Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TINGKAT AKHIR 1

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK AIR DAUN


PULUTAN (Urena lobata) TERHADAP MENCIT JANTAN
PUTIH YANG DIINDUKSI ALOKSAN

CECENG FAJAR MUHARAM

24041117188

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GARUT

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat gangguan fungsi insulin atau insufisiensi insulin. Insufisiensi insulin yang
disebabkan oleh defisiensi produksi insulin oleh sel beta pankreas.1 Klasifikasi
DM yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM pada wanita hamil
(gestasional). Diabetes mellitus tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit yang
ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (hiperglikemia) akibat resistensi
insulin dan defisiensi insulin relatif.2

Indonesia tercatat sebagai negara peringkat ketujuh dengan penderita


penyakit diabetes mellitus terbanyak didunia, data Internasional Diabetes
Federation (IDF) menunjukan lebih dari 10,7 juta orang Indonesia menderita
penyakit diabetes tersebut di tahun 2019. Indonesia menjadi satu-satunya negara
di Asia Tenggara yang pada daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan besar
kontribusi indonesia terhadap pravalensi di Asia Tenggara. Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di laporkan angka tersebut semakin meningkat
seiring dengan berjalannya waktu, data terbukti menunjukan pravalensi penderita
diabetes mellitus pada penduduk indonesia sebesar 6,9% di tahun 2013 melonjak
ke angka 8,5% di tahun 2018, estimasi jumlah penderita diabetes mellitus akan
terus meningkat.3

Pengelolaan Diabetes Mellitus (DM) dimulai dengan menerapkan pola


hidup sehat yaitu dengan terapi nurtrisi medis dan aktifitas fisik, selanjutnya
dengan intervensi farmakologi dengan pemberian obat anti hiperglikemia
diberikan secara oral atau suntikan. Pemlilihan obat DM tipe 2 harus memerlukan
pertimbangan yang matang agar terapi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
pasien.4 Terdapat informasi bahwa obat sintetik memiliki efek samping
diantaranya reaksi alegri pada kulit, kolestesis, hemoglikemi, anemia hemolitik
atau anemia aplastik. Efek hipoglikemik dari obat diabetes dapat menyebabkan
syok pada pasien, kejang, bahkan kematian. Salah satu contoh efek fatal yang di
sebabkan oleh obat glibenklamid biasanya dapat terjadi pada pasien usia lanjut
yang telah lama mengkonsumsi glibenklamid serta memiliki kelainan pada ginjal. 2
Melihat banyak efek samping yang tidak diinginkan, maka para ahli
mengembangkan sistem pengobatan tradisional yang relatif aman, obat tradisional
pada umunnya menggunakan bahan alam.5

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam terbesar kedua


setelah Brazil dengan memiliki sekitar 30.000 jenis tanaman dan 7000 diantaranya
memiliki khasiat sebagai obat.6 Famili Malvaceae merupakan tanaman yang
tumbuh didaerah sub tropis dan tropis termasuk Indonesia banyak dijumpai, salah
satu tumbuhan yang termasuk kedalam famili malvaceae tersebut yang dapat
digunakan sebagai pengobatan antidabtes adalah daun pulutan (Urena lobata)
yang telah banyak digunakan sebagai tanaman obat tradisional di india dan cina. 7
Senyawa aktif dalam ekstrak daun urena lobata dapat mencegah degredasi
Glikagon like peptide-1 (GPL-1) dengan menghambat aktivitas dipeptidyl
peptidase IV (DPP-IV). Penghambatan aktivitas dipeptidyl peptidase IV dapat
memperpanjang ketersediaan hayati GLP-1 untuk mengatur kadar gula darah pada
diabetes mellitus tipe2. Aktivitas lain dikendalikan oleh stigmasterol, β-sistoterol
dan mangiferin yang memiliki efek sebagai antidiabetes.8 Tanaman ini juga
mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin, terpenoid, alkoloid, resin dan
glikosida yang mampu untuk menurunkan kadar glukosa darah.9

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan larat belakang yang telah dijelaskan tersebut, rumusan masalah


dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah pemberian ekstrak air daun pulutan (Urena lobata) dapat


menurunkan kadar gula darah mencit jantan yang diinduksi aloksan?
2. Berapakah dosis efektif ekstrak air daun pulutan (Urena lobata) dalam
menurunkan kadar glukosa darah?
1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui uji aktivitas antidiabetes ekstra air daun pulutan (Urena
lobata) dalam membntu menurunkan kadar glukosa darah dan menjadi dasar
obat dari bahan alam.
2. Mengetahui dosis efektif ekstrak air daun pulutan (Urena lobata) dalam
membantu menurunkan kadar glukosa darah.
1.4 Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini, maanfaat yang diambil dalam penelitian
ini yaitu :
1. Memperluas pengetahuan penulis mengenai uji aktivitas antidiabetes dari
daun pulutan (Urena lobata) pada mencit jantan yang diinduksi aloksan.
2. Memberikan informasi secara ilmiah berkaitan dengan daun pulutan (Urena
lobata) yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah.
3. Menjadi acuan untuk penelitian selanjutnta terkait tanaman daun pulutan
(Urena lobata) yang berpotensi sebagai antidiabetes.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pulutan (Urena lobata)

Pulutan (Urena lobata) merupakan tanaman dari famili mavaceae yang


tumbuhan herba tegak berkayu. Tingginya mencapai sekitar 2 meter, dengan
batang kayu berwarna ungu. Pulutan tumbuh liar diberbagai tempat semak-semak,
ladang dan gulma dilahan pertanian. Umumnya tumbuh didareah tropis, tanaman
ini mampu bertahan hidup diareal kering dan mendapatkan paparan sinar matahari
langsung.10

2.1.1 Klasifikasi taksonomi

Berikut ini merupakan klasifikasi taksonomi dari tanaman pulutan (Urena


lobata) 7

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Trancheobiota

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Urena

Spesies : Lobata
2.1.2 Nama daerah

Tumbuhan Pulutan (Urena lobata) mempunyai nama lain yaitu sempelulut


(Batak), pulut (Bangka), Pulut-pulut (Sumatra Barat), pungpurutan (Sunda),
legetan, pulutan-pulutan sapi (Jawa), polot (Madura), kaporata (Sumatra Barat),
kakomamoka (Halmahera), toba toko (Ternate). Selain itu, daun Pulutan juga
memiliki nama asing seperti Ampulut-pulut (malaysia), di tao hum (cina). 11
dalupang (philipina) dan aramina fibre (ingris). 10

2.1.3 Morfologi Tanaman Pulutan (Urena lobata)

Pulutan (Urena lobata) merupakan tanaman yang termasuk kedalam


tanaman kapas-kapasan, Urena lobata tumbuh didaerah tropis dan subtropis,
termasuk di Indonesia. Jenis ini tumbuh liar, diladang dan lahan kosong atau
dengan ketinggian ±1.800 mdpl. Tumbuhan yang berbentuk cabang dengan
banyak batang dan tangkai yang liat sehingga sukar dipatahkan. Tinggi tanaman
ini mencapai 1-2 meter, dengan daun tunggal berlekuk menjari 3,5–7 cm, panjang
sekitar 3–8 cm dan lebar 1-6 cm dengan ujung tepi bergigi, warna daun bagian
atas hijau dan bagian bawah hijau kecoklatan, dengan bentuk daun membulat dan
bagian ujung meruncing.11 Bunga Urena lobata tumbuh diarea ketiak daun dengan
memiliki 5 helai kelopak bunga, 5 helai mahkota bunga berbentuk bulat lonjong,
pada bagian benang sari menyatu dengan tangkai dan putik berwarna merah
muda. Buah Urena lobata berlekuk 5 yang tertutupi oleh rambut, tiap buah
memiliki biji dan berwarna coklat.10
2.1.4 Kandungan Kimia dan Khasiat

Tanaman pulutan (Urena lobata) menggandung senyawa bioaktif yang


memiliki aktivitas sebagai antidiabetes yaitu flavonoid, alkaloid, terpenoid,
saponin, glikosida dan tanin.9 Urena lobata juga telah dimanfaatkan sebagai obat
tradisional oleh berbagai suku didunia oleh karena itu urena lobata merupakan
salah satu tanaman yang tercatat dalam maunskripkuno tentang pengobatan
tradisional seperti unani dan ayuperda. Hampir seluruh bagian tanaman ini
dimanfaatkan sebagai obat tradisional yaitu daun, akar, batang, bunga dan biji,
sebagai antimikroba, antidiabetes, antalgetik, antifertilasi dan hepatoprotektif. 8

2.2 Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat gangguan fungsi insulin atau insufisiensi insulin. Insufisiensi yang
disebabkan oleh defisiensi produksi insulin oleh sel beta pankreas.1
2.2.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus
1. Diabetes mellitus Tipe 1
Diabetes Mellitus Tipe 1 disebabkan oleh kerusakan pada sel β pankreas
yang mengaikibatkan defisiensi insulin yang terjadi secara absolut.
Penyebab kerusakan pada sel β pankreas yaitu autoimin dan idiopatik.4
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus Tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin. Insuli tersediua
dalam jumlah yang cukup namun tidak mampu bekerja dengan optimal
sehingga kadar glukosa darah meningkat. Defisiensi insulin terjadi secara
relatif pada penderita Diabetes Melitus tipe 2.4
3 Diabetes pada wanita hamil (Gestasional)
Diabetes pada wanita hamil atau sering disebut gestasional pada umumnya
disebabkan oleh perubahan hormon yang dihasilkan pada saat kehamilan,
tetapi biasanya menghilang setelah melahirkan.4

4 Diabetes Mellitus Tipe lain


Diabetes tipe lain disebabkan kareana adanya defek genetik kerja insulin,
defek genetik fungsi sel β, endokrinopati pankreas, penyakit eksokrin
pankres, zat kimia, kelainan imunologi dan sindrom gemetik yang berkaitan
dengan Diabetes Mellitus.4
2.2.2 Epidemologi
Secara epidemologi, Indonesia tercatat sebagai negara peringkat ketujuh
dengan penderita penyakit diabetes mellitus terbanyak didunia, data Internasional
Diabetes Federation (IDF) menunjukan lebih dari 10,7 juta orang Indonesia
menderita penyakit diabetes tersebut di tahun 2019. Indonesia menjadi satu-
satunya negara di Asia Tenggara yang pada daftar tersebut, sehingga dapat
diperkirakan besar kontribusi indonesia terhadap pravalensi di Asia Tenggara.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di laporkan angka tersebut
semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu, data terbukti menunjukan
pravalensi penderita diabetes mellitus pada penduduk indonesia sebesar 6,9% di
tahun 2013 melonjak ke angka 8,5% di tahun 2018, estimasi jumlah penderita
diabetes mellitus akan terus meningkat.(Kemenkes RI.)
2.2.3 Etiologi
Secara etiologi Diabetes melitus (DM) biasanya disebabkan oleh resistensi
insulin dan defek fungsi sel beta pankreas. Resistensi insulin merupakan kondisi
yang umum bagi orang-orang dengan berat badan overweight atau sering disebut
dengan obesitas. Hal tersebut, insulin tidak dapat bekerja secara optimal didalam
sel otot, lemak, dan hati sehingga memaksa pankreas untuk memproduksi
pankreas lebih banyak. Ketika sel beta pankreas tidak dapat memproduksi insulin,
maka kadar glukosa darah akan meningkat, sehingga akan meneyebakan
hiperglikemik kronik.
Terjadinya hiperglikemia kronik akan berdampak buruk terhadap sel bera
pankreas. Sel beta pankreas merupakan sel yang memiliki peran penting diantara
sel yang lainya seperti sel alfa, sel delta dan sel jaringan ikat pada pankreas.
Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan karena kombinasi faktor genetik
dan faktor lingkungan. Jumlah dannkualitas sel beta pankreas dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal antara lain proses regenerasi dan kelangsungan hidup sel beta
sendiri, mekanisme selular sebagai pengatur sel beta, kemampuan adaptasi sel
beta, kegagalan mengkompensasi beban metabolik dan proses apoptosis sel.12
2.2.4 Gejala klinik
Diabetes Melitus (DM) sering kali muncul tanpa gejala, namun ada
beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan terjadinya
DM. adanya keluhan seperti poliuria (produksi urin berlebihan), polifagia (rasa
lapar yang berlebih), polidipsida(rasa haur terus menerus) dan penurunan berat
badan yang tidak diketahui secara jelas penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin
bisa disamapaikan penderita antara lain bada terasa lemas, kesemutan, gatal-gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulvae pada wanita. 1
2.2.5 Diagnosis

Diagnois diabetes melitus (DM) dapat ditegakkan dengan adanya dasar


pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan kadar glukosa darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan secara enzimatik dengan bahan plasma vena
darah. Pemantauan hasil pemeriksaan dapat dilakukan dengan glikometer. Ada
beberapa kriteria diagnosis yang dilakukan untuk mengetahui tipe diabetes yang
diderita seseorang.4

1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa


Untuk melakukan pemeriksaan glukosa puasa seseorang harus
melakukan puasa selama 8 jam. Jika kadar glukosa yang ditunjukan
> 125 mg/dl makan seseorang dapat dikatakan diabetes.4
2. Pemeriksaan kadar glukosa plasma TTGO (tes toleransi glukosa
oral)
Pemeriksaan kadar glukosa plasma merupakan pengukuran glukosa
darah dilakukan setelah 2 jam pemberian glukosa. Pemberiaan ini
digunakan untuk evaluasi aktivitas insulin didalam tubuh. Jika kadar
glukosa yang ditunjukan >200 mg/dl maka seseorang dapat
dikatakan diabetes.4

3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu


Pemeriksaan glukosa darah sewaktu digunakan sebagai
pemneriksaan penyaring dan memantau pada seseorang pasien
penderita diabetes, dengan kadar pemeriksaan >200 mg/dl dengan
keluhan klasik
4. Pemeriksaan HbA1c
Pemeriksaan HbA1c atau uji hemaglobin A1c merupakan metode
yang terstandarisasi oleh national glycohaemoglobin standarization
program (NGSP). Seseorang yang memiliki HbA1c >6.5% dapat
dikatakan diabetes.4
2.3 Terapi Untuk pasien Diabetes Mellitus

Terapi pada penderita diabetes melitus terdiri dari terapi non farmakologi
dan farmakologi.

2.3.1 Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi pada pasien DMT2 harus dipertimbangkan terapi


non farmakologi dan terapi farmakologi. Hal yang penting pada terapi non
farmakologi adalah pemeriksaan sendiri terkait kadar glukosa darah. Latihan
jasmani secara teratur (3-4 kali dalam seminggu selama 30 menit) serta
pengaturan pola makan merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2.
Kegiatan sehari hari yang bersifat aerobik seperti jalan kaki atau joging,
bersepedah santai dan berenang. Latihan jasmani selain menjaga kebugaran juga
berfungsi untuk berat menurunkan badan dan dapat memperbaiki sensitivitas
insulin sehingga akan memperbaiki kendali kadar glukosa darah.12

2.3.2 Terapi farmakologi

Terapi farmakologi terbagai menjadi beberapa golongan sebagai berikut :

1. Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea telah digunakan untuk pengobatan DMT2
sejak tahun 1950-an. Obat golongan ini digunakan sebagai terapi pada
awal pengobatan diabetes, terutama bila konsentrasi kadar glukosa darah
tinggi. Obat yang termasuk golongan sulfonilurea dibagi menjadi tiga
generasi. Generasi pertama (asetoheksimid, klorpopramid, tolbutamid, dan
tolazamid. Generasi kedua (glipizid, glikazid,glibenklamid, glikugon dan
glikopiramid) dan generasi ketiga (Glimepirid). Mekanisme kerja obat
golongan sulfonilurea yaitu dengan meningkatkan sekresi insulin dari sel
β pankreas, oleh karena itu hanya selektif jika masih ada aktivitas sel β
pankreas.12
2. Miglitinid
Obat golongan miglitinid memiliki mekanisme kerja yang sama dengan
golongan sulfoniulurea yaitu dengan meningkatkan sekresi insulin dari sel
β pankreas. Miglitinid memiliki struktur tanpa sulfur sehingga obat ini
dapat digunakan untuk pasien yang alergi terhadap sulfuf, obat golongan
ini juga dapat digunakan pada pasien usia lanjutdengan pengawasan,
karena glinid dimetabolisme dan disekresikan melalui kandung empedu
sehingga relatif aman. Obat yang termasuk kedalam golongan miglitinid
yaitu repaglinid dan neteglinid. 12
3. Penghambat alfa glukosidase
Obat yang termasuk kedalam golongan alfa glukosidase yaitu acarbose.
Pada saluran pencernaan acarbose hampir tidak diabsorsi, asar base
dimetabolisme pada saluran pencernaan floral normal, hindrolisis
imtestinal dan aktivitas enzim pencernaan. Inhibisi kerja enzim ini secara
efektif dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa darah pada pasien
DMT2. Sehingga penggunaan acarbose pada lansia relatif aman kerena
tidakakan merangsang sekresi insulin sehingga dapat menyebabkan
hipoglikemik.12
4. Biguanid
Obat yang termasuk kedalam golongan biguanid yaitu fenformin,
buformin dan metformin. Fenoformin telag ditarik dari peredaran karena
menyebabkan asidosis laktat. Metformin merupakan obat golongan
biguanid yang sering digunakan saat ini. Metformin tidak menimbulkan
rangsangan sekresi insulin dan umunya tidak menyebabkan hipoglikemik.
Metformin menurunkan produksi glukosa dihepar dan meningkatkan
sensitivitas insulin pada jaringan otot.12
5. Tiazolidinedion
Golongan tiazolidinedion memiliki aktivitas menurunkan produksi glukosa
darah di hepar serta menurunkan kadar asam lemak bebas plasma.
Tiazolidinedion dapat menurunkan kadar HbA1c (1-1.5%), meningkatkan
HDL, efeknya pada triglisserida dan LDL bervariasi. Efek samping
tiazolidinedion dapat meningkatkan berat badan, edema, menambah
volume plasma dan memperburuk gagal jantung kongesif. 12
6. DPP4-inhibitor
Incertin merupakan jenis peptida yang disekresikan oleh usus halus
sebagai respon terhadap makanan pada usus. Ada dua jenis peptida yang
tergolong kedalam incertin yang berpengaruh terhadap metabolisme
glukosa yaitu GLP1 (glukagon like peptide-1) dan GIP (glukose
indepenent insulinotropic). GLP1 lebih penting dalam metabolisme
glukosa. GLP1 berperan dalam meningkatkan sekresi insulin, trutama
sekresi insulin fase 1, akibat rangsangan glukosapada sel β sekaligus
menenkan sekresi glukagon. Keduanya dapat menyebabkan penurunan
kadar glukosa darah. Setelah disekresi usus halus, selanjutnya GLP1 akan
memasuki peredaran darah dan aktif bekerja dalam meningkatkan sekresi
insulin dan menekan sekresi glukagon, akan tetapi GLP1 tidak akan
bertahan lebih lama didalam darah dengan paruh waktu 1-2 menit, karena
akan segera dihancurkan oleh enzim DPP-4 (dipeptydil peptidase-4). Salah
satu upaya GPL1 untuk mempertahankan lebih lama didalam darah adalah
denganmenenkan enzim DPP-4 inhibitor sehingga aktivitas GPL1
meningkat. Obat yang termasuk kedalam golongan DPP-4 inhibitor
diantaranya sitaglipin, linaglipin dan vidaglipin. 12

7. SGL2-inhibitor
Obat golongan SGL-2 merupakan antidiabetes oral jenis baru dengan
mekanisme kerja menghambat penyerapan kembali glukosa ditubuli distal
ginjal dengan cara menghambat kerja transporter glukosa SGLT-2. Obat
yang termasuk kedalam golongan ini yaitu empaglifozim, canaglifozim
dan dapaglifozim.12
2.4 Tinjauan Tentang Aloksan

Aloksan merupakan agen diabetagonik yang memiliki senyawa hidrofilik


dan tidak stabil. Waktu paro pada suhu 37C dan pH netral adalah 1,5 menit dan
akan menjadi lebuh lama pada temperaur yang makin naik. 13
. Sebagai agen
diabatagonik aloksan banyak digunakan para peneliti karna memiliki struktur
yang sama dengan glukosa. (Cheekati., 2017)

Aloksan memiliki kesamaan bentul molekul dengan glukosa, sehingga pada


saat diinduksikan pada hewan percobaan, maka glukosa transporter (GLUT2)
yang ada didalam sel β pankreas akan mengenali aloksan sebagai glukosa, karena
memiliki kesamaan bentuk struktural atau molekul. Kemudian aloksan akan
dibawa kedalam sitosol sel β dengan mekanisme difusi tranfasilitasi yang
melibatkan transporter glukosa (GLUT2), secara cepat akan meningkatkan
serapan oleh sel dan menghasilkan bioakumulasi selektif toksisitas, sehingga
menyebabkan defisiensi GLUT 15

2.5 Tinjauan Tentang Mencit (Mus musculus)


Mencit (Mus musculus) merupakan suatu hewan yang populer digunakan
sebagai hewan percobaan dalam sebuah penelitian farmakologi, terkaait dengan
menguji aktivitas suatu zat terhadap penyakit dan menguji keamanan suatu zat
sebelum diberikan pada manusia. Hewan percobaan ini memiliki karakteristik
tertentu yang relatif serupa dengan aspek pisiologis metabolisme manusia. Hal
tersebut hampir 95% peneliti menggunakan mencit sebagai hewan percobaan
dalam penelitiannya.16
Berikut ini merupakan sistematika mencit berdasarkan taksonomi sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus

Secara morfologi mencit (Mus musculus) merupakan hewan nokturnal yang


mempunyai ukuran dan berat badan yang relatif kecil dari pada tikus. Mencit
memiliki ukuran sekitar 12-20 cm dengan berat badan 20-45 gram, warna mencit
putih, ekor panjang dan berbulu dengan moncong yang berbentuk segitiga. Selain
itu, mencit memliki keunggulan sebagai hewan coba, diantaranya siklus hidup
yang relatif singkat, omnivora alami, sehat, kuat, mudah berkembang biak, mudah
beradaftasi dan tidak terlalu angresif sehingga mudah dalam penanganan.17
2.6 Tinjauan Tentang Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan yang dilakukan dengan bertujuan


untuk mendapatkan kandungan senyawa kimia dari suatu jaringan tumbuhan atau
hewan. Dengan mengunakan pelarut air, etanol atau campuran keduanya 18
Metode ekstraksi dibagi menjadi dua bagian diantaranya cara panas dan cara
dingin. Cara dingin dibagi menjadi dua bagian yaitu maserasi dan perkolasi,
sedangkan cara panas dibagi menjadi lima cara yaitu refluks, sokhlet, digesti,
infus dan dekok.19

1. Cara dingin
a) Maserasi merupakan metode pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dan beberapa kali pengadukan dan temperatur
ruangan (kamar).19
b) Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan memakai pelarut yang
berulang-ulang, proses perkolasi merupakan tahanan penampungan
ekstrak yang terus menerus sehingga didapatkan ekstrak perkolat.19
2. Cara panas
a) Refluks merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut
pada temperatur titik didih, selama waktu tertendu dan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.19
b) Sokhlet merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut
selalu yang baru, dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
eksraksi kontinyu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.19
c) Digesti merupakan metode eksraksi maserasi kinetik dengan
pengadukan kontinyu pada temperatur 40-50 ̊C. 19
d) Infus merupakan metode ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air 96-98 ̊C selama 15 menit. 19
e) Dekok merupakan metode ekstraksi infusa dengan waktu 30 menit
lebih lama dan temperatur sampai titik didih air. 19
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental yang


dilakukan di Laboratorium Farmakologi FMIPA Universitas garut. Tahapan
penelitian meliputi pengumpulan bahan dan determinasi, pembuatan simplisia,
ekstraksi air, penafisan fitokimia, karakteristik simplisia, serta pengujian aktivitas
antidiabetes. Pengujian aktivitas antidiabetes ekstrak air daun pulutan (Urena
lobata) terdahap hewan percobaan mencit (Mus musculus) yang diinduksi dengan
pemberian aloksan. Hewan percobaan dikelompokan kedalam kelompok kontrol
positif, kelompok kontrol negatif dan kelompok uji dengan 3 dosis yang berbeda,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Perlakuan diberikan
terhadap setiap ekor mencit jantan serta diamati respon yang terjadi atau diukur
terkait penurunan kadar glukosa darah dalam rentang waktu tertentu. Data yang
diperoleh dianalisis statistik.
BAB IV
PENELITIAN
4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Oven microwave,
Penangas air, Rotavapour, freeze dryer, blender, kertas saring, timbangan digital,
gelas ukur, gelas beaker, corong kaca, pipet tetes, tabung reaksi dan rak tabung,
spatel, batang pengaduk, jarum suntik, sonde, erlenmeyer, holder tikus, glukose
test dan strip test.
4.2 Bahan

4.3 Hewan uji


Hewan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencit jantan putih yang
diperoleh dari Sekolah Ilmu Hayati dan Ilmu Teknologi Bandung (ITB).
4.4 Penyiapan bahan
Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan, determinasi dan pengolahan
bahan menjadi simplisia.
4.4.1 Pengumpulan bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun pulutan (Urena lobata)
yang dikumpulkan berasal dari Kampung Cikaso Desa Rancasalak Kecamatan
Kadungora Kabupaten Garut, Jawa Barat
4.4.2 Determinasi bahan
Determinasi bahan dilakukan untuk memastikan identitas dari bahan-bahan
yang dikumpulkan. Determinasi dilakukan di Herbarium Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB)
4.4.3 Pengelolaan bahan
Daun Pulutan yang telah dikumpulkan disortasi basah dicuci dengan air
mengalir untuk menghilangkan debu dan pengotor yang menempel. Selanjutnya
daun pulutan dirajang untuk memperkecil ukuran partikel sehingga
mempermudah untuk proses selajutnya yaitu proses pengeringan. Simplisia yang
telah bersih dikeringkan dengan menggunakan oven atau dijemur untuk
mendapatkan simplisia yang baik dan tidak tumbuh mikroba. Setelah itu simplisia
yang kering disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor yang tertinggal.
4.5 Pembuatan ekstrak air daun pulutan
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.; 2005.
2. Wells BG, Dipiro JT, Dipiro CV ST. Pharmacotherapy Handbook. Vol 7.; 2009.
3. Kemenkes RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan 2020
Diabetes Melitus.
4. Soelistijo SA, Lindarto D, Decroli E, et al. Pedoman pengelolaan dan pencegahan
diabetes melitus tipe 2 dewasa di Indonesia 2019. Perkumpulan Endokrinol
Indones. Published online 2019:1-117.
5. Aria M, Mustika Ningrum R. UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL BUAH
CABAI MERAH ( Capsicum annuum L. ) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN,
SCIENTIAJurnal Farmasi dan Kesehatan. Sci J Far Kes. 2019;9(1):86-92.
6. Jumiarni WO, Komalasari O. Eksplorasi Jenis Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Pada Masyarakat Suku Muna Di Permukiman Kota Wuna. Tradit Med J.
2017;22(1):45-56.
7. Islam M, Uddin M. A revision on Urena lobata L. Int J Med. 2017;5(1):126.
doi:10.14419/ijm.v5i1.7525
8. Silalahi M. Urena lobata ( PEMANFAATAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL DAN
Urena lobata ( UTILIZATION AS A TRADITIONAL MEDICINE AND ITS BIOACTIVITY ).
J Kesehat Masy. 2020;6(2):114-120.
9. Wahyuningsih D, Purnomo Y, Biokimia L, et al. Extracts Efek Antidiabetes dari
Urena lobata : Studi Pendahuluan pada Ekstrak Daun dengan Pelarut. J Kedokt
Brawijaya. 2018;30(01):1-6.
10. Fitmawati EJ. TANAMAN OBAT Dari Semak Semak Menjadi Obat. UR Press; 2017.
11. Anas Badrunasar HBS. TUMBUHAN LIAR BERKHASIAT SEBAGAI OBAT. FORDA
PRESS; 2017.
12. Decroli E. DIABETES MELITUS TIPE 2. Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2019.
13. Irdalisa, Safrida, Khairil, Abdullah, Sabri M. Profil Kadar Glukosa Darah Pada Tikus
Setelah Penyuntikan Aloksan Sebagai Hewan Model Hiperglikemik. J Edubio Trop.
2015;3(1):25-28.
14. Cheekati RR, Rao AS, Vijayaraghavan R. A histological study of alloxan-induced
diabetes on experimental male wistar rats. Natl J Physiol Pharm Pharmacol.
2017;7(12):1329-1334. doi:10.5455/njppp.2017.7.0622711072017
15. Macdonald O, Mohammed A. ScienceDirect Alloxan-induced diabetes , a
common model for evaluating the glycemic-control potential of therapeutic
compounds and plants extracts in experimental studies. 2018;3.
16. Putri FMS. URGENSI ETIKA MEDIS DALAM PENANGANAN MENCIT PADA
PENELITIAN FARMAKOLOGI. 2018;9(2):51-61.
17. Rejeki PS, Putri EAC, Prasetya RE. OVARIEKTOMI PADA MENCIT DAN TIKUS.
AIRLANGGA UNIVERSITY PRESS; 2018.
18. Depkes RI. FARMAKOPE HERBAL INDONESIA. Departmen Kesehatan Republik
Indonesia; 2008.
19. Depkes RI. PARAMETER STANDAR UMUM EKSTRAK TUMBUHAN OBAT.
Departmen Kesehatan Republik Indonesia; 2000.

Anda mungkin juga menyukai