Anda di halaman 1dari 19

USULAN PENELITIAN

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK
PEMBANGUNANAN BENDUNGAN SIDAN
KABUPATEN BADUNG

I KETUT MAHARDIKA PUTRA

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam
rencana strategisnya menargetkan akan terbangun 65 bendungan di seluruh
Indonesia dengan kapasitas tampung sebesar 2,11 miliar meter kubik. Pada
mulanya bendungan dibangun hanya untuk memenuhi kebutuhan air irigasi saja,
namun dengan meningkatnya kebutuhan air untuk sektor lain, maka dewasa ini
dibangun bendungan dengan fungsi lain misalnya sebagai pembangkit tenaga
listrik, penyediaan air bersih atau pengendali banjir. Fungsi bendungan biasanya
menjadi ganda atau serba guna.
Pada tahun 2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) tengah membangun Bendungan Sidan di Kabupaten Badung, Bali, untuk
mendukung ketersediaan air baku di Pulau Dewata yang menjadi salah satu
destinasi wisata favorit dunia. Bendungan Sidan adalah bendungan yang terletak
di Kabupaten Badung Provinsi Bali. Bendungan ini direncanakan akan memiliki
kapasitas sebesar 3,82 juta m³ diharapkan dapat mengairi lahan seluas 4595 Ha,
menyediakan pasokan air baku sebesar 1,75 M³/detik, dan juga memiliki potensi
sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh). Bendungan Sidan
adalah bendungan tipe Zonel dengan Inti Tegak memiliki Panjang puncak 158
meter serta lebar puncak 8,5 meter yang sumber airnya berasal dari Sungai
Ayung. Bendungan juga dilengkapi terowongan pengelak sepanjang 555 meter
dengan diameter 5 meter yang berfungsi untuk pengendali banjir dari debit masuk
sebesar 405,09 m/detik menjadi 138,20 m/detik debit keluar. Proyek bendungan
senilai Rp 786,32 miliar ini dikerjakan oleh dua perusahaan, yakni PT Brantas
Abipraya dan PT. Universal Suryaprima.
Pembangunan Bendungan merupakan pekerjaan kontruksi yang memiliki
tingkat risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja bagi
para tenaga kerja yang dipekerjakan di tempat tersebut. Sehingga memerlukan
pengawasan yang sangat cermat agar tidak menimbulkan risiko-risiko yang
berdampak kurang baik pada saat konstruksi dan setelah konstruksi untuk

1
2

menekan dampak yang ditimbulkan oleh risiko yang terjadi. Pada dasarnya
keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting dilaksanakan karena untuk
memastikan bahwa pekerja dan orang-orang yang terlibat didalam sebuah
kontruksi tetap berada dalam kondisi yang aman sepanjang waktu mereka bekerja.
Dalam pelaksanaan sebuah kontruksi memiliki tingkat pekerjaan paling berbahaya
yang dapat menyebabkan kematian yang paling banyak, dibandingkan dengan
sektor pekerjaan non kontruksi.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi risiko - risiko kecelakaan kerja
yang paling dominan pada kegiatan proyek pembangunan Bendungan Sidan,
mengidentifikasi risiko dominan (major risk) yang mempengaruhi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3), mengetahui tindakan pengendalian risiko dominan
(major risk) dan mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dan keuntungan
yang diperoleh dari pengendalian resiko dominan (major risk) Bendungan Sidan
di Kabupaten Badung. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
perusahaan konstruksi dalam mempertimbangkan dan mengembangkan program
K3, sebagai metode untuk meminimalisasikan kecelakaan kerja atau yang sering
disebut dengan zero accident.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:.
1. Apa saja risiko-risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
termasuk dominan (major risk) pada proyek pembangunan Bendungan
Sidan ?
2. Bagaimana tindakan pengendalian risiko dominan (major risk)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek pembangunan
Bendungan Sidan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
3

1. Mengidentifikasi risiko-risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


yang termasuk dominan (major risk) pada proyek pembangunan
Bendungan Sidan.
2. Mengetahui tindakan pengendalian risiko dominan (major risk)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek pembangunan
Bendungan Sidan.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu referensi Analisis Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi berikutnya.
2. Mengendalikan risiko dominan (major risk) Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang akan terjadi pada proyek Bendungan
berikutnya.
3. Menjadi acuan bagi perusahaan konstruksi dalam mempertimbangkan
dan mengembangkan program K3, sebagai metode untuk
meminimalisasikan kecelakaan kerja atau yang sering disebut dengan
zero accident.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bendungan
2.1.1 Pengertian Umum
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal 1 Tahun 2010 tentang
Bendungan, bahwa bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah,
urukan batu, beton, dan atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan
dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah
tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
Bendungan atau waduk merupakan wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat
dibangunnya bendungan.
Menurut Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997, bendungan adalah setiap
bangunan penahan air buatan, jenis urugan atau jenis lainnya yang menampung air
atau dapat menampung air, termasuk pondasi, bukit/tebing tumpuan, serta
bangunan pelengkap dan peralatannya, termasuk juga bendungan limbah galian,
tetapi tidak termasuk bendung dan tanggul.
Sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di
musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi
kebutuhan baik untuk keperluan, irigasi, air minum, industri atau yang lainnya.
Dengan memiliki daya tampung tersebut sejumlah besar air sungai yang melebihi
kebutuhan dapat disimpan dalam waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam
sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan pada saat diperlukan. Sebuah
bendungan dapat dibuat dari bahan bangunan urugan tanah campur batu
berukuran kecil sampai besar atau dari beton.
Bila aliran sungai yang masuk ke dalam waduk tersebut melebihi air yang
dialirkan ke luar waduk sesuai dengan kebutuhan, maka isi waduk makin lama
makin penuh dan dapat melampaui batas daya tampung rencananya, sehingga
permukaan air dalam waduk akan naik terus dan akhirnya melimpas. Untuk
mencegah terjadinya limpasan air pada sebuah bendungan, limpasan air itu

4
5

dilokalisir pada bangunan pelimpah yang lokasinya dipilih menurut kondisi


topografi yang terbaik.
Panjang bangunan pelimpah dihitung menurut debit rencana sedemikian
rupa hingga tinggi muka air waduk tidak akan naik lebih tinggi dari pusat
bendungan dan bahkan biasanya direncanakan agar muka air waduk itu lebih
rendah dari puncak bendungan minimum 5 m. Beda tinggi bervariasi dari 5 - 20
m. Tinggi bendungan bervariasi dari sekitar 15 m sampai ratusan meter. Disebut
dengan tinggi bendungan adalah perbedaan elevasi antara puncak bendungan
dengan dasar sungai lama.

2.2 Risiko
2.2.1 Pengertian Risiko
Berbagai definisi dapat diberikan mengenai risiko, namun secara
sederhana artinya senantiasa berkaitan dengan kemungkinan akan terjadinya
akibat buruk atau akibat yang merugikan. Tidak ada metode apapun yang bisa
menjamin seratus persen bahwa akibat buruk itu setiap kali dapat dihindarkan,
kecuali jika kegiatan yang mengandung risiko tidak dilakukan (Darwawi, 2000).
Risiko adalah kejadian yang tidak pasti, jika terjadi mempunyai dampak
negatif atau positif terhadap hasil akhir dan sasaran proyek (PMBOK (Project
Management Body of Knowledge), 2013). Kerzner (2006) mendefinisikan
risiko sebagai kegiatan – kegiatan atau faktor – faktor yang apabila terjadi akan
meningkatkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek yaitu sesuai dengan
waktu, biaya, dan performa. Pengertian resiko menurut Soeharto (1999) adalah
kemungkinan terjadinya peristiwa di luar yang diharapkan.
Salim (2000) mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian atas terjadinya
suatu peristiwa. Pengertian lain menjelaskan bahwa risiko adalah kondisi dimana
terdapat kemungkinan keuntungan / kerugian ekonomi atau finansial, kerusakan
atau cedera fisik, keterlambatan, sebagai konsekuensi ketidakpastian selama
dilaksanakannya suatu kegiatan (Sorrill et al., 1987).
Definisi risiko yang dikemukakan oleh Vaughan (1978) sebagai berikut:
1. Risk is the chance of loss (risiko adalah peluang terjadinya kerugian).
6

Risiko dengan pengertian di atas, biasanya dipergunakan untuk


menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu peluang terhadap
kerugian atau suatu kemungkinan terjadinya kerugian.
2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian)
3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian).

Secara umum risiko dapat berarti peluang timbulnya kerugian (probability


of loss), kesempatan timbulnya kerugian (chance of loss) atau sesuatu yang
tidak pasti (unlcertainty), penyimpangan dari hasil yang diharapkan (the
dispersion of actual from expected result).
Pengertian risiko dalam konteks proyek dapat didefinisikan sebagai suatu
penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial
maupun fisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi
lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Jika dikaitkan dengan konsep peluang,
“risiko” adalah peluang atau kans / chance terjadinya kondisi yang tidak
diharapkan dengan semua konsekuensi yang mungkin muncul yang dapat
menyebabkan keterlambatan atau kegagalan proyek (Judgev, 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
resiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang
kejadian tertentu, jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi yang tidak
menguntungkan. Formula yang digunakan dalam melakukan perhitungan risiko
adalah :
Risk = Consequences x Probability
Menurut Ramli (2010) risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau
perusahaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari
luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat,
lingkungan, skala, dan jenis kegiatannya.
7

2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kera (K3)


2.3.1 Pengertian K3
Pengertian berdasarkan pendapat Megginson (1981) istilah keselamatan
mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Keselamatan
kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan
atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan
pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan
atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan
pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi
yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam
lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan,
lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.
Keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan kondisi-kondisi
fisiologisfisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang disediakan oleh perusahaan. Kondisi fisiologisfisikal meliputi
penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti cedera, kehilangan nyawa atau
anggota badan. Kondisi-kondisi psikologis diakibatkan oleh stres pekerjaan dan
kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap
menarik diri, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan
kecenderungan untuk mudah putus asa terhadap hal-hal yang remeh (Rivai, 2006).
Kesehatan kerja menurut Darmanto (1999) merupakan spesialisasi ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta
terhadap penyakit umum. Status sehat seseorang menurut Blum (1981) ditentukan
oleh empat faktor yaitu :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial budaya.
8

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan dan tingkah laku


3. Pelayanan kesehatan, meliputi : promotif, preventif, perawatan,
pengobatan, pencegahan kecacatan dan rehabilitasi
4. Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Keselamatan kerja menurut American Society of Safety Engineers (ASSE)
diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis
kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.

2.3.2 Sistem Manajemen K3


Secara normatif sebagaimana terdapat pada PERMENAKER No.5 Tahun
1996 Pasal 1, dan juga tertuang dalam PP No.50 Tahun 2012 Pasal 1, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Kemudian sebagaimana yang tertuang dalam PP No.50 Tahun 2012 Pasal 2,
penerapan SMK3 bertujuan untuk:
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
Tujuan sasaran SMK3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang
melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif. Karena Sistem Manajemen K3 bukan hanya tuntutan pemerintah,
9

masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab
pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.
Berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 Pasal 5, negara mewajibkan seluruh
perusahaan menerapkan SMK3 pada perusahaannya. Klasifikasi perusahaan yang
dimaksud adalah perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit
100 (seratus) orang dan memiliki tingkat potensi bahaya yang tinggi.
Kemudian pada pasal 6 dijelaskan bahwa penerapan SMK3 sebagaimana
yang telah dijelaskan diatas mencakup kegiatan sebagai berikut:
1) Penetapan kebijakan K3;
2) Perencanaan K3;
3) Pelaksanaan Rencana K3;
4) Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3;
5) Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.

Gambar 2.1 Sistem Manajemen K3 (PERMENAKER No.5, 1996)


Pemikiran dasar dari K3 adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para
pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya Komitmen dan
Kebijaksanaan Perencanaan Penerapan Peninjauan Ulang dan Peningkatan oleh
Manajemen Pengukuran dan Evaluasi Perbaikan Berlanjut pengendalian semua
10

bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Apabila semua
potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan
memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan
proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko
kerugian dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas. Oleh karena itu
dalam kondisi apapun K3 wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan
standar baik nasional maupun internasional.
Untuk standar keselamatan dan kesehatan kerja internasional, standar yang
banyak dijadikan pedoman adalah standar OSHA. OSHA atau Occupational
Safety and Health Administration adalah bagian dari Departemen Tenaga Kerja
Amerika Serikat yang dibentuk di bawah Undang-Undang Keselamatan dan
Kesehatan, yang ditandatangani oleh Presiden Richard M. Nixon, pada 29
Desember 1970. Misinya adalah untuk mencegah cedera yang berhubungan
dengan pekerjaan, penyakit, dan kematian dengan menerbitkan dan menegakkan
peraturan (standar) untuk kesehatan dan keselamatan kerja.
Ada berbagai macam materi pelatihan standar OSHA tersedia untuk
perusahaan. Pelatihan kepatuhan OSHA dikategorikan oleh tiga jenis industri:
konstruksi dan industri umum, industri maritim, dan kesehatan. Pedoman
konstruksi berlaku untuk sebagian besar pekerjaan yang membutuhkan tenaga
kerja manual yang berat, seperti konstruksi bangunan dan transportasi barang.
Pedoman industri umum digunakan dalam kaitannya usaha industri kecil seperti
industri rumah tangga hingga industri besar seperti pabrik perakitan kendaraan,
pembangkit listrik, pertambangan, dll. Industri maritim mengacu pada setiap
pekerjaan yang terjadi di laut, termasuk pengiriman dan pengeboran lepas pantai.
Rumah sakit, klinik, dan kantor dokter juga harus mengikuti peraturan yang
ditetapkan untuk keselamatan dan kesehatan kerja.

Adapun elemen atau komponen SMK3 menurut OSHA (1999) yaitu:


1. Kepemimpinan manajemen dan keterlibatan karyawan
Kepemimpinan manajemen memberikan kekuatan pendorong dan
sumber daya untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan dalam
11

organisasi. Dalam program yang efektif, manajemen menganggap


keselamatan pekerja dan kesehatan sebagai nilai fundamental.
Keterlibatan pengusaha menyediakan sarana melalui mana pekerja
mengungkapkan komitmen mereka sendiri untuk keselamatan dan
kesehatan, untuk diri mereka sendiri dan sesama pekerja.
2. Analisis tempat kerja
Analisis tempat kerja adalah penilaian operasional, prosedur, proses,
fisik lingkungan dan workstation individu. Melakukan analisis tempat
kerja akan membantu dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko, dan
akan membantu merekomendasikan dan menerapkan metode
pengendalian bahaya. Sebuah analisis tempat kerja berarti bahwa
manajer dan karyawan menganalisis semua kondisi tempat kerja untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan bahaya yang ada atau yang
berpotensi bahaya.
3. Pencegahan dan kontrol terhadap bahaya
Setelah bahaya terdeteksi, semua potensi bahaya harus dicegah,
dikoreksi atau dikontrol. Sistem yang digunakan untuk mencegah dan
mengendalikan bahaya meliputi:
a. Kontrol teknik
b. Pelatihan cara bekerja yang aman
c. Kontrol administrasi
d. Penyediaan alat Pelindung diri
e. Sistem untuk melacak bahaya (alarm)
f. Preventive Maintenance Sistem (Perawatan untuk pencegahan
bahaya)
g. Persiapan dalam situasi darurat
h. Program medis
4. Pelatihan K3
Pelatihan dapat membantu untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk memahami bahaya tempat kerja
dan prosedur yang aman. Isi dari program pelatihan perusahaan dan
12

metode presentasi harus mencerminkan kebutuhan dan karakteristik


tenaga kerja tertentu. Oleh karena itu, identifikasi kebutuhan merupakan
langkah awal yang penting dalam desain pelatihan. Melibatkan setiap
orang dalam proses pelatihan ini dan dalam ajaran berikutnya bisa
sangat efektif.

Semua elemen SMK3 diatas harus diterapkan dan dikontrol implementasinya


secara periodik, baik secara internal perusahaan maupun secara eksternal seperti
dengan audit eksternal.

2.4 Manajemen Risiko K3


Konsep manajemen risiko mulai dikenal di bidang kesehatan dan kesehatan
kerja pada tahun 1980-an setelah berkembangnya model teori accident yang
dikeluarkan oleh ILCI. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk memperkecil
kerugian dan meningkatkan kesempatan atau peluang.Pada dasarnya manajeman
risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun kecelakaan kerja.
Menurut AS/NZS (Standards Australia and Standards New Zealand) 4360
(2004), “Risk management is an iterative process consisting of well-defined steps
which, taken in sequence, support better decision-making by contributing a
greater insight into risks and their impacts.” Manajemen risiko adalah suatu
proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan dengan baik,
mempunyai urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang dapat
ditimbulkan.
Manajemen risiko merupakan metoda yang sistematis yang terdiri dari
menetepkan konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan,
monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan aktivitas
apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari suatu bentuk
manajemen yang baik. Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah
13

yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan yang berkelanjutan. Proses ini
dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk, maupun
asset.
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3
berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan kerugian bagi peusahaan (Ramli, 2010).
Tujuan dari manajemen risiko adalah meminimilisir kerugian dan
meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian
dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong
mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan
terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupun accident.
Menurut Ramli, (2010) manfaat manajemen risiko adalah sebagai berikut :
1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap
kegiatan yang mengandung bahaya
2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan
3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai
kelangsungan dan keamanan investasinya
4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi
bagi setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan
5. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain
(Salim, 2000):
1. Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-
masalah yang rumit.
2. Memudahkan estimasi biaya.
3. Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang
dihasilkan dalam cara yang benar.
14

4. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi


resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
5. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan
berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah.
6. Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat
keputusan.
7. Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
8. Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.

Menurut Darwawi (2000), manfaat dari manajemen risiko yang diberikan


terhadap perusahaan bisa dibagi dalam 5 (lima) kategori utama diantaranya:
1. Manajemen risiko kemungkinan dapat mencegah perusahaan dari
suatu kegagalan.
2. Manajemen risiko dapat menunjang secara langsung peningkatan dari
laba.
3. Manajemen risiko bisa memberikan laba secara tidak langsung.
4. Adanya ketenangan pikiran bagi para manajer disebabkan adanya
suatu perlindungan terhadap risiko murni, adalah harta non material
untuk perusahaan tersebut.
5. Manajemen risiko dapat melindungi sutau perusahaan dari risiko
murni, dan karena pelanggan dan pemasok lebih menyukai
perusahaan yang mempunyai perlindungan, secara tidak langsung
dapat meningkatkan public image.

2.4.1 Analisis Risiko


Analisis risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan
mempertimbangkan antara estimasi konsekuensi dengan perhitungan terhadap
program pengendalian yang telah dilakukan.Analisis pendahuluan (pre- eliminary
analysis) dapat dibuat terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran mengenai
keseluruhan risiko yang ada kemungkinan disusun urutan risiko dari yang kecil
15

sampai besar.Untuk risiko-risiko yang kecil sementara dapat diabaikan dan


prioritas dapat diberikan terhadap risiko-risiko yang cukup signifikan dapat
menimbulkan kerugian.
16
DAFTAR PUSTAKA

Aftortu, M.R. 2019. Analisis Resiko Proyek Konstruksi Studi Kasus Bendungan
Way Sekampung Paket 2 Dengan Metode Failure Mode And Effect Analysis
Dan Domino.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
AS/NZS 4360. 2004. Standards Australia and Standards New Zealand ; Risk
Management.
Blum, L.H. 1981. Planning for Health: Generics for The Eighties.
Darmanto, R. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Darwawi, H. 2000. Manajemen Asuransi. Jakarta: Bumi Aksara.
Idrus, M. 2009. Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara
Pratama.
Judgev, K. 2010. Project Management: The Managerial Process. International
Journal of Managing Projects in Business, .
Kerzner, H. 2006. Projet Management : A System Approach to Planning,
Schedulling, and Controlling. Inc. Ninth. New Jersey.
Lisenkov, V.M., Bestemyanov, P.F. 2015. Safety and Risk Management. JITA -
Journal of Information Technology and Applications (Banja Luka) -
APEIRON, .
Megginson. 1981. Organization Behavior Development Managerial Skills. New
York.
OSHA. 1999. Occupational Safety and Health Administration.
Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997. Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997.
, (1997).
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal 1. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal
1. , (2010).
PERMENAKER No.5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 1996
Pasal 1. , (1996).
PMBOK (Project Management Body of Knowledge). 2013. Project Management
Body of Knowledge (PMBOK). In Project Management Institute.
PP No.50. Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. , (2012).
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Dian
Rakyat, Jakarta, .
Rivai, V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Rivai, Vei.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Salim, A. 2000. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional).
Jilid 1. Jakarta.
Sorrill, C.M., Cooper, D., Chapman, C. 1987. Risk Analysis for Large Projects:
Models, Methods and Cases. The Journal of the Operational Research
Society, .
Trieschman, Hoyt, Gustavson. 2001. Risk Management and Insurance. Eleventh
E. South Western College.
Vaughan. 1978. Fundamentals of Risk and Insurance. Second Edi.
Wiyasa, I.W., Putera, I.G.. A., Nadiasa, M. 2015. Manajemen Risiko Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Ciputra World
Jakarta. Jurnal Spektran, 3(1): 1–9.

Anda mungkin juga menyukai