Anda di halaman 1dari 12

A.

Radang Usus Buntu


(Appendixitis)

1. pengertian

Umbai cacing atau lebih dikenal sebagai usus buntu (appendix)


adalah kantung kecil yang melekat pada usus besar tepat di
ujung usus halus. Sampai saat ini tidak diketahui fungsi organ ini,
bahkan telah dibuktikan kita bisa tetap sehat, sekalipun tidak
memilkinya. Radang usus buntu dapat menyerang siapa saja dan
tidak padang bulu.

2. Penyebab
Banyak orang percaya bahwa biji cabai dan biji jambu klutuk menjadi faktor penyebab radang
usus buntu. Mitosnya adalah makin banyak makan keduanya, akan semakin gampang radang
usus buntu menyerang. Namun para ahli menyebutkan bahwa dari segi medis, tak ada
hubungan antara biji cabai maupun biji jambu kelutuk dengan radang usus buntu.

Sama seperti kelenjar amandel (tonsil di rongga mulut), usus buntu juga berisi kelenjar limfoid yang
berfungsi sebagai pertahanan tubuh untuk mengusir bibit penyakit. Kelenjar limfoid usus buntu
tersebut akan membengkak bila meradang.

Masuknya kuman usus Escherichia coli ke usus buntu

Adanya tinja yang tersasar (faecolith) akibat tertahan lama di usus besar, sehingga punya
kesempatan untuk tersasar, mungkin oleh gaya beratnya sendiri.

Ada “benda asing” selain tinja, misalnya cacing. Cacing yang berada di usus besar bisa
tersasar memasuki usus buntu juga, dan usus buntu kemudian meradang.
3. Gejala
Gejalanya biasanya seperti sakit maag sehingga penderita sering mengabaikannya.
 Diawali rasa tidak nyaman pada perut di daerah
sekitar perut.
 Pada saat yang sama mengalami demam ringan,
disertai mual dan muntah-muntah.
 Meskipun sudah minum obat, nyeri tidak enak pada
perut tetap berlanjut.
 Nyeri kemudian menyebar sampai ke perut kanan
bawah.
 Nyeri semakin lama semakin kuat
 Nyeri yang sama pada perut kanan bawah akan timbul bila ditekan pada perut kiri bawah
 Otot-otot dinding perut akan terasa menegang.

4. Cara Menghindari

1. Diet tinggi serat akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan makanan dalam saluran
cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras.

2. Minum air putih minimal 8 gelas sehari dan tidak menunda buang air besar juga akan
membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.
5. Pengobatan

Umumnya dokter langsung menyarankan operasi. Pasalnya usus


buntu yang meradang dan tak segera dioperasi bisa bocor sehingga
radang meluas dalam rongga perut. Operasi dilakukan dengan
pembiusan umum.

Pemeriksaan dini radang usus buntu


Tekuk kaki kanan hingga lutut menyentuh dinding perut. Bila terasa
nyeri berarti Anda terkena radang usus buntu.

DIET PASCABEDAH

1. Gambaran Umum
Diet pascabedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan.
Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis
penyakit penyerta.

2. Tujuan Diet
Tujuan diet pascabedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali
normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien,
dengan cara sebagai berikut:
• Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
• Menggantikan kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
• Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

3. Syarat Diet
Syarat diet pascabedah adalah memeberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair,
saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung pada macam
pembedahan dan keadaan pasien seperti:
• Pascabedah Kecil
Makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal.
• Pascabedah Besar
Makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan paien untuk
menerimanya.

4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian


A. Diet Pascabedah I (DPB 1)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah:
• Pascabedah kecil: setelah sadar atau rasa mual hilang
• Pascabedah besar: setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus sudah mulai
bekerja.
Cara Memberikan Makanan yaitu selama 6 jam sesudah pembedahan, makanan yang diberikan
berupa air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada Makanan Cair Jernih. Makanan ini
diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu
diberikan Makanan Parenteral sesuai kebutuhan. Makanan berupa makanan cair jernih. Makanan
diberikan secara bertahap sesuai kemampuan dan kondisi pasien, mulai dari 30 ml/jam.

B. Diet Pascabedah II (DPB II)


Diet pascabedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai
perpindahan dari DPB I. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup,
sari buah, sup, susu, dan pudding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan
Makanan Parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena
zat gizinya kurang. Jenis makanan berupa makanan cair kental dengan pemberian secara
berangsur dimulai 50 ml/jam. Makanan yang tidak diperbolehkan pada diet pascabedah II adalah
air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida.

C. Diet Pascabedah III (DPB III)


DPB III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari
DPB II. Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan biskuit. Cairan
hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain dapat diberikan Makanan Parenteral bila
diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan untuk DPB III adalah makanan dengan bumbu tajam
dan minuman yang mengandung karbondioksida.

D. Diet pascabedah IV (DPB IV)


Diet ini diberikan kepada pasien:
• Pascabedah kecil, setelah DPB I
• Pascabedah besar, setelah DPB III
Makanan diberikan berupa Makanan Lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan lengkap dan 1
kali makanan selingan. Makanan yang diberikan berupa Makanan Lunak. Apabila makanan
pokok dalam bentuk bubur atau tim tidak habis, sebagai pengganti diberikan makanan selingan
pukul 16.00 dan 22.00 berupa 2 buah biskuit atau 1 porsi pudding dan 1 gelas susu.Makanan
yang tidak dianjurkan untu DPB IV adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang
mengandung karbondioksida (CO2).

Luka bekas operasi, terutama operasi caesar, kadang menimbulkan rasa gatal. Apalagi jika luka
tersebut tidak lekas kering pasti sangat menganggu aktivitas. Salah satu cara yang bisa dilakukan
adalah dengan memperbanyak konsumsi bahan pangan yang sarat akan kandungan asam
askorbat atau vitamin C. Vitamin yang juga dikenal sebagai sumber antioksidan ini berkhasiat
memproduksi kolagen yang sangat diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka.
Sumber asam askorbat yang terbaik adalah paprika merah, tomat merah, jeruk, apel, sayuran
hijau, kiwi, jambu biji. Bahan pangan ini dapat disajikan dalam bentuk jus. Sebaiknya jus buah
dan sayur ini segera diminum. Jika jus dibiarkan terbuka dan terkena udara terlalu lama,
kandungan vitamin C-nya akan berkurang hingga 30 %.

Diet Pasca Operasi Usus Buntu

Pada prinsipnya tidak ada makanan yang perlu dipantang setelah operasi usus buntu. Tetapi ada
penyakit saluran pencernaan lain sehingga sensitif terhadap makanan tertentu misalnya makanan
yang terlalu pedas atau asam, sebaiknya dihindari. Rasa nyeri perut di kanan bawah yang sering
dirasa setelah operasi usus buntu berasal dari bekas luka operasi. Bekas luka ini akan sembuh
dalam beberapa minggu sampai dengan beberapa bulan, yang tergantung antara lain pada status
gizi, terutama asupan protein dan vitamin C. Ada atau tidaknya infeksi, ada atau tidaknya
penyakit lain yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka seperti kencing manis,
penggunaan obat-obatan yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka seperti obat-
obatan golongan kortikosteroid, dan lain-lain. Selama faktor-faktor yang dapat menghambat atau
memperlambat penyembuhan luka tidak ada dan nyeri perut kanan bawah yang Saudari keluhkan
tidak makin parah, Saudari tidak perlu khawatir, karena hal tersebut merupakan proses
penyembuhan luka yang normal.

Makanan Bergizi Pasca Operasi

Kita masih kerap mendengar adanya larangan makan makanan tertentu bagi pasien pasca operasi
setelah berada di rumah. Macam-macam larangan dilontarkan oleh para kerabat dan tetangga
ketika menjenguk pasien pasca operasi di rumahnya. Keluarga yang satu melarang makan ini,
tetangga melarang makan itu. Pengaruh dari pihak keluarga dan tetangga adakalanya membuat
pasien bingung kendati saat pulang dari Rumah Sakit sudah dipesan oleh dokter bahwa tidak ada
larangan makanan apapun alias bebas. Sepanjang tidak ada pesan khusus dari dokter sehubungan
dengan jenis penyakit dan jenis operasinya, maka pasien bebas makan makanan apapun
sesampainya di rumah.
PERAWATAN PASCA OPERASI :
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien pasca
operasi, perlu kita perhatikan tips di bawah ini:
• Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah.
• Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam, ikan, telor dan
sejenisnya.
• Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
• Usahakan cukup istirahat.
• Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat makin bagus.
• Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
• Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan kondisi tubuh.
• Minum obat sesuai anjuran dokter.

B. Divertikulosis
DEFINISI
Divertikulosis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya divertikula, biasanya pada usus
besar.

Divertikula bisa muncul di setiap bagian dari usus besar, tetapi paling sering terdapat di kolon
sigmoid, yaitu bagian terakhir dari usus besar tepat sebelum rektum.
Sebuah divertikulum merupakan penonjolan pada titik-titik yang lemah, biasanya pada titik
dimana pembuluh nadi (arteri) masuk ke dalam lapisan otot dari usus besar.
Kejang (spasme) diduga menyebabkan bertambahnya tekanan dalam usus besar, sehingga akan
menyebabkan terjadinya lebih banyak divertikula dan memperbesar divertikula yang sudah ada.

Ukuran divertikula bermacam-macam, mulai dari 0,25-2,5 cm.


Jarang timbul sebelum usia 40 tahun. Pada usia 90 tahun, seseorang bisa memiliki lebih dari satu
divertikula.
Divertikula raksasa memiliki ukuran sekitar 2,5-15 cm, jarang membentuk kantong yang
menonjol keluar. Seseorang bisa hanya memiliki satu divertikula raksasa.

pENYEBAB
Penyebab utama dari penyakit divertikulum adalah makanan rendah serat.
Serat merupakan bagian dari buah-buahan, sayuran dan gandum yang tidak dapat dicerna oleh
tubuh.
Terdapat 2 jenis serat:
 Serat yang larut dalam air, di dalam usus terdapat dalam bentuk yang menyerupai agar-agar
yang lembut
 Serat yang tidak larut dalam air, melewati usus tanpa mengalami perubahan bentuk.
Kedua jenis serat tersebut membantu memperlunak tinja sehingga mudah melewati usus. Serat
juga mencegah sembelit (konstipasi).

Sembelit menyebabkan otot-otot menjadi tegang karena tinja yang terdapat di dalam usus terlalu
keras. Hal ini merupakan penyebab utama dari meningkatnya tekanan di dalam usus besar.
Tekanan yang berlebihan menyebabkan titik-titik lemah pada usus besar menonjol dan
membentuk divertikula.

GEJALA
Kebanyakan penderita divertikulosis tidak menunjukan gejala. Tetapi beberapa ahli yakin bahwa
bila seseorang mengalami nyeri kram, diare dan gangguan pencernaan lainnya, yang tidak
diketahui penyebabnya, bisa dipastikan penyebabnya adalah divertikulosis.

Pintu divertikulum bisa mengalami perdarahan, yang akan masuk ke dalam usus dan keluar
melalui rektum.
Perdarahan bisa terjadi jika tinja terjepit di dalam divertikulum dan merusak pembuluh darahnya.

Perdarahan lebih sering terjadi pada divertikula yang terletak di kolon asendens.

Divertikulanya sendiri tidak berbahaya. Tetapi tinja yang terperangkap di dalam divertikulum,
bukan saja bisa menyebabkan perdarahan, tetapi juga menyebabkan peradangan dan infeksi,
sehingga timbul divertikulitis.

Sumber perdarahan bisa diketahui melalui pemeriksaan kolonoskopi.

KOMPLIKASI

1. Perdarahan.
Perdarahan merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Jika sebuah divertikula
mengalami perdarahan, maka darah akan muncul dalam tinja atau di toilet.
Perdarahan bisa bersifat berat, tetapi juga bisa berhenti dengan sendirinya dan tidak
memerlukan penanganan khusus.
Perdarahan terjadi karena sebuah pembuluh darah yang kecil di dalam sebuah divertikula
menjadi lemah dan akhirnya pecah.
2. Abses, Perforasi & Peritonitis.
Infeksi yang menyebabkan terjadinya divertikulitis seringkali mereda dalam beberapa
hari setelah antibiotik diberikan. Jika infeksi semakin memburuk, maka akan terbentuk
abses di dalam kolon.
Abses merupakan suatu daerah terinfeksi yang berisi nanah dan bisa menyebabkan
pembengkakan serta kerusakan jaringan.
Kadang divertikula yang terinfeksi akan membentuk lubang kecil, yang disebut perforasi.
Perforasi ini memungkinkan mengalirnya nanah dari kolon dan masuk ke dalam daerah
perut.
Jika absesnya kecil dan terbatas di dalam kolon, maka abses dengan pemberian antibiotik,
abses ini akan mereda. Jika setelah pemberian antibiotik, absesnya menetap, maka
dilakukan tindakan untuk membuang nanah (drainase).
Abses yang besar akan menimbulkan masalah yang serius jika infeksinnya bocor dan
mencemari daerah diluar kolon. Infeksi yang menyebar ke dalam rongga perut disebut
peritonitis. Peritonitis memerlukan tindakan pembedahan darurat untuk membersihkan
rongga perut dan membuang bagian kolon yang rusak. Tanpa pembedahan, peritonitis
bisa berakibat fatal.

3. Fistula.
Fistula merupakan hubungan jaringan yang abnormal diantara 2 organ atau diantara
organ dan kulit.
Jika pada suatu infeksi jaringan yang mengalami kerusakan bersinggungan satu sama
lain, kadang kedua jaringan tersebut akan menempel, sehingga terbentuklah fistula.
Jika infeksi karena divertikulitis menyebar keluar kolon, maka jaringan kolon bisa
menempel ke jaringan di dekatnya. Organ yang paling sering terkena adalah kandung
kemih, usus halus dan kulit.
Yang paling sering terbentuk adalah fistula diantara kandung kemih dan kolon. Hal ini
lebih sering ditemukan pada pria. Fistula ini menyebabkan infeksi saluran kemih yang
berat dan menahun. Kelainan ini bisa diatasi dengan pembedahan untuk mengangkat
fistula dan bagian kolon yang terkena.

4. Penyumbatan usus.
Jaringan parut akibat infeksi bisa menyebabkan penyumbatan kolon parsial maupun total.
Jika hal ini terjadi, maka kolon tidak mampu mendorong isi usus secara normal.
Penyumbatan total memerlukan tindakan pembedahan segera.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan colok dubur ke dalam rektum untuk mengetahui adanya nyeri
tekan, penyumbatan maupun darah.

Pemeriksaan terhadap contoh tinja dilakukan untuk mengetahui adanya tanda-tanda perdarahan
dan pemeriksaan darah dilakukan untuk mencari tanda-tanda infeksi.

Jika terjadi perdarahan, maka untuk mengetahui sumbernya dilakukan pemeriksaan kolonoskopi.
PENGOBATAN
Mengkonsumsi makanan yang kaya akan serat (sayuran, buah-buahan dan sereal) bisa
mengurangi gejala dan mencegah terjadinya komplikasi.

Bila diet tinggi serat saja tidak akan efektif, bisa ditambah dengan bekatul giling atau
mengkonsumsi 3,5 gram psillium dalam 8 ons air 1-2 kali/hari. Metil seluclosa juga dapat
membantu.
Diet rendah serat sebaiknya dihindari karena akan lebih banyak membutuhkan tekanan untuk
mendorong isi usus.
Divertikulosis tidak membutuhkan pembedahan. Tetapi divertikula raksasa harus diangkat,
karena mereka lebih sering mengalami infeksi dan perforasi (perlubangan).

C. konstipasi
suatu penyakit, melainkan suatu keluhan yang muncul akibat kelainan fungsi dari kolon dan
anorektal. Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi
buang air besar, kesulitan keluarnya feses, harus mengejan, jumlah feses yang kurang,
konsistensinya keras dan kering, terdapat rasa sakit, sensasi buang air besar tidak puas, defekasi
kurang dari tiga kali dalam seminggu

PATOFISIOLOGI

Kebiasaan buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Seseorang
dikatakan mengalami konstipasi bila buang air besarnya kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3
hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar harus mengejan secara berlebihan.
Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan
fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini
dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada keadaan normal secara
teratur kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam. Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal
kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat gelombang khusus yang
mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh
pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak masa anak-anak.
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat mengalami gangguan, yaitu kesulitan atau hambatan
pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi. Gangguan pasase bolus dapat
diakibatkan oleh suatu penyakit atau karena kelainan psikoneurosis. Yang termasuk gangguan pasase
bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, parasit, virus), kelainan organ,
misalnya tumor baik jinak maupun ganas, pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna ( gastrektomi,
kolesistektomi).
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat kembali bagaimana mekanisme kerja
kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air dan membentuk bahan buangan
sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan mendorong tinja ini ke arah rektum. Begitu mencapai
rektum, tinja akan berbentuk padat karena sebagian besar airnya telah diserap. Tinja yang keras dan
kering pada konstipasi terjadi akibat kolon menyerap terlalu banyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi
otot kolon terlalu perlahan-lahan, sehingga menyebabkan tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal sebagai
akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah
besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal.
Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan rektum. Pengisian rektum
yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau
pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang disebabkan oleh kelainan struktur atau karena
penyakit hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan dan
kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang normalnya akan memicu evakuasi. Pengosongan
rektum melalui evakuasi spontan tergantung pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan
pada otot-otot rektum, serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-
otot perut dan dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi tinja.
Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja yang besar dan keras di
dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi lebih sering terjadi retensi. Distensi
rektum dan kolon mengurangi sensitifitas refleks defekasi dan efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan
dari kolon proksimal dapat merembes disekitar tinja yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa.
Gerakan usus yang tidak disengaja (encopresis) mungkin keliru dengan diare.

PENYEBAB KONSTIPASI :
1. Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur

Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan BAB yang tidak
teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk
menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis.

Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini sedangkan pada orang dewasa
mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan.

Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan pispot
atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat
berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan BAB
yang teratur.

2. Ketidaksesuaian diet

Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan produk sisa
yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti;
beras, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan
dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.

3. Peningkatan stres psikologi


Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus
melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik
(spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini
adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara
diare dan konstipasi.

4. Latihan yang tidak cukup

Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah, termasuk otot abdomen,
diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung kurangnya
latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu

makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada
proses defekasi.

5. Penggunaan laxative yang berlebihan

Laxative sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan
laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan BAB – refleks
pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis
yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan
penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).

6. Obat-obatan

Banya obat menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di antaranya seperti ; morfiin, codein,
sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon
melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya
seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus
untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan
diare pada sebagian orang.

7. Umur

Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan
menyebabkan konstipasi.

8. Proses penyakit

Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus,
nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi;
paralisis, yang menghambat kemampuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik
yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus.

Konstipasi bisa jadi beresiko pada klien, regangan ketika BAB dapat menyebabkan stres pada
abdomen atau luka pada perineum (post operasi). Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup
besar. Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat
menciptakan masalah yagn serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau penyakit pada
pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan intratorakal dan intrakranial. Pada beberapa
tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika
regangan terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang terbaik.

AKIBAT KONSTIPASI

Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan elektrolit, zat-zat organik
misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di kolon descendens. Pada seseorang yang
mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka tinja akan
menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi,
sehingga dapat menimbulkan haemorrhoid.
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol, skatol,
fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja. Pada konstipasi
juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga akan terjadi intestinal
toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka berbahaya pada penderita dengan sirosis hepatis . Pada
kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya “ hepatik
encepalopati” pada penderita sirosis hepatis.

Hampir setiap dari kita pernah mengalami konstipasi, walau bukan kondisi yang serius (pada
umumnya), kondisi ini dapat menjadi masalah yang tidak nyaman.

Apa itu konstipasi? Konstipasi merupakan kondisi dimana terjadi penurunan motilitas
(pergerakan) usus, yang ditandai dengan kesulitan BAB/buang air besar. Tiap orang memang
memiliki kapasitas motilitas usus sendiri, namun bila setelah 3 hari, masih tidak BAB, maka
kotoran akan menjadi keras dan makin sulit dikeluarkan.

Anda sudah dikatakan mengalami konstipasi apabila didapatkan


· Mengejan selama BAB lebih dari 25% waktu
· Kotoran keras lebih dari 25%
· Tidak lempias paska BAB lebih dari 25%
· Frekuensi BAB <2kali dalam seminggu
Apa penyebab dari konstipasi?
· Konsumsi air dan serat yang kurang
· Perubahan pola diet misalnya pada saat travelling
· Kurang olahraga, atau kurang melakukan gerak badan
· Usaha menahan BAB karena rasa nyeri misalnya karena ambeyen.
· Salah guna obat2an seperti pencahar, antasida
· Penyakit lain seperti hipotiroid, hingga kanker usus besar
Jadi bagaimana cara mencegah terjadinya konstipasi? Beberapa hal yang dapat anda lakukan
untuk menghindari terjadinya konstipasi, antara lain
· Makan makanan tinggi serat (yang sudah pasti kita ketahui). Sumber serat antara lain adalah
buah2an, sayur, roti gandum. Serat dalam makanan akan membentuk massa feces sehingga
mengembang dan mudah dikeluarkan

· Minum minimal 8 gelas sehari, kecuali anda memiliki kondisi medis yang mengharuskan anda
membatasi asupan cairan. Minuman seperti kopi dan the memiliki efek dehidrasi sehingga harus
dihindari hingga pola defekasi anda sudah normal. Beberapa orang juga dapat mengalami
konstipasi dengan minum susu.

· Olah raga teratur


· Jangan terlalu sering menahan BAB
Bagaimana bila sudah terjadi konstipasi?beberapa hal dibawah ini dapat anda lakukan
· Minum extra 2-4 gelas air, gunakan air hangat terutama di pagi hari
· Tambahkan buah2an dalam diet anda
· Susu dapat dicoba untuk meningkatkan pergerakan usus anda
· Jangan sembarang menggunakan pencahar tanpa konsultasi dengan dokter karena dapat
memperberat konstipasi yang anda alami

Kapan konstipasi menjadi hal yang serius dan perlu penanganan oleh dokter?
· Konstipasi terjadi baru
· Disertai darah
· Disertai penurunan berat badan walau tanpa pengaturan diet
· Disertai nyeri saat BAB
· Konstipasi lebih dari 2 minggu
Pada prinsipnya, konstipasi terjadi sebagian besar karena pola makan dan hidup yang tidak
teratur, namun perlu diwaspadai beberapa kondisi serius yang memerlukan penanganan medis
lebih lanjut, seperti yang telah dijelaskan pada poin diatas

http://www.conectique.com/tips_solution/diet_nutrition/diet/article.php?article_id=5195

http://medicastore.com/penyakit/489/Divertikulosis.html

http://deichie.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai