Disusun oleh:
Kelompok IV
FAKULTAS EKONOMI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalahyang
berjudul “Membangun kepuasan pelanggan” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Medan, November 23
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Faktor yang utama dalam membangun sebuah bisnis yaitu keuntungan serta
keberhasilan. Tidak mengherankan apabila perusahaan benar-benar memperhitungkan
segala faktor untuk mencapai keberhasilan tersebut. Faktornya yaitu meliputi modal,
anggaran yang dikeluarkan, kemudian sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
untuk dapat membuat bisnis dapat maju dan berkembang. Selain faktor yang disebutkan
sebelumnya, keberhasilan suatu bisnis juga tidak terlepas dari puasnya seorang konsumen
dalam membeli suatu produk perusahaan. Kepuasan konsumen merupakan faktor utama
dan faktor yang sangat penting dalam membangun sebuah bisnis.
2.2 Pelanggan
A. Pengertian Pelanggan
Menurut Daryanto dan Setyobudi (2014:49) Pelanggan adalah orang-orang yang
kegiatannya membeli dan menggunakan suatu produk, baik barang maupun jasa secara
terus menerus. Pelanggan atau pemakai suatu produk adalah orang-orang yang
berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan-perusahaan
bisnis.”
Menurut Haryono Budi (2016:24) “Pelanggan adalah individu atau organisasi yang
sudah efektif melakukan pembelian”.
Definisi pelanggan adalah setiap orang yang menuntut pemberian jasa (perusahaan)
untuk memenuhi suatu standar kualitas pelayanan tertentu, sehingga dapat memberi
pengaruh pada performasi (performance) pemberi jasa (perusahaan) tersebut. Dengan
kata lain, pelanggan adalah orang-orang atau pembeli yang tidak tergantung pada suatu
produk, tetapi produk yang tergantung pada orang tersebut. Oleh karena pelanggan ini
pembeli atau pengguna suatu produk maka harus diberi kepuasan
Tujuan
Kebutuhan dan Keinginan
Perusahaan
Pelanggan
Tingkat Kepuasan
Pelanggan
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa antara keduanya saling berkaitan erat
yaitu antara ujuan perusahaan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan yakni
bagaimana dapat menghasilkan ngkat kepuasan pelanggan baik berupa produk atau
jasa.
1. Kinerja (performance) adalah karakteristik utama dari suatu produk yang dibeli
konsumen contohnya kecepatan, bahan bakar hemat, kenyamanan dari kendaraan.
2. Ciri atau keistimewaan tambahan (features) adalah karakteristik lengkap contohnya
interior daneksterior dari kendaraan.
3. Keandalan (reliability) adalah pada kendaraan tidak mudah mengalami kerusakan
contohnya kendaraan yang mempunyai kualitas mesin tidak sering rusak (mesin
yang bandel).
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) adalah desain yang
telah memenuhi standar contohnya pada kendaraan memiliki standar keamanan
seperti ukuran ban harus sesual dengan bodi dengan ukuran kendaraan.
5. Daya tahan (durability) adalah dilihat berapa lama ketahanan dari kendaraan jika
dipakai dalam waktu tertentu.
6. Servis (serviceability) adalah kecepatan, kenyamanan, kompetenti, mudah
diperbaiki dan penanganan keluhan yang memuaskan. Dalam hal ini bukan saja
pelayanan yang diberikan pada saat produk belum terjual tetapi setelah produk
terjual juga diberikan pelayanan yakni pelayanan dalam reparasi kendaraan
tersebut.
7. Estetika adalah daya tarik dari kendaraan yang dilihat melalui pancaindra, misalnya
dari segi warna, modelnya.
8. Kualitas yang dipersepsikan adalah reputasi dari kendaraan serta tanggung jawab
pensahaan. Pelanggan membeli produk kara harga, nama merek, iklan dan termasuk
reputasi perusahaan maupun negara yang menghasilkan kendaraan tersebut.
Misalnya BMW, Mercedez yang produknya memiliki mutu yang berkualitas
1. Bukti langsung (direct evidence) adalah meliputi fasilitas, kelengkapan, sumber daya
manusia, alat untuk komunikasi
2. Keandalan (Reliability) adalah pelayanan yang diberikan tepat waktu, cepat, pasti dan
memuaskan.
3. Daya tanggap (responsiveness) adalah kecepatan perusahaan dalam hal ini pegawai
untuk menghadapi maupun tidak langsung pelanggan baik secara langsung Jaminan
(guarantee) adalah pengetahuan, keramahan kepercayaan yang harus dimiliki karyawan
4. Empati (empathy) adalah mengetahui keinginan pelanggan, menjadi pendengar yang
baik, memahami masalah, komunikasi yang baik kepada pelanggan
Dalam mengevaluasi kepuasan pelanggan baik pada produk maupun jasa yang paling
utama diperhatikan adalah kualitas, pelayanan dan nilai. Kualitas akan mendorong
konsumen untuk menjalin hubungan yang erat dengan perusahaan. Dalam waktu tertentu
ikatan ini yang memungkin perusahaan untuk memahami harapan dan kebutuhan
konsumen
Pelayanan tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan dan keluhan pelanggan mengenai
suatu produk atau jasa yang tidak memuaskan mereka, namun lebih dari pemecahan yang
muncul setelah terjadi pembelian.
Daya Bukti
Bidang Jasa Keandalan Jaminan Empati
Tangkap Langsung
Arsitektur Memberikan Menanggapi Kepercayaan, Memahami Kantor,
( pasar rancangan permintaan reputasi, industri klien, laporan,
bisnis ) sesuai saat khusus,adaf nama baik di memahami rancangan,
yang tif terhadap masyarakat, dan tanggap tagihan,
dijanjikan perubahan pengetahuan akan busana
berikut dengan dan kebutuhan karyawan
anggaran yang keterampilan spesifikan
sesuai klien,
mengenai
kliennya
Reparasi Masalah yang Mudah Mekanik Mengenal Fasilitas,
mobil diatasi dengan diakses, yang nama reperasi, ruang
( pasar cepat dan tidak lama berpengetahu pelanggan, tunggu,
konsumen ) selesai pada menunggu, an luas mengingat seragam
waktu yang responsif masalah dan peralatan
dijanjikan terhadap preferensi
permintaan pelanggan
sebelumnya
Penerbanga Terbang tepat Sistem Terpercaya, Memahami Pesawat,
n (pasar waktu dan tiba ticketing, reputasi yang kebutuhan tempat
konsumen ) ditujuan sesuai in-flight, baik dalam khusus pemesanan
jadwal dan hal individual, tiket, tempat
penanganan keselamatan mengantisipas bagasi,
bagasi yang penumpang, i kebutuhan seragam
cepat karyawan pelanggan
yang
kompeten
Dalam metode pengukuran tingkat kepuasan pelanggan erat hubungannya dengan mutu
produk atau jasa. Hal ini sangat bermanfaat bagi pimpinan bisnis yakni:
1) Pimpinan bisnis dapat mengetahui bagaimana caranya untuk melaksanakan proses
bisnis yang dijalankan.
2) Pimpinan bisnis setiap saat harus membuat perubahan untuk perbaikan serta pada
akhimya pelanggan akan merasa puas terutama pada hal yang dianggap penting oleh
pelanggan.
3) Pimpinan bisnis harus dapat melihat apakah perubahan yang sudah dilakukan akan
membuat perbaikan (improvement) pada masa yang akan datang.
3. Tahap Ketiga
Setiap perusahaan harus memperoleh informasi khusus tentang persepsi pelanggan.
Penggunaan berbeda dari mengidentifikasi status pelanggan yang sekarang berlaku sampai
penilaian kepuasan pelanggan dari waktu ke wakru (harus mengalami perubahan)
a. Segmentasi Pelanggan:
Pemasar mengidentifikasi berbagai segmen pelanggan berdasarkan karakteristik
seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, preferensi, dan perilaku pembelian. Dengan
memahami beragam segmen ini, pemasar dapat merancang strategi yang lebih sesuai.
Jadi, pandangan pelanggan dalam pemasaran adalah dasar penting dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi strategi pemasaran yang efektif. Pandangan pelanggan
sangat penting bagi pemasar karena membantu mereka memahami kebutuhan, preferensi,
dan harapan pelanggan. Ini dapat membantu pemasar dalam merancang produk, strategi
pemasaran, dan pengalaman pelanggan yang lebih baik.
a. Menghemat biaya pemasaran, karena untuk menarik konsumen baru akan lebih
mahal.
b. Mengurangi biaya transaksi seperti biaya negosiasi, kontrak dan pemprosesan
pesanan.
c. Mengurangi biaya turn over konsumen, karena jumlah konsumen yang meninggalkan
perusahaan jumlahnya relatif sedikit.
d. Meningkatkan penjualan silang (cross selling), dimana konsumen yang loyal akan
mencoba dan menggunakan produk lain yang ditawarkan perusahaan sehingga
memperbesar pangsa p
e. asar perusahaan.
f. Konsumen yang merasa puas akan menginformasikan tentang produk perusahaan
secara positif kepada orang lain.
g. Mengurangi biaya kegagalan, dalam arti biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
konsumen baru tidak menghasilkan apa-apa atau calon konsumen yang dituju gagal
didapatkan.
Sedangkan Kotler, Hayes dan Bloom (2002) menyebutkan enam alasan mengapa suatu
institusi perlu mendapatkan loyalitas pelanggan.
Pertama: pelanggan yang ada lebih prospektif, artinya pelanggan yang loyal akan
memberikan keuntungan besar kepada institusi.
Kedua: biaya untuk mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar apabila dibandingkan
dengan menjaga dan mempertahankan pelanggan yang ada.
Ketiga: pelanggan yang sudah percaya pada institusi dalam suatu urusan akan percaya juga
dalam urusan lainnya.
Keempat: biaya operasional lebih efisien jika memiliki banyak pelanggan loyal.
Kelima: institusi dapat mengurangkan biaya psikologis dan sosial dikarenakan pelanggan
lama telah mempunyai banyak pengalaman positif dengan institusi.
Keenam: pelanggan loyal akan selalu membela institusi bahkan berusaha pula untuk
menarik dan memberikan saran kepada orang lain untuk menjadi pelanggan.
Kualitas adalah suatu tingkatan dimana suatu produk memenuhi kebutuhan orang yang
menggunakannya. Lebih lanjut dia membedakan mutu produk menjadi dua yaitu mutu
desai
n dan mutu kecocokan. Mutu desain mencerminkan apakah suatu produk memiliki
suatu penampilan yang diharapkan, kecocokan mutu mencerminkan seberapa jauh produk
benar-benar sesuai dengan maksud desain. Mutu pelayanan didefenisikan sebagai penilaian
pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau pelayanan secara
menyeluruh (Zeithaml, 1998). Mutu pelayanan terutama untuk sektor jasa selalu
diidentikan dengan mutu usaha itu sendiri. Semakin baik dan memuaskan tingkat
pelayanannya maka akan semakin bermutu usaha tersebut begitu pula sebaliknya, usaha
untuk meningkatkan pelayanan selalu harus dilakukan agar dapat memaksimalkan mutu
pelayanan.
Indikator kualitas pelayanan terletak pada lima dimensi, dikembangkan oleh Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry (Parasuraman, 1990) yaitu:
Fandy Tjiptono (2014:477), menyatakan terdapat tiga kategori dalam kegagalan jasa,
yaitu :
1. Respon karyawan terhadap kegagalan sistem penyampaian jasa
Tipe ini merupakan kegagalan dalam penawaran jasa inti perusahaan. Secara garis
besar, kegagalan sistem penyampaian jasa terdiri atas respon karyawan terhadap
tiga tipe kegagalan jasa :
Ketidaktersediaan jasa (unavailable service), berkenaan dengan
tidak adanya layanan tertentu yang biasanya tersedia.
Layanan yang lambatnya keterlaluan (unreasonably slow service), yaitu layanan
atau karyawan yang dipersepsikan pelanggan sangat lambat dalam menjalankan
fungsi atau tugas
Kegagalan jasa inti lainnya (other core service failures), mencerminkan berbagai
jasa inti yang ditawarkan oleh industri yang berbeda-beda.
2. Respon karyawan terhadap kebutuhan individual dan permintaan spesial pelanggan
Kebutuhan pelanggan bisa implisit maupun eksplisit. Kebutuhan implisit adalah
kebutuhan pelanggan yang tidak diminta secara khusus, namun sepatutnya
diketahui dengan jelas oleh penyedia jasa. Sebaliknya, kebutuhan eksplisit adalah
kebutuhan pelanggan yang memang jelas diinginkan. Secara garis besar, kebutuhan
dan permintaan pelanggan mencakup respon karyawan terhadap empat tipe
kemungkinan kegagalan jasa :
Kebutuhan spesial, yaitu permintaan yang didasarkan pada pertimbangan medis,
religious, diet, psikologis, bahasa atau sosiologis khusus pelanggan.
Respon karyawan terhadap preferensi pelanggan, menyangkut kemampuan
karyawan memodifikasi sistem penyampaian jasa sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi preferensi khusus pelanggan yang bukan disebabkan masalah
medis, religius, diet, psikologis, bahasa, maupun sosiologis mereka. Contoh
tipikal preferensi pelanggan restoran adalah permintaan mereka agar
hidangannya ditukar atau diganti.
Respon karyawan terhadap kesalahan pelanggan (customer eror), meliputi
skenario dimana kegagalan jasa disebabkan kesalahan pelanggan yang
diakui/diterima.
Respon karyawan terhadap disruptive otherspelanggan atau pihak-pihak tertentu
yang mengganggu pengalaman jasa pelanggan lainnya, berkenaan dengan
kemampuan karyawan dalam menenangkan situasi atau menyelesaikan
perselisihan antar pelanggan.
3. Tindakan karyawan yang tidak cepat dan tidak diharapkan
Tipe ini menyangkut kejadian dan perilaku karyawan yang baik maupun yang jelek
yang sama sekali tidak diharapkan pelanggan.
Kategori ini terdiri atas lima macam :
Tingkat perhatian (level of attention), menyangkut sejauh mana tingkat respect
karyawan pada pelanggan. Salah satu cara mewujudkan tingkat perhatian positif
adalah upaya karyawan “memanjakan” pelanggan dan mengantisipasi
kebutuhan mereka. Sedangkan tingkat perhatian negatif berkenaan dengan
sikap karyawan yang acuh tak acuh atau mengabaikan pelanggan.
Tindakan luar biasa (unusual actions), mencerminkan kejadian positif dan
negatif, dimana karyawan merespon dengan tindakan yang di luar kebiasaan.
Norma kultural, mengacu pada tindakan-tindakan karyawan jasa yang secara
positif memperkuat norma kultural seperti hak, keadilan dan kejujuran, serta
melanggar norma sosial masyarakat.
Gestalt, yaitu evaluasi pelanggan yang dibuat secara holistik dan tidak merinci
atau menspesifikasi kejadian individual yang dianggap gagal atau bermasalah.
Adverse conditions, meliputi tindakan positif dan negatif karyawan dalam
kondisi penuh tekanan (stressful).
Nilai pelanggan merupakan sebuah rasio dari manfaat yang didapat oleh pelanggan
dengan pengorbanan. Perwujudan pengorbanan yang dilakukan oleh pelanggan sejalan
dengan proses pertukaran adalah biaya transaksi, dan risiko untuk mendapatkan produk
(barang dan jasa) yang ditawarkan oleh perusahaan. Ketika nilai yang dirasakan dari rasio
yang dipersepsikan oleh pelanggan atas sejumlah pengorbanan ekonomi dengan produk
yang ditawarkan perusahaan tidak sesuai dengan harapan pelanggan, maka akan
memuncullah sikap tidak puas. Sebaliknya apabila sama atau melebihi harapan pelanggan
maka pelanggan akan merasa puas (Budiman 2003; Yang dan Peterson 2004).
Pada suatu studi, Wang et.al., (2004) membagi dimensi nilai pelanggan menjadi nilai
fungsional, nilai ekonomi, nilai emosional dan nilai pengorbanan. Apabila keempat
komponen tersebut dapat berjalan secara terintegrasi dengan baik, maka semakin tinggi
nilai pelanggan akan berdampak terhadap peningkatan kepuasan pelanggan. Keempat
komponen tersebut di atas akan benar-benar menjadi komponen penting dan dipercaya
mampu menghasilkan kepuasan pelanggan apabila perusahaan lebih baik dalam mengelola
aktivitas orientasi pelanggan. Lebih lanjut kepuasan pelanggan menciptakan fungsi yang
terintergrasi dan memberi sesuatu yang baik melalui nilai pelanggan. Fungsi dan dukungan
tersebut berdasarkan pada karangka kerja yang dibangun berlandaskan hubungan dan
interaksi yang tercipta dari nilai pelanggan pemahaman atas apa yang menjadi keinginan
dan harapan pelanggan, sehingga tercapai strategy yang dapat dihandalkan untuk dapat
memenangkan persaingan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), terdapat empat manfaat yang diperoleh dalam
menciptakan nilai pelanggan, yaitu:
Sedangkan menurut Tjiptono (2005), terdapat empat dimensi yang membentuk nilai
pelanggan, yaitu:
1. Emotional value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif/emosi positif
yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.
2. Social value, yaitu utilitas yang didapat dari kemampuan produk untuk
meningkatkan konsep diri sosial konsumen.
3. Quality/Performance value, yaitu utilitas yang didapatkan dari produk karena
reduksi biaya jangka pendek dan jangka panjang.
4. Price/Value of money, yaitu utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kinerja
yang diharapkan dari produk atau jasa.
Menurut Woodruff (1997), hierarki atau tingkatan dari nilai pelanggan adalah sebagai
berikut:
1. Atribut produk atau jasa (product atributes), dasar hierarki yaitu pelanggan berfikir
mengenai produk atau jasa sebagai rangkaian dari atribut dan kinerja atribut
2. Konsekuensi produk dan jasa (product consequences), konsekuensi yang diinginkan
oleh pelanggan ketika informan membeli dan menggunakan produk dan jasa.
3. Maksud dan tujuan pelanggan (customer’s goal and purposes), maksud dan tujuan
pelanggan yang dicapai melalui konsekuensi tertentu dari penggunaan produk jasa.
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2009), terdapat tiga nilai pelanggan dalam memilih
produk atau jasa, yaitu:
1. Nilai yang dipikirkan pelanggan (customer perceived value), yaitu selisih antara
evaluasi calon pelanggan atas semua manfaat serta semua biaya tawaran tertentu dan
alternatif-alternatif lain yang dipikirkan.
2. Nilai pelanggan total (total customer value), yaitu nilai moneter yang dipikirkan atas
sekumpulan manfaat ekonomis,fungsional dan psikologi, yang diharapkan oleh
pelanggan atas tawaran pasar tertentu.
3. Biaya pelanggan total (total customer cost), yaitu sekumpulan biaya yang harus
dikeluarkan pelanggan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, dan
membuang tawaran pasar tertentu termasuk biaya moneter, biaya waktu, biaya energi,
dan biaya psikologi.
Menurut Kotler dan Keller (2009), cara membangun nilai pelanggan adalah dengan
meningkatkan manfaat produk, pelayanan, staf dan citra yang ditawarkan serta mengurangi
satu jenis biaya atau lebih. Strategi yang biasa digunakan dalam membangun nilai
pelanggan dikenal dengan istilah generic value strategic, yaitu sebagai berikut:
1. Memberi manfaat lebih dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing (more
for less).
2. Memberi manfaat yang lebih dengan biaya yang sama besar bila dibandingkan pesaing
(more for same).
3. Memberi manfaat yang sama dengan pesaing dengan biaya lebih rendah (same for
less).
4. Memberi manfaat yang lebih dan biaya yang lebih besar dibanding pesaing (more for
more).
5. Memberi manfaat yang rendah dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing
(less for less).
Sedangkan menurut Hurriyati (2010), terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan dalam menciptakan nilai pelanggan yang baik, yaitu:
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan perusahaanperusahaan
karena dianggap mampu mendukung kinerja manajerialnya. TQM juga dikenal dengan
manajemen terpadu. Menurut Ishikawa dalam Nasution (2005: 22), TQM diartikan
sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan
semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan.
TQM merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan daya saing, efisiensi dan
fleksibilitas untuk seluruh organisasi, (Oakland, 1989). TQM adalah sistem berkembang,
yang terdiri dari praktek, peralatan, dan pelatihan metode untuk mengelola organisasi
dalam konteks perubahan yang cepat. Itu sistem menyediakan kepuasan pelanggan dan
meningkatkan kinerja organisasi dengan menghilangkan cacat produk dan layanan
ngebut.
Total quality adalah philosophy, suatu paradigma total tentang perbaikan kontinu
dalam empat dimensi, yaitu:
1. Pengembangan perorangan dan prefesional.
2. Hubungan inter-personal.
3. Efektifitas managerial.
4. Produktivitas organisasi.
Pengertian total philosophy diatas ialah bahwa kualitas bukanlah suatu program akan
tetapi berakar dalam prinsip-prinsip seperti keyakinan, harapan, rendah hati, kerja keras,
konsisten dalam tujuan, perbaikan, progress, nilai-nilai moral dan kebenaran yang harus
menjadi budaya kehidupan organisasi. Apabila seluruh karyawan organisasi tidak
menghayati prinsip-prinsip tersebut maka penerapan metode saja tidak cukup untuk
membuat produk, jasa dan hubungan kerja yang berkualits. (Buddy, 1997 :13)
Seperti halnya dengan kualitas,defenisi TQM juga ada bermacam-macam. TQM dapat
diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan kedalam falsafah holistic yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta
kepuasan pelanggan (Iahikawa dalam pawitra,1993,p.135). Defenisi lainya menyatakan
bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi
usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dan melibatkan seluruh anggota
organisasi.
Untuk memudahkan pemahamanya, pengertian TQM dapat dibedakan dalam dua aspek.
Aspek pertama menguraikan apa TQM itu dan apek kedua membahas bagaimana
mencapainya. Total quality management merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkunganya. Total
quality approach hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik TQM berikut
ini:
a. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
b. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas.
c. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah
d. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah.
e. Memiliki komitmen jangka panjang.
f. Membutuhkan kerja sama tim (teamwork)
g. Memperbaiki proses secara berkesinambungan.
h. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
i. Memberikan kebebasan yang terkendali.
j. Memiliki kesatuan tujuan (fandy&anatsya,2003:4)
TQM adalah penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk :
Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis dalam
Tjiptono (2003:15):
Tujuan TQM adalah untuk memberikan produk atau jasa berkualitas yang memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pasar konsumen terus menerus yang pada giliranya akan
menumbuhkan pembelian berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan produktivitas
produsen dengan akibat penurunan biaya produksi.
Implikasi dari hal diatas adalah bahwa manjemen TQM harus mempunyai visi, misi
dan kemampuan untuk mengembangkan pasar yang sudah ada, maupun dapat
mengantisipasi kebutuhan produk atau jasa yang akan dating, yang saat ini mungkin belum
ada sama sekali. Kreativitas dan kemampuan manajemen menciptakan pasar kebutuhan
yang akan dating inilah yang akan bias menjamin kelangsungan hidup perusahaan sebagai
pemimpin atau pionir dalam pasar tesebut.
Menanam budaya TQM dalam suatu organisasi memang tidak mudah karena
heterogenitas latar belakang anggota organisasi dari segi pendididkan, pengalaman, budaya
dan tradisi nilai yang dibawa serta. Oleh karena itu penanaman budaya TQM memerlukan
kesabaran dan keuletan karena membutuhkan waktu yang cukup panjang. Namun demikian
hal ini adalah sasaran yang harus dicapai demi peningkatan kualitas, produktivitas dan daya
saing organisasi untuk bertahan hidup dalam arena persaingan lokal, regional, dan global.
Banyak manfaat yang didapat diperoleh dari penerapan total quality management
khususnya bagi pelanggan, perusahaan maupun bagi staf dan karyawan. Manfaat tersebut
didasarkan pada sistem kerja dari program total quality management yang berlandaskan
pada perbaikan berkesinambungan atau berkelanjutan, hal ini mengurangi berbagai bentuk
pemborosan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.kedua faktor itu pada akhirnya akan
meningkatkan profit atau keuntungan. Manfaat total quality management bagi perusahaan
adalah:
1. Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2. Staf lebih termotivasi
3. Produktifitas meningkat
4. Biaya turun (cost reduction)
5. Produik cacat berkurang
6. Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat
7. Membantu terciptanya teamwork
8. Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah.
Manfaat total quality management bagi pelanggan adalah:
3.1 KESIMPULAN
Pasar konsumen membeli barang dan jasa untuk konsumen pribad Ini
merupakan pasar yang paling akhir (ultimate market) yang menjad sasaran
pengaturan aktivitas-aktivitas ekonomi. Dalam menganalis pasar konsumen, orang
perlu mengetahui penduduk (occupants), objek tujuan pembeli, organisasi operasi,
peristiwa, dan tempat penjualan
Perilaku pembeli dipengaruhi oleh empat faktor utama budaya kultur,
subkultur, dan kelas sosial), sosial (kelompok acuan, keluarga serta peran dan
status), pribadi (umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup, serta kepribadian dan konsep din dan psikologis (motivasi, persepsi,
pengetahuan, serta keyakinan dan sikap) Semua ini memberikan petunjuk-petunjuk
tentang bagaimana menjangkau dan melayani pembeli dengan lebih efektif.
Sebelum merencanakan pemasarannya, suatu perusahaan perlu
mengidentifikasi konsumen sasarannya dan proses keputusan mereka. Walaupun
banyak keputusan pembelian melibatkan hanya satu pengambil keputusan,
keputusan-keputusan yang lain mungkin melihat kan beberapa partisipan, yang
memainkan peran pencetus ide (initiator) pemberi pengaruh (influencer),
pengambil keputusan (decider), pembeli (huyer), dan pemakai (user). Tugas
pemasar adalah mengidentifikasi partisipan pembelian lain, kriteria pembelian
mereka, dan pengaruh mereka terhadap pembeli Program pemasaran harus
dirancang untuk menarik dan mendekati partisipan kunci yang lain seperti halnya
pembeli.
3.2 SARAN
1. Dengarkan dengan seksama ke kebutuhan dan masukan pelanggan. Jika mereka
merasa didengar dan dihargai, mereka cenderung lebih puas.
2. Pastikan memberikan pelayanan yang ramah, sopan, dan profesional kepada
pelanggan. Sikap yang baik dapat membuat pelanggan merasa dihargai.
3. Tanggapi dengan cepat dan efisien terhadap keluhan atau masukan pelanggan.
Berikan solusi atau penjelasan yang memuaskan.
4. Pastikan produk atau layanan yang ditawarkan berkualitas dan konsisten. Kualitas
yang baik adalah kunci kepuasan pelanggan jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, Handi, 2004, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, cetakan kelima, Elex Media
Komputindo, Jakarta
Sofjan Assauri 1941- (penulis).Manajemen pemasaran : dasar, konsep & strategi / Prof.
DR. Sofjan Assauri, M.B.AJakarta : Rajawali Perss, 2017
M.N. Nasution. (2014: 27). Manajemen Mutu terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia