Anda di halaman 1dari 2

Belajar Membaca Tanpa Mengeja

Oleh : Ida Silvia

Mengeja adalah salah satu cara anak untuk memulai belajar membaca. Kendati jaman saya
kecil, mengeja selalu jadi satu-satunya cara yang diajarkan ke anak ketika mulai membaca,
namun hal itu tidak saya terapkan pada anak saya.
Belajar membaca dengan mengeja terbukti akan membuat anak lebih lambat membaca.
Karena jika kita menghilangkan satu proses dari semua tahapan proses belajar
membaca(menghilangkan tahapan mengeja), tentu saja anak akan lebih cepat bisa membaca.
Anak yang diajari mengeja akan cukup nyaman dengan kebiasaan mengejanya sehingga
butuh waktu lama untuk menghilangkan kebiasaan(kenyamanan)nya itu. Hal itu akan
membuat anak yang seharusnya sampai ϑî tahap bisa membaca kata utuh(tanpa mengeja)
menjadi mundur dari masanya.
Untuk mengajarinya membaca tanpa mengeja, anda tentu membutuhkan buku cetak yang
khusus ϑî pakai untuk belajar membaca. Anda bisa banyak temukan ϑî toko buku sekelas
gramedia bahkan sekelas toko kecil ϑî jalan raya dekat rumah anda. Anda bisa memakai buku
dengan harga ϑîatas 50rb bahkan dengan harga dibawah 10rb. Yang penting dalam pemilihan
buku, anda melihat tahapan pembelajaran ϑî buku itu, sehingga memudahkan proses belajar
anak.

Sebagai panduan tahapan belajar membaca, saya uraikan ϑî bawah ini :

1. Membaca suku kata dengan "sedikit hafalan"

Kita akan mulai mengajarkan anak kita membaca suku kata dahulu. Ketika "B"
berdampingan dengan "A", ajari untuk membaca "ba". Cukup katakan "B dan A, bacanya ba.
B dan I, bacanya bi", dst. Anak harus menirukan tiap suku kata yang terbaca.
Biarkan anak anda terbiasa atau bahkan hafal urutan BA BI BU BE BO, CA CI CU CE CO,
dst. Setelah kita mengajarkan beberapa, anak akan cenderung hafalan. Biarkan saja itu dulu.
Mungkin ketika kita menyuruhnya membaca baris H, dia akan dengan sangat mudah
membaca HAHIHUHEHO. Di tahapan ini, anak belum dapat dikatakan bisa karena yang
mereka ucapkan adalah hafalan urutan nada pengucapan. Setidaknya mereka benar-benar bisa
membaca suku pertama(semua huruf konsonan B-Z berdampingan dengan A)nya.
Dan yang harus tetap dipastikan, sang anak kudu tetap menunjuk dengan benar tiap suku kata
yang dibacanya. Misalnya saat membaca WA dia menunjuk ϑî WA, saat membaca WI
tangannya kudu ϑî WI, dst.

2. Mulai beri variasi dalam membaca suku kata

Setelah cukup lancar dengan poin 1, anak kita ajari membaca dengan cara menurun, misalnya
BACADAFA, BICIDIFI, BUCUDUFU hingga WOXOYOZO.
Tunjuk tiap suku kata secara menurun agar anak anda membacanya. Jika dia berhenti karena
kesulitan, bimbing dia misalnya " ayo apa M dan U?", anak pasti akan berfikir dahulu, bantu
membacakannya jika anak anda masih kesulitan.
Setelah menurun, kita bisa mengajarinya melompat-lompat. Anda bisa menunjuk suku kata
apa saja untuk dibacanya. Awalnya cukup lambat, namun ϑî tahapan ini pun anak mulai bisa
membaca kata yang terdiri dari dua suku kata yang dipisah, misalnya KU PU, SA TE .

3. Membaca kata dengan dua suku terpisah

Kalau tahapan 2 sudah terlewati, anak akan mudah membaca kata dengan 2 suku kata
terpisah. Di tahapan ini jangan dulu diajarkan kata yang berakhiran huruf mati hingga dia
cukup lancar ϑî tahapan ini.

4. Ajari anak membaca huruf mati

Untuk membaca kata berakhiran huruf mati(termasuk kata berakhiran "ng"), lebih mudah
dibanding ketika kita mengenalkan menulis(mendekte) kata dengan huruf mati. Yang
diperlukan hanya banyak latihan, sambil ajarkan anak untuk mengerti dan terbiasa dengan
pengucapan semua huruf mati. Beberapa buku sudah cukup memfasilitasi, misalnya buku
"praktis membaca" akan mengajarkan dalam 1 halaman semua kata yang harus dibaca
berakhiran T semua, dst. Harus sering latihan untuk memperlancar kemampuan membacanya.

5. Mulai belajar membaca kata utuh tanpa dipisah

Setelah keempat tahap terlewati, mudah buat anak untuk membaca kata utuh tanpa dipisah.
Dari sini, pelajaran membaca anak menjadi lebih mudah. Tinggal dilanjutkan mengajaknya
membaca kalimat-kalimat sederhana dan beri dia pertanyaan seputar kalimat yang dibacanya,
hanya untuk memantau apakah dia mengerti kalimat yang dibacanya atau hanya sekedar
membacanya.

Tujuan dari tahapan 1- 4 hanya untuk menanamkan konsep membaca ϑî kepalanya. Kalau
konsep membaca sudah tertanam ϑî benaknya, akan mudah baginya membaca kata juga
kalimat.
Anak yang terbiasa membaca dengan mengeja, akan tetap mengeja ketika dia mulai membaca
kata. Anak yang tidak diajari mengeja ketika sampai ϑî tahap membaca kata dengan 2 suku
kata yang penulisannya dipisah sekalipun, akan terdengar membaca kata utuh. Dan tanpa
mengeja, anak akan lebih cepat memahami maksud dari kalimat yang dibacanya.

Anda mungkin juga menyukai