Anda di halaman 1dari 39

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

D I R E K T O R A T J E N D E R A L S U M B E R DAYA A I R
B A L A I B E N D U N G A N

BIMBINGAN TEKNIS
RENCANA TINDAK DARURAT DAN
ANALISIS KERUNTUHAN BENDUNGAN

PENGATURAN DAN
KONSEPSI KEAMANAN
BENDUNGAN

JAKARTA, Juni 2020


Balai Bendungan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini masyarakat dunia mulai dihadapkan pada bayang-bayang krisis air yang
perlu penanganan dengan tepat. Salah satu upaya penanganan yang telah terbukti
berhasil baik, adalah dengan cara membangun bendungan guna menampung air
disaat berlebih dan menggunakannya saat kekurangan.
Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, juga
menyimpan potensi bahaya yang besar pula. Membangun bendungan disamping
akan memperoleh manfaat juga berarti dengan sengaja akan mengundang
datangnya potensi bahaya yang dapat mengancam kehidupan masyarakat luas.
Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir besar yang akan mengakibatkan
bencana dahsyat di daerah hilir bendungan.
Pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus agar
pembangunan dan pengelolaan bendungan dilaksanakan dengan tertib dan aman
sesuai dengan konsep dan kaidah-kaidah keamanan bendungan, hingga risiko
kegagalan bendungan dapat dicegah atau dikurangi dan pada akhirnya masyarakat
terlindungi dari ancaman keruntuhan bendungan.
Bahan ajar ini terdiri dari dua topik bahasan yaitu:
- garis besar pengaturan keamanan bendungan dan
- konsep keamanan bendungan.
Topik bahasan garis besar pengaturan keamanan bendungan mencakup:
pertimbangan perlunya pengaturan, landasan hukum, Organisasi Keamanan
Bendungan, lingkup pengaturan, persetujuan dalam rangka keamanan bendungan
dan kewajiban pemilik bendungan.
Topik bahasan konsep keamanan bendungan mencakup: konsep keamanan
bendungan seacara umum, keamanan struktur, pemantauan dan pemeliharaan,
serta konsep tanggap darurat.
Mata diklat ini, perlu diberikan kepada peserta diklat sebagai bekal untuk
mempelajari mata diklat lain yang terkait dengan keamanan bendungan, seperti
perencanaan bendungan, pelaksanaan konstruksi bendungan serta operasi dan
pemeliharaan bendungan.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 1


Balai Bendungan

1.2. Deskripsi Singkat


Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan
mengenai garis besar pengaturan keamanan bendungan dan konsepsi keamanan
bendungan yang disajikan dengan cara ceramah dan tanya jawab.

1.3. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami
garis besar pengaturan keamanan bendungan dan konsepsi keamanan bendungan.

1.4. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
1) menjelaskan garis besar pengaturan keamanan bendungan
2) menjelaskan konsepsi keamanan bendungan

1.5. Pokok Bahasan


1) Pengaturan Keamanan Bendungan
2) Konsepsi Keamanan Bendungan

1.6. Petunjuk Belajar


Modul ini disusun sebagai bahan acuan dan buku pegangan bagi peserta diklat
yang terkait dengan keamanan bendungan seperti: perencanaan bendungan,
pengawasan konstruksi bendungan serta operasi dan pemeliharaan bendungan,
dengan harapan dapat membuka wawasan pembaca mengenai pengaturan dan
konsep keamanan bendungan secara umum. Materi perlu diajarkan lebih dulu
kepada peserta diklat sebagai dasar dalam memahami teknik-teknik keamanan
bendungan lebih lanjut.
Bagi fasilitator, widyaiswara atau instruktur yang akan mengajarkan modul ini
hendaknya lebih dulu mempersiapkan diri sebaik-baiknya mulai dari penguasaan
materi, sampai pada pemahaman peraturan, standard, pedoman-pedoman dan
buku-buku referensi yang terkait dengan keamanan bendungan.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 2


Balai Bendungan

BAB II
GARIS BESAR PENGATURAN KEAMANAN BENDUNGAN

Setelah mempelajari bab II ini, diharapkan peserta mampu


menjelaskan garis besar pengaturan keamanan bendungan

2.1. Pertimbangan Perlunya Pengaturan


Saat ini di Indonesia telah dibangun lebih dari dua ratus bendungan besar dan kecil.
Sebagian besar bendungan tersebut dibangun untuk menampung air guna
memenuhi kebutuhan air irigasi, air rumah tangga, air industri, pembangkit listrik
tenaga air, dan lain-lain. Disamping itu bendungan juga dibangun untuk
menampung sedimen, limbah tambang, limbah air industri, dan lain sebagainya.
Pembangunan bendungan dilakukan oleh : Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Swasta.
Seperti yang dijelaskan di bab I, bendungan disamping memiliki manfaat yang
besar, juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula yang dapat mengancam
kehidupan masyarakat luas dihilir bendungan. Membangun bendungan disamping
akan memperoleh manfaat, juga berarti dengan sengaja mengundang datangnya
potensi bahaya. Keruntuhan bendungan akan menimbulkan banjir besar yang akan
mengakibatkan bencana dahsyat di daerah hilir bendungan. Sebagai contoh
runtuhnya bendungan pengelak (cofferdam) Sempor dengan tampungan air kurang
dari 1 juta m3, telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sebanyak 127 orang
berikut harta benda, fasilitas sosial dan kerusakan lingkungan yang parah.
Walaupun bendungan menyimpan potensi bahaya yang besar, karena tuntutan
kebutuhan, pembangunan bendungan-bendungan baru terus berjalan. Dari sisi lain
pembangunan bendungan juga sering diikuti dengan perkembangan dan
pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah hilirnya karena harapan memperoleh
manfaat dari bendungan. Seperti halnya bendungan Juanda Jatiluhur yang semula
daerah hilirnya sebagian besar berupa daerah pertanian, saat ini telah berkembang
pesat menjadi daerah industri dan pusat-pusat permukiman (menurut survai
2001/2002 penduduk yang berada didaerah potensi genangan banjir sekitar 4 juta
jiwa), hingga bila terjadi keruntuhan bendungan akibat yang ditimbulkannya sulit
dibayangkan.
Sejalan dengan kemajuan pendidikan, masyarakat semakin peka terhadap
ancaman bahaya bendungan dan semakin sadar terhadap hak-haknya. Masyarakat

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 3


Balai Bendungan

berhak mendapatkan perlindungan terhadap ancaman keruntuhan bendungan, yang


sebelum bendungan dibangun ancaman tersebut tidak ada.
Dalam rangka melindungi masyarakat dari ancaman potensi bahaya bendungan,
pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus. Untuk itu
Pemerintah melalui Depertemen Pekerjaan Umum pada tahun 1987 telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 72 tahun 1977 tentang
Keamanan Bendungan.
Pengaturan Keamanan Bendungan dimaksudkan agar pembangunan dan
pngelolaan bendungan diselenggarakan dengan tertib, desain dan konstruksi layak
teknis, aman dalam pengelolaannya, sehingga risiko kegagalan bendungan dapat
dicegah atau sekurang-kurangnya dikurangi. Pengaturan bertujuan untuk
kelestarian fungsi bendungan, memberikan jaminan keamanan bendungan dan
melindungi masyarakat dihilir bendungan.

Gambar 1. Bendungan Juanda Jatiluhur Propinsi Jawa Barat yang memiliki


manfaat serbaguna

2.2. Landasan Hukum


Landasan hukum yang mendasari pengaturan bendungan di Indonesia antara lain:
1) Undang-undang RI nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, antara lain
mengatur mengenai: kegagalan konstruksi dan bangunan.
2) Undang-Undang RI nomor 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air,
mengatur antara lain:  pasal 58 mengenai pengendalian daya rusak air pada

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 4


Balai Bendungan

sungai, danau, waduk dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, system
irigasi, air hujan dan air laut yang berada di darat.
3) Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2000, tentang Peran Masyarakayat
Jasa Konstruksi  Ps 15: Tenaga kerja konstr harus mengikuti sertifikasi
keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja.--> digantikan PP 4 tahun
2010
4) Peraturan Pemerintah RI nomor 29 tahun 2000, tentang Penyelenggaran Jasa
Konstruksi  Ps 26: perencanaan pek konstr dg risiko sedang, harus dilakukan
studi kelayakan, perenc umum dan perenc teknik. Ps 29: pekerjaan tertentu
(bendunga, listrik, nukli) wajib dilakukan uji coba atau disahkan oleh instansi
yang berwenang (yang membidangi: pengairan, pembangkit listrik, kenukliran).
5) Peraturan Pemerintah RI no.37 tahun 2010 tentang Bendungan.
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 98/KPTS/1993 tentang
Organisasi Keamanan Bendungan.
7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 72 tahun 1977 jo
Kepmen.Kimpraswil nomor 296/KPTS/M/2001 tentang Keamanan
Bendungan.
8) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor KPTS/M/2001,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Keamanan Bendungan.
9) SNI no.1731-1989-F Tata Cara Keamanan Bendungan.

2.3. Organisasi Keamanan Bendungan


Melengkapi aturan mengenai keamanan bendungan, pada tahun 1993 telah
dibentuk Organisasi Keamanan Bendungan yang bertugas membantu menteri
dalam pengaturan keamanan bendungan.
Pengaturan teknis keamanan bendungan dilaksanakan oleh Menteri Pekerjaan
Umum (selanjutnya akan disebut: Menteri) dibantu oleh Organisasi Keamanan
Bendungan yang susunannya terdiri dari :
- Komisi Keamanan Bendungan (KKB)
- Unit/Balai Keamanan Bendungan (BKB) sekarang Balai Bendungan

a) Komisi Keamanan Bendungan


Komisi keamanan Bendungan bertugas memberikan rekomendasi dan saran
kepada Menteri dalam penyelenggaraan koordinasi penanganan keamanan
bendungan, dengan fungsi antara lain:

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 5


Balai Bendungan

- Pemberian rekomendasi kepada Menteri dalam rangka memberikan


persetujuan tentang pengaturan dan pelaksanaan : pembangunan,
pengelolaan, rehabilitasi, perluasan dan penghapusan fungsi bendungan,
yang berkaitan dengan keamanan bendungan.
- Evaluasi hasil kegiatan Balai Keamanan Bendungan dalam rangka
menyusun rekomendasi kepada Menteri.
Anggota Komisi Keamanan Bendungan terdiri dari wakil instansi pemerintah
dan BUMN yang berstatus sebagai pemilik bendungan, wakil asosiasi profesi
dibidang bendungan dan instansi pemerintah terkait, yang ditetapkan oleh
Menteri. Sekretaris Komisi Keamanan Bendungan secara fungsional dijabat
oleh pemimpin Balai Keamanan Bendungan.

b) Unit/Balai Keamanan Bendungan


Balai Keamanan Bendungan merupakan unit kerja Departemen Pekerjaan
Umum di bidang keamanan bendungan, yang secara teknis operasional
dibawah pembinaan Direktur Jenderal Sumber Daya Air, dan secara fungsional
memberikan dukungan kepada Komisi Keamanan Bendungan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Balai Keamanan Bendungan memiliki
fungsi antara lain:
- Pengkajian pembangunan (penyiapan desain dan pelaksanaan konstruksi),
pengelolaan, rehabilitasi dan perluasan, serta penghapusan fungsi
bendungan.
- Inspeksi perilaku bendungan ditinjau dari segi keamanan bendungan.
- Penyiapan saran teknis keamanan bendungan.
- Penyebarluasan dan pemberian bimbingan keamanan bendungan.
- Penyusunan peraturan, pedoman, petunjuk teknis keamanan bendungan.
- Pengumpulan dan pengelolaan data bendungan.
- Inventarisasi, regristrasi dan klasifikasi bahaya bendungan.

2.4. Lingkup Pengaturan Keamanan Bendungan


Lingkup pengaturan keamanan bendungan mencakup pengaturan terhadap
kegiatan:
- pembangunan (desain dan pelaksanaan konstruksi)
- pengelolaan, rehabilitasi, perluasan dan penghapusan fungsi bendungan dalam
aspek keamanan bendungan

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 6


Balai Bendungan

Pengaturan berlaku bagi bendungan yang memenuhi kreteria sebagai berikut:


a. bendungan dengan tinggi 15 m atau lebih diukur dari dasar fondasi terdalam.
b. bendungan dengan tinggi 15m atau lebih diukur dari dasar fondasi terdalam
dengan ketentuan:
1. panjang puncak bendungan > 500 m.
2. daya tampung > 500.000 m3 atau
3. debit banjir maksimum > 1000 m3/dt
c. bendungan (diluar a dan b) yang mempunyai kesulitan khusus pada fondasi /
didesain menggunakan teknologi baru / mempunyai kelas bahaya tinggi.

2.5. Persetujuan dan Izin dalam Rangka Keamanan Bendungan


Untuk menekan risiko kemungkinan terjadinya kegagalan bendungan, pelaksanaan
pembangunan dan pengelolaan bendungan harus sesuai dengan prinsip atau
konsep dan mematuhi kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang didalam
peraturan, standar (SNI) dan pedoman dan manual yang terkait dengan keamanan
bendungan. Untuk memastikan bahwa konsep dan kaidah-kaidah keamanan
bendungan tersebut telah dipenuhi oleh Pemrakarsa/Pemilik bendungan, setiap
tahapan pembangunan, pengelolaan dan penghapusan bendungan perlu dikaji dan
dievaluasi lebih dulu. Apabila dari hasil kajian dan evaluasi disimpulkan bahwa
prinsip dan kaidah keamanan bendungan telah dipenuhi, selanjutnya Menteri akan
mengeluarkan persetujuan (lazimnya berbentuk sertifikat) untuk tahap tersebut.
Setiap tahapan tidak boleh dilanjutkan kegiatannya ketahap berikutnya sebelum
memperoleh persetujuan dari Menteri.
Kajian keamanan bendungan dilakukan oleh Balai Keamanan Bendungan yang
kemudian laporan kajianya akan dievaluasi oleh Komisi Keamanan Bendungan
dalam sidang Komisi. Komisi akan mengeluarkan rekomendasi kepada Menteri
untuk memberikan persetujuan, apabila prinsip dan kaidah keamanan bendungan
telah dipenuhi. Komisi memberi rekomendasi kepada Menteri dalam rangka
memberikan persetujuan untuk :
- pembangunan (desain dan konstruksi)
- pengelolaan (operasi)
- rehabilitasi
- perluasan, perubahan
- penghapusan fungsi bendungan

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 7


Balai Bendungan

Jenis kajian dan persetujuan serta izin yang dikeluarkan dalam rangka keamanan
bendungan adalah sebagai berikut:
No. Jenis kajian Jenis persetujuan dan izin keamanan
bendungan
1. Kajian desain Persetujuan desain izin pelaks konstruksi
2. Kajian pelaksanaan kons- Persetujuan pengisian awal waduk
truksi (+ kesiapan OP) Izin pengisian awal waduk
3. Kajian pelaksanaan pengi- Persetujuan pengoperasian bendungan,
sian awal waduk Izin operasi
4. Kajian penghapusan fungsi Persetujuan penghapusan fungsi bendungan
bendungan izin penghapusan fungsi

Setiap pembangunan bendungan baru, harus melalui tiga tahapan kajian dan
mendapat 3 macam persetujuan seperti pada butir 1), 2) dan 3); demikian pula
untuk kegiatan perubahan dan rehabilitasi bendungan.
Untuk memperoleh persetujuan desain, lebih dulu pemrakarsa pembangunan harus
penggunaan sumber air dan persetujuan prinsip pembangunan bendungan yang
dikeluarakan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
Pelaksanaan konstruksi bendungan, baru boleh dilaksanakan setelah dokumen
desain dikaji, dievaluasi dan mendapat persetujuan dari Menteri. Demikian pula
waduk baru dapat diisi setelah pelaksanaan konstruksi dikaji, dievaluasi dan
mendapat persetujuan pengisian dari Menteri. Terakhir bendungan baru boleh
dioperasikan setelah dilakukan kajian dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengisian
awal dan mendapat persetujuan operasi dari Menteri. Jenis laporan yang perlu dikaji
disajikan pada lampiran 3; 4; 5 dan 6.

2.6. Kewajiban Pemilik Bendungan


Keamanan suatu bendungan, menjadi tanggung jawab pemilik bendungan. Setelah
bendungan selesai dibangun dan memasuki tahap operasi, pemilik bendungan
berkewajiban antara lain:
a) Mengadakan, memelihara dan memantau instrumentasi keamanan bendungan,
serta mencatat dan mengevaluasi datanya.
b) Mengatur agar bendungan selalu berada didalam pemantauan satuan yang
bertugas melakukan pemantauan perilaku bendungan.
c) Melaksanakan pemeriksaan berkala biasa dan luar biasa yang dilakukan oleh
satuan tersebut pada huruf b), dan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun
melaporkan hasil pemeriksaannya kepada Balai Keamanan Bendungan, serta

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 8


Balai Bendungan

sekurang-kurangnya setiap 5 tahun sekali menyelenggarakan pemeriksaan


besar beserta evaluasi keamanan bendungan secara menyeluruh.
d) Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kondisi darurat, pemilik
bendungan harus menyiapkan system penanganan kondisi darurat, yang
“selalu siap menangani kondisi terburuk”. System tersebut mencakup antara
lain: system gawar darurat, organisasi dan staf yang terlatih, peralatan dan
bahan untuk penanganan kondisi darurat, panduan / rencana tindak darurat
(RTD). Tindakan yang dilakukan pada kondisi darurat harus berdasarkan
rencana yang matang bukan dengan cara improvisasi atau coba-coba.
Penyusunan Rencana Tindak Darurat dilakukan oleh Pemilik bendungan dengan
melibatkan Pemerintah Daerah dan Satuan Kordinator Pelaksana dan atau
Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana yang ada di daerah tersebut dan
hasilnya disyahkan oleh Kepala Daerah.
e) Dalam kondisi bendungan sudah tidak digunakan lagi atau tidak dapat berfungsi
lagi dan pemilik bendungan bermaksud melepas kewajiban pengelolaan
bendungan, atau apabila bendungan dianggap tidak memenuhi syarat
keamanan dalam pengelolaannya, maka pemilik bendungan harus
melaksanakan penghapusan fungsi bendungan. Sebelum pengahapusan
dilaksanakan, pemilik harus menyiapkan desain penghapusan lebih dulu.

2.7. Rangkuman
1) Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan
potensi bahya yang besar pula.
2) Pengaturan keamanan dimaksudkan untuk mencegah atau sekurang-
kurangnya, dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dari potensi bahaya
bendungan.
3) Setiap pembangunan bendungan harus melalui tiga tahapan kajian dan
mendapat tiga macam persetujuan dari Menteri PU, yaitu: kajian desain untuk
persetujuan desain, kajian pelaksanaan konstruksi untuk persetujuan pengisian
awal waduk dan kajian pelaksanaan pengisian awal untuk persetujuan
pengoperasian bendungan.
4) Keamanan suatu bendungan merupakan tanggung jawab pemilik bendungan.

2.8. Latihan
1) Jelaskan kenapa diperlukan adanya pengaturan keamanan bendungan?

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 9


Balai Bendungan

2) Apakah maksud dan tujuan pengaturan keamanan bendungan?


3) Sebutkan macam-macam kajian dan persetujuan untuk pembangunan
bendungan baru?
4) Siapakah yang bertanggung jawab terhadap keamanan suatu
bendungan dan sebutkan kewajiban pemilik bendungan setelah bendungan
beroperasi!

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 10


Balai Bendungan

BAB III
KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN

Setelah mempelajari bab III ini, peserta diharapkan mampu


menjelaskan konsepsi keamanan bendungan

3.1. Konsepsi Keamanan Bendungan Umum


Bendungan dianggap aman bila memenuhi kaidah-kaidah keamanan bendungan
yang tertuang didalam peraturan, SNI dan pedoman yang berlaku. Sesuai dengan
kaidah-kaidah keamanan bendungan, konsepsi keamanan bendungan di Indonesia
memiliki tiga pilar seperti yang disajikan pada gambar bagan dibawah, yang terdiri
dari :
- Pilar 1 : keamanan struktur dan operational
- Pilar 2 : pemantauan dan pemeliharaan
- Pilar 3 : konsepsi dan kesiapan tanggap darurat

KEAMANAN BENDUNGAN

KEAMANAN PEMANTAUAN DAN KONSEPSI dan


STRUKTUR dan PEMELIHARAAN KESIAPAN TANGGAP
OPERASIONAL DARURAT

DESAIN DAN DIDUKUNG SELALU SIAP


KONSTRUKSI LAYAK PEMERIKSAAN RUTIN, MENGHADAPI
TEKNIS BERKALA, LUAR BIASA KONDISI TERBURUK

I Upaya mengurangi risiko I I Upaya menjaga risiko yang ada agar tidak memburuk I
Gambar 2. Bagan konsepsi keamanan bendungan

a. Pilar 1, Keamanan Struktur dan operasional


Keamanan struktur harus dipenuhi sejak pada tahap penyiapan desain dan tahap
pelaksanaan konstruksi. Desain dan pelaksanaan konstruksi harus layak teknis.
Pertamakali bendungan harus didesain dengan benar dengan memperhitungkan

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 11


Balai Bendungan

semua kondisi beban kerja serta semua kondisi operasi (normal dan luar biasa).
Kemudian konstruksi harus dilaksanakan sesuai desain dan mematuhi peraturan,
standar dan pedoman yang berlaku. Kegiatan pada pilar 1 adalah merupakan
upaya untuk memperkecil risiko kemungkinan terjadinya kegagalan bendungan.

Gambar 3. Contoh kegagalan bendungan yang terjadi pada tahap


pelaksanaan konstruksi, tahap pelaksanaan tidak sesuai
dengan tahap yang ditetapkan dalam desain

b. Pilar 2, Pemantauan dan Pemeliharaan


Bagaimanapun juga risiko kegagalan bendungan tidak akan dapat dihilangkan
sama sekali dengan upaya yang telah dilakukan pada tahap desain dan
konstruksi. Oleh karena itu bendungan harus selalu dipantau, untuk mengetahui
sedini mungkin setiap problem yang berkembang sebelum menjadi anacaman
bagi keamanan bendungan. Disamping itu seiring dengan perjalanan waktu,
bendungan dan fasilitas penunjangnya juga akan mengalami kemerosotan mutu,
agar kerusakan tidak berkembang semakin parah, secara rutin bendungan dan
fasilitas penunjangnya harus dipelihara dengan baik. Kegiatan pada pilar 2 dan
pilar 3 adalah merupakan upaya menjaga agar risiko yang ada tidak berkembang
semakin buruk.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 12


Balai Bendungan

Gambar 4. Contoh kegagalan bendungan yang terjadi pada tahap pengisian


awal.

c. Pilar 3, Konsepsi Tanggap Darurat


Terakhir, bendungan harus memiliki konsepsi tanggap atau tindak darurat yang
selalu siap menangani segala situasi darurat. Kegiatan pada pilar 3 dan pilar 2
adalah merupakan upaya untuk menjaga agar risiko yang ada / tersisa tidak
berkembang semakin buruk. Kegiatan pilar 3 akan lebih mengoptimalkan hasil
upaya pada pilar 1 dan pilar 2.

Gambar 5. Contoh bekas rumah yang diterjang banjir akibat runtuhnya


bendungan. Korban jiwa tidak terjadi, karena sebelum
bendungan runtuh, telah dilakukan evakuasi penduduk.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 13


Balai Bendungan

3.2. Keamanan Struktur


3.2.1. Umum
Agar keamanan struktur bendungan tercapai, desain bendungan harus layak
teknis, memenuhi 3 kreteria pokok, sebagai berikut:
1). Aman terhadap semua beban kerja pada segala kondisi operasi.
2). Aman terhadap kegagalan hidrolik (hydraulic failure)
3). Aman terhadap kegagalan akibat rembesan (seepage failure)
3.2.2. Aman terhadap semua beban kerja pada segala kondisi operasi
Bendungan dan bangunan pelengkapnya harus didesain berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknik yang berkembang sehingga bendungan aman
terhadap semua beban rencana dan segala kondisi operasi, yaitu pada
kondisi normal maupun pada kondisi luar biasa.
Ilmu mengenai bendungan adalah merupakan kombinasi antara “scient dan
art” yang berkembang terus. Meningkatnya risiko keruntuhan bendungan
telah mendorong tumbuhnya ilmu pengetahuan bendungan. Hal-hal yang
kemarin biasa dijalankan, untuk esok mungkin sudah tidak sesuai lagi (out of
date), desain bendungan dituntut untuk mengikuti ilmu pengetahuan terbaru.
Sebagai contoh pemakaian “colar” pada “conduit” semula dianggap sebagai
metode yang tepat untuk mencegah terjadinya konsentrasi aliran rembesan
pada permukaan luar pipa conduit. Saat ini, hal tersebut tidak dianjurkan lagi
karena dari berbagai pengalaman pemakaian colar justeru akan
mengganggu proses pemadatan timbunan. Akibatnya hasil pemadatan
timbunan disekitar conduit tidak memenuhi persyaratan, sehingga justeru
terjadi kebocoran. Hal demikian harus diketahui oleh perencana dan
diterapkan dalam penyiapan desain
Desain bendungan harus memperhitungkan semua kondisi dan kombinasi
beban kerja yang terdiri dari beban normal maupun beban luar biasa,
dengan faktor keamanan yang cukup sesuai standar yang berlaku (lihat
lampiran 1).
Untuk bendungan urugan, angka faktor keamanan minimal yang
dipersyaratkan disajikan dalam tabel dibawah. Analisis stabilitas paling tidak
harus dilakukan pada kondisi:
- selesainya pembangunan,
- rembesan tetap,

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 14


Balai Bendungan

- pengoperasian waduk: surut cepat dari elevasi muka air normal ke


minimum; dari elevasi muka air maksimum ke minimum,
- luar biasa: adanya kebuntuan pada system drainasi; surut cepat karena
penggunaan air melebihi kebutuhan; surut cepat karena gawat darurat.

Gambar 6. Ilustrasi macam-macam beban yang bekerja pada


bendungan

Macam-macam beban normal yang harus diperhitungkan minimal adalah :


beban sendiri, tekanan air waduk, tekanan angkat dan atau tekanan pori,
rembesan dan suhu (bagi bendungan beton), sedang untuk beban luar biasa
adalah banjir dan beban gempa.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk mencegah kegagalan bendungan
karena kegagalan operasi, antara lain:
- desain pilar, pintu dan mungkin dinding pelimpah perlu memperhitungkan
vibrasi yang mungkin terjadi akibat aliran air banjir.
- harus tersedia sarana: jalan, jembatan atau tangga menuju lokasi
pengoperasian, yang dapat digunakan dengan aman pada kondisi normal
maupun kondisi luar biasa/darurat.
- pada tempat-tempat pengoperasian yang tertutup, harus dilengkapi
dengan ventilasi atau pengaturan udara dan penerangan yang
memadai.
- dilokasi bendungan harus selalu tersedia panduan O&P, serta
penjaganya harus memahami dan selalu siap ditempat.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 15


Balai Bendungan

Gambar 7. Contoh bendungan runtuh dengan sarana operasi yang


tidak memadai, menara intake tidak dilengkapi dengan
jembatan pelayanan untuk operasi pintu

Gambar 8. Contoh bendungan dengan sarana operasi yang kurang


memadai, jembatan pelayanan menuju menara “outlet”
berupa jembatan ponton yang sulit dilewati saat kondisi
darurat atau luar biasa seperti hujan badai.
3.2.3. Aman terhadap kegagalan hidrolik
Sebagian besar bendungan yang runtuh, disebabkan oleh peluapan air lewat
puncak tubuh bendungan (overtopping). Kejadian ini biasanya disebabkan
kapasitas pelimpah yang tidak mencukupi. Penyebab lain yang dapat

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 16


Balai Bendungan

memicu terjadinya peluapan adalah, pintu pelimpah gagal dioperasikan baik


karena faktor manusia atau faktor struktur; longsoran besar yang tiba-tibak
masuk kewaduk yang menimbulkan gelombang besar, dan juga dapat terjadi
karena jagaan (freeboard) yang tidak cukup.
Oleh karena itu bendungan harus didesain dengan mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut:
a) Bendungan harus aman terhadap banjir yang mungkin terjadi, untuk itu
pelimpah harus mampu melewatkan banjir rencana dengan aman. Aliran
banjir yang keluar lewati pelimpah tidak boleh menimbulkan gerusan
yang dapat mengancam kesetabilan bendungan dan pelimpah sendiri.
Penetapan banjir desain dan kapasitas`pelimpah harus mengacu pada
SNI 03-3432-1994 mengenai Patokan Banjir Desain dan Kapasitas
Pelimpah untuk Bendungan.
b) Tinggi jagaan harus cukup, penetapan besar tinggi jagaan mengacu
pada standar/pedoman yang berlaku.
c) Desain pilar, pintu dan dinding pelimpah harus memperhitungkan gaya
dinamis (vibrasi, gempa)
d) Untuk mengantisipasi terjadinya kondisi darurat sangat disarankan,
bendungan dilengkapi dengan sarana pengeluaran bawah (bottom
outlet) yang mampu menurunkan air dengan cepat disaat kondisi darurat
(kira-kira setengah tinggi efektif air dalam waktu 2 minggu).
e) Dinding tebing disekeliling waduk khususnya didekat bendungan harus
aman terhadap longsoran.
f) Lereng tubuh bendungan dan tebing tumpuan harus dilindungi hingga
aman terhadap erosi permukaan.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 17


Balai Bendungan

A B

Gambar 9. A - Contoh pelepasan air banjir lewat pelimpah (Bendungan RCC


Balambano Sorowako Sulawesi Selatan)
B - Contoh erosi pada permukaan lereng hilir tubuh bendungan.

3.2.4. Aman terhadap kegagalan rembesan


Rembesan pada bendungan urugan merupakan kondisi yang tidak dapat
dihindari, akan tetapi rembesan yang berlebihan berpotensi membahayakan
bendungan. Rembesan yang berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya
erosi buluh yang semakin lama semakin berkembang dan semakin luas,
yang kemudian disusul dengan terjadinya longsoran atau keruntuhan
bendungan. Secara alami rembesan juga cenderung membawa unsur-unsur
yang mungkin penting bagi keutuhan bendungan.
Secara garis besar kegagalan bendungan akibat rembesan dapat terjadi
karena:
- gradien keluaran berlebihan (mengakibatkan sandboil, likuifaksi statis,
erosi buluh),
- tekanan air pori berlebihan (mengakibatkan ketidakstabilan, deformasi,
dan tekanan angkat yang berlebihan),
- gradien internal zona inti tinggi (mengakibatkan perpindahan butiran
halus dari suatu zona urugan ke zona lainnya, atau dari urugan ke
dalam rongga pori tanah fondasi,

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 18


Balai Bendungan

- debit rembesan berlebihan yang disertai dengan membawa material


dapat menimbulkan aliran buluh yang berbahya bagi stabilitas
bendungan.
- retak desikasi, terjadi akibat berkurangnya kadar air di dalam zona inti
jauh di bawah kadar air pelaksanaan, atau jika kadar air turun di bawah
batas plastis. Dapat menimbulkan bocoran yang serius dan terjadinya
erosi, yang akhirnya mengakibatkan keruntuhan bendungan, terutama
pada bendungan yang tinggi.

Bendungan harus didesain aman terhadap kondisi diatas dengan faktor


keamanan yang cukup sesuai pedoman yang berlaku. Walaupun dari hasil
perhitungan desain tidak diperlukan adanya filter namun karena didalam
pelaksanaan akan sangat sulit menghasilkan uruga yang betul-betul
homogeen, hendaknya pada bendungan urugan selalu dilengkapi filter dan
drainasi dengan kapasitasyang cukup.

Gambar 10. Contoh longsoran lereng hilir akibat erosi buluh (piping)

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 19


Balai Bendungan

Gambar 11. Contoh bekas bendungan yang runtuh, lapisan pemadatan


terlalu tebal (>30 cm), kepadatan rendah hingga terjadi
erosi buluh.

3.3. Pemantauan dan Pemeliharaan


3.3.1. Umum
Bendungan akan selalu mendapat ancaman dari fenomena alam berupa
banjir, gempa, tanah longsor dan menurunnya kualitas pada bangunan dan
pondasi. Sejalan dengan perjalanan waktu, secara alami akan terjadi
perubahan pada karakteristik struktur. Biasanya perubahan berjalan dengan
lambat dan tidak langsung dapat diamati secara visual. Dengan pemantauan
atau monitoring perilaku bendungan secara menerus, biasanya gejala
perubahan yang merugikan dapat diketahui. Oleh karenanya bendungan
harus dipantau dan dipelihara secara terus-menerus.
Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin
penyimpangan atau problem yang sedang berkembang sebelum menjadi
ancaman bagi keamanan bendungan, hingga dapat diambil langkah
perbaikan secara cepat dan tepat.
Kegiatan yang dilakukan dalam pemantauan digambarkan dalam gambar 12,
yang dikelompokkan menjadi tiga macam kegiatan, sebagai berikut:
- Pengukuran dan pembacaan instrument
- Pemeriksaan/inspeksi

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 20


Balai Bendungan

- Uji operasi

3.3.2. Pengukuran dan Pembacaan


Pengukuran dan pembacaan instrument, terutama ditujukan untuk
mengetahui kondisi didalam tubuh bendungan dan pondasi. Pengukuran dan
pembacaan yang dilakukan adalah mengenai aspek perilaku /kreteria
keamanan bendungan dan beban luar, seperti ilustrasi Gambar 15, yang
terdiri dari:
Aspek perilaku bendungan, minimal:
- Deformasi
- Rembesan
- Tekanan Pori dan Gaya angkat (up lift)
Beban luar
- Elevasi muka air waduk,
- Elevasi sedimen
- Data meteorology (hujan, suhu udara)
Hasil pembacaan dicatat oleh petugas lapangan, kemudian secara berkala
dikirim kekantor induk untuk dievaluasi oleh engineer yang berpengalam-an
dan setiap tahun sekali dibuat laporan perilaku bendungan tahunan, alur
analisis data disajikan dalam ilustrasi gambar 15.

PENGUKURAN/ PEMERIKSAAN/
PEMBACAAN INSPEKSI UJI OPERASI

-Tekanan pori, Rutin: Berkala: Luar biasa/


-Harian -Tahunan khusus: Peralatan
up lift.
-Mingguan Gempa,topan, Hidromekanikal,
-Deformasi -5 tahunan
kondisi Gawar banjir
-Rembesan -Bulanan
khusus Minimal 1x/thn

Gambar 12. Bagan macam-macam kegiatan dalam pemantauan perilaku bendungan

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 21


Balai Bendungan

Gambar 13. Bagan tanggung jawab masing-masing petugas/level organisasi dalam


kegiatan pemantauan, jadwal rinci pemeriksaan dan pemantauan
disajikan pada lampiran

Gambar 14. Ilustrasi jenis-jenis pembacaan/pengukuran yang perlu dilakukan


dalam kegiatan pemantauan perilaku bendungan.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 22


Balai Bendungan

Gambar 15. Ilustrasi alur pekerjaan pembacaan atau pengukuran, pencatatan dan
perhitungan yang dilakukan oleh petugas lapangan; pengiriman data
dari lapangan ke kantor induk sampai evaluasi data oleh engineer yang
berpengalaman.

3.3.3. Pemeriksaan atau Inspeksi


Dalam Permen PU no.72/PRT/1997, istilah pemeriksaan, digunakan untuk
petugas dari pemilik bendungan, sedang istilah inspeksi digunakan untuk
petugas dari Komisi/BalaiKeamanan Bendungan.
Kegiatan pemeriksaan yang harus dilakukan oleh petugas dari pemilik
bendungan, adalah :
- Pemeriksaan Rutin : Harian, Mingguan, Bulanan
- Pemeriksaan Berkala : Tahunan, pemeriksaan besar minimal 1 x / 5 thn
- Pemeriksaan / Inspeksi luar biasa atau khusus : dilakukan setelah
terjadinya gempa bumi, hujan badai, serta terjadi kondisi abnormal yang
membahayakan keamanan bendungan
Tugas pokok masing – masing level organisasi dalam kegiatan
pemantauan dan pengamatan, disajikan dalam gambar 13.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 23


Balai Bendungan

3.3.4. Uji Operasi :


Semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan harus selalu
siap untuk dioperasikan pada segala kondisi. Untuk mengetahui kesiapan
alat, minimal satu tahun sekali perlu dilakukan uji operasi. Uji operasi
hendaknya dilakukan bersamaan dengan jadwal pemeliharaan dan
disinkronkan dengan pola operasi waduk. Uji dilakukan terhadap pintu
pengeluaran bawah (contoh Gambar 16), pintu pelimpah, system gawar
darurat (flood warning system,) dan lain-lain.

Gambar 16. Contoh langkah pelaksanaan uji operasi pintu pengeluaran


bawah.

3.4. Konsepsi dan Kesiapan Tanggap Darurat


3.4.1. Pertimbangan umum
Saat diketahui adanya ancaman keamanan bendungan, tindakan
pencegahan dan pengamanan hendaknya tidak dilakukan dengan cara
“improvisasi” , tetapi dilakukan berdasarkan Rencana Tanggap Darurat atau
Rencana Tindak Darurat (RTD) yang telah dipersiapkan secara seksama.
Rencana tindak darurat, disusun melalui langkah penetapan strategi
penanganan dan persiapan penangan.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 24


Balai Bendungan

Persiapan

Gambar 17 : Konsep penanganan keadaan darurat

3.4.2. Strategi
Strategi daIam penanganan keadaan darurat, terdiri dari : identifikasi
ancaman keamanan bendungan, penetapan siaga bendungan dan tindak
penanganan.
Secara garis besar, bendungan akan selalu mengalami ancaman dari
fenomena alam dan manusia, berupa:
(1) Perilaku bendungan yang abnormal
(2) Longsoran
(3) Banjir
(4) Gempa
(5) Sabotase
(6) Serangan disaat perang.
Upaya penanganan atau pencegahan yang dilakukan tergantung pada jenis
ancaman tangkat bahaya anncaman. Sesuai dengan tingkat bahaya
ancaman, ditetapkan tiga tingkat SIAGA BENDUNGAN, yaitu tingkat
terendah=siaga I, menengah=siaga II, yang tertinggi siaga I.
Pada gambar 18 diperlihatkan tiga tingkat siaga bendungan beserta tindakan
yang harus dilakukan yang diawali dengan identifikasi adanya ancaman.
Pada gambar 19 diperlihatkan garis besar penanganan atau pencegahan
terhadap ancaman keamanan bendungan (disederhanakan).

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 25


Balai Bendungan

Gambar 18. Matriks siaga bendungan dan penangan ancaman

catatan : pengertian rehabilitasi termasuk perbaikan / remedial work


Gambar 19. Contoh matriks penangan terhadap ancaman keamanan
bendungan

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 26


Balai Bendungan

3.4.3. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada persiapan, yaitu:
- planning,
- penyiapan peralatan,
- pembentukan organisasi penanggulangan bencana

a. Planning
Kegiatan yang dilakukan:
- Penetapan daerah potensi genangan banjir berdasar analisis
keruntuhan bendungan (dam break analysis)
- Pembuatan peta evakuasi, termasuk arti tanda bunyi sirine dan
bagaimana/apa yang harus dilakukan penduduk, arah dan jalan
pengungsian, titik pertemuan pengungsi.
b. Penyiapan peralatan
Peralatan yang harus disiapkan adalah peralatan system gawar darurat
atau sistem peringatan dini, berupa sirine di bendungan dan di daerah
potensi genangan banjir di hilir. Disamping itu juga penyiapan bahan yang
diperlukan pada saat terjadi kondisi darurat, yang dapat berupa bahan
banjiran yang diperlukan untuk perbaikan sementara dan bahan yang
diperlukan di tempat pengungsian,
c. Pembentukan organisasi penanggulangan bencana
Organisasi penanggulangan bencana keruntuhan bendungan tidak
dibentuk secara khusus, tapi menggunakan organisasi Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana (Satlak PB/Satkorlak PB) yang telah ada di
daerah. Yang diperlukan adalah memerinci secara jelas tugas setiap
instansi anggota Satlak PB atau Satkorlak PB, bila terjadi bencana
keruntuhan bendungan, dan juga system komunikasinya.
d. Pelatihan dan sosialisasi
Pelatihan yang dilakukan berupa pelatihan bagi petugas O&P bendungan
dan pelatihan/simulasi bagi anggota Satlak PB serta sosialisasi terhadap
penduduk secara bijaksana,

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 27


Balai Bendungan

Gambar 20. Hal-hal yang harus di uraikan dan ditetapkan dalam Rencana
Tindak Darurat disaat bendungan sudah memasuki siaga III
(sangat kritis) dimana bendungan diperkirakan segera akan
runtuh.

Gambar 21. Contoh peta evakuasi penduduk dalam rencana tindak darurat

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 28


Balai Bendungan

3.5. Rangkuman
1) Agar keamanan suatu bendungan terwujud, bendungan harus didukung dengan
tiga pilar, yaitu:
- Pilar 1 : Keamanan Struktur
- Pilar 2 : Pemantauan dan Pemeliharaan
- Pilar 3 : Konsep Tanggap Darurat
2) Bendungan dianggap aman ditinjau dari aspek keamanan struktur, apabila
memenuhi tiga kreteria pokok sebagai berikut:
- Bendungan harus aman terhadap semua beban yang bekerja pada segala
kondisi operasi.
- Bendungan harus aman terhadap kegagalan hidrolik
- Bendungan harus aman terhadap kegagalan akibat rembesan
3) Bendungan perlu dipantau perilakunya, karena bendungan akan selalu
mendapat ancaman dari fenomena alam berupa banjir dan gempa yang dapat
mengancam keamananan bendungan, dan sejalan dengan perjalanan waktu
secara alami karakteristuk struktur akan berubah yang mengarah pada
penurunan mutu.
4) Tujuan pemantauan perilaku bendungan adalah untuk mengetahui sedini
mungkin: penyimpangan, cacat dan ancaman-ancaman terhadap keamanan
bendungan. Atau dengan kata lain untuk mengetahui problem yang sedang
berkembang, hingga dapat diambil tindakan secepatnya sebelum problem
berkembang lebih buruk.
5) Rencana Tanggap Darurat, disusun dengan prinsip: Pengelola bendungan dan
Organisasi Penanggulangan Bencana (Satkorlak/ Satlak Penanggulangan
Bencana) harus selalu siap menghadapi segala kondisi darurat (sampai kondisi
terburuk), sehingga risiko kegagalan bendungan dapat ditekan sekecil mungkin.

3.6. Latihan
1) Agar keamanan bendungan terwujud, pilar-pilar apa saja yang harus dimiliki
suatu bendungan? Jelaskan!
2) Jelaskan tiga kreteria pokok yang harus dipenuhi agar bendungan aman
ditinjau dari aspek strukturnya!
3) Jelaskan, kenapa perilaku bendungan perlu dipantau!
4) Jelaskan apa tujuan pemantauan perilaku bendungan!
5) Jelaskan prinsip yang menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Tanggap
Darurat?

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 29


Balai Bendungan

Lampiran 1

Persyaratan faktor keamanan minimum untuk stabilitas bendungan tipe urugan

No Kuat FK tnp FK dg
Kondisi Tekanan Pori
geser gempa Gempa
1. Selesai pembangunan tergantung : 1. Efektif Peningkatan tek. pori pada 1,30 1,20
1. Jadual pembangunan timbunan dan pondasi
2. Hubungan antara tek. pori dihitung menggunakan data
dengan waktu lab. & pengawasan
instrumen
Lereng U/S dan D/S Idem hanya tanpa 1,40 1,20
pengawasan instrumen
Dengan gempa tanpa kerusakan, Hanya pada timbunan tanpa 1,30 1,20
digunakan 50% koef. gempa desain data lab. & dengan/tanpa
pengawasan instrumen
2. Total 1,30 1,20
2. Rembesan tetap tergantung : 1. Efektif Dari analisis rembesan 1,50 1,20
1. Elevasi muka air normal sebelah
udik
2. Elevasi muka air sebelah hilir
Lereng U/S dan D/S. Dengan
gempa tanpa kerusakan digunakan
100% koef. gempa desain
3. Pengoperasian waduk tergantung : 1. Efektif Surut cepat dan dari elevasi 1,30 1,10
1. Elevasi muka air maks. di udik muka air normal sampai
2. Elevasi muka air min. di udik muka air minimum.
(dead storage) Lereng U/S dan D/S
Lereng U/S harus dianalisis untuk Surut cepat dari muka air 1,30 -
kondisi surut cepat maks. sampai muka air min.
Pengaruh gempa diambil 0%
dari koef. Gempa desain
4. Luar biasa tergantung : 1. Efektif Surut cepat dari elevasi 1,20 -
1. Pembuntuan pada sistim muka air maksimum sampai
drainase muka air terendah bangunan
2. Surut cepat karena penggunaan pengeluaran.
air melebihi kebutuhan Pengaruh gempa diabaikan
3. Surut cepat keperluan gawat
darurat

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 30


Balai Bendungan

Lampiran 2

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 31


Balai Bendungan

Lampiran 3

DOKUMEN USULAN PERSETUJUAN DESAIN

Dokumen yang diperlukan (minimal 2 rangkap), antara lain mencakup :

1. Perijinan
a. Copy ijin penggunaan sumber daya air dan persetujuan prinsip pembangunan
bendungan dari Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangannya..
b. Copy persetujuan AMDAL.

2. Laporan studi kelayakan (termasuk basic design)

3. Ringkasan eksekutif ANDAL, RKL, RPL

4. Laporan desain rinci :


a. Laporan utama (main report)
b. Laporan ringkasan (excecutive summary)
c. Laporan penunjang (supporting report) yang terdiri antara lain:
- Kriteria desain
- Laporan investigasi geoteknik
- Laporan pengukuran
- Laporan analisis hidrologi
- Laporan model test
- Perhitungan desain(design calculation)
- Rencana dan Metode pelaksanaan konstruksi (construction method)
- Spesifikasi teknik
- Rencana / Panduan O &P awal
- Gambar desain lengkap
- dll.
d. Laporan penyelidikan rinci mengenai perilaku, unjuk kerja (performance)
riwayat operasi, dan kekokohan bangunan (lihat pasal 38 Pedoman
Keamanan Bendungan) bagi desain rehabilitasi, perluasan, perubahan dan
penghapusan fungsi bendungan.

5. Laporan kaji ulang desain ( bila ada)

6. Uraian desain ringkas mencakup butir-butir yang tercantum dalam Daftar Simak

7. Data teknis bendungan sesuai format baku

8. Foto-foto lokasi calon bendungan, sumber material, dll.

Catatan : butir 1) dan 3) tidak untuk dikaji.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 32


Balai Bendungan

Lampiran 4

DOKUMEN USULAN PERSETUJUAN PENGISIAN WADUK

Dokumen yang diperlukan (minimal 2 rangkap ), paling tidak terdiri atas :


1. Laporan geologi teknik, berdasar hasil observasi galian pondasi dan investigasi
tambahan (kalau ada) serta laporan mengenai perbaikan pondasi.
2. Laporan pekerjaan grouting, (bila dilakukan perbaikan pondasi dengan grouting).
3. Laporan perubahan desain (kalau ada) disertai pertimbangan perubahan.
4. Laporan kendali mutu pekerjaan (termasuk hasil uji) dan pelaksanaan konstruksi
berikut kendala dan cara mengatasinya.
5. Hasil pemeriksaan peralatan hidromekanik di pabrik maupun di lapangan serta hasil
uji kering dan basah.
6. Laporan Penyelesaian Proyek (Project Completion Report). Bila butir 1 sampai
dengan 5 sudah tercakup dalam laporan ini, maka laporan secara terpisah tidak
diperlukan lagi.
7. Laporan pembacaan instrumentasi selama pelaksanaan konstruksi serta
analisisnya.
8. Rencana Tindak Darurat, sistem peringatan banjir dan laporan sosialisasinya.
9. Rencana kegiatan pengisian awal waduk, termasuk petugas-petugas yang terlibat
dan tanggung jawab masing-masing.
10. Panduan Operasi dan Pemeliharaan secara menyeluruh, Petunjuk khusus Operasi
dan Pemeliharaan peralatan hidromekanik dan Pola operasi waduk.
11. Program Pengamatan / Pemantauan (Surveillance Programme).
12. Organisasi pelaksana O & P lengkap dengan :
a. Bagan organisasi
b. Uraian tugas beserta kualifikasi personilnya.
13. Laporan pelatihan petugas O & P mencakup operasi normal dan operasi darurat.
14. Uraian ringkas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi
mencakup tabel/matriks perbandingan kondisi/parameter desain dengan hasil
pelaksanaan di lapangan serta mencakup uraian dan butir-butir seperti tercantum
pada Daftar Simak.
15. Gambar konstruksi dan gambar purna konstruksi (as built drawing.
16. Data teknis bendungan (sesuai format baku) yang telah dimutakhirkan.
17. Foto-foto dokumentasi pelaksanaan konstruksi.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 33


Balai Bendungan

Lampiran 5

DOKUMEN USULAN PERSETUJUAN


PENGOPERASIAN WADUK

Dokumen yang diperlukan (minimal rangkap 2), antara lain terdiri atas :

1. Hasil pembacaan alat pemantau perilaku bendungan (instrumentasi) sejak saat


pelaksanaan konstruksi (pembacaan awal) sampai dengan pembacaan terakhir.

2. Analisis perilaku bendungan berdasar hasil pembacaan butir 1 dan hasil


pemeriksaan bendungan, waduk, lingkungan sekitar, fasilitas penunjang.

3. Panduan operasi dan pemeliharaan waduk yang telah disesuaikan dengan kondisi
yang sebenarnya.

4. Surat Keputusan pembentukan Organisasi O & P termasuk penanggung


jawab/satuan pemantau bendungan berikut program pelatihannya.

5. Laporan operasi peralatan hidromekanik.

6. Laporan kejadian khusus/ peristiwa dan musibah (incidents & accidents) seperti
longsoran, rembesan, bocoran, pergeseran, kegempaan, deformasi, tidak berfungsi
suatu komponen penting, dll.

7. Laporan ringkasan pelaksanaan pengisian waduk termasuk uraian dari butir-butir


yang tercantum dalam Daftar Simak.

8. Untuk persetujuan desain, pengisian awal maupun operasi bagi bendungan yang
direhabilitasi/diperluas, selain laporan seperti pada buti-butir di atas, juga perlu
dilengkapi laporan-laporan sebagai berikut :

 Kondisi bendungan sebelum direhabilitasi, termasuk gambar-gambar desain


asli dan gambar purna konstruksi (as built drawing).
 Alasan dilakukannya rehabilitasi/perluasan,
 Hasil survey dan investigasi dan desain rehabilitasi/perluasan.
 Kendali mutu pelaksanaan konstruksi rehabilitasi/perluasan.

9. Data teknis bendungan sesuai format baku yang telah dimutakhirkan

10. Foto-foto, a.l. saat air melimpas bangunan pelimpah, muka air tertinggi di waduk,
daerah genangan waduk.

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 34


Balai Bendungan

Lampiran 6

DOKUMEN USULAN PERSETUJUAN


PENGHAPUSAN FUNGSI BENDUNGAN

Dokumen yang diperlukan (minimal rangkap 2), antara lain mencakup:

1. Rencana rinci mengenai penghentian, eksploitasi atau pembongkaran bendungan


(kalau diperlukan), termasuk program pemugaran kondisi lingkungan, keamanan dan
pengamanan lingkungan. Bila bendungan ditanggalkan dalam keadaan utuh, rencana
pemantauan dan pemeliharaan yang mencakup organisasi pelaksana dan penyediaan
dananya.

2. Hasil analisis stabilitas bangunan-bangunan yang tersisa atau ditinggalkan atau


evaluasi keamanan bendungan bagi bendungan yang ditinggalkan utuh.

3. Hasil investigasi rinci mengenai konsekuensi atau dampak penghapusan fungsi


bendungan terhadap kondisi hidrologi dan hidrolika setempat, terutama mengenai:

 pemilihan dan penetapan alur sungai baru yang melintasi waduk yang kosong.
 pengendalian banjir.
 pengaruh banjir dan/atau kekeringan yang terjadi disepanjang lembah sungai
di hilir bendungan, termasuk peningkatan muatan sedimen.

4. Dampak lingkungan antara lain kemungkinan berkembangbiaknya penyakit-penyakit


tertentu, stabilitas tebing atau lereng waduk, dan lain-lain.

5. Gambar-gambar yang diperlukan ukuran A1 dan A3.

6. Foto-foto dokumentasi

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 35


Balai Bendungan

Lampiran 7

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 36


Balai Bendungan

Lampiran 8

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 37


Balai Bendungan

Lampiran 9

Contoh “Sertifikat” Persetujuan Desain

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 38

Anda mungkin juga menyukai