3 Ibid,H 67-80
C. Pemikiran Politik Barat, Klasik, dan Modern.
b. Plato
Adalah murid Socrates yang paling besar hidup tahun 429-374 SM. Pada
tahun 389 SM membuka sebuah sekolah di kota Athena yang diberi nama
Acemadas.5 Saat mengajar di sekolah ini Plato banyak membuat buku - buku yang
berbentuk tanya jawab antara plato dengan gurunya Socrates dengan cara inilah
Plato menghidupakan pemikiran gurunya. Buku yang paling terkenal dibuat Plato
berjudul politea. Buku ini banyak memuat mengenai masalah hukum dan Negara
dan disusul dua buku yang lain berjudul Politikos atau Akhli Negara dan Nomoi
mengenai undang-undang.
Plato adalah pelopor dari ajaran filsafat alam-cita (ideeenleer) yang
menjabarkan kebenaran terdapat dalam ide manusia. Segala benda di bumi
hanyalah bayangan. Apa - apa yang di luar dari manusia adalah tidak sama,
contoh misal di dunia ini banyak aneka jenis sapi dari sapi jawa, sapi Australia dan
sapi metal tapi pada hakekatnya sama – sama sapi. Plato selain ahli dengan
filsafat juga mengeluarkan teori tentang awal mula terbentuknya Negara akibat
dari kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka ragam, yang menimbulkan
kebutuhan yang bermacam-macam yang mengharuskan untuk berkerjasama
dalam satu wadah yang kemudian disebut masyarakat atau Negara. Selain itu
Plato juga mengklasifikasikan bentuk Negara menjadi lima macam, diurutkan dari
bentuk Negara yang paling tinggi posisnya.
a) Aritokrasi, yaitu Negara yang mana roda pemerintahannya dikuasi oleh
para cendikiawan atau orang ahli di bidang masing – masing yang dalam
menjalankan pemerintahannya berpedoman pada keadilan.
b) Timokerasi. Negara hanya digunakan sang penguasa untuk memenuhi isi
perutnya sendiri. Pada intinya kekayan Negara dikuasai oleh penguasa
yang akhirnya akan melahirkan sekelompok orang yang kaya dihormati
masyarakat dan melahirkan persepsi masyarakat yang pantas untuk
menjadi penguasa adalah orang kaya.
c) Oligarki, adalah bentuk Negara yang lahir dari persepsi masyarakat yang
menganggap yang pantas untuk menjadi penguasa adalah orang kaya.
6 Joseph Losco dan Leonard Williams. Political Theory. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2005. Hlm 247.
7 Ibid. Hlm 248.
8 Ibid. Hlm 249.
9 Ibid. Hlm 250
3. Pemikiran Politik Abad Pertengahan
Zaman pertengahan yang dimaksud di sini dimulai sejak abad ke-13 sampai
awal abad ke-17 di Eropa, dimana terdapat garis yang jelas antara teori politik pada
masa itu. Hubungan public pada masa ini banyak dicampuri oleh gereja, dalam hal
ini pola hubungan antara kerajaan dan gereja. Namun, pada abad ke-18 terjadi
reformasi yang cukup besar dimana kalangan aristokrat tidak diperbolehkan
mengontrol gereja sama seperti mereka mengontrol militer dan kekuatan politik masa
itu.10
Hal di atas menujukkan sebuah revolusi kepausan dalam sejarah Eropa dan
menyebabkan krisis kekuasaan antara gereja dengan kerajaan. Sepanjang abad ke-
13, sering sekali terjadi konflik yang melibatkan Paus Gregory VII dengan Raja Henry
IV, termasuk perubahan posisi antara Paus Innocent IV dengan Raja Frederick II.
Terjadi ketidak pahaman mengenai konstitusi pemilihan Raja dan pangeran terpilih,
dan persetujuan Paus, serta mengenai hubungan antara kerajaan Inggris dengan
kerajaan Perancis dan Spanyol.
Kedudukan Paus dalam gereja juga menjadi kontroversi karena Paus
memberikan dukungan terhadap ‘mendicant orders’ dan hal itu semakin
meruncingkan oposisi dari uskup dan pendeta. Juga terjadi sengketa antara otoritas
gereja peraturan sekuler apakah pendeta dibebaskan dari pajak dan dari pengadilan
criminal umum, dan apakah uang yang dikumpulkan oleh gereja lokal seharusnya
digunakan oleh kepausan untuk membiayai pasukan Perang Salib melawan
Saracens tapi juga kampanye militer di Eropa.
Persengketaan semacam ini semakin meruncing di akhir abad ke-13 ketika studi
mengenai hukum, filosofi, dan teologi berada pada level yang tinggi. Sampai pada
abad ke-14, perdebatan yang rumit dan panjang terjadi antara Paus Boniface VIII,
Raja Philip dari Perancis, Paus John XXII, Raja Roma ‘Ludwig dari Bavaria’, orang-
orang Perancis, dan Universitas Perancis. Hal ini terjadi karena pakar teologi
menciptakan banyak sekali perjanjian yang mengkhawatirkan hubungan antara
agama dan pemerintahan sekular, konstitusi Gereja, konstitusi pemerintahan sekuler,
yang pada akhirnya berujung pada hukum dan filosifi pengikut Aristoteles.11
a. Aurelius Augustinus (356-430)
Aurelius Augustinus atau Santos Augustinus adalah seorang filsuf, ahli
ilmu agama dan Bapa Gereja Barat yang dilahirkan di Tagaste (kini Souk-Ahras)
Algeria pada 13 November 354. Ibunya adalah seorang Kristen yang saleh,
sedangkan Ayahnya adalah seorang penyembah berhala. Augustinus mengikuti
jejak ayahnya sebagai seorang penyembah berhala.12
Pada umur sebelas tahun Augustinus berangkat ke Madaurus untuk
belajar bahasa latin. Pada umur tujuh belas tahun ia berangkat ke Karthago
10 Soehino, “Ilmu Negara”,(Yogyakarta:Liberty,2005),hlm.48.
11 Ibid.hal.50.
12 Pramana, KA Pudja, “Ilmu Negara”,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2009),hlm:68.
untuk mempelajari filsafat retorika selama dua tahun dan di sanalah Augustinus
mengenal ajaran-ajaran Mani(216-276 SM) dan tak beberapa lama ia
memutuskan untuk memeluk agama Manichean.
Pada 383 SM, ia berpindah ke Roma dan menganut skeptisisme yang
mengajarkan bahwa di alam dunia tidak ada kepastian, sehingga manusia tidak
mungkin mencapai kebenaran. Pada tahun berikutnya ia pindah ke Milan untuk
memerdalam Noeplatonisme yang meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi
tidak diciptakan oleh Tuhan. Di kota itulah Augustinus merintis karir sebagai
pengajar filsafat dan berkenalan dengan Uskup Besar Santo Ambrose yang
menunjukan kebenaran dan keagungan Tuhan sehingga Augustinus bertobat
dan memeluk Kristen pada usia 32 tahun.13
b. Thomas Aquinas
Thomas telah menelurkan beberapa tulisan mengenai kekuasaan paus di
Eropa. Tulisan pertamanya yaitu Scriptum super libros sentetiarum “ketika dua
kekuasaan berkonflik, yang mana yang harus kita patuhi?”. Jawaban yang muncul
adalah, jika yang otoritas yang asli datang dari yang lain, maka ketaatan yang
semestinya adalah terhadap otoritas yang asli. Misalnya kekuasaan pendeta yang
diberikan oleh paus, maka yang harus dipatuhi adalah paus.
Sedangkan, jika yang berkonflik adalah dua kekuasaan yang tertinggi yakni
gereja dan kerajaan, ketaatan harus diberikan terhadap pemegang kekuasaan
tertinggi melihat permasalahan itu apakah berkaitan dengan spiritual atau
duniawi. Hal ini dikarenakan bahwa baik kekuasaan spiritual maupun duniawi
berasal dari Tuhan. Masyarakat harus patuh pada paus dalam persoalan yang
menyangkut hal-hal yang telah ditentukan oleh Tuhan atau dengan kata lain yang
menyangkut urusan keagamaan. Di lain sisi, masyarakat harus patuh terhadap
kerajaan jika yang dipersengketakan adalah permasalahan sipil.
Namun, Thomas menambahkan bahwa kekuasaan spiritual dan duniawi
dipegang hanya oleh satu orang, paus, yang oleh Tuhan telah ditunjuk sebagai
perpanjangan tangannya di dunia untuk mengurusi urusan spiritual dan duniawi.
Pada level yang rendah, memang kekuasaan spiritual dan duniawi dipegang oleh
dua orang berbeda. Namun pada level yang lebih tinggi, kedua kekuasaan ini
dipegang oleh satu orang yaitu paus.
Tulisan keduanya, De regno, menyatakan bahwa Negara (pemerintahan)
bukanlah hal yang abadi alias akan berakhir pada waktunya dan terdiri dari
individu dengan tujuan masing-masing. Negara ada untuk menjamin keamanan
rakyatnya, keamanan yang dimaksud adalah keamanan yang virtual yang nyata
dan juga keamanan yang hakiki yaitu surga.
Kepausan menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia harus mencapai
keamanan hakiki, maka dari itu Tuhan membangun gereja di muka bumi agar
13 Ibid. hal.69.
manusia bisa menerima bantuan khusus dari Tuhan (God’s special help) berupa
pengampunan. Gereja adalah agensi manusia dari Tuhan yang sengaja dibangun
agar manusia bisa lebih mudah meminta pengampunan dan melakukan
pengorbanan sebagai usaha penebusan dosa.
Di sinilah tugas Negara (pemerintah) untuk mengarahkan rakyatnya agar
mau mengejar surga yang dijanjikan. Bahkan gereja juga menginginkan adanya
pengaplikasian hukum gereja dalam kehidupan bermasyarakat seperti, bunuh diri
bagi yang bersalah dan pengorbanan untuk penebusan dosa.
Di era ini terdapat, hirarki antara gereja dan pemerintah. Pemerintah hanya
menginginkan tujuan kesejahteraan secara virtual, fisik, dan nyata. Sedangkan
tujuan akhir bukanlah itu melainkan surga dan hanya bisa dicapai jika seseorang
benar-benar taat pada agamanya (Kristen).
Sehingga, peraturan sekuler harus ditetapkan oleh paus karena hanya
dialah yang bisa menyediakan jalan menuju tujuan akhir yang tingkatannya lebih
tinggi dibandingkan tujuan yang diberikan oleh Negara.
a. Niccolo Machiavelli
Niccolo Machiavelli dilahirkan di Florence 3 Mei tahun 1469 dan meninggal
21 Juni 1527. Berasal keluarga bangsawan yang termahsyur. Ayahnya seorang
pengacara yang terkadang menangani urusan public di Negara-kota Florence. 14
Tahun 1498 ia ditunjuk sebagai sekretaris utama Republik Florence dan
menjabat selama 14 tahun. Dari sinilah ia mendapat kesempatan melihat
manajemen intern dan ekstern Negara. Karena disamping tugas domestiknya, ia
14 Henry J. Schmandt. Filsafat Politi Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Modern. Cet. III. United
States of America: The Bruce Publishing Company. 2009. Hlm 248.
seringkali dikirim ke luar negeri dan sempat berjumpa dengan tokoh-tokoh politik
seperti Louis XII dan Maharaja Maximilian.
Tahun 1512, ia ditahan dalam operasi pengusiran Prancis dari Italia
kemudian diasingkan ke tanah kelahirannya dekat San Casciano. Di tempat
inilah ia mulai menulis karya-karya besarnya termasuk il Principe, Discourses, A
History of Florence, dan Mandragola.
Machiavelli hidup dalam situasi yang sulit, karena politik di Italia dalam era
penuh pergolakan, perpecahan golongan dan terjadinya kecemburuan yang
menimbulkan meluasnya kekerasan dan pengkhianatan jabatan public serta
konspirasi dan pembunuhan. Salah seorang gurunya, Cesare Borgia adalah
orang yang kejam tetapi terampil, dan tidak ambil pusing dengan pembunuhan
terhadap saudaranya sekalipun jika hal itu demi kepentingannya. Dengan latar
belakang inilah Machiavelli membangun filsafat politiknya.
Beberapa teori atau pemikiran politiknya tertuang di dalam bukunya yang
berjudul il principe dan discourses. Ia berpendapat bahwa rezim terbagi pada
dua tipe yaitu principality dan republik. Dalam bukunya il Principe, ia memberikan
nasihat yang cukup mengusik bagi setiap penguasa yang berkeinginan
menaklukan atau mereformasi serta mempertahankan sebuah negara. Untuk
melakukannya penguasa mesti mengikuti jalur yang mengedepankan kebutuhan,
kejayaan dan kebaikan negara. Karena hanya dengan machismo, semangat
keprajuritan, dan pertimbangan politik, penguasa dapat memenuhi kewajiban
pada negara dan keabadian sejarah. Selain itu, Macchiavelli berpendapat
tentang penguasa yang bijak hendaknya memiliki hal-hal di antaranya :
a) Sebuah kemampuan untuk menjadi baik sekaligus buruk, baik dicintai
maupun ditakuti,
b) Watak-watak seperti ketegasan, kekejaman, kemandirian disiplin, dan
control diri,
c) Sebuah reputasi menyangkut kemurahan hati, pengampun, dapat
dipercaya dan tulus.15
Oleh karena itu, Machiavelli dikenal sebagai pemikir yang tidak
mengindahkan nilai-nilai moral.
Sedangkan dalam Discourses, ia mengalihkan perhatiannya pada
penciptaan, penjagaan dan renovasi sebuah pemerintahan. Perhatian utamanya
adalah menunjukkan bagaimana pemerintahan dapat mendorong stablitas dan
kebebasan sambil menghindari pengaruh korupsi yang membuat lemah. Karena
bagi Macchiavelli, keamanan dan kejayaan merupakan ambisi politik yang
dikejar dalam batas yang ditentukan akal, kearifan, nasib baik dan kebutuhan.
15 Joseph Losco dan Leonard Williams. Political Theory. Jilid II. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2005. Hlm 19-20
b. Thomas Hobbes
Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan di Malmesbury, sebuah kota kecil
yang berjarak 25 kilometer dari London. Ia dilahirkan pada tanggal 15 April 1588.
Ketika Hobbes dilahirkan, armada Spanyol sedang menyerbu Inggris. Ayah
Hobbes adalah seorang pendeta di Westport, bagian dari Malmesbury. Ayahnya
bermasalah dengan pihak gereja sehingga melarikan diri dari kota tersebut dan
meninggalkan Hobbes untuk diasuh oleh pamannya. Pada tahun 1603-1608,
Hobbes belajar di Magdalen Hall, Oxford pada usia 14 tahun.16 Di tempat inilah ia
mengembangkan suatu kebencian kepada para filsuf klasik dan
ketidakpercayaan terhadap kehidupan akademik.
Gejolak politik di dalam negeri, menyebabkan Hobbes menghadirkan
tulisan-tulisan politik, dan yang paling terkenal adalah leviathan pada tahun
1651. Leviathan terbagi menjadi empat bagian yaitu tentang manusia (of man),
tentang persemakmuran (of commonwealth), dan tentang persemakmuran
Kristen (of a commonwealth), dan tentang kerajaan kegelepan (of the kingdom of
darkness). Hobbes berpendapat bahwa manusia digerakkan oleh gairah-gairah
dan nafsu-nafsu, yang mana dapat menciptakan konflik karena adanya hasrat
untuk mendapat opini baik dari orang lain. Selain itu, manusia pun memiliki
gairah membara akan kekuasaan yang hanya berhenti dengan kematian.
Namun, meskipun seperti itu terdapat juga gairah yang membuat condong
kepada kedamaian karena ketakutan terhadap kematian. Dapat disimpulkan
bahwa manusia perlu bersatu di bawah sebuah kontrak demi kepentingan
perdamaian, keselamatan dan penjagaan bersama, yang dapat terlaksana jika
masing-masing individu melakukan hal yang sama. Maka jelaslah bahwa Hobbes
lebih menyukai system monarki karena memiliki keamanan terbesar dengan
kemungkinan kejahatan terkecil yang dibawa oleh golongan.
c. John Locke
Dilahirkan di Wrington, Somerset dekat Bristol, Inggris pada tahun 1632.
Ayahnya seorang jaksa dan panitera hukum yang membesarkannya dengan
berpegang teguh pada aturan-aturan. Sebagai seorang pemuda, ia belajar
karya-karya klasik di Westminster School dan mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan studi di Christ Church dan Oxford.
Setelah menyelesaikan studinya, ia mulai berkecimpung dalam praktik
hukum sebagai sekretaris perutusan di istana Bradenburg di Jerman dan
pemikir. Karyanya yang paling besar adalah the second treatise of government.
Dalam bukunya, ia mengungkapkan pemikiran tentang sifat manusia dan
politik. Layaknya Hobbes, ia pun mengadopsi kontrak sebagai instrumen untuk
mendirikan masyarakat dan pemerintahan.17 Perbedaannya, jika Hobbes
16 http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_hobbes.
17 Losco dan Williams. Hlm 135-136.
menyetujui bahwa pemerintahan itu berbentuk monarki, sedangkan Locke tidak.
Karena memberikan seluruh kekuasaan kepada satu pemegan kedaulatan atas
nama perlindungan diri kita satu sama lain, sebagaimana disarankan Hobbes,
akan seperti pencegahan kejahatan yang dilakukan “kucing-kucing liar atau
rubah-rubah” agar dapat dimangsa “singa-singa”.18
Kemudian dalam maksudnya untuk menciptakan masyarakat politik, dan
mencegah munculnya negara totaliter maka Locke membagi kekuasaan negara
kepada 3 bagian, yaitu legislatif, eksekutif dan federatif.
Kekuasaan legislatif adalah lembaga yang membuat undang-undang dan
peraturan-peraturan hukum fundamental lainnya.
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang melaksanakan undang-
undang dan peraturan-peraturan hukum yang dibuat oleh kekuasaan
legislatif.
Kekuasaan federatif adalah kekuasaan yang berkaitan dengan masalah
hubungan luar negeri, kekuasaan menentukan perang, perdamaian, liga
dan aliansi antarnegara, dan transaksi-transaksi dengan negara asing.19
Ketiganya harus terpisah dan tidak boleh bersatu dalam satu lembaga saja,
karena jika bersatu dalam satu lembaga akan terjadi sentralisasi
kekuasaan.
d. Montesquieu
Bernama lengkap Charles Louis de Secondant Baron de Montesquieu,
dilahirkan di dekat Bordeaux, Prancis pada 18 Januari 1689 dan meninggal pada
10 Februari 1755. Ia anak dari keluarga bangsawan. Montesquieu sempat
mengenyam pendidikan di Juilly dan Bordeaux. Memulai karirnya sebagai
pengacara di pengadilan dan pada akhirnya terkenal sebagai pengarang serta
ilmuwan di usia 30an. Tulisannya yang paling membekas dan memberikan
pengaruh adalah de l’esprit des lois (semangat hukum).
Pemikiran Montesquieu tentang teori politik yang terkenal adalah yang
sering disebut dengan trias politica yakni pembagian kekuasaan agar tidak
terjadi kekuasaan absolut. Teori ini sebenarnya hampir sama dengan pemikiran
pendahulunya John Locke. Perbedaannya, jika John Locke dalam teori
pembagian kekuasaannya tidak mengemukakan masalah yudikatif maka
Montesquieu mengemukakannya. Jadi, pembagian kekuasaan menurut
Montesquieu adalah legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Mengenai kekuasaan legislatif dan eksekutif, Montesquieu mengikuti atau
sesuai dengan John Locke. Sedangkan kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan
yang bertugas untuk menegakkan keadilan.
e. Jean-Jacques Rousseau
Lahir di Jenewa, Swiss, 28 Juni 1712 – meninggal di Ermenonville, Oise,
Perancis, 2 Juli 1778. Ia dikenal sebagai pemikira yang memiliki pengaruh
sangat luas, bukan hanya dalam politik tetapi juga di bidang filsafat, dan
kesusastraan. Kehidupannya penuh warna sekaligus tragis. Ibunya meninggal
ketika melahirkannya sehingga ia diasuh oleh saudara ibunya. Sedangkan
ayahnya seorang pembuat jam, dan guru dansa. Namun ayahnya
meninggalkannya pada usia 10 tahun demi gaya hidup yang ugal-ugalan.21
Terkenal pula sebagai bapak gerakan romantik yang mulai menjelma di
Eropa pada abad ke-18. Gerakan ini menunjang apa yang disebut la sensibilite
(sensibility), yaitu kecenderungan kepada emosi yang digerakkan secara
langsung dan kuat dan bukan disertai pemikiran sebelumnya. 22 Mereka dari
golongan ini akan menangis ketika suatu keluarga miskin tetapi bersikap dingin
terhadap pemikiran yang akan mengangkat derajat hidup keluarga miskin itu.
Karyanya terbesar adalah The Social Contract. Dalam buku ini, ia
membahas mengenai keadaan alami manusia sebelum terbentuknya negara,
yang mana ia merumuskan teorinya tersebut hasil dari membaca karya-karya
Thomas Hobbes, John Locke.
Kontrak sosial menurut Rousseau adalah individu-individu dalam
masyarakat sepakat untuk menyerahkan sebagian hak-hak kebebasan dan
kekuasaaan yang dimilikinya kepada suatu kekuasaan bersama. Hasil dari
kontrak sosial ini biasa disebut dengan negara.23
Negara yang diberi legitimasi untuk mengatur unsure-unsur kehidupan
manusia, menurut Rousseau harus memiliki dua hal , yaitu kemauan dan
kekuatan. Kemauan adalah kekuasaan legislatif dan kekuatan adalah kekuasaan
eksekutif. Dan dalam sistem pemerintahan, ia mengidealkan bentuk republik.
Kemudian ia pun tidak setuju dengan adanya perwakilan rakyat dan partai politik.
Karena menurutnya itu hanya mengahalangi hubungan antara manusia dan
negara. Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang mendukung sistem
demokrasi langsung, yang diambil contohnya dari negara-negara kota di Romawi