Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA (OHN)


PABRIK GARUDA MAS ( KOYA )
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu,
Drs. Unang Arifin Hidayat, M.Kes.

Oleh;
Dewi Putri Anjani P20620121080 Annisa Octavia P20620121086
Muhammad Alfan A P20620121082 Radhiya Hauna K P20620121087
Tari Rahmawati Putri P20620121083 Kiswah Ramadhani P20620121088
Nur Sova Fitriyanti P20620121084 Yunus Setiawan P20620121119
Cindy Putri Andriyani P20620121085

D3 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMEMKES TASIKMALAYA

Jl. Babakan Siliwangi No.35, Kahuripan, Kec. Tawang, Tasikmalaya, Jawa


Barat 46115
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi tuhan yang maha esa, juga senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir asuhan
keperawatan kerja (OHN)

Laporan ini berisi laporan asuhan keperawatan kesehatan kerja yang dilaksanakan di Pabrik
Koya kabupaten ciamis. Laporan ini diajukan untuk memenuhi syarat mata kuliah
Keperawatan Keluarga program studi DIII Keperawatan Politeknik kementrian kesehatan
Tasikmalaya. Dalam mengerjakan laporan akhir asuhan keperawatan kesehatan kerja(OHN)
ini tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis.
Namun atas berkat dari tuhan yang maha esa, juga berkat usaha,doa, semangat, bantuan,
bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung
dari berbagai pihal, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir asuhan keperawatan
kesehatan kerja (OHN) ini.

Terwujudnya penulisan laporan akhir asuhan keperawatan kesehatan kerja(OHN) ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
juga bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah
banyak membantu penulis sehingga dapat tersusunnya laporan akhir asuhan keperawatan
kesehatan kerja (OHN) ini, antara lain penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Yth. Bapak Drs. Unang Arifin Hidayat, M.Kes selaku dosen pembimbing kelompok 1

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis pada pelaksanaan kunjungan pabrik sampai penulisan dan penyusunan
laporan.

Laporan akhir asuhan keperawatan kesehatan kerja (OHN) ini tidak luput dari kesalahan, baik
proses pembuatannya ataupun hasil yang penulis sajikan. Untuk itu, guna penyempurnaan
laporan ini, penulis selalu terbuka untuk kritik dan saran. Akhir kata penulis berharap semoga
laporan akhir asuhan keperawatan kesehatan kerja (OHN) ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan dapat berguna di masa yang akan datang

Ciamis , 02 November 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

ABSTRAK ................................................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2

A. Latar belakang permasalahan .......................................................................................... 2

B. Tujuan penulisan ............................................................................................................. 3

C. Metode penulisan ............................................................................................................ 3

D. Sistematika penulisan...................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5

A. Managemen Keperawatan Okupasi ................................................................................ 5

B. Peran Perawat Pada Program Kesehatan Kerja .............................................................. 8

BAB III TINJAUAN LAPANGAN......................................................................................... 12

A. PENGKAJIAN .............................................................................................................. 12

B. ANALISA DATA ......................................................................................................... 14

C. DIAGNOSA, INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI .................................. 14

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................ 17

BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................... 18

BAB VI REKOMENDASI ...................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

ii
ABSTRAK
Industri Pabrik Pembuatan koya merupakan industri pengolahan yang umumnya
berskala kecil. Permasalahan yang terjadi di lapangan ialah tidak adanya kesadaran para
pekerja mengenai Pentingnya Alat pelindung diri untuk diri sendiri, serta mereka juga tidak
mencuci tangan sebelum maupun setekah melakukan pekerjaan. Tujuan yang ingin dicapai
yaitu untuk meningkatkan pengetahuan para pekerja tentang pentingnya alat pelindung diri
(APD) untuk mencegah terjadinya luka bakar serta Meningkatkan pengetahuan cuci tangan
pakai sabun (CTPS) di lingkungan tempat kerja. Metode yang digunakan yaitu metode
ceramah, melalui media poster serta edukasi tentang pentingnya penggunaan APD dan CTPS.

1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang permasalahan
Proses pembangunan di indonesia memerlukan peran serta seluruh masyarakat, baik
pada bidang ekonomi, ataupun sosial politik. pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari berkembangnya berbagai sektor indutri di Indonesia (Depkes RI,
2003:2), Industri yang ada pada saat ini ditinjau dari modal kerja yang digunakan dapat
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu industri besar (indutri dasar), industri
menengah (aneka industri) dan industri kecil. Industri kecil dengan teknologi sederhana
atau tradisional dengan jumlah modal yang relatif terbatas adalah insutri yang banyak
bergerak di sektor informal. Pekerja pada kelompok ini merupakan kelompok kerja
yang baik (Depkes RI, 2002:1).
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tempat kerja merupakan upaya
memberdayakan karyawan agar mengetahui, mau dan mampu mempraktikkan PHBS
serta ikut berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di
tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan
pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat dari penerapan PHBS; yaitu: setiap
pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, produktivitas pekerja akan
meningkat yang berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi
keluarga. Selain utu, pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk
peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan akibat sakit. Sedangkan manfat
bagi perusahaan antara lain: dengan meningkatnya produktivitas kerja yang berdampak
positif terhadap pencapaian target dan tujuan, menurunnya biaya kesehatan yang harus
dikeluarkan, serta meningkatnya citra tempat kerja yang positif.
Salah satu indikator PHBS pada tatanan tempat kerja yaitu mencuci tangan dengan air
yang mengalir dan menggunakan sabun yang lebih dikenal dengan Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS). Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan suatu kebiasaan
membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi untuk membunuh kuman penyebab
penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan
peralatan seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang bersih. Cuci tangan
pakai sabun mampu untuk mengurangi angka diare sebanyak 45%, tetapi pemakaian
sabun untuk cuci tangan hanya mencapai sekitar 3% dari seluruh masyarakat yang
menggunakan sabun untuk cuci tangan (Anggraeni, 2016).
Berdasarkan pengamatan langsung di lokasi penelitian ialah di temukan bahwa hampir
semua pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri, potensi yang terjadi di pabrik

2
koya seperti luka bakar, penggunaan oven dan kompor potensi bahaya yang ada seperti
terpapar panas, kebakaran, hingga luka bakar. Serta jika sebelum memulai pekerjaan
ada beberapa dari mereka yang tidak mencuci tangan dengan sabun dan langsung
memulai pekerjaannya tanpa harus mencuci tangan, begitupun juga jika istirahat tiba.
Alat pelindung diri tidak ada yang mereka gunakan seperti masker, sarung tangan dan
lain lain mereka tidak gunakan karena merasa panas, gerah dan lain sebagainya.
Kemudian penulis berencana untuk melakukan upaya promosi kesehatan kepada
seluruh karyawan maupun pengelolah industri Pabrik Pembuatan koya di kabupaten
ciamis.

B. Tujuan penulisan
Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk meningkatkan para pekerja pentingnya alat
pelindung diri (APD) untuk menghindari luka bakar serta meningkatkan pengetahuan
cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lingkungan tempat kerja.

C. Metode penulisan
Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode
deskriptif yaitu melalui pendekatan proses keperawatan dengan teknik yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Metode deskriptif
Metode ini memaparkan proses pelaksanaan asuhan keperawatan
2. Teknik pengumpulan data
A. Wawancara
Tanya jawab dilakukan langsung pada klien dan keluarga untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang
dihadapi
B. Observasi
Pengumpulan data-data yang didapat dengan cara melakukan
pengamatan langsung kepada klien, keluarga dan lingkungan sekitar
yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi
C. Pemeriksaan fisik

D. Sistematika penulisan
Pada sistematika ini penulis memberikan gambaran umum mengenai ini dari setiap bab
pada karya tuis ilmiah, dengan penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN

3
Berisikan uraian latar belakang penulis dalam mengambil kasus, tujuan yang ingin
dicapai penulis, metode penulisan serta sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang manajemen keperawatan okupasi dan peran perawat pada program
kesehatan kerja
BAB III TINJAUAN LAPANGAN
Berisikan uraian penjelasan tentang pengkajian , analisa data , NCP dan Implementasi
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan menjelaskan tentang perbedaan dan persamaan antara teori dan
kenyataan secara langsung di lapangan
BAB V KESIMPULAN
Berisikan kesimpulan akhir dari pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
BAB VI REKOMENDASI
Berisikan memberikan rekomendasi kepada pihak yang terlibat untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawaran.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Managemen Keperawatan Okupasi
1. Pengertian
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan kapasitas kerja, beban kerja
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat yang ada di sekelilingnya (Depkes. 1995; 2).
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hyperkes) adalah bagian dari usaha
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produksi
perusahaan tersebut sehingga dapat terhindar dari penyakit-penyakit atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, dan dapat
meningkatkan derajat kesehatan.

2. Langkah-langkah Manajerial Keperawatan Kerja


Dalam pelaksanaan kesehatan kerja memerlukan langkah-langkah manajerial
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja. Langkah-langkah Usaha
Kesehatan Kerja (UKK) merupakan langkah utama dalam manajemen keperawatan
okupasi. UKK yang dapat dilakukan di perusahaan adalah :
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja
d. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja
e. Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
f. Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya pencemaran yang
berasal dari perusahaan.
g. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk-produk industry
h. Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan seperti kebersihan.
pembuangan limbah, sumber air bersih dan sebagainya

3. Ruang Lingkup Upaya Kesehatan Kerja


Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal
cara/metoda kerja, proses kerja dan kondisi kerja yang bertujuan untuk:

5
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaannya yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

4. Kapasitas Kerja. Beban kerja dan Lingkungan Kerja


Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja dapat melakukan
pekerjaannya secara baik. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental.
Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia, dll) dapat
merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara
sendiri- sendiri maupun bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit
akibatnya.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari masyarakat
pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya-bahaya kesehatan ditempat kerja dan
kingkungan kerja tetapi juga faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja
serta faktor-faktor lainnya.

5. Lingkungan Kerja dan Penyakit Yang Ditimbulkannya


Penyakit akibat kerja dan atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dapat
disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Dewasa ini terhadap
kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan
berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Juga masih terdapat pendapat yang
sesat baliwa dengan mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh zat bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat sutuasi
terkendalikan. Walaupun merupakan langkah yang penting namun hal ini bukan
memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut tetap membiarkan
lingkungan kerja yang tidak schat tetap tidak berubah, dengan demikian potensi untuk
menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah' Hanya

6
dengan diagnosa" dan "pengobatan penyembuhan" dari lingkungan kerja, yang dalam
hal ini disetarakan berturut-turut dengan "pengenalan/evaluasi" dan "pengendalian
efektif dari bahaya- bahaya kesehatan yang ada dapat membuat lingkungan kerja yang
sebelumnya tidak schat menjadi sehat.
Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-bahaya
dilingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja
utamanya terhadap para pekerja, ditempuh 3 langkah utama yaitu: Pengenalan
lingkungan kerja. evaluasi lingkungan kerja dan pengendalian lingkungan dari
berbagai bahaya dan resiko kerja.

6. Pengenalan lingkungan kerja


Pengenalan dari berbagai bahaya dan risiko kesehatan dilingkungan kerja biasanya
pada waktu survai pendahuluan dengan cara melihat dan mengenal ("walk-through
survey"), yang salah satu langkah dasar yang pertama-tama harus dilakukan dalam
upaya program kesehatan kerja. Beberapa diantara bahaya dan resiko tersebut dapat
denganmudah dikenali, seperti masalah kebisingan disuatu tempat, bilamana sebuah
percakapan sulit untuk didengar, atau masalah panas disekitar tungku pembakaran
atau peleburan yang dengan segara dapat kita rasakan. Beberapa hal lainnya yang
tidak jelas atau sulit untuk dikenali seperti zat-zat kimia yang berbentuk dari suatu
rangkaian proses produksi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya.
Untuk dapat mengenal bahaya dan resiko lingkungan kerja dengan baik dan tepat,
sebelum dilakukan survai pendahuluan perlu didapatkan segala informasi mengenai
proses dan cara kerja yang digunakan, bahan baku dan bahan tambahan lainnya, hasil
antara hasil akhir hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan. Kemungkinan
terbentuknya zat-zat kimia yang berbahaya secara tak terduga perlu pula
dipertimbangkan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan pula yaitu efek-efek terhadap
kesehatan dari semua bahaya-bahaya dilingkungan kerja termasuk pula jumlah
pekerja yang potensial terpapar, sehingga langkah yang ditempuh, evaluasi serta
pengendaliannya dapat dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan yang ada.
7. Evaluasi Lingkungan kerja
Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang berbahaya
dilingkungan kerja menetapkan karakteristik-karakteristiknya serta memberikan
gambaran cakupan besar dan luasnya pemajanan. Tingkat pemajanan dari zat/bahan
yang berbahaya dilingkungan kerja yang terkendali selama survai pendahuluan harus
ditentukan secara kualitatif dan atau kuantitatif, melalui berbagai teknik misalnya
pengukuran kebisingan, penentuan indeks tekanan panas, pengumpulan dan analisis
dari sampel udara untuk zat-zat kimia dan partikelpartikel (termasuk ukuran partikel)
dan lain-lain. Hanya setelah didapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari
proses pemajanan kemudian dapat dibandingkan dengan standar kesehatan kerja yang
berlaku. maka penilaian dari bahaya atau risiko yang sebenarnya terdapat
dilingkungan kerja yang telah tercapai.
8. Pengendalian Lingkungan kerja

7
Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghilangkan pemajanan terhadap zat atau bahan yang berbahaya dilingkungan
kerja, kedua tahapan sebelumnya pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin
sebuah lingkungan kerja yang schat. Jadi hal ini hanya dapat dicapai dengan teknologi
pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan
dikalangan para pekerja. Walaupun setiap kasus mempunyai keunikan masing-
masing, terdapat prinsip-prinsip dasar teknologi pengendalian yang dapat diterapkan,
baik secara sendiri maupun dalam bentuk kombinasi, terhadap sejumlah besar situasi
tempat kerja untuk memulainya ada beberapa pertanyaan yang perlu dikemukakan,
dan jawabanya diharapkan dapat memberi pedoman terhadap jenis teknologi
pengendalian yang paling tepat dan mungkin untuk dilaksanakan.

B. Peran Perawat Pada Program Kesehatan Kerja


Peran seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Perawat merupakan satu-
satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka Peranya adalah:
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di perusahaan
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi kesehatan
kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan.
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah
disetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha menindaklanjuti
sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan
dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada,
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah sebagai
salah satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan
17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha
perawatan hiperkes.

8
Menurut Jane A. Le RN dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa
fungsi specific dari perawat hiperkes adalah:
1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/ industry dalam membuat
program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan memberikan.
pemeliharaan/perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja
2. Memberikan menyediakan primary nursing care untuk penyakit-penyakit atau
korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan
petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit, klinik atau ke
kantor dokter untuk mendapatkan perawatan/pengobatan lebih lanjut
4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow up
dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada
5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan
6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan
7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-data
keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan referral yang
tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.
8. Memberi naschat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj perantara
untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.
9. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik.dan memberikan
motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif dan
menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration
11. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan bagaimana
untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan pengawasan
kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan
yang dapat membahayakan kesehatannya.
12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan kerja yang
ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan dalam bidang
hiperkes ini.
13. Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan dan aktifitas
perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta efisiensi.
14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan paramedic
hiperkes, dan sebagainya.
15. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting adalah
mengikuti kemajuan dan perkembangan professional (continues education).

Secara sistimatis DR. Suma'mur PK. MSc, menggambarkan tugas-tugas paramedis


hiperkes sebagai berikut:
1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan
2. Perawatan dan pengobatan penyakit umum, meliputi:
a. Menurut petunjuk dokter perusahaan

9
b. Menurut pedoman tertulis (standing orders)
c. Menyelenggarakan rehabilitasi
e. Rujukan pasien ke rumah sakit
d. Mengawasi pasien sakit hingga sembuh
f. Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan
g. Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)
h. Pemeriksaan kesehatan:
1) Sebelum bekerja (pre-employment)
2) Berkala
3) Pemeriksaan khusus
4) Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan
5) Memelihara administrasi (dinas kesehatan)
6) Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya
7) Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan
i. Catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan pekerja
1) Laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja
2) Laporan pemakaian obat dan sebagainya.
3) Tugas sosial dan Pendidikan
a) Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja
b) Ketrampilan PPPK
c) Pola hidup sehat.
d) Pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang kurang baik
e) Menjaga kebersihan dalam perusahaan
f) Mencegah kecelakaan kerja

Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang lingkup


pekerjaan perawat hiperkes adalah :
1. Health promotion/Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan
paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan perilaku yang
berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.
2. Worker Health/Hazard Assessment and Surveillance

10
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya
3. Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan pengawasan
terhadap bahaya.
4. Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan pada
tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan perawatan
emergensi.
5. Counseling
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan membantu
untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.
6. Management and Administration
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada progran
perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.
7. Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali
faktor-faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.
8. Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan kesehatan
pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga kerahasiaan dokumen
kesehatan tenaga kerja.
9. Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja.
Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan tenaga kerja
haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau dokter yang
ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur
untuk merawat orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang
utama dalam proses perawatan yang berdasarkan nursing assessment, nursing
diagnosis, nursing intervention dan nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi
pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya.
Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk menerapkan praktek-
praktek standar perawatan secara leluasa. Seorang perawat hiperkes, melalui program
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan hendaknya selalu membantu karyawan /
tenaga kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal

11
BAB III TINJAUAN LAPANGAN
A. PENGKAJIAN

Puskesmas: Tanggal : 31 Jarak Pelayanan Kesehatan yang terdekat


Imbanagara Oktober 2023
Nama Kelompok/Perusahaan : Pabrik Puskesmas : 1 Km
koya
Alamat :Dusun lebak lipung desa Pustu : Tidak ada
Cara mencapai
imbanagera kecamatan ciamis
sarana
kabupaten ciamis
Kesehatan: pakai
Fasilitas Yankes : Petugas Posyandu : 500 m
kendaraan
Kesehatan
Jumlah Pekerja : 20 Orang ………………… ………………
(m/km)
DISTRIBUSI UMUR BIOLOGIS KELOMPOK
No. Umur ♀ ♂ 1. Riwayat kesehatan : ada p3k 2. Kebersihan Perorangan :
untuk penanganan kecelekaan Para pegawai di pabrok koya
obat paracetamol sanmol obat memiliki kebiasaan mandi 2x
demam pusing masuk angin dalam sehari. Kebershian diri
terdapat resiko luka bakar akibat pekerja sudah baik, namun
tidak menggunakan sarung saat melakukan cuci tangan
tangan masih kurang benar karena
menggunakan sabun cuci
puring
1 Anak 3. Penyakit yang banyak 4. Penyakit kronis/menular :
diderita : Dari hasil pengkajian fisik
Pada saat dilakukan pengkajian, dan wawancara dengan para
didapatkan bahwa hampir pekerja tidak ada yang yang
seluruh pekerja Sehat mengalami penyakit kronis.
2 Remaja 17 5. Pola makan :
Dari hasil wawancara
didapatkan bahwa seluruh
pegawai memiliki pola makan
yang teratur. Biasanya makan
2-3 kali sehari dan minum
sebanyak 6-8 gelas per hari
3 Produktif 38 6. Pola tidur : Hasil 7. Kecacatan :
4 Lansia 50 wawancara 2 dari 6 Tidak ada
pekerja selalu tidur siang,
karena diberikan waktu
istirahat saat bekerja. Pada
malah hari seluruh
pegawai tidur sekitar 5-6
jam.
PSIKOLOGIS KELOMPOK
DISTRIBUSI
1. Keadaan emosi: 2. Kebiasaan buruk:
PENDIDIKAN

12
1 Tak tamat …. % Seluruh pekerja dalam keadaan Melakukan cuci tangan
SD Orang stabil, jika mengalami dengan sabun cuci
permasalahan dibicarakan piring dan tidak
biasanya dengan musyawatah menggunakan sarung
secara bersama-sama. tangan

2 SD …. % 3. Pengambilan keputusan: 4. Ketergantungan


Orang Pengambilan keputusan dalam obat/bahan:
3 SLTP 15 % Home Industry ini adalah Tidak ditemukan
Orang dilakukan oleh pemilik adanya ketergantungan
obat pada para pekerja.
4 SLTA 5 % 5. Mencari pelayanan Kesehatan:
6. Rekreasi:
Orang Pelayanan kesehatan terdekat
Para pegawai
5 PT …. % yang dapat diakses oleh pekerja
mengatakan kegiatan
Orang yaitu Puskesmas Imbanagara .
rekreasi biasanya
Puskesmas ini berjarak 1 km
dilakukan bersama
dengan waktu tempuh 8-10
dengan pekerja lainnya
menit. Untuk menuju pelayanan
setiap hari seperti
kesehatan para pegawai
bercanda bersama dan
menggunakan transportasi
kadang-kadang apabila
pribadi yaitu motor. Untuk
ada libur selalu jalan-
asuransi kesehatan para pekerja
jalan bersama
sebagan mempunyai BPJS.
keluarganya.
DISTRIBUSI AGAMA KEGIATAN SOSIAL KELOMPOK
1 Islam 20 %
1. Keadaan ekonomi
Orang 2. Hubungan di luar
(rata-rata)
2 K. …. % kelompok:
Upah perhari Borongan gimana
Protestan Orang Hubungan di luar
kecepatan mereka bekerja
3 K. Katolik …. % kelompok sangat baik
keseluruhan sampai 3 jt
Orang
4 Hindu …. %
Orang 4. Hubungan antar anggota
3. Kegiatan Organisasi Sosial
5 Budha …. % Kelompok:
Mengikuti kegiatan social di
Orang Hubungan antar anggota
Masyarakat
6 Lain-lain… …. sangat baik
Orang
SPIRITUAL KELOMPOK KULTUR
1. Ketaatan 2. Keyakinan 1. Adat yang mempengaruhi 2. Tabu-tabu:
ibadah: tentang Kesehatan: Tidak ada
Pegawai taat Kesehatan: Tidak ada yang mempengaruhi
dalam Jika ada pegawai
beribadah yang sakit dibawa
seperti shalat 5 ke fasilitas
waktu, shalat Kesehatan

13
jumat bagi
pegawai laki
laki dan
melakukan
pengajian di
masjid
KEADAAN LINGKUNGAN DALAM KEADAAN LINGKUNGAN LUAR
1. Penerangan: 2. Kebersihan dan 2. Pembuangan air
1. Pemanfaatan halaman:
Cukup masuk Kerapihan: Kotor:
Tidak ada halaman karena
ke dalam Tempat produksi Pembuangan
tempat produksi sempit
ruangan kurang bersih limbah langsung di
buang ke Sungai
hanya bekas cuci
tangan cuci piring
cuci bekas cetakan
3. Sirkulasi udara: 3. Pembuangan sampah
4. Sanitasi
Masuk ke dalam 4. Jamban: Sampah produkasi di Kumpulan
Menyediakan air
ruangan Terdapat 1 dan di ambil oleh petugas
untuk cuci tangan
kebersihan
5. Sumber air
Minum: 5. Sumber pencemaran:
6. Lain-lain
Sumur di bantu Limbah produksi
pdam

B. ANALISA DATA

No Analisa data Masalah


1 Ds : Kesiapan
- Pemilik mengatakan bahwa peningkatan koping
pemecahan masalah aktif komunitas (D.0091)
Do :
- Terdapat sumber – sumber daya
yang adekuat untuk mengatasi
stresor
- Tersedia program untuk rekreasi

C. DIAGNOSA, INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI

No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Kesiapan Setelah dilakukan Menejemen keselamatan Menejemen
peningkatan Tindakan keperawatan lingkungan ( .1.14513) keselamatan
koping selama 1x30 menit Observasi lingkungan (I.14513)
komunitas diharapkan status - Identifikasi - Mengetahui
b.d koping keluarga kebutuhan kebutuhan

14
penurunan meningkat dengan keselamatan(mis. keselamtan
tingkat kriteria hasil: kondisi fisik) fisik
penyakit d.d - Pemecah Terapeutik komunitas
Pemilik masalah - Modifikasi - Supaya
mengatakan komunitas lingkungan untuk terhindar dari
bahwa meningkat(5) meminimalkan bahaya dan
pemecahan - Sumber daya bahaya dan resiko resiko
masalah komunitas - Gunakan - Agar
aktif, meningkat(5) perangkat komunitas
Terdapat - Program pelindung terlindungi
sumber – rekreasi Edukasi - Agar
sumber daya meningkat (5) - Ajarkan individu, individu,keluar
yang adekuat keluarga , dan ga dan
untuk kelompok resiko kelompok
mengatasi tinggi bahaya resiko tinggi
stresor lingkungan bahaya
Tersedia - Ajarkan PHBS lingkungan
program cuci tangan - Supaya
untuk komunitas
rekreasi mengetahui
cuci tangan
yang baik dan
benar

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Kesiapan - Mengidentifikasi kebutuhan S:
peningkatan koping keselamatan kondisi fisik - Pemilik
komunitas H: didapatkan kebutuhan keselamatan mengatakan
(D.0091) fisik pekerja bahwa
pemecahan
masalah
- Memodifikasi lingkungan untuk aktif
meminimalkan bahaya dan resiko O:
H: komunitas mengetahui jenis alat - Terdapat
yang bisa membahayakn sumber –
sumber
daya yang
- Menggunakan perangkat pelindung adekuat
H: klien menggunakan pelindung untuk
mengatasi
stresor
- Ajarkan individu keluarga , kelompok,
- Tersedia
resiko tinggi bahaya lingkungan
program
sepertimelakukan penanganan luka
untuk
bakar
rekreasi
H:komuitas melakukan pengobatan
A:
luka bakar dengan bioplasenton
Masalah teratasi

15
P:
- Melakukan pendididkan Kesehatan Intervensi
tentang phbs dihentikan
H: komunitas mencuci tangan dengan
sabun khusus cuci tangan

16
BAB IV PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian keperawatan di area kerja Pabrik Garuda Mas ( KOYA )
ditemukan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Menurut data yang diperoleh, pekerja yang berada di lingkungan kerja mencuci tangan
masih menggunakan Sunlight dimana sunlight adalah Sabun pencuci piring tidak lah
didesain untuk mencuci tangan karena dibuat khusus untuk menghilangkan minyak
yang ada pada alat makan. Mencuci tangan dengan sabun cuci piring justru dapat
mengganggu produksi minyak alami kulit. Selain itu, kandungan fosfat dan pemutih
pada sabun cuci piring dapat membuat kulit menjadi lebih mudah iritasi juga beresiko
membuat kulit kering. Hal tersebut terjadi akibat dari kurangnya pengetahuan karyawan
dan pemilik home industry mengenai sabun cuci tangan yang seharusnya tidak
digunakan untuk cuci tangan.
2. Luka bakar pada home industry koya merupakan jenis luka bakar ringan atau luka bakar
derajat 1. Kecelakaan kerja tersebut terjadi akibat kurang k3 pada saat pengangkatan
cetakan koya saat sudah matang dari oven sehingga terjadilah k3 luka bakar derajat 1
pada karyawan home industry tersebut.

17
BAB V KESIMPULAN

Upaya kesehatan kerja bertujuan untuk menjaga kesehatan pekerja dan


mengoptimalkan produktivitas kerja dengan menyelaraskan kapasitas kerja, beban kerja, dan
lingkungan kerja. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) merupakan bagian dari
usaha kesehatan masyarakat yang menyasar masyarakat pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan, dan masyarakat umum yang menjadi konsumen produk perusahaan untuk
mencegah penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja. Langkah-langkah manajerial dalam kesehatan kerja melibatkan pencegahan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja, perlindungan dari
bahaya lingkungan kerja, dan pemeliharaan kebersihan perusahaan. Ruang lingkup upaya
kesehatan kerja mencakup pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat
pekerja, pencegahan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja,
perlindungan pekerja dari bahaya kesehatan, dan penempatan pekerja sesuai kemampuan
mereka. Kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja adalah tiga komponen utama dalam
kesehatan kerja, dan interaksi yang serasi antara ketiganya diperlukan untuk mencapai
kesehatan kerja yang optimal. Penyakit akibat kerja dan penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan dapat disebabkan oleh paparan lingkungan kerja, dan pengenalan, evaluasi, dan
pengendalian lingkungan kerja penting dalam mencegahnya. Peran perawat dalam program
kesehatan kerja termasuk pemberian perawatan, pendidikan kesehatan, pemantauan
lingkungan kerja, manajemen administratif, dan peran sosial.
Dari hasil pengkajian, dapat disimpulkan bahwa Pabrik Garuda Mas (KOYA) memiliki
beberapa aspek positif, seperti fasilitas P3K, keadaan ekonomi rata-rata yang cukup baik, dan
hubungan yang baik di antara kelompok pekerja. Namun, terdapat masalah dalam kebersihan
tempat produksi, penggunaan sabun yang tidak sesuai, dan pembuangan limbah yang perlu
perbaikan. Selain itu, penting untuk meningkatkan pendidikan kesehatan, khususnya terkait
dengan mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, serta mengatasi risiko luka bakar.
Dengan tindakan perbaikan ini, kualitas asuhan keperawatan di tempat kerja ini dapat
ditingkatkan.

18
BAB VI REKOMENDASI

Rekomendasi untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan di Pabrik Garuda


Mas (KOYA) berdasarkan masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Edukasi Pekerja:
Memberikan pelatihan kepada pekerja dan pemilik home industry tentang
pentingnya mencuci tangan dengan sabun yang sesuai dan aman. Informasikan
bahwa penggunaan sabun cuci piring tidak dianjurkan. Sosialisasikan jenis sabun
cuci tangan yang sesuai untuk digunakan dalam kondisi industri dan keseharian.
2. Implementasi Standar K3:
Pastikan bahwa ada prosedur yang jelas dan pelatihan terkait penanganan barang-
barang panas seperti cetakan koya saat pengangkatan dari oven. Wajibkan pekerja
untuk menggunakan peralatan pelindung diri seperti sarung tangan tahan panas dan
baju lengan panjang. Jika memungkinkan, pabrik dapat memasang peralatan
pengangkatan otomatis untuk mengurangi risiko kecelakaan saat pengangkatan
cetakan yang panas.
3. Audit Kesehatan Kerja:
Lakukan audit rutin mengenai kesehatan kerja, keselamatan kerja, dan kepatuhan
terhadap standar operasional prosedur. Dengan ini, dapat mengidentifikasi masalah
atau risiko yang mungkin ada dan mengambil tindakan preventif sebelum
kecelakaan terjadi.
4. Penanganan Kecelakaan:
Pastikan bahwa terdapat fasilitas penanganan kecelakaan yang memadai, seperti
tempat pertolongan pertama. Jika seorang pekerja mengalami luka bakar derajat 1,
perawat atau petugas kesehatan harus segera memberikan perawatan pertolongan
pertama, termasuk pembersihan dan penutupan luka. Pastikan pekerja mendapatkan
asuhan keperawatan yang baik dan segera mendapatkan bantuan medis jika
diperlukan.
5. Pengawasan Berkala:
Lakukan pengawasan berkala terhadap kualitas kesehatan kerja dan asuhan
keperawatan yang diberikan. Pastikan bahwa perawat yang terlibat dalam
memberikan asuhan keperawatan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arifin B.A, dkk. “Faktor Yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di Bagian Coal Yard PT X Unit 3 & 4
Kabupaten Jepara Tahun 2012. Semarang”. Ejournal Undip. 2013.
Sari. “Hubungan Karakteristik Tenaga Kerja Dengan Kecelakaan Kerja”. Skripsi.
Surabaya: FKM Universitas Airlangga. 2015
Hidayati, E., Pratiwi, A., & Aliya, R. (2018). Penatalaksanaan Okupasi Terapi Dalam
Aktivitas Menggunakan Beha Dengan Konsep Bobath Pada Pasien Stroke
Hemiparesis Sinistra Di Klinik Sasana Husada. Jurnal Vokasi Indonesia, 6(1).
Al-Assaf, A. F. (2015). ). Mutu Pelayanan Kesehatan: Perspektif International. Jakarta: Sagung
Seto.
Al-Hussami MO, D. M. and A. I. (2016). Predictors of compliance hand hygiene practice
among healthcare professionals. Healthcare Infection 16: 79–84. Askarian M, Shiraly
R and McLaws L. (2015) Knowledge, attitude, and practice of contact precautions
among Iranian nurse American. Predictors of Compliance Hand Hygiene Practice
among Healthcare Professionals. Healthcare Infection 16: 79–84. Askarian M, Shiraly
R and McLaws L. (2015) Knowledge, Attitude, and
Practice of Contact Precautions among Iranian Nurse American, 79–84.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.).
Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018).
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st
ed.). Jakarta: DPP PPNI. (2018).

20

Anda mungkin juga menyukai