Anda di halaman 1dari 21

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia

diversifolia)TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS


PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ALOKSAT

Dosen pengampu :
Anjar setianingsih

Di susun oleh:
Stevani Marion Labetubun ( A28227054)

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA


FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Suatu gangguan karbohidrat, lipid dan protein dengan berbagai penyebab penyakit kronik
yaitu Diabetes Mellitus. Pada penderita diabetes mellitus terlihat gejala khasnya yaitu
poliuria, polidipsi dan polifagia, yang disertai hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu lebih
dari 200 mg/dL atau glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dL. Kerusakan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus, reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel-sel β,
zat diabetogenik (Stroptozotosin, Aloksan), toksisitas glukosa, kegemukan dan faktor genetik.
Kerusakan yang disebabkan oleh virus, autoimun dan zat diabetogeneik dapat menyebabkan
Diabetes Mellitus tipe 1. Hiperglikemia yang terjadi terus menerus mengindikasikan
terjadinya Diabetes Mellitus. Sejalan dengan perkembangan zaman, pemberian pakan dan
pola pemeliharaan juga berubah. Kucing diberi pakan siap saji, camilan dari pemilik seperti
coklat, sehingga berpengaruh sebagai pemicu Diabetes Mellitus. Kejadian Diabetes Mellitus
pada kucing di Inggris dilaporkan sangat tinggi yaitu 1 ekor dari 200 ekor populasi kucing.
Faktor pemicu diabetes mellitus pada kucing di Inggris dilaporkan karena terjadinya obesitas,
kurangnya latihan (terutama pada kucingrumah), dan umur terutama pada kucing yang lebih
tua Keadaan ini terjadi akibat ketidakseimbangan antioksidan dalam tubuh sedangkan tubuh
tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang berlebihan sehingga membutuhkan
antioksidan eksogen sebagai penghambat kerusakan oksidatif dalam tubuh.Penggunaan obat-
obat hipoglikemik dapat menyebabkan beberapa efek samping. Berbagai efek samping obat
kimia sintetik yang memerlukan biaya yang relatif mahal menyebabkan pengobatan
tradisional mendapat tempat dimasyarakat dan menjadi alternatif pengobatan. Salah satu
tumbuhan yang memiliki potensi obat adalah tanaman kembang bulan (Tithonia diversifolia).
Kembang bulansecara tradisional digunakan sebagai obat sakit perut, kembung, diare, dan
anti radang atau antiinflamasi. Bagian tanaman kembang bulan yang dimanfaatkan sebagai
sumber zat kimia adalah daun, akar, batang, buah, dan biji. Daun kembang bulan
mengandung senyawa alkaloid, terpenoid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol, dan golongan
seskuiterpen. Pembuatan daun kembang bulan (Tithonia diversifolia) menjadi bentuk ekstrak
dengan menggunakan pelarut etanol dikarenakan etanol dapat mengikat senyawa-senyawa
kimia dalam daun yang bersifat polar misalnya flavonoid, flavonoid adalah senyawa polar
karena mempunyai gugushidroksil atau gula sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti
etanol, metanol, aseton, dimetilsulfoksida dan air.Sebagai salah satu kelenjar
endokrin,pankreas bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah. Perubahan kadar
glukosa dalam plasma mengakibatkan penyesuaian sekresi insulin untuk mengembalikan
kadar glukosa darah pada rentang yang normal. Insulin merupakan hormon anabolik utama
yang meningkatkan cadangan energi . Untuk mengetahui gambaran histopatologi yang terjadi
pada organ pankreas tikus wistar setelah pemberian aloksan dan ekstrak daun kembang bulan
(Tithoniadiversifolia) belum diketahui secara pasti, oleh karena itu perlunya penelitian lebih
lanjut untuk menjawab pertanyaan tersebut.Tikus putih memiliki beberapa keuntungan
sebagai hewan uji penelitian diantaranya perkembangbiakan cepat, mempunyai ukuran yang
lebih besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Ciri-ciri dari tikus
putih (Rattus norvegicus) adalah seperti tikus pada umumnya, namun pada umumnya
tikusputih (Rattus norvegicus) mempunyai warna albino, kepala kecil dan ekor yang lebih
panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat, temperamennya baik, kemampuan
laktasi tinggi dan tahan terhadap arsenik tirosid.Aloksan digunakan untuk menginduksi
diabetes pada hewan model diabetes seperti kelinci, tikus, mencit dan anjing. Pada hewan
coba, aloksan menginduksi respon keseimbangan kadar glukosa dalam darah sehingga akan
mempengaruhi konsentrasi plasma darah yang diikuti dengan perubahan struktur pada sel β
pankreas dan dapat menimbulkan kematian sel. Tingkat keparahan penyakit diabetes yang
ditimbulkan aloksan bisa diatur dengan memvariasikkan dosis aloksan yang diberikan pada
hewan coba.
Daun kembang bula (T. diversifolia) mengandung flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan
steroid menurut hasil skrining fitokimia oleh Purba (2003). Menurut Taofik et al. (2010),
ekstrak air daun kembang bulan mengandung flavonoid, alkaloid, dan tanin. Diabetes
Mellitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah.
Menurut American Diabetes Association(2015), DM merupakan suatu penyakit kronis
komplek yang membutuhkan perawatan medisyang lama atau terus menerus dengan cara
mengendalikan kadar gula darah untuk mengurangi resiko multifaktoral.Pankreas tikus
terletak di samping duodenum, memanjang dari lambung menuju limpa. Pankreas merupakan
organ tubuh yang istimewa yang memiliki fungsi ganda sebagai kelenjar eksokrin dan
endokrin.

1.2 . Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah apakah kandungan yang digunakan dalam uji efektivitas daun kembang bulan pada
histopatologi pankreas pada tikus yang di induksi aksolat ?
1.3. Tujuan penilitian
Untuk mengetahui apakah efektivitas kembang bulan yang di uji pada pankreas tikus

1.4. Kegunaan penelitian


1. Bagi peneliti
Hasil peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi peneliti
untuk menjelaskan tentang gambaran histopatologi pankreas dengan induksi aloksan dan
ekstrak bunga bulan (tithonia diversifolia) pada tikus wistar (rattus norvegicus).
2. Bagi masyarakat
dikarenakan tikus wistar mempunyai kemampuan metabolisme yang relatif cepat sehingga
lebih sensitif bila digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan metabolism tubut.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1.1.Morfologi Daun Kembang (Tithonia diversifolia A. Gray)


Tanaman kembang bulan atau Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray disebut juga
sebagai bunga matahari Meksiko. Kembang bulan merupakan tanaman semak yang awalnya
diperkenalkan dari Amerika Tengah ke Kenya sebagai tanaman hias. Tanaman ini umumnya
tumbuh di daerah dengan ketinggian 550-1950 meter, dengan rata-rata suhu tahunan sekitar
15-31oC, dan dengan curah hujan tahunan rata-rata antara 100-2000 mm. Tanaman asli
Meksiko ini juga tumbuh di beberapa bagian Afrika, Australia, Asia, dan negara negara lain
di Amenrika Utara (Di Giacomo et al., 2015). Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray
memiliki berbagai nama di Indonesia seperti “Kembang Bulan”, “Rondo Noleh”, “Rondo
Semoyo”, “Kirinyu” di Sunda, dan “Kayu Paik” di Minang. Masyarakat Indonesia telah
banyak menggunakan daun kembang bulan sebagai antihiperglikemik .
\ Klasifikasi tumbuhan kembang bulan atau Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray sebagai
berikut:
Tabel 2. Klasifikasi tumbuhan kembang bulan
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Thitonia
Jenis : diversifolia (Hemsl.) A. Gray
Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray adalah tumbuhan yang dikenal juga sebagai tumbuhan
insulin. Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi sampai dengan 9 meter, bertunas dan dapat juga
merayap di dalam tanah. Tumbuhan insulin secara umum tumbuh liar di tempat-tempat yang
curam seperti di tebing-tebing, di tepi-tepisungai, dan di selokan. Kembang bulan biasanya
dimanfaatkan pada bagian daunnya.Daun kembang bulan digunakan sebagai obat antidiabtes
karena memiliki kandungan berupa senyawa alkaloid, terpenoid, saponin, tanin dan
polifenol.Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray dan ekstraknya sudah digunakan secara
tradisional untuk pengobatan diabetes, diare, nyeri haid, malaria, hematoma,hepatitis,
hepatoma, dan untuk penyembuhan luka. Penggunaan tanaman daun kembang bulan sebagai
pengobatan tradisional telah diteliti disebabkan oleh efek dari kandungan terpenoid dan
flavonoid yang dimilikinya. Terpenoid dan flavonoid merupakan antioksidan yang dapat
mencegah pembentukan radikal bebas,menetralkan radikal bebas dengan mekanisme non
enzimatik atau dengan cara meningkatkan aktivitas antioksidan endogen. Senyawa polifenol
yang terdapat di Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray telah diteliti memiliki pengaruh dalam
menginduksi ekspresi kuat dari HO-1 (Heme Oxygenase - 1) dengan memberikan efek
perlindungan. Penurunan aktivitas antioksidan telah dikaitkan dengan peningkatan
pembentukan radikal bebas, radikal bebas dapat menyebabkan peningkatan proliferasi dan
diferensiasi dari sel adiposit sehingga dapat menyebabkan terjadinya obesitas.Sebuah
penelitian menyatakan bahwa Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray memiliki aktivitas
antioksidan yang mempengaruhi ekspresi dari HO-1 dan aktivitas antiadipogenik yang
ditemukan pada hMSCs (human Mesenchymal Stem Cells).Aktivitas antiadipogenik tersebut
menunjukkan bahwa tanaman kembang bulan memiliki kemampuan untuk menghambat
diferensiasi adiposit. Penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Yulia Fauziyah pada tahun
2018 telah membuktikan bahwa daun Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray yang telah
diekstrak dan diberikan secara oral dengan dosis 100 mg/kgBB terbukti dapat meningkatkan
berat badan, menekan polifagia, dan menurunkan kadar glukosa darahpada hewan coba.
2.1.2 Kandungan Kimiawi
Kandungan kimia daun, kulit batang dan akar T. diversifolia mengandung saponin, polifenol,
dan flavonoida.Kembang bulan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan
insektisida nabati karena mengandung senyawa flavonoid, tanin, terpenoid dan saponin .
Arneti (2006), melaporkan bahwa uji fraksinasi dari bunga dan daun T. diversifolia
menunjukkan fraksi heksan dari bunga T. diversifolia lebih efektif dalam mengendalikan
larva P. xylostella. Hasil penelitianPutra (2007), konsentrasi 4 % dari fraksi heksan bunga T.
diversifolia mengakibatkan mortalitas larva P. xylostella sebesar 52 %, sedangkan mortalitas
pada pengamatan pendahuluan (konsentrasi 5%) sebesar 60 %.

2.2. Kegunaan daun Kembang bulan


Tanaman kembang bulan dikenal memiliki berbagai khasiat,beberapa diantaranya yaitu:
1.Ekstrak air panas kembang bulan digunakan untuk mengobati malaria.
2. Cairan dekoksi dari daun kembang bulan digunakan untuk mengobatii hepatitis dan
mengobati gangguan gastrointestinal
3. Daun kering kembang bulan diaplikasikan secara eksternal pada
4. Cairan dekoksi dari bunga kembang bulan digunakan untuk mengobati ekzim.
5. Ekstrak kembang bulan dapat sebagai antimalaria, antiinflamasi,antiproliferasi,
insektisida, analgesik, dan antibakteri

2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair.
Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam
golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya
senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut
dengan cara ekstraksi yang tepat..
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari
langsung .Tujuan utama ekstraksi ini adalah untuk mendapatkan atau memisahkan
sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (Syamsuni, 2006).
Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian antara
lain yaitu:
a.Cara dingin
1.MaserasiMaserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut denganbeberapa
kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan, sedangkan remaserasi
merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama, dan seterusnya (Ditjen, POM., 2000). Maserasi dilakukan dengan cara
memasukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang
cocok ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup,
kemudian dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk,
diserkai, diperas, dicuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100
bagian. Dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari
cahaya selama 2 hari. Dienaptuangkan dan disaring (Ditjen POM, 1979).
2 .Perkolasi Perkolasi adalah suatu proses penyarian simplisia menggunakan alat yang
disebut perkolator dimana simplisia terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan
terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan. Prosesnya terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/ penampungan perkolat) sampai diperoleh ekstrak (Ditjen, POM., 2000). Prosedur
perkolasi yaitu 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang
cocok dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, dimasukkan ke dalam
bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit
ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, dituangi dengan cairan penyari
secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis
cairan penyari, tutupperkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan
kecepatan 1 mL per menit, cairan penyariberulang-ulangditambahkan secukupnya
sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian
perkolat. Massa diperas,cairan perasan dicampurkan ke dalam perkolat,
ditambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Cairan
dipindahkan ke dalam bejana, ditutup, dibiarkan selama 2 hari di tempat yang sejuk,
terlindung dari cahaya dan dienaptuangkan.
b.Cara panas
1.Refluks Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada
temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju
pendingin dan kembali ke labu.
2.Sokletasi Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet dimana pelarut akan terkondensasi
dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel . 10 perkolator, biarkan
selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 mL per menit, cairan
penyariberulang-ulangditambahkan secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan
penyari di atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Massa diperas,cairan
perasan dicampurkan ke dalam perkolat, ditambahkan cairan penyari secukupnya
hingga diperoleh 100 bagian. Cairan dipindahkan ke dalam bejana, ditutup, dibiarkan
selama 2 hari di tempat yang sejuk, terlindung dari cahaya dan dienaptuangkan atau
disaring .
3.DigestiDigesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada
temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur
40-50°C(Ditjen, POM., 2000). 4.InfudasiInfudasi adalah proses penyarian dengan
menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit.
2.1.2. Latar belakang
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak mampu memproduksi hormon insulin,
sehingga terjadi hiperglikemia. Kembang bulan (Tithonia diversifolia) salah satu tanaman herbal yang
digunakan sebagai obat tradisional antidiabetik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas
ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia) terhadap jumlah sel basofil dan histopatologi
pankreas tikus wistar (Rattus norvegicus). Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan jumlah tikus 24 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan dan 4 kali ulangan.
P0 (kontrol negatif) adalah kelompok tikus normal yang diberi akuades, P1 adalah tikus diabetes yang
diberi metformin dosis 250 mg/kg BB. P2 (kontrol positif) adalah kelompok tikus diabetes yang
diberi CMC Na 1%. P3 adalah kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak daun kembang bulan
(Tithonia diversifolia) 300mg/kg BB. P2 (kontrol positif) adalah kelompok tikus diabetes yang diberi
CMC Na 1%. P3 adalah kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak daun kembang bulan (Tithonia
diversifolia) 300mg/kg BB. Data apusan darah dianalisis dengan ANOVA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun kembang bulan terhadap jumlah sel basofil tidak
berpengaruh nyata (P>0.05). Skoring histopatologi pankreas berdasarkan uji Kruskal Wallis yang
dilanjutkan dengan Mann-Whitney menunjukkan hasil berbeda nyata pada kelompok tikus yang diberi
ekstrak daun kembang bulan (P≤0.05). Kesimpulan dari penelitian ini, pemberian ekstrak daun
kembang bulan dosis 300mg/kg BB menunjukkan adanya perbaikan morfologis sel pankreas dan
tidak berpengaruh pada jumlah sel basofil.

2.1.3.Hipotesis
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan jumlah tikus 24 ekor
yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan dan 4 kali ulang,pada P0(kontron negatif)adalah
kelompok tikus normal yang diberi akuades
BAB 3
METODE PENILITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah eksperimental sesungguhnya secara in vivo yang dilakukan
di laboratorium. Rancangan yang digunakan adalah True Experimental-Post Test Only
Control Group Design mengacu pada Sambrook & Russel (2001).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Maret sampai 11 Juni 2016 bertempat di UPT
Materai Medica Batu (ekstraksi terstandar) dan Laboratorium Kimia Universitas
Muhammadiyah Malang (pemberian perlakuan dan uji glukosa darah).
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah tikus Wistar (Rattus norvegicus) berumur ±2 bulan
dengan berat badan 100-200 gr. Sampel penelitian ini adalah tikus jantan yang berumur
±2 bulan sebanyak 25 ekor. Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dengan 5 perlakuan (4 perlakuan uji dan 1 perlakuan kontrol) dan 5 kali
ulangan sebagai berikut: (1) Kelompok I (P1): Tanpa perlakuan (kontrol). (2) Kelompok
II (P2): Perlakuan hanya diinduksi alloxan 2 ml. (3) Kelompok III (P3): Perlakuan
diinduksi alloxan 2 ml dan ekstrak daun kembang bulan dosis 1,28 ml/200g BB. (4)
Kelompok IV (P4): Perlakuan diinduksi alloxan 2 ml dan ekstrak daun kembang bulan
dosis 2,57 ml/200g BB. (5) Kelompok V (P5): Perlakuan diinduksi alloxan 2 ml dan
ekstrak daun kembang bulan dosis 5,14 ml/200g BB.
2.4. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Alat dan Bahan Alat - alat yang digunakan dalam pemeliharaan
adalah bak (50x40cm), kawat penutup, tempat makan dan minum. Alat-alat untuk
membuat ekstrak daun kembang bulan adalah toples tertutup, corong gelas, timbangan
analitik, gelas ukur, botol Schott, erlenmeyer, rotary evaporator, beaker glass,
alkoholmeter, dan shaker digital. Alat-alat untuk menginduksikan alloxan pada tikus adalah
spuit insulin 1 cc/ml, dan sarung tangan. Alat-alat untuk memberikan ekstrak pada tikus
adalah sonde dan suntikan 3 ml. Alat-alat untuk menganalisis kadar glukosa darah adalah
pisau bedah, glukometer tipe Digital GlucoDrTM, dan GlucoDrTM Strip. Bahan dalam
pemeliharaan adalah pakan tikus BR-1, air minum, dan sekam. Bahan untuk membuat
ekstrak adalah daun kembang bulan, etanol 96%, dan kertas saring. Bahan untuk
perlakuan adalah ekstrak daun kembang bulan, dan Alloxan. Bahan untuk analisis glukosa
darah adalah serum darah tikus.

2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan penelitian ini antara lain (1) Tahap pemeliharaan
(Aklimatisasi selama 7 hari) yaitu tikus dimasukkan ke kandang, diberi makan sebanyak
10 gr/200 gr BB tikus dan minum sebanyak 20 ml/200 gr BB tikus setiap hari dan
melakukan pembersihan dan perawatan kandang dengan cara mengganti sekam setiap 2
hari sekali; (2) Tahap membuat tikus Wistar hiperglikemia dengan cara diinduksi
larutan alloxan 1,6% sebanyak 2 ml/hari/ekor tikus selama 14 hari berturut-turut mulai
hari ke-8 setelah aklimatisasi sampai hari ke-21. Untuk mengetahui tikus telah
hiperglikemia dan mengetahui acuan mengukur penurunan kadar glukosa darah, maka
dilakukan pengukuran menggunakan glukometer.3 Tahap perlakuan dan pemberian
ekstrak yaitu ekstrak daun kembang bulan diberikan sesuai frekuensi pemberian dosis
selama 21 hari mulai hari ke-22 setelah aklimatisasi hingga hari ke-42. Menurut Sinaga et
al. (2014) volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada tikus adalah 5 ml.
Faktor konversi dosis dari manusia Eropa dengan berat badan 70 kg terhadap hewan uji
(tikus) dengan berat badan 200 gr adalah 0,018. Berat badan rata-rata orang Indonesia
adalah 50 kg.
3. Tahap Pengamatan Tahap pengukuran kadar glukosa darah tikus Wistar sesudah perlakuan
pemberian ektrak daun kembang bulan: (1) Kadar glukosa darah di tentukan dengan
menggunakan alat glukometer tipe GlukoDrTM; (2) Mengambil darah dari bagian ekor
tikus, dengan cara ekor tikus dibersihkan lalu dipijat atau diurut perlahan-lahan, kemudian
bagian ujung ditusuk dengan jarum (lancet); (3) Menempelkan darah yang keluar pada
strip glukometer; (4) Kadar glukosa darah akan terukur dan nampak pada layar glukometer
setelah 5 detik, dinyatakan dalam mg/dl.
2.5.Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi
yaitu teknik pengambilan data secara langsung dengan prosedur berencana yang
melibatkan kegiatan melihat dan mencatat aktivitas tertentu. Observasi dilakukan terhadap
penurunan kadar glukosa darah setelah diberi berbagai dosis ekstrak daun kembang bulan.
Untuk memperoleh data penurunan kadar glukosa darah tikus Wistar dengan menggunakan
alat digital GlukoDrTM. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel kadar glukosa darah
tikus Wistar.
2.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah One-way ANOVA yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Untuk melihat
perlakuan yang paling efektif maka digunakan uji Duncan. sebelum uji ANOVA dan uji
Duncan semua data yang diperoleh terlebih dahulu diuji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas. Semua proses analisis data dilakukan dengan bantuan SPSS 23 for Windows.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.HASIL
Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversfolia)
kandungan flavonoid, saponin, tanin, sesquerterpen dapat di lihat di tabel
1 Tabel 1. Hasil analisis kandungan senyawa flavonoid, saponin, tanin dan sesquerterpen data
dianalisis secara kuantitatif.
Data skoring diatas telah didapatkan, kemudian akan dibuat diagram batang untuk diamati
tiap derajat kerusakan agar mempermudah dalam menganalisis tiap perubahan lesi yang
terjadi.
Keterangan :
Apabila nilai Sig P>0.05, maka tidak ada perbedaan antar perlakuan. Apabila nilai sig. <
0.05, maka terdapat berbedaan yang signifikan pada ratarata peradangan antar kelompok
kontrol dengan perlakuan. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada uji untuk degenerasi
nilai Sig 0,001 maka (P<0,001) maka terdapat perbedaan yang sangat signifikan antar
perlakuan, atau dapat di simpulkan jika P0 kontrol dengan Perlakuan ada perbedaan, P0
dengan P1 berbeda, P1 dengan P2 tidak berbeda, P2 dengan P3 berbeda. Sehingga H0 di
tolak dan H1 diterima. Untuk mengetahui perbedaan yang lebih signifikan dilanjutkan dengan
uji Mann- Whitney.
Keterangan :
Apabila nilai Sig P>0.05, maka tidak ada perbedaan antar perlakuan. Apabila nilai sig.
P<0.05, maka terdapat berbedaan yang signifikan pada rata-rata peradangan antar perlakuan
kontrol dan perlakuan. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada uji untuk sel radang nilai
Sig 0,000 maka (P<0,001) maka terdapat perbedaan yang sangat signifikan antar perlakuan.
Atau daat disimpulkan P0 kontrol dengan P perlakuan berbeda, tetapi antar perlakuan tidak
berbeda.. Sehingga H0 di tolak dan H1 diterima. Untuk mengetahui perbedaan yang lebih
signifikan dilanjutkan dengan uji Mann- Whitney.

Keterangan:

Apabila nilai Sig P>0.05, maka tidak ada perbedaan antar perlakuan. Apabila nilai sig. P<0,05, maka
terdapat berbedaan yang signifikan antar perlakuan. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada uji
untuk nekrosis nilai Sig 0,002 maka (P<0,05) maka terdapat perbedaan yang signifikan apada ratarata
peradangan antar kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, atau dapat disimpulkan P0 dengan
antar perlakuan berbeda tetapi antar perlakuan tidak berbeda. Sehingga H0 di tolak dan H1 diterima.
Untuk mengetahui perbedaan yang lebih signifikan dilanjutkan dengan uji Mann- Whitney.

4.1.1. Gambaran Histopatologi Pankreas


Berikut adalah gambaran histopatologi pankreas tikus wistar (rattus norvegicus) percobaan
yang diinduksi aloksan dan ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia) dengan
pewarnaan HE (Haematoxylin Eosin) pada kelompok perlakuan P0, P1, P2, P3.
4.2.Pembahasan
Ekstraksi Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia) Pada tabel 4.1 di data hasil terdapat
besar persen senyawa flavonoid, saponin, tanin dan sesquerterpen. Menurut Chon et al (2000)
yang memiliki peran antidiabetik atau antihiperglikemik pada kandungan ekstrak daun
kembang bulan (Tithonia diversifolia) yaitu flavonoid dan suskuiterpen. Dimana dari hasil
analisis fitokimia secara kuantitatif di dapatkan senyawa flavonoid memiliki nilai 2.86% dan
suskuiterpen memiliki nilai 1.98% dimana nilai itu adalah nilai yang cukup besar, untuk
mengatasi diabetes melitus. Fungsi dari flavonoid sendiri diketahui berperan secara signifikan
meningkatkan aktifitas enzim antioksidan dan mampu meregenerasi sel-sel β pankreas yang
rusak sehingga defisiensi insulin dapat diatasi. Flavonoid yang terkandung di dalam
tumbuhan diduga juga dapat memperbaiki daya kerja reseptor insulin, sehingga memberikan
efek yangmenguntungkan pada keadaan diabetes mellitus
.Fungsi seskuiterpen yang diisolasi dari ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia)
memiliki daya sebagai agen fitoterapik melawan infeksi bakteri pada organ. Seskuiterpen
yang diisolasi dari tanaman menunjukkan aktivitas penghambat α-glukosidase yang
signifikan. Seskuiterpen juga bisamenghambat ekspresi induksi glukosa tinggi pada inflamasi
sitokinin pada sel mesangial. Pada tabel 1 juga diketahui nilai senyawa dari tanin dan
saponin, dimana nilai tanin 4.03% dan saponin 2.10%. fungsi tanin sebagai penghambat α-
glukosidase yang bermanfaat untuk menunda absorpsi glukosa setelah makan sehingga
menghambat kondisi hiperglikemia postprandial. Enzim αglukosidase meliputi maltese,
isomaltase, sukrase, laktase, dan α-dekstrinase. Karbohidrat akan dicerna oleh enzim didalam
mulut dan usus menjadi gula yang lebih sederhana yang kemudian akan diserap kedalam
tubuh dan meningkatkan kadar gula darah (Eryuda, 2016).
Saponin sendiri memiliki kecenderungan melepaskan insulin dari sel β pankreas dan
memiliki kemampuan untuk melindungi sel β pankreas dan membuat besarnya degranulasi
dari insulin berkurang sedikit dari yang sebelumnya dan saponin secara signifikan
memperbaiki gejala klinik dari diabetes termasuk kadar glukosa darah yang tinggi dan
menyerupai mekanisme kerja penghambat enzim α-glukosidase

4.2.1. Kosentrasi Gula Darah


Kadar gula darah normal tikus menurut Wolfenshon dan Lloyd, (2013) kadar gula darah
normal 50-135mg/dL dan dikatakan terkena diabetes mellitus lebih dari 150 mg/dL. Pada
tikus uji rerata kadar gula darah pada tikus uji setelah diberikan perlakuan
aloksan100mg/kgBB P1 (328.8), P2 (240.5), P3 (313.6) pada pemberian zat diabetogenik
aloksan menunjukkan kadar gula darah tikus meningkat melebihi 135mg/dL sehingga dapat
dikatakan tikus uji mengalami diabetes mellitus sedangkan untuk perlakuan setelah diberikan
ekstrak mengalami penurunan sehingga P1 (158,6), P2 (87,7), P3 (82,3) pada pemberian
ekstrak mengalami penurunan gula darah hingga dibawah 135mg/dL.

4.2.2.Penilaian hasil histopatologi pankreas pada tikus hewan coba pada perlakuan
P0,P1, P2,P3.
Pada tabel 2 adalah rerata scoring pemeriksaan histopatologi pankreas tikus uji yang mana
diamati lesi - lesinya yaitu degenerasi, sel radang dan nekrosis.

4.2.3. Degenerasi
Lesi degenerasi pada perlakuan P0 tidak di temukan tetapi di perlakuan P1,P2, dan
P3ditemukan degenerasi setelah diberikan perlakuan dengan aloksan dan daun kembangbulan
(Tithonia diversifolia) untuk scor tertinggi perlakuan yang mengalami degenerasi adalah P1
dengan bobot scor 4 dengan nilai presentase (100%) dimana P1 adalah perlakuan yang
diberikan aloksan 100mg/kgBB selama 7hari dan CMC Na 1% selama 7 hari setelah
dikatakan tikus mengalami diabetes mellitus, untuk P2 yang mengalami degenerasi reratanilai
scornya 3.3 dengan nilai presentase (100%) dan masih terdapat sel normal yang ditemukan,
dimana P2 ini adalah perlakuan yang diberikan aloksan 100mg/kgBB dan Ekstrak daun
kembang bulan 100mg/kgBBsetelah dikatakan hewan uji mengalami diabetes mellitus,
kemudian P3 memiliki bobot scor terendah yaitu 3.1 dengan nilai presentase (100%) dimana
P3 adalah perlakuan yangdiberikan aloksan 100mg/kgBB dan Ekstrakdaun kembang bulan
200mg/kgBB. Sehingga dapat disimpulkan untuk degenerasi yang paling efektif adalah
pemberian ekstrak daun kembang bulan 200mg/kgBB. Pengamatan terhadap histopatologi
pankreas difokuskan pada kejadian degenerasi, sel radang dan nekrosis. Pengamatan
padakelompok kontrol tidak ditemukan degenerasi dan nekrosis, sedangkan sel radang
ditemukan sedikit. Kejadian yang parah di tujukan pada perlakuan P1 dengan diberikan
aloksan 100mg/kgBB dengan CMC Na 1%. Degenerasi sendiri adalah degenerasi hidropik
ditandai dengan sitoplama mengalami vakuolisasi dan vakuola nampak jernih karena sel
menerima cairan lebih banyak dari normalnya danterakumulasi di dalam sitoplasma sel
sehingga sel membengkak, sedangkan degenerasi lemak adalah sebagai tanda keadaan
resistensi insulin dan mengakibatkan terjadinya inflamasi melalui aktivasi beberapa sitokin .

4.2.4. Sel Radang


Lesi Sel radang yang paling sedikit di temukan adalah pada perlakuan P0 dengan bobot scor
rerata 1.1 yang hanya diberikan aquades dan makan, P1 dan P2 ditemukan banyak sel radang
dan bobot scor paling tinggi di pembuluh darah khususnya dimana P1 dengan scor 4 dan
presentase (100%) adalah perlakuan yang diberikan Aloksan 100mg/kgBB dan CMC Na 1%
dan P2 dengan scor 4 dan presentase (100%) adalah perlakuan yang diberikan aloksan
100mg/kgBB dan ekstrak daun kembang bulan 100mg/kgBB sedangkan pada P3 dengan scor
sel radang yang di temukan memiliki bobot scor 3.3, dimana P3 adalah perlakuan yang
diberikan aloksan 100mg/kgBB dan ekstrak daun kembang bulan 200mg/kgBB.
4.2.5. Nekrosis
Lesi Nekrosis pada perlakuan P0 tidak ditemukan adanya inti sel mengalami (piknosis,
karioreksis dan kariolisis) dimana hanya diberikan aquades tanpa perlakuan. P1 menunjukkan
scor yang paling tinggi yang diberikan perlakuan aloksan 100mg/kgBB dan CMC Na1%
dengan scor 7.3 dengan presentase (100%), kemudian untuk P2 juga terdapat jumlah nekrosis
yang tinggi yang scornya 7 dengan presentase (100%) dimana diberikan perlakuan aloksan
100mg/kgBB dan ekstrak daun kembang bulan 200mg/kgBB, kemudian untuk P3 adalah scor
paling rendah yaitu 6.6 dengan presentase (100%) dengan pemberian aloksan 100mg/kgBB
dan ekstrak daun kembang bulan 200mg/kgBB. Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan
dimana inti sel mengalami korioreksis, kariolisis, inti sel lebih padat atau piknosis .
Penurunan pada kelompok P3 dengan pemberian ekstrak dosis 200mg/kgBB. Setelah
pengobatan dengan ekstrak daun kembang bulan ditemukan degenerasi, sel radang dan
nekrosis berkurang secara signifikan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa darah.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disampaikan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian induksi aloksan melalui i.p 100mg/kgBB dan ekstrak daun kembang bulan
(Tithonia diversifolia) 100mg/kgBB dan 200mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap gambaran
histopatologi degenerasi sel pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) dengan pewarnaan HE.
Pemberian ekstrak daun kembang bulan mampu menurunkan jumlah kerusakan degenerasi
dan signifikasi atau berbeda nyata pada setiap perlakuan dengan uji kruskal wallis P0 dengan
semua perlakuan berbeda, P1 dengan P2 tidak berbeda, sedangkan P2 dengan P3 berbeda.
2. Pemberian induksi aloksan melalui i.p 100mg/kgBB dan ekstrak daun kembang bulan
(Tithonia diversifolia) 100mg/kgBB dan 200mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap gambaran
histopatologi sel radang pankreas tikus putih (rattus norvegicus) dengan pewarnaan HE.
Pemberian ekstrak daun kembang bulan mampu menurunkan jumlah sel radang pada
pankreas dan signifikan atau berbeda nyata pada setiap perlakuan dengan uji kruskal wallis
P0 dengan semua perlakuan berbeda tetapi antar perlakuan tidak berbeda
. 3. Pemberian induksi aloksan melalui i.p 100mg/kgBB dan ekstrak daun kembang bulan
( Tithonia diversifolia) 100mg/kgBB dan 200mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap
gambaran histopatologi nekrosis sel pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) dengan
pewarnaan HE. Pemberian ekstrak daun kembang bulan mampu menurunkan jumlah
kerusakan nekrosis dan signifikan atau berbeda nyata pada setiap perlakuan dengan uji
kruskal wallis P0 dengan antar perlakuan berbeda, tetapi antar perlakuan tidak berbeda
DAFTAR PUSTAKA

Prima D.R. (2022) Pengaruh pemberian ektrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia)
terhadap jumlah sel basofil dan gambaran histopatologi pankreas tikus wistar (Rattus
norvegicus) yang diinduksi alo. Bachelor (S1) thesis, Wijaya Kusuma Surabaya University.

Anda mungkin juga menyukai