Anda di halaman 1dari 208

PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng i


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

HALAMAN PENGESAHAN OLEH PENELAAH/REVIEWER

NO NAMA JABATAN TDT

1 Putu Dian Prima Kusuma LPM


Dewi,SST., M.Kes
2 Ns. Putu Agus Ariana, KETUA LPPM
S.Kep.,M.Si

3 Dr.Ns. I Made Sundayana, KETUA STIKES


S.Kep.,M.Si BULELENG

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng ii


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

HALAMAN PENGESAHAN

Buku Penunjang Buku Ajar ini telah direvisi dan di sahkan penggunaannya
tanggal 10 November 2022
Judul : Pancasila Prodi S1 Kebidanan
Penunjang : MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) Pancasila
Penyusun : 1. Ni Made Karlina Sumiari Tangkas, SST., MH
2. Luh Ayu Purnami, S.ST.,M.Tr.Keb
3. I Gede Budayana, S.Kep.,M.Kes
4. I Komang Gede Trisna Purwantara, SE,MM.M.Si
5. Drs. I Ketut Pasek, M.M

Cetakan ke – 3: 10 November 2022


Pembina : Dr.Ns. I Made Sundayana, S.Kep., M.Si
Pengarah : Ns. Gede Budi Widiarta, S.Kep., M.Kep
Penanggung jawab : Luh Ayu Purnami, S.ST., M.Tr.Keb
(Kaprodi S1 Kebidanan)

Motto :” Waktu terus berjalan, belajarlah dari masa lalu, bersiaplah untuk masa
depan, berikan yang terbaik untuk hari ini.”

LANJUTAN HALAMAN PENGESAHAN

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng iii


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

NO NAMA JABATAN TDT

1 Dr.Ns. I Made Sundayana, Ketua Stikes, sebagai


S.Kep., M.Si Pembina
2 Ns. Gede Budi Widiarta, Puket I, sebagai
S.Kep., M.Kep Pengarah
3 Luh Ayu Purnami, Kaprodi S1 Kebidanan
S.ST.,M.Tr.Keb sebagai Penanggung
jawab

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng iv


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

Sambutan Puket I STIKES Buleleng

Mewujudkan sikap yang ada pada sila-sila Pancasila kepada diri,


keluarga, dan Negara, harus terus diperjuangkan didalamnya. Dengan adanya
mata kuliah ini akan menumbuhkan para generasi muda untuk meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara dan jauh dari tindakan yang tidak kita
inginkan seperti perkelahian antar teman, demo, tanpa tujuan dll. Itulah satu
wujud disusunnya materi Pancasila yang merupakan Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU) yang harus menyentuh sifat, sikap dan karakter warga Negara.
Pancasila selalu memberikan suport dalam bentuk materi. Pembelajaran
Pancasila dapat mewujudkan bentuk Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
implementasi MBKM (Merdeka Belajar Di Kampus Merdeka)
KEPMENDIKBUD Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi, khususnya pada pasal 18 dan 15, bertujuan untuk menjawab tantangan
atas kapasitas perguruan tinggi yang belum dapat beradaptasi secara cepat untuk
mempersiapkan lulusan yang relevan sekaligus bermutu dengan hadirnya Industri
4.0 yang nantinya mampu menterjemahkan secara utuh sasaran Kurikulum di
Prodi S1 Kebidanan Stikes Buleleng Singaraja nantinya dengan sendirinya apa
yang diwujudkan oleh Tim Penyusun buku ajar ini akan dapat menterjemahkan
kehidupan demokrasi yang utuh dan berkualitas pada para calon tenaga
Kebidanan Semoga apa yang dihasilkan dalam materi ajar ini dapat menelorkan
sumber daya manusia yang berkualitas dibidang kesehatan.
Sudah pastti saya menghaturkan terima kasih yang sedalam dalamnya
kepada ketua dan anggota tim penyusun buku ajar Pancasila. Semoga Tuhan
senantiasa meningkatkan wawasan dan karunianya baik untuk diri, tim, dan
lembaga STIKES Buleleng.

Bungkulan, 10 November 2022


PUKET I

(Ns. Gede Budi Widiarta, S.Kep., M.Kep)

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng v


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

Sambutan Ketua STIKES Buleleng

Saya berharap dengan disusunnya buku mata kuliah Pancasila bagi tenaga
kesehatan baik bidang Kebidanan ataupun Keperawatan di Stikes Buleleng
mampu menjawab apa yang diamanatkan oleh sila-sila Pancasila. Sehingga para
mahasiswa di Stikes Buleleng tidak terseret oleh arus negatif generang informasi
dan teknologi termasuk tantangan menghadami MEA.
Motivasi terus jati diri kita dalam menghasilkan karya-karya ilmiah di
Stikes Buleleng salah satunya mampu menciptakan sebuah bukuajar yang
membawa kualitas output dan outcome Stikes Buleleng. Saya selaku pribadi dan
ketua lembaga mengucapkan terimakasih dan sukses atas suksesnya mewujudkan
sebuah buku pembelajaran Pancasila yang merupakan bagian dari MKDU (Mata
Kuliah Dasar Umum), semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan
cemeti positif, sehingga kedepannya mampu menghasilkan karya-karya ilmiah
yang lebih berkualitas.

Bungkulan, 10 November 2022


Ketua STIKES Buleleng

(Dr.Ns I Made Sundayana,S.Kep.,M.Si)

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng vi


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun buku
ajaran ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Terima kasih disampaikan kepada Yth Bapak Dr.Ns. I Made Sundayana,
S.kep.,M.Si selaku Ketua Stikes Buleleng dan Ns. Gede Budi Widiarta, S.Kep.,
M.Kep dkk selaku puket I. Buku ini dibuat dengan beberapa bantuan dari
berbagai pihak Mahasiswa dan beberapa sumber guna ikut ambil membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan Buku Ajar
Pancasila ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak dan sumber lain yang telah membantu dalam
penyusunan Buku Materi Ajar ini.
Pendidikan Pancasila merupakan bagian dari Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU) yang mampu membentuk karakter mahasiswa yang menjurus pada sila-
sila Pancasila.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
buku ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang sifatnya membangun. Kritik yang konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini selanjutnya.

Om Shanti, Shanti, Shanti

Bungkulan, 10 November 2022

Tim Penyusun

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng vii


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN OLEH PENELAAH.....................................i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................ii
SAMBUTAN PUKET I..................................................................................iv
SAMBUTAN KETUA STIKES BULELENG..............................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................vii
PENDAHULUAN...........................................................................................xii

BAB I
KONSEP DAN URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA
A. Standar Kompetensi ..............................................................................1
B. Kompetensi Dasar..................................................................................1
C. Indikator Hasil Belajar...........................................................................1
D. Uraian Materi.........................................................................................1
1.1 Konsep dan Urgensi Pendidikan pancasila...........................................1
1.2 Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila ......................................6
1.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan pancasila..10
1.4 Membangun Argument Tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
pencasila................................................................................................12
E. Rangkuman ............................................................................................16
F. Soal-soal Latihan ...................................................................................19
Daftar Pustaka

BAB II
PANCASILA SEBAGAI KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA
A. Standar Kompetensi ..............................................................................24
B. Kompetensi Dasar..................................................................................24
C. Indikator Hasil Belajar...........................................................................24
D. Uraian Materi.........................................................................................24
2.1 Pancasila Era Pra Kemerdekaan...........................................................25
2.2 Pancasila Era Kemerdekaan..................................................................27

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng viii


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

2.3 Pancasila Era Orde Lama......................................................................27


2.4 Pancasila Era Orde Baru.......................................................................28
2.5 Pancasila Di Era Reformasi..................................................................29
E. Rangkuman ............................................................................................30
F. Soal-soal Latihan ...................................................................................31
Daftar Pustaka

BAB III
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
A. Standar Kompetensi ..............................................................................36
B. Kompetensi Dasar..................................................................................36
C. Indikator Hasil Belajar...........................................................................36
D. Uraian Materi.........................................................................................36
3.1 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NKRI
Tahun 1945...........................................................................................36
3.2 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD Tahun 1945............39
3.3 Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara
DalamBidang Politik, Ekonomi, Social Budaya Dan HAM.................41
E. Rangkuman.............................................................................................42
F. Soal-Soal Latihan..................................................................................43
Daftar Pustaka

BAB IV
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
A. Standar Kompetensi ..............................................................................49
B. Indikator Hasil Belajar...........................................................................49
C. Uraian Materi.........................................................................................49
4.1 Pengertian ideologi...............................................................................49
4.2 Pancasila dan Ideologi Dunia...............................................................50
4.3 Pancasila dan Agama............................................................................54
D. Rangkuman............................................................................................61
E. Soal-Soal Latihan...................................................................................63
F. Daftar Pustaka

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng ix


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

BAB V
PANCASILA SEBAGAI DASAR DALAM MASYARAKAT UNTUK
SADAR PAJAK
A. Standar Kompetensi..............................................................................68
B. Kompetensi Dasar.................................................................................68
C. Indikator Hasil Belajar..........................................................................68
D. Uraian Materi........................................................................................68
5.1 Pengertian Pajak..................................................................................68
5.2 Pancasila Sebagai Dasar Dalam Masyarakat Untuk Sadar Pajak........70
E. Rangkuman............................................................................................73
F. Soal-Soal Latihan..................................................................................74
Daftar Pustaka

BAB VI
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
A. Standar Kompetensi ..............................................................................83
B. Indikator Hasil Belajar...........................................................................83
C. Uraian Materi.........................................................................................83
6.1 Pengertian Filsafat................................................................................83
6.2 Filsafat Pancasila..................................................................................85
6.3 Hakikat sila-sila pancasila....................................................................91
D. Rangkuman............................................................................................94
E. Soal-Soal Latihan...................................................................................96
F. Daftar Pustaka

BAB VII
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIK
A. Standar Kompetensi ..............................................................................102
B. Indikator Hasil Belajar...........................................................................102
C. Uraian Materi.........................................................................................102
7.1 Pengertian Etika....................................................................................102
7.2 Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng x


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

Berbangsa Dan Bernegara.....................................................................106


7.3 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sistem Etika..........................................107
7.4 Etika Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa..................................109
D. Rangkuman............................................................................................110
E. Soal-Soal Latihan...................................................................................111
F. Daftar Pustaka

BAB VIII
PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN
ILMU
A. Standar Kompetensi ..............................................................................117
B. Indikator Hasil Belajar...........................................................................117
C. Uraian Materi.........................................................................................117
8.1 Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu......................................117
8.2 Strategi Pengembangan Ilmu IPTEK dengan
Pancasila sebagai Nilai Dasar...............................................................119
D. Rangkuman............................................................................................120
E. Soal-Soal Latihan...................................................................................120
F. Daftar Pustaka

BAB IX
PANCASILA SEBAGAI EMPAT PILAR KEBANGSAAN INDONESIA
A. Standar Kompetensi..............................................................................126
B. Kompetensi Dasar.................................................................................126
C. Indikator Hasil Belajar..........................................................................126
D. Uraian materi........................................................................................126
9.1 Empat Pilar Kebangsaan......................................................................126
9.2 Pancasila Sebagai Empat Pilar Kebangsaan........................................130
9.3 Masalah Kebidanan Yang Terkait Dengan Empat Pilar Kebangsaan..132
9.4 Metode Pemecahan Masalah Kebidanan Terkait Dengan Empat Pilar
Kebangsaan Berdasarkan Logika Berpikir, Berpikir Kreatif, Akuntabilitas,
Dan Responstibilitas, Berpikir Kritis, Tanggung Jawab Dan Tanggung
Gugat Bidan..........................................................................................133

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng xi


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

E. Rangkuman..............................................................................................139
F. Soal-Soal Latihan.....................................................................................142
Daftar Pustaka

BAB X
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI SEBAGAI PENGEMBANGAN NILAI
PANCASILA
A. Standar Kompetensi..............................................................................148
B. Kompetensi Dasar.................................................................................148
C. Indikator Hasil Belajar..........................................................................148
D. Uraian Materi........................................................................................148
10.1 Pengertian Korupsi............................................................................148
10.2 Nilai-Nilai Anti Korupsi....................................................................150
10.3 Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.............................................................160
10.4 Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Kehidupan Sehari-Hari
...............................................................................................................164
10.5 Gerakan Anti Korupsi…………………………................................165
10.6 Posisi Strategis Mahasiswa…………………....................................168
10.7 Peran Mahasiswa……………………………...................................170
10.8 Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pelayanan
Kesehatan……………………………………………..........................179
E. Rangkuman…………………….………………...................................181
F. Soal-soal Latihan ……………………………......................................183
Daftar Pustaka

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng xii


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

PENDAHULUAN

Nilai-nilai Pancasila yang telah ada dan melekat serta teramalkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi pancasila yang
berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari Bangsa Indonesia sendiri,
sehingga Nangsa Indonesia sebagai kausa materialis pancasila. Nilai-nilai
tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri
Negara untuk dijadikan sebagai dasar Filsafat Negara Indonesia. Proses
perumusan materi pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam siding-sidang
BPUPKI pertama. Sidang panitia 9.Sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya
disahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia.Penerapan Pancasila ada pada Zaman Prakemerdekaan, Orde Lama,
Orde Baru dan Zaman Reformasi.
Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan cita cita hukum Bangsa
Indonesia tersebut merupakan norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara dan
yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus cita hukum ( recht-
idee ), baik tertulis di Indonesia. Cita hukum inilah yang mengarahkan hukum
pada cita cita bersama Bangsa Indonesia. Cita cita ini secara langsung merupakan
cerminan kepentingan diantara sesama warga Bangsa.
Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan, serta
kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang
dalam berbagai bidang kehidupan. Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia
Pengertian Pancasila Sebagai Filsafat adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan dengan satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang
terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi, pada hakikatnya Pancasila
merupakan satu bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan
fungsi serta tugas masing-masing.
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan suatu cabang
dari ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora). Sebagai cabang falsafah, etika
membahas sistem-sistem pemikiran yang mendasar tentang ajaran dan pandangan

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng xiii


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

moral. Dan sebagai cabang ilmu, etika membahas bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu. Dari asal usul kata, etika berasal dari
bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik.
Selanjutnya pancasila merupakan sumber etika diseluruh aspek kehidupan, baik
dalam aspek pemerintahan, politik, sosial, budaya, ekonomi, maupun pendidikan.
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut:
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan
perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini
menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan mengendalikan
ilmu pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk
kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.
3) Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme dalam sila-
sila yang lain, sehingga sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem.
Solidaritas dalam sub-sistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi.
4) Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan
penyebaran ilmu pengetahuan harus demokratis dapat dimusyawarahkan secara
perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian sampai penerapan massal.
5) Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan ketiga
keadilan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan
komutatif. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara kepentingan
individu dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh
kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan
timbulnya kreativitas dan inovasi.

Bungkulan, 10 November 2022

Tim Penyusun

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng xiv


PENDIDIKAN PANCASILA S1 KEBIDANAN

Buku Ajar Pendidikan Pancasila S1 Kebidanan Stikes Buleleng xv


BAB I

KONSEP DAN URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA

A. Standar Kompetensi
Mahasiswa memiliki wawasan tentang Konsep Dan Urgensi Pendidikan
Pancasila.
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan Konsep dan Urgensi
Pendidikan Pancasila.
C. Indikator Hasil Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Dan Urgensi Pendidikan
Pancasila.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan alasan diperlukannya Pendidikan
Pancasila.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan sumber Histori, Sosiologis, Politik
Pendidikan Pancasila.
4. Mahasiswa mampu membuat argument tentang dinamika dan tantangan
Pendidikan pencasila.
D. Uraian Materi

1.1 Konsep Dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan
bermasyarakat sejak sebelum Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam
satu sistem nilai. Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini
mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya, sebagai
contoh:

1. Percaya kepada Tuhan dan toleran,


2. Gotong royong,
3. Musyawarah,
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.

Manifestasi prinsip gotong royong dan solidaritas secara konkret dapat


dibuktikan dalam bentuk pembayaran pajak yang dilakukan warga negara atau
wajib pajak. Alasannya jelas bahwa gotong royong didasarkan atas semangat
kebersamaan yang terwujud dalam semboyan filosofi hidup bangsa Indonesia
“berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Konsekuensinya, pihak yang mampu
harus mendukung pihak yang kurang mampu, dengan menempatkan posisi
pemerintah sebagai mediator untuk menjembatani kesenjangan. Pajak menjadi
solusi untuk kesenjangan tersebut. Dalam konteks kekinian, khususnya dalam
bidang tata kelola pemerintahan. Nilai-nilai Pancasila berdasarkan teori kausalitas
yang diperkenalkan Notonagoro (kausa materialis, kausa formalis, kausa efisien,
kausa finalis), merupakan penyebab lahirnya negara kebangsaan Republik
Indonesia, maka penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dapat berakibat
terancamnya kelangsungan negara.

Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah


tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap berbagai permasalahan di negeri
tercinta ini yang menunjukkan pentingnya mata kuliah Pendidikan Pancasila.

1. Masalah Kesadaran Perpajakan

Kesadaran perpajakan menjadi permasalahan utama bangsa,


karena uang dari pajak menjadi tulang punggung pembiayaan
pembangunan. APBN 2016, sebesar 74,6 % penerimaan negara berasal
dari pajak. Masalah yang muncul adalah masih banyak Wajib Pajak
Perorangan maupun badan (lembaga/instansi/perusahaan/dan lain-lain)
yang masih belum sadar dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Laporan
yang disampaikan masih belum sesuai dengan harta dan penghasilan yang
sebenarnya dimiliki, bahkan banyak kekayaannya yang disembunyikan.
Masih banyak warga negara yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak,
tidak membayar pajak tetapi ikut menikmati fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah.

2. Masalah Korupsi

Masalah korupsi sampai sekarang masih banyak terjadi, baik di


pusat maupun di daerah. Transparency Internasional (TI) merilis situasi
korupsi di 188 negara untuk tahun 2015. Berdasarkan data dari TI
tersebut, Indonesia masih menduduki peringkat 88 dalam urutan negara
paling korup di dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ditemukan
adanya perilaku pejabat publik yang kurang sesuai dengan standar
nilai/moral Pancasila. Agar perilaku koruptif tersebut ke depan dapat
makin direduksi, maka mata kuliah pendidikan Pancasila perlu
diintensifkan di perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa
merupakan kelompok elit intelektual generasi muda calon-calon pejabat
publik di kemudian hari. Sebenarnya, perilaku koruptif ini hanya
dilakukan oleh segelintir pejabat publik saja. Tetapi seperti kata
peribahasa, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Hal inilah tantangan
yang harus direspon bersama agar prinsip good governance dapat
terwujud dengan lebih baik di negara Indonesia.

3. Masalah Lingkungan

Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia. Namun dewasa ini,


citra tersebut perlahan mulai luntur seiring dengan banyaknya kasus
pembakaran hutan, perambahan hutan menjadi lahan pertanian, dan yang
paling santer dibicarakan, yaitu beralihnya hutan Indonesia menjadi
perkebunan. Selain masalah hutan, masalah keseharian yang dihadapi
masyarakat Indonesia saat ini adalah sampah, pembangunan yang tidak
memperhatikan ANDAL dan AMDAL, polusi yang diakibatkan pabrik
dan kendaraan yang semakin banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan masih perlu
ditingkatkan. Peningkatan kesadaran lingkungan tersebut juga merupakan
perhatian Pendidikan Pancasila.

4. Masalah Disintegrasi Bangsa

Demokratisasi mengalir dengan deras menyusul terjadinya


reformasi di Indonesia. Disamping menghasilkan perbaikan-perbaikan
dalam tatanan Negara Republik Indonesia, reformasi juga menghasilkan
dampak negatif, antara lain terkikisnya rasa kesatuan dan persatuan
bangsa. Sebagai contoh acapkali mengemuka dalam wacana publik bahwa
ada segelintir elit politik di daerah yang memiliki pemahaman yang
sempit tentang otonomi daerah. Mereka terkadang memahami otonomi
daerah sebagai bentuk keleluasaan pemerintah daerah untuk membentuk
kerajaan-kerajaan kecil. Implikasinya mereka menghendaki daerahnya
diistimewakan dengan berbagai alasan. Bukan itu saja, fenomena
primordialisme pun terkadang muncul dalam kehidupan masyarakat.
Beberapa kali Anda menyaksikan di berbagai media massa yang
memberitakan elemen masyarakat tertentu memaksakan kehendaknya
dengan cara kekerasan kepada elemen masyarakat lainnya. Berdasarkan
laporan hasil survei Badan Pusat Statistik di 181 Kabupaten/Kota, 34
Provinsi dengan melibatkan 12.056 responden sebanyak 89,4 %
menyatakan penyebab permasalahan dan konflik sosial yang terjadi
tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai
Pancasila (Dailami, 2014:3).

5. Masalah Dekadensi Moral

Dewasa ini, fenomena materialisme, pragmatisme, dan hedonisme


makin menggejala dalam kehidupan bermasyarakat. Paham-paham
tersebut mengikis moralitas dan akhlak masyarakat, khususnya generasi
muda. Fenomena dekadensi moral tersebut terekspresikan dan
tersosialisasikan lewat tayangan berbagai media massa. Perhatikan
tontonan-tontonan yang disuguhkan dalam media siaran dewasa ini.
Begitu banyak tontonan yang bukan hanya mengajarkan kekerasan,
melainkan juga perilaku tidak bermoral seperti pengkhianatan dan
perilaku pergaulan bebas. Bahkan, perilaku kekerasan juga acapkali
disuguhkan dalam sinetron-sinetron yang notabene menjadi tontonan
keluarga. Sungguh ironis, tayangan yang memperlihatkan perilaku kurang
terpuji justru menjadi tontonan yang paling disenangi. Hasilnya sudah
dapat ditebak, perilaku menyimpang di kalangan remaja semakin
meningkat.

6. Masalah Narkoba

Dilihat dari segi letak geografis, Indonesia merupakan negara yang


strategis. Namun, letak strategis tersebut tidak hanya memiliki dampak
positif, tetapi juga memiliki dampak negatif. Sebagai contoh, dampak
negatif dari letak geografis, dilihat dari kacamata bandar narkoba,
Indonesia strategis dalam hal pemasaran obat-obatan terlarang. Tidak
sedikit bandar narkoba warga negara asing yang tertangkap membawa zat
terlarang ke negeri ini. Namun sayangnya, sanksi yang diberikan terkesan
kurang tegas sehingga tidak menimbulkan efek jera. Akibatnya, banyak
generasi muda yang masa depannya suram karena kecanduan narkoba.
Berdasarkan data yang dirilis Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
tahun 2013, POLRI mengklaim telah menangani 32.470 kasus narkoba,
baik narkoba yang berjenis narkotika, narkoba berjenis psikotropika
maupun narkoba jenis bahan berbahaya lainnya. Angka ini meningkat
sebanyak 5.909 kasus dari tahun sebelumnya. Pasalnya, pada tahun 2012
lalu, kasus narkoba yang ditangani oleh POLRI hanya sebanyak 26.561
kasus narkoba
(http://nasional.sindonews.com/read/2013/12/27/13/821215/sepanjang-
2013-kasus-narkoba-meningkat).

7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalah mereformasi


sistem hukum dan sekaligus meningkatkan kualitas penegakan hukum.
Memang banyak faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas penegakan
hukum, tetapi faktor dominan dalam penegakan hukum adalah faktor
manusianya. Konkretnya penegakan hukum ditentukan oleh kesadaran
hukum masyarakat dan profesionalitas aparatur penegak hukum. Inilah
salah satu urgensi mata kuliah pendidikan Pancasila, yaitu meningkatkan
kesadaran hukum para mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa.

8. Masalah Terorisme

Salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah
terorisme. Asal mula dari kelompok terorisme itu sendiri tidak begitu jelas
di Indonesia. Namun, faktanya terdapat beberapa kelompok teroris yang
sudah ditangkap dan dipenjarakan berdasarkan hukum yang berlaku. Para
teroris tersebut melakukan kekerasan kepada orang lain dengan melawan
hukum dan mengatasnamakan agama. Mengapa mereka mudah
terpengaruh paham ekstrim tersebut? Sejumlah tokoh berasumsi bahwa
lahirnya terorisme disebabkan oleh himpitan ekonomi, rendahnya tingkat
pendidikan, pemahaman keagamaan yang kurang komprehensif terkadang
membuat mereka mudah dipengaruhi oleh keyakinan ekstrim tersebut.
Agama yang sejatinya menuntun manusia berperilaku santun dan penuh
kasih sayang, di tangan teroris, agama mengejawantah menjadi keyakinan
yang bengis tanpa belas kasihan terhadap sesama.

1.2 Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila

Dalam pikiran Anda pasti pernah terlintas, mengapa harus ada Pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi? Hal tersebut terjadi mengingat jurusan/ program
studi di perguruan tinggi sangat spesifik sehingga ada pihak-pihak yang
menganggap pendidikan Pancasila dianggap kurang penting karena tidak terkait
langsung dengan program studi yang diambilnya. Namun, Apabila Anda berpikir
jenih dan jujur terhadap diri sendiri, pendidikan Pancasila sangat diperlukan
untuk membentuk karakter manusia yang profesional dan bermoral. Hal tersebut
dikarenakan perubahan dan infiltrasi budaya asing yang bertubi-tubi mendatangi
masyarakat Indonesia bukan hanya terjadi dalam masalah pengetahuan dan
teknologi, melainkan juga berbagai aliran (mainstream) dalam berbagai
kehidupan bangsa. Oleh karena itu, Pendidikan Pancasila diselenggarakan agar
masyarakat tidak tercerabut dari akar budaya yang menjadi identitas suatu bangsa
dan sekaligus menjadi pembeda antara satu bangsa dan bangsa lainnya. Selain itu,
dekadensi moral yang terus melanda bangsa Indonesia yang ditandai dengan
mulai mengendurnya ketaatan masyarakat terhadap norma-norma sosial yang
hidup dimasyarakat, menunjukkan pentingnya penanaman nilai-nilai ideologi
melalui pendidikan Pancasila. Dalam kehidupan politik, para elit politik
(eksekutif dan legislatif) mulai meninggalkan dan mengabaikan budaya politik
yang santun, kurang menghormati fatsoen politik dan kering dari jiwa
kenegarawanan. Bahkan, banyak politikus yang terjerat masalah korupsi yang
sangat merugikan keuangan negara. Selain itu, penyalahgunaan narkoba yang
melibatkan generasi dari berbagai lapisan menggerus nilai-nilai moral anak
bangsa. Korupsi sangat merugikan keuangan negara yang dananya berasal dari
pajak masyarakat. Oleh karena terjadi penyalahgunaan atau penyelewengan
keuangan negara tersebut, maka target pembangunan yang semestinya dapat
dicapai dengan dana tersebut menjadi terbengkalai. Hal tersebut menunjukkan
betapa pentingnya Pancasila diselenggarakan di perguruan tinggi untuk
menanamkan nilai-nilai moral Pancasila kepada generasi penerus cita-cita
bangsa. Dengan demikian, pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh
modalitas akademik mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman
masyarakat, antara lain:

1. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri,


2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang,
3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional,
4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,
5. Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa,
6. Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum,
7. Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.

Penanaman dan penguatan kesadaran nasional tentang hal-hal tersebut


sangat penting karena apabila kesadaran tersebut tidak segera kembali
disosialisasikan, diinternalisasikan, dan diperkuat implementasinya, maka
masalah yang lebih besar akan segera melanda bangsa ini, yaitu musnahnya suatu
bangsa (meminjam istilah dari Kenichi Ohmae, 1995 yaitu, the end of the nation-
state). Punahnya suatu negara dapat terjadi karena empat “I”, yaitu industri,
investasi, individu, dan informasi (Ohmae, 2002: xv). Agar lebih jelas, Anda
dapat menggali informasi tentang ke-empat konsep tersebut untuk memperkaya
wawasan Anda tentang penyebab punahnya suatu bangsa. Kepunahan suatu
bangsa tidak hanya ditimbulkan oleh faktor eksternal, tetapi 24 juga ditentukan
oleh faktor internal yang ada dalam diri bangsa itu sendiri. Salah satu contoh
terkenal dalam sejarah, ialah musnahnya bangsa Aztec di Meksiko yang
sebelumnya dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban yang maju, tetapi
punah dalam waktu singkat setelah kedatangan petualang dari Portugis.

Berdasarkan SK Dirjen Dikti No 38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3, Ayat (2)


bahwa kompetensi yang harus dicapai mata kuliah pendidikan Pancasila yang
merupakan bagian dari mata kuliah pengembangan kepribadian adalah menguasai
kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, serta berpandangan luas
sebagai manusia intelektual dengan cara mengantarkan mahasiswa:

1. agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab


sesuai hati nuraninya;
2. agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya;
3. agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan seni;
4. agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa
untuk menggalang persatuan Indonesia.

Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional, mempunyai tujuan


mempersiapkan mahasiswa sebagai calon sarjana yang berkualitas, berdedikasi
tinggi, dan bermartabat agar:

1. Menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa;
2. Sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur;
3. Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab
sesuai hari nurani;
4. Mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni; serta
5. Mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan berkesejahteraan
bagi bangsanya.

Secara spesifik, tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi


adalah untuk:

1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa


melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar
Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia,
dan membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi
terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila
dan UUD Negara RI Tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air, dan kesatuan
bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang demokratis,
berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk mampu
berinteraksi dengan dinamika internal daneksternal masyarakat bangsa
Indonesia (Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2013: viii).

Sebelumnya, penyelenggaraan pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah di


perguruan tinggi ditegaskan dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Nomor 914/E/T/2011, tertanggal 30 Juni 2011, ditentukan bahwa
perguruan tinggi harus menyelenggarakan pendidikan Pancasila minimal 2 (dua)
SKS atau dilaksanakan bersama mata kuliah Pendidikan kewarganegaraan
dengan nama pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) dengan bobot
minimal 3 (tiga) SKS. Selanjutnya, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 tahun 2012, tentang pendidikan tinggi, memuat penegasan tentang pentingnya
dan ketentuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila sebagaimana termaktub
dalam pasal-pasal berikut:

1. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila,


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
NegaraKesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
2. Pasal 35 ayat (3) menegaskan ketentuan bahwa kurikulum Pendidikan
Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memuat mata kuliah:
agama, Pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Dengan
demikian, berdasarkan ketentuan dalam pasal 35 ayat (3) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, ditegaskan bahwa
penyelenggaraan pendidikan Pancasila di perguruan tinggi itu wajib
diselenggarakan dan sebaiknya diselenggarakan sebagai mata kuliah yang
berdiri sendiri dan harus dimuat dalam kurikulum masing-masing
perguruan tinggi. Dengan demikian, keberadaan mata kuliah pendidikan
Pancasila merupakan kehendak negara, bukan kehendak perseorangan
atau golongan, demi terwujudnya tujuan negara.

1.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila

1. Sumber Historis

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali


meninggalkan sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah
mempunyai fungsi penting dalam membangun kehidupan bangsa dengan
lebih bijaksana di masa depan. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan
seorang filsuf Yunani yang bernama Cicero (106-43SM) yang
mengungkapkan, “Historia Vitae Magistra”, yang bermakna, “Sejarah
memberikan kearifan”. Pengertian lain dari istilah tersebut yang sudah
menjadi pendapat umum (common-sense) adalah “Sejarah merupakan guru
kehidupan”. Implikasinya, pengayaan materi perkuliahan Pancasila
melalui pendekatan historis adalah amat penting dan tidak boleh dianggap
remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa di kemudian hari. Melalui
pendekatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengambil pelajaran atau
hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional maupun
sejarah bangsa-bangsa lain. Dengan pendekatan historis, Anda diharapkan
akan memperoleh inspirasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan
bangsa sesuai dengan program studi masing-masing. Selain itu, Anda juga
dapat berperan serta secara aktif dan arif dalam berbagai kehidupan
berbangsa dan bernegara, serta dapat berusaha menghindari perilaku yang
bernuansa mengulangi kembali kesalahan sejarah.

2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia.


Di dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola
kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat,
disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan
pembaharuan dalam masyarakat. Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa
dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat pada suatu waktu dan tempat
memiliki nilai-nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini pula,
Anda diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut
disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu
kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa
Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan
melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya
hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa
Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri
negara (Kaelan, 2000: 13).

Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari


bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari
kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia. Bentuk lain mensyukuri
kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi konkret bagi
pembangunan negara melalui kewajiban membayar pajak, karena dengan
dana pajak itulah pembangunan dapat dilangsungkan secara optimal.
Sejalan dengan hal itu, Anda juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam
meningkatkan fungsi-fungsi lembaga pengendalian sosial (agent of social
control) yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan


salah satu cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu
pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar
negara merupakan landasan dan sumber dalam membentuk dan
menyelenggarakan negara hukum tersebut. Hal tersebut berarti pendekatan
yuridis (hukum) merupakan salah satu pendekatan utama dalam
pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah pendidikan Pancasila.
Urgensi pendekatan yuridis ini adalah dalam rangka menegakkan Undang-
Undang (law enforcement) yang merupakan salah satu kewajiban negara
yang penting. Penegakan hukum ini hanya akan efektif, apabila didukung
oleh kesadaran hukum warga negara terutama dari kalangan
intelektualnya. Dengan demikian, pada gilirannya melalui pendekatan
yuridis tersebut mahasiswa dapat berperan serta dalam mewujudkan
negara hukum formal dan sekaligus negara hukum material sehingga dapat
diwujudkan keteraturan sosial (social order) dan sekaligus terbangun suatu
kondisi bagi terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat sebagaimana
yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.

4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah


berasal dari fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya agar
Anda mampu mendiagnosa dan mampu memformulasikan saran-saran
tentang upaya atau usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu
merupakan ideologi politik, yaitu mengandung nilai-nilai yang menjadi
kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal.
Melalui pendekatan politik ini, Anda diharapkan mampu menafsirkan
fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat moral
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan
politik yang sehat. Pada gilirannya, Anda akan mampu memberikan
kontribusi konstruktif dalam menciptakan struktur politik yang stabil dan
dinamis.

1.4 Membangun Argument Tentang Dinamika Dan Tantangan Pendidikan


Pancasila

1. Dinamika Pendidikan Pancasila

Sebagaimana diketahui, pendidikan Pancasila mengalami pasang surut


dalam pengimplementasiannya. Apabila ditelusuri secara historis, upaya
pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut telah secara
konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang.
Namun, bentuk dan intensitasnya berbeda dari zaman ke zaman. Pada masa
awal kemerdekaan, pembudayaan nilai-nilai tersebut dilakukan dalam bentuk
pidato-pidato para tokoh bangsa dalam rapat-rapat akbar yang disiarkan
melalui radio dan surat kabar. Kemudian, pada 1 Juli 1947, diterbitkan sebuah
buku yang berisi Pidato Bung Karno tentang Lahirnya Pancasila. Buku
tersebut disertai kata pengantar dari Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
yang sebagaimana diketahui sebelumnya, beliau menjadi Kaitjoo (Ketua)
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan).

Perubahan yang signifikan dalam metode pembudayaan/Pendidikan


Pancasila adalah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada 1960, diterbitkan
buku oleh Departemen P dan K, dengan judul Manusia dan Masyarakat Baru
Indonesia (Civics). Buku tersebut diterbitkan dengan maksud membentuk
manusia Indonesia baru yang patriotik melalui pendidikan. Selain itu, terbit
pula buku yang berjudul Penetapan Tudjuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi,
pada tahun 1961, dengan penerbit CV Dua-R, yang dibubuhi kata pengantar
dari Presiden Republik Indonesia. Buku tersebut nampaknya lebih ditujukan
untuk masyarakat umum dan aparatur negara.

Tidak lama sejak lahirnya Ketetapan MPR RI, Nomor II/MPR/1978,


tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) atau
Ekaprasetia Pancakarsa, P-4 tersebut kemudian menjadi salah satu sumber
pokok materi Pendidikan Pancasila. Selanjutnya diperkuat dengan Tap MPR
RI Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN yang mencantumkan bahwa
“Pendidikan Pancasila” termasuk Pendidikan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila.

Dalam rangka menyempurnakan perkuliahan pendidikan Pancasila


yang digolongkan dalam mata kuliah dasar umum di perguruan tinggi, Dirjen
Dikti, menerbitkan SK, Nomor 25/DIKTI/KEP/1985, tentang Penyempurnaan
Kurikulum Inti Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Sebelumnya, Dirjen
Dikti telah mengeluarkan SK tertanggal 5 Desember 1983, Nomor
86/DIKTI/Kep/1983, tentang Pelaksanaan Penataran Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila Pola Seratus Jam di Perguruan Tinggi. Kemudian,
dilengkapi dengan SK Kepala BP-7 Pusat tanggal 2 Januari 1984, Nomor
KEP/01/BP-7/I/1984, tentang Penataran P-4 Pola Pendukung 100 Jam bagi
Mahasiswa Baru Universitas/Institut/Akademi Negeri dan Swasta, menyusul
kemudian diterbitkan SK tanggal 13 April 1984, No. KEP-24/BP-7/IV/1984,
tentang Pedoman Penyusunan Materi Khusus sesuai Bidang Ilmu yang
Diasuh Fakultas/Akademi dalam Rangka Penyelenggaraan Penataran P-4
Pola Pendukung 100 Jam bagi Mahasiswa Baru Universitas/Institut/Akademi
Negeri dan Swasta.

Dampak dari beberapa kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan


Penataran P-4 tersebut, terdapat beberapa perguruan tinggi terutama
perguruan tinggi swasta yang tidak mampu menyelenggarakan penataran P-4
Pola 100 jam sehingga tetap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan
Pancasila dengan atau tanpa penataran P-4 pola 45 jam. Di lain pihak,
terdapat pula beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta yang
menyelenggarakan penataran P-4 pola 100 jam bersamaan dengan itu juga
melaksanakan mata kuliah pendidikan Pancasila.

Dalam era kepemimpinan Presiden Soeharto, terbit Instruksi Direktur


Jenderal Perguruan Tinggi, nomor 1 Tahun 1967, tentang Pedoman
Penyusunan Daftar Perkuliahan, yang menjadi landasan yuridis bagi
keberadaan mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi. Keberadaan mata
kuliah Pancasila semakin kokoh dengan berlakunya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang pada pasal 39 ditentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi
harus memuat mata kuliah pendidikan Pancasila. Kemudian, terbit peraturan
pelaksanaan dari ketentuan yuridis tersebut, yaitu khususnya pada pasal 13
ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999,
tentang Pendidikan Tinggi, jo. Pasal 1 SK Dirjen Dikti Nomor
467/DIKTI/Kep/1999, yang substansinya menentukan bahwa mata kuliah
pendidikan Pancasila adalah mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh
mahasiswa baik program diploma maupun program sarjana. Pada 2000,
Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang memperkokoh keberadaan dan
menyempurnakan penyelenggaraan mata kuliah pendidikan Pancasila, yaitu:

1) SK Dirjen Dikti, Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan


Kurikulum Pendidikan Tinggi,
2) SK Dirjen Dikti, Nomor 265/Dikti/2000, tentang Penyempurnaan
Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK), dan
3) SK Dirjen Dikti, Nomor 38/Dikti/Kep/2002, tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.

Seiring dengan terjadinya peristiwa reformasi pada 1998, lahirlah Ketetapan


MPR, Nomor XVIII/ MPR/1998, tentang Pencabutan Ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Ekaprasetia Pancakarsa), sejak itu Penataran P-4 tidak lagi dilaksanakan.
Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003,
kembali mengurangi langkah pembudayaan Pancasila melalui pendidikan.

Dalam Undang-Undang tersebut pendidikan Pancasila tidak disebut sebagai mata


kuliah wajib di perguruan tinggi sehingga beberapa universitas
menggabungkannya dalam materi pendidikan kewarganegaraan. Hasil survei
Direktorat Pendidikan Tinggi 2004 yang dilaksanakan di 81 perguruan tinggi
negeri menunjukkan kondisi yang memprihatinkan, yaitu Pancasila tidak lagi
tercantum dalam kurikulum mayoritas perguruan tinggi. Kenyataan tersebut
sangat mengkhawatirkan karena perguruan tinggi merupakan wahana pembinaan
calon-calon pemimpin bangsa dikemudian hari. Namun, masih terdapat beberapa
perguruan tinggi negeri yang tetap mempertahankan mata kuliah pendidikan
Pancasila, salah satunya adalah Universitas Gajah Mada (UGM).

Dalam rangka mengintensifkan kembali pembudayaan nilai-nilai


Pancasila kepada generasi penerus bangsa melalui pendidikan tinggi, pecinta
negara proklamasi, baik elemen masyarakat, pendidikan tinggi, maupun instansi
pemerintah, melakukan berbagai langkah, antara lain menggalakkan seminar-
seminar yang membahas tentang pentingnya membudayakan Pancasila melalui
pendidikan, khususnya dalam hal ini melalui Pendidikan tinggi. Di beberapa
kementerian, khususnya di Kementerian Pendidikan Nasional diadakan seminar-
seminar dan salah satu output-nya adalah terbitnya Surat Edaran Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Nomor 914/E/T/2011, pada tanggal 30 Juni 2011,
perihal penyelenggaraan pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah di perguruan
tinggi. Dalam surat edaran tersebut, Dirjen Dikti merekomendasikan agar
pendidikan Pancasila dilaksanakan di perguruan tinggi minimal 2 (dua) SKS
secara terpisah, atau dilaksanakan bersama dalam mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan dengan nama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) dengan bobot minimal 3 (tiga) SKS.

Penguatan keberadaan mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi


ditegaskan dalam Pasal 35 jo. Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi, yang menetapkan ketentuan
bahwa mata kuliah pendidikan Pancasila wajib dimuat dalam kurikulum
perguruan tinggi, yaitu sebagai berikut:

1. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila,


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
2. Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib
memuat mata kuliah: agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa
Indonesia.

Dengan demikian, pembuat undang-undang menghendaki agar mata kuliah


pendidikan Pancasila berdiri sendiri sebagai mata kuliah wajib di perguruan
tinggi.

2. Tantangan Pendidikan Pancasila

Tantangannya ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah


pendidikan Pancasila dapat diselenggarakan di berbagai program studi dengan
menarik dan efektif. Tantangan ini dapat berasal dari internal perguruan tinggi,
misalnya faktor ketersediaan sumber daya, dan spesialisasi program studi yang
makin tajam (yang menyebabkan kekurangtertarikan sebagian mahasiswa
terhadap pendidikan Pancasila). Adapun tantangan yang bersifat eksternal, antara
lain adalah krisis keteladanan dari para elite politik dan maraknya gaya hidup
hedonistik di dalam masyarakat.

E. Rangkuman
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan
bermasyarakat sejak sebelum Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan
dalam satu sistem nilai. Nilai-nilai Pancasila berdasarkan teori kausalitas
yang diperkenalkan Notonagoro (kausa materialis, kausa formalis, kausa
efisien, kausa finalis), merupakan penyebab lahirnya negara kebangsaan
Republik Indonesia, maka penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dapat
berakibat terancamnya kelangsungan negara.
Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah
tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap berbagai permasalahan di
negeri tercinta ini yang menunjukkan pentingnya mata kuliah Pendidikan
Pancasila.
1. Masalah Kesadaran Pajak
2. Masalah Korupsi
3. Masalah Lingkungan
4. Masalah Disintegrasi Bangsa
5. Masalah Dekadensi Moral
6. Masalah Narkoba
7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan
8. Masalah Terorisme
Pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter
manusia yang profesional dan bermoral. Hal tersebut dikarenakan perubahan
dan infiltrasi budaya asing yang bertubi-tubi mendatangi masyarakat
Indonesia bukan hanya terjadi dalam masalah pengetahuan dan teknologi,
melainkan juga berbagai aliran (mainstream) dalam berbagai kehidupan
bangsa. Oleh karena itu, Pendidikan Pancasila diselenggarakan agar
masyarakat tidak tercerabut dari akar budaya yang menjadi identitas suatu
bangsa dan sekaligus menjadi pembeda antara satu bangsa dan bangsa
lainnya. Selain itu, dekadensi moral yang terus melanda bangsa Indonesia
yang ditandai dengan mulai mengendurnya ketaatan masyarakat terhadap
norma-norma sosial yang hidup dimasyarakat, menunjukkan pentingnya
penanaman nilai-nilai ideologi melalui pendidikan Pancasila. Dalam
kehidupan politik, para elit politik (eksekutif dan legislatif) mulai
meninggalkan dan mengabaikan budaya politik yang santun, kurang
menghormati fatsoen politik dan kering dari jiwa kenegarawanan. Dengan
demikian, pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh modalitas
akademik mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman
masyarakat, antara lain:
1. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri,
2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang,
3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas)
nasional,
4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,
5. Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa,
6. Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum,
7. Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.

1. Sumber Historis
Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa
sejarah mempunyai fungsi penting dalam membangun kehidupan bangsa
dengan lebih bijaksana di masa depan.
2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di
dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola
kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat,
disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan
pembaharuan dalam masyarakat.
3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan
salah satu cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu
pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar
negara merupakan landasan dan sumber dalam membentuk dan
menyelenggarakan negara hukum tersebut.
4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila
Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah
berasal dari fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya
agar Anda mampu mendiagnosa dan mampu memformulasikan saran-
saran tentang upaya atau usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
1. Dinamika Pendidikan Pancasila
Sebagaimana diketahui, pendidikan Pancasila mengalami pasang surut
dalam pengimplementasiannya. Apabila ditelusuri secara historis, upaya
pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut telah secara
konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang.
Namun, bentuk dan intensitasnya berbeda dari zaman ke zaman.
2. Tantangan Pendidikan Pancasila
Tantangannya ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah
pendidikan Pancasila dapat diselenggarakan di berbagai program studi
dengan menarik dan efektif. Tantangan ini dapat berasal dari internal
perguruan tinggi, misalnya faktor ketersediaan sumber daya, dan
spesialisasi program studi yang makin tajam (yang menyebabkan
kekurangtertarikan sebagian mahasiswa terhadap pendidikan Pancasila).
Adapun tantangan yang bersifat eksternal, antara lain adalah krisis
keteladanan dari para elite politik dan maraknya gaya hidup hedonistik di
dalam masyarakat.

F. Latihan Soal-Soal

Soal Objektif

1. Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah


tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Berikut ini yang tidak termasuk dalam
permasalahan yang mendera indonesia, yang memperlihatkan tergerusnya
nilai nilai pancasila adalah...
a. Korupsi
b. Disintegrasi Bangsa
c. Terorisme
d. Sosial ekonomi
e. Narkoba
2. Undang.undang memuat penegasan tentang pentingnya dan ketentuan
penyelenggaraan Pendidikan Pancasila adalah...
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2013
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2012
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2010
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2015
3. Bentuk lain mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memberikan
kontribusi konkret bagi pembangunan oleh masyarakat kepada negara
melalui…
a. Kewajiban membeli produk-produk dalam negeri
b. Kewajiban membayar pajak
c. Kewajiban membayar iuran komite
d. Kewajiban membangun fasilitas umum
e. Kewajiban belajar mata pelajaran pancasila
4. Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional,
mempunyai tujuan mempersiapkan mahasiswa sebagai calon sarjana yang
berkualitas, berdedikasi tinggi, dan bermartabat. Berikut ini contoh yang
menggambarkan calon sarjana yang berkualitas, berdedikasi tinggi dan
bermartabat adalah…
a. Menjadi seseorang yang taat membayar komite
b. Dapat menjadi bidan yang handal dan mendapatkan penghasilan
c. Sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur
d. Dapat menjadi calon politikus yang handal
e. Menjadi pribadi yang selalu mementingkan kepentingan pribadi
5. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal itu
mengandung konsekuensi ...
a. semua peraturan yang sebelum ada UUD 1945 batal berlakunya
b. Pancasila harus diamalkan dalam kehidupan bersama
c. Pancaasila mempunyai kedudukan yang sama dengan hukum
d. semua peraturan perundangan-undangan tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila
e. Pancasila mempunyai kedudukan yang sama dengan UUD
6. Pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya bangsaIndonesia sebagai ciri,
sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia sebagai pedoman dan pegangan
pembangunan bangsa dan negara agar berdiri dengan kokoh merupakan
fungsi Pancasila sebagai...
a. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
b. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
c. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
d. Perjanjian Luhur.
e. Pancasila sebagai sumber hukum
7. Adapun tatangan dalam penerapan pembelajaran pendidika pancasila di
sekolah sekolah maupun di perguruan tinggi yaitu...
a. Pengajar bingung dalam mencari materi
b. Menentukan bentuk dan format pembelajaran agar menarik dan tidam
membosankan
c. Menentukan nilai untuk siswa
d. Pendidikan pancasila adalah mata pelajaran yang sulit dimengerti
e. Mater pembelajaran sulit di jelaskan

Soal Essay

1. Jelaskan menurut anda mengapa pendidikan pancasila itu penting di


perguruan tinggi!
2. Jelaskan apa yang di maksud dengan pemerintahan berdasarkan hukum
(rule of law)!
3. Pendidikan Pancasila perlu diintensifkan di perguruan tinggi agar perilaku
koruptif tersebut ke depannya dapat makin direduksi. Lantas menurut
anda mengapa di luaran sana masih banyak oknum yang berkorupsi?
Kunci Jawaban

1. D
2. A
3. B
4. C
5. D
6. C
7. B

1. Pendidikan pancasila sangat lah penting di dalam perguruan tinggi,


pendidikan pancasila ini berguna untuk membentuk etika dan prilaku
mahasiswa serta berguna untuk mempersiapkan calon mahasiswa yang
berkualitas, berdedikasi tinggi dan bermartabat
2. Rule of law adalah prinsip hukum yang menyatakan bahwa negara harus
diperintah oleh hukum dan bukan sekadar keputusan pejabat-pejabat
secara individual. Prinsip tersebut biasanya merujuk kepada pengaruh dan
wewenang hukum dalam masyarakat, terutama sebagai pengatur perilaku,
termasuk perilaku para pejabat pemerintah.
3. Pendidikan pancasila memang sangatlah penting guna membentuk etika
dan prilaku mahasiswa agar nanti nya dapat terhindar dari dari prilaku
koruptif. Namun menurut saya ini masih kurang efisien guna dalam
pemberantasan korupsi, dan menurut saya hukum di indonesia khusus nya
dalam pemberantasan korupsi masih sangat kurang tegas. Ini membuat
pelaku korupsi tidak jera dan malah mengulanginya lagi. Harus nya
pemerintah dapat lebih tegas lagi dalam mengatur undang undang agar
pelaku korupsi dapat jera.
Daftar Pustaka

Abdulgani, Roeslan. 1979. Pengembangan Pancasila Di Indonesia. Jakarta:


Yayasan Idayu.
Bakry, Norr Ms. 2010. Pendidikan Pancasila. Pustak Belajar: Yogyakarta.
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. 2013. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. 2016. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
BAB II
PANCASILA SEBAGAI KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

A. Standar Kompetensi
Mahasiswa memiliki wawasan tentang Pancasila sebagai kajian sejarah
Bangsa Indonesia
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pancasila sebagai sejarah Bangsa
Indonesia
C. Indikator Hasil Belajar
1. Menjelaskan Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan
2. Menjelaskan Pancasila pada Era Kemerdekaan
3. Menjelaskan Pancasila pada Era Orde Lama
4. Menjelaskan Pancasila pada Era Orde Baru
5. Menjelaskan Pancasila pada Era Reformasi
D. Uraian Materi
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan pada
tanggal 18 agustus 1945 oleh PPKI.Nilai –nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
Negara, yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius.
Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi pancasila yang berupa
nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, sehingga
bangsa Indonesia sebagai kausa materialis pancasila. Nilai-nilai tersebut
kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk
dijadikan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. Proses perumusan materi
pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam siding-sidang BPUPKI
pertama. Sidang panitia 9.Sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara
yuridis sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami Pancasila secara
lengkap dan utuh terutama dalam kaitanya dengan jati diri bangsa Indonesia,
mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi
kesejahteraan hidup bersama, yaitu Negara yang berdasarkan pancasila. Selain itu
secara epistemology sekaligus sebagai pertanggungjawaban ilmiah, bahwa
pancasila selain sebagai dasar Negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup
bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian luruh Bangsa
Indonesia pada waktumendirikan Negara.
Hirarki peraturan Perundang-undangan menurut pasal 1 angka 2 undang-
undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan adalah norma tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga Negara atau pejabat
Negara yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala hukum
Negara yang terdapat pada pembukaan UUD 1945 alenia keempat yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.1 Pancasila Era Pra Kemerdekaan


Asal mula Pancasila secara budaya, menurut Sunoto (1984) melalui kajian
filsafat pancasila, menyatakan bahwa unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa
Indonesia sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara
Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal
tersebut Bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan
melaksanakan di dalam kehidupan merdeka. Sejarah bangsa Indonesia
memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan,
bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya.
(Sunoto,1984:1). Dengan rinci Sunoto menunjukkan fakta historis, diantaranya
adalah :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa : Bahwa Indonesia tidak pernah ada putus-
putusnya orang percaya kepada Tuhan.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab : Bahwa bangsa Indonesia terkenal
ramah tamah, sopan santun, lemah lembut denagn sesame manusia.
3. Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya
guyub,rukun, bersatu, dan kekeluargaan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permasyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada
dalam masyarakat kita.
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia
dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan
berlaku adil terhadap sesama.
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, ditetapan pada tanggal
18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara, maka nilai nilai kehidupan berbangsa,
bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada
Pancasila, namun pada kenyataannya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila telah
dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga
sekarang. Hal ini berarti bahwa semua nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila telah ada dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman nenek
moyang. Pada tanggal 22 juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan
rancangan pembukaan hukum dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta
Charter atau Piagam Jakarta. Di dalam rancangan pembukaan alinea keempat
terdapat rumusan pancasila yang tata urutannya tersusun secara sistematis :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagipemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alinea ketiga juga memuat rumusan teks
proklamasi kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “atas berkat rahmat
allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaannya”. Kalimat ini merupan cetusan hati nurani bangsa
Indonesia yang diungkapkan sebelum proklamasi kemerdekaan yang terdapat
pada pembukaan UUD 1945, sehingga data disebut sebagai declaration of
Indonesian independence.

2.2 Pancasila Era Kemerdekaan


Bangsa Indonesia pasca kemerdekaan mengalami banyak perkembangan.
Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 Pancasila melewati masa-
masa percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke dalam era
percobaan demokrasi multi-partai dengan system cabinet parlementer. Partai-
partai politik pada masa itu tumbuh sangat subur, dan proses politik yang ada
cenderung selalu berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar Negara
(Somantri, 2006). Pancasila pada masa ini mengalami masa
kejayaannya.Selanjutnya, pada akhir tahun 1959, Pancasila melewati masa
kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem demokrasi
terpimpin.Pada masa itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali politik
terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi
paternalistik (Somantri, 2006).Pada akhirnya, sistem ini seakan menghianati
nilai-nilai yang ada dalam pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila
permusyawaratan.Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah peristiwa bersejarah di
Indonesia dimana partai komunis berusaha melakukan pemberontakan.Pada 11
maret 1965, Presiden Soekarno memberikan wewenang kepada jenderal Soeharto
atas Indonesia.Ini merupakan era awal orde baru dimana kemudian pancasila
mengalami mistifikasi.Pancasila pada masa itu menjai kaku dan mutlak
pemaknaannya. Pancasila pada masa pemerintahan Presiden Soeharto kemudian
menjadi Care-values (Somantri, 2006), yang pada akhirnya kembali menodai
nilai-nilai dasar yang sesungguhnya terkandung dalam pancasila itu ssendiri.
Pada 1998, pemerintahan Presiden Soeharto berakhir dan Pancasila kemudian
masuk ke dalam era baru yaitu era demokrasi, hingga hari ini.

2.3 Pancasila Era Orde Lama


Pancasila sebagai Idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah
dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama
kalinya pada akhir dua warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar
api pancasila sebagai tuntunan hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang
diawali oleh kehendak seorang kepala pemerintahan yang terlalu gandrung pada
persatuan dan kesatuan. Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk
membangun kekuasaan yang terpusat, agar dapat menjadi pemimin bangsa yang
dapat menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah (Nekolim,
Neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari penghisapan bangsa
atas bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia.
Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966.Pada masa itu berlaku
demokrasi terpimpin.Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945,
presiden Soekarno meletakkan dasar kepemimpinannya.Yang dinamakan
demokrasi terpimpin yaitu demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam pemusyawaratan perwakilan.Demokrasi terpimpin dalam
prakteknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya dan bahkan
terkenal menyimpang.Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan
tertentu.
Masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintahan sering
terjadi penyimpangan yang dilakukan presiden dan juga MPRS yang
bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945.Artinya pelaksanaan UUD 1945
pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi Karen
penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan
lemahnya kontrol yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.

2.4 Pancasila Era Orde Baru


Era Orde Baru dalam sejara Indonesia merupakan masa pemerintahan yang
terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil.
Stabil dalam artian tidak banyak gejolakan yang mengemuka, layaknya keadaan
dewasa ini. Di Era Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta
tidak lepas dari keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah
untuk semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia.Pancasila begitu diagung
agungkan, Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada
rakyat dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang manunggal.
Menurut Hendro Muhaimin bahwa Pemerintahan di Era Orde Baru sendiri
terkesan “menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar Negara
sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan. Disamping hal tersebut,
penanaman nilai nilai Pancasila di Era Orde Baru juga dibarengi dengan praktik
dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia.Kepedulian antar warga sangat kental,
toleransi di kalangan masyarakat cukup baik dan budaya gotong royong sangat
dijunjung tinggi.Pada Era Orde Baru sebagai era “dimanis maniskannya”
Pancasila.Soeharto seringkali menyatakan pendapat tentang Pancasila, yang
kesemuanya meberikan penilaian setinggi tingginya terhadap Pancasila.Kepada
pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1974, Soeharto
menyatakan “Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki, akan tetapi harus
dipahami dan dihayati!”Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat maknanya
selain Pancasila di Indonesia, dalam Era Orde Baru.

2.5 Pancasila Di Era Reformasi


Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks
sebagai dasar negara dan Ideologi Nasional, merupakan tuntutan hakiki agar
setiap warga Negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya
memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila
sebagai paradigm ketatanegaraan artinya Pancasila menjadi kerangka berpikir
atau pola berpikir Bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai
landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum, setiap
perbuatan baik dari warga masyarakat mauoun dari pejabat pejabat harus
berdasarkan hukum, baik yang tertulis maaupun yang tidak tertulis. Dalam
kaitannya dengan pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya.
Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan
dengan sila sila Pancasila.
Di Era Reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi popular seperti
pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam
melakukan implementasi nilai nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan
vitalnya. Sebab utamanya karena rezim Orde Lama dan Orde Baru menempatkan
Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter. Terlepas dari kelemahan masa
lalu, sebagai konsesus dasar berdirinya bangsa ini, yang diperlukan dalam
konteks era reformasi adalah pendekatan pendekatan yang lebih konseptual,
komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

E. Rangkuman
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan pada
tanggal 18 agustus 1945 oleh PPKI. Nilai–nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
Negara, yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius.
Berikut penerapan Pancasila pada zaman prakemerdekaan, orde lama, orde baru
dan zaman reformasi :
1. Pancasila pada zaman prakemerdekaan : Pancasila berasal dari bangsa
Indonesia sendiri,walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar
Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh
sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur
Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan merdeka.
2. Pancasila pada zaman kemerdekaan : Pada akhir tahun 1959, Pancasila
melewati masa kelamnya dimana presiden soekarno menerapkan sistem
demokrasi terpimpin. Pada masa itu, presiden dalam rangka tetap memegang
kendali politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan
politik integrasi paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, sistem ini
seakan menghianati nilai-nilai yang ada dalam pancasila itu sendiri
3. Pancasila pada zaman orde lama : Masa pemerintahan orde lama, kehidupan
politik dan pemerintahan sering terjadi penyimpangan yang dilakukan
presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila dan UUD
1945
4. Pancasila pada masa orde baru : Era Orde Baru dalam sejara Indonesia
merupakan masa pemerintahan yang terlama, dan bisa juga dikatakan
sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil dalam artian tidak
banyak gejolakan yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini
5. Pancasila pada era reformasi : Di Era Reformasi ini, Pancasila seakan tidak
memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak
lagi popular seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan
masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

F. Soal-Soal Latihan
Soal Objektif
1. Pada era orde lama presiden mengeluarkan dekrit presiden yang berisikan
3 butir isi dekrit yang dikeluarkan pada tanggal ...
a. 4 juli 1954
b. 5 juli 1959
c. 4 juli 1945
d. 3 juli 1959
e. 3 juli 1945
2. Pada era pra proklamasi dengan kesadaran yang dalam akhirnya terjadi
kompromi politik antara nasionalis netral agama dengan nasionalis
mualim untuk menyepakati yaitu …
a. Terbentuknya BPUPKI
b. Terbentuknya PPKI
c. Piagam Jakarta
d. Sumpah Pemuda
e. Konversi Meja Bundar
3. Setelah melewati masa era pra proklamasi masuklah pada masa era
proklamasi dimana pada era ini piagam jakarta disahkan oleh PPKI
Menjadi ...
a. Pembentukan pembukaan undang-undang
b. Pembentukan pancasila
c. Pembubaran PPKI
d. Piagam jakarta
e. Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. Pada peringatan hari lahir Pancasila 1 juni 1967 Presiden Soeharto
mengatakan, ”Pancasila makin banyak mengalami ujian zaman dan makin
bulat tekad kita mempertahankan Pancasila”. Hal tersebut disampaikan
pada masa ...
a. Era pra kemerdekaan
b. Era kemerdekaan
c. Era orde lama
d. Era orde baru
e. Era reformasi
5. Secara tegas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan menyebutkan bahwa
pancasila sebagai sumber dari segala hukum negara adalah sesuai dengan
pembukaan undang-undang dasar alinea ke …
a. Pertama
b. Kedua
c. Ketiga
d. Keempat
e. Kelima
6. Alasan utama PPKI melakukan perubahsn penting pada sila pertama
Pancasila dalam piagam Jakarta, yang semula berbunyi “Ketuhanan
Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-
Pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah…
a. Tidak sesuai dengan tujuan PPKI
b. Karena alasan kemanusiaan
c. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
d. Kalimatnya terlalu panjang
e. Karena tidak ada yang mengkritik
7. Sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 membahas tentang…
a. Pemerintahan
b. Jepang
c. Dasar negara
d. Ilmu negara
e. Bentuk negara
Soal Essay
1. Bagaimana pendapat anda melihat situasi sekarang, dimana Pancasila
seakan diabaikan oleh masyarakat dan kebanyakan pemuda berperilaku
menyimpang dari nilai-nilai moral Pancasila. Kemudian upaya apa yang
dapat anda lakukan agar nilai moral Pancasila dapat diterapkan kembali ?
2. Sejak kapan sejarah kelahiran Pancasila dimulai? Sebutkan masa-masa
sejarah kelahiran Pancasila!
3. Apa saja tantangan Pancasila dalam kajian sejarah Indonesia!
Kunci Jawaban
1. B
2. C
3. D
4. D
5. D
6. C
7. C

1. Menurut saya, ini sangatlah miris. Melihat banyak nya prilaku


menyimpang dari nilai nilai moral pancasila yg di tunjuk kan oleh anak
anak muda. Dan menurut saya upaya yg dapat di lakukan ialah, saat di
sekolah murid murid dapat di tekan kan kembali untuk di ajarkan lagi
tentang penting nya berprilaku sesuai dengan ajaran nilai nilai moral
pancasila baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah,
tenaga pendidik pun juga harus mencari cara supaya saat pembelajaran
pancasila tidak terasa monoton atau membosan kan, karna itulah yang
biasanya di rasakan oleh pelajar saat mendapatkan mata pelajaran
pendidikan pancasila, mak dari itu saya berharap tenaga pendidik dapat
lebih baik lagi dalam mengemas mata pelajaran pendidikan pancasila.
Dan menurut saya pemerintah perlu mengadakan sosialisasi sosialisasi
khususnya kepada anak anak muda terkait betapa penting nya
mengimplementasikan nilai nilai pancasila dalam kehidupan sehari hari.
2. Sejarah kelahiran Pancasila sudah dimulai sejak zaman praaksara hingga
kebangkitan nasional.
1) Masa sejarah awal
2) Masa kerajaan nusantara
3) Masa penjajahan
4) Masa kebangkitan nasional
3. Tantangan yang dilalui Pancasila dalam kajian sejarah Indonesia: Adanya
upaya perubahan ideologi pancasila, seringkali terjadi upaya-upaya
menggeser Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu seperti peristiwa
pemberontakan PKI yang bertujuan menggantikan ideologi negara
menjadi komunis tidak lagi Pancasila
Daftar Pustaka

Hatta Mohammad, Panitia Lima. 2004. Uraian Pancasila, Mutiara. Jakarta.


Ihza Mahendra Yusril. 2005. Ideologi dan Negara, dalam Gazali. “Yusril Ihza
Mahendra Tokoh Intelektual Muda. Rajawali. Jakarta.
Ismaun. 2009. Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia,
C.V.Yulianti. Bandung.
Kaelan . 2005. “Hakikat Sila-sila Pancasila”. Dalam Ensiklopedi Pancasila
Pariata Westra (Ed). Penerbit BPA. Yogyakarta.
Kaelan, 2010.Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi. Yogyakarta:Paradigma
Kaelan. 2005. Proses Perumusan Pancasila dan UUD 1945, Liberty.
Yogyakarta.
Kaelan. 2006. Filsafat Pancasila,Paradigma. Yogyakarta.
Laboratorium Pancasila IKIP Malang, 2003.Pokok-pokok Pembahasan Pancasila
Dasar Filsafat Negara.Usaha Nasional. Surabaya.
Pranarka, AWM., 2008. Sejarah Pemikiran tentang Pancasila, CSIS. Jakarta.
Pringgodigdo, AG., 2007. Sekitar Pancasila. Penerbit SU-5, Malang.
BAB III
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

A. Standar Kompetensi
Mahasiswa memiliki wawasan tentang konsep Pancasila Sebagai Dasar Negara.
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep Pancasila Sebagai Dasar Negara.
C. Indikator Hasil Belajar
1. Menjelaskan hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD Negara
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
2. Menjabarkan Pancasila dalam batang tubuh UUD Negara Kesatua
Republik Indonesia Tahun 1945
3. Mengimplementasikan Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara
dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan HAM
D. Uraian Materi
3.1 Hubungan Pancasila Dengan Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945
Berdasarkan ajaran Stuffen Theory dari Hans Kelsen, menurut Abdullah
(1984:71), Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945
dapat digambarkan sebagai piramidal. Piramidal menunjukan Pancasila sebagai
suatu cita cita hukum yang berada di puncak segi tiga. Pancasila menjiwai
seluruh bidang kehidupan Bangsa Indonesia. Dengan kata lain, gambar piramidal
tersebut mengandung pengertian bahwa Pancasila adalah cerminan dari jiwa dan
cita cita hukum Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan cita
cita hukum bangsa Indonesia tersebut merupakan norma dasar dalam
penyelenggaraan bernegara dan yang menjadi sumber dari segala sumber hukum
sekaligus cita hukum (recht-idee), baik tertulis di Indonesia. Cita hukum inilah
yang mengarahkan hukum pada cita cita bersama Bangsa Indonesia. Cita cita ini
secara langsung merupakan cerminan kesamaan kesamaan kepentingan diantara
sesama warga Bangsa.
Dalam pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan, Pancasila yang berfungsi
sebagai dasar negara tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD Tahun
1945, yang dengan jelas menyatakan, “…maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Khidmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD
1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya adalah
sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia,
sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 (Jo.Ketetapan
MPR NO.IX/MPR/1978).Hal ini mengandung konsekuensi yuridis, bahwa
seluruh peraturan perundang undangan Republik Imdoesia harus sejiwa dan
sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan tujuan peraturan perundang
undangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila.
Berdasarkan penjelasan di atas, hubungan Pancasila dengan Pembukaan
UUD Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan
material.
A. Hubungan secara formal
Seperti yang dijelaskan oleh Kaelan ( 2000:90-91), menunjukan tercantumnya
Pancasila secara formal di dalam pembukaan yang mengandung pengertian
bahwa tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas social,
ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang
melekat padanya, yaitu perpaduan asas kultural, religius dan asas asas kenegaraan
yang unsur unsurnya terdapat dalam Pancasila. Dalam hubungan yang bersifat
formal antara Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat ditegaskan bahwa
rumusan Pancasila sebagai Dasar negara adalah sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Menurut Kaelan (2000:91), Pembukaan
UUD 1945 merupaka Pokok Kaidah Negara yang Fundamental sehingga tertib
hukum Indonesia mempunyai 2 macam kedudukan yaitu :
1. Sebagai dasarnya, karena Pembukaan itulah yang memberikan faktor
faktor bagi adanya tertib hukum Indonesia.
2. Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum
tertinggi.
Pembukaan yang berintikan Pancasila merupakan sumber bagi batang tubuh
UUD 1945. Hal ini disebabkan karena kedudukan hukum pembukaan berbeda
dengan pasal pasal atu batang tubuh UUD 1945.
B. Hubungan Secara Material
Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 secara material adalah
merujuk pada materi pokok atau isi pembukaan yang tidak lain adalah Pancasila.
Oleh karena kandungan material Pembukaan UUD Tahun 1945 yang demikian
itulah maka Pembukaan UUD 1945 dapat disebut sebagai Pokok Kaidah
yangFundamental, sebagaimana dinyatakan oleh Notonegoro (tt:40), esensi atau
inti sari Pokok Kaidah Negara yang Fundamental secara material tidak lain
adalah Pancasila.
Menurut Kaelan (2000:92), bilamana proses perumusan Pancasila dan
Pembukaan ditinjau kembali maka secara kronologis materi yang dibahas oleh
BPUPKI yang pertama tama adalah dasar filsafat Pancasila, baru kemudian
Pembukaan. Setelah siding pertama selesai, BPUPKI membicarakan Dasar
Filsafat Negara Pancasila dan berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang
disusun oleh Panitia Sembilan yang merupakan wujud pertama Pembukaan UUD
1945.
Dalam tertib hukum Indonesia diadakan pembagian yang hirarkis. Undang
Undang Dasar bukanlah peraturan hukum tertinggi. Di atasnya masih ada dasar
pokok bagi Undang Undang Dasar, yaitu Pembukaan sebagai Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental yang didalamnya termuat materi Pancasila. Menurut
teori dan keadaan, sebagaimana ditunjukan oleh Bakry (2010:222), Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental dapat tertulis dan juga tidak tertulis. Pokok Kaidah
yang tertulis mengandung kelemahan, yaitu sebagai hukum positif, dengan
kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun sebenarnya tidak sah. Walaupun
demikian, Pokok Kaidah yang tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu memiliki
formulasi yang tegas dan sebagai hukum positif mempunyai imperatif yang dapat
dipaksakan. Pokok Kaidah yang tertulis bagi Indonesia pada saat ini berupa UUD
NKRI Tahun1945.Sementara itu, Pokok Kaidah yang tidak tertulis memiliki
kelemahan, yaitu karena tidak tertulis maka formulasinya tidak tentu dan tidak
jelas sehingga mudah tidak diketahui atau tidak diingat. Walaupun demikian,
Pokok Kaidah yang tidak tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu tidak dapat
diubah dan dihilangkan oleh kekuasaan karena bersifat imperatif moral dan
terdapat jiwa bangsa Indonesia (Bakry, 210:223). Pokok Kaidah yang tidak
tertulis mencakup hukum Tuhan, hukum kodrat dan hukum etis. Pokok Kaidah
yang tidak tertulis adalah fundamental moral negara, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3.2 Penjabaran Pancasila Dalam Batang Tubuh UUD Tahun 1945


Pembukaan UUD NKRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang
meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa
Indonesia.Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh bangsa Indonesia karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar
negara, yaitu Pancasila.Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari Pancasila
itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NKRI
tahun 1945.
Hubungan Pebukaan UUD NKRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal
mengandung pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab
keberadaan batang tubuh UUD NKRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis
berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan
UUD NKRI tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh,
maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi
hukum positif.
Sesuai dengan penjelasan UUD NKRI tahun 1945, pembukaan mengandung
4 pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat
pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
2. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”
3. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan
4. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu
negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adali dan beradab”.
Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan
diterima dalam Pembukaan UUD NKRI tahun 1945, yaitu negara yang
melindungi bangsa Indonesia seluruhnya.Negara, menurut pokok pikiran pertama
ini, mengatasi paham golongan dan segala paham perorangan.Demikian
pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan merupakan dasar negara yang
utama.Oleh karena itu, penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau
perorangan.
Pokok pikiiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD NKRI
tahun 1945 yang menegaskan suatu tujuan atau sutu cita-cita yang hendak
dicapai. Melalui pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang
harus dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai
dengan berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal ini
menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara
yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan
bahwa sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas
kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209),
aliran sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. kedaulatan rakyat dalam pokok
pikiran ini merupakan sistem negara yang menegaskan kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga
mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok
pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung maksud
menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan
yang luhur. Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan
asas moral bangsa dan negara (Bakry, 2010; 210).

3.3 Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam


Bidang Politik, Ekonomi, Social Budaya dan HAM
Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian Pancasila sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai
luhur Bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian Bangsa.Selain itu, kini
zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak asasi manusia,
Neoliberalisme, serta Neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki
cara pandang dan cara berfikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa
meminggirkan pancasila dan dapat menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru
yang bertentangan dengan kepribadian bangsa.
Implementasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat pada hakikatmya
merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Adapun
pengimplementasian tersebut di rinci dalam berbagai macam bidang antara lain
POLEKSOSBUDHANKAM
1. Implementasi Pancasila dalam Bidang Politik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada
dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa
manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus
benar-benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus
mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam
esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus
segera diakhiri.
2. Implementasi Pancasila dalam Bidang Ekonomi
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang,
sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan
jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan
Pancasila yang lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang
humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas
(Mubyarto,1999). Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan
saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka
sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
3. Implementasi Pancasila dalam bidang Sosial dan Budaya
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya
didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan
reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-klimaks proses reformasi
dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social budaya dalam
masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia
saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk
massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik. Oleh karena itu dalam
pengembangan social budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu
nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya
bersifat humanistic, artinya nilai-nilai Pancasila
mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya.
4. Implementasi Pancasila dalam bidang Pertahanan dan Keamanan
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi
tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundangundangan
negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka
melindungi hak-hak warganya.

E. Rangkuman
Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD Tahun 1945 dapat dipahami
sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Pancasila secara formal di
dalam pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara
tidak hanya bertopang pada asas social, ekonomi, politik, akan tetapi dalam
perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan
asas kultural, religius dan asas asas kenegaraan yang unsur unsurnya terdapat
dalam Pancasila. Sedangkan hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
secara material adalah merujuk pada materi pokok atau isi pembukaan yang tidak
lain adalah Pancasila. Kemudian Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari
Pancasila itulah dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI
tahun 1945, yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat
pada hakikatmya merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan
bangsa. Adapun pengimplementasian tersebut di rinci dalam berbagai macam
bidang antara lain POLEKSOSBUDHANKAM.

F. Soal-Soal Latihan
Soal Objektif
1. Memberikan jaminan perkembangan dan pertumbuhan ajaran agama
masing-masing merupakan fungsi Pancasila pada sila ke ...
a. Pertama
b. Kedua
c. Ketiga
d. Keempat
e. Kelima
2. Sesuai dengan penjelasan UUD NKRI tahun 1945, pembukaan UUD
mengandung 4 pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam
batang tubuh. Pada pokok pikiran pertama yaitu “kesatuan”, yang
dimaksudkan adalah ...
a. Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.
b. Memiliki arti sebagai bentuk pengakuan adanya kuasa yang satu yaitu
Tuhan Yang Maha Esa.
c. Menegakkan keadilan dan menjunjung tinggi kemerdekaan bagi setiap
rakyat Indonesia.
d. Kemakmuran dan kesejahteraan merupakan hak bagi seluruh rakyat
Indonesia.
e. Memberikan perlindungan kepada yang lemah dan yang memiliki
kekurangan.
3. “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat” ini
merupakan termasuk pokok pikiran UUD 1945 yaitu ...
a. Persatuan
b. Keadilan sosial
c. Kedaulatan rakyat
d. Ketuhanan Yang Maha Esa
e. Semua benar
4. Implementasi nilai nilai Pancasila dalam praktik kebidanan yang
mencangkup sila pertama adalah ...
a. Berdoa sebelum dan setelah menolong pasien
b. Mengakui harkat dan martabat semua pasien sama
c. Tidak membedakan pasien
d. Berkolaborasi dengan profesi lainnya dalam bidang kesehatan
e. Semua benar
5. Berikut adalah hal-hal yang bisa meminggirkan pancasila dan dapat
menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan
kepribadian bangsa kecuali …
a. Gelombang demokratisasi
b. Neokonservatisme
c. Neoliberalisme
d. Sosialisme
e. HAM
6. Pancasila menjadi landasan untuk mengatur penyelenggaraan negara, hal
tersebut sesuai dengan fungsi Pancasila sebagai…
a. Pandangan hidup
b. Dasar negara
c. Hukum dasar
d. Filsafat negara
e. Ideologi negara
7. Perwujudan dari paham kebangsaan yang mengatasi paham perseorangan,
golongan, suku bangsa dan mendahulukan persatuan dan kesatuan bangsa
sehingga tidak terpecah belah oleh sebab apapun merupakan ciri dari
pancasila yaitu sila…
a. Ketuhan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Soal Essay
1. Mengapa Pancasila sebagai dasar negara tidak bisa diubah?
2. Apa yang akan terjadi jika Pancasila tidak dijadikan sebagai dasar negara
bangsa indonesia?
3. Mengapa Pancasila digunakan sebagai dasar negara bangsa Indonesia?
Kunci Jawaban
1. A
2. A
3. B
4. A
5. E
6. B
7. C

1. Pancasila dalam kedudukannya sebagai kristalisasi nilai-nilai yang


dimiliki dan diyakıni kebenarannya oleh bangsa Indonesia, telah
dirumuskan dalam alinea keempat pembukaan Undang Undang Dasar
1945. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, memiliki fungsi
utama sebagai dasar negara Indonesia. Dalam kedudukannya yang
demikian Pancasila menempati kedudukan yang paling tinggi, sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber hukum dasar
nasional dalam tata hukum di Indonesia. Pancasila dalam kedudukannya
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber hukum dasar
nasional, menjadikan Pancasila sebagai ukuran dalam menilai hukum
yang berlaku di negara Indonesia. Hukum yang dibuat dan berlaku di
negara Indonesia harus mencerminkan kesadaran dan rasa keadilan yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hukum di Indonesia harus menjamin
dan merupakan perwujudan serta tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 dan interpretasinya dalam tubuh UUD 1945
tersebut. Pancasila dalam posisinya sebagai sumber semua sumber
hukum, atau sebagai sumber hukum dasar nasional, berada di atas
konstitusi, artinya Pancasila berada di atas UUD 1945. Jika UUD 1945
merupakan konstitusi negara, maka Pancasila adalah Kaidah Pokok
Negara yang Fundamental. Kaidah pokok yang fundamental itu
mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat dan tidak berubah
bagi negara tersebut. Pancasila tidak dapat diubah dan ditiadakan, karena
Ia merupakan kaidah pokok yang fundamental. Bung Karno menyebut
Pancasila itu sebagai philosofische grondslag (fundamen filsafat), pikiran
sedalam-dalamnya, untuk kemudian di atasnya didirikan bangunan
“Indonesia merdeka yang kekal dan abadi”.
2. Pancasila merupakan jiwa dan kepribadian bangsa indonesia. Sehingga
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila
sebagai dasar negara menunjukkan jika Pancasila memegang peranan
penting dalam berdirinya negara Indonesia. Pancasila juga menjadi dasar
bagi masyarakat dan pemerintah dalam menjalankan berbagai aspek
kehidupan, seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya, serta lainnya.
Apabila Indonesia tidak memiliki Pancasila sebagai dasar negara,
dikhawatirkan negara ini akan kacau dan kesulitan dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Selain itu, konflik juga akan sering
terjadi dan persatuan serta kesatuan bangsa Indonesia menjadi terancam
atau bahkan hancur. Maka dari itu, peran Pancasila sangatlah penting
dalam kehidupan Indonesia. Begitu pula dengan negara lain yang juga
memiliki dan menganggap penting dasar negara bagi kelangsungan hidup
negaranya.
3. Pancasila sebagai dasar negara digunakan untuk mengatur segala tatanan
kehidupan bangsa Indonesia dan mengatur penyelenggaraan negara.
Pancasila dijadikan sebagai dasar negara karena memang sesuai dengan
jiwa bangsa Indonesia.
Daftar Pustaka

Abdulgani Ruslan, 2005, Pancasila dan Reformasi Makalah Seminar Nasional


KAGAMA, 8 Juli 2005 di Yogyakarta.
Bp-7 Pusat, 2006, Bahan Penataran P-4, Pancasila/P-4, Jakarta.
Darmodihardjo darji, dkk., 2004 Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem
Hukum Indonesia, penerbit Rajawali, Jakarta.
Darmodihardjo darji, dkk., 2005, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, Cet. 8, PN.
Balai Pustaka, Jakarta.
Darmodihardjo darji., dkk., 2005, Santiaji Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya.
Dipoyudo Kirdi,2008, Pancasila arti dan Pelaksanaannya, CSIS, Jakarta.
Kaelan, 2010.Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi.Yogyakarta:Paradigma
Nasikun. 2008. Pancasila dalam Prespektif reformasi: Konteks Ekonomi
Pembentukan Serta Pelaksanaan Hukum di Indonesia, Pusat Studi
Pancasila UGM, Yogyakarta
Pangeran Alhaj S.T.S., Surya Partia Usman Drs.,2003. Materi Pokok Pendekatan
Pancasila, Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud
Suhadi, 2005.Pendidikan Pancasila, Diktat Kuliah, Yogyakarta.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

A. Standar Kompetensi
Menjelaskan tentang Pancasila Sebagai Ideologi Negara.
B. Indikator Hasil Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pengertian Ideologi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pancasila dan Ideologi Dunia.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pancasila dan Agama.
C. Uraian Materi
4.1 Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata Yunani idean yang berarti melihat, atau idea yang
berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, dan kata logia yang berarti
ajaran. Dengan demikian Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan
buah pikiran atau science des ideas (AL Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi
landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi
sisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan
pemahaman yang dihayatinya, seseorang menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Sebagai ideologi Bangsa dan Negara Indonesia, Pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu hasil penuangan atau pemikiran seseorang atau kelompok
orang. Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai
religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat indonesia. Pengertian
ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan, serta
kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang
dalam berbagai bidang kehidupan.
Secara luas pengertian Pancasila sebagai ideologi Negara adalah visi atau
arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah
terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan,
kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Ketetapan Bangsa Indonesia, mengenai Pancasila sebagai ideologi Negara
tercantum dalam ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998 tentang pencabutan dari
ketetapan MPR No. 2 Tahun 1978 mengenai pedoman, penghayatan, dan
pengamalan pancasila dan penetapan tentang penegasan Pancasila sebagai dasar
Negara. Pada pasal 1 ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 ialah dasar negara dari Negara NKRI
yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari
ketetapan MPR tersebut dapat kita ketahui bahwa di Indonesia kedudukan
Pancasila sebagai ideologi nasional, selain kedudukannya sebagai dasar Negara.
Pancasila sebagai ideologi Negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara
dan sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan
opersional aplikatif, sehingga tidak hanya menjadi slogan saja, dalam ketetapan
MPR No. 18 dinyatakan bahwa pancasila perlu diamalkan dalam bentuk
pelaksanaan yang konsisten dalam kehidupan bernegara.

4.2 Pancasila dan Ideologi Dunia


4.2.1 Ideologi Liberalisme (1950-1959)
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik
yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad
pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dengan karakteristik berikut.
Anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi
kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam sistem ini bersifat statis dan
sukar berubah.
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi Gereja
dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV).
Disebut liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari batasan (free from
restraint), karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari
pengawasan gereja dan raja. Ini berkebalikan total dengan kehidupan. Secara
umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak
dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi
sejati tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan
yang dilakukan dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari
kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan
rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum
minoritas.
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberalisme adalah
yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan
individu sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu harus dapat
mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para
individu untuk bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh
seseorang melakukan sesuatu untuknya atau seseorang untuk mengatakan apa
yang harus dilakukan.
Kontrol sosial dalam sistem pers liberal berlaku secara bebas. Berita-berita
ataupun ulasan yang dibuat dalam media massa dapat mengandung kritik-kritik
tajam, baik ditujukan kepada perseorangan lembaga atau pemerintah.
Beberapa Negara di Benua Amerika yang menganut ideology liberalisme
Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador,
Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay dan
Venezuela. Sekarang ini, kurang lebih liberalisme juga dianut oleh negara Aruba,
Bahamas, Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan
Suriname. Masih banyak lagi negara-negara yang menganut Ideologi Liberalisme
di benua lainnya.

4.2.2 Ideologi Sosialisme


Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan
akibat-akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19
dikenal sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan
kemanusiaan (humanitarian). Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan
seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis.Paham sosialis
juga lebih luwes dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap.
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang
berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan
negara.Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19.Dalam bahasa Inggris,
istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada
tahun 1827.Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-
Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud
dalam l'Encyclopédie Nouvelle.Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan
dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi
hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh
industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan
prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan
sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada
hanya segelintir elite.
Ajaran tentang Ideologi Sosialisme yaitu :
1. Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan
dan kejelasan argument, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi.
2. Permasalahan seyogyanya diselesaikan dengan cara demokratis.
Adapun tokoh dan pemikir kaum sosialisme, diantaranya: Francois-Noel
Babeuf (1760-1797), seorang inspirator bagi kaum sosialis aliran keras,
Saint-Simon, Robert Owen (1771-1858), Charles Fourier (1772-1837),
seorang sosialis yang paling utopis, dan seorang feminisme radikal,
Etienne Cabet (1788-1856), seorang pengacara, Louis-Auguste Blanqui
(1805-1881), seorang revolusioner yang hendak mencapai sosialisme
melalui pemberontakan kaum buruh. Negara yang menganut Ideologi
Sosialisme adalah negara-negara di Eropa Barat.

4.2.3 Ideologi Komunisme


Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan
ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad
ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan
mengesampingkan buruh. Secara umum komunisme sangat membatasi agama
pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu yang membuat orang
berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan
nyata.Paham komunis berkeyakinan perubahan atas sistem kapitalisme harus
dicapai dengan cara-cara revolusi dan pemerintahan oleh diktator proletariat
sangat diperlukan pada masa transisi.Dalam masa transisi dengan bantuan negara
dibawah diktator proletariat, seluruh hak milih pribadi dihapuskan dan diambillah
untuk selanjutnya berada dalam kontrol negara.
Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi
Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme
diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun
2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Republik Rakyat Cina
(sejak 1949), Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.
Ciri-ciri Ideologi Komunisme :
Adapun ciri pokok pertama ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis,
tidak mengimani Allah. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia
berpikir Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan
ada. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
Ciri pokok kedua adalah sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai
individu. Manusia itu seperti mesin. Kalau sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan
tidak berguna seperti rongsokan mesin. Komunisme juga kurang menghargai
individu, terbukti dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-
alat produksi. Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas,
misalnya proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis. Pemerintah komunis di
Rusia pada zaman Lenin pernah mengadakan pembersihan kaum kapitalis (1919-
1921). Stalin pada tahun 1927, mengadakan pembersihan kaum feodal atau tuan
tanah. Salah satu doktrin komunis adalah The Permanent atau Continuous
Revolution (revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia.
Maka, komunisme sering disebut go international. Komunisme memang
memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis
tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator
proletariat yang bertentangan dengan demokrasi. Salah satu pekerjaan diktator
proletariat adalah membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-
tuan tanah dan kapitalis.
Kelebihan ideologi komunisme sebagi berikut :
1. Karena perekonomian sepenuhnya ditangani oleh pemerintah, baik dalam hal
perncanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan maka
pemerintah lebih mudah mengendalikan inflasi, pengangguran atau berbagai
keburukan ekonomi lainnya.
2. Pemerintah menentukan jenis kegiatan produksi sesuai dengan perencanaan
sehingga pasar barang dalam negri berjalan dengan lancer.
3. Relatif mudah melakukan distribusi pendapatan.
4. Jarang terjadi krisis ekonomi karena kegiatan ekonomi direncanakan oleh
pemerintah.
5. Tidak ada pembagian kelas apapun ketimpangan yang adaKelemahan
Ideologi Komunisme
6. Pers dijadikan alat propaganda oleh pemerintah untuk menyebarkan nilai –
nilai komunis
7. Mematikan inisiatif individu untuk maju, sebab segala kegiatan diatur oleh
pusat
8. Sering terjadi monopoli yang merugikan masyarakat
9. Masyarakat tidak memiliki kebebasan dalam memiliki sumber daya.
Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu
partai komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina,
Partai Komunis Indonesia, dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-
satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada partai
oposisi. Jadi, komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati HAM.

4.3 Pancasila dan Agama


4.3.1 Pengertian Pancasila dan Agama
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.Pancasila adalah pedoman luhur yang wajib di
ta’ati dan dijalankan oleh setiap warga negara Indonesia untuk menuju kehidupan
yang sejahtera tentram, adil, aman, sentosa.
Agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang
Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia an
manusia serta lingkungan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
4.3.2 Hubungan Pancasila dan Agama
Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan
agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers
Negara Republik Indonesia. Konsep+pemikiran+para+pendiri negara yang
tertuang dalam=Pancasila merupakan karya khas yang secara antropologis
merupakan local genius bangsa Indonesia (Ayathrohaedi dalam Kaelan, 2012).
Begitu pentingnya memem pat kan kedudukan Pancasila, maka Pancasila-pun
mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan
berbagai agama.
Tuhan menurut terminology Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang
tak terbagi, yang maknanya sejalan dengan agama Islam, Kristen, Budha,
Hindudan bahkan juga Animisme (Chaidar, 1998: 36). Menurut Notonegoro
(dalam Kaelan, 2012:47), asal mula Pancasila secara langsung salah satunya asal
mula bahan (Kausa Materialis) yang menyatakan bahwa “bangsa Indonesia
adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pacasila, yang digali dari bangsa Indonesia
yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religious yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia”. Sejak zaman purbakala
hingga pintu gerbang (kemerdekaan) negara Indonesia, masyarakat Nusantara
telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama lokal, (sekitar) 14 abad
pengaruh Hinduisme dan Budhisme, (sekitar) 7-abad pengaruh Islam, dan
(sekitar) 4 abad pengaruh Kristen (Latif,2011:57).
Dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantular dijumpai kalimat yang
kemudian dikenal Bhinneka Tunggal Ika. Sebenarnya kalimat tersebut secara
lengkap berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrua,
artinya walaupun berbeda, satu juang adanya, sebab tidak ada agama yang
mempunyai tujuan yang berbeda (Hartono, 1992: 5). Kuatnya faham keagamaan
dalam formasi kebangsaan Indonesia membuat arus besar pendiri bangsa tidak
dapat membayangkan ruang public hampa Tuhan. Sejak decade 1920an, Ketika
Indonesia mulai dibayangkan sebagai komunitas politik bersama, mengatasi
komunitas kultural dari ragam etnis dan agama, ide kebangsaan tidak terlepas
dari Ketuhanan (Latif, 2011:67). Secara lengkap pentingnya dasar Ketuhanan
Ketika dirumuskan oleh founding fathers Negara kita dapat dibaca pada pidato
Ir.Soekarno pada 1 Juni 1945, Ketika berbicara mengenai dasar negara
(Philosophische Grondslag) yang menyatakan, “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja
bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya
berTuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk
Isa Al Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad S.A.W, orang-
orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya.
Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan Hendaknya Negara Indonesia ialah
negara yang tiap -tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa.
Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan. Secara kebudayaan yakni dengan tiada
“egoisme agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara yang ber-
Tuhan” (Zoelva, 2012). Pernyataan ini mengandung dua arti pokok. Pertama
pengakuan akan eksistensi agama-agama di Indonesia yang, menurut Ir.
Soekarno, “mendapat tempat yang sebaik-baiknya”. Kedua, posisi negara
terhadap agama, Ir.Soekarno menegaskan bahwa “negara kita akan berTuhan”.
Bahkan dalam bagian akhir pidatonya, Ir.Soekarno mengatakan, “Hatiku akan
berpesta raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Indonesia berasaskan
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini relevan dengan ayat (1) dan (2) Pasal 29
UUD 1945 (Ali, 2009: 118). Jelaslah bahwa ada hubungan antara sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dalam Pancasila dengan ajaran tauhid dalam teologi Islam.
Jelaslah pula bahwa sila pertama Pancasila yang merupakan prima causa atau
sebab pertama itu (meskipun istilah prima causa tidak selalu tepat, sebab Tuhan
terus-menerus mengurus makhluknya), sejalan dengan beberapa ajaran tauhid
Islam, dalam hal ini ajaran tentang tauhidus-shifat dan tauhidul-af’al, dalam
pengertian bahwa Tuhan itu Esa dalam sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Ajaran ini
juga diterima oleh agama-agama lain di Indonesia (Thalib dan Awwas, 1999: 63).
Pada saat kemerdekaan, sekularisme dan pemisahan agama dari negara
didefinisikan melalui Pancasila. Ini penting untuk dicatat karena Pancasila tidak
memasukkan kata sekularisme yang secara jelas menyerukan untuk memisahkan
agama dan politik atau menegaskan bahwa negara harus tidak memiliki agama.
Akan tetapi, hal-hal tersebut terlihat dari fakta bahwa Pancasila tidak mengakui
satu agama sebagai agama yang diistimewa kan kedudukannya oleh negara dan
dari komitmennya terhadap masyarakat yang plurl dan egaliter. Namun dengan
hanya mengakui lima agama (sekarang menjadi 6 agama: Islam, Kristen Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu) secara resmi, negara Indonesia
membatasi pilihan identitas keagamaan yang bisa dimiliki oleh warga negara.
Pandangan yang dominan terhadap Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
secara jelas menyebutkan tempat bagi orang yang menganut agama tersebut,
tetapi tidak bagi mereka yang tidak menganutnya. Pemahaman ini juga
memasukkan kalangan sekuler yang menganut agama tersebut, tapi tidak
memasukkan kalangan sekuler yang tidak menganutnya. Seperti yang telah
ditelaah Madjid, meskipun Pancasila berfungsi sebagai kerangka yang mengatur
masyarakat di tingkat nasional maupun lokal, sebagai individu orang Indonesia
bisa dan bahkan didorong untuk memiliki pandangan hidup personal yang
berdasarkan agama (An-Na’im,02007:439). Dalam hubungan antara agama Islam
dan Pancasila,9keduanya dapatrberjalan saling menunjang dan
salinghmengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidakbboleh
dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang
dan menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kiai Achamd Siddiq menyatakan
bahwa salah satu hambatan utama bagi proporsionalisasi ini berwujud hambatan
psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yang dating dari dua arah (Zada
dan Sjadzili (ed), 2010:79).
4.3.3 Makna Ketuhanan Yang Maha Esa
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” [Pasal 29 ayat (1) UUD
1945] serta penempatan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama dalam
Pancasila mempunyai beberapa makna, yaitu:
Pertama, Pancasila lahir dalam suasana kebatinan untuk melawan
kolonialisme dan imperialisme, sehingga diperlukan persatuan dan persaudaraan
di antara komponen bangsa. Sila pertama dalam Pancasila ”Ketuhanan Yang
Maha Esa” menjadi faktor penting untuk mempererat persatuan dan
persaudaraan, karena sejarah bangsa Indonesia penuh dengan penghormatan
terhadap nilai-nilai ”Ketuhanan Yang Maha Esa.”Kerelaan tokoh-tokoh Islam
untuk menghapus kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” setelah “Ketuhanan Yang Maha Esa” pada saat
pengesahan UUD, 18 Agustus 1945, tidak lepas dari cita-cita bahwa Pancasila
harus mampu menjaga dan memelihara persatuan dan persaudaraan antarsemua
komponen bangsa. Ini berarti, tokoh-tokoh Islam yang menjadi founding
fathers bangsa Indonesia telah menjadikan persatuan dan persaudaraan di antara
komponen bangsa sebagai tujuan utama yang harus berada di atas kepentingan
primordial lainnya.
Kedua, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta berkesimpulan
bahwa sila ”Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sebab yang pertama atau causa
prima dan sila ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan” adalah kekuasaan rakyat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara untuk melaksanakan amanat negara dari rakyat, negara
bagi rakyat, dan negara oleh rakyat. Ini berarti, ”Ketuhanan Yang Maha Esa”
harus menjadi landasan dalam melaksanakan pengelolaan negara dari rakyat,
negara bagi rakyat, dan negara oleh rakyat.
Ketiga, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta juga
berkesimpulan bahwa sila ”Ketuhanan Yang Maha Esa” harus dibaca sebagai
satu kesatuan dengan
sila-sila lain dalam Pancasila secara utuh. Hal ini dipertegas dalam kesimpulan
nomor 8 dari seminar tadi bahwa: Pancasila adalah
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan) yang berkerakyatan dan yang
berkeadilan sosial;
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan), yang berkerakyatan dan
yang berkeadilan sosial;
(3) Persatuan Indonesia (kebangsaan) yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan dan
berkeadilan sosial;
(4) Kerakyatan, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan) dan
berkeadilan sosial;
(5) Keadilan sosial, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bepersatuan Indonesia
(berkebangsaan) dan berkerakyatan. Ini berarti bahwa sila-sila lain dalam
Pancasila harus bermuatan Ketuhanan Yang Maha Esa dan sebaliknya
Ketuhanan Yang Maha Esa harus mampu mengejewantah dalam soal
kebangsaan (persatuan), keadilan, kemanusiaan, dan kerakyatan.
Keempat, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” juga harus
dimaknai bahwa negara melarang ajaran atau paham yang secara terang-terangan
menolak Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti komunisme dan atheisme. Karena
itu, Ketetapan MPRS No. XXV Tahun 1966 tentang Larangan Setiap Kegiatan
untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran
Komunis/Marxisme Leninisme masih tetap relevan dan kontekstual. Pasal 29
ayat 2 UUD bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing …” bermakna bahwa negara hanya
menjamin kemerdekaan untuk beragama. Sebaliknya, negara tidak menjamin
kebebasan untuk tidak beragama (atheis). Kata “tidak menjamin” ini sudah sangat
dekat dengan pengertian “tidak membolehkan”, terutama jika atheisme itu hanya
tidak dianut secara personal, melainkan juga didakwahkan kepada orang lain
4.3.4 Kontrovensi Pancasila dan Agama
Sebagai sebuah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama islam,
maka Pancasila sendiri sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari
pengaruh agama yang tertuang dalam sila pertama yang berbunyi sila “Ketuhanan
yang Maha Esa”. yang pada awalnya berbunyi “… dengan kewajiban
menjalankan syariat islam bagi pemeluknya” yang sejak saat itu dikenal sebagai
Piagam Jakarta. Namun ada dua ormas Islam terbesar saat itu yang menentang
bunyi sila Pertama tersebut, karena dua ormas Islam tersebut menyadari bahwa
jika syariat Islam diterapkan maka secara tidak langsung akan menjadikan.
Indonesia sebagai negara Islam yang utuh maka hal tersebut dapat memojokkan
umat beragama lainnya. Yang lebih buruk lagi adalah akan memecah belah
bangsa ini khususnya bagi provinsi-provinsi yang Sebagian besar penduduknya
nonmuslim. Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah “ketuhanan
yang maha esa” yang berarti bahwa Pancasila mengakui dan menyakralkan
keberadaan Agama, tidak hanya Islam namun termasuk juga Kristen, Katolik,
Budha, khonghucu dan Hindu sebagai agama resmi negara pada saat itu.
4.3.5 Makna Sila Pancasila dalam Agama
Keterkaitan hubungan antara rukun Islam sebagai landasan agama Isalam
dan Pancasila sebagai landasan negara Indonesia. Adapun hubungan itu yaitu
pertama dari segi jumlah, rukun Islam berjumlah lima begitupun pancasila.
Kedua, dari segi makna yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini kerat kaitannya dengan rukun Islam
yang pertama yaitu syahadat. Secara umum, sila ini menerangkan tentang
ketuhanan begitu pun syahadat yang mempunyai makna pengakuan
terhadap tuhan yaitu Allah SWT.Selain itu, kata Esa sendiri berarti
tunggal, yang sebagaimana yang kita ketahui bahwa Isalm sebagai agama
mayoritas penduduk negeri ini mempunyai tuhan tunggal Allah SWT.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab sila kedua pancasila, berkaitan
dengan rukun Islam kedua yaitu Shalat. Shalat dalam Islam selain sebagai
ibadah wajib juga dilakukan untuk mendidik manusia menjadi manusia
yang beradab. Sholat adalah sebuah media untuk mencegah perbuatan
yang tidak terpuji, sebagai mana yang di firmankan oleh Allah
bahwa Shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.
3. Persatuan Indonesia yang artinya seluruh elemen rakyat yang ada di
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku dan adat bersatu dan
membentuk kesatuan dalam wadah bangsa Indonesia. Kaitannya dengan
itu, persatuan terbentuk ketika jurang pemisah sudah tidak ada lagi di
masyarakat. salah satu jurang pemisah yang paling nyata yaitu jurang
antara yang miskin dan yang kaya. Untuk menyatukan jurang pemisah
tersebut maka di agama Islam diwajibkan membayar zakat bagi orang-
orang kaya yang akan disalurkan untuk kepentingan kaum miskin dan
duafa. Zakat yang notabennya adalah rukun Islam ketiga sangat erat
4. kaitannya dengan poin pancasila ketiga tersebut. Dengan zakat akan
terbentuk rasa kasih sayang pada umat yang akan menghasilkan persatuan
yang di cita-citakan.
5. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan sangat erat kaitannya dengan rukun islam
keempat yaitu puasa. Dengan pusas akan terbentuk sifat bijaksana dan
kepemimpinan. Ciri orang bijaksana, yaitu ia mampu merasakan dan
mempumnyuai rasa kasih sayang sesame, semua itu adalah hikmah dari
puasa. Selain itu, dalam menentukan waktu puasa, perlu dilakukan suatu
musyawarah yang dikenal dengan siding istbat.
6. Keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indionesia. Pada rukun Islam,
terdapat yang namanya haji. Haji adalah proses sosial yang terbesar di
dunia ini, dimana setiap orang datang dari berbagai negara dengan
berbagai bahasa dan kebiasaan bergabung menjadi satu dalam satu tempat
dan waktu dalam kedudukan yang sama. Di dalam haji, tidak memandang
itu siapa dan siapa, semuanya sama, pakaiannya sama dan peraturan dan
hukumnya sama. Semua itu adalah cerminan dari keadilan tuhan.

D. Rangkuman
Pengertian Ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide,
keyakinan, serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah
laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan. Pancasila diangkat dari nilai-
nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat indonesia.
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik
yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama. Anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi
kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam sistem ini bersifat statis dan
sukar berubah.
Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan
akibat-akibatnya. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan
(humanitarian). Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya
dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis. Paham sosialis juga lebih
luwes dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap.
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan
ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad
ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan
mengesampingkan buruh. Pancasila adalah pedoman luhur yang wajib di ta’ati
dan dijalankan oleh setiap warga negara Indonesia untuk menuju kehidupan yang
sejahtera tentram, adil, aman, sentosa. Agama adalah ajaran sistem yang
mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia an manusia serta lingkungan.
Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan
agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers
Negara Republik Indonesia. Begitu pentingnya memantapkan kedudukan
Pancasila, maka Pancasila pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya
Tuhan milik semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut terminology
Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya
sejalan dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan juga Animisme
(Chaidar, 1998: 36). Menurut Notonegoro (dalam Kaelan, 2012:47), asal mula
Pancasila secara langsung salah satunya asal mula bahan (Kausa Materialis) yang
menyatakan bahwa “bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai
Pacasila, yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat-istiadat
kebudayaan serta nilai-nilai religious yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia”.
E. Soal-Soal Latihan
Soal Objektif
1. Visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi
ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan
serta menjunjung tinggi nilai keadilan merupakan pengertian dari ...
a. Pancasila sebagai Dasar Negera
b. Pancasila sebagai Ideologi Negara
c. Pancasila sebagai Pedoman Negara
d. Pancasila sebagai Falsafah Negara
e. Pancasila sebagai Lambang Negara
2. Pada Periode 1950-1959 disebut periode pemerintahan ...
a. Demokrasi liberal
b. Demokrasi terpimpin
c. Demokrasi idealisme
d. Demokrasi federasi
e. Demokrasi politik
3. Dulunya Indonesia tidak menerima liberalisme dikarenakan
individualisme Barat yang mengutamakan kebebasan makhluknya,
sedangkan paham integralistik yang kita anut memandang manusia
sebagai individu dan sekaligus juga makhluk sosial ini masuk pada
periode tahun ...
a. 1945 - 1950
b. 1945 - 1951
c. 1950 - 1959
d. 1950 - 1960
e. 1950 – 1965
4. Komunisme tidak pernah diterima dalam kehidupan masyarakat
indonesia. hal tersebut dikarenakan ...
a. Negara komunisme lazimnya bersifat atheis yang menolak agama suatu
negara
b. Negara komunisme aktif membantu masyarakat
c. Negara komunisme melakukan pembrontakan terhadapan penjajah
d. Komunisme memiliki citra jelek di masyakarat
e. Komunisme tidak mengenal hukum yang berlaku di masyarakat
5. Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara
dan agama merupakan karya besar bangsa indonesia melalui ...
a. The golden trees
b. The Fuounding Mother NRI
c. The Founding Fathers NRI
d. BPUPKI
e. PPKI
6. Bangsa Indonesia bangga memiliki ideologi berupa pancasila dengan
alasan…
a. Dapat menyelesaikan segala masalah di tanah air
b. Mampu mempersatukan bangsa indonesia yang menjemuk
c. Setiap rencana kekuasaan di dapat di gagalkan
d. Karena dirumuskan oleh banyak pemimpin bangsa indonesia
e. Karena menguntungkan orang banyak
7. Komunisme sebagai ideologi mulai ditetapkan saat meletusnya revolusi
Bolshevik di Rusia tanggal 7 Novemberr 1917. Ciri-ciri ideologi
komunisme di pokok pertama adalah…
a. Kurang menghargai manusia sebagai individu
b. Sifatnya yang ateis, tidak mengimani allah
c. Mengganggap manusia seperti mesin
d. Tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi
e. Membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata

Soal Essay
1. Coba berikan argumen anda tentang bagaimana Pancasila sebagai
Ideologi Negara dan berikan satu contoh penerapannya!
2. Apa fungsi Pancasila sebagai ideologi negara?
3. Ideologi merupakan suatu konsep pengetahuan dan nilai yang secara
keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat. Makna
Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah?
Kunci Jawaban
1. B
2. A
3. A
4. A
5. B
6. B
7. B

1. Sebagai ideologi Bangsa dan Negara Indonesia, Pancasila pada


hakikatnya merupakan suatu hasil penuangan atau pemikiran seseorang
atau kelompok orang. Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Ketetapan Bangsa Indonesia, mengenai Pancasila
sebagai ideologi Negara tercantum dalam ketetapan MPR No. 18 Tahun
1998 tentang pencabutan dari ketetapan MPR No. 2 Tahun 1978
mengenai pedoman, penghayatan, dan pengamalan pancasila dan
penetapan tentang penegasan Pancasila sebagai dasar Negara. Pada pasal
1 ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945 ialah dasar negara dari Negara NKRI yang
harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari
ketetapan MPR tersebut dapat kita ketahui bahwa di Indonesia kedudukan
Pancasila sebagai ideologi nasional, selain kedudukannya sebagai dasar
Negara. Pancasila sebagai ideologi Negara yang berarti sebagai cita-cita
bernegara dan sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan
yang konkret dan opersional aplikatif, sehingga tidak hanya menjadi
slogan saja, dalam ketetapan MPR No. 18 dinyatakan bahwa pancasila
perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam
kehidupan bernegara. Contoh penerapan ideologi Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari meliputi berbagai bidang. Aspek tersebut misalnya
membantu sesama warga, bergotong-royong, menghormati hak dan
kewajiban orang lain dan diri sendiri, serta menjunjung tinggi nilai
persatuan dalam bermasyarakat.
2. Seperti halnya kartu identitas yang umumnya dimiliki setiap orang
sebagai tanda pengenal, ideologi juga dapat digunakan sebagai tanda
pengenal dari sebuah bangsa. Selain itu, ideologi memiliki fungsi lainnya,
yaitu fungsi kognitif dan orientasi dasar. Sebagai fungsi kognitif berarti
ideologi dapat dijadikan sebuah landasan bagi suatu bangsa dalam
berkehidupan dunia. Sedangkan, fungsi orientasi dasar berarti ideologi
merupakan hal yang dapat dijadikan sumber wawasan dan makna bagi
rakyat, serta dapat menjadi pembimbing bagi rakyatnya dalam mencapai
tujuan.
Pancasila sebagai ideologi negara juga memiliki beberapa fungsi, antara
lain:
 Memberikan pedoman bagi masyarakat untuk bisa
mengembangkan sekaligus memelihara identitas bangsa Indonesia.
 Memberikan pengawasan terhadap setiap perilaku masyarakat agar
cita-cita bangsa yang tercantum dalam Pancasila bisa terwujud.
 Mengarahkan seluruh bangsa agar bisa mencapai tujuannya,
terutama berkaitan dengan cita-cita bangsa dan negara Indonesia
 Memelihara, memperkuat, dan menyatukan semua bangsa agar
menjadi satu kesatuan sehingga persatuan bangsa Indonesia terus
terjaga.
 Pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa
Indonesia sehingga kehidupan bermasyarakat bisa dijalani dengan
harmonis
3. Disebut sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyesuaikan diri
menghadapi berbagai zaman tanpa harus mengubah nilai fundamentalnya.
Dengan kata lain, Pancasila bisa hidup di berbagai zaman dan mampu
mengatur kondisi dinamika masyarakat yang sering mengalami
perubahan. Akan tetapi, keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti
mengubah nilai yang ada di dalamnya.
Daftar Pustaka

Kaelan, 2005.Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa.


Yogyakarta:Paradigma.
Kaelan, 2006.Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:Paradigma.
Kaelan,2003.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma
Kohdi, S.A., dan Soejadi, R, 2010. Filsafat, Ideologi, dan Wawasan Bangsa
Indonesia.Yogyakarta:Penerbit Universitas Atma Jaya.
Nasution, Harun. 2005. Filsafat agama. Jakarta:Bulan Bintang 137.
Notonagoro, 2009. Pancasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III
Notonogoro. 2005. Pancasila Dasar Filsafat Negara. Jakarta:Cetakan Ke-4,
Pantjuran Tudjuh.
Poespowardoyo, Soenaryo. 2008. Filsafat Pancasila. Jakarta: Gramedia.
Ramadhan Gelar,2015.Pendidikan pancasila.Universitas widyatama fakultas
teknik informatika.
Setyawan Agus, Ahmad Rochim,dkk,2013. Pancasila sebagai sistem filsafat.
Universitas Brawijaya.
BAB V
PANCASILA SEBAGAI DASAR

DALAM MASYARAKAT UNTUK SADAR PAJAK

A. Standar Kompetensi

Mahasiswa memiliki wawasan tentang konsep Pancasila Sebagai Dasar


Dalam Masyarakat Untuk Sadar Pajak.

B. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep Pancasila Sebagai Dasar


Dalam Masyarakat Untuk Sadar Pajak.

C. Indikator Hasil Belajar


1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pengertian Pajak.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang self assessment system.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pancasila Sebagai Dasar
Dalam Masyarakat Untuk Sadar Pajak Hasil Belajar
D. Uraian Materi
5.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan penerimaan negara terbesar di dalam struktur Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurut Laporan Tahunan Direktorat
Jenderal Pajak (DJP), porsi penerimaan pajak di dalam APBN pada tahun 2009
sampai dengan 2016 mencapai lebih dari 60% dari total keseluruhan
penerimaan negara. Untuk tahun 2016, penerimaan pajak didominasi oleh
Pajak Penghasilan (PPh), baik berupa PPh Migas dan PPh Non-Migas, yaitu
sebesar 60,23% (DJP, 2017). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran
PPh dalam penerimaan negara.

Pajak merupakan urat nadi dalam menuntaskan pembangunan di


Indonesia. Pemerintahan Jokowi lima tahun kedepan terus meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial melalui peningkatan
pembangunan infrastruktur guna mampu bersaing sekaligus menjawab
bagaimana menurunkan pengangguran. Sektor riil dalam menunjang suksesnya
hal tersebut selain perdagangan eksport dan import adalah kesadaran masyarakat
dalam membayar pajak. Warga negara yang baik adalah warga negara yang
menghormati hukum negaranya termasuk berkewajiban membayar pajak.
Untuk menumbuh kembangkan kewajiban tersebut, mulai dari bangku
Pendidikan kita bangkitkan kesadaran mereka untuk merasa terpanggil membayar
pajak, karena telah terbukti pemerintahan telah mampu mempercepat proses
pembangunan, baik itu Pelabuhan udara, laut, termasuk transportasi darat yang
telah mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakatnya. Untuk
meningkatkan sistem perpajakan maka harus adanya reformasi perpajakan.
Reformasi perpajakan di Indonesia sejak saat itu merubah sistem pemungutan
pajak dari sistem Official Assessment menjadi Self Assasment System.
Sumarsan (2013) mendefinisikan self assessment system sebagai suatu
sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, dantanggung
jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperkirakan,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Okello
(2014) menguraikan beberapa karakteristik dari self assessment system
antara lain:
1. self assessment system digunakan karena pada realitasnya tidak ada
otoritas perpajakan yang memiliki atau akan pernah memiliki sumber daya
yang memadai untuk menentukan jumlah kewajiban yang benar dari setiap
Wajib Pajak;
2. self assessment system berdasarkan pada ide kepatuhan sukarela;
3. self assessment system tidak membutuhkan banyak informasi dan dokumen
pendukung ketika proses penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT);
4. peran otoritas perpajakan dalam self assessment system yang pertama dan
paling utama adalah membantu Wajib Pajak untuk memahami hak dan
kewajibannya berdasarkan Undang-Undang; dan
5. dalam self assessment system, otoritas perpajakan lebih mengandalkan
pengendalian setelah penyampaian SPT seperti pemeriksaan berdasarkan
resiko, penagihan, dan penyidikan terhadap pengemplang pajak.
Pelaksanaa self assessment system ini masih memiliki banyak kekurangan
dan kendala seperti kurangnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga menyebabkan berkurangnya
penerimaan pajak. Self assessment system ini dapat tercapai dengan adanya
program-program yang dilaksanakan oleh pihak Direktorat Jendral Pajak agar
persepsi masyarakat tentang pajak tidak salah dan masyarakat pun percaya
kepada otoritas pajak. Oleh karena itu wajib pajak dituntut kejujurannya dalam
pelaksanaan self assessment system untuk lebih meningkatkan perpajakan.
Berdasarkan Sapiei dan Kassippelai (2013), Indonesia termasuk dalam
kelompok negara awal yang melakukan adopsi sistem bersamaan dengan
Srilangka, Pakistan, Bangladesh, Australia, Irlandia, Selandia Baru, dan Inggris
Raya. Indonesia mengadopsi self assessment system pada tahun 1984.
5.2 Pancasila Sebagai Dasar Dalam Masyarakat Untuk Sadar Pajak

Pancasila adalah merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.


Pancasila merupakan dasar falsafah negara, sehingga merupakan landasan ideal
dalam segala tidakan dan perbuatan baik dalam hidup bermasyarakat maupun
dalam hidup bemegara. Demikian juga dalam lapangan perpajakan. Pancasila
merupakan dasar falsafah pemungutan pajak. Pancasila dengan kelima silanya
harus mendapat tempat dan dijabarkan dalam setiap peraturan perundang-
undangan perpajakan. Peraturan perundang-undangan perpajakan. Peraturan
perundang-undangan perpajakan merupakan ceminan dari Pancasila dengan
kelima silanya.

Melalui TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 telah ditetapkan bahwa


Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Oleh
karena itulah setiap peratura perundang-undangan, termasuk bidang pajak harus
bersumber dari Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan kelima sila
Pancasila. Dibawah ini akan diuraikan hubungan kelima sila Pancasila dengan
pemungutan pajak di Indonesia, kemudian dikaitkan dengan peraturan
perundang-undangan didang perpajakan.

1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa


Salah satu butir pengalaman sila pertama Pancasila adalah percaya
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing atas dasar kemanusiaan yang adil dan
beradap. Dalam kaitannya denganpemungutan pajak, bahwa setiap agama-
agama surgawi mengajarkan kewajiban umatNya untuk taat kepada
perintah negara, termasuk memberikan apa yang menjadi kewajibannya
kepada negara dan masyarakat, disamping kewajibannya kepada Tuhan.
Dalam hubungannya dengan peraturan perundang-undangan bidang
perpajakan secara tegas dlsebutkan melalui UU No. 6 tahun 1983 jo UU
Xo. 9 tahun 1994 jo UU No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menentukan bahwa pajak merupakan
kewajiban kenegaraan dan dimaksudkan sebagai pelaksanaan
pembangunan nasional.
2. Sila Kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia, merupakan salah satu wujud pengalaman sila
kedua Pancasila. Sikap yang demikian juga dianut dalam pemungutan
pajak yang melarang adanya diskriminasi di kalangan wajib pajak, Butir
lain ialah "mengembangkan rasa tenggang rasa". Dalam lapangan
perpajakan, hal ini diwujudkan rnelalui adanya toleransi atau tenggang rasa
dari aparat yang berweiiang membentuk peraturan perundang-undangan,
mulai dari tingkat rancangannya hingga penyusunannya, Rasa tenggang
rasa, khususnya dimaksud dalam menentukan tarif dan persentase pajak
yang dikenakan. Wujud pengamalan sila kedua yang lain adalah tidak
semena-mena terhadap orang lain. Dalam hubungannya dengan
pemungutan pajak, para fiskus diwajibkan untuk memberikan pelayanan
yang baik dan terhormat bagi para wajib pajak. Sesuai dengan ketentuan
undang-undang ditetapkan bahwa apabila wajib pajak merasa keberatan
atas tindakan fiskus dalam menetapkan pajak terhutang, undang-undang
memberikan sarana bagi pengajuan "keberatan" maupun banding dan
gugatan kepada Badan Penyelesaian Sengketa pajak yang dibentuk
berdasarkan UU No. 17 tahun 1997 tentang Badan Pernyelesian Sengketa
Pajak (BPSP).
3. Ketiga, Persatuan Indonesia
Wujud pengamalan sila ketiga Pancasila antara lain adalah rela
berkorban demi kepentinganbangsa dan negara serta menepatkan
kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.
Dalam kaitannya dengan peraturan perundang-undangan perpajakan., hal
ini dapat dilihat dalam ketentuan tentang KUP yang menentukan bahwa
kewajiban perpajakan merupakan kewajiban beregaraan dan sebagai
bentuk partisipasi aktif seluruh rakyat dalam membiayai pembangunan
nasional. Pemungutan pajak merupakan penerapan kewenangan publik
yang dimiliki oleh pemerintah untuk rnencapai tujuannya. Tercermin
bahwa dengan pernbayaran pajak, setiap warga negara telah
mengorbankan sebagian harta kekayaan demi untuk kepentingan umum,
yaitu kesejahteraan rakyat banyak. Dengan pajak, berarti seseorang telah
menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau
golongan.
4. Sila Keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Perwujudan sila keempat dari Pancasila terdapat dalam pasal 23
ayat (2) UUD 1945, yang menentukan bahwa pemungutan pajak harus
ditetapkan dengan undang-undang. Bahwa pajak yang ditarik dari
masyarakat, haruslah terlebih dahulu dimusyawarahkan dengan rakyat
untuk selanjutnya diambil mufakat dengan kewajiban untuk menerima
hasil mufakat dengan rasa tanggung jawab serta melaksanakannya dengan
baik. Mekanisme pengarnbilan keputusan politik dalam bentuk perundang-
undangan sepenuhnya mencerminkan wujud pengamalan sila keempat
Pancasila, Dalam proses lahirnya suatu undang-undang perpajakan,
merupakan cerminan dari pelaksanaan asas demokrasi dalam pemungutan
pajak.
5. Sila Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Asas Keadilan dalam hukum pajak tercermin dalam ketentuan
bahwa tidak semua warga negara sebagai wajib pajak, Undang-undang
perpajakan yang berlaku menentukan kriteria untuk adanya seorang
menjadi wajib pajak, walaupun setiap orang merupakan subyek pajak.
Demikian juga halnya bahwa terhadap wajib pajak dengan penghasilan
yang sama tidak berarti dikenakan tarif pajak yang sama.

Perwujudan asas keadilan dalam pemungutan pajak dilakukan


melalui penyempurnaan undang-undang perpajakan. Penjelasan Umum
UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan ditetapkan bahwa salah
satu tujuan penyempurnaan undang-undang tersebut adalah untuk lebih
meningkatkan keadilan pengenaan pajak.
Wujud asas keadilan dalam pemungutan pajak juga ternyata dari
tujuan pajak itu sendiri yang ditujukan untuk kepentingan umum, tidak
pemah membedakan individu yang membayar pajak maupun yang tidak
membayar pajak. Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dapat
dilihat adanya ketentuan umum yang berfungsi sebagai tafsiran autentik.
Demikian juga disediakannya saran bagi wajib pajak untuk memperoleh
keadilan sebagai akibat Tindakan dan perbuatan aparat perpajakan.

E. Rangkuman
Pajak merupakan penerimaan negara terbesar di dalam struktur Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak merupakan urat nadi dalam
menuntaskan pembangunan di Indonesia. Warga negara yang baik adalah
warga negara yang menghormati hukum negaranya termasuk berkewajiban
membayar pajak
Untuk menumbuh kembangkan kewajiban tersebut, mulai dari bangku
Pendidikan kita bangkitkan kesadaran mereka untuk merasa terpanggil
membayar pajak, karena telah terbukti pemerintahan telah mampu
mempercepat proses pembangunan, baik itu Pelabuhan udara, laut, termasuk
transportasi darat yang telah mampu meningkatkan pendapatan perkapita
masyarakatnya. Untuk meningkatkan sistem perpajakan maka harus adanya
reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan di Indonesia sejak saat itu
merubah sistem pemungutan pajak dari sistem Official Assessment menjadi
Self Assasment System.
Pancasila adalah merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan dasar falsafah negara, sehingga merupakan landasan
ideal dalam segala tidakan dan perbuatan baik dalam hidup bermasyarakat
maupun dalam hidup bemegara. Demikian juga dalam lapangan perpajakan.
Pancasila merupakan dasar falsafah pemungutan pajak. Pancasila dengan
kelima silanya harus mendapat tempat dan dijabarkan dalam setiap peraturan
perundang-undangan perpajakan. Peraturan perundang-undangan perpajakan.
Peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan ceminan dari
Pancasila dengan kelima silanya.
Melalui TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 telah ditetapkan bahwa
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Oleh
karena itulah setiap peratura perundang-undangan, termasuk bidang pajak
harus bersumber dari Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan kelima
sila Pancasila. Dibawah ini akan diuraikan hubungan kelima sila Pancasila
dengan pemungutan pajak di Indonesia, kemudian dikaitkan dengan peraturan
perundang-undangan didang perpajakan. Wujud asas keadilan dalam
pemungutan pajak juga ternyata dari tujuan pajak itu sendiri yang ditujukan
untuk kepentingan umum, tidak pemah membedakan individu yang
membayar pajak maupun yang tidak membayar pajak.

F. Soal-Soal Latihan
Soal Objektif
1. Pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan,
dantanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperkirakan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar dinamakan…
a. Self Assasment System
b. Corporate Assessment System
c. With holding System
d. Public Assessment System
e. Official Assessment System
2. Fungsi pajak sebagai sumber pendapatan akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara disebut…
a. Fungsi Anggaran
b. Fungsi Stabilitas
c. Fungsi mengatur
d. Fungsi Redistribusi
e. Fungsi Pembangunan
3. Reformasi perpajakan dilakukan dengan dasar yaitu penerimaan negara
tidak mungkin hanya mengandalkan sektir migas, sedangkan tujuan
reformasi perpajakan diantaranya yaitu ...
a. Untuk menjaga keseimbangan pasar uang
b. Untuk menjaga moneter
c. Untuk pembiayaan sarana dan prasarana Negara
d. Untuk kemandirian pembangunan nasional
e. Untuk menjaga stabilitas permintaan dab penawaran nilai pasar
4. Berikut ini yang termasuk Pajak Daerah Tingkat I adalah ...
a. Pajak Hotel.
b. Pajak Kendaraan Bermotor
c. Pajak Restoran
d. PBB Pertambangan
e. Bea Materai.
5. Metode pengenaan pajak yang dihitung didasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya (riil) setelah berakhirnya tahun pajak, dinamakan ...
a. Stelsel Campuran
b. Stelsel Riil
c. Stelsel Fictive
d. Stelsel Inovatif
e. Stelsel Simbolatif
6. Berikut ini yang termasuk pajak pusat adalah ...
a. Pajak Hotel.
b. Pajak Kendaraan Bermotor
c. Pajak Restoran.
d. PBB Pertambangan
e. Bea Materai
7. Asas perpajakan yang menyebutkan ketentuan pemungutan pajak harus
ada kepastian mengenai objek pajak, subjek pajak, dasar pengenaan
pajak, tarif, dan prosedur pengenaan pajak dinamakan…
a. Asas Equality
b. Asas Economic
c. Asas Convinience
d. Asas Certainty
e. Asas Multiguna

Soal Essay

1. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar di dalam struktur


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pajak memiliki kegunaan bagi negara, yaitu?
2. secara ekonomis maupun secara yuridis dapat ditarik kesimpulan bahwa
ciri-ciri tentang pajak adalah…
3. Untuk meningkatkan sistem perpajakan maka harus adanya reformasi
perpajakan. Reformasi perpajakan di Indonesia sejak saat itu merubah
sistem pemungutan pajak dari Official Assessment system menjadi Self
Assasment System mengapa demikian?
Kunci Jawaban

1. A
2. D
3. B
4. B
5. E
6. D

1. Kegunaan pajak bagi negara:


1) Fungsi anggaran (budgeting)
Pemungutan pajak adalah menjadi langkah ideal untuk melibatkan
rakyat dalam pembangunan negara. Karena itu, fungsi pajak dari sisi
anggaran membantu menjelaskan bahwa, pajak dipakai pemerintah
untuk mengisi slot sumber pendanaan dalam anggaran negara.
Anggaran yang disusun pemerintah ini adalah yang kita banyak
kenal sebagai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Pemerintah setiap tahunnya menyusun kerangka APBN untuk masa
satu tahun. Di dalam APBN tersebut terdapat sejumlah komponen,
ada yang disebut sebagai pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Pajak yang menjalankan fungsi anggaran masuk ke dalam komponen
pendapatan. Pungutan pajak membantu memenuhi pendapatan
negara di dalam anggaran APBN. Dalam realisasinya, pendapatan
dari pajak dipakai untuk memenuhi kebutuhan pada komponen
belanja negara. Namun, dalam implementasinya hingga saat ini,
pendapatan dari pajak adalah tidak selalu berhasil memenuhi
kebutuhan belanja. Dengan kata lain, pendapatan pajak adalah tidak
cukup untuk membiayai kebutuhan belanja pemerintah. Karena itu,
di dalam komponen pendapatan negara, pajak bukan satu-satunya
sumber pendapatan negara, namun ada juga dana hibah hingga
pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
2) Fungsi mengatur (regulated)
Fungsi pajak yang kedua adalah sebagai komponen yang mengatur.
Pajak dipakai pemerintah untuk mengatur bagaimana masyarakat
atau publik terlibat di dalam pendanaan pembangunan negara.
Karena didefinisikan sebagai objek pengaturan, maka implementasi
pajak adalah selalu bersifat memaksa atau membebankan seseorang
untuk memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini, orang atau badan
yang dikenai pajak disebut sebagai wajib pajak. Orang tersebut
wajib, mau tidak mau, suka tidak suka harus membayar pajak
sebagai bentuk kewajibannya sebagai warga negara. Begitupun
dengan badan atau perusahaan, suka tidak suka mereka harus
menyetor pajak kepada pemerintah, ini sebagai bagian komitmen
mereka terhadap pembangunan negara atau tempat dimana mereka
memperoleh keuntungan. Sehingga, jika seseorang atau badan usaha
ingin mendapat fasilitas infrastruktur yang baik, maka mereka wajib
menyetor uang kepada pemerintah untuk membantu pembangunan
infrastruktur.
Sederhananya, fungsi pajak adalah sebagai komponen yang
mengatur, terutama untuk melibatkan orang atau badan dalam
penyediaan pendanaan negara.
3) Fungsi stabilitas
Dalam konteks yang lebih luas, fungsi pajak adalah menjadi
komponen untuk mencapai stabilitas ekonomi. Dalam suatu
perekonomian, adanya fenomena kenaikan harga yang signifikan
dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus dikenal sebagai
inflasi. Apabila harga terus naik atau terjadi inflasi, menunjukkan
bahwa perekonomian terus menggeliat karena konsumen semakin
banyak yang berbelanja, namun keterbatasan produksi membuat
harga terus merangkak naik. Permintaan menjadi lebih banyak
ketimbang penawaran. Sebaliknya, ketika harga-harga barang
cenderung jatuh menunjukkan bahwa perekonomian mungkin saja
tengah lesu. Harga menjadi lebih murah karena terjadi surplus pada
produksi, jumlah barang yang ditawarkan justru lebih banyak
ketimbang permintaan.
Masyarakat menjadi lebih jarang berbelanja padahal barang yang
ditawarkan banyak, sehingga mendorong penurunan harga. Kedua
kondisi tersebut memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing.
Pemerintah tentu tidak bisa terus menerus membiarkan harga
melambung tinggi. Meski ini mencerminkan ekonomi yang bergeliat,
harga yang terus naik akan merugikan masyarakat karena biaya yang
dikeluarkan untuk membeli barang semakin mahal. Karena itu,
pemerintah perlu mengendalikan inflasi agar tidak naik tajam.
Sebaliknya, jika ekonomi terus mengalami deflasi tentu
menguntungkan bagi konsumen karena harga barang-barang turun
sehingga barang jadi lebih murah, namun tidak baik bagi produsen
dan pemerintah
4) Fungsi redistribusi
Untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia,
pemerintah harus mampu mendistribusikan anggaran untuk
pembangunan sesuai tempatnya
Disinilah peran dan fungsi pajak sebagai redistribusi ekonomi. Di
mana pemerintah menerapkan pajak dengan memperhatikan aspek
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penarikan pajak adalah lebih
diutamakan dari kelompok masyarakat yang memperoleh untuk
besar dari perekonomian. Misal dengan pajak penghasilan, PPN atau
pajak badan usaha. Sebaliknya, karena kelompok rentan cenderung
memiliki pendapatan yang rendah, pemerintah memberikan
pengampunan pajak sehingga mereka tidak terlalu banyak terlibat
dalam membiayai pembangunan negara.
Fungsi pajak sebagai redistribusi ekonomi merupakan implementasi
ideal pembangunan negara. Pajak dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan semua masyarakat. Pajak besar ditarik dari masyarakat
kaya yang kemudian dana tersebut dikelola untuk pembangunan dan
memberi bantuan bagi masyarakat miskin.
2. Ciri-ciri tentang pajak anatar lain sebagai berikut:
1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang.
2) Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi
perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung
3) Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan
umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi
pemerintahan baik yang rutin maupun tidak.
4) Pemungutan pajak dapat dipaksakan.
5) Berfungsi sebagai budgeter (anggaran) dan mengatur regulatif
(mengatur).
3. Sejak perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
pada tahun 1983 yang merupakan awal dimulainya reformasi perpajakan
Indonesia menggantikan peraturan perpajakan yang dibuat oleh kolonial
Belanda (misalnya: ordonansi PPs 1925 dan ordonansi PPd 1944),
Indonesia telah mengganti sistem pemungutan pajaknya pula dari official
assessment system menjadi self assessment system yang masih diterapkan
sampai dengan sekarang. Self assessment system merupakan sistem
pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak
(WP) untuk menghitung/memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Penerimaan pajak di negara Indonesia
menjadi sumber pendapatan yang semakin hari semakin penting. Sampai
saat ini, pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Pentingnya
penerimaan pajak sebagai sumber untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan pembangunan harus bisa disadari oleh seluruh masyarakat
pembayar pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat
terwujud. Untuk menopang hal tersebut saat ini, Indonesia menganut self
assessment system yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab
kepada Wajib Pajak untuk:
a. berinisiatif mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan NPWP (nomor
pokok wajib pajak)
b. menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
pajak terutang.
Menurut penjelasan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (UU KUP) bahwa sistem pemungutan pajak tersebut
mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya pajak yang terutang
dipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri dan melaporkannya secara
teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Oleh karena
itu peran dan fungsi Pemeriksa Pajak sangat berperan dalam mengawal
jalannya self assessment system.
Daftar Pustaka

Abbon, Thomas (2019). Pancasila Sebagai Falsafah Pajak Di Indonesia.


Volume 5 Nomor 1. Jakarta. Universitas Kristen Indonesia
Aspexsia, Purto, Agung. Dkk. Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Di Indonesia. Universitas Gadjah Mada
BAB VI
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Standar Kompetensi
Menjelaskan tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat sebagai cermin jati diri
Bangsa.
B. Indikator Hasil Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian Sistem Filsafat.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Filsafat Pancasila.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hakikat sila-sila Pancasila.
C. Uraian Materi
6.1 Pengertian Filsafat
Secara etimologis, ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, phile yang berarti
cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat berarti cinta
kebijaksanaan.
Dr. I.R.J Gred dalam bukunya Elementa Philosophie merumuskan filsafat
sebagai ‘ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip- prinsip yang diketahui
dengan kekuatan budi kodrati dengan mencari sebab musababnya yang tedalam.
Objek material filsafat adalah seluruh realitas, sedangkan objek material ilmu
pengetahuan lainnya senantiasa khusus dan terbatas. Ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya senantiasa menyelidiki bagaimana struktur objeknya, sedangkan filsafat
selalu mencari sebab-sebab yang terdalam, mencari hakikat realita. Jadi apabila
kita berfilsafat kita selalu berusaha untuk berpikir mendasar dan mendalam,
berpikir radikal, dengan mencari akar yang terdalam bukan berdasarkan agama,
sebab agama berdasarkan wahyu ilahi, melainkan dengan menggunakan kekuatan
budi kodrati manusia sendiri (Gunawan Setiardjo, 199;4).
Cakupan dari pengertian filsafat yaitu :
a. Filsafat sebagai produk : - Filsafat sebagai jenis pengetahuan, konsep, ilmu
atau pemikiran - Filsafat sebagai jenis problema yang dihadapi manusia, dan
dicari kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber dari akal.
b. Filsafat sebagai proses : Diartikan dalam bentuk suatu aktifitas berfilsafat
dalam proses pemecahan masalah dengan metode yang sesuai dengan
objeknya. Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran hakiki, karena filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup
lama tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya ruang, waktu, keadaan
dan orangnya. Itulah sebabnya maka timbul berbagai pendapat mengenai
pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masing-masing, antara
lain :
- Rasionalisme atau mengagungkan akal
- Materialisme atau mengagungkan materi
- Individualisme atau mengagungkan individualitas
- Hedonisme atau mengagungkan kesenangan.
Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat yaitu :
a. Socrates (469-399 s.M.) Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang
bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari
kehidupan yang adil dan bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan
keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri atau
refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
b. Plato (472-347 s. M.) Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan
bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of
truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang
abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan
pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap pandangan tentang
seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat
spekulatif.

6.1.1 Pengertian Sistem


Pancasila adalah sebuah system karena sila-sila merupakan satu kesatuan
yang tdiak dapat dipisah-pisahkan. Esensi seluruh sila-silanya juga merupakan
suatu kesatuan. Pancasila berasal dari kepribadian bangsa Indonesia dan unsur-
unsurnya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu.
Secara garis besar pancasila adalah suatu realita yang keberadaan dan
kebenarannya tidak dapat diragukan. Inti pancasila yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus menjadi pedoman dan
tolak ukur bagi seluruh kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan bangsa
Indonesia.Pancasila adalah dasar Negara, ideology, kepribadian, jiwa, pandangan
hidup bangsa Indonesia.
6.1.2 Pengertian pancasila sebagai sistem filsafat
Filsafat Negara kita ialah pancasila, yang diakui dan diterima oleh bangsa
Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, pancasila harus dijadikan
pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari. Sebagaimana telah
dirumuskan oleh presiden Soekarno, pancasila pada hakikatnya telah hidup sejak
dahulu dalam moral, adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat Indonesia dan
kebiasaan masyarakat Inddonesia. “dengan adanya kemerdekaan Indonesia,
Pancasila bukanlah lahir, atau baru dijelmakan, tetapi sebenarnya Pancasila itu
bangkit kembali”. Sebagai pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah asas-
asas pancasila disampaikan kepada generasi baru melalui pengajaran dan
pendidikan. Pancasila menunjukkan terjadinya proses ilmu
pengetahuan, validitas dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).
Jadi Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan untuk satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu
bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain, dan memiliki fungsi serta
tugas masing-masing.

6.2 Filsafat Pancasila


Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.Filsafat
Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan
tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan
hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father
kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila
memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila
(Notonagoro).
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia.Kenyataannya definisi filsafat
dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa
filsuf Indonesia.Pancasila dijadikan wacana sejak 1945.Filsafat Pancasila
senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga
Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat.Hal ini merujuk pidato
Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di
Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka.
Pancasila terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme,
sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan nasionalisme.
Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai
berakhirnya kekuasaannya (1965).Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan
bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan
tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan
Arab (Islam).Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia,
“Keadilan Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil.Sukarno tidak pernah
menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.Soekarno berpendapat
bahwa Filsafat Pancasila merupakan hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-
dalamnya dari bangsa indonesia yang dianggap, dipercaya, dan diyakini sebagai
kenyataan, dan nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana.
Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi.Melalui filsuf-filsuf yang
disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti
interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly
Indonesia”. Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila
dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang
bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia
antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo,
Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi,
Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono. Berdasarkan
penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil
berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai)
yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai
bagi bangsa Indonesia.
Kalau dibedakan anatara filsafat yang religius dan non religius, maka filsafat
Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila
dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang
berasal
dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekaligus mengakui
keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis,
filsafast Pancasila digolongkandalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat
Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya
bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar untukmemenuhi
hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan
terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup, way of the
life, Weltanschaung dan sebagainya); agar hidupnya dapat mencapai kebahagiaan
lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Selanjutnya filsafat Pancasila
mengukur adanya kebenran yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat sebgai
berikut:
1. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);
2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
4. Kebenaran filosofis (filsafat);
5. Kebenaran religius (religi).
Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat,
sebaiknya kita kutip ceramah Mr. Moh Yamin pada Seminar Pancasila di
Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul “Tinjauan Pancasila Terhadap Revolusi
Fungsional”, yang isinya anatara lain sebagai berikut:
Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem
filsafat. Marilah kita peringatkan secara ringkas bahwa ajaran Pancasila itu dapat
kita tinjau menurut ahli filsafat ulung, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak
dari filsafat Evolusi Kebendaan seperti diajarkan oleh Karl Marx (1818-1883)
dan menurut tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin Haeckel, serta juga
bersangkut paut dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel Kant
(1724-1804).
Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah suatu sintese pikiran yang lahir dari
antitese pikiran. Dari pertentangan pikiran lahirlah paduan pendapat yang
harmonis. Dan ini adalah tepat. Begitu pula denga ajaran Pancasila suatu sintese
negara yang lahir dari antitese.
Saya tidak mau menyulap. Ingatlah kalimat pertama dan Mukadimah UUD
Republik Indonesia 1945 yang disadurkan tadi dengan bunyi: Bahwa
sesungguhanya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab itu
penjajahan harus dihapusakan karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Kalimat pertama ini adalah sintese yaitu antara penjajahan dan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Pada saat sintese sudah hilang, maka lahirlah
kemerdekaan. Dan kemerdekaan itu kita susun menurut ajaran falsafah Pancasila
yang disebutkan dengan terang dalam Mukadimah Konstitusi R.I. 1950 itu yang
berbunyi: Maka dengan ini kami menyusun kemerdekaan kami itu, dalam suatu
Piagam Negara yang berbentuk Republik Kesatuan berdasarkan ajaran Pancasila.
Di sini disebut sila yang lima untukmewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan dan
perdamaian dunia dan kemerdekaan. Kalimat ini jelas kalimat antitese. Sintese
kemerdekaan dengan ajaran Pancasila dan tujuan kejayaan bangsa yang bernama
kebahagiaan dan kesejahteraan
rakyat. Tidakah ini dengan jelas dan nyata suatu sintese pikiran atas dasar antitese
pendapat?
Jadi sejajar denga tujuan pikiran Hegel beralasanlah pendapat bahwa ajaran
Pancasila itu adalah suatu sistem filosofi, sesuai dengan dialektis Neo-Hegelian.
Semua sila itu adalah susunan dalam suatu perumahan pikiran filsafat yang
harmonis. Pancasila sebagai hasil penggalian Bung Karno adalah sesuai pula
dengan pemandangan tinjauan hidup Neo-Hegelian.

6.2.1 Dasar-Dasar Filsafat Pancasila


1. Dasar Ontologi Filsafat Pancasila
Ontology menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat
sesuatu tentang ada atau keberadaan. Ontology juga dikenal sebagai
dengan ilmu tentang keberadaan sesuatu secara nyata, factual, dan
konkret.Secara ontologi, pendidikan Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila
Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah
merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis. Dasar ontology pancasila hakikatnya adalah
manusia yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau
monodualis karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis. Subyek
pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.
2. Dasar Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan metode, ilmu pengetahuan. Epistemology meneliti sumber
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas ilmu
pengetahuan.
3. Aksiologi adalah teori nilai, yaiti sesuatu yang diinginkan, disukai atau
yang baik. Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat meliliki satu
kesatuan dasar aksiologis yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi
pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai
Pancasila.

6.2.2 Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup
(filsafata hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan
memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta
cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki
pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam
menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-
persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar
umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan
pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial
dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan
berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun
dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam
dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.
Pada akhirnyta pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai
yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri
Republik ini dat memuaskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup
bangsa kita yang kemudian kita namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam
ketetapan MPR No.II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita.
Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup
bangsa Indonesia.Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan
cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah beurat/berakar di
dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah suatu kebudayaan yang mengajarkan
bahwa hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika kita dapat baik dalam
hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan manusia dengan
Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan
rohaniah.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang,
dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam
penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya
sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan
perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang secara keseluruhan
membentuk kepribadian sendiri.
Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang
bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai
pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan
lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah berjuang, dengan
melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh gagasan-
gagasan besar dunia., dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan
gagasan besar bangsa kita sendiri. Karena Pancasila sudah merupakan pandangan
hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar
negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa
meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah
UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam
Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila itu tetap
tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan
konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat
terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan
bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh bangsa Indonesia
karena sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia
juga merupakan dasar yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia

6.3 Hakikat sila-sila pancasila


a. Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi antara lain “atas berkat rahmat
Allah yang maha kuasa”
b. Pasal 29 UUD 1945:
1. Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa.
a. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannya.
2. Silakedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi
yangmempunyai potensi piker, rasa, karsa, dan cipta karena potensi
inilah manusia menduduki martabat yang tinggi dengan
akal budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi
nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil
mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan
atas norma-norma yang obyektif tidak subyektif apalagi sewenang-
wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya.
Mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu
berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan.
Adab mengandung pengertian tata kesopanan kesusilaan atau moral.
Jadi : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap
dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi
nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan
kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia
maupun terhadap alam dan hewan.Di dalam sila kedua
kemuanusian yang adil yang beradab telah tersimpul cita-cita
kemanusiaan yang lengkap yang adil dan beradab memenuhi
seluruh hakekat mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan dijiwai
sila satu hal ini berarti bahwa kemanusiaan yang adil dan beradab
bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaa-Nya.Hakekat
pengertian diatas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alenia yang
pertama dan pasal-pasal 27,28,29,30 UUD 1945.
3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia.
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak
terpecah belah persatuan berarti bersatunya bermacam corak yang
beraneka ragammenjadi satu kebulatan. Indonesia mengandung dua
makna yaitu makna geograpis dan makna bangsa dalam arti politis.
Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia
bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas
dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat, persatuan
Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian
dunia yang abadi Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari
paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II.
Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa,
sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai
satu bangsa yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun.
Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD1945 alenia
ke empat dan pasal-pasal 1,32,35,dan 36UUD 1945
4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok
manusia dalam suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan
dengansila IV bahwa “kekuasaan yang tertinggi berada ditangan
rakyat.Hikmatkebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio
yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan
kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar,
jujur dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata
cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan
memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga
mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau
mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara
(prosedur)mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian
dalam kehidupan bernegara melalui badan-badan perwakilan.
Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan
kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-
keputusannya diambil dengan jalan musyawarah dengan pikiran
yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang
maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya Hakekat
pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD alenia empat dan
pasal-pasal 1,2,3,28 dan 37 UUD 1945.
5. Sila kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat
disegala bidang kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh
rakyatIndonesia berarti setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia,
baik yang berdiam diwilayah kekuasaan Republik Indonesia
maupun warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi
sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan
yang adil dalam bidang hukum, politik, social, ekonomi dan
kebudayaan.
Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila
yangmendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam
bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat adil-
makmur berdasarkan Pancasila. Hakekat pengertian itu sesuai
dengan pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan pasal-pasal 23, 27,
28, 29, 31 dan 34 UUD 1945

D. Rangkuman
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan untuk satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu
bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain, dan memiliki fungsi serta
tugas masing-masing.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar
dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila
merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the
faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
Dalam memjalankan tujuan tertentu dan mencapai keseimbangan adapun Hakikat
sila-sila pancasila yaitu :
Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa.
Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa
Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi,
sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan. Di dalam sila kedua
kemuanusian yang adil yang beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan yang
lengkap yang adil dan beradab memenuhi seluruh hakekat mahluk manusia.
Sila ketiga : Persatuan Indonesia.
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah persatuan
berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragammenjadi satu
kebulatan. Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham
kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia
mengatasi paham golongan, suku bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya
persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah belah oleh
sebab apapun.
Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD1945 alenia ke empat dan
pasal-pasal 1, 32, 35, dan 36 UUD 1945
Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga
mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Jadi sila
ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem
perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah
dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang
maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya Hakekat pengertian itu sesuai
dengan pembukaanUUD alenia empat dan pasal-pasal 1,2,3,28 dan 37 UUD
1945.
Sila kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang
kehidupan, baik materi maupun spiritual. Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari
empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam
bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat adil-makmur berdasarkan
Pancasila. Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea
kedua dan pasal-pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD 1945.
E. Soal-Soal Latihan
Soal Objektif
1. “Dengan adanya kemerdekaan Indonesia, pancasila bukanlah lahir, atau
baru dijelmakan, tetapi sebenarnya pancasila itu itu bangkit kembali” .
rumusan pancasila sebagai sistem filsafat tersebut dikemukaan oleh ...
a. Soeharto
b. BJ. Habibie
c. Muh. Yamin
d. Soetomo
e. Soekarno
2. Hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
indonesia yang dianggap, dipercaya, dan diyakini sebagai kenyataan, dan
nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana merupakan pengertian dari ...
a. Ideologi pancasila
b. Ideologi nasional
c. Fundamental pancasila
d. Dasar negara
e. Filsafat pancasila
3. Provinsi Aceh Darussalam pernah mencoba untuk memisahkan diri dari
NKRI karena faktor faktor yang mempengaruhi. Kasus tersebut tergolong
Sebagai filsafat pancasila memiliki dasar ...
a. Ontologis
b. Epistemologis
c. Aksiologis
d. Pantologis
e. Analogis
4. Apa yang dimaksud dengan dasar Ontologis Pancasila ...
a. Bahwa Pancasila itu benar-benar ada dalam realitas dengan identitas
dan entitas yang jelas
b. Bahwa pancasila sebagai dasar dari suatu negara
c. Bahwa pancasila menjadi cerminan bagi budaya bangsa
d. Bahwa pancasila upaya masyarakat bangsa Indonesia yang
berkeinginan untuk membebaskan diri menjadi bangsa merdeka
e. Bahwa pancasila tidak bisa lepas dari latar belakang suatu bangsa
5. Aksiologi, pancasila tidak bisa dilepaskan dari manusia Indonesia sebai
latar belakang, Karena pancasila bukan nilai dengan sendirinya melainkan
nilai yang diciptakan oleh ...
a. Lembaga pemerintahan
b. Pejabat yang berwenang
c. Anggota legislatif
d. Tuhan Yang Maha Esa
e. Masyarakat itu sendiri
6. Pada Seminar Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul
“Tinjauan Pancasila Terhadap Revolusi Fungsional”. Kutipan tersebut
berasal dari seorang tokoh Indonesia yang bernama...
a. Ir. Soekarmo
b. Dr. Radjiman Wedyodiningrat
c. R.A. Kartini
d. Mr. Moh. Yamin
e. Moh. Hatta
7. Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau
berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan
bahagia. Pengertian filsafat diatas merupakan pengertian filsafat dari
tokoh yang bernama....
a. Plato
b. Aristoteles
c. Socrates
d. Jonh Austin
e. Immanuel Kant

Soal Essay
1. Coba berikan contoh penerapan hakikat sila-sila Pancasila kaitkan dengan
konsep kebidanan !
2. Apakah yang terjadi jika Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diganti
dengan sistem filsafat lainnya?
3. Apa yang harus dilakukan agar nilai-nilai dari pancasila sebagai sistem
filsafat dapat terus lestrari dan dilaksanakan dengan sebaiknya?
Kunci Jawaban

1. E
2. E
3. C
4. A
5. E
6. D
7. C

1. Contoh penerapan hakikat sila-sila Pancasila kaitkan dengan konsep


kebidanan
1) Penerapan pada sila pertama
a. Memberikan kesempatan kepada pasien (klien) untuk berdoa
atau sembahyang sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing sebelum dan sesudah melakukan tindakan
asuhan kebidanan.
b. Mendoakan kesembuhan dari pasien
c. Menghormati semua agama dari pasien
d. Mendoakan kelancaran dalam penanganan kepada pasien
2) Penerapan pada sila kedua
a. Memberikan pelayanan dan yang adil tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya sesuai dengan
penyakit yang diderita pasien (klien).
b. Dalam merawat pasien hendaknya menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusian dengan tidak memperlakukan pasien dengan
semena-mena.
c. Bidan merawat pasien dengan penuh perasaan cinta, serta
sikap tenggang rasa.
d. Membela pasien (Patien Advocate) pada saat terjadi
pelanggaran hak-hak pasien, sehingga pasien merasa aman dan
nyaman.
e. Bidan memberikan informasi dengan jujur dan
memperlihatkan sikap empati yaitu turutmerasakan apa yang
dialami oleh pasien.
f. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasan positif dan
negatif pasien dengan memberikan waktu untuk
mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien.
3) Penerapan pada sila ketiga
a. Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
b. Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien daripada
kepentingan pribadi.
4) Penerapan pada sila keempat
a. Sebelum melakukan tindakan perawatan kepada pasien
bidanhendaknya mengutamakanmusyawarah dengan pasien
dan keluarga pasien dalam mengambil keputusan.
5) Penerapan pada sila kelima
a. Mengembangkan sikap adil dengan menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban terhadap semua pasien.
b. atan pasien dilaksanakan dengan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong-royongan antara pasien, keluarga
pasien, bidan, dokter serta tim paramedis dan medis lainnya.
2. Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara dan pandangan hidup bernegara Indonesia. Sedangkan filsafat
lainnya merupakan dasar dalam berpandangan hidup masing- masing.
Kehidupan menjadi tidak selaras dan berantakan karena tidak memiliki
pedoman dan acuan. Persatuan dan kesatuan menjadi semakin lemah.
Munculnya berbagai macam perselisihan dan konflik.
3. Nilai-nilai dari pancasila sebagai sistem filsafat dapat terus lestrari dan
dilaksanakan dengan:
1) Pemerintah menggalakkan pendidikan Pancasila di berbagai
lembaga pendidikan.
2) Pemerintah gencar melakukan penindakan terhadap tindakan
yang bertentangan dengan nilai Pancasila.
3) Melakukan kampanye tentang pengangkatan kembali nilai moral
Pancasila dengan cara menyebarkannya melalui media massa
seperti televisi, koran, dan internet.
4) Menjadikan pancasila sebuah dasar setiap apa yang akan kita
lakukan, sehingga tujuan bersama dapat tercapai secara
maksimal.
5) Filsafat pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bermasyarakat dan bernegara bagi bangsa Indonesia
dimanapun mereka berada.
Daftar Pustaka

Darmodiharjo, Dirji, 2005. Pokok-pokok Filsafat Hukum. Jakarta: PT. Gramedia.


Driyarkara, SJN. 2006. Percikan Filsafat . Jakarta: PT. Pembangunan.
K.Wantjik Saleh. 2008. Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI.
Jakarta:PT.Gramedia.
Kaelan, 2006.Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:Paradigma.
Kartohadiprojo, Soediman. 2005. Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila. Bandung.
Alumni.
Notonogoro. 2005. Pancasila Dasar Filsafat Negara. Jakarta:Cetakan Ke-4,
Pantjuran Tudjuh.
Poespowardoyo, Soenaryo. 2008. Filsafat Pancasila. Jakarta: Gramedia.
Ramadhan Gelar,2015.Pendidikan pancasila.Universitas widyatama fakultas
teknik informatika.
Setiadi, 2005.Panduan kuliah pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi.Pt
gramedia pustaka utama, anggota IKAPI, Jakarta.
Setyawan Agus. Ahmad Rochim,dkk,2013. Pancasila sebagai sistem filsafat.
Universitas Brawijaya.
BAB VII
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

A. Standar Kompetisi
Menjelaskan konsep Pancasila sebagai sistem etika dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Indikator Hasil Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Etika
2. Mahasiswa mampu memahami Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara.
3. Mahasiswa mampu menjabarkan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sistem
Etika
4. Mahasiswa mampu menerapkan Etika Pancasila Sebagai Solusi Problem
Bangsa
C. Uraian Materi
7.1 Pengertian Etika
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan suatu cabang dari
ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora).Sebagai cabang falsafah, etika membahas
sistem-sistem pemikiran yang mendasar tentang ajaran dan pandangan moral.Dan
sebagai cabang ilmu, etika membahas bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral tertentu.Etika sebagai ilmu dibagi dua, yaitu etika umum dan
etika khusus.Etika umum membahas prinsip-prinsip umum yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia.Dalam falsafah Barat dan Timur, seperti di Cina dan
seperti dalam Islam, aliran-aliran pemikiran etika beranekaragam. Tetapi pada
prinsipnya etika umum membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan
manusia, serta sistem nilai apayang terkandung di dalamnya. Etika khusus dibagi
menjadi dua yaitu etika individual dan etika sosial.
a. Etika indvidual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri
dan dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta panggilan
nuraninya, kewajibannya dan tanggung jawabnya terhadap Tuhannya.
b. Etika sosial di lain hal membahas kewajiban serta norma-norma social
yang seharusnya dipatuhi dalam hubungan sesama manusia, masyarakat,
bangsa dan negara. Etika sosial meliputi cabang-cabang etika yang lebih
khusus lagi seperti etika keluarga, etika profesi, etika bisnis, etika
lingkungan, etika pendidikan, etika kedokteran, etika jurnalistik, etika
seksual dan etika politik. Etika politik sebagai cabang dari etika sosial
dengan demikian membahas kewajiban dan norma-norma dalam
kehidupan politik, yaitu bagaimana seseorang dalam suatu masyarakat
kenegaraan (yang menganut system politik tertentu) berhubungan secara
politik dengan orang atau kelompok masyarakat lain.
7.1.1 Pemahaman Teori dan Konsep Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat istiadat/kebiasaan
yang baik. Perkembangan etika yaitu study tentang kebiasaan manusia
berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Menurut Maryani
Ludigdo (2001), etika adalah seperangkat nilai atau norma atau pedoman yang
mengatur perilaku manusia, baik yang haru dilakukan maupun ditinggalkan yang
dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi. Dalam
mengkaji masalah, etika terdiri dari 2 teori :
1. Teori Konsekuensialis
Kelompok teori yang konsekuensialis yang menilai baik buruknya perilaku
mausia atau benar tidaknya sebagai manusia berdasarkan konsekuensi atau
akibatnya.Yakni dilihat dari apakah perbuatan atau tindakan itu secara
keseluruhan membawa akibat baik lebih banyak daripada akibat buruknya atau
sebaliknya.Teori ini mendasarkan diri atas suatu keyakinan bahwa hidup manusia
secara kodrati mengarah pada suatu tujuan.Yang termasuk kedalam kelompok
konsekuensalis dan teleologis adalah teori egoisme, eudaimonisme, dan
utilarisme. Sesuai dari kata konsekuen yaitu etika tersebut sesuai dengan apa
yang dikatakannya dan diperbuatnya.
2. Teori Non Konsekuensialis
Teori ini menilai baik buruknya perbuatan atau benar salahnya tindakan
tanpamelihat konsekuensi atau akibatnya, melainkan dengan hukum atau standar
moral. Teori ini juga disebut dengan etika deontologist karena menekankan
konsep kewajiban moral yang wajib ditaati manusia.
7.1.2 Pengertian Nilai, Norma, dan Moral
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia.Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik
minat seseorang atau kelompok.Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia.Nilai
sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem
sosial dan karya.Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap
manusia.Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai
suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.
 Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat dalam enam macam, yaitu :
1). Nilai teori
2). Nilai ekonomi
3). Nilai estetika
4). Nilai sosial
5). Nilai politik dan
6). Nilai religi
 Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi empat tingkatan, yaitu:
1). Nilai kenikmatan
2). Nilai kehidupan
3). Nilai kejiwaan
4). Nilai kerohanian
 Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :
1). Nilai material
2). Nilai vital
3). Nilai kerohanian
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral,
religi, dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam
perwujudannya norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum
dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya
sanksi. Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain :
 Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber- sumber pada
agama.
 Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati nurani,
moral atau filsafat hidup.
 Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan
bersumber pada UU suatu Negara tertentu
 Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam hubungan antara
manusia dalam masyarakat.
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,
kelakuan.Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia.Seorang pribadi yang taat kepada aturan-
aturan, kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya,
dianggap sesuai dan bertindak secara moral.Jika sebaliknya yang terjadi maka
pribadi itu dianggap tidak bermoral.Moral dalam perwujudannya dapat berupa
peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral
dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

7.1.3 Pengertian Nilai Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai Praksis


 Nilai Dasar
Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra
manusia, namun dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku
manusia. Setiap orang miliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau
makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar berifat universal karena
karena menyangkut kenyataan obyek dari segala sesuatu.
Contohnya tentang hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk hidup lainnya. Nilai
dasar yang berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus
bersumber pada hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum yang
diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). Dan apabila nilai dasar itu
berdasarkan kepada hakikat suatu benda (kuatutas, aksi, ruang dan waktu) maka
nilai dasar itu juga dapat disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam
kehidupan yang praksis. Nilai Dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
 Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki
formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai
instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-
hari makan itu akan menjadi norma moral. Namun apabila nilai instrumental itu
berkaitan dengan suatu organisasi atau Negara, maka nilai instrumental itu
merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yangbersumber pada nilai dasar
sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu
eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia,
nilai-nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar
yang merupakan penjabaran Pancasila.
 Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan
pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar.

7.2 Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara.


Sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai yang mana setiap nilainya saling
berhubungan. Nilai etika yang terkandung dalam pancasila diangkat dari nilai
prinsip yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, diantaranya adalah nilai
kebudayaan dan adat istiadat.
Sebagai dasar Ideologi Negara, maka nilai-nilai pancasila harus di jabarkan
dalam suatu norma yang merupakan pedoman dalam pelaksanaan kenegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan. Penjabaran tersebut adalah Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia dan dalam pelaksanaannya memerlukan norma
moral yang merupakan dasar pelaksanaan tertib hukum. Jika hukum tidak
berlandaskan norma moral maka tidak akan tercapai suatu keadilan dalam suatu
negara. Esensi nilai-nilai pancasila adalah universal yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai pancasila bersifat
objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rumusan sila pancasila sebenarnya menunjukkan adanya sifat-sifat umum
universal karena merupakan suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa baik dalam adat
kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan, maupun dalam kehidupan keagamaan.
3. Pancasila sumber hukum positif, oleh karena itu Pancasila berkedudukan
sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah
secara hukum. Sebagai konsekuensinya jika nilai-nilai pancasila diubah
maka sama halnya dengan pembubaran Negara proklamasi 1945, hal ini
sebagaimana terkandung di dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966,
diperkuat Tap. No. V/MPR/1973. Jo. Tap. No. IX/MPR/1978.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan
nilai-nilai pancasila itu terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Pengertian itu
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa
Indonesia sebagai bangsa kausa materialis.
2) Nilai-nilai pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia
sehingga merupakan jati diri bangsa.
Nilai pancasila menjadi landasan bagi bangsa Indonesia dasar serta motivasi
atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari. Di era sekarang sekarang
ini, tampaknya kebutuhan akan norma etika untuk kehidupan berbangsa dan
bernegara masih perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud
dengan keluarnya ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan
berbangsa, bernegara.
Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk:
1. Memberikan landasan moral bagi seluruh aspek.
2. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara.
Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:
1. Etika sosial dan Budaya. Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang
mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling
memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolong-menolong.

7.3 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sistem Etika


Nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan kemanusiaan, oleh
karena itu ia dapat dengan mudah diterima oleh setiap orang namun dengan
begitu pancasila tidak mudah untuk di rubah. Perbedaan pancasila dengan yang
lain adalah terletak pada fakta sejarahnya bahwa pancasila dirangkai dan
disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan
sikap moral bangsa. Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal
sebagai berikut:
1. Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia
bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap
perilaku warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral
yangbersumber pada norma agama. Setiap prinsip moral yang
berlandaskan pada norma agama,maka prinsip tersebut memiliki kekuatan
(force) untuk dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.
2. Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada octus humanus, yaitu
tindakan manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral
yang dibedakan dengan octus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa.
Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi moral diungkapkan
dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata
pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai
kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.
3. Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup
bersama sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di
atas kepentingan individu atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan
pada semangat kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan
untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
4. Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk
mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan
menghargai orang lain.
5. Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
merupakan perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada
kewajiban semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka
(teleologis), tetapi lebih menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang
terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.
7.4 Etika Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa
Situasi negara Indonesia saat ini begitu memperihatinkan. Begitu banyak
masalah yang menimpa dalam bentuk krisis multidimensional. Krisis ekonomi,
politik, budaya, sosial, pertahanan dan keamanan, pendidikan, dll yang
sebenarnya berakar dari krisis moral.
Indikator kemajuan bangsa tidak hanya diukur dari kepandaian warga
negaranya, tidak pula dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang
mendasar adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas.
Moralitas memberi dasar, warna, juga penentu arah tindakan suatu bangsa.
Akar perbuatan korupsi terjadi karena hilangnya kontrol diri dan
ketidakmampuan untuk menahan diri melakukan kejahatan. Kebahagiaan
material dianggap segalanya dibandingkan kebahagiaan spiritual. Keinginan
mendapat kekayaan dan kedudukan telah menjadikan nilai-nilai agama
dikesampingkan.
Maksud dari membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan
pancasila adalah membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan
internal. Penguatan tersebut dapat melalui pendidikan kepribadian termasuk di
dalamnya pendidikan pancasila.
Bukan hanya masalah hukum, terdapat berbagai macam permasalahan dan
persoalan lainnya, seperti merosotnya moral bangsa, kerusakan lingkungan, kasus
narkoba, dan sebagainya. Pancasila menjadi jalan keluar dalam menuntaskan
permasalahan bangsa dan negara.
Franz Magnis Suseno, seorang pakar etika politik mengatakan bahwa
pancasila dicetuskan sebagai solusi dalam menghadapi masalah-masalah bangsa
yang tersirat dalam lima sila di dalamnya. Masing-masing sila memiliki makna
khusus yang sejatinya merupakan solusi pemecahan masalah bangsa ini.
Pancasila yang dikenal sebagai ideologi dan dasar negara. Dimana butir-butir
pancasila terdapat nilai-nilai yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat
indonesia. Namun, nilai-nilai tersebut masih belum diimplementasikan secara
menyeluruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga di era
reformasi ini masih banyak rakyat indonesia yang belum bisa merasakan makna
pancasila yang sebenarnya, yaitu menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan,
kesatuan, dan mensejahterakan rakyat.
Untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila tidak cukup hanya dibaca secara
berulang-ulang, namun perlu adanya P4 yaitu Pedoman Penghayatan dan
pengamalan Pancasila.Dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1978, disebutkan
bahwa “Untuk kelestarian, keampuhan, dan kesaktian Pancasila itu perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara, setiap
penyelenggara Negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah”. Bukan hanya warga negara
yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila namun lembaga-lembaga Negara juga
ikut bersatu dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila tersebut.
Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir pancasila oleh seluruh
komponen Negara dapat di implikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka tidak
akan ada lagi yang namanya ketidakadilan, terorirme, koruptor, serta kemiskinan.
Karena di dalam pancasila sudah tercemin semuanya norma-norma yang menjadi
dasar dan ideologi bangsa dan negara. Sehingga cita-cita pancasila sebagai jalan
keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan negara dapat tercapai.

D. Rangkuman
Anda telah memplajari tentang pancasila sebagai sistem etika. Pada bagian
ini yang sudah anda pelajari adalah tentang pengertian etika, moral, norma, dan
nilai, prinsip etika pancasila dan pancasila sebagai dasar etika kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan suatu cabang dari
ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora). Sebagai cabang falsafah, etika membahas
sistem-sistem pemikiran yang mendasar tentang ajaran dan pandangan moral.
Dan sebagai cabang ilmu, etika membahas bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu. Dari asal usul kata, etika berasal dari
bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik.
Perkembangan etika yaitu study tentang kebiasaan manusia berdasarkan
kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda yang menggambarkan
perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.Nilai (value) adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia.Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya,
moral, religi, dan sosial.Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim
dengan kesusilaan, kelakuan.
Selanjutnya pancasila merupakan sumber etika diseluruh aspek kehidupan,
baik dalam aspek pemerintahan, politik, sosial, budaya, ekonomi, maupun
pendidikan.

E. Soal-Soal Latihan
Soal Objektif
1. Di dalam tatanan nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai
nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. Yang dimaksud dengan
nilai dasar adalah ...
a. Asas – asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak
b. Kebiasaan yang menjadikan landasan dari suatu negara
c. Pelaksaan umum nilai- nilai suatu norma sosial
d. Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
e. Semua pilihan benar
2. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai praktis adalah ...
a. Asas – asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak
b. Kebiasaan yang menjadikan landasan dari suatu negara
c. Pelaksaan umum nilai- nilai suatu norma sosial
d. Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataannya
e. Semua pilihan benar
3. Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas
maka itu dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan
tugas ini merupakan contoh kasus dari etika ...
a. Topologis
b. Deontologi
c. Teotologi
d. Topologi
e. Telegrafi
4. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia. Nilai kedua dari etika pancasila ini adalah ...
a. Ketuhanan
b. Kemanusiaan
c. Persatuan
d. Kesatuan
e. Keadilan
5. Dalam suasana reformasi sekarang ini pancasila juga merupakan etika
politik yang artinya ...
a. kehidupan berpolitik harus dilandasi nilai-nilai pancasila sehingga
arah perjuangan reformasi benar sesuai
b. etika sangat berpengaruh terhadap reformasi jaman sekarang
c. keberadaan pancasila menjadi pengaruh besar terhadapan reformasi
sekarang
d. pancasila sebagai dasar negara tidak menjadi acuan pada reformasi
sekarang
e. politik reformasi sekarang tidak membutuhkan pancasila sebagai
acuan
6. Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti...
a. Adat istiadat/kebiasaan yang baik
b. Adat untuk bertindak berlebihan
c. Adat untuk melakukan semua hal sesuai keinginan
d. Adat untuk memulai kegiatan spiritual
e. Adat untuk menghormati hanya kepada orang tertentu
7. Etika adalah seperangkat nilai atau norma atau pedoman yang mengatur
perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun ditinggalkan yang
dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi.
Pengertian etika tersebut menurut...
a. KBBI
b. Soekarno
c. Maryani Ludigdo
d. Muhammad Hatta
e. Soeharto
Soal Esay
1. Sebutkan dan jelaskan penerapan pancasila sebagai dasar beretika dalam
kebidanan?
2. Etika sangat diperlukan dalam pelaksanaan semua tindakan. Namun, etika
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk?
3. Sebutkan 5 contoh dari penerapan Pancasila sebagai sistem etika dalam
pelaksanaan pelayanan asuhan kebidanan!
Kunci Jawaban
1. C
2. D
3. B
4. B
5. A
6. A
7. C

1. Pancasila yang dikenal sebagai ideologi dan dasar negara. Dimana butir-
butir pancasila terdapat nilai-nilai yang sangat penting bagi kesejahteraan
rakyat indonesia. Namun, nilai-nilai tersebut masih belum
diimplementasikan secara menyeluruh dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sehingga di era reformasi ini masih banyak rakyat indonesia
yang belum bisa merasakan makna pancasila yang sebenarnya, yaitu
menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan, kesatuan, dan
mensejahterakan rakyat. Sama halnya dengan Pancasila sebagai sistem
etika yang sebagai dasar beretika dalam kebidanan. Dalam beretika selalu
berpegang teguh pada nilai-nilai yang tergantung di dalam Pancasila. Jadi,
penerapan dari Pancasila sebagai dasar dalam beretika itu benar adanya
karena dalam beretika ataupun bertindak bidan harus selalu berpegang
teguh kepada Pancasila itu sendiri.
2. Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan
untuk:
1) Memberikan landasan moral bagi seluruh aspek. Dimana di dalam
setiap melakukan atau melaksanakan suatu hal diperlukan landasan
moral.
2) Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara.
3) Menjaga kerukunan dan kedamaian.
4) Menjaga nilai-nilai moralitas di dalam kehidupan warga negara.
5) Memberikan landasan bagi bangsa Indonesia dasar serta motivasi
atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari.
3. 5 contoh dari penerapan Pancasila sebagai sistem etika dalam pelaksanaan
pelayanan asuhan kebidanan:
1) Bisa menghormati dan menjaga rekam medis dari pasien sendiri.
2) Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan, dan
kebaikan budi pekerti dalam melakukan pelayanan asuhan
kebidanan.
3) Menghargai perbedaan dari setiap pasien yang datang dan
memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang sebaik mungkin.
4) Tidak melakukan diskriminasi kepada pasien.
5) Senantiasa untuk memberikan pelayanan asuhan kebidanan sebaik
mungkin tanpa memandang perbedaan baik yang dari kalangan
atas atau kalangan bawah.
Daftar Pustaka

Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (LegalTheory),Teori Peradilan


(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence).
(Jakarta, Prenada Media Group)
Latif, Yudi, 2011, Negara Paripurna (Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas
Pancasila), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan dan Keamanan,
:http://www.harypr.com/
PSP UGM dan Yayasan TIFA, Pancasila Dasar Negara Kursus Presiden
Soekarno tentang Pancasila, Edisi ke 1, Cetakan ke 1, Aditya Media
bekerjasama dengan Pusat Studi Pancasila (PSP), Yogyakarta dan Yayasan
TIFA Jakarta
Rahmatullah, Modul Pendidikan Pancasila( Makasar, Universitas
Usuluddin,2008)
Saksono. Ign. Gatut, 2007 Pancasila Soekarno, CV UrnaCipta Media Jaya.
Saksono. Ign. Gatut, 2007, Pancasila Soekarno (Ideologi Alternatif Terhadap
Globalisasi dan Syariat Islam), CV Urna Cipta Media Jaya
Sapriya,Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan( Jakarta,Direktorat Jendral,
2012)
Syarbaini, Syahrial, 2012, Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai-Nilai
Karakter Bangsa) di Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Bogor.
Syarbaini, Syahrizal,2012, Pendidikan Pancasila (implementasi nilai-nilai
karakter bangsa) di perguruan tinggi,PT Ghalia Indonesia Bogor.
Undang-Undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
BAB VIII
PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

A. Standar Kompetisi
Menjelaskan konsep pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
B. Indikator Hasil Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pancasila sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu
2. Mahasiswa mampu menerapkan Strategi Pengembangan Ilmu IPTEK
dengan Pancasila sebagai Nilai Dasar
C. Uraian Materi
8.1 Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi
pada nilai-nilai Pancasila.
Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan
kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia.
Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada
penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu
hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat
diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri, khususnya
mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak bagi
kehidupan manusia yang berbudaya.
Melalui teori relativitas Einstein paradigma kebenaran ilmu sekarang sudah
berubah dari paradigm lama yang dibangun oleh fisika Newton yang ingin selalu
membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah.Paradigma sekarang ilmu
bukan sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun
ilmu itu didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodologis, sistematis,
logis dan empiris.Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari
mekanisme keterbukaan terhadap koreksi.Itulah sebabnya ilmuwan dituntut
mencari alternatif-alternatif pengembangannya melalui kajian, penelitian
eksperimen, baik mengenai aspekontologis epistemologis, maupun ontologis.
Karena setiap pengembangan ilmu paling tidak validitas (validity) dan
reliabilitas (reliability) dapat dipertanggung jawabkan, baik berdasarkan kaidah-
kaidah keilmuan (context of justification) maupun berdasarkan sistem nilai
masyarakat di mana ilmu itu ditemukan/dikembangkan (context of discovery).
Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar
filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif
sertaprerequisite/saling mempersyaratkan. Pengembangan ilmu selalu dihadapkan
pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1. Pilar Ontologi (ontology)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi).
a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural
(monisme, dualisme, pluralisme )
b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari
sesuatu (mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan
asumsi, dasar-dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi
interdisipliner dan multidisipliner. Membantu pemetaan masalah,
kenyataan, batas-batas ilmu dan kemungkinan kombinasi antar ilmu.
Misal masalah krisis moneter, tidak dapat hanya ditangani oleh ilmu
ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yang
tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain
seperti politik, sosiologi.
2. Pilar Epistemologi (epistemology)
Selalu menyangkut problematika teentang sumber pengetahuan, sumber
kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses,
sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem, prosedur, strategi. Pengalaman
epistemologis dapat memberikan sumbangan bagi kita :
(a) sarana legitimasi bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin ilmu
tertentu
(b) memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu
(c) mengembangkan ketrampilan proses
(d) mengembangkan daya kreatif dan inovatif.
3. Pilar Aksiologi (axiology)
Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral,
religius) dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu.
Pengalaman aksiologis dapat memberikan dasar dan arah pengembangan
ilmu, mengembangkan etos keilmuan seorang profesional dan ilmuwan
(Iriyanto Widisuseno, 2009). Landasan pengembangan ilmu secara
imperative mengacu ketiga pilar filosofis keilmuan tersebut yang bersifat
integratif dan prerequisite.

8.2 Strategi Pengembangan Ilmu IPTEK dengan Pancasila sebagai Nilai


Dasar
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut:
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu pengetahuan
menciptakan perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa
dan akal. Sila ini menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya
dan bukan pusatnya.
2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan
mengendalikan ilmu pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya
semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan
tertentu.
3) Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme dalam
sila-sila yang lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan
sub-sistem. Solidaritas dalam sub-sistem sangat penting untuk
kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak mengganggu
integrasi.
4) Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu
pengetahuan dan teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa.
Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan harus
demokratis dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari
kebijakan, penelitian sampai penerapan massal.
5) Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan ketiga
keadilan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan
keadilan komutatif. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara
kepentingan individu dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak
boleh terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan
yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.

D. Rangkuman
Jadi, dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa nila-nilai yang
terkandung dalam pancasila sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan
.Karena nilai-nilai tersebut mengatur progam wajib belajar yang dapat dijadikan
sarana untuk meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila yang selalu
diterapkan dilingkungan pendidikan.Peranan pancasila di dalam berbangsa dan
bernegara sangatlah penting bagi masyarakat kususnya Indonesia.Dari uraian di
atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan satu aspek penting untuk
membangun bangsa.Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan
pendidikan sebagai prioritas utama dalam Program Pembangunan
Nasional.Sumber daya manusia yang bermutu yang merupakan Produk
Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara.
Oleh sebab itu pendidikan sangat diharuskan sekali karena memberikan
peranan yang sangat penting baik itu untuk diri sendiri, oang lain ataupun
Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk orang lain
kita bias mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang yang masih awam dan
untuk Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik Negara kita
di dunia internasional.

E. Soal-Soal Latihan
Soal Objektif
1. Pembuatan bom utuk menghancurkan tempat ibadah termasuk
pelanggaranpada sila keberapa?
a. SILA 1 c. SILA 3 e. SILA 5
b. SILA 2 d. SILA 4
2. Berikut dampak positif penciptaan teknologi yang didasari oleh
pancasila?
a. pembuatan virus untuk perang
b. menciptakan bom untuk kepentingan golongan
c. membuat teknologi utuk merusak generasi
d. membuat obat untuk seluruh umat tanpa membedakan
e. menciptakan racun utuk melindungi individu
3. Seorang apoteker berhasil menciptakan sebuah obat untuk penyakit
kanker, dan obat tersebut memiliki efek samping yg sedikit karena
pembuatan obat tersebut dibantu juga dari beberepa tenaga medis lain.
Kasus tersebut merupaka pengamalam sila keberapa?
a. SILA 1 c. SILA 3 e. SILA 5
b. SILA 2 d. SILA 4
4. Dampak negative dari penyalah gunaan teknologi?
a. untuk mencari referensi
b. memudahkan mengirim barang ilegal
c. menemukan orang hilang
d. mencari informasi kampus terbaru
e. menciptakan teknologi untuk memudahkan berkomunikasi
5. Menciptakan teknologi dengan dasar menggunakan akal sehat yang dapat
dipahami dan diterima oleh orang lain. Serta mencoba melepaskan unsur
perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otorita. Merupakan arti prinsip?
a. Objektif
b. Rasional
c. Logis
d. Metodologis
e. Sistematis
6. Mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan teknologi berevolusi
sendiri dengan leluasa merupakan nilai-nilai penerapan Pancasila pada
sila ke...
a. SILA 1 c. SILA 3 e. SILA 5
b. SILA 2 d. SILA 4
7. Pancasila sebagai common denominator values. Artinya...
a. Nilai yang mempersatukan seluruh potensi kemanusiaan melalui
counter values and counter culture
b. Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan dan pembangunan
bangsa
c. Merupakan pilihan tepat penyelenggara negara
d. Pancasila sebagai landasan dari kebijakan pengembangan ilmu
e. Pancasila sebagai landasan dari etika ilmu pengetahuan

Soal Esay
1. Nilai – nilai luhur yang terkandung dalam pancasila mutlak harus dihayati
dan diamalkan oleh seorang bidan karena ...
2. Jelaskan alasan mengapa Pancasila diperlukan sebagai dasar nilai
pengetahuan iptek dalam kehidupan bangsa Indonesia!
3. Apakah pemerintah sudah menjalankan amanatnya untuk menanamkan
nilai-nilai Pancasila untuk dasar pengembangan IPTEK? Jika sudah,
sudah sejauh mana? Dan apa contohnya? Jiku belum mengapa?
Kunci Jawaban
1. A
2. D
3. D
4. B
5. B
6. D
7. A

1. Pengamalan Pancasila bagi bidan sangat penting. Seorang bidan yang


melaksanakan Pancasila dengan baik dalam kehidupan sehari-hari akan
menjadi warganegara yang baik dan menjadi tenaga kesehatan yang
profesional. Pelaksanaan Pancasila secara subyektif yaitu sesuai dengan
butir-butir Pancasila. Pelaksanaan Pancasila, sila Ketuhanan Yang Maha
Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dalam kehidupan sehari-
hari seorang bidan adalah sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Beragama.
3) Berdoa sebelum dan setelah menolong pasien.
4) Mengajarkan pasien untuk menyerahkan hasil pertolongan
kepada Tuhan YME. Semua pelaksanaan pelayanan
kebidanan selalu berpegangan pada nilai-nilai Pancasila di
dalamnya.
2. Alasan mengapa pancasila diperlukan sebagai dasar nilai pengetahuan
iptek, karena iptek yang dikembangkan tidak boleh bertentangan dengan
yang terkandung dalam pancasila. Ilmu yang dikembangkan tersebut juga
harus menyertakan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai
faktor internal. Nilai-nilai pancasila ini juga berperan sebagai rambu
normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
3. Pemerintah sudah menjalankan tugasnya untuk menanamkan nilai-nilai
pancasila sebagai dari pengembangan IPTEK. Contohnya di bidang
kejahatan internet dimana banyak situs berbahaya dan situs porno.
Melalui kementerian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) melakukan
penutupan tehadap 22 situs radikal di Indonesia pada Maret 2015.
Penutupan ini setelah melalui pertimbangan dan masukan dan Badan
Nasional Penanggulangan Teroris (BNPI). Dan tercatat Kominfo
memblokir 24 situs radikal pada januari 2014, sebagian besar situs
tersebut dibuat dengan blogspotr dan wordpress dan juga akun di media
sosial yang isinya mengandung SARA dan pornografi. Porsi paling beast
sekitar 90% diisi dengan konten pornografi dan sisanya tentang
kekerasan dan perjudian. Sehingga Kominfo mengatasinya melaui
system penyaringan konten negative yaitu Trust Positif,
DNS Nawala, dan system Whitelest Nusantara yang menyediakan
rekomendasi situs-situs positif dan juga dengan melalui penyelenggaraan
berbagai kompetisi sperti Duta Internet CAKAP dan Kartini Next
Generation.
Disini pemerintah menanamkan nilai-nilai pancasila yaitu;
 Ketuhanan, yaitu dengan adanya kepercayaan dan pedoman untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
 Kemanusiaan yaitu adanya moral yang baik dan dengan tujuan
IPTEK harus berdasarkan pada kesejahteraan manusia
 Persatuan yaitu mengembangkan rasa nasionalisme
 Kerakyatan dan keadilan sosial yaitu dgn menghormati hak dan
menjalankan kewajiban sebagai pelajar yaitu belajar dengan baik
dan benar.
Daftar Pustaka

Arjati, Novi Kristi.2012. http://kristiarjati.blogspot.co.id. Pancasila Sebagai


Landasan Pengembangan Iptek
Dimyati, Moh. 2006. Pendidikan Ilmu Pengetahuan dalam Kebudayaan
Indonesia, Suatu Tanggungjawab moral Ilmuwan Indonesia Milenium Tiga.
UNM: Malang
http://www.balairungpress.com
Iriyanto, Ws, 2009, Bahan Kuliah Filsafat Ilmu, Pascasarjana, Semarang
Kaelan, 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta; Paradigma
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Poetranto, Tri. 2008. Pengembangan Strategi Pertahanan Untuk Menanggulangi
Kemungkinan Disintegrasi Bangsa Dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan
Nasional.http://buletinlitbang.dephan.go.id.
Septyo, Dani. 2008. ”Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek”.
http://donyseptyono.com.
Suprihatini, Amin dkk. Kewarganegaraan Kelas XI. Klaten: Cempaka Putih.
Syam, Mohammad Noor, 2006. Filsafat Ilmu. UNM: Malang
www.elearning.gunadarma.ac.id. 2008.”Pancasila Sebagai Paradigma Dalam
Pembangunan Nasional dan Aktualisasi Diri”.
www.id.wikipedia.org/wiki/Indonesia. 2008. ”Indonesia”.
www.perpustakaan-online.blogspot.com. 2008. ”Pendidikan Pancasila”.
BAB IX
PANCASILA SEBAGAI EMPAT PILAR KEBANGSAAN INDONESIA

A. Standar Kompetensi
Mahasiswa memiliki wawasan tentang Pancasila sebagai Empat Pilar
Kebangsaan Indonesia.
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan Pancasila sebagai
Empat Pilar Kebangsaan Indonesia.
C. Indikator Hasil Belajar
1. Menjelaskan Empat Pilar Kebangsaan.
2. Menjelaskan Pancasila sebagai Empat Pilar Kebangsaan.
3. Menjelaskan Masalah Kebidanan yang Terkait dengan Empat Pilar
Kebangsaan.
4. Menjelaskan Metode Pemecahan Masalah Kebidanan Terkait dengan
Empat Pilar Kebangsaan Berdasarkan Logika Berpikir, Berpikir
Kreatif, Akuntabilitas, dan Responsibilitas, Berpikir Kritis, Tanggung
Jawab dan Tanggung Gugat Bidan.
D. Uraian Materi

9.1 Empat Pilar Kebangsaan

Berdasarkan penelusuran sejarah, Pancasila tidaklah lahir secara mendadak


pada tahun 1945, melainkan melalui proses yang panjang, dengan didasari oleh
sejarah perjuangan bangsa dan dengan melihat pengalaman bangsa lain di dunia.
Pancasila diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, tetapi tetap berakar pada
kepribadian dan gagasan besar bangsa Indonesia sendiri.

Realitas kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari sejarah masa
lalu. Realita yang terjadi terlepas dari sejarah masa lalu. Realita yang terjadi saat
ini merupakan kelanjutan dari sejarah masa lalu dan yang akan terjadi dimasa
mendatang merupakan kelanjutan dari apa yang terjadi saat ini.

Bangsa Indonesia sudah berabad-abad hidup dalam kebersamaan dengan


keberagaman dan perbedaan. Perbedaan warna kulit, bahasa, adat istiadat, agama,
dan berbagai perbedaan lainnya. Perbedaan tersebut dijadikan para leluhur
sebagai modal untuk membangun bangsa ini menjadi sebuah anak bangsa yang
berasal dari berbagai suku semua terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Semua ikut berjuang dengan mengambil peran masing-masing.

Negara yang menjadi wahana menuju cita-cita kebangsaan memerlukan dasar


yang dapat mempertemukan berbagai kekhasan masyarakat Indonesia. Sementara
Pancasila adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan
merupakan rangkuman dari nilai-nilai luhur serta akar budaya bangsa Indonesia
yang mencakup seluruh kebutuhan maupun hak-hak dasar manusia secara
universal.

Pancasila mampu menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang
majemuk baik dari segi agama, etnis, ras, bahasa, golongan dan kepentingan.
Pancasila mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan bangsa
Indonesia yang sangat majemuk. Oleh karena itu, upaya untuk terus mempertebal
keyakinan terhadap pentingnya Pancasila bagi kehidupan bangsa Indonesia harus
menjadi keyakinan dari setiap manusia Indonesia. Sebagai nilai dasar yang
diyakini oleh bangsanya.

Empat Pilar Kehidupan berbangsa dan Bernegara adalah empat landasan yang
mendasari pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia baik pada masa sekarang
maupun masa yang akan dating. Keempat landasan yang juga disebut sebagai
Empat Konsensus Dasar Indonesia adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dan Bineka Tunggal Ika.

Empat landasan di atas berupa nilai-nilai dasar yang ada dalam silasila
Pancasila yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Empat hal fundamental itu pula yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia
dalam menghadapi berbagai tantangan dan dinamika kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Konsep empat pilar kebangsaan merupakan diperkenalkan saat Taufiq


Kiemas menjabat Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2009-
2014. Konsep ini dipandang sangat penting bagi Indonesia dengan
heterogenitasnya yang kompleks dan potensi disintegrasi yang tinggi. Ketua
Fraksi Gerindra MPR kala itu Martin Hutabarat menyebutkan gagasan pilar
negara kebangsaan Indonesia muncul untuk menjaga Indonesia agar tetap satu
kesatuan berlandaskan Pancasila.

Dalam sambutan buku "Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara"


pimpinan MPR menyebutkan empat pilar adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang
harus dipahami oleh seluruh masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan
ketatanegaraan untuk mewujudkan bangsa dan negara yang adil, makmur,
sejahtera, dan bermartabat.

Nilai-nilai luhur itu adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan dan Bhinneka
Tunggal Ika. Penyebutan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara
menurut MPR tidaklah dimaksudkan bahwa keempat pilar tersebut memiliki
kedudukan yang sederajat. Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi, dan konteks
yang berbeda. Dalam hal ini, posisi Pancasila tetap ditempatkan sebagai nilai
fundamental berbangsa dan bernegara. Menurut MPR, pengamalan nilai-nilai
empat pilar diharapkan dapat mengukuhkan jiwa kebangsaan, nasionalisme, dan
patriotisme generasi penerus bangsa untuk semakin mencintai dan berkehendak
untuk membangun negeri.

Dalam Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (2015) dijelaskan tentang


pengertian empat pilar kebangsaan dan isinya. Empat pilar kebangsaan adalah
tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman,
aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan
bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara
kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat pilar disebut
juga fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan. Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang
harus dipahami seluruh masyarakat.

Empat pilar tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia


untuk berdiri kukuh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian
bangsa Indonesia sendiri. Setiap warga negara Indonesia harus memiliki
keyakinan bahwa empat pilar tersebut adalah prinsip moral keIndonesiaan yang
memandu tecapainya kehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.

Berikut empat pilar negara kebangsaan Indonesia :

1. Pancasila
Pancasila merupakan ideologi dasar negara Indonesia. Nama
'Pancasila' sendiri berasal dari dua kata sansekerta, yakni 'Panca' yang
berarti Lima dan 'Sila' yang berarti prinsip atau asa.
Kelima prinsip tersebut juga tercantum dalam paragraf ke-4 Pembukaan
Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Adapun, lima prinsip utama yang
menyusun Pancasila adalah sebagai berikut :
1) Ketuhanan yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat indonesia.
2. UUD 1945
UUD 1945 pertama kali disusun rancangannya pada 29 April
1945. Untuk membuat undang-undang ini, Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sengaja dibentuk.
Kemudian, pada 22 Juni 1945 dibentuk panitia sembilan. Mereka
diketahui merancang Piagam Jakarta yang kemudian menjadi naskah
pembukaan UUD 1945. Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan UUD 1945 sebagai
Undang-undang Dasar Republik Indonesia. Baru pada 29 Agustus 1945
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mengukuhkan pengesahan
UUD 1945.
3. NKRI
NKRI adalah singkatan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdiri dari Sabang sampai Merauke. NKRI berdiri sejak proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 oleh Ir Soekarno dan Moh
Hatta. NKRI menganut sistem republik dengan sistem desentralisasi. Hal
itu sesuai dengan pasal 18 UUD 1945 di mana pemerintah daerah boleh
menjalankan otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
4. Bhinneka Tunggal Ika
Bukan sekadar slogan, Bhineka Tunggal Ika merupakan gambaran
dari bangsa Indonesia. Adapun, 'Bhina' artinya pecah, 'Ika' artinya itu,
'Tunggal' artinya satu, sehingga Bhineka Tunggal Ika berarti terpecah itu
satu. Slogan tersebut memiliki gambaran yang sesuai dengan Indonesia
yang terdiri dari berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke. Walaupun
terpisah, masyarakat merupakan satu kesatuan, yakni warga negara
Indonesia.

9.2 Pancasila sebagai Empat Pilar Kebangsaan

Secara umum dikatakan bahwa pilar merupakan tiang penyangga suatu


bangunan. Dalam bahasa Jawa tiang penyangga bangunan atau rumah ini disebut
"Soko", yakni rumah yang atapnya menjulang tinggi terdapat empat soko di
tengah bangunan yang disebut soko guru.

Menurut Sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan Berbangsa


dan Bernegara (2012), Empat Pilar dipandang sebagai sesuatu yang harus
dipahami oleh para penyelenggara negara bersama seluruh masyarakat dan
menjadi panduan dalam kehidupan berpolitik, menjalankan pemerintahan,
menegakkan hukum, mengatur perekonomian negara, interaksi sosial
kemasyarakatan, dan berbagai dimensi kehidupan bernegara dan berbangsa
lainnya. Dengan pengamalan prinsip Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara, diyakini bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai
bangsa yang adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat.

1) Pilar Pancasila

Menurut sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara (2012: 11) Pancasila adalah dasar negara yang
mempersatukan bangsa sekaligus bintang penuntun (leitstar) yang
dinamis, yang mengarahkan bangsa dalam mencapai tujuannya. Dalam
posisinya seperti itu, Pancasila merupakan sumber jati diri, kepribadian,
moralitas, dan haluan keselamatan bangsa. Dengan kata lain, Pancasila
digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktifitas hidup dan
kehidupan di dalam segala bidang. Ini berarti bahwa semua tingkah laku
dan tindak/perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan
merupakan pancaran dari semua sila Pancasila karena Pancasila sebagai
weltanschauung selalu merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dipisah-
pisahkan satu dengan yang lain.

2) Pilar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang


disampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang
tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Beberapa pihak
membedakan antara pengertian konstitusi dan Undang-Undang Dasar.

Menurut Soeprapto (2010:33) menyatakan bahwa:

Konstitusi berisi seluruh peraturan-peraturan dasar, baik yang


tertulis maupun yang tidak tertulis, yang berisi prinsip-prinsiup dan
norma-norma hukum yang mendasari kehidupan kenegaraan, sedang
undang-undang dasar hanya memuat bagian yang tertulis saja.

Sedangkan menurut Marsudi (2012: 130) "Undang-Undang Dasar


bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, maka Undang-Undang
Dasar itu sendiri merupakan sumber hukum".
Hukum dasar negara Indonesia meliputi keseluruhan sistem
ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk Negara
dan mengatur pemerintahannya. Oleh karena itu setiap produk hukum
seperti undang-undang, peraturan atau keputusan pemerintah, termasuk
kebijakan pemerintah harus berlandaskan dan bersumber pada peraturan
yang kebih tinggi, yang pada akhirnya dapat dipertanggung jawabkan
pada ketentuan UUD 1945.
3) Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Syarat berdirinya sebuah negara ada empat, yaitu memiliki


wilayah, memiliki penduduk, memiliki pemerintahan dan adanya
pengakuan dari negara lain. Dan karena memenuhi empat syarat itulah
kemudian Negara Indonesia lahir dengan nama Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Pengertian Indonesia sebagai negara
kesatuan dijelaskan oleh Kaelan (2012:197) bahwa: Negara yang
merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuknya, yaitu
rakyat yang terdiri atas berbagai macam etnis suku bangsa, golongan,
kebudayaan serta agama. Wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau
sekaligus juga memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda pula. Oleh
karena itu negara persatuan adalah merupakan satu negara, satu rakyat,
satu wilayah dan tidak terbagibagi misalnya seperti negara serikat, satu
pemerintahan, satu tertib hukum nasional, satu bahasa serta satu bangsa
yaitu Indonesia.

Jadi "negara persatuan" bukanlah negara yang berdasarkan individualisme


sebagaimana diterapkan di negara liberal di mana negara hanya
merupakan suatu ikatan individu saja.

4) Pilar Bhinneka Tunggal Ika

Menurut sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara (2012) Bunyi lengkap dari ungkapan Bhinneka
Tunggal Ika dapat ditemukan dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh
Mpu Tantular pada abad XIV di masa Kerajaan Majapahit. Dalam kitab
tersebut Mpu Tantular menulis "Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wisma,
Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangkang Jinawat kalawan
Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa"
( bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang berbeda,
tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal.
Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada Dharma yang mendua).

9.3 Masalah Kebidanan yang Terkait dengan Empat Pilar Kebangsaan

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Para mahasiswa khususnya dalam bidang kesehatan dimotivasi agar dapat
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan cara
meningkatkan ketahanan nasional melalui pelayanan kesehatan primer.

Pendidikan tenaga kesehatan seperti dokter, perawat dan bidan pada


Pelayanan Kesehatan Primer juga merupakan suatu hal yang sangat penting. Ilmu
mengenai hal tersebut seharusnya dikenalkan semenjak bangku kuliah sehingga
lulusan tenaga kesehatan sudah familiar dalam bentuk pelayanan kesehatan ini,
sehingga mampu ditempatkan secara langsung di berbagai pusat layanan
kesehatan yang ada di seluruh daerah di Indonesia.

Banyak cara yang dapat diupayakan untuk meningkatkan pelayanan


kesehatan melalui konsep Pelayanan Kesehatan Primer, diantaranya dengan
mengupayakan pendayagunaan dan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan
sektor swasta dalam membangun pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
mengupayakan pelayanan promotif dan preventif, serta memanfaatkan teknologi
informasi secara tepat guna pada berbagai pelayanan kesehatan yang ada didalam
konsep pelayanan kesehatan primer tersebut.

Bangsa yang kuat berasal dari kualitas generasi mudanya dalam hal ini
para Dokter, Analis Farmasi, Perawat, Bidan, dan tenaga kesehatan lainnya
diharapkan berkontribusi dengan ikhlas sesuai etika profesi dan kode etik
kesehatan untuk mendukung tersedianya pelayanan kesehatan yang paripurna,
bermutu dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan sehingga tercipta ketahanan nasional dalam memayungi upaya
pelayanan kesehatan di negeri kita Indonesia tercinta.

9.4 Metode Pemecahan Masalah Kebidanan Terkait dengan Empat Pilar


Kebangsaan Berdasarkan Logika Berpikir, Berpikir Kreatif, Akuntabilitas,
dan Responsibilitas, Berpikir Kritis, Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Bidan

Seorang bidan yang kreatif harus dapat menciptakan ide-ide cemerlang


dan selalu uptode sesuai perkembangan zaman. Agar ketika persaingan semakin
ketat dalam era globalisasi sekarang ini kita sebagai bidan masih dapat bekerja
sesuai profesi kita sebagai bidan. Bidan yang kreatif itu adalah tenaga kesehatan
yang mampu menciptakan hal yang baru yang sebelumnya masyarakat belum
pernah menjumpainya atau mampu menciptakan karya dengan kombinasi hal-hal
yang sudah ada. Bidan tidak hanya dituntut untuk profesional tetapi juga harus
kreatif supaya mampu bersaing di zaman yang lebih modern.

Upaya untuk menjadi bidan yang kreatif harus dimulai dari peningkatan
hardskill dan softskill. Setelah itu bidan harus mau membuka mata dan telinga
supaya peka terhadap lingkungan sekitar dan disitulah bidan akan menemukan
banyak ide. Kemudian percaya diri dengan hal yang akan dilakukannya dan harus
mau keluar dari rutinitasnya

Upaya yang dilakukan adalah ubahlah cara berpikir dari negatif ke positif,
tulislah secara detail mengenai situasi kesulitan yang dihadapi ketika bekerja baik
sebagai bidan maupun perawat, Menerima semua tanggung jawab dari keputusan
yang telah dibuat sesuai profesi kita, tentukan deadline dan rencanakan keputusan
terbaik agar berjalan sesuai harapan kita.

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan, merupakan suatu hal


penting dan dituntut dari suatu profesi, terutama yang berhubungan dengan
keselamatan jiwa manusia. Akuntabilitas bidan adalah pertanggungjawaban dan
tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Oleh
karena itu, semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi
dan didasari suatu evidence based. Dengan adanya Legitimasi kewenangan bidan
yang lebih luas, bidan memiliki hak otonom dan mandiri untuk bertindak secara
professional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta
bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.

Istilah akuntabilitas dan responsibilitas (responsibility) sering


didefinisikan sama yaitu pertanggung jawaban. Dalam rangka memahami konsep
akuntabilitas sangat dibutuhkan suatu analisis yang jelas dan mendalam sehingga
tidak tumpang tindih dengan pengertian responsibilitas. Sementara itu,
responsibilitas mempunyai sejumlah konotasi termasuk di dalamnya kebebasan
untuk bertindak, kewajiban untuk memuji dan menyalahkan, dan perilaku baik
yang merupakan bagian dari tanggung jawab seseorang. Jadi, akuntabilitas dan
resposibilitas saling berhubungan sebagai bagian dari sistem yang menyeluruh.
Dalam beberapa kajian disebutkan bahwa akuntabilitas lebih baik dan berbeda
dengan resposibilitas. Akuntabilitas didasarkan pada catatan/laporan tertulis
sedangkan responsibilitas didasarkan atas kebijaksanaan. Akuntabilitas
merupakan sifat umum dari hubungan otoritasi asimetrik misalnya yang diawasi
dengan pengawasnya, agen dengan prinsipal, yang mewakili dengan yang
diwakili, dan sebagainya. Selain itu, kedua konsep tersebut sebetulnya juga
mempunyai perbedaan fokus dan cakupannya. Responsibility lebih bersifat
internal sebagai pertanggungjawaban bawahan kepada atasan yang telah
memberikan tugas dan wewenang, yang biasanya terbatas pada bidang keuangan
saja, sedangkan akuntabilitas lebih bersifat eksternal sebagai tuntutan
pertanggungjawaban dari masyarakat terhadap apa saja yang telah dilakukan oleh
para pejabat atau aparat.

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya harus didasari dengan


kemampuan seorang bidan dalam berfikir secara kritis. Bidan harus mampu
mengidentifikasi masalah pasien dan memilih solusi intervensi yang tepat, karena
bidan akan menghadapi bermacam-macam situasi klinis yang berhubungan
dengan pasien dimana hal ini tak lepas dari kemampuan bidan dalam berfikir
krittis, karena dengan berfikir secara kritis bidan dapat mengambil keputusan
secara sistematis dan tepat dalam setiap tahapan asuhan kebidanan yang
dilakukan.
Berpikir kritis memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi
dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal baru dalam
manajemen asuhan kebidanan. Berpikir kritis meningkatkan kemampuan verbal
dan analitik yang sistematis sehingga mengeksplorasikan gagasan-gagasan,
menganalisis masalah hingga memahami masalah khususnya dalam manajemen
asuhan kebidanan.

Berpikir kritis berdampingan dengan berpikir kreatif, artinya kemampuan


berpikir seorang bidan untuk membuat hubungan yang baru dan yang lebih
berguna dari informasi yang sebelumnya sudah diketahui oleh bidan. Bidan
melakukannya dengan cara membangkitkan sejumlah besar ide-ide, menerima hal
yang baru dan tidak cepat mengambil keputusan. Semua informasi yang
didapatkan diolah dengan membuat suatu hubungan sebab akibat dengan teknik
brainstorming, idea writing, mind mapping, forcing new connections and
relaxers.

Berpikir kritis yang dilakukan seorang bidan tidak terpisah dari clinical
reasoning, artinya seorang bidan memusatkan pikirannya kearah diagnosa
kebidanan yang memungkinkan berdasarkan campuran pola pengenalan dan
penalaran deduktif hipotetik. Para ahli mengorganisasikan pengetahuan melalui
tiga fase, yaitu akumulasi pengetahuan dasar, proses penggabungan pengetahuan
dasar dengan kasus nyata dan proses menggunakan script yang sesuai untuk
menangani kasus yang baru.

Fase pertama merupakan proses akumulasi pengetahuan dasar tentang


penyakit, dapat dicontohkan bidan seperti patofisiologi dan patogenesis.
Patofisiologi persalinan, patofisiologi seorang perempuan hamil dengan penyakit
asma, potogenesis suatu penyakit. Fase kedua adalah proses penggabungan
pengetahuan dasar dengan kasus nyata melalui pengalaman menangani klien atau
dikenal dengan istilah illness script. Fase ketiga merupakan proses menggunakan
script yang sesuai untuk menangani kasus yang baru. Strategi clinical reasoning
menggunakan logika induktif dan deduktif untuk membuat kesimpulan atau
dikenal metode analitik hipotetico-deductive. Strategi reasoning data dan
informasi yang diperoleh dari klien digeneralisasikan menjadi hipotesis sebagai
diagnosis banding. Diagnosis banding yang dihasilkan digunakan sebagai dasar
untuk menentukan data yang masih diperlukan, membedakan berbagai penyakit
dalam hipotesisnya. Data yang dikumpulkan akan diinterpretasikan untuk
menetapkan diagnosis keperawatan yang pasti.

Strategi clinical reasoning yang dijalankan oleh bidan terkait dengan


keterampilan bidan untuk menginterpretasi data untuk memahami argumen dan
pendapat orang lain. Bidan dituntut memiliki kompetensi untuk mengevaluasi
secara kritis argumentasi dan pendapat serta mengembangkan dan
mempertahankan argumentasi yang dibuat dengan landasan yang kuat.

Proses berfikir kritis bertujuan untuk:

1. Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.


2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan.
3. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran.
4. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi
untuk masalah yang kompleks.

Tanggung Jawab Dalam Praktek Kebidanan, meliputi :

1) Tanggung jawab bidan terhadap klien dan masyarakat


a. Setiap bidan senantiasa menjungjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan
memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak-hak klien dan
menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat
dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi
dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
2) Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa pelayanan paripurna terhadap klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya
termasuk keputusan mengadakan konsultasi atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan, keterangan yang
didapat atau dipercayakan kepadanya kecuali bila diminta oleh
pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan klien.
3) Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman
sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun lainnya
4) Tanggung jawab bidan terhadap profesinya
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi
citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi
dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan IPTEK.
c. Setiap bidan senantiasa berperans serta dalam kegiatan
penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan
mutu dan citra profesinya.
5) Tanggung jawab bidan terhadap pemerintah
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang
kesehatan khususnya dalam KIA/KB dan kesehatan keluarga
dan masyarakat
b. Setiap bidan melalui profesinya berpatisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan, terutama
KIA/KB dan keluarga

Tanggung Gugat Dalam Praktek Kebidanan, meliputi :

Tanggung gugat terjadi karena beberapa hal :

1) Mal episiensi, keputusan yang diambil merugikan pasien


1) Mal praktek/ lalai :
 Gagal melakukan tugas.
 Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar.
 Melakukan kegiatan yang mencederai klien.
 Klien cedera karena kegagalan melaksanakan tugas
2) Mal praktek terjadi karena :
1. Ceroboh.
2. Lupa.
3. Gagal mengkomunikasikan

Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik


yang berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan
hukum tetapi belum dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai
etik.

E. Rangkuman

Realitas kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari sejarah masa
lalu. Realita yang terjadi terlepas dari sejarah masa lalu. Realita yang terjadi saat
ini merupakan kelanjutan dari sejarah masa lalu dan yang akan terjadi dimasa
mendatang merupakan kelanjutan dari apa yang terjadi saat ini.
Negara yang menjadi wahana menuju cita-cita kebangsaan memerlukan dasar
yang dapat mempertemukan berbagai kekhasan masyarakat Indonesia. Sementara
Pancasila adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan
merupakan rangkuman dari nilai-nilai luhur serta akar budaya bangsa Indonesia
yang mencakup seluruh kebutuhan maupun hak-hak dasar manusia secara
universal.

Pancasila mampu menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang
majemuk baik dari segi agama, etnis, ras, bahasa, golongan dan kepentingan.
Pancasila mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan bangsa
Indonesia yang sangat majemuk. Oleh karena itu, upaya untuk terus mempertebal
keyakinan terhadap pentingnya Pancasila bagi kehidupan bangsa Indonesia harus
menjadi keyakinan dari setiap manusia Indonesia. Sebagai nilai dasar yang
diyakini oleh bangsanya.

Dalam Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (2015) dijelaskan tentang


pengertian empat pilar kebangsaan dan isinya. Empat pilar kebangsaan adalah
tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman,
aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan
bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara
kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat pilar disebut
juga fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan. Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang
harus dipahami seluruh masyarakat.

Empat pilar tersebut merupakan prasiarat minimal bagi bangsa Indonesia


untuk berdiri kukuh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian
bangsa Indonesia sendiri. Setiap warga negara Indonesia harus memiliki
keyakinan bahwa empat pilar tersebut adalah prinsip moral keIndonesiaan yang
memandu tecapainya kehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.

Secara umum dikatakan bahwa pilar merupakan tiang penyangga suatu


bangunan. Dalam bahasa Jawa tiang penyangga bangunan atau rumah ini disebut
"Soko", yakni rumah yang atapnya menjulang tinggi terdapat empat soko di
tengah bangunan yang disebut (soko guru.)

Menurut Sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara (2012), Empat Pilar dipandang sebagai sesuatu yang harus dipahami
oleh para penyelenggara negara bersama seluruh masyarakat dan menjadi
panduan dalam kehidupan berpolitik, menjalankan pemerintahan, menegakkan
hukum, mengatur perekonomian negara, interaksi sosial kemasyarakatan, dan
berbagai dimensi kehidupan bernegara dan berbangsa lainnya. Dengan
pengamalan prinsip Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, diyakini
bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai bangsa yang adil,
makmur, sejahtera, dan bermartabat.

Menurut sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara (2012: 11) Pancasila adalah dasar negara yang mempersatukan bangsa
sekaligus bintang penuntun (leitstar) yang dinamis, yang mengarahkan bangsa
dalam mencapai tujuannya. Dalam posisinya seperti itu, Pancasila merupakan
sumber jati diri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa. Dengan
kata lain, Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau
aktifitas hidup dan kehidupan di dalam segala bidang.

Hukum dasar negara Indonesia meliputi keseluruhan sistem ketatanegaraan


yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk Negara dan mengatur
pemerintahannya. Oleh karena itu setiap produk hukum seperti undang-undang,
peraturan atau keputusan pemerintah, termasuk kebijakan pemerintah harus
berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang kebih tinggi, yang pada
akhirnya dapat dipertanggung jawabkan pada ketentuan UUD 1945.

Syarat berdirinya sebuah negara ada empat, yaitu memiliki wilayah, memiliki
penduduk, memiliki pemerintahan dan adanya pengakuan dari negara lain. Dan
karena memenuhi empat syarat itulah kemudian Negara Indonesia lahir dengan
nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengertian Indonesia
sebagai negara kesatuan dijelaskan oleh Kaelan (2012:197) bahwa: Negara yang
merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuknya, yaitu rakyat
yang terdiri atas berbagai macam etnis suku bangsa, golongan, kebudayaan serta
agama. Wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau sekaligus juga memiliki sifat
dan karakter yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu negara persatuan adalah
merupakan satu negara, satu rakyat, satu wilayah dan tidak terbagibagi misalnya
seperti negara serikat, satu pemerintahan, satu tertib hukum nasional, satu bahasa
serta satu bangsa yaitu Indonesia.

Menurut sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara (2012) Bunyi lengkap dari ungkapan Bhinneka Tunggal Ika dapat
ditemukan dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad XIV
di masa Kerajaan Majapahit. Dalam kitab tersebut Mpu Tantular menulis
"Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wisma, Bhinneki rakwa ring apan kena
parwanosen, Mangkang Jinawat kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal
ika tan hana dharma mangrwa" (bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu)
merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa
adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada Dharma yang
mendua).

Pendidikan tenaga kesehatan seperti dokter, perawat dan bidan pada


Pelayanan Kesehatan Primer juga merupakan suatu hal yang sangat penting. Ilmu
mengenai hal tersebut seharusnya dikenalkan semenjak bangku kuliah sehingga
lulusan tenaga kesehatan sudah familiar dalam bentuk pelayanan kesehatan ini,
sehingga mampu ditempatkan secara langsung di berbagai pusat layanan
kesehatan yang ada di seluruh daerah di Indonesia.

Bangsa yang kuat berasal dari kualitas generasi mudanya dalam hal ini para
Dokter, Analis Farmasi, Perawat, Bidan, dan tenaga kesehatan lainnya
diharapkan berkontribusi dengan ikhlas sesuai etika profesi dan kode etik
kesehatan untuk mendukung tersedianya pelayanan kesehatan yang paripurna,
bermutu dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan sehingga tercipta ketahanan nasional dalam memayungi upaya
pelayanan kesehatan di negeri kita Indonesia tercinta.

Seorang bidan yang kreatif harus dapat menciptakan ide-ide cemerlang dan
selalu uptode sesuai perkembangan zaman. Agar ketika persaingan semakin ketat
dalam era globalisasi sekarang ini kita sebagai bidan masih dapat bekerja sesuai
profesi kita sebagai bidan. Bidan yang kreatif itu adalah tenaga kesehatan yang
mampu menciptakan hal yang baru yang sebelumnya masyarakat belum pernah
menjumpainya atau mampu menciptakan karya dengan kombinasi hal-hal yang
sudah ada. Bidan tidak hanya dituntut untuk profesional tetapi juga harus kreatif
supaya mampu bersaing di zaman yang lebih modern.

F. Soal–Soal Latihan

Soal Objektif

1. Pembukaan UUD 1945 berkaitan erat dengan proklamasi dan Pancasila,


dimana di dalamnya tercantum pokak permasalahan cita-cita proklamasi
kemerdekaan RI yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur
berlandaskan Pancasila. Pembukaan UUD 1945 merupakan penyebab
keberadaan batang tubuh UUD 1945. Hal tersebut merupakan maksud
hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang tubuh UUD 1945 yang
bersifat...
a. Kausal
b. Fundamental
c. Formal
d. Material
e. Organis
2. Pengumuman negara Papua Barat yang dideklarasikan Ketua United
Liberatian Movement For West Papua (ULMWP) Benny Wenda
memancing reaksi keras dari pemerintah dan MPR RI. Benny Wenda
mendeklarasikan diri menjadi presiden sementara Papua Barat mulai 1
Desember 2020, seraya menolak segala aturan dan kebijakan dari
pemerintah Indonesia. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi yang
ingin memisahkan papua barat dari wilayah NKRI dan ingin memiliki
kemerdekaan sendiri karena merasa jika daerah tersebut tidak ada
hubungannya dengan bangsa Indonesia. Pada kasus ini bertentangan
dengan sila ke...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
3. Undang-undang Dasar Republik Indonesla 1945 (UUD 1945) adalah
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). UUD 1945
merupakan hukum dasar yang menjadi sumber dasar dari seluruh peraturan
perundang-undangan di Indonesia, Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesla (PPKI) telah menetapkan sistematika UUD 1945, terdiri dari
Pembukaan UUD 1945, Batang tubuh UUD 1945 dan Penjelasan UUD
1945. Penjelasan dalam UUD 1945 merupakan penafsiran otentik dari
UUD 1945, karena dalam penjelasan tersebut...
a. Dilindungi oleh pemerintah
b. Merupakan penafsiran resmi dari lembaga yang merumuskan
c. Tidak dapat diubah dan tidak dapat dipisahkan batang tubuhnya
d. Terdapat dalam satu rangkaian utuh dengan batang tubuhnya
e. Diterima secara yuridis sebagai salah satu kesatuan hukum dasar
4. Pancasila merupakan ideologi dasar negara Indonesia. Nama 'Pancasila'
sendiri berasal dari dua kata sansekerta, yakni 'Panca' yang berarti Lima
dan 'Sila' yang berarti....
a. Empat
b. Dasar hukum
c. Pendapat
d. Pinsip atau asa
e. Keputusan
5. Berpikir kritis memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi
dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal baru
dalam manajemen asuhan kebidanan. Proses berfikir kritis bertujuan
untuk, kecuali....
a. Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.
b. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan.
c. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran.
d. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu
solusi untuk masalah yang kompleks.
e. Menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa
6. Menurut sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara (2012: 11) Pancasila adalah dasar negara yang
mempersatukan bangsa sekaligus bintang penuntun (leitstar) yang dinamis,
yang mengarahkan bangsa dalam mencapai tujuannya. Dalam posisinya
seperti itu, Pancasila merupakan sumber jati diri, kepribadian, moralitas,
dan haluan keselamatan bangsa. Dengan kata lain, Pancasila digunakan
sebagai penunjuk....
a. Arah semua kegiatan atau aktifitas hidup dan kehidupan di dalam
segala bidang
b. Arah untuk menentukan masa depan gemilang
c. Arah mewujudkan mimpi
d. Arah hidup lebih baik
e. Arah untuk menyatukan segala bentuk perbedaan kita
7. Dengan pengamalan prinsip Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara, diyakini bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan diri
sebagai bangsa yang adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat. Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara tersebut meliputi, kecuali....
a. Pilar Pancasila
b. Pilar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
c. Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
d. Pilar Bhinneka Tunggal Ika
e. Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Soal Essay

1. Menjadi tenaga kesehatan merupakan tantangan yang amat besar. Sebagai


seorang bidan kita dituntut untuk semakin kreatif harus dapat menciptakan
ide-ide cemerlang dan selalu uptode sesuai perkembangan zaman. Agar
ketika persaingan semakin ketat dalam era globalisasi sekarang ini kita
sebagai bidan masih dapat bekerja sesuai profesi kita sebagai bidan. Apa
yang dimaksud dengan bidan yang kreatif?
2. Banyak tantangan yang kita hadapi dalam kemajuan era global ini.
Semakin hari keadaan tidak terkontrol yang disebab oleh informasi dan
komunikasi kita semakin renggang, tentunya juga karena adanya hasutan
yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan kita. Langkah-langkah
apa yang dapat kita lakukan agar semakin memupuk persatuan dan
kesatuan kita sesuai dengan Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara?
3. Sebutkan konsekuensi yang dapat diperoleh jika generasi muda kita tidak
mengamalkan nilai-nilai pancasila di dalam hidupnya?
Kunci Jawaban

1. A
2. C
3. D
4. D
5. E
6. A
7. E

1. Tenaga kesehatan yang mampu menciptakan hal yang baru yang


sebelumnya masyarakat belum pernah menjumpainya atau mampu
menciptakan karya dengan kombinasi hal-hal yang sudah ada. Bidan tidak
hanya dituntut untuk profesional tetapi juga harus kreatif supaya mampu
bersaing di zaman yang lebih modern.
2. 1). Menanamkan gotong royong, dengan adanya gotong royong ini maka
diharapkan dapat memupuk rasa persaudaraan yang semakin luntur.
2). Menanamkan sifat tolong menolong.
3). Otonomi daerah.
4). Menanamkan sifat kekeluargaan.
5). Musyawarah dalam pengambilan keputusan, dengan begitu maka
keputusan yang diperoleh atas hasil keputusan bersama.
4). Kerjasama antar umat beragama yang berbeda.
5). Tidak membeda-bedakan suku, agama, dan ras.
3. Maka generasi muda kita akan cenderung untuk mengambil keputusan
sesuai keinginannya tidak ingin melakukan musyawarah untuk
menyelesaikan suatu masalah, tidak melaksanakan kewajibannya
dikemudian hari, menimbulkan banyak pelanggaran akan hak yang tidak
seimbang dengan kewajibannya dan kemungkinan besar negara kita akan
semakin tertinggal.
Daftar Pustaka

Latif, Yudu. Pancasila Dasar dan Haluan Negara, Makalah dalam Lokakarya
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: MPR RI, 17-
19 Juni 2011).
Maarif, Ahmad Syafii. Bhinneka Tunggal Ika Pesan Mpu Tantular Untuk
Keindonesiaan Kita, Makalah dalam Lokakarya Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: MPR RI, 17-19 Juni 2011).
Pimpinan MPR dan Badan Sosialisasi MPR RI periode 2014-2019. 2017. Materi
Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI
BAB X
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
SEBAGAI PENGEMBANGAN NILAI PANCASILA

A. Standar Kompetensi
Mahasiswa memiliki wawasan tentang konsep Pendidikan Anti Korupsi
Sebagai Pengembangan Nilai Pancasila.
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep Pendidikan Anti Korupsi
Sebagai Pengembangan Nilai Pancasila.
C. Indikator Hasil Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pengertian Anti Korupsi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Prinsip dan Nilai Anti
Korupsi.
3. Mahasiswa mampu Mengimplementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam
Kehidupan sehari-hari.
4. Mahasiswa Mampu Mengimplementasi Pendidikan Anti Korupsi
Dalam Pelayanan Kesehatan.

D. Uraian Materi
10.1 Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea:
1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin
yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda).
Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.

Di Malaysia terdapat peraturan anti korupsi, dipakai kata “resuah”


berasal dari bahasa Arab “risywah”, menurut Kamus umum Arab-Indonesia
artinya sama dengan korupsi (Andi Hamzah: 2002). Risywah (suap) secara
terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau
lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau
untuk memperoleh kedudukan (al-Misbah al-Munir–al Fayumi, al-Muhalla–Ibnu
Hazm). Semua ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan
pemutusan hukum, bahkan perbuatan ini termasuk dosa besar. Sebagaimana yang
telah diisyaratkan beberapa Nash Qur’aniyah dan Sunnah Nabawiyah yang antara
lain menyatakan:” Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita
bohong, banyak memakan yang haram” (QS Al Maidah 42). Imam al-Hasan dan
Said bin Jubair menginterpretasikan ‘akkaaluna lissuhti’ dengan risywah.

Jadi risywah (suap menyuap) identik dengan memakan barang yang


diharamkan oleh Allah SWT. Jadi diharamkan mencari suap, menyuap dan
menerima suap. Begitu juga mediatorantara penyuap dan yang disuap. Hanya saja
jumhur ulama membolehkan penyuapan yang dilakukan untuk memperoleh hak
dan mencegah kezhaliman seseorang. Namun orang yang menerima suap tetap
berdosa (Kasyful Qona’ 6/316, Nihayatul Muhtaj 8/243, al-Qurtubi 6/183, Ibnu
Abidin 4/304, al-Muhalla 8/118, Matalib Ulin Nuha 6/479).

Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa


Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan
dan ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian
lainnya, “perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya” (WJS Poerwadarminta: 1976). Selanjutnya untuk
beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa (Muhammad Ali :1998):

1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai


kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya; dan
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu
yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi
atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga
atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan. Menurut Subekti
dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud corruptie adalah korupsi,
perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan
negara (Subekti dan Tjitrosoedibio: 1973).

Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers,


menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut
masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi,
dan yang menyangkut bidang kepentingan umum. Hal ini diambil dari definisi
yang berbunyi “financial manipulations and deliction injurious to the economy
are often labeled corrupt” (Evi Hartanti: 2008).

10.2 Nilai-Nilai Anti Korupsi

Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,


kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-
prinsip anti korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.
1. Kejujuran

Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati,


tidak berbohong, dan tidak curang. Nilai kejujuran dalam kehidupan
sehari-hari adalah sebagai fondasi awal dalam mencegah tindak pidana
korupsi. Orang yang telah menanamkan nilai kejujuran dalam dirinya akan
membuat orang tersebut terhindar dari perilaku korupsi. Karena rasa takut
pada dirinya sendiri apabila harus mencurangi orang lain. Selain karena
merugikan orang lain, dampak yang diperoleh dengan melakukan
perbuatan yang tidak jujur adalah keresahan psikis yang dirasakan secara
berlarut-larut. Contoh perbuatan anti korupsi yang mencerminkan nilai
kejujuran adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pekerjaan yang seharusnya di selesaikan.


2) Tidak menyontek atau menyalin pekerjaan orang lain.
3) Tidak memanipulasi data dan fakta pada suatu pekerjaan.
4) Bersikap arif dan bijakana dalam mengambil keputusan.
Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan
mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam
kehidupan sosialnya (Sugono: 2008). Nilai kejujuran dalam kehidupan
kampus yang diwarnai dengan budaya akademik sangatlah diperlukan.
Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang yang berlaku dimana-mana
termasuk dalam kehidupan di kampus.

Jika mahasiswa terbukti melakukan tindakan yang tidak jujur, baik


pada lingkup akademik maupun sosial, maka selamanya orang lain akan
selalu merasa ragu untuk mempercayai mahasiswa tersebut. Sebagai
akibatnya mahasiswa akan selalu mengalami kesulitan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Hal ini juga akan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi orang lain karena selalu merasa curiga
terhadapmahasiswa tersebut yang terlihat selalu berbuat curang atau tidak
jujur. Selain itu jika seorang mahasiswa pernah melakukan kecurangan
ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat memperoleh kembali
kepercayaan dari mahasiswa lainnya. Sebaliknya jika terbukti bahwa
mahasiswa tersebut tidak pernah melakukan tindakan kecurangan
maupun kebohongan maka mahasiswa tersebut tidak akan mengalami
kesulitan yang disebabkan tindakan tercela tersebut. Prinsip kejujuran
harus dapat dipegang teguh oleh setiap mahasiswa sejak masa-masa ini
untuk memupuk dan membentuk karakter mulia di dalam setiap pribadi
mahasiswa.

2. Kepedulian

Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan,


memperhatikan dan menghiraukan (Sugono: 2008). Kepedulian Arti kata
peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa
kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal
yang berkembang didalamnya. Contoh perbuatan anti korupsi yang
mencerminkan nilai kepedulian adalah sebagai berikut:

1) Peduli terhadap proses belajar mengajar,


2) Peduli terhadap lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam
kehidupan di kampus dan di masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa
depan, seorang mahasiswa perlu memiliki rasa kepedulian terhadap
lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun lingkungan di
luar kampus. Rasa kepedulian seorang mahasiswa harus mulai
ditumbuhkan sejak berada di kampus. Oleh karena itu upaya untuk
mengembangkan sikap peduli di kalangan mahasiswa sebagai subjek
didik sangat penting. Seorang mahasiswa dituntut untuk peduli terhadap
proses belajar mengajar di kampus, terhadap pengelolalaan sumber daya
di kampus secara efektif dan efisien, serta terhadap berbagai hal yang
berkembang di dalam kampus. Mahasiswa juga dituntut untuk peduli
terhadap lingkungan di luar kampus, terhadap kiprah alumni dan kualitas
produk ilmiah yang dihasilkan oleh perguruan tingginya.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian di


antaranya adalah dengan menciptakansuasana kampus sebagai rumah
kedua. Hal ini dimaksudkan agar kampus menjadi tempat untuk
mahasiswa berkarya, baik kurikuler maupun ekstra-kurikuler, tanpa
adanya batasan ruang gerak. Selain itu dengan memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
sebagai manusia yang utuh dengan berbagai kegiatan di kampus,
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan interaksi antara
mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lainnya sehingga hubungan
saling mengenal dan saling belajar dapat dicapai lebih dalam. Hal ini akan
sangat berguna bagi para mahasiswa untuk mengembangkan karir dan
reputasi mereka pada masa yang akan datang. Upaya lain yang dapat
dilakukan adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
menggalang dana guna memberikan bantuan biaya pendidikan bagi
mahasiswa yang membutuhkan.

Dengan adanya aksi tersebut, maka interaksi mahasiswa satu


dengan lainnya akan semakin erat. Tindakan lainnya adalah dengan
memperluas akses mahasiswa kepada dosen di luar jam kuliah melalui
pemanfaatan internet dan juga meningkatkan peran dosen sebagai
fasilitator, dinamisator dan motivator. Ini penting dilakukan karena
hubungan baik mahasiswa dengan dosen akan memberikan dampak
positif bagi tertanamnya nilai kepedulian. Pengembangan dari tindakan ini
juga dapat diterapkan dengan mengadakan kelas-kelas kecil yang
memungkinkan untuk memberikan perhatian dan asistensi lebih intensif.
Dengan adanya kelas-kelas ini, maka bukan hanya hubungan antara
mahasiswa dengan dosen tetapi hubungan antara mahasiswa dengan
banyak mahasiswa yang saling interaktif dan positif juga dapat terjalin
dengan baik dan di situ mahasiswa dapat memberikan pelajaran,
perhatian, dan perbaikan terus menerus. Dengan demikian perhatian dan
perbaikan kepada setiap mahasiswa tersebut dapat memberikan
kesempatan belajar yang baik.

3. Kemandirian

Kemandirian Mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri,


artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
Nilai kemandirian dapat diwujudkan dalam bentuk mengerjakan soal ujian
secara mandiri, mengerjakan semua tanggungjawab dengan usahanya
sendiri dan bukan orang lain.

Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses


mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa
depannya dimana mahasiswa tersebut harus mengatur kehidupannya dan
orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak
mungkin orang yang tidak dapat mandiri (mengatur dirinya sendiri) akan
mampu mengatur hidup orang lain. Dengan karakter kemandirian tersebut
mahasiswa dituntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan
usahanya sendiri dan bukan orang lain (Supardi: 2004).

4. Kedisiplinan

Kata disiplin berasal dari bahasa latin discipline yang berarti


latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan
tabiat. Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk
kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh
peraturan dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan
tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan. Menurut Sugono definisi kata
disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (Sugono: 2008).

Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik maupun sosial


mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus hidup
seperti pola militer di barak militier namun hidup disiplin bagi mahasiswa
adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan
dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup
akademik maupun sosial kampus. Manfaat dari hidup yang disiplin adalah
mahasiswa dapat mencapai tujuan hidupnya dengan waktu yang lebih
efisien. Disiplin juga membuat orang lain percaya dalam mengelola suatu
kepercayaan. Misalnya orang tua akan lebih percaya pada anaknya yang
hidup disiplin untuk belajar di kota lain dibanding dengananak yang tidak
disiplin. Selain itu disiplin dalam belajar perlu dimiliki oleh mahasiswa
agar diperoleh hasil pembelajaran yang maksimal.

Tidak jarang dijumpai perilaku dan kebiasaan peserta didik


menghambat dan tidak menunjang proses pembelajaran. Misalnya, sering
kita jumpai mahasiswa yang malas, sering absen, motivasi yang kurang
dalam belajar, tidak mengerjakan tugas, melanggar tata tertib kampus, dan
lain-lain. Hal tersebut menunjukkan masih banyak mahasiswa yang tidak
memiliki kedisiplinan. Dengan kondisi demikian, dosen dituntut untuk
dapat mengembangkan sikap disiplin mahasiswa dalam belajar dan
berperilaku di kampus. Mendisiplinkan mahasiswa harus dilakukan
dengan cara-cara yang dapat diterima oleh jiwa dan perasaan mahasiswa,
yaitu dengan bentuk penerapan kasih sayang. Disiplin dengan cara kasih
sayang ini dapat membantu mahasiswa agar mereka dapat berdiri sendiri
atau mandiri. Saat ini perilaku dan kebiasan yang buruk/negatif dari
mahasiswa cenderung mengarah kepada suatu tindakan kriminalitas suatu
tindakan yang melawan hukum. Kenakalan mahasiswa dapat dikatakan
dalam batas kewajaran apabila dilakukan dalam kerangan mencari
identitas diri/jati diri dan tidak merugikan orang lain. Peranan dosen
dalam menanamkan nilai disiplin, yaitu mengarahkan dan berbuat baik,
menjadi teladan/contoh, sabar dan penuh pengertian. Dosen diharuskan
mampu mendisiplinkan mahasiswa dengan kasih sayang, khususnya
disiplin diri (self discipline). Dalam usaha tersebut, dosen perlu
memperhatikan dan melakukan:

1. Membantu mahasiswa mengembangkan pola perilaku untuk


dirinya, misalnya waktu belajar di rumah, lama mahasiswa harus
membaca atau mengerjakan tugas.
2. Menggunakan pelaksanaan aturan akademik sebagai alat dan cara
untuk menegakan disiplin, misalnya menerapkan reward and
punishment secara adil, sesegera mungkin dan transparan
(Siswandi: 2009).

5. Tanggung Jawab

Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan


wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008). Bila di tinjau dari
keadaan individu terhadap hubungan yang di buatnya, tanggung jawab di
bedakan menjadi 5 macam yaitu sebagai berikut:

1) Tanggung jawab terhadap diri sendiri.


2) Tanggung jawab terhadap keluarga.
3) Tanggung jawab terhadap masyarakat.
4) Tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.
5) Tanggung jawab terhadap tuhan.

Mahasiswa adalah sebuah status yang ada pada diri seseorang


yang telah lulus dari pendidikan terakhirnya yang berkelanjutan
melanjutkan pendidikan dalam sebuah lembaga yang bernama universitas
(Harmin: 2011). Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan
memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik dibanding
mahasiswa yang tidak memiliki rasa tanggung jawab. Mahasiswa yang
memiliki rasa tanggung jawab akan mengerjakan tugas dengan sepenuh
hati karena berpikir bahwa jika suatu tugas tidak dapat diselesaikan dengan
baik dapat merusak citra namanya di depan orang lain. Mahasiswa yang
dapat diberikan tanggung jawab yang kecil dan berhasil melaksanakannya
dengan baik berhak untuk mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar
lagi sebagai hasil dari kepercayaan orang lain terhadap mahasiswa
tersebut. Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
mudah untuk dipercaya orang lain dalam masyarakat misalkan dalam
memimpin suatu kepanitiaan yang diadakan di kampus. Tanggung jawab
adalah menerima segala sesuatu dari sebuah perbuatan yang salah, baik itu
disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa
perwujud dan kesadaran akan kewajiban menerina dan menyelesaikan
semua masalah yang telah di lakukan. Tanggung jawab juga merupakan
suatu pengabdian dan pengorbanan. Maksudnya pengabdian adalah
perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga

Sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau


satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas. Mahasiswa
mempunyai banyak kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan.
Misalnya tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, tanggung jawab untuk
belajar, tanggung jawab untuk menyelesaikan perkuliahan sampai lulus,
tanggung jawab menjaga diri sendiri. Sebagai seorang mahasiswa kita
sudah dilatih oleh orang tua untuk lebih mandiri dalam menjaga diri kita
sendiri, karena dalam perkulihan kita diajarkan untuk melakukan apa-apa
sendiri. Oleh sebab itu orangtua sudah tidak bisa mengontrol aktifitas
keseharian anak-anaknya. Jadi sebagai mahasiswa harus bisa bertanggung
jawab dalam menjaga dirinya sendiri.

6. Kerja keras

Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”


menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan
jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Nilai
Kerja Keras. Kerja keras merupakan istilah yang menunjukan suatu upaya
yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan
pekerjaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti
bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang mengarah pada visi besar
yang dicapai untuk kebaikan atau kemaslahatan manusia (umat) dan
lingkungannya. Adalah penting sekali bahwa kemauan mahasiswa harus
berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena harus menguasai diri
sepenuhnya lebih dulu untuk bisa menguasai orang lain. Setiap kali
seseorang penuh dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi lebih
kuat dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika interaksi antara individu
mahasiswa dapat dicapai bersama dengan usaha kerja keras maka hasil
yang akan dicapai akan semakin optimum. Bekerja keras merupakan hal
yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi
bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.
Di dalam kampus, para mahasiswa diperlengkapi dengan berbagai ilmu
pengetahuan. Di situlah para pengajar memiliki peran yang penting agar
setiap usaha kerja keras mahasiswa dan juga arahan-arahan kepada
mahasiswa tidak menjadi sia-sia.

7. Sederhana

Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi


interaksi dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana
manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan
kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga
dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.

Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam


interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana
sebaiknya perlu dikembangkan sejak mahasiswa mengenyam masa
pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, setiap mahasiswa
dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya
dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan
diidentikkan dengan keinginan semata, padahal tidak selalu kebutuhan
sesuai dengan keinginan dan sebaliknya. Dengan menerapkan prinsip
hidup sederhana, mahasiswa dibina untuk memprioritaskan kebutuhan di
atas keinginannya. Prinsip hidup sederhana ini merupakan parameter
penting dalam menjalin hubungan antara sesama mahasiswa karena prinsip
ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak,
egois, dan yang sikap-sikap negatif lainnya lainnya. Prinsip hidup
sederhana juga menghindari seseorang dari keinginan yang berlebihan.

8. Keberanian

Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan


dan membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung
jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai
kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan
keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika pengetahuannya juga
kuat. Berikut beberapa perilaku anti korupsi yang mencerminkan nilai
keberanian:

1) Menuruti hati dan naluri diri sendiri.


2) Mengatakan apa yang dirasakan dan diketahui.
3) Membenarkan apa yang telah diketahui timbang orang lain.
4) Menolak suap dari atasan untuk melakukan hal-hal yang
menyimpang.

Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang


sedang mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk
menumbuhkan sikap keberanian, mahasiswadituntut untuk tetap berpegang
teguh pada tujuan. Terkadang mahasiswa tetap diberikan pekerjaan
pekerjaan yang sukar untuk menambahkan sikap keberaniannya.
Kebanyakan kesukaran dan kesulitan yang paling hebat lenyap karena
kepercayan kepada diri sendiri. Mahasiswa memerlukan keberanian untuk
mencapai kesuksesan. Tentu saja keberanian mahasiswa akan semakin
matang diiringi dengan keyakinannya. Untuk mengembangkan sikap
keberanian demi mempertahankan pendirian dan keyakinan mahasiswa,
terutama sekali mahasiswa harus mempertimbangkan berbagai masalah
dengan sebaik-baiknya. Pengetahuan yang mendalam menimbulkan
perasaan percaya kepada diri sendiri. Jika mahasiswa menguasai masalah
yang dia hadapi, dia pun akan menguasai diri sendiri. Di mana pun dan
dalam kondisi apa pun sering kali harus diambil keputusan yang cepat dan
harus dilaksanakan dengan cepat pula. Salah satu kesempatan terbaik
untuk membentuk suatu pendapat atau penilaian yang sebaik-baiknya
adalah dalam kesunyian di mana dia bisa berpikir tanpa diganggu. Rasa
percaya kepada diri sendiri adalah mutlak perlu, karena mahasiswa harus
memelihara rasa percaya kepada diri sendiri secara terus menerus, supaya
bisa memperkuat sifat-sifat lainnya. Jika mahasiswa percaya kepada diri
sendiri, maka hal ini akan terwujud dalam segala tingkah laku mahasiswa.
Seorang mahasiswa perlu mengenali perilakunya, sikap, dan sistem nilai
yang membentuk kepribadiannya. Pengetahuan mengenai kepribadian dan
kemampuan sendiri perlu dikaitkan dengan pengetahuan mengenai
lingkungan karena mahasiswa senantiasa berada dalam lingkungan kampus
yang merupakan tempat berinteraksi dengan mahasiswa lainnya. Di
lingkungan tersebut mahasiswa akan mendapat sentuhan kreativitas dan
inovasi yang akan menghasilkan nilai tambah dalam masa perkuliahannya
(Sjaifudin : 2002).

9. Keadilan

Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat


sebelah, tidak memihak. Contoh perilaku anti korupsi yang mencerminkan
nilai keadilan yaitu:

1) Memberikan orang lain sesuai hak yang seharusnya diterimanya.


2) Tidak melakukan tindakan curang dengan mengambil jatah orang
lain.
3) Melakukan pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawab sebelum
mendapatkan hak.
4) Membuat keputusan tanpa memihak atau hal-hal yang mendukung
unsur nepotisme.

Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa
perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan dan
mengambil keputusan secara adil dan benar di dalam kehidupan sehari-
hari, pemikiran-pemikiran sebagai dasar pertimbangan untuk
menghasilkan keputusan akan terus berkembang seiring dengan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dalam masa
perkuliahan setiap mahasiswa perlu didorong untuk mencari pengalaman
dan pengetahuan melalui interaksinya dengan sesama mahasiswa lainnya.
Dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat semakin bijaksana dalam
mengambil keputusan dimana permasalahannya semakin lama semakin
kompleks atau rumit untuk diselesaikan.

10.3 Prinsip-Prinsip Anti-Korupsi

Prinsip-prinsip Anti-korupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi,


kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan, untuk mencegah faktor eksternal
penyebab korupsi.

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan


kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai
aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de
jure), baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada
level lembaga (Bappenas : 2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan
dalam sektor bisnis, masyarakat, publik, maupun interaksi antara ketiga
sektor. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang
digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi
dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005).

Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang paling fundamental


merujuk kepada kemampuan menjawab kepada seseorang terkait dengan
kinerja yang diharapkan (Pierre : 2007). Seseorang yang diberikan
jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk
melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo : 2005).
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya,
antara lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses,
akuntabilitas keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001). Dalam pelaksanaannya,
akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui
mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang
dilakukan. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan,
dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara langsung
maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan. Terkait dengan
penjelasan tersebut maka mata kuliah ini memiliki peran penting dalam
penegakan akuntabilitas, terutama dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia.

Oleh karena itu mahasiswa sebagai bagian dari civitas akademika


pemilik masa depan merupakan target pelaku penegakan akuntabilitas
masa kini dan masa depan. Dengan harapan bahwa integritas atau
kesesuaian antara aturan dengan pelaksanaan kerja pada diri mahasiswa
dapat semakin ditingkatkan.

3. Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai
dari transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan
secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui
oleh publik (Prasojo : 2007). Selain itu transparansi menjadi pintu masuk
sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan.
Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan
(trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal yang sangat berharga bagi para mahasiswa untuk dapat
melanjutkan tugas dan tanggung jawabnya pada masa kini dan masa
mendatang (Kurniawan : 2010).
Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu proses
penganggaran, proses penyusunan kegiatan, proses pembahasan, proses
pengawasan, dan proses evaluasi. Proses penganggaran bersifat bottom
up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban
dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Di dalam proses
penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan)
dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembuatan rancangan
peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan)
dana, mekanisme pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan tender,
pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara
teknis. Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek
pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih
khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat
sendiri. Proses lainnya yang penting adalah proses evaluasi. Proses
evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara
terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi
juga secara teknis dan fisik dari setiap out put kerja-kerja pembangunan.
Hal-hal tersebut merupakan panduan bagi mahasiswa untuk dapat
melaksanakan kegiatannya agar lebih baik. Setelah pembahasan prinsip
ini, mahasiswa sebagai individu dan juga bagian dari masyarakat/
organisasi/ institusi diharapkan dapat mengimplementasikan prinsip
transparansi di dalam kehidupan keseharian mahasiswa.
4. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip
fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk
mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini
terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas,
terprediksi, kejujuran, dan informatif. Komprehensif dan disiplin berarti
mempertimbangkan keseluruhan aspek, berkesinam-bungan, taat asas,
prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampauibatas (off budget),
sedangkan fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk
mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan
dalam perencanaan atas dasar asas value for money untuk menghindari
defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya
prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan. Selain itu,
sifat penting lainnya adalah kejujuran. Kejujuran tersebut mengandung
arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang
disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis.
Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Sifat yang
terakhir dalam prinsip kewajaran adalah informatif. Tujuan dari sifat ini
adalah dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif. Sifat informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja,
kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini
merupakan ciri khas dari kejujuran. Dalam penerapannya pada
mahasiswa, prinsip ini dapat dijadikan rambu-rambu agar dapat bersikap
lebih waspada dalam mengatur beberapa aspek kehidupan mahasiswa
seperti penganggaran, perkuliahan, sistem belajar maupun dalam
organisasi. Selain itu, setelah pembahasan ini, mahasiswa juga
diharapkan memiliki kualitas moral yang lebih baik dimana kejujuran
merupakan bagian pokok dalam prinsip ini.
5. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini
berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan
yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini
tidak selalu identik dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa
berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang
dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol
terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat
negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat
kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti-korupsi
akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada
kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat
berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan
nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat
terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi, kultur
kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.

6. Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol
kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul
efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan
dibahas mengenai lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-
evaluating organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia,
problematika pengawasan di Indonesia. Bentuk kontrol kebijakan berupa
partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan berupa partisipasi
yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam
penyusunan dan pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa
oposisiyaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan baru
yang dianggap lebih layak. Sedangkan kontrol kebijakan berupa revolusi
yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak
sesuai. Setelah memahami prinsip yang terakhir ini, mahasiswa
kemudian diarahkan agar dapat berperan aktif dalam melakukan tindakan
kontrol kebijakan baik berupa partisipasi, evolusi maupun reformasi pada
kebijakan-kebijakan kehidupan mahasiswa dimana peran mahasiswa
adalah sebagai individu dan juga sebagai bagian dari masyarakat,
organisasi, maupun institusi.

10.4 Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Kehidupan Sehari-


Hari

Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang


berdampak buruk sangat luar biasa. Pada dasarnya korupsi berdampak buruk
pada seluruh sendi kehidupan manusia. Korupsi merupakan salah satu faktor
penyebab utama tidak tercapainya keadilan dan kemakmuran suatu bangsa.
Korupsi juga berdampak buruk pada sistem perekonomian, sistem demokrasi,
sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial
kemasyarakatan. Yang tidak kalah penting korupsi juga dapat merendahkan
martabat suatu bangsa dalam tata pergaulan internasional
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah bersifat kolosal dan ibarat
penyakit sudah sulit untuk disembuhkan. Korupsi dalam berbagai tingkatan sudah
terjadi pada hampir seluruh sendi kehidupan dan dilakukan oleh hampir semua
golongan masyarakat. Dengan kata lain korupsi sudah menjadi bagian dari
kehidupan kita sehari-hari yang sudah dianggap biasa. Oleh karena itu sebagian
masyarakat menganggap korupsi bukan lagi merupakan kejahatan besar. Jika
kondisi ini tetap dibiarkan seperti itu, maka hampir dapat dipastikan cepat atau
lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Oleh karena itu sudah semestinya
kita menempatkan korupsi sebagai musuh bersama (common enemy) yang harus
diperangi bersama-sama dengan sungguh-sungguh.
Karena sifatnya yang sangat luar biasa, maka untuk memerangi atau
memberantas korupsi diperlukan upaya yang luar biasa pula. Upaya memberantas
korupsi sama sekali bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, oleh sebab itu upaya
memberantas korupsi tentu saja tidak bisa hanya menjadi tanggungjawab institusi
penegak hukum atau pemerintah saja, tetapi juga merupakan tanggungjawab
bersama seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu upaya memberantas korupsi
harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait,
yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah mahasiswa,
sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat, sangat diharapkan dapat
berperan aktif.

10.5 Gerakan Anti Korupsi

Korupsi di Indonesia sudah berlangsung lama. Berbagai upaya


pemberantasan korupsipunsudah dilakukan sejak tahun-tahun awal setelah
kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan tentang pemberantasan korupsi
juga sudah dibuat Demikian juga berbagai institusi pemberantasan korupsi silih
berganti didirikan, dimulai dari Tim Pemberantasan Korupsi pada tahun 1967
sampai dengan pendirian KPK pada tahun 2003. Namun demikian harus diakui
bahwa upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini belum
menunjukkan hasil maksimal. Hal ini antara lain terlihat dari masih rendahnya
angka Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia, walaupun ada peningkatan
akhir-akhir ini.
Berdasarkan UU No. 30 tahun 2002, Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dirumuskan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Rumusan undang-undang tersebut menyiratkan bahwa upaya
pemberantasan korupsi tidak akan pernah berhasil tanpa melibatkan peran serta
masyarakat. Dengan demikian dalam strategi pemberantasan korupsi terdapat 3
(tiga) unsur utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat.
Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
tindak pidana korupsi. Pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan
antikorupsi yang sifatnya preventif. Penindakan adalah seluruh upaya yang
dilakukan untuk menanggulangi atau memberantas terjadinya tindak pidana
korupsi. Penindakan sering juga disebut sebagai kegiatan Kontra Korupsi yang
sifatnya represif. Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan,
organisasi kemasyarakatan, atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan
suatu Gerakan Antikorupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama
yang bertujuan untuk menumbuhkan Budaya Antikorupsi di masyarakat. Dengan
tumbuhnya budaya antikorupsi di masyarakat diharapkan munculnya tindak
pidana korupsi dapat dicegah.
Gerakan Antikorupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus
melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah, swasta
dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran mahasiswa sebagai salah satu bagian
penting dari masyarakat sangat diharapkan
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, pada dasarnya korupsi itu terjadi
jika ada pertemuan antara tiga faktor utama yaitu: niat, kesempatan dan
kewenangan. Niat adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan
individu manusia, misalnya perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang.
Sedangkan kesempatan lebih terkait dengan sistem yang ada. Sementara itu,
kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara langsung memperkuat
kesempatan yang tersedia. Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan tetapi
bila tidak diikuti oleh kewenangan, maka korupsi tidak akan terjadi. Dengan
demikian, korupsi tidak akan terjadi jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat,
kesempatan dan kewenangan tidak ada dan tidak bertemu. Dengan demikian
upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya untuk menghilangkan atau
setidaknya meminimalkan ketiga faktor tersebut.
Gerakan antikorupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh
komponen bangsa untuk mencegah peluang terjadinya tindak pidana korupsi.
Dengan kata lain gerakan antikorupsi adalah suatu gerakan yang memperbaiki
perilaku individu (manusia) dan sistem untuk mencegah terjadinya tindak pidana
korupsi. Diyakini bahwa upaya perbaikan sistem (sistem hukum dan
kelembagaan serta norma) dan perbaikan perilaku manusia (moral dan
kesejahteraan) dapat menghilangkan, atau setidaknya memperkecil peluang bagi
berkembangnya korupsi di negeri ini.
Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan
menanamkan nilai nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif.
Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan
keadilan (jupe-mandi-tanker-kebedil). Penanaman nilai-nilai ini kepada
masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan kepada mahasiswa. Pendidikan
antikorupsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain
kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye atau bentuk-bentuk kegiatan ekstra
kurikuler lainnya. Pendidikan antikorupsi juga dapat diberikan dalam bentuk
perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan.
Upaya perbaikan sistem antara lain dapat dilakukan dengan memperbaiki
peraturan perundangan yang berlaku, memperbaiki tata kelola pemerintahan,
reformasi birokrasi menciptakan lingkungan kerja yang antikorupsi, menerapkan
prinsip-prinsip clean and good governance, pemanfaatan teknologi untuk
transparansi, dan lain-lain. Tentu saja upaya perbaikan sistem ini tidak hanya
merupakan tanggungjawab pemerintah saja, tetapi juga harus didukung oleh
seluruh pemangku kepentingan termasuk mahasiswa. Pengetahuan tentang upaya
perbaikan sistem ini juga penting diberikan kepada mahasiswa agar dapat lebih
memahami upaya memerangi korupsi.

10.6 Posisi Strategis Mahasiswa

Pengertian mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah


seseorang yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi. Dalam hal ini artinya bahwa
dalam dunia pendidikan, status mahasiswa adalah status tertinggi seorang murid
atau siswa. Oleh sebab itu sebagai siswa yang menempati tempat tertinggi (maha)
maka mahasiswa menempati kedudukan yang khusus di masyarakat. Bahkan
mahasiswa masuk dalam strata sosial menengah, walaupun mereka belum
memiliki pendapatan yang disyaratkan untuk masuk menjadi kelompok
menengah.
Dilain sisi, mahasiswa memiliki keluasan untuk menyuarakan sesuatu
yang kepada pemerintah atau penguasa, biasanya apabila terjadi ketidakadilan
yang terjadi di tengah masyarakat Sehingga banyak atribut yang melekat pada
mahasiswa, seperti; pengawal keadilan, intelektual muda, kelompok penekan
(pressure group), agen perubahan (agent of change), kelompok anti status quo
dan sebagainya.
Dalam dunia profesional, posisi mahasiswa sudah sangat dekat bahkan
terkadang sudah dianggap semi-profesional, karena mahasiswa pengetahuan dan
ketrampilan terhadap bidang yang dipelajarinya sudah cukup baik dan sudah bisa
diaplikasikan. Oleh sebab itu, setelah menyelesaikan kuliah, mahasiswa ini
hampir bisa dipastikan akan mempunyai posisi atau jabatan yang baik di
perusahaan atau organisasi.
Dalam konteks pergerakan politik di Indonesia, sejarah perjuangan
mahasiswa Indonesia sudah eksis sejak sebelum kemerdekaan. Bahkan, dapat
dikatakan mahasiswa adalah pelopor pergerakan kemerdekaan secara modern
melalui organisasi-organisasi pergerakan mahasiswa Hal ini dapat dilihat dari
kepeloporan mahasiswa Stovia yang dimotori Wahidin Sudirohusodo dalam
mempelopori gerakan kemerdekaan dengan organisasi modern. Hal yang kurang
lebih sama dilakukan oleh pergerakan mahasiswa di negeri Belanda, Kelompok
Kramat Raya, Pegangsaan, KAMI, Malari, dan yang terakhir jatuhnya rezim
Soeharto oleh gerakan Reformasi Mahasiswa. Fakta-fakta ini menunjukkan
bahwa mahasiswa adalah kelompok yang selalu berdiri di garda terdepan dalam
hampir setiap perubahan yang terjadi.

Dalam perspektif sosial, mahasiswa pun menunjukkan dinamika tersendiri


sebagai kelompok. yang secara konsisten memperjuangkan hak-hak kaum
tertindas serta memberi kontribusi yang tidak kecil dalam rekayasa perubahan
sosial menuju masyarakat yang lebih baik. Posisi mahasiswa yang netral (neutral
position) dan tidak mempunyai kepentingan tertentu atau di bawah kepentingan
politik tertentu telah menempatkannya pada posisi yang sangat disegani dan
dihormati dalam setiap proses perubahan sosial masyarakat
Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa mahasiswa
mempunyai peranan yang sangat penting Peranan tersebut tercatat dalam
peristiwa-peristiwa besar yang dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908,
Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun
1945, lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Gerakan Reformasi tahun 1998. Tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa
tampil di depan sebagai garda depan sekaligus motor penggerak dengan berbagai
gagasan, semangat dan idealisme yang mereka miliki. Peran penting mahasiswa
tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu:
intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang
tinggi, jiwa muda yang penuh semangat. dan idealisme yang murni telah terbukti
bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan
bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti
bahwa mahasiswa berperan sangat penting sebagai agen perubahan (agent of
change).
Pada saat sekarang ini tantangan mahasiswa adalah korupsi yang
merajalela di Indonesia. Oleh sebab itu dalam konteks gerakan antikorupsi
mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di depan menjadi motor penggerak.
Mahasiswa didukung oleh, KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN yang mereka
miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, yang mampu
menyuarakan kepentingan rakyat, yang mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan
yang karuptif, dan mampu menjadi pengawas (watch-dog) lembaga-lembaga
negara dan penegak hukum.
Perjuangan melawan korupsi ini bukan perkara yang mudah untuk
dilakukan. Integritas pribadi, kelompok ataupun organisasi harus kuat agar tidak
tergerus oleh iming-iming kekayaan, urang ataupun harta benda hasil korupsi.
Korupsi merupakan tantangan nyata mahasiswa pada saat ini, oleh sebab itu ini
juga menjadi pertanyaan bagi mahasiswa, mampukah mahasiswa menjawab
tantangan ini? Bahkan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno jauh-jauh sudah
pernah mengatakan, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah,
perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri. Disini terbersit
satu tantangan yang sangat besar bagi generasi muda saat ini, yaitu korupsi, yang
pastinya membutuhkan suatu upaya yang sangat besar pula untuk
memenangkannya. Perjuangan melawan diri sendiri.

10.7 Peran Mahasiswa

Dalam memerangi korupsi yang sedang marak terjadi ini, mahasiswa


dengan segala kekuatan, kelebihan dan posisi yang strategisnya serta hak dan
kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat, maka mahasiswa bisa mempunyai
peran penting dalam situasi ini. Peran atau keterlibatan mahasiswa dalam gerakan
antikorupsi pada dasarnya bisa dilakukan dari lingkup yang paling kecil, yaitu
diri sendiri sampai terlibat dalam upaya yang besar seperti keluarga dan
lingkungan masyarakat bahkan bisa melakukan upaya yang lebih kolosal dalam
lingkup global.
1. Lingkup Diri Sendiri
Keterlibatan mahasiswa secara individu dalam gerakan antikorupsi secara
luas merupakan titik terkecil namun juga menjadi yang paling penting dan
utama. Diri sendiri merupakan kunci untuk melakukan atau tidak melakukan
korupsi, karena godaan korupsi pada masa mendatang sangat kuat sehingga
dibutuhkan pribadi yang kuat.
Mahasiswa masuk dalam fase kehidupan dewasa muda, artinya masuk atau
transisi dari masa remaja ke dewasa. Masuk fase dewasa muda artinya
mahasiswa sudah harus siap untuk bertanggung jawab atas apa yang
diperbuat. Fase ini merupakan fase untuk beradaptasi dan berlatih untuk
sungguh-sungguh bertanggung jawab dan mematuhi segala aturan yang ada
karena sudah benar-benar masuk dalam subjek hukum.
Kehidupan sehari-hari bisa dijadikan latihan untuk menguatkan integritas
diri, seperti: pengelolaan uang kuliah atau uang saku yang diberikan oleh
orang tua untuk dipergunakan sesuai dengan alokasi dan dapat
dipertanggungjawabkan, tugas dan kewajiban yang. diberikan oleh orang tua
kepada mahasiswa untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya seperti harus
lulus tepat waktu, menguatkan disiplin diri untuk kebaikan diri seperti hidup
sehat, tidur cukup dan bangun secara disiplin, menjalankan ibadah dengan
disiplin, olahraga secara rutin, bersosialisasi secara sehat, menggunakan
intenet dan media sosial secara sehat, mengerjakan tugas-tugas kuliah sebaik
mungkin dan diselesaikan tepat waktu. Disisi yang lain dalam bentuk disiplin
terhadap aturan adalah dengan mematuhi aturan-aturan yang ada, seperti;
mematuhi aturan yang ditetapkan oleh kampus untuk datang kuliah dengan
tertib, tidak melakukan plagiasi, mengurus adminitrasi perkuliahan dengan
baik dan sebagainya. Sedangkan diluar kampus bisa dengan mematuhi aturan
lingkungan yang berlaku, seperti: mematuhi aturan berlalu lintas serta bentuk
keamanan dan ketertiban lalu Intas yang lain, mematuhi aturan yang berlaku
di Ingkungan tinggal seperti lingkungan kos, aturan yang diberikan oleh RT
RW setempat, termasuk juga aturan yang behubungan dengan adat setempat.
Membiasakan diri tertib dan tidak melakukan perilaku koruptif yang
merugikan diri sendiri dan orang lain dari hal-hal yang kecil, seperti; titip
absen atau menandatangani absen teman yang tidak hadir, menyontek,
menyuap, memberikan upeti, gratifikasi, mark up, menyalahgunakan
wewenang bagi pengurus organisasi kampus, merupakan latihan
mengendalikan diri sendiri sebelum masuk ke dunia nyata yang lebih luas.
Sepertinya ini adalah hal yang mudah, namun untuk melakukannya tidaklah
mudah serta membutuhkan komitmen yang kuat untuk terus berintegritas. Hal
yang perlu diingat adalah ketika perilaku koruptif selalu dilakukan terus
menerus, dipupuk dan dipelihara maka itu sama dengan memelihara singa liar
di dalam diri, yang kelak akan memangsa kita sendiri.

Tentunya tidak ada seorangpun yang bercita-cita masuk penjara, namun


terkadang kita lupa bahwa kebiasaan yang kita lakukan akan mengarahkan
kita kesana. Oleh sebab itu kebiasaan yang baik harus dipupuk dan dilatih
sejak dini, sesuatu yang baik harus dilakukan secara rutin hingga menjadi
kebiasaan, kebiasaan yang sudah ada harus terus dilakukan dengan konsisten
agar menjadi karakter, sikap antikorupsi harus menjadi karakter generasi
muda sekarang agar masa depan lebih baik, bukan hanya buat diri sendiri
namun kehidupan secara luas.
2. Lingkup Keluarga
Internalisasi karakter antikorupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai
dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan terkecil diluar individu. Untuk
melihat bagaimana bentuk internalisasi karakter antikorupsi bisa dilakukan
dengan melakukan berbagi pengamatan sederhana seperti perilaku keseharian
anggota keluarga, misalnya:
a. Aturan rumah, apakah aturan yang ditetapkan dikeluarga sudah
dilaksanakan dengan baik? Misalnya aturan untuk menjaga kebersihan
diri dan rumah sudah dilaksanakan dengan baik atau belum? Aturan
menjaga sopan santun dalam berkomunikasi dalam keluarga atau
dengan tamu dan tetangga? Aturan dalam menerima tamu? Aturan
dalam penggunaan energi dirumah? Dan sebagainya.
b. Apakah aturan dalam lingkungan terbatas dengan tetangga sudah
dilakukan dengan baik? Misalnya aturan tentang adab bertetangga?
Penggunaan fasilitas umum di lingkungan perumahan? Dan sebagainya
c. Apakah ada indikasi orang tua atau kerabat yang ada di rumah
menyalahgunakan fasilitas kantor atau negara yang bukan menjadi
haknya?
d. Apakah ada indikasi penghasilan orang tua tidak berasal dari sumber-
sumber yang tidak sah bahkan berasal dari korupsi?
e. Apakah ada diantara anggota keluarga yang menggunakan produk-
produk bajakan (lagu, film, software, tas, sepatu, dsb.)?
f. Setelah itu untuk lingkungan yang lebih luas di luar keluarga dan
tetangga, apakah aturan yang lebih luas juga dilaksanakan dengan baik
atau belum? Seperti mematuhi peraturan lalu lintas? Apakah dalam
berkendara sudah mematuhi aturan? Seperti kelengkapan surat kendara
dan surat ijin mengemudi? Sudah mematuhi semua tanda berkendara di
jalan? Berhenti dan memarkirkan kendaraan pada tempatnya? Apakah
tindak mengganggu pejalan kaki? Termasuk juga ketika ada razia yang
dilakukan oleh kepolisian, apakah kita masih berusaha untuk
menghindar? Berusaha untuk menyuap ala salam tempel atau salam
damai? Dan sebagainya.

Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan atau tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan atau tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena
haknya terampas. Terampasnya hak orang lain merupakan cikal bakal dari
tindakan korupsi.

Tahapan proses internalisasi karakter antikorupsi di dalam diri mahasiswa


yang diawall dari lingkungan keluarga sangat sulit untuk dilakukan. Justru
karena anggota keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu
dan berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya prilaku korupsi yang
dilakukan di dalam keluarga seringkali menjadi bias Apakah seorang anak
berani menegur ayahnya ketika sang ayah kerap kali melanggar peraturan lalu
lintas? Apakah anak berani untuk bertanya tentang asal usul penghasilan orang
tuanya? Apakah anak memiliki keberanian untuk menegur anggota keluarga
yang lain karena menggunakan barang-barang bajakan?
Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh KPK pada tahun
2013 tentanghubungan orang tua-anak dalam upaya pencegahan korupsi
berbasis keluarga;
a. Hanya 52.2% orang tua yang mengetahui fungsi sosialisasi (sejauh
mana orangtua memainkan perannya dalam hal berkomunikasi dengan
anak dalam pembelajaran akan nilai-nilai karakter)
b. Hanya 55.7% orangtua mengetahui akan fungsi afeksi (sejauh mana
keluarga merasa dekat dengan anak dan anak merasa dekat dengan
orangtua)
c. Hanya 37.6% orangtua yang mengetahui fungsi identitas sosial (sejauh
mana orangtua memberikan arti kesuksesan atau labeling pada anak
sehingga berdampak pada kehidupan kedepannya)
d. Hanya 2% keluarga secara bersepakat menerapkan nilai kejujuran
dalam kehidupannya Seperti yang disepakati secara umum bahwa nilai-
nilai yang ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya bermula dari
lingkungan keluarga dan pada kenyataannya nilai-nilai tersebut akan
terbawa selama hidupnya, sehingga orang tua diharapkan sebagai
tauladan bagi anak dan dapat menjadi pencegah utama dalam hal tindak
pidana korupsi.
Oleh sebab itu peran mahasiswa sebagai anak (dalam keluarga) adalah
dengan keaktifan anak dalam mengkonstruksi nilai-nilai antikorupsi dalam
perilaku sehari-hari didalam keluarga seperti membantu mengingatkan anggota
keluarga jika terjadi adanya potensi perilaku koruptif atau potensi adanya tindak
pidana korupsi.
3. Lingkup Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi di lingkungan kampus
dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri
sebagai pribadi yang antikorupsi, dan untuk komunitas mahasiswa sebagai
komunitas atau perkumpulan mahasiswa yang antikorupsi.
Untuk konteks individu, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah
agar dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi, seperti; datang
kuliah tepat waktu, tidak meminta teman untuk mengabsen atau mengabsenkan
teman yang tidak hadir. mengerjakan tugas sesuai dengan peraturan yang
disepakati dengan dosen, tidak berusaha melakukan hal-hal tercela yang
berlawanan dengan hukum dan moralitas, tidak berusaha untuk menyuap dosen
atau staf untuk mendapatkan sesuatu dan sebagainya. Sedangkan untuk konteks
komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan
rekannya sesama mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di kampus tidak
berperilaku koruptif dan tidak korupsi, seperti; selalu mengingatkan teman agar
berperilaku baik tidak koruptif dan korupsi, tidak mencoba untuk mencari
keuntungan pribadi atau kelompok dengan jalan yang tidak wajar seperti
dengan melakukan mark-up atas biaya untuk kegiatan, menyusun program
kegiatan dengan baik dan wajar, menjalankan program dengan amanah tinggi,
menyusun laporan dengan baik dan transparan dan sebagainya.
Agar seorang mahasiswa dapat berperan dengan baik dalam gerakan
antikorupsi maka pertama-pertama mahasiswa tersebut harus berperilaku
antikoruptif dan tidak korupsi dalam berbagai tingkatan. Dengan demikian
mahasiswa tersebut harus mempunyai nilai
nilai antikorupsi dan memahami korupsi dan prinsip-prinsip antikorupsi. Kedua
hal ini dapat diperoleh dari mengikuti kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar
dan kuliah pendidikan antikorupsi. Nilai-nilai dan pengetahuan yang diperoleh
tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata
lain seorang mahasiswa harus mampu mendemonstrasikan bahwa dirinya
bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai
antikorupsi kepada komunitas mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan untuk
menumbuhkan budaya antikorupsi di mahasiswa. Kegiatan kampanye,
sosialisasi, seminar, pelatihan, kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan untuk
menumbuhkan budaya antikorupsi. Di era digital ini kita bisa menggunakan
banyak media pada saat ini untuk tujuan itu, dengan memanfaatkan beragam
media sosial yang sekarang tengah populer, seperti; Facebook, Instagram,
Whatsapp, Youtube, dan sebagainya, mudah, murah dan berefek besar bahkan
bisa viral.
Kegiatan mengajak untuk melakukan ujian bersih atau anti mencontek
misalnya, dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara lain nilai-nilai kerja
keras, kejujuran, tanggung jawab, dan kemandirian. Pendirian kantin kejujuran
adalah contoh lain yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan nilai-nilai
kejujuran dan tanggung jawab. Anda punya ide lain?
4. Lingkup Masyarakat Sekitar
Pemberantasan korupsi tidak akan berjalan dengan baik dan lancar jika
tidak adanya partisipasi masyarakat Partisipasi masyarakat sangat diperlukan
karena, pertama dilihat dari akar masalah korupsi, sebagian masyarakat
menganggap bahwa korupsi yang terjadi merupakan hal yang wajar. Kedua
dampak yang dirasakan masyarakat dari adanya korupsi adalah dari korupsi
baik dalam skala kecil maupun besar yakni adanya hambatan terhadap
pemenuhan hak-hak atas pelayanan yang semestinya diterima oleh masyarakat.
Serta ketiga penegakan hukum belum berjalan secara maksimal dalam
pemberantasan korupsi
Mahasiswa mempunyai peranan strategis dalam hal pemberantasan
korupsi dikarenakan mahasiswa mempunyai daya intelektual tinggi, muda,
idealis, memiliki sense of issue, serta jiwa nasionalis yang dapat dimanfaatkan
secara bersama-sama untuk;
a. Mendorong adanya partisipasi publik dengan cara kolaborasi antara
mahasiswa dengan pengambil kebijakan (pemerintah) serta masyarakat,
dengan pengorganisasian dan melakukan penguatan forum-forum dialog
bersama.
b. Dengan kemampuan berpikir serta intelektualitasnya untuk memberikan
pandangan dan masukan terkait dengan permasalahan-permasalahan
khususnya yang berhubungan dengan korupsi yang dihadapi oleh
masyarakat.
c. Melakukan kolaborasi aksi dalam upaya monitoring dan perencanaan
pembangunan tidak hanya sebagai pelaku pengawasan dan melaporkan
situasi kepada pihak kebijakan atau kepada lembaga penegak hukum
akan tetapi juga ikut turut serta terlibat dalam melakukan monitoring
kajian dan perencanaan pembangunan disuatu daerah, misalnya:

 Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan


kepadamasyarakatnya dengan sewajarnya: pembuatan KTP, SIM,
KK, Laporan Kehilangan, pelayanan pajak? Adakah biaya yang
diperlukan untuk pembuatan surat-surat atau dokumen tersebut?
Wajarkah jumlah biaya dan apakah jumlah biaya tersebut resmi
diumumkan secara transparan sehingga masyarakat umum tahu?
 Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah memadai?
Misalnya: kondisi jalan, penerangan terutama di waktu malam,
ketersediaan fasilitas umum, rambu rambu penyeberangan jalan,
dsb.
 Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah
memadai? Misalnya: pembagian kompor gas, Bantuan Langsung
Tunai, dsb.
 Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah
didapatkan?

5. Lingkup Yang Lebih Luas


Dalam konteks lingkup yang lebih luas, keterlibatan mahasiswa yang
strategis sangat dibutuhkan dalam gerakan antikorupsi yang bertujuan agar
dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan korupsi yang masif dan
sistematis di masyarakat Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya
dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan massa antikorupsi baik yang
bersifat lokal, nasional atau bahkan global.
Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir dari dalam kampus,
mahasiswa dapat menyebarkan perilaku antikorupsi kepada masyarakat luas,
dimulai dari masyarakat yang berada di sekitar kampus kemudian akan meluas
ke lingkup yang lebih luas Kegiatan-kegiatan antikorupsi yang dirancang dan
dilaksanakan secara bersama dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari
berbagai Perguruan Tinggi akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat
akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu negara.
Dari Ujung Aceh sampai ke Papua, Negara Indonesia diberikan berkah
yang amat besar dari Tuhan Yang Maha Esa. Hampir tidak ada satu
wilayahpun di Negara Indonesia ini yang tidak subur atau tidak mempunyai
potensi sumber daya alam yang baik. Segala jenis kayu. bambu, tumbuhan
pangan dapat hidup dengan baik dan subur. Sedangkan di dalam tanah tak
urung begitu melimpahnya minyak bumi, batu bara, gas alam, panas bumi,
bijih besi. tembaga, emas, aluminium, nikel sampai uranium. Belum lagi
kekayaan laut yang sangat besar dengan luas yang luar biasa besar. Selain itu
anugerah bahwa Indonesia terletak di garis khatulistiwa yang sangat berlimpah
sinar matahari dan hanya mempunyai 2 (dua) musim yang sangat menghidupi.
Dengan kekayaan yang sangat melimpah ini, rakyat Indonesia seharusnya
dapat hidup lebih baik dan bahkan sangat mungkin untuk menjadi yang terbaik
di dunia ini. Sudah sewajarnya kalau penduduk Indonesia hidup sejahtera jika
melihat kekayaan yang dimiliki tersebut. Tidak ada orang yang kelaparan, tidak
ada orang yang menderita karena sakit dan tidak mampu untuk berobat, tidak
ada lagi kebodohan karena setiap orang mampu bersekolah sampai tingkat
yang paling tinggi, tidak ada orang yang tinggal di kolong jembatan lagi karena
semua orang mempunyai tempat tinggal layak, tidak ada kemacetan yang parah
karena kota tertata dengan baik anak-anak tumbuh sehat karena ketercukupan
gizi yang baik. Anak-anak jalanan, pengemis, dan penyakit masyarakat lain
sudah menjadi cerita masa lalu yang sudah tidak ada lagi Anak yatim, orang-
orang usia lanjut hidup sejahtera dan diperhatikan oleh pemerintah.
Bukan sebuah kesengajaan bahwa di tengah kata Indonesia ada kata
'ONE', ind-one-sia, yang berarti satu, bisa juga diartikan bahwa Indonesia bisa
menjadi Negara nomor satu di dunia. Tentu saja bisa, dengan melihat begitu
kayanya negeri ini, subur, gemah ripah loh jinawi, Indonesia sangat potensial
untuk menjadi Negara nomor satu di dunia, hanya saja dengan catatan, tidak
ada korupsi, tidak ada yang mengambil hak orang lain, dan tidak ada yang
menjarah kekayaan Negara.
Sebab apabila masih ada yang korupsi dan mengambil hak-hak orang lain,
Negara Indonesia tidak lagi 'ONE namun akan berubah menjadi In-DONE-sia,
"DONE", selesail Tamat!, Bangsa dan Negara ini selesai! Indonesia sebagai
bangsa dan Negara tidak lagi eksis. Kemudian, kalau Indonesia tidak lagi eksis,
Indonesia hanya menjadi cerita masa Lalu, bagaimana kelak nasib anak cucu
kita? Anda bisa membayangkan? Apakah anda siap untuk berkiprah di dunia
antikorupsi bagi kebaikan bangsa ini dimasa mendatang? Apa ide anda untuk
itu?
Untuk bisa berkiprah di wilayah yang lebih luas atau global, pada saat ini
sangat mungkin untuk dilakukan oleh mahasiswa. Teknologi komunikasi dan
digital pada saat ini sudah sangat maju yang memungkinkan seseorang untuk
terhubung dengan dunia global secara langsung. Wilayah regional seperti
Malaysia, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Timor Leste, Filipina, Laos masalah
korupsi juga masih marak terjadi. Mahasiswa dengan segala gagasannya
dengan menggunakan media komunikasi yang ada, misalnya dengan
menggunakan media sosial (FB, IG, Youtube, dsb), bisa melakukan hal-hal
yang besar, seperti melawan korupsi secara bersama-sama di wilayah regional,
menggalang kekuatan bersama mahasiswa ASEAN untuk melawan korupsi.
Melakukan kampanye antikorupsi bersama mahasiswa ASEAN dalam berbagai
balutan, seperti; seni budaya, konser musik, penulisan jurnal, pembuatan film
dokumentasi, seminar, workshop dan sebagainya.

10.8 Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pelayanan Kesehatan

Kasus korupsi di sektor kesehatan berlangsung sama memprihatinkannya


dengan kondisi di sektor lain. Namun dengan dampak dan bahaya yang
ditimbulkan yang jauh lebih besar karena kekhususan karakteristik sektor
kesehatan. Sistem yang ada di sektor kesehatan di nilai masih menginduksi
tindakan korupsi. pentingnya kekokohan diri, moral, kejujuran, nilai integritas
dimiliki oleh setiap individu untuk mencegahnya melakukan tindak korupsi.
Upaya pencegahan korupsi harus ditanamkan sejak dini melalui
pendidikan di keluarga, dan penanaman nilai-nilai agama. Pendidikan formal di
sekolah dapat menguatkannya, namun penanaman di keluarga, pengajaran nilai
agama dan kemudian lingkungan pergaulan (peer review) akan kuat
memengaruhi. Sebagaimana disampaikan Wahyudi (2016) perubahan cara
berpikir (mind set) harus diawali dengan keyakinan beragama. Apabila hati baik
sebagai buah dari amal agama yang betul, maka cara berpikir (mind set) akan
betul dan apabila cara berpikir betul akan melahirkan perilaku yang betul pula.
Telah ada sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dan budaya antikorupsi.
Ter dapat sembilan nilai-nilai antikorupsi yang menjadi nilai pembeljaran, yaitu
kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, keadilan, keberanian, kepedulian, kerja
keras, kesederhanaan, dan kemandirian Integritas kepemimpinan antikorupsi
merupakan nilai-nilai karakter universal yang berlaku untuk semua bidang.
Namun urgensi untuk memiliki nilai-nilai integritas kepemimpinan
antikorupsi di sektor kesehatan menjadi jauh lebih mendesak mengingat
strategisnya sektor kesehatan karena menyangkut kepentingan orang banyak dan
pula sarat dengan kepentingan politis, bahkan kerap menjadi komoditas politik.
Ditambah lagi dengan kekhasan sektor Kesehatan yang membutuhkan respons
cepat di situasi ketidakpastian (uncertainity) mendorong pentingnya nilai-nilai
integritas kepemimpinan antikorupsi sebagai karakter yang sangat perlu
dimunculkan. Hal lain yang perlu menjadi perhatian dalam upaya melahirkan
integritas kepemimpinan antikorupsi adalah konteks kelembagaan, organisasi
atau sistem, selain fokus pada aspek individu. Beberapa teori dan penelitian
empiris pernah dilakukan untuk mengetahui penyebab korupsi pada suatu
organisasi (Baucus and Near, 1991; Daboub et al., 1995; Trevino and Weaver,
2003; Vardi and Weitz,2004). Sebagian besar studi tersebut berfokus pada faktor-
faktor individu, organisasi, dan lingkungan dan menilai hubungan setiap faktor
tersebut dengan korupsi secara independen. Hasilnya ternyata faktor-faktor
tersebut interdependen dan penyebab korupsi dalam organisasi tidak bisa hanya
ditujukan kepada salah satu faktor saja (Nieuwenboer, 2008). Standar dan sasaran
kebijakan antikorupsi pun harus jelas, dan proses pembuatan keputusan tersebut
dibuat secara transparan, akuntabel, dan patuh terhadap kode etik pegawai negeri
(Brata, 2010). Situasi tersebut dapat pula dijelaskan dengan konsep Edward III,
sebagai kerangka analisis implementasi sebuah kebijakan.
Kebijakan pencegahan korupsi adalah sebuah proses sistemik yang
membutuhkan interaksi antarkomponen kebijakan. Artinya, jika regulasi
penegakan pencegahan korupsi akan dilakukan, maka faktor pendukung
keberhasilan sebuah kebijakan yang meliputi struktur bi rokrasi, sumber daya,
komunikasi, dan disposisi harus hadir secara bersama-sama. Birokrasi
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan yang bersifat kompleks dan
menuntut adanya kerja sama banyak pihak.
Apabila struktur birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu
kebijakan, maka akan terjadi hambatan dan ketidakefektifan pelaksanaan
kebijakan. Di sisi lain, sumber daya juga amat penting dan dibutuhkan sebagai
mesin dan bahan bakar penggerak. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa,
“Staff, information, authority, facilities; building, equipment, land and supplies.
”Edward III (1980:1) juga menekankan pentingnya kecukupan sumber daya
untuk terlaksananya sebuah kebijakan, “Insufficient resources will mean that
laws will not be enforced, services will not be provided and reasonable
regulation will not be developed.” Secara khusus tentang sumber daya manusia
(SDM), para pelaku kebijakan, pejabat dan pimpinan di sektor kesehatan
berperan amat penting dan menentukan efektivitas pelaksanaan upaya
pencegahan korupsi.
Dibutuhkan para pemimpin yang memiliki nilai-nilai integritas
kepemimpinan antikorupsi dan mampu memengaruhi dan menggerakkan pelaku
kebijakan atau staf lainnya untuk melaksanakan upaya pencegahan antikorupsi.
Pemimpin yang mencoba melaksanakan 4 R yaitu Renew, Reframe, Restructure,
dan Revitalize di institusinya sebagai organisasi dengan ketahanan terhadap
korupsi (Gouillart dan Nelly, 1995) dalam Yuliana (2015). Structure influence
behavior, struktur dan lembaga yang ada akan memengaruhi staf di dalamnya
untuk berperilaku antikorupsi. Menjadi pemimpin strategis yang terus belajar
meningkatkan kapasitas kepemimpinan antikorupsi di dalam sebuah organisasi
yang juga merupakan learning organization (organisasi pembelajar) (Senge P,
1990). Selaras dengan penjelasan Edward III tentang komponen implementasi
kebijakan, yaitu sumber daya dan birokrasi serta komunikasi untuk melaksanakan
upaya pencegahan korupsi. Studi ini mendapatkan gambaran tentang sistem di
sektor kesehatan yang tidak rasional dan menginduksi terjadinya korupsi. Sejalan
dengan penelitian Hanevi Djasri (2016) yang menyatakan bahwa,
“ketidaknyamanan dalam sistem kesehatan menyebabkan berbagai pihak
melakukan upaya penyelamatan diri untuk bertahan hidup selama berpartisipasi
dalam program JKN,” termasuk di antaranya melakukan tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai penyimpangan. Kasus-kasus korupsi yang terjadi
merefleksikan lubang-lubang pada sistem di sektor kesehatan yang dapat
mendorong atau menjerumuskan pada kejahatan korupsi. Optimalisasi
keseluruhan struktur birokrasi yang terus belajar, sumber daya berupa pemimpin
berintegritas antkorupsi, serta komunikasi, dan disposisi dapat menjadi upaya
efektif meminimalkan sistem yang menginduksi korupsi sekaligus menguatkan
implementasi kebijakan pencegahan korupsi.

E. Rangkuman
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea:
1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Arti kata korupsi
secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Dengan demikian arti kata
korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan
tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan
keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor
ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan
di bawah kekuasaan jabatan.
Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip
anti korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik. Prinsip-prinsip Anti-korupsi
yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.
Berbagai peraturan perundangan tentang pemberantasan korupsi juga
sudah dibuat Demikian juga berbagai institusi pemberantasan korupsi silih
berganti didirikan, dimulai dari Tim Pemberantasan Korupsi pada tahun 1967
sampai dengan pendirian KPK pada tahun 2003. Dalam sejarah perjalanan bangsa
Indonesia tercatat bahwa mahasiswa mempunyai peranan yang sangat penting
Peranan tersebut tercatat dalam peristiwa-peristiwa besar yang dimulai dari
Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, lahirnya Orde Baru tahun 1966,
dan Gerakan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai garda
depan sekaligus motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan
idealisme yang mereka miliki. Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat
dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa
muda, dan idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda
yang penuh semangat. dan idealisme yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa
selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam
beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti bahwa mahasiswa
berperan sangat penting sebagai agen perubahan (agent of change).
Oleh sebab itu dalam konteks gerakan antikorupsi mahasiswa juga
diharapkan dapat tampil di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa
didukung oleh, KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN yang mereka miliki,
yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan
kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa
diharapkan mampu menjadi agen perubahan, yang mampu menyuarakan
kepentingan rakyat, yang mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang karuptif,
dan mampu menjadi pengawas (watch-dog) lembaga-lembaga negara dan
penegak hukum. Peran atau keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi
pada dasarnya bisa dilakukan dari lingkup yang paling kecil, yaitu diri sendiri
sampai terlibat dalam upaya yang besar seperti keluarga dan lingkungan
masyarakat bahkan bisa melakukan upaya yang lebih kolosal dalam lingkup
global.
Kasus korupsi di sektor kesehatan berlangsung sama memprihatinkannya
dengan kondisi di sektor lain. Namun dengan dampak dan bahaya yang
ditimbulkan yang jauh lebih besar karena kekhususan karakteristik sektor
kesehatan. Sistem yang ada di sektor kesehatan di nilai masih menginduksi
tindakan korupsi. pentingnya kekokohan diri, moral, kejujuran, nilai integritas
dimiliki oleh setiap individu untuk mencegahnya melakukan tindak korupsi.
Upaya pencegahan korupsi harus ditanamkan sejak dini melalui pendidikan di
keluarga, dan penanaman nilai-nilai agama.

F. Soal-Soal Latihan
Soal Objektif
1. Contoh perilaku anti korupsi yang mencerminkan nilai keadilan,
kecuali….
a. Tidak melakukan tindakan curang dengan mengambil jatah orang
lain.
b. Melakukan pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawab sebelum
mendapatkan hak.
c. Memberikan orang lain sesuai hak yang seharusnya diterimanya.
d. Membenarkan apa yang telah diketahui timbang orang lain.
e. Membuat keputusan tanpa memihak atau hal-hal yang mendukung
unsur nepotisme.
2. Sifat prinsip kewajaran terdiri dari lima hal penting, salah satunya
komprehensip dan disiplin yang berarti….
a. Adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.
b. Mempertimbangkan keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat
asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budget).
c. Adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for
money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
d. Tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang
disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis.
e. Tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan informatif.
3. Pendidikan antikorupsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam berbagai
bentuk, kecuali….
a. Kegiatan sosialisasi
b. Seminar
c. Kampanye
d. Bimbingan khusus
e. Bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun
pilihan.
4. Mahasiswa merupakan fase kehidupan dewasa muda, yang artinya
masuk atau transisi dari masa remaja ke dewasa, di dalam kehidupan
sehari-hari mahasiswa bisa melakukan latihan untuk menguatkan
integritas diri, kecuali….
a. Pengelolaan uang kuliah atau uang saku yang diberikan oleh orang
tua untuk dipergunakan sesuai dengan alokasi dan dapat
dipertanggung jawabkan
b. Menggunakan internet dan media sosial untuk menyebarkan hoax
c. Tidur cukup dan bangun secara disiplin
d. Mengerjakan tugas kuliah sebak mungkin dan di selesaikan tepat
waktu
e. Bersosialisasi secara sehat
5. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai motor penggerak dalam
peristiwa besar terkait korupsi. Contoh peran nyata yang dapat dilakukan
yaitu melalui ...
a. Tawuran antar mahasiswa
b. Bolos sekolah
c. Edukasi dan kampanye
d. Tidak memperhatikan saat dosen mengajar
e. Demo anarkis
6. Keterlibatan mahasiswa di lingkungan kampus dapat berdampak
positif dalam upaya gerakan antikorupsi, salah satunya yaitu ...
a. Menciptakan lingkungan kampus bebas korupsi
b. Menitipkan presensi kehadiran pada teman
c. Terlambat saat pelajaran sudah berlangsug
d. Tidak mengikuti aturan kampus
e. Tidak adanya sikap berintegritas
7. Dilingkungan kampus (mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga
bertindak sebagai agen pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan
pemerintah, baik eksekutif, legislatife, maupun yudikatif). Terdapat pada
upaya-upaya manakah yang dapat dilakukan mahasiswa dilingkungan
kampus….
a. Menciptakan lingkungan kampus bebas korupsi
b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya
melakukan korupsi
c. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah
d. Membuat lingkungan menyenangkan
e. Manjadikan mahasiswa sebagai mahasiswa yang adil

Soal Essay

1. Peran atau keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi pada


dasarnya bisa dilakukan dari lingkup apa saja, jelaskan!
2. Pemberantasan korupsi di indonesia dianggap belum menunjukkan hasil
yang maksimal mengepa bisa demikian.
3. Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah dilakukan melalui
berbagai cara, namun hingga saat ini masih saja terjadi korupsi dengan
berbagai cara yang dilakukan oleh berbagai lembaga. Terdapat beberapa
bahaya sebagai akibat korupsi, salah satunya bahaya terhadap generasi
muda, jelaskan bahaya tersebut!

Kunci Jawaban

1. C
2. B
3. D
4. B
5. C
6. A
7. C

1. Peran atau keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi dari lingkup:


1) Lingkup Diri Sendiri
Keterlibatan mahasiswa secara individu dalam gerakan antikorupsi
secara luas merupakan titik terkecil namun juga menjadi yang paling
penting dan utama. Diri sendiri merupakan kunci untuk melakukan
atau tidak melakukan korupsi, karena godaan korupsi pada masa
mendatang sangat kuat sehingga dibutuhkan pribadi yang kuat.
2) Lingkup Keluarga
Internalisasi karakter antikorupsi di dalam diri mahasiswa dapat
dimulai dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan terkecil diluar
individu. Untuk melihat bagaimana bentuk internalisasi karakter
antikorupsi bisa dilakukan dengan melakukan berbagi pengamatan
sederhana seperti perilaku keseharian anggota keluarga
3) Lingkup Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi di lingkungan
kampus dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu
mahasiswanya sendiri sebagai pribadi yang antikorupsi, dan untuk
komunitas mahasiswa sebagai komunitas atau perkumpulan
mahasiswa yang antikorupsi.
Untuk konteks individu, seorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah agar dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak
korupsi, seperti; datang kuliah tepat waktu, tidak meminta teman
untuk mengabsen atau mengabsenkan teman yang tidak hadir.
mengerjakan tugas sesuai dengan peraturan yang disepakati dengan
dosen, tidak berusaha melakukan hal-hal tercela yang berlawanan
dengan hukum dan moralitas, tidak berusaha untuk menyuap dosen
atau staf untuk mendapatkan sesuatu dan sebagainya. Sedangkan
untuk konteks komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah agar rekan rekannya sesama mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak
korupsi, seperti; selalu mengingatkan teman agar berperilaku baik
tidak koruptif dan korupsi, tidak mencoba untuk mencari keuntungan
pribadi atau kelompok dengan jalan yang tidak wajar seperti dengan
melakukan mark-up atas biaya untuk kegiatan, menyusun program
kegiatan dengan baik dan wajar, menjalankan program dengan
amanah tinggi, menyusun laporan dengan baik dan transparan dan
sebagainya.
4) Lingkup Masyarakat Sekitar
Pemberantasan korupsi tidak akan berjalan dengan baik dan lancar
jika tidak adanya partisipasi masyarakat Partisipasi masyarakat sangat
diperlukan karena, pertama dilihat dari akar masalah korupsi,
sebagian masyarakat menganggap bahwa korupsi yang terjadi
merupakan hal yang wajar. Kedua dampak yang dirasakan
masyarakat dari adanya korupsi adalah dari korupsi baik dalam skala
kecil maupun besar yakni adanya hambatan terhadap pemenuhan hak-
hak atas pelayanan yang semestinya diterima oleh masyarakat. Serta
ketiga penegakan hukum belum berjalan secara maksimal dalam
pemberantasan korupsi.
Mahasiswa mempunyai peranan strategis dalam hal pemberantasan
korupsi dikarenakan mahasiswa mempunyai daya intelektual tinggi,
muda, idealis, memiliki sense of issue, serta jiwa nasionalis
5) Lingkup Yang Lebih Luas
Dalam konteks lingkup yang lebih luas, keterlibatan mahasiswa yang
strategis sangat dibutuhkan dalam gerakan antikorupsi yang bertujuan
agar dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan korupsi yang
masif dan sistematis di masyarakat Mahasiswa dengan kompetensi
yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan
massa antikorupsi baik yang bersifat lokal, nasional atau bahkan
global.
Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir dari dalam kampus,
mahasiswa dapat menyebarkan perilaku antikorupsi kepada
masyarakat luas, dimulai dari masyarakat yang berada di sekitar
kampus kemudian akan meluas ke lingkup yang lebih luas Kegiatan-
kegiatan antikorupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama
dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai Perguruan
Tinggi akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat akan
buruknya korupsi yang terjadi di suatu negara.
2. Banyak hal yang menyebabkan kenapa korupsi di Indonesia sulit diberantas,
salah satunya pola pikir masyarakat Indonesia. Mengapa pola pikir
masyarakat Indonesia menyebabkan korupsi di Indonesia sulit diberantas, hal
ini dapat ditinjau dari beberapa faktor, sebagai berikut:
a. Korupsi sangat sulit diberantas di Indonesia karena jika ditinjau dari
sisi historisnya para penjajah dan pendahulu sudah menampilkan
serta mengajarkan kita perilaku koruptif.
b. Birokrasi yang lambat dan berbelit-belit menciptakan celah bagi para
oknum untuk meraup keuntungan dengan meminta imbalan kepada
masyarakat dalam upaya mempercepat urusan.
c. Hukum yang lemah menciptakan pemikiran bagi para oknum untuk
melakukan tindak korupsi karena tidak adanya efek jera ataupun takut
akan hukum serta penggunaan kekuasaan yang mengintervensi proses
pengadilan membuat para koruptor semakin leluasa melakukan
korupsi.
3. Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka
panjang adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi
telah menjadi makanan sehari-hari, anak tumbuh dengan pribadi anti sosial,
selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal
biasa (atau bahkan budaya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi
terbiasa dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Jika generasi
muda suatu bangsa keadaannya seperti itu, bisa dibayangkan betapa
suramnya masa depan bangsa tersebut.
Daftar Pustaka

Ayuningtyas, Dumilah dkk (2018). Integritas Kepemimpinan Antikorupsi di


Sektor Kesehatan. Universitas Indonesia

Faizah, Nur, Silviana. Shaleh, Rahmat, Fuquh (2018). Penanaman Nilai Anti
Korupsi Melalui Sosialisasi Pendidikan Anti Korupsi Di Mi Bustanut.
Universitas Islam Lamongan

KEMENDIKBUD RI (2011). Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi.


Jakarta: KEMENDIKBUD RI

KEMENDIKBUD RI (2018). Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi


(Edisi Revisi). Jakarta: KEMENDIKBUD RI

Priambodo, Rifqi, Ervanda, dkk. Desember 2020. Mengapa Korupsi Sulit Di


Berantas Volume I, Issue I. Tanggerang

Anda mungkin juga menyukai