Saat media periklanan masih berupa media cetak seperti surat kabar dan majalah, A/B testing
sebenarnya sudah digunakan sejak saat itu. Pada zaman itu, para pengiklan telah melakukan uji
coba dengan beberapa versi iklan yang berbeda-beda dan membandingkan hasil yang diperoleh
dari masing-masing uji coba yang telah dilakukan. Namun, seiring berjalannya waktu,
berkembangnya teknologi semakin banyak platform periklanan online maka A/B testing menjadi
sebuah hal yang penting untuk dilakukan. Dengan melakukan A/B testing secara teratur,
pengiklan dapat menilai atau mengukur dengan valid dan efektif bagaimana respon atau perilaku
konsumen terhadap iklan mereka dan bagaimana strategi meningkatkan efektivitas kampanye
periklanan yang telah dibuat. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan potensi iklan dan
mengoptimalkan konversi konsumen, para pengiklan harus melakukan A/B testing secara rutin.
Isi:
Apa itu A/B Testing
A/B testing merupakan strategi uji coba di mana dua versi yang berbeda dari suatu elemen
(seperti iklan, halaman web, atau email) dibandingkan untuk menentukan mana yang lebih
efektif dalam mencapai tujuan tertentu, seperti meningkatkan konversi atau penjualan.
Contohnya Anda dapat melakukan teknik A/B testing dalam optimasi performa email marketing
untuk menguji elemen-elemen seperti judul dan desain email yang efektif. Atau untuk optimasi
landing page, Anda dapat melakukan analisa atau uji elemen-elemen yang digunakan seperti
kualitas konten, heading dan subheading, layout desain, gambar, hyperlink, posisi tombol CTA,
teks dan desain warna yang sesuai dan menarik, Contohnya, Anda ingin melakukan
perbandingan antara dua desain landing page yang berbeda dan ingin mengetahui desain mana
yang mempunyai performa lebih baik. Setelah membuat desain, Anda akan memberikan versi
desain pertama kepada sampel kelompok audiens pertama dan versi kedua kepada kelompok
audiens yang lainnya. Lalu Anda dapat membandingkan bagaimana performa masing-masing
landing page tersebut, misalnya pada metrik seperti traffic, click dan conversion.
Anda terapkan dalam tujuan meningkatkan penjualan produk/jasa atau meningkatkan brand
awareness. Maka dari itu, Anda membutuhkan strategi untuk mengetahui keefektifan kampanye
marketing yang telah Anda lakukan. Baik Google Ads, Social Media, Website dan lain-lain
membuat hal ini penting untuk dilakukan karena yang menjadi tujuan utama dalam beriklan yaitu
meningkatkan penjualan atau konversi. Namun bagaimana cara untuk mengukur performa
sebuah iklan? Salah satu jawabannya adalah dengan senantiasa melakukan A/B testing atau Split
Testing. A/B Testing merupakan sebuah teknik untuk menjalankan dua iklan dengan versi yang
berbeda secara bersamaan, untuk menentukan mana komposisi iklan yang lebih banyak
menghasilkan penjualan atau meningkatkan traffic. Di kalangan para digital marketer, A/B
Testing merupakan sebuah riset untuk menentukan pengalaman pengguna dalam berinteraksi
Setelah Anda menentukan variabel independen apa yang dites dan variabel tetap apa yang
akan dievaluasi, selanjutnya Anda dapat membuat variasi konten sesuai target dan konsep
Anda. Setidaknya Anda menyiapkan dua materi iklan dengan konten yang berbeda,
sesuai dengan variabel independen yang ingin dites. Contohnya, jika Anda ingin
mengetahui landing page mana yang cocok dengan target pasar dan mampu
menghasilkan konversi lebih banyak, maka Anda harus membuat dua landing page
dengan konten yang berbeda.
Setelah Anda membuat variasi konten iklan atau landing page, selanjutnya adalah
menentukan audiens target Anda. Tentu saja, audiens sampel ini dapat dengan mudah
disiapkan di platform periklanan seperti Google Ads. Anda dapat mencobanya pada
audiens yang berbeda. Namun, harus diingat bahwa variabelnya harus sama. Tujuannya
untuk mengetahui preferensi konten audiens. Kemudian kita dapat membuat struktur
pengujian seperti struktur pengujian A/B di bawah ini.
5. Pilih jadwal dan buat anggaran
Dari segi waktu, variasi konten pengujian suatu iklan harus muncul secara bersamaan dan
dalam jangka waktu yang sama. Sebaiknya jangan menghabiskan waktu yang lama untuk
melakukan masa percobaan. 3 hingga 7 hari adalah waktu yang ideal untuk
menyelesaikan pengujian. Kemudian, sesuaikan anggaran, Anda harus mengalokasikan
dana khusus untuk menjalankan A/B testing dari belanja iklan yang dianggarkan.
Anggaran untuk pengujian A/B tidak harus besar. Misalnya, Anda dapat mengalokasikan
10% dari anggaran periklanan. Perlu dicatat bahwa jumlah dana cadangan harus sesuai
dengan durasi tes yang akan dilakukan. Kemudian waktu tunggu dan anggaran pengujian
harus sama untuk setiap versi konten. Misalnya, Konten A dianggarkan Rp 1 juta untuk
pengujian A/B selama tujuh hari (1-7 April). Kemudian konten B juga harus dianggarkan
Rp 1 juta untuk periode yang sama.
Langkah terakhir adalah memantau proses uji dan mengevaluasi hasilnya. Dalam
melakukan A/B testing, Anda harus mencatat semua yang terjadi selama percobaan.
Peristiwa tersebut dapat berupa kinerja situs, hasil peninjauan iklan, atau bahkan kondisi
lapangan yang secara tidak langsung mempengaruhi penayangan iklan. Selain itu, Anda
harus berhati-hati saat melakukan perubahan pada eksperimen yang sedang berlangsung.
Jika Anda ingin melakukan perubahan pada satu varian iklan, sebaiknya jeda dulu semua
versi konten yang diuji. Hal ini untuk memastikan bahwa hasil akhir yang diperoleh
valid, karena setiap varian mendapatkan perlakuan yang sama. Terakhir, evaluasi tidak
boleh memaksakan hipotesis berdasarkan hasil pengujian. Karena hipotesis hanyalah
asumsi dan hasil pengujian A/B adalah kondisi sebenarnya dari setiap variabel.