SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS RAWAT JALAN SEGEDONG
NOMOR 11 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI
PUSKESMAS RAWAT JALAN SEGEDONG
Ditetapkan di : Segedong
Pada Tanggal : 11 Januari 2021
WIDIARTY, A.Md.Far
NIP.19760310 199803 2 008
Lampiran : Surat Keputusan Kepala Puskesmas
Rawat Jalan Segedong Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen
Akreditasi di Lingkungan Puskesmas
Rawat Jalan Segedong
Nomor : 16 Tahun 2021
Tanggal : 11 Januari 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu unsur penting dan sangat vital yang menentukan keberhasilan
akreditasi FKTP adalah bagaiaman mengatur sistem pendokumentasian dokumen.
Pengaturan sistem dokumentasi dalam satu proses implementasi akreditas FKTP
dianggap penting karena dokumen merupakan acuan kerja, bukti pelaksanaan dan
penerapan kebijakan, program dan kegiatan, serta bagian dari salah satu
persayaratan akreditasi FKTP. Dengan adanya sistem dokumentasi yang baik dalam
suatu organisasi diharapkan fungsi-fungsi setiap personil maupun bagian – bagian
dari organisasi dapat berjalan sesuai dengan perencanaan bersama dalam upaya
mewujudkan kinerja yang optimal.
Dokumen yang dimaksud dalam akreditas FKTP secara garis besar dibagi atas
dua bagian yaitu dokumen internal dan eksternal. Dokumen tersebut digunakan untuk
membangun dan membakukan sistem manajemen pelayanan. Regulasi internal
tersebut berupa kebijakan, pedoman, standar prosedur operasional (SOP) dan
dokumen lainnya yang disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
pedoman-pedoman (regulasi) eksternal yang berlaku. Agar para pemangku
kepentingan akreditas puskesmas rawat jalan segedong memiliki acuan dan
memudahkan dalam melakukan dokumentasi perlu disusun pedoman penyusunan
dokumen akreditasi puskesmas rawat jalan segedong.
1. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan agar semua pemangku kepentingan memiliki
acuan dalam melakukan standarisasi tata naskah seluruh dokumen terkait
akreditas Puskesmas Rawat Jalan Segedong.
2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi kepala puskesmas/fasilitas kesehatan tingkat
pertama, penanggung jawab dan pelaksana upaya kesehatan di puskesmas, dan
tim mutu dalam menyusun dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam standar
akreditasi.
1
BAB II
DOKUMEN AKREDITASI
PUSKESMAS RAWAT JALAN SEGEDONG
2
Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan di puskesmas antara lain sebagai
berikut:
a. Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas :
1. Kebijakan Kepala Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
2. Pedoman/Manual Mutu
3. Rencana Lima Tahunan Puskesmas
4. Pedoman/Panduan Teknis Yang Terkait Dengan Manajemen
5. Standar Prosedur Operasional (SOP)
6. Perencanaan Tingkat Pertama (PTP) Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Dan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
7. Kerangka Acuan Kegiatan
8. Notulen
9. Daftar Hadir Rapat
10. Surat menyurat kedinasan
b. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat
1. Kebijakan Kepala Puskesmas
2. Pedoman untuk masing-masing upaya kesehatan masyarakat
3. Standar Operasional Prosedur (SOP)
4. Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM
5. Kerangka Acuan kegiatan pada tiap-tiap UKM.
c. Penyelenggaraan Pelayanan Klinis/Upaya Kesehatan Perorangan.
1. Kebijakan tentang pelayanan klinis
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) klinis
3. Pedoman Pelayanan klinis
4. Kerangka acuan terkait program/kegiatan pelayanan klinis dan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien.
Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan dan pelayanan, puskesmas sebagai salah
satu fasilitas kesehatan tingkat pertama perlu menyiapkan rekam implementasi (bukti
tertulis kegiatan yang dilaksanakan) dan dokumen-dokumen pendukung lain seperti
fotokopi ijazah, sertifikat pelatihan, sertifikat kalibrasi dan sebagainya.
3
BAB III
PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI
A. Kebijakan
Kebijkan adalah Peraturan/Keputusan yang ditetapkan oleh Kepala FKTP yang
merupakan garis besar yang bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh
penanggung jawab maupun pelaksana. Berdasarkan kebijakan tersebut, disusun
pedoman/panduan dan standar prosedur operasional (SOP) yang memberikan
kejelasan langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas/Praktik
Dokter. Penyusunan Peraturan/Surat Keputusan tersebut harus didasarkan pada
peraturan perundangan, baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Peraturan Menteri dan
pedoman-pedoman teknis yang berlaku seperti yang ditetapkan oleh Kementrian
Kesehatan, Kementrian Dalam Negeri, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Peraturan/Surat keputusan Kepala FKTP dapat
dituangkan dalam pasal-pasal dalam keputusan tersebut, atau merupakan lampiran
dari peraturan/keputusan.
Format Peraturan/Surat Keputusan dapat disusun sebagai berikut: Surat
Peraturan/Surat Keputusan diketik menggunakan huruf “Arial”, ukuran font 11, spasi
1,15, margin atas 1,5 cm dan margin bawah kiri dan kanan masing-masing 2,25 cm.
1. Kepala
a. Kop Puskesmas
b. Pembukaan: ditulis dengan huruf kapital
1) Kebijakan : Peraturan /Surat Keputusan Kepala Puskesmas Rawat
Jalan Segedong
2) Nomor : ditulis sesuai sistem penomoran surat keputusan di FKTP sebagai
berikut :
Tahun dikeluarkan
Nomor Surat Keputusan
4
b. Mengingat:
1) Memuat dasar kewenangan dan peraturan perundangan yang
memerintahkan pembuat Peraturan / Surat Keputusan tersebut;
2) Peraturan perundangan yang menjadi dasar hukum adalah peraturan yang
tingkatannya sederajat atau lebih tinggi;
3) Kata “mengingat” diletakkan di bagian kiri sejajar kata “Menimbang”, huruf
awal kata ditulis dengan huruf Kapital dan diikuti tada titik dua ( : );
4) Konsideran yang berupa peraturan perundangan diurutkan sesuai dengan
hierarki tata perundangan dengan tahun yang lebih awal disebut terlebih
dahulu, diawali dengan nomor 1, 2, dst, dan diakhiri dengan tanda baca (;);
5) Pada konsideran terakhir diakhiri dengan tanda baca (.).
3. Diktum
a. Diktum “MEMUTUSKAN” ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan huruf
kapital.
b. Diktum “MENETAPKAN “ dicantumkan setelah kata memutuskan sejajar
dengan kata menimbang dan mengingat, huruf kata “MENETAPKAN” ditulis
dengan huruf Kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:).
c. Nama keputusan ditulis setelah kata “Menetapkan” sesuai dengan judul
keputusan kepala puskesmas, seluruhnya ditulis dengan huruf capital dan
diakhiri dengan tanda baca titik ( . ).
4. Batang Tubuh
a. Batang tubuh memuat semua substansi Peraturan/Surat Keputusan yang
dirumuskan dalam dictum-diktum, misalnya: Kesatu : Kedua : dst. Pada akhir
kalimat diakhiri dengan tanda titik ( . ).
b. Dicantumkan saat berlakunya Peraturan/ Surat Keputusan, perubahan,
pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya, dan
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran Peraturan/Surat Keputusan,
dan pada halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan
Peraturan / Surat Keputusan.
5. Kaki
Kaki Peraturan / Surat Keputusan merupakan bagian akhir substansi yang
memuat penanda tangan penerapan Peraturan / Surat Keputusan, pengundangan
peraturan / keputusan yang terdiri dari:
a. Tempat dan tanggal penetapan,
b. Tanda tangan pejabat, dan
c. Nama lengkap pejabat yang menanda tangani.
6. Penandatanganan
Peraturan / Surat Keputusan Kepala Puskesmas Rawat Jalan Segedong
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas Rawat Jalan Segedong, dituliskan nama
dengan gelar dan nomor induk pegawaian.
5
7. Lampiran Peraturan/ Surat Keputusan
a. Halaman pertama harus dicantumkan Judul, Tanggal, dan Nomor Peraturan /
Surat Keputusan,
b. Halaman terakhir harus ditandatangani oleh Kepala Puskesmas Rawat Jalan
Segedong.
c. Format penulisan lampiran menggunakan huruf “Arial” ukuran font 12 dan spasi
1,15.
d. Judul ampiran menggunakan huruf kapital
e. Jarak antara judul lampiran yang terdiri dari beberapa bab dengan heading
berikutnya adalah 2 spasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen Peraturan/ Surat
Keputusan yaitu:
1. Kebijakan yang telah ditetapkan Kepala Puskesmas Rawat Jalan
Segedong tetap berlaku meskipun terjadi penggantian Kepala Puskesmas
Rawat Jalan Segedong hingga adanya kebutuhan revisi atau pembatalan.
2. Untuk kebijakan berupa Peraturan, pada batang tubuh tidak ditulis sebagai
diktum tetapi dalam bentuk Bab-bab dan Pasal-pasal.
Manual Mutu
Manual mutu adalah dokumen yang memberi informasi yang konsisten ke dalam
maupun ke luar tentang sistem manajemen mutu. Manual mutu disusun, ditetapkan,
dan dipelihara oleh organisasi. Manual mutu tersebut meliputi:
Daftar Isi
Kata Pengantar
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
1. Profil Organisasi
2. Kebijakan Mutu
3. Proses Pelayanan (Proses Bisnis)
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
D. Landasan hukum dan acuan
E. Istilah dan definisi
6
IV. Tinjauan manajemen
A. Umum
B. Masukan Tinjauan Manajemen
C. Luaran Tinjauan.
7
b. Validasi proses pelayanan
c. Identifikasi dan ketelusuran
d. Hak dan kewajiban pasien
e. Pemeliharaan barang milik pelanggan (spesiemen, rekam medis,
dsb)
f. Manajemen risiko dan keselamatan pasien
5. Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan Keselamatan Pasien:
a. Penilaian indikator kinerja klinis
b. Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien
c. Pelaporan insiden keselamatan pasien
d. Analisis dan tindak lanjut
6. Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan:
a. Umum
b. Pemantauan dan pengukuran:
1) Kepuasan pelanggan
2) Audit iternal
3) Pemantauan dan pengukuran proses, kinerja
4) Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
c. Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
d. Analisis data
e. Peningkatan berkelanjutan
f. Tindakan korektif
g. Tindakan preventif
VII. Penutup
Lampiran (jika ada)
8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Bab I. Pendahuluan
Memuat latar belakang penyusunan Rencana Lima Tahun Puskesmas
Rawat Jalan Segedong, landasan hukum, maksud dan tujuan penyusunan
Renstra serta Sistematika Penulisan.
9
c. Tim mengumpulkan data pencapaian kinerja
d. Tim melakukan analisis kinerja
e. Tim menyusun pentahapan pencapaian indikator kinerja untuk tiap upaya
puskesmas dengan penjabaran pencapaiaan untuk tiap tahun.
f. Tim menyusun program kerja dan kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai target pada tiap-tiap indokator kinerja.
g. Tim menyusun dokumen rencana kinerja lima tahunan untuk disahkan oleh
kepala puskesmas
h. Sosialisasi rencana pada seluruh jajaran puskesmas.
Matriks rencana kinerja lima tahunan panduan dalam mengisi matriks rencana
kinerja lima tahunan :
a. Nomor : diisi dengan nomor urut
b. Pelayanan/Upaya Puskesmas : diisi dengan pelayanan klinis (upaya
Kesehatan perseorangan) dan upaya
kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan di puskesmas tersebut.
Misalnya Upaya KIA, Upaya KB, Upaya
UKM, dan seterusnya.
c. Indikator : diisi dengan indikator-indikator yang
menjadi tolak ukur kinerja
upaya/pelayanan
d. Standar : diisi dengan standar kinerja untuk
tiap indikator.
e. Pencapaian : diisi dengan pencapaian kinerja
tahun terakhir.
f. Target Pencapaian : diisi dengan target-target yang akan
dicapai pada tiap tahap tahunan.
g. Program Kerja : diisi dengan program program kerja
yang akan dilakukan untuk mencapai
target pada tiap tahun berdasarkan
hasil analisis kinerja, misalnya program
kerja pengembangan SDM, program
kerja peningkatan mutu, program kerja
pengembangan sarana, dsb.
h. Kegiatan : merupakan rincian kegiatan untuk
tiap program yang direncanakan,
misalnya untuk program
pengembangan SDM, kegiatan
pelatihan perawat, pelatihan tenaga
PKM dan sebagainya.
i. Volume : diisi dengan volume kegiatan yang
direncanakan untuk tiap tahapan
tahunan.
j. Harga satuan : harga satuan untuk tiap kegiatan
k. Perkiraan biaya : diisi dengan perkalian antara volume
dengan harga satuan.
3. Penutup
10
Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu kepala Puskesmas
dalam menyusun rencana kinerja lima tahunan, yang kemudian diuraikan dalam
rencana tahunan dalam bentuk rencana usulan kegiatan dan rencana pencapaian
kegiatan.
1 2 3 4 5
11
disetujui tersebut, secara rinci RUK dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan
kegiatan (RPK).
Penyusunan RPK dilaksanakan pada bulan januari tahun berjalan dalam
forum lokakarya mini yang pertama.
12
c. Menyusun rancangan awal secara rinci;
d. Mengadakan lokakarya mini;
e. Membuat rencana pelaksanaan kegiatan.
Pedoman/Panduan
Pedoman/Panduan adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah
langkah-langkah yang harus dilakukan. Pedoman merupakan dasar untuk
menentukan dan melaksanakan kegiatan. Panduan adalah petunjuk dalam
melakukan kegiatan, sehingga dapat dartikan pedoman mengatur beberapa hal
sedangkan panduan hanya mengatur 1 (satu) kegiatan. Pedoman/Panduan dapat
diterapkan dengan baik dan benar melalui penerapan SOP. Mengingat sangat
bervariasinya bentuk dan isi pedoman/Panduan maka Puskesmas Rawat Jalan
Segedong Menyusun/Membuat sistematika buku pedoman/panduan sesuai
kebutuhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman atay panduan
yaitu :
1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan peraturan atau keputusan
kepala Puskesmas Rawat Jalan Segedong untuk pemberlakuan
pedoman/Panduan tersebut.
2. Peraturan Kepala Puskesmas Rawat Jalan Segedong tetap berlaku meskipun
terjadi penggantian Kepala Puskesmas Rawat Jalan Segedong.
3. Setiap pedoman/panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap 2-3 Tahun
sekali.
4. Bila Kementerian Kesehatan Telah menerbitkan pedoman/Panduan untuk suatu
kegiatan/pelayanan tertentu, maka puskesmas Rawat Jalan Segedong dalam
membuat pedoman/panduan wajib mengacu pada pedoman/panduan yang
diterbitkan oleh kementerian Kesehatan.
5. Format baku sistematika pedoman panduan yang lazim digunakan sebagai
berikut:
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja :
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum Puskesmas
Bab III Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Puskesmas
Bab IV Struktur Organisasi Puskesmas
Bab V Struktur Organisasi Unit Kerja
Bab VI Uraian Jabatan
Bab VII Tata Hubungan Kerja
Bab VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
Bab IX Kegiatan Orientasi
Bab X Pertemuan/Rapat
13
Bab XI Pelaporan
➢ Laporan Harian
➢ Laporan Bulanan
➢ Laporan Tahuanan
14
bagaimana cara melaksanakan kegiatan agar tujuan tercapai, dengan penjadwalan
yang jelas, dan evaluasi serta pelaporan.
2. Petunjuk Penulisan
Kerangka acuan diketik menggunakan huruf “Times New Roman” ukuran huruf
12, Spasi 1,5 dengan ketentuan margin :
1. Atas : 2,54 cm
2. Bawah : 2,54 cm
3. Kanan : 2,54 cm
4. Kiri : 2,54 cm
a. Latar Belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan mengapa
program tersebut disusun.Sebaiknya dilengkapi dengan data-data sehinga
alasan diperlukan program tersebut dapat lebih kuat.
15
antara yang diperlukan untuk merealisir tujuan tertentu. Penyusunan sasaran
program perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Sasaran yang bagus
harus memenuhi “SMART” yaitu:
1) Specific
Sasaran harus menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan, bukan
cara pencapaiannya. Sasaran harus memberikan arah dan tolak ukur yang
jelas sehingga dapat dijadikan landasan untuk penyusunan strategi dan
kegiatan yang spesifik.
2) Measurable
Sasaran harus terukur dan dapat dipergunakan untuk memastikan
apa dan kapan pencapaiannya. Akuntabilitas harus ditanamkan ke ddalam
proses perencanaan. Oleh karenanya metodologi untuk mengukur
pencapaian sasaran (keberhasilan upaya/kegiatan) harus ditetapkan
sebelum kegiatan yang terkait dengan sasaran tersebut dilaksanakan.
4) Result Oriented
Sedapat mungkin sasaran harus menspesifikkan hasil yang ingin
dicapai. Misalnya mengurangi complain masyarakat terhadap pelayanan
rawat inap sebesar 50%.
5) Time Bound
Sasaran sebaiknya dapat dicapai dalam waktu yang relative pendek,
mulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan (sebaiknya kurang dari
1 Tahun). Kalau ada program/kegiatan 5 (Lima) Tahun dibuat sasaran
antara. Sasaran akan lebih mudah dikelola dan dapat lebih serasi dengan
proses anggaran apabila dibuat sesuai dengan batas-batas tahun anggaran
di puskesmas.
16
dokumentasi kegiatan. Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan
program dan kapan laporan harus diserahkan dan kepada siapa saja laporan
tersebut harus dilaporkan.
Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan program/Kegiatan secara
menyeluruh. Jadi yang ditulis di dalam kerangka acuan, bagaimana melakukan
evaluasi dan kapan evaluasi harus dilakukan.
17
b. Manfaat SOP
1. Memenuhi persyaratan standar pelayanan puskesmas
2. Mendokumentasikan langkah-langkah kegiatan
3. Memastikan staf puskesmas memahami bagaimana melaksanakan
pekerjaannya.
Contoh :
SOP pemberian informasi, SOP pemasangan infus, SOP pemindahan pasien
dari tempat tidur ke kereta dorong.
c. Format SOP
1. Format SOP dibakukan agar tidak terjadi banyak format yang digunakan dan
diberlakukan sesuai dengan akreditasi puskesmas yang diberlakukan
2. Format merupakan format minimal, oleh karena itu format ini dapat diberi
tambahan materi/kolom misalnya nama penyusun SOP, unit yang memeriksa
SOP. Untuk SOP tindakan agar memudahkan di dalam melihat langkah-
langkahnya dengan bagan alir, persiapan alat dan bahan dan lain-lain, namun
tidak boleh mengurangi item-item yang ada di SOP.
Penjelasan :
Penulisan SOP menggunakan huruf tipe “Arial” dengan ukuran huruf 11,spasi
1,15 dan margin atas bawah kiri dan kanan masing 2 cm. Penulisan SOP harus
dalam tabel/kotak adalah : Nama Puskesmas dan Logo, judul SOP, nomor
dokumen, terbit dan tandatangan Kepala Puskesmas, sedangkan untuk
18
pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur/langkah-langkah dan unit terkait boleh
tidak diberi kotak/tabel.
d. Petunjuk Pengisian SOP
1. Logo yang dipakai adalah logo pemerintah Kabupaten/Kota, nama organisasi
adalah nama puskesmas atau logo dan nama dari fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
2. Kotak Heading: Masing-masing kotak (judul SOP, No. Dokumen, No.Revisi,
halaman, SOP, tanggal terbit, nama puskesmas dan nama kepala puskesmas)
diisi sebagai berikut :
➢ Heading dan kotaknya hanya dicetak pada halaman Pertama. Pada
halaman pertama kotak heading harus lengkap, untuk halaman-halaman
berikutnya kotak heading dapat hanya memuat : kotak nama puskesmas,
judul SOP, No.Dokumen, No.Revisi dan halaman.
➢ Kotak di sisi kiri diberi lambang/logo kabupaten mempawah dan
dibawahnya diketik nama kepala puskesmas.
➢ Kotak disisi kanan diberi logo kesehatan masyarakat
➢ Judul SOP : diberi judul/nama SOP sesuai proses kerjanya dan diketik
dengan huruf tebal (bold)
➢ Nomor dokumen : diisi sesuai dengan ketentuan penomoran yang berlaku
di puskesmas/FKTP yang bersangkutan, dibuat sistematis agar ada
keseragaman. Format penomoran SOP sebagai berikut :
SOP / /Pusk.Sgd/2023
Nama Puskesmas
Singkatan “Standar
Operasional Prosedur
➢ Nomor revisi : Diisi dengan status revisi, dapat menggunakan huruf atau
angka. Contoh : dokumen baru diberi Angka 3, dokumen revisi pertama
diberi Nomor 1 dan seterusnya. Tetapi dapat juga dengan huruf, misalnya
untuk dokumen baru dapat diberi Huruf C, sedangkan dokumen revisi
pertama diberi Huruf A dan seterusnya.
➢ Halaman : Diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total halaman
untuk SOP tersebut. Misalnya : halaman pertama : 1 dan 5, halaman kedua
: 2 dari 5, halaman terakhir : 5 dari 5.
➢ SOP diberi penamaan sesuai ketentuan (istilah) yang digunakan
Puskesmas/FKTP, misalnya : SOP, Prosedur, prosedur tetap, petunjuk
pelaksanaan, prosedur kerja dan sebagainya, namun di dalam akreditasi
puskesmas dan FKTP memakai SOP.
19
➢ Tanggal Terbit : diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal
diberlakukannya SOP tersebut.
➢ Ditetapkan Kepala Puskesmas/FKTP : diberi tandatangan Kepala
Puskesmas/FKTP dan nama jelasnya pada halaman pertama SOP.
3. Isi SOP
Isi dari SOP minimal adalah sebagai berikut :
1. Pengertian
“Pengertian” diisi di bagian paling awal. “Pengertian “ berisi penjelasan dan
atau definisi tentang istilah yang mungkin sulit dipahami atau menyebabkan
salah pengertian/menimbulkan multi persepsi.
2. Tujuan
Berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata Kunci : “Sebagai
acuan penerapan langkah-langkah untuk...”
3. Kebijakan
Berisi kebijakan Kepala Puskesmas/FKTP yang berisi yang menjadi dasar
dibuatnya SOP tersebut. Dicantumkan kebijakan yang mendasari SOP
tersebit, contoh untuk SOP imunisasi pada bayi, pada kebijakan dituliskan
: Keputusan Kepala Puskesmas Np.005/2014 tentang pelayanan imunisasi.
4. Referensi
Berisikan dokumen eksternal sebagai acuan penyusunan SOP, bisa
berbentuk buku, peraturan perundang-undangan, ataupun bentuk lain
sebagai bahan pustaka.
5. Prosedur/Langkah-Langkah Prosedur
Bagian ini merupakan bagian utama yang menguraikan langkah-langkah
kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu.
6. Bagan Alir
Bagan alir adalah cara sempurna untuk memvisualisasikan proses kompleks. Ada
lebih dari 30 simbol standar yang dapat digunakan untuk membuat bagan alir.
Simbol-simbol ini dapat menunjukkan apa saja mulai dari proses hingga dokumen
atau keputusan yang perlu dibuat.
7. Hal-Hal yang Diperlukan
Bagian ini berisi tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan SOP maupun dalam pelaksanan kegiatan sebenarnya.
8. Unit terkait
Berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait dalam proses kerja
tersebut.
9. Dokumen terkait
Berisikan tentang dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan.
10. Rekaman Historis Perubahan
Bagian ini berisikan tentang rangkuman perubahan yang dilakukan
terhadap SOP sebelumnya.
Dari keenam isi SOP sebagaimana diuraikan di atas, dapat ditambahkan
antara lain : bagan alir, dokumen terkait, dsb menyesuaikan dengan format
SOP yang ditentukan oleh pemerintah daerah, yang penting dalam satu
organisasi menggunakan satu format yang seragam.
20
➢ Diagram Alir/Bagan Alir (Flow Chart):
Di dalam penyusunan prosedur maupiun instruksi kerja sebaiknya dalam
Langkah – langkah kegiatan dilengkapi dengan diagram alir/bagan alir untuk
memudahkan dalam pemahaman langkah-langkahnya. Adapun bagan alir
secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaiut diagram alir makro dan
diagram alir mikro.
• Diagram alir makro, menunjukkan kegiatan-kegiatan secara garis besar dari
proses yang ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu symbol yaitu
symbol balik.
o Awal Kegiatan :
o Akhir Kegiatan:
o Simbol Keputusan : Ya
Tidak
o Penghubung :
o Dokumen :
o Arsip :
21
3) Bagaimana SOP dapat dikenali
4) Bagaimana memperkenalkan SOP kepada pelaksana dan unit terkait
5) Bagaimana pengendalian SOP : penomoran, revisi yang keberapa dan
distribusi kepada siapa
6) Syarat Penyusunan SOP
o Identifikasi kebutuhan, yakni mengidentifikasi apakah kegiatan yang
dilakukan saat ini sudah memiliki SOP atau belum dan bila sudah agar
didentifikasi apakah SOP masih efektif atau tidak, jika belum apakah
kegiatan tersebut perlu disusun prosedurnya.
o Perlu ditekankan bahwa SOP harus ditulis oleh mereka yang melakukan
pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja tersebut. Tim atau panitia yang
ditunjuk oleh kepala puskesmas FKTP hanya untuk menanggapi dan
mengkoreksi SOP tersebut. Hal tersebut sangatlah penting, karena
komitmen terhadap pelaksanaan SOP hanya diperoleh dengan adanya
keterlibatan personel/unit kerja dalam penyusunan SOP
o SOP harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan. Pelaksana atau
unit kerja agar mencatat proses kegiatan dan membuat alurnya
kemudian tim mutu diminta memberikan tanggapan.
o Di dalam SOP harus dapat dikenali dengan jelas siapa melakukan apa,
dimana, kapan, dan mengapa.
o SOP jangan menggunakan kalimat majemuk, subjek, predikat dan objek
harus jelas.
o SOP harus menggunakan kalimat perintah/instruksi dengan Bahasa
yang dikenal pemakai.
o SOP harus jelas, ringkas dan mudah dilaksanakan. Untuk SOP
pelayanan pasien maka harus memperhatikan aspek keselamatan,
keamanan dan kenyamanan pasien. Untuk SOP profesi harus mengacu
kepada standar profesi, standar pelayanan, mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kesehatan dan memperhatikan
aspek keselamatan pasien.
22
(3) Melakukan cek ulang terhadap SOP-SOP yang akan ditandatangani
oleh Kepala Puskesmas.
(4) Penyusunan SOP dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan
SOP.
Untuk SOP pelayanan dan SOP administrasi, untuk
melakukan identifikasi kebutuhan SOP bisa dilakukan dengan
menggambarkan proses bisnis di unit kerja tersebut atau alur
kegiatan dari kerja yang dilakukan di unit tersebut. Sedangkan untuk
SOP klinis, identifikasi kebutuhan dilakukan dengan mengetahui
pola penyakit yangb sering ditangani di unit kerja tersebut.
Dari identifikasi kebutuhan SOP dapat diketahui berapa
banyak dan macam SOP yang harus dibuat/disusun. Untuk
melakukan identifikasi kebutuhan SOP dapat pula dilakukan dengan
memperhatikan elemen penilaian pada standar akreditasi, minimal
SOP-SOP apa saja yang harus ada. SOP yang dipersyaratkan di
elemen penilaian adalah SOP minimal yang harus ada di
Puskesmas / FKTP.
(5) Mengingat SOP merupakan flow charting dari proses kegiatan maka
untuk memperoleh pengertian yang jelas bagi subyek, penulisan
SOP adalah dimulai dengan membuat flow chart dari kegiatan yang
dilaksanakan. Caranya dalah membuat diagram kotak sederhana
yang menggambarkan langkah penting dari seluruh proses. Setelah
dibuatkan diagram kotak maka diuraikan kegiatan di masing-masing
kotak dan dibuat alurnya.
(6) Semua SOP harus ditandatangani oleh Kepala Puskesmas / kepala
Klinik,
(7) Agar SOP dapat dikenali oleh pelaksana maka perlu dilakukan
sosialisasi SOP-SOP tersebut rumit maka untuk melaksanakan
SOP tersebut perlu dilakukan pelatihan.
23
a) Kode unit kerja : masing-masing unit kerja di Puskesmas / FKTP
mempunyai kode sendiri-sendiri yang dapat berbentuk angka atau huruf.
Sebagai contoh pada Program Bab VI, dengan VI/ SOP/KIA.KB, dan lain
sebagainya (namun tergantung didalam pedoman tata naskah yang
berlaku,
b) Nomor urut SOP adalah urutan nomor SOP di dalam unit kerja upaya
Puskesmas/ FKTP.
c) Satu SOP dipergunakan oleh lebih dari satu unit yang berbeda misalnya
SOP rujukan pasien maka diberi kolom unit terkait/ unit pemakai SOP.
7) Tata Cara Penyimpanan SOP
a) Penyimpanan adalah bagaimana SOP tersebut disimpan.
b) SOP asli (master dokumen/ SOP yang sudah dinomori dan sudah
ditandatangani) agar disimpan di sekretariat Tim Akreditasi Puskesmas/
FKTP atau Bagian Tata Usaha Puskesmas/ FKTP, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di organisasi tersebut tentang tata cara
pengarsipan dokumen yang diatur dalam tata naskah. Penyimpanan
SOP yang asli harus rapi, sesuai metode pengarsipan sehingga mudah
dicari kembali bila diperlukan.
c) SOP fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya Puskesmas/
FKTP, dimana SOP tersebut dipergunakan. Bila SOP tersebut tidak
berlaku lagi atau tidak dipergunakan maka unit kerja wajib
mengembalikan SOP yang sudah tidak berlaku tersebut ke sekretariat
Tim mutu atau Bagian Tata Usaha sehingga di unit kerja hanya ada SOP
yang masih berlaku saja. Sekretariat Tim Mutu atau Bagian Tata Usaha
organisasi dapat memusnahkan fotocopy SOP yang tidak berlaku
tersebut, namun untuk SOP yang asli agar tetap disimpan, dengan lama
penyimpanan sesuai ketentuan dalam ketentuan retensi dokumen yang
berlaku di Puskesmas/FKTP.
d) SOP di unit upaya Puskesmas/ FKTP harus diletakkan ditempat yang
mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah dibaca oleh pelaksana.
8) Tata Cara Pendistribusian SOP
a) Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan SOP kepada unit
upaya atau pelaksana yeng memerlukan SOP melaksanakan
kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh tim mutu atau bagian Tata
Usaha Puskesmas/ FKTP sesuai pedoman tata naskah.
b) Distribusi harus memakai ekspedisi dan/ atau formulir tanda terima.
c) Distribusi SOP bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga untuk
seluruh unit kerja lainnya.
9) Evaluasi SOP
Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.
a) Evaluasi penerapan / kepatuhan terhadap SOP dapat dilakukan
dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap langkah-langkah dalam
SOP. Untuk evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan daftar
tilik/ check list
▪ Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan
secara konsisten, diikuti dalam pelaksanaan suatu rangkaian
kegiatan, untuk diingat, dikerjakan, dan diberi tanda (check-mark).
24
▪ Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen mutu untuk
mendukung standarisasi suatu proses pelayanan.
▪ Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SOP yang kompleks.
▪ Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah
pelaksanaan dan memonitor SOP, bukan untuk menggantikan SOP
itu sendiri.
(1) Langkah-langkah menyusun daftar tilik
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan melakukan
Identifikasi prosedur yang membutuhkan daftar tilik untuk
mempermudah pelaksanaan dan monitoringnya
• Gambarkan flow-chart dari prosedur tersebut,
• Buat daftar kerja yang harus dilakukan,
• Susun urutan kerja yang harus dilakukan,
• Masukkan dalam daftar tilik sesuai dengan format tertentu,
• Lakukan uji-coba,
• Lakukan perbaikan daftar tilik,
• Standarisasi daftar tilik.
Daftar tilik untuk mengecek kebutuhan terhadap SOP dalam
langkah-langkah kegiatan, dengan rumus sebagai berikut.
25
3. Pengendalian dokumen dan rekam implementasi adalah: sistem
penomoran dan sistem penyimpanan dokumen dan rekam implementasi.
Pengendalian dokumen sebagaimana dipersyaratkan oleh standar
akreditasi meliputi:
a. Menyetujui dokumen untuk kecukupan sebelum terbit,
b. Menelaah dan memperbaharui jika diperlukan, dan persetujuan
pemberlakuan ulang dokumen,
c. Memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen
teridentifikasi,
d. Memastikan bahwa versi yang relevan dari dokumen yang dapat
diterapkan tersedia ditempat pengguna,
e. Memastikan bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan segera dapat
teridentifikasi,
f. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar organisasi yang
ditetapkan oleh organisasi yang penting untuk perencanaan dan
operasional sistem manajemen mutu diidentifikasi dan distribusinya
dikendalikan,
g. Mencegah penggunaan tidak sengaja dokumen kadaluwarsa dan untuk
menerapkan identifikasi yang sesuai pada dokumen bila disimpan untuk
maksud apapun.
Catatan/ rekam implementasi sebagai bukti pelaksanaan kegiatan juga
harus dikendalikan. Organisasi harus menetapkan SOP terdokumentasi
untuk mendefinikan pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi,
penyimpanan, perlindungan, pengambilan, lama simpan dan
pemusnahan. Catatan/ rekam implementasi harus dapat terbaca,
segera dapat teridentifikasi dan dapat diakses kembali.
LAPORAN
Laporan adalah naskah dinas dari bawahan kepada atasan yang berisi informasi dan
pertanggungjawaban tentang Pelaksanaan Tugas Kedinasan. Ketentuan penulisan
Laporan di Lingkungan Puskesmas Rawat Jalan Segedong sebagai berikut .
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Maksud dan Tujuan
Kegiatan yang dilaksanakan
II.
III. Hasil Yang Dicapai
IV. Kesimpulan dan Saran
26
V. Penutup (di sisi bagian bawah dibubuhkan tanda tangan dan tanggal pembuatan
laporan)
PENATAAN DOKUMEN
Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen akreditasi Puskesmas/
FKTP dikelompokkan masing-masing bab/kelompok pelayanan/ UKM dengan
diurutkan setiap urutan kriteria dan elemen penilaian, dan diberikan daftar
secara berurutan.
27
BAB IV
PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN DOKUMEN
B. Pengendalian Dokumen
Pengendalian Dokumen adalah suatu kegiatan untuk memastikan bahwa
seluruh dokumen yang diterbitkan telah disetujui dan disahkan oleh pihak yang
berwenang serta terdistribusi dengan benar di lokasi penggunaannya. Pengendalian
dokumen dilakukan untuk memastikan dokumen regulasi internal termuktahir tersedia
di unit-unit pelayanan. Pengendalian dokumen diperlukan agar dokumen dapat
digunakan sebagaimana mestinya baik sebagai acuan kerja, bukti kegiatan, bahan
evaluasi dan monitoring, serta mencegah penyalahgunaan melalui terkendalinya
kerahasiaan dokumen, proses perubahan, penerbitan, distribusi, dan sirkulasi
dokumen. Apabila dokumen yang akan diedarkan pada unit-unit pelayanan, dokumen
asli digandakan selanjutnya di bubuhkan cap terkendali pada dokumen tersebut dan
diserahkan pada unit pelayanan terkait. Apabila dokumen regulasi internal akan
didisribusikan pada instansi lain, maka dokumen tersebut digandakan dan selanjutnya
dibubuhkan cap tidak terkendali.
C. Perubahan Regulasi Internal
Perubahan dokumen harus diidentifikasi, salah satunya melalui riwayat
perubahan dalam dokumen regulasi internal. Dokumen regulasi internal yang
mengalami perubahan harus diketahui dan diikuti oleh pemegang dokumen yang
bersangkutan. Adapun ketentuan apabila adanya perubahan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Surat Keputusan (SK)
Apabila adanya perubahan atau revisi SK maka dikeluarkan SK baru dengan
memperhatikan waktu penyusunan SK dan Pejabat yang yang bertanggungjawab
dan dalam diktum SK harus dijelaskan bahwa SK lama ditarik/tidak berlaku lagi.
2. Standar Prosedur Operasional (SOP)
Apabila adanya perubahan atau revisi pada isi SOP maka harus mencantumkan
perubahan pada kolom rekaman historis perubahan. Dengan adanya pergantian
pimpinan maka nama pimpinan pada KOP SOP harus diganti dan disesuaikan
dengan nama pimpinan yang baru. Riwayat perubahan dokumen regulasi internal
dicatat pada agenda SK maupun SOP dengan keterangan perubahan.
28
D. Pemeliharaan Dokumen
Pemeliharaan dokumen meliputi penataan dan penyimpanan sesuai dengan
pengkodean dalam peraturan perundang-undangan untuk memastikan identitas dan
keterbacaan dokumen. Penyimpanan dokumen terbagi menjadi dua yaitu
penyimpanan dokumen fisik dan dokumen digital. Dokumen berupa fisik maksudnya
adalah penyimpanan dokumen atau file berupa kertas, surat, gambar, monumen dan
lain-lain. Penyimpanan dokumen fisik ini biasanya disebut pengarsipan ,yaitu
menyimpan secara langsung dokumen ditempat yang telah ditentukan dan diberi label
tertentu. Selanjutnya Penyimpanan dokumen berupa data digital merupakan
penyimpanan dokumen atau file berupa data komputer atau hasil scanning dari file
data fisik. Dokumen fisik disimpan dalam tempat khusus seperti ordner. Penyimpanan
dokumen dilakukan sesuai dengan kronologis tanggal tahun atau sesuai masalahnya.
Setelah itu dokumen yang diarsipkan disusun pada lemari arsip atau filing cabinet.
29
G. Alur Penyusunan dan Pendistribusian Dokumen
Alur penyusunan dan pendistribusian dokumen harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dokumen disusun dengan menggunakan format
sesuai dengan panduan penyusunan dokumen akreditasi. Dokumen akreditasi
dibedakan menjadi dokumen regulasi dan dokumen lainnya sebagai bukti
pelaksanaan kegiatan. Alur Penyusunan diawali dengan perancangan dokumen,
setelah itu dokumen tersebut ditinjau oleh kasubbag tata usaha (KTU), apabila sudah
sesuai dokumen tersebut disahkan oleh kepala puskesmas, setelah itu dicetak dan
didistribusikan. Pendistribusian dokumen adalah kegiatan membagikan/menyalurkan
data/informasi ke orang/bagian yang membutuhkan. Cara pendistribusian dokumen
dengan dibagiakan secara langsung kepada pihak-pihak yang memerlukan dengan
menggunakan buku ekspedisi internal sebagai bukti bahwa yang bersangkutan telah
menerima dokumen tersebut. Alur penyusunan dan pendistribusian dokumen dapat
diliahat pada gamber berikut:
Pengesahan
Perancangan Peninjauan
Dokumen oleh
Dokumen Dokumen oleh KTU
Kepala Puskesmas
Pencetakan
Pendistribusian
Dokumen
Ditetapkan di : Segedong
Pada Tanggal : Januari 2021
Widiarty, A.Md.Far
NIP19760310 199803 2 008
30