan yang disetor;
3) Ketentuan dimaksud harus dipenuhi dalam waktu paling
singkat 6 bulan dalam waktu 1 tahun pajak. Waktu 6 bulan
adalah 183 hari kalender.
4) WP harus melampirkan Surat Keterangan dari Biro
Administrasi Efek pada SPT Tahunan PPh WP Badan dengan
melampirkan formulir X.H. 1-6 menurut Peraturan Bapepam
LK Nomor X.H.1 untuk setiap tahun pajak terkait. Surat
Keterangan dibuat untuk setiap tahun pajak terkait.
Sumber: Lap Keuangan INKP tahun 2014
Dokumen

Akuntansi SAK

Lap Keu Rekonsiliasi Lap Keu Fiskal


Komersial
Dasar UU Pajak & Peraturan
Neraca
pelaksanaan
Perhitungan Rek. Fiskal L/R Fiskal
L/R Kompensasi kerugian

Beda Waktu PhKP

Beda Tetap Pajak Terutang

Pajak yg hrus di byar sndri


SPT Tahunan PPh
Bdn Pajak yg krg/lbih byar
KB atau LB ?

Keterangan:
•Jumlah Pengh Bruto = Penghasilan DN + LN
•Kredit Pajak yang dipotong/Dipunggut Pihak ketiga = PPh 22+23+24
•Kredit Pajak yang dibayar sendiri = PPh 25
PPH PASAL 24

Ketentuannya kredit pajak PPh yang dipotong luar


negeri diatur dalam 164/KMK.03/2002 sbb:
1. Kerugian yang diderita luar negeri tidak boleh digabungkan
dalam menghitung penghasilan kena pajak.
2. Kredit pajak yang diperkanankan paling tinggi daripada yang
telah dipotong di luar negeri yakni:

3. Jika PKP < Pengh neto LN, maka kredit pajak yang dapat
dikreditkan hanya sebesar PPh terutang.
PKP = LABA/RUGI DN + LABA LN
Ilustrasi-1: DN Laba
Berikut data keuangan PT. Mustika:
✓ Peredaran bruto dalam negeri Rp60 M.
✓ Laba Fiskal dalam negeri Rp40M.
✓ Di Australia mendapatkan laba Rp10M, tarif pajak 35% (bayar
pajak 3,5M)
✓ Di Belanda mendapatkan laba Rp30M, tarif pajak 20% (bayar
pajak 6 M)
✓ Di Jepang menderita kerugian Rp20 M.

Hitunglah kredit pajak PPh pasal 24 dan PPh yang


Kurang dibayar dengan asumsi tidak ada kredit pajak
lainnya.
Penyelesaian Ilustrasi-1
Laba fiskal Dalam Negeri = 40 Milyar
Laba di Luar Negeri (AUS + Belanda) = 40 Milyar
Total Penghasilan Kena Pajak = 80 Milyar
PPh terutang = 25% x 80 Milyar = 20 Milyar
Perhitungan Kredit pajak PPh 24:
❑ Batas maks kredit PPh di Aus = 10M/80M*20M = 2,5 M, maka
pajak yang dibayar di AUS 3,5 M maka yang dapat dikreditkan
hanya Rp2,5 M (Pilih yang terendah).
❑ Batas maks kredit PPh di Bld = 30M/80M*20M = 7,5 M. PPh
yang dibayar di Belanda Rp6M, maka yang dapat dikreditkan
hanya 6M (Pilih yang terendah).

PPh yang kurang bayar = 20 M – 2,5 M – 6 M = 11,5 Milyar.


Ilustrasi-2: DN Rugi
Berikut data keuangan PT. Mustika:
✓ Peredaran bruto dalam negeri Rp60 M.
✓ Rugi Fiskal dalam negeri Rp5 Milyar.
✓ Di Vietnam mendapatkan laba Rp7,5M, tarif
pajak 30% (bayar pajak 2,25M)
✓ Di Singapura mendapatkan rugi Rp2M

Hitunglah kredit pajak PPh pasal 24 dan PPh yang


Kurang dibayar dengan asumsi tidak ada kredit pajak
lainnya.
Penyelesaian Ilustrasi-2
Rugi fiskal Dalam Negeri = -5 Milyar
Laba di Luar Negeri (Vietnam) = 7,5 Milyar
Total Penghasilan Kena Pajak = 2,5 Milyar
PPh terutang = 25% x 2,5 Milyar = Rp625.000.000
Perhitungan Kredit pajak PPh 24:
❑ Batas maks kredit PPh di Vietnam = 7,5M/2,5M*625 jt =
1.875.000.000.
❑ Karena dalam negeri rugi maka berlaku aturan 3 sehingga
yang dapat dikreditkan hanya Rp625 jt bukan liat terendah
antara 2,25M atau 1,875 M karena negara tidak mau WP
Lebih bayar karena PPh 24 (PPh disetor ke negara asing lalu
minta uangnya di Indonesia ➔Tidak akan)

PPh yang kurang bayar = 625 jt – 625jt = Nihil


PPh Pasal 25
1. Secara umum besarnya angsuran PPh Psl 25 dalam tahun
berjalan sama dengan PPh yang terutang menurut SPT
Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan PPh
yang telah dipotong/dipungut pihak lain dan PPh yang
terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan, dibagi 12 atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

2. Besarnya PPh Psl 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu


penyam-paian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan
besarnya angsuran PPh untuk bulan terakhir tahun pajak
yang lalu/sebelumnya.
3. Untuk WP Badan umumnya berlaku mulai bulan keempat
tahun berjalan (asumsi SPT dilaporkan di April tahun
berikutnya)
PPh Pasal 25 Untuk Kondisi Tertentu
1. WP yang berhak atas kompensasi kerugian

2. WP yang memperoleh penghasilan tidak teratur


penghasilan tidak teratur dapat berupa keuntungan selisih kurs dari
utang/piutang dalam mata uang asing dan keuntungan dari pengalihan
harta (capital gain) sepanjang bukan merupakan penghasilan dari
kegiatan usaha pokok, serta penghasilan lainnya yang bersifat insidentil.
Penghasilan Tidak Teratur (KEP-537/PJ/2000)
• Penghasilan teratur adalah penghasilan yang lazimnya
diterima atau diperoleh secara berkala sekurang-kurangnya
sekali dalam setiap tahun pajak, yang bersumber dari
kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan, harta dan atau
modal, kecuali penghasilan yang telah dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
• Tidak termasuk dalam penghasilan teratur adalah
keuntungan selisih kurs dari utang/piutang dalam mata
uang asing dan keuntungan dari pengalihan harta (capital
gain) sepanjang bukan merupakan penghasilan dari
kegiatan usaha pokok, serta penghasilan lainnya yang
bersifat insidentil.
WP YANG MENGGUNAKAN PERHITUNGAN PPH PASAL 25
ATAS PENGHASILAN YANG BERSIFAT TERATUR WAJIB
MELAMPIRKAN PERHITUNGAN TERSENDIRI DAN
DILAMPIRKAN DALAM SPT TAHUNAN 1770 / 1771.
Ilustrasi-1:
Berikut perhitungan PPh kurang bayar Tn. Tony tahun 2015 (buka
toko bangunan dengan omzet usaha di atas 4,8M + rental mobil
+ karyawan swasta) sebagai berikut:
Pajak Terutang Rp500.000.000
Kredit pajak yang dipotong:
-PPh pasal 21 (1721-A1) Rp20.000.000 (karyawan swasta)
-PPh pasal 22 Rp80.000.000 (jual ke bendahara)
-PPh pasal 23 Rp100.000.000 (rental mobil)
-PPh pasal 25 Rp120.000.000
-PPh Pasal 29 Rp180.000.000
Diminta:
Hitunglah angsuran PPh pasal 25 untuk tahun pajak 2016 ?
Penyelesaian Ilustrasi-1
PPh terutang = 500.000.000
PPh yang dipotong pihak lain (Psl 21+22+23 = 200.000.000
PPh yang harus dibayar sendiri = 300.000.000
Angsuran PPh pasal 25 = 300.000.000/12 = Rp25.000.000

Jadi asumsi SPT disampaikan di 31 Maret 2016 maka angsuran


Rp25.000.000 mulai masa Maret 2016 yang akan disetor di
tanggal paling lambat tanggal 15 April 2016. Setoran PPh pasal
25 untuk masa Jan 16 dan Feb 16 mengikuti SSP masa tahun
sebelumnya.
Ilustrasi-2: PT META (dagang)
LAPORAN KOMERSIAL TAHUN 2015
Penjualan Bersih 90.000.000.000
HPP 60.000.000.000
Laba Kotor 30.000.000.000
Biaya Usaha 10.000.000.00
Laba Usaha 20.000.000.00
Pendapatan & beban diluar usaha:
Keuntungan selisih kurs 200.000.000
Pendapatan sewa kendaraan 100.000.000
Pendapatan Jasa giro 50.000.0000
Beban PPh Jasa giro -10.000.000
Penghasilan diluar usaha neto 340.000.000
Laba Komersial 20.340.000.000
Ilustrasi-2: PT META (dagang)
PERHITUNGAN LABA FISKAL
Laba Komersial 20.340.000.000
Koreksi Positif 710.000.000
Koreksi negatif 50.000.000
Penghasilan neto fiskal 21.000.000.000
Kompensasi kerugian -
Penghasilan kena Pajak 21.000.000.000
PPh terutang (25%) 5.250.000.000
PPh yang dipotong pihak lain:
PPh pasal 23 (atas pend sewa kendaraan) 2.000.000
PPh yang harus dibayar sendiri 5.248.000.000
Angsuran PPh 25 tahun 2015 (3@100 jt + 9@250 jt) 2.550.000.000
PPh kurang bayar Pasal 29 tahun 2015 2.698.000.000
HITUNGLAH PASAL 25 DENGAN ASUMSI TIDAK ADA PENG TERATUR DAN DENGAN KONDISI
YANG YANG ADA SEBAGAIMANA MESTINYA!
Penyelesaian : asumsi tidak ada peng tidak
teratur
PERHITUNGAN LABA FISKAL

PPh terutang 5.250.000.000


PPh yang dipotong pihak lain:
PPh pasal 23 2.000.000
PPh yang harus dibayar sendiri 5.248.000.000
Angsuran PPh 25 tahun 2016 (:12) 437.333.333
Penyelesaian : asumsi ada peng tidak teratur

Laba bersih fiskal 21.000.000.000


Penghasilan tidak teratur
- Pendapatan selisih kurs 200.000.000
- Pendapatan sewa kendaraan 100.000.000
Penghasilan neto fiskal 20.700.000.000
Kompensasi kerugian -
Penghasilan kena pajak 20.700.000.000
PPh terutang 5.175.000.000
Angsuran tahun 2016 431.250.000
KREDIT PAJAK PASAL 23 TIDAK DIMASUKKAN DALAM HITUNGAN KARENA PASAL 23
TERSEBUT BERASAL DARI PENGHASILAN SEWA YANG TIDAK TERATUR, HARUS
KONSISTAN.
Soal Lanjutan
Dengan menggunakan kondisi “terdapat penghasilan
tidak teratur” hitunglah PPh pasal 25 yang dapat
dikreditkan untuk menghitung kewajiban perpajakan
tahun 2016 bila:
1) SPT 1771 tahun 2015 dilaporkan pada tanggal 20
Januari 2016.
2) SPT 1771 tahun 2015 dilaporkan pada tanggal 20
Maret 2016.
3) SPT 1771 tahun 2015 dilaporkan pada tanggal 20
April 2016.
Jawaban
Masa Pajak Setoran Jika SPT dilaporkan Jika SPT dilaporkan Jika SPT dilaporkan
Pasal 25 tahun 2016 20/01/16 20/03/16 20/04/16

JANUARI 431.250.000 250.000.000 250.000.000


FEBRUARI 431.250.000 250.000.000 250.000.000
MARET 431.250.000 431.250.000 250.000.000
APRIL 431.250.000 431.250.000 431.250.000
MEI 431.250.000 431.250.000 431.250.000
JUNI 431.250.000 431.250.000 431.250.000
JULI 431.250.000 431.250.000 431.250.000
AGUSTUS 431.250.000 431.250.000 431.250.000
SEPTEMBER 431.250.000 431.250.000 431.250.000
OKT 431.250.000 431.250.000 431.250.000
NOV 431.250.000 431.250.000 431.250.000
DES 431.250.000 431.250.000 431.250.000
JUMLAH 5.175.000.000 4.812.500.000 4.631.250.000
Bagaimana setoran Pasal 25 bila SPT Tahunan
disampaikan telat (asumsi tidak menyampaikan
pemberitahuan perpanjangan waktu) ?
Misalnya SPT Tahun 2015 baru disampaikan di tanggal 31 Agstus
2016? Maka angsuran PPh 25 tetap menggunakan setoran
seperti bulan-bulan sebelumnya (soal kasus Rp200.000.000).
Bila hasil perhitungan final PPh pasal 25 seharusnya
Rp431.250.000 maka kekurangan masa april, mei, juni, juli harus
disetorkan kembali sebesar masing-masing 231.250.000 dan
dikenakan STP atas sanksi 2% per bulan.
Namun Bila hasil perhitungan final PPh pasal 25 seharusnya
Rp100.000.000 maka kelebihan masa april, mei, juni, juli dapat
dilakukan pemindah bukuan untuk setoran PPh pasal 25 masa
pajak berikutnya (Agst – Des 16)
Bagaimana setoran Pasal 25 bila SPT Tahunan disampaikan telat
(asumsi menyampaikan pemberitahuan perpanjangan waktu) ?

Bila menyampaikan pemberitahuan perpanjangan waktu


pelaporan maka besarnya angsuran 25 adalah hasil perhitungan
sementara. Bila hasil final lebih besar / lebih kecil maka berlaku
ketentuan seperti aturan sebelumnya.

WP YANG SELURUH PENGHASILANNYA DIKENAKAN PPH YANG BERSIFAT


FINAL TIDAK PERLU MELAKUKAN PENYETORAN PPH PASAL 25 MISALNYA
WP YANG TERMASUK SUBJEK PP 46; WP YANG BERGERAK DI BIDANG
KONSTRUKSI BANGUNAN DSB

JIKA PASAL 25 DITAGIH DENGAN STP (SURAT TAGIHAN PAJAK) MISALNYA KARENA
WP LALAI (TIDAK SETOR) MAKA POKOK PAJAK TETAP BISA DIKREDITKAN
SEDANGKAN SANKSI BUNGA TIDAK BISA DIKREDITKAN.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai