D I R E K T O R A T J E N D E R A L S U M B E R DAYA A I R
B A L A I B E N D U N G A N
BIMBINGAN TEKNIS
RENCANA TINDAK DARURAT DAN
ANALISIS KERUNTUHAN BENDUNGAN
PENGATURAN DAN
KONSEPSI KEAMANAN
BENDUNGAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
GARIS BESAR PENGATURAN KEAMANAN BENDUNGAN
sungai, danau, waduk dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, system
irigasi, air hujan dan air laut yang berada di darat.
3) Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2000, tentang Peran Masyarakayat
Jasa Konstruksi Ps 15: Tenaga kerja konstr harus mengikuti sertifikasi
keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja.--> digantikan PP 4 tahun
2010
4) Peraturan Pemerintah RI nomor 29 tahun 2000, tentang Penyelenggaran Jasa
Konstruksi Ps 26: perencanaan pek konstr dg risiko sedang, harus dilakukan
studi kelayakan, perenc umum dan perenc teknik. Ps 29: pekerjaan tertentu
(bendunga, listrik, nukli) wajib dilakukan uji coba atau disahkan oleh instansi
yang berwenang (yang membidangi: pengairan, pembangkit listrik, kenukliran).
5) Peraturan Pemerintah RI no.37 tahun 2010 tentang Bendungan.
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 98/KPTS/1993 tentang
Organisasi Keamanan Bendungan.
7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 72 tahun 1977 jo
Kepmen.Kimpraswil nomor 296/KPTS/M/2001 tentang Keamanan
Bendungan.
8) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor KPTS/M/2001,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Keamanan Bendungan.
9) SNI no.1731-1989-F Tata Cara Keamanan Bendungan.
Jenis kajian dan persetujuan serta izin yang dikeluarkan dalam rangka keamanan
bendungan adalah sebagai berikut:
No. Jenis kajian Jenis persetujuan dan izin keamanan
bendungan
1. Kajian desain Persetujuan desain izin pelaks konstruksi
2. Kajian pelaksanaan kons- Persetujuan pengisian awal waduk
truksi (+ kesiapan OP) Izin pengisian awal waduk
3. Kajian pelaksanaan pengi- Persetujuan pengoperasian bendungan,
sian awal waduk Izin operasi
4. Kajian penghapusan fungsi Persetujuan penghapusan fungsi bendungan
bendungan izin penghapusan fungsi
Setiap pembangunan bendungan baru, harus melalui tiga tahapan kajian dan
mendapat 3 macam persetujuan seperti pada butir 1), 2) dan 3); demikian pula
untuk kegiatan perubahan dan rehabilitasi bendungan.
Untuk memperoleh persetujuan desain, lebih dulu pemrakarsa pembangunan harus
penggunaan sumber air dan persetujuan prinsip pembangunan bendungan yang
dikeluarakan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
Pelaksanaan konstruksi bendungan, baru boleh dilaksanakan setelah dokumen
desain dikaji, dievaluasi dan mendapat persetujuan dari Menteri. Demikian pula
waduk baru dapat diisi setelah pelaksanaan konstruksi dikaji, dievaluasi dan
mendapat persetujuan pengisian dari Menteri. Terakhir bendungan baru boleh
dioperasikan setelah dilakukan kajian dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengisian
awal dan mendapat persetujuan operasi dari Menteri. Jenis laporan yang perlu dikaji
disajikan pada lampiran 3; 4; 5 dan 6.
2.7. Rangkuman
1) Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan
potensi bahya yang besar pula.
2) Pengaturan keamanan dimaksudkan untuk mencegah atau sekurang-
kurangnya, dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dari potensi bahaya
bendungan.
3) Setiap pembangunan bendungan harus melalui tiga tahapan kajian dan
mendapat tiga macam persetujuan dari Menteri PU, yaitu: kajian desain untuk
persetujuan desain, kajian pelaksanaan konstruksi untuk persetujuan pengisian
awal waduk dan kajian pelaksanaan pengisian awal untuk persetujuan
pengoperasian bendungan.
4) Keamanan suatu bendungan merupakan tanggung jawab pemilik bendungan.
2.8. Latihan
1) Jelaskan kenapa diperlukan adanya pengaturan keamanan bendungan?
BAB III
KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN
KEAMANAN BENDUNGAN
I Upaya mengurangi risiko I I Upaya menjaga risiko yang ada agar tidak memburuk I
Gambar 2. Bagan konsepsi keamanan bendungan
semua kondisi beban kerja serta semua kondisi operasi (normal dan luar biasa).
Kemudian konstruksi harus dilaksanakan sesuai desain dan mematuhi peraturan,
standar dan pedoman yang berlaku. Kegiatan pada pilar 1 adalah merupakan
upaya untuk memperkecil risiko kemungkinan terjadinya kegagalan bendungan.
A B
Gambar 10. Contoh longsoran lereng hilir akibat erosi buluh (piping)
- Uji operasi
PENGUKURAN/ PEMERIKSAAN/
PEMBACAAN INSPEKSI UJI OPERASI
Gambar 15. Ilustrasi alur pekerjaan pembacaan atau pengukuran, pencatatan dan
perhitungan yang dilakukan oleh petugas lapangan; pengiriman data
dari lapangan ke kantor induk sampai evaluasi data oleh engineer yang
berpengalaman.
Persiapan
3.4.2. Strategi
Strategi daIam penanganan keadaan darurat, terdiri dari : identifikasi
ancaman keamanan bendungan, penetapan siaga bendungan dan tindak
penanganan.
Secara garis besar, bendungan akan selalu mengalami ancaman dari
fenomena alam dan manusia, berupa:
(1) Perilaku bendungan yang abnormal
(2) Longsoran
(3) Banjir
(4) Gempa
(5) Sabotase
(6) Serangan disaat perang.
Upaya penanganan atau pencegahan yang dilakukan tergantung pada jenis
ancaman tangkat bahaya anncaman. Sesuai dengan tingkat bahaya
ancaman, ditetapkan tiga tingkat SIAGA BENDUNGAN, yaitu tingkat
terendah=siaga I, menengah=siaga II, yang tertinggi siaga I.
Pada gambar 18 diperlihatkan tiga tingkat siaga bendungan beserta tindakan
yang harus dilakukan yang diawali dengan identifikasi adanya ancaman.
Pada gambar 19 diperlihatkan garis besar penanganan atau pencegahan
terhadap ancaman keamanan bendungan (disederhanakan).
3.4.3. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada persiapan, yaitu:
- planning,
- penyiapan peralatan,
- pembentukan organisasi penanggulangan bencana
a. Planning
Kegiatan yang dilakukan:
- Penetapan daerah potensi genangan banjir berdasar analisis
keruntuhan bendungan (dam break analysis)
- Pembuatan peta evakuasi, termasuk arti tanda bunyi sirine dan
bagaimana/apa yang harus dilakukan penduduk, arah dan jalan
pengungsian, titik pertemuan pengungsi.
b. Penyiapan peralatan
Peralatan yang harus disiapkan adalah peralatan system gawar darurat
atau sistem peringatan dini, berupa sirine di bendungan dan di daerah
potensi genangan banjir di hilir. Disamping itu juga penyiapan bahan yang
diperlukan pada saat terjadi kondisi darurat, yang dapat berupa bahan
banjiran yang diperlukan untuk perbaikan sementara dan bahan yang
diperlukan di tempat pengungsian,
c. Pembentukan organisasi penanggulangan bencana
Organisasi penanggulangan bencana keruntuhan bendungan tidak
dibentuk secara khusus, tapi menggunakan organisasi Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana (Satlak PB/Satkorlak PB) yang telah ada di
daerah. Yang diperlukan adalah memerinci secara jelas tugas setiap
instansi anggota Satlak PB atau Satkorlak PB, bila terjadi bencana
keruntuhan bendungan, dan juga system komunikasinya.
d. Pelatihan dan sosialisasi
Pelatihan yang dilakukan berupa pelatihan bagi petugas O&P bendungan
dan pelatihan/simulasi bagi anggota Satlak PB serta sosialisasi terhadap
penduduk secara bijaksana,
Gambar 20. Hal-hal yang harus di uraikan dan ditetapkan dalam Rencana
Tindak Darurat disaat bendungan sudah memasuki siaga III
(sangat kritis) dimana bendungan diperkirakan segera akan
runtuh.
Gambar 21. Contoh peta evakuasi penduduk dalam rencana tindak darurat
3.5. Rangkuman
1) Agar keamanan suatu bendungan terwujud, bendungan harus didukung dengan
tiga pilar, yaitu:
- Pilar 1 : Keamanan Struktur
- Pilar 2 : Pemantauan dan Pemeliharaan
- Pilar 3 : Konsep Tanggap Darurat
2) Bendungan dianggap aman ditinjau dari aspek keamanan struktur, apabila
memenuhi tiga kreteria pokok sebagai berikut:
- Bendungan harus aman terhadap semua beban yang bekerja pada segala
kondisi operasi.
- Bendungan harus aman terhadap kegagalan hidrolik
- Bendungan harus aman terhadap kegagalan akibat rembesan
3) Bendungan perlu dipantau perilakunya, karena bendungan akan selalu
mendapat ancaman dari fenomena alam berupa banjir dan gempa yang dapat
mengancam keamananan bendungan, dan sejalan dengan perjalanan waktu
secara alami karakteristuk struktur akan berubah yang mengarah pada
penurunan mutu.
4) Tujuan pemantauan perilaku bendungan adalah untuk mengetahui sedini
mungkin: penyimpangan, cacat dan ancaman-ancaman terhadap keamanan
bendungan. Atau dengan kata lain untuk mengetahui problem yang sedang
berkembang, hingga dapat diambil tindakan secepatnya sebelum problem
berkembang lebih buruk.
5) Rencana Tanggap Darurat, disusun dengan prinsip: Pengelola bendungan dan
Organisasi Penanggulangan Bencana (Satkorlak/ Satlak Penanggulangan
Bencana) harus selalu siap menghadapi segala kondisi darurat (sampai kondisi
terburuk), sehingga risiko kegagalan bendungan dapat ditekan sekecil mungkin.
3.6. Latihan
1) Agar keamanan bendungan terwujud, pilar-pilar apa saja yang harus dimiliki
suatu bendungan? Jelaskan!
2) Jelaskan tiga kreteria pokok yang harus dipenuhi agar bendungan aman
ditinjau dari aspek strukturnya!
3) Jelaskan, kenapa perilaku bendungan perlu dipantau!
4) Jelaskan apa tujuan pemantauan perilaku bendungan!
5) Jelaskan prinsip yang menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Tanggap
Darurat?
Lampiran 1
No Kuat FK tnp FK dg
Kondisi Tekanan Pori
geser gempa Gempa
1. Selesai pembangunan tergantung : 1. Efektif Peningkatan tek. pori pada 1,30 1,20
1. Jadual pembangunan timbunan dan pondasi
2. Hubungan antara tek. pori dihitung menggunakan data
dengan waktu lab. & pengawasan
instrumen
Lereng U/S dan D/S Idem hanya tanpa 1,40 1,20
pengawasan instrumen
Dengan gempa tanpa kerusakan, Hanya pada timbunan tanpa 1,30 1,20
digunakan 50% koef. gempa desain data lab. & dengan/tanpa
pengawasan instrumen
2. Total 1,30 1,20
2. Rembesan tetap tergantung : 1. Efektif Dari analisis rembesan 1,50 1,20
1. Elevasi muka air normal sebelah
udik
2. Elevasi muka air sebelah hilir
Lereng U/S dan D/S. Dengan
gempa tanpa kerusakan digunakan
100% koef. gempa desain
3. Pengoperasian waduk tergantung : 1. Efektif Surut cepat dan dari elevasi 1,30 1,10
1. Elevasi muka air maks. di udik muka air normal sampai
2. Elevasi muka air min. di udik muka air minimum.
(dead storage) Lereng U/S dan D/S
Lereng U/S harus dianalisis untuk Surut cepat dari muka air 1,30 -
kondisi surut cepat maks. sampai muka air min.
Pengaruh gempa diambil 0%
dari koef. Gempa desain
4. Luar biasa tergantung : 1. Efektif Surut cepat dari elevasi 1,20 -
1. Pembuntuan pada sistim muka air maksimum sampai
drainase muka air terendah bangunan
2. Surut cepat karena penggunaan pengeluaran.
air melebihi kebutuhan Pengaruh gempa diabaikan
3. Surut cepat keperluan gawat
darurat
Lampiran 2
Lampiran 3
1. Perijinan
a. Copy ijin penggunaan sumber daya air dan persetujuan prinsip pembangunan
bendungan dari Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangannya..
b. Copy persetujuan AMDAL.
6. Uraian desain ringkas mencakup butir-butir yang tercantum dalam Daftar Simak
Lampiran 4
Lampiran 5
Dokumen yang diperlukan (minimal rangkap 2), antara lain terdiri atas :
3. Panduan operasi dan pemeliharaan waduk yang telah disesuaikan dengan kondisi
yang sebenarnya.
6. Laporan kejadian khusus/ peristiwa dan musibah (incidents & accidents) seperti
longsoran, rembesan, bocoran, pergeseran, kegempaan, deformasi, tidak berfungsi
suatu komponen penting, dll.
8. Untuk persetujuan desain, pengisian awal maupun operasi bagi bendungan yang
direhabilitasi/diperluas, selain laporan seperti pada buti-butir di atas, juga perlu
dilengkapi laporan-laporan sebagai berikut :
10. Foto-foto, a.l. saat air melimpas bangunan pelimpah, muka air tertinggi di waduk,
daerah genangan waduk.
Lampiran 6
pemilihan dan penetapan alur sungai baru yang melintasi waduk yang kosong.
pengendalian banjir.
pengaruh banjir dan/atau kekeringan yang terjadi disepanjang lembah sungai
di hilir bendungan, termasuk peningkatan muatan sedimen.
6. Foto-foto dokumentasi
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9