Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRATIKUM

SATUAN OPERASI

Disusun Oleh :

Nama : Novatul Hikmah


NPM : E1G021005
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok : 1 (Satu)
Hari/Tanggal : Senin/28 Oktober 2022
Shift : Jum’at, 10:00-12:00 WIB
Dosen : 1. Ir. Marniza, M.Si
2. Drs. Bosman Sidebang, M.Si
Ko-Ass : Frans Ricardo Saragih (E1G020036)
Acara : PENCAMPURAN

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencampuran merupakan proses mencampurkan satu atau lebih bahan dengan
menambahkan satu bahan ke bahan lainnya sehingga membuat suatu bentuk yang seragam
dari beberapa konstituen baik cair-padat, padat-padat, maupun cair-gas. Proses pencampuran
yang dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk dan beberapa konstituan baik liquid-
solid(pasta), atau solid-solid dan kadang-kadang liquid-gas. Prinsip pencampuran didasarkan
pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat
yang berbeda. Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dan waktu yang dibutuhkan,
keadaan produk bahkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran.
Derajat keseragaman pencampuran dapat diukur dari sampel yang diambil selama
pencampuran.
Tujuan dari pencampuran adalah bergabungnya bahan menjadi suatu campuran yang
sedapat mungkin memiliki penyebaran yang sempurna atau sama. Proses pencampuran yang
dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk dan beberapa konstituan baik liquid-solid (pasta),
atau solid-solid dan kadang-kadang liquid-gas. Prinsip pencampuran didasarkan pada
peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat yang
berbeda.
Pencampuran dengan derajat dapat dikarakterisasi dan waktu yang dibutuhkan, keadaan
produk bahkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran. Derajat
keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran. Derajat
pencampuran dapat didikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan utuk melakukan
pencampura. Derajat keseragaman pencampuran dapat diukur dari sampel yang diambil
selama pencampuran, dalam hal ini jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui
komponen lain secara random (acak) maka dikatakan pencampuran telah berlangsung dengan
baik .

1.2 Tujuan
1. Memperkenalkan prinsip kerja dan operasi pencampuran bahan granula.
2. Membandingkan laju pencampuran pada masing-masing bentuk bahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengadukan merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar
diperoleh hasil campuran yang homogen. Pada media fase cair, pengadukan ditujukan untuk
memperoleh keadaan yang turbulen (bergolak). Perancangan mesin dengan menggunakan
eleman pemanas ditujukan untuk pengadukan jenis bahan.Prinsip pencampuran bahan banyak
diturunkan dari prinsip mekanika fluida dan perpindahan bahan akan ada bila terjadi gerakan
atau perpindahan bahan yang akan dicampur baik secara horizontal ataupun vertical. Prinsip
pencampuran didasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi- distribusi atau lebih
komponen yang mempunya sifat yang berbeda (Siwan dkk, 2015).
Prinsip pencampuran bahan banyak diturunkan dari prinsip mekanika fluida dan
perpindahan bahan, karena pencampuran bahan akan ada bila terjadi gerakan atau
perpindahan bahan yang akan dicampur baik secara horizontal ataupun vertikal. Ada dua
jenis pencampuran, yaitu pencampuran sebagai proses terminal sehingga hasilnya
merupakan suatu bahan jadi yang siap pakai, dan pencampuran merupakan proses
pelengkap atau proses yang mempercepat proses lainnya seperti pemanasan, pendinginan
atau reaksi kimia Pada proses pencampuran diharapkan tercapai suatu derajat keseragaman
tertentu (Suryani, dkk., 2014).
Kehalusan menyatakan tingkat kehalusan atau menunjukkan besar dan kecilnya ukuran
pertikel yang dihasilkan. Nilai modulus kehalusan yang besar, maka bahan yang dihasilkan
mempunyai partikel kasar. Nilai modulus kehalusan dipengaruhi oleh banyaknya bahan yang
tertinggal pada ayakan. Semakin besar ukuran partikel bahan maka jumlah partikel yang
tertinggal semakin banyak sehingga modulus kehalusan maka semakin besar (Rizal, 2013).
Dapat disampaikan bahwa semakin kecil ukuran bahan maka semakin banyak selsel
yang pecah sehingga semakin luas bidang kontak antara bahan dengan pelarut. semakin
besar ukuran bahan rempah-rempah yang akan diekstraki akan memerlukan waktu ekstraksi
yang lebih lama untuk mendapatkan rendemen yang tinggi (Choirul, 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran adalah ukuran partikel bentuk dan
pengaduk dari masing-masing komponen, kadar air permukaan bahan pangan dan
karakteristik aliran masing-masing bahan. Homogenisasi adalah operasi ganda penurunan
dropler (ukuran partikel) dari fase terdispersi dan sekaligus mendistribusikannya kedalam
fasa kontinyu (Putra, 2013).
BAB III
METODELOGI

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan
1. Blender 1. Cabai
2. Ayakan tyler 2. Bawang Goreng
3. Timbangan

3.2 Prosedur Kerja


1. Menimbang bahan utama dan membagi dalam 3 tempat, kemudian tambahkan bahan
campuran dengan rasio pencampuran yang telah ditentukan yaitu 1:1, 1:2, dan 2:1
2. Memasukkan bahan utama camapuran dengan bahan campuran tambahan yang telah
di ketahui beratnya masing-masing ke dalam blender
3. Menjalankan blender selama waktu yang ditentukan dengan kecepatan yang sama
disetiap rasionya
4. Menganalisa hasil pencampuran yang telah dilakukan dari penampakan bahan setelah
pencampuran dengan blender
5. Melakukan pengayakan bahan campuran dengan ayakan
6. Menghitung total bahan yang lolos, tertahan dan loses pada saat pengayakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Jum'at, 10:00-12:00 WIB
Persentase bahan Penampakan
pencampuran Lolos Tertahan Loses
Cabai Bawang Seragam Kurang Tidak
merah Goreng seragam seragam

8,85 8,01 7,72 7,72 1,42


9,38 18,32 10,58 10,27 7,12


8,65 4,97 9,25 5,71 1,34

Perhitungan loses
(Bahan Cabai + Bahan Pencampuran ) – (Lolos + Tertahan )
Sempel 1
= (8, 85 + 8,01) - (7, 72 + 7,72 )
= (16,86 - 15,44)
= (1,42)
Sempel 2
= (9,38 + 18,32) - (10, 58 + 10,27)
= (27,7 - 20,58)
= (7, 12)
Sempel 3
= (8, 65 + 4,97) - (9, 25 + 5,71)
= (13,62 - 14,96)
= (1,34)

Selasa ,08.00 – 10.00 WIB


Persentase bahan Penampakan
pencampuran Lolos Tertahan Loses
Cabai Bawang Seragam Kurang Tidak
merah Goreng seragam seragam


16,75 16,75 13,76 16,92 3,42
16,75 33,5 7,69 38,47 4,09

16,75 8,37 5,26 19,05 0,81

Perhitungan loses
(Bahan Cabai + Bahan Pencampuran ) – (Lolos + Tertahan )
Sempel 1
= (16,75+16,75) – (13,76+16,92)
= ( 33 , 5−30 , 68 )
= ( 3 , 42 )
Sempel 2
= ( 16 , 75+33 , 5 )−( 7 , 69+38 , 47 )
= ( 49 ,75−46 , 16 )
= ( 4 , 09 )
Sempel 3
= ( 16 , 75+8 , 37 ) −( 5 ,26+ 19 ,05 )
=( 25 , 12−24 ,31 )
= ( 0 , 81 )

Selasa, 10.00-12.00 WIB


Persentase bahan Penampakan
pencampuran Lolos Tertahan Loses
Cabai Bawang Seragam Kurang Tidak
merah Goreng seragam seragam
18,44 18,47 22,5 8,05 6,28

8

16,74 33,42 33,1 8,34 8,67



5

16,33 8,17 18,1 3,32 2,44



4

Perhitungan loses
(Bahan Cabai + Bahan Pencampuran ) – (Lolos + Tertahan )
Sempel 1

= (18,44+18,47) – ( 22,58 + 8,05)


= ( 36 , 91 )− (30 ,63 )
= ( 6 , 28 )
Sempel 2
= ( 16 , 74+33 , 42 )−( 33 , 15+8 , 34 )
= ( 50 , 16−41 , 49 )
= ( 8 , 67 )
Sempel 3
= ( 16 , 33+8 , 17 ) −( 18 ,14 +3 , 32 )
=( 24 ,5−22 ,06 )
= ( 2 , 44 )

Rabu, 08.00-10.00 WIB


Persentase bahan Penampakan
pencampuran Lolos Tertahan Loses
Cabai Bawang Seragam Kurang Tidak
merah Goreng seragam seragam
16,52 16,52 5,21 24,75 3,08

16,63 33,26 4,75 43,37 1,77


16,46 9,23 1,92 23,61 0,06


Perhitungan loses
(Bahan Cabai + Bahan Pencampuran ) – (Lolos + Tertahan)
Sempel 1
= (16,52+16,52) – ( 5,21+24,75)

= ( 33 , 03−29 ,96 )

= ( 3 , 07 )

Sempel 2

= ( 16 , 63+33 , 26 ) −( 4 ,75+ 43 ,37 )

= ( 49 ,89−48 , 37 )

= ( 1 , 87 )

Sempel 3

= ( 16 , 46+ 9 , 23 )−( 1 , 92+23 , 61 )


=( 25 , 69−25 ,53 )

= ( 0 , 16 )

4.2 Pembahsan
Pengadukan merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar
diperoleh hasil campuran yang homogen. Pada media fase cair, pengadukan ditujukan untuk
memperoleh keadaan yang turbulen (bergolak). Perancangan mesin dengan menggunakan
eleman pemanas ditujukan untuk pengadukan jenis bahan.Prinsip pencampuran bahan banyak
diturunkan dari prinsip mekanika fluida dan perpindahan bahan akan ada bila terjadi gerakan
atau perpindahan bahan yang akan dicampur baik secara horizontal ataupun vertical. Prinsip
pencampuran didasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi- distribusi atau lebih
komponen yang mempunya sifat yang berbeda (Siwan dkk, 2015).
Pencampuran adalah salah satu operasi farmasi yang paling umum. Sulit untuk
menemukan produk farmasi dimana pencampuran tidak dilakukan pada tahap pengolahan.
Pencampuran dapat didefinisikan sebagai proses dimana dua atau lebih komponen dalam
kondisi campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap partikel
dari salah satu bahan terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan atau komponen lain.
Tujuan pencampuran adalah memastikan bahwa ada keseragaman bentuk antara bahan
tercampur dan meningkatkan reaksi fisika atau kimia.
Pada proses pencampuran ini, praktikan melakukan pencampuran bahan padat dengan
padat, yaitu bubuk cabai dan bahan pencampurnya adalah bawang goreng. Dalam operasi ini,
bahan dibagi menjadi 3 sampel. Berat sampel pertama adalah 8,85 gram, dengan berat bahan
pencampurnya (bawang goreng) adalah 8,01 gram. Untuk berat sampel yang kedua adalah
9,38 gram, dengan berat bahan pencampurnya (bawang goreng) adalah 18,32 gram. Untuk
berat sampel yang ketiga adalah 8,65 gram, dengan berat bahan pencampurnya (bawang
goreng) adalah 4,97 gram.
Berdasarkan praktikum ini, untuk bahan perbandingan 1:1 setelah dicampur dengan
bahan bawang goring dengan menggunakan blender, sudah didapatkan hasil penampakan
seragam. Pada bahan perbandingan 1:2, didapatkan hasil penampakan kurang seragam. Pada
bahan perbandingan 2:1 didapatkan hasil penampakan seragam.
Selanjutnya praktikan mengamati bahan yang lolos, tertahan dan loses. Untuk
pengamatan yang pertama atau tempat yang pertama 1:1 untuk lolos 7,72 gram , bahan yang
tertahan 7,72 gram , dan losesnya 1,42 gram. Tempat kedua 1:2 bahan yang lolos 10,58 gram,
bahan yang tertahan 10,27 gram, dan losesnya 7,12 gram. Dan yang terakhir tempat yang
ketiga 2:1 bahan yang lolos 9,25 gram, bahan yang tertahan 5,71 gram dan losesnya 1,34
gram.
Mengenai hal ini bahan yang dicampurkan merupakan padat-padat, dimana pada bahan
1:2 memiliki penampakan yang kurang seragam yaitu kurang homogeny dari 1:1 dan 2:1 yang
memiliki penampakan yang seragam. Pada bahan yang tertahan, bahan yang memiliki
tertahanan yang paling banyak yaitu pada tempat 1:2 karena sulit untuk menyatukan bahan
cabai yang lebih sedikit dari bawang goreng. Yang kedua pada 1:1 seimbang dalam bahan
lolos dan tertahan. Ketiga pada 2:1 untuk yang lolos lebih besar sedikit dari yang tertahan.
Pada perhitungan loses pada tempat 1:2 memiliki loses banyak dari loses yang lain
dikarenakan kesalahan dalam pengukuran atau ada yang terbuang pada saat pengayakan dari
percobaan yang kami lakukan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Prinsip pencampuran didasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau
lebih komponen yang mempunyai sifat yang berbeda. Pencampuran merupakan proses
mencampurkan satu atau lebih bahan dengan menambahkan satu bahan ke bahan lainnya
sehingga membuat suatu bentuk yang seragam dari beberapa konstituen baik cair-padat,
padat-padat, maupun cair-gas. Proses pencampuran yang dimaksudkan untuk membuat
suatu bentuk dan beberapa konstituan baik liquid-solid (pasta), atau solid-solid dan
kadang-kadang liquid-gas.
Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dan waktu yang dibutuhkan, keadaan
produk bahkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran. Derajat
keseragaman pencampuran dapat diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran.
Derajat keseragaman pencampuran dapat diukur dari sampel yang diambil selama
pencampuran, dalam hal ini jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui
komponen lain secara random (acak) maka dikatakan pencampuran telah berlangsung
dengan baik .

5.2 Saran
Sebaiknya dalam proses pencampuran perlu mengetahui dan memehami apa saja alat
dan bahan yang digunakan dalam proses pencampuran dan langkah-langkah pencampuran,
dengan tujuan untuk mencapai hasil produk yang baik dan tentunya berkualitas. Dan saat
melakukan percobaan praktikan harus berhati-hati agar bubuk cabai yang di campurkan
tidak masuk kedalam mata.
DAFTAR PUSTAKA

Choirul, Anam. (2017). Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale) Kajian Dari Ukuran
Bahan, Pelarut, Waktu Dan Suhu, Jurnal Pertanian MAPETA, Vol. XII. No. 2.: 72 –
144.
Putra, dkk. (2014). Formulasi Sediaan Liposom Nimodipin: Studi Pengaruh Komposisi Lipida
Terhadap Efisiensi Inkorporasi Nimodipin dan Stabilitas Ukuran Partikel Liposom.
Acta Pharmaceutica Indonesia, 39(1 dan 2), 18-25.
Rizal, (2013). Pengaruh Konsentrasi Natrium Bisulfit Dan Suhu Pengeringan Terhadap Sifat
Fisik-Kimia Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus). Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis. Vol. 1 No. 2. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
Siwan, dkk. (2015). Komponen-komponen Dan Peralatan Bantu Mixer Kapasitas 6,9 Liter
Putaran 280 RPM. Jurnal Dinamis, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
Suryani, dkk. (2014). Teknologi Emulsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai