(2a-
PEDOMAN KLASIFIKASI BAHAYA BENDUNGAN
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
)'
KBPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
NOMOR : 108/KPTS/A/1998
Tentang :
PENGESAHAN PEDOMAN
KLASIFIKASI BAHAYA BENDUNGAN
to '
enimbang : a. Rnh'.,a bendungan
Bahwa henrhrngan sehasai banoun yang mempunyal kemanfaatan umum.
sebagai bangunan
perlu adanya upaya pengamanan agar diperoleh manfaat selama mungkin
serta jaminan atas keselamatan masyarakat di hilir bendungan.
'
Ditetapkan di JAKARTA
Pada tanggal 22 Desember 1998
enderal Pengairan
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
:
L.2 Tujuan
Tujuan dari Pedoman ini adalah untuk menuju obyektivitas dan konsistensi dalam
penentuan klasifikasi bahaya di bagian hilir suatu bendungan-
1.3 Pengertian
. Tingkat bahaya bagian hilir adalah : potensi kehilangan jiwa atau kerusakan
harta benda di hilir suatu bendungan atau tampungan air akibat dari air banjir
(meluap), sehingga terjadi kegagalan struktur baik sebagian maupun
seluruhnya, atau disebabkan tidak berfungsinya pintu.
. Penduduk terkena Resiko (PenRes) adalah semua orang yang berada di dalam
batas-batas daerah genangan akibat dari keruntuhan suatu bendungan, bila
tidak diungsikan akan menghadapi suatu keadaan bahaya.
r Banjir Penres adalah banjir yang menjangkau penduduk yang terkena resiko
akibat dari keruntuhan suatu bendungan'
I- I
Kerugian ekonomi adalah kerugian karena kerusakan pada tempat pemukiman,
bangunan komersial, daerah pertanian, bangunan fasilitas umum seperti
jembatan, jalan raya, jalan kereta api dan sebagainya, tetapi tidak termasuk
kerugian pada bendungan, fasilitas lainnya yang terkait serta tujuan
dibangunnya bendungan tersebut.
Bendungan Berurutan (Multiple Dams) adalah jika dalam satu alur sungai
terdapat lebih dari satu bendungan.
pembuangan air banjir yang memadai adalah titik batas bawah dimana tidak
terdapat lagi potensi kehilangan jiwa dan kerusakan harta benda yang
disebabkan oleh aliran banjir, dalam hal ini termasuk : tidak ada penghunian
oieh manusia; tidak ada antisipasi pembangunan di waktu masa depan; arus
banjir memasuki teluk, samudra atau kanal besar; alus banjir sedang
tertampung dalam tanggul-tanggul kanal.
pada Bab II, rnengatur Sistem Kiasifikasi Bahaya diberlakukan bagi bendungan di
Indonesia. Sistem dari negara iain ditambahkan agar pembaca dapai
memperbandingkan mengenai nilai dan parameter dalam menentukan tingkat
klasifikasi bahaya.
Pada bab IV, memberikan petunjuk dan kriteria untuk identifikasi bahaya bagiabn
hilir.
Penting untuk dicatat, bahwa pedoman ini dimaksudkan untuk menentukan klasifikasi
bahaya bagian hilir dan ir dan
bukan untuk menyiapkan peta genangan guna Rencana Tindak Darurat (RTD).
Studi keruntuhan bendungan bukan merupakan ilmu yang eksak, pedoman dan
kriteria dalam pelaksanaan studi ini akan beragam tergantung kepada tujuannya.
Walaupun studi untuk klasifikasi bahaya Rencana Tindak Darurat mempunyai
beberapa kesamaan, tetapi masih ada perbedaan yang besar, perbedaan ini dijelaskan
di butir 3.1 .
| -2
BAB II
KLASIFIKASI TINGKAT BAHAYA BAGIAN HILIR
Sistem Kiasifikasi Tingkat Bahaya terdiri dari lima tingkatan yang didasarkan pada
jumlah keluarga di hilir bendungan dan berada dalam keadaan bahaya jika terjadi
keruntuhan bendungan dan kelompok penduduk ini disebut Penduduk terkena Resiko
(PenRes).
Daftar : 2.1 Matriks jumlah keluarga yang terancam bahaya akibat dari
keruntuhan suatu bendungan dan klasifikasi tingkat bahaya.
t-200 -- 2 2 I 1
I
201 - 5000 4 ) J 2
A
5001 - 20000 4 t J
20001 - 250000 5 4 4 tA
> 250000 5 5 5 5
il- 1
Sistem klasifikasi dapat juga digunakan sebagai. sarana memperioritaskan
pekerjaan untuk rehabilitasi dan dalam rangka peningkatan bendungan. Klasifikasi
yang lebih tinggi akan memiiiki tingkat bahaya hilir yang lebih besar, sebab itu
upaya penanganan adalah sangat penting.
Sebagai contoh daerah genangan pada pengkajian pertama kurang dapat diketahui.
Oleh sebab itu Klasifikasi Bahaya Tingkat 5 dapat digunakan, biia diketahui kota
besar berpenduduk 250.000 keluarga berada di hilir bendungan. Demikian pula
untuk Klasifikasi Bahaya Tingkat I dapat diterapkan bila diketahui bahwa di
bagian hilir bendungan tidak berpenduduk.
Dengan diterapkannya Tingkat Klasifikasi Bahaya, hal ini berarti bahwa kepada
bendungan diberikan prioritas tinggi untuk dilakukan studi yang rinci (detail),
termasuk pula penganalisaan seperti terurai dalam Bab IIi dan Bab IV dari dari
pedoman ini. Hasil dari analisa, akan digunakan kemudian dalam penerapan
Tingkat Klasifikasi Bahaya yang baru. Tingkat yang baru ini, akan dicatat ke
dalam Inventarisasi Bendungan Balai Keamanan Bendungan, dan digunakan
sebagai prioritas untuk kegiatan pekerjaan rehabilitasi dan mempersiapkan Rencna
Tindak Darurat.
Penres terbatas pada daerah yang mengalami dampak langsung akibat banjir yang
disebabkan oleh keruntuhan bendungan. Jadi PenRes tidali mempertirnbangkan
situasi seperti adanya orang di waduk atau kecelakaan lalu lintas karena Iintasan
jalan raya yang hanyut (seteiah dilalui gelombang banjir).
il-2
. Tempat tinggal yang dihuni tetap (Bangunan yang sekarang ini dipakai untuk
kediaman secara perrnanen dan dipakai sehari-hari serta dihuni oleh 5 orang.
. Daerah tempat kerja dengan pekerja harian (mingguan) yang bertempat tinggal
tinggal di lokasi kerja.
. Utilitas public dan fasilitas umum yang vital (pembangkit tenaga listrik,
tempat pengolahan air dan seterusnya)'
. Perindustrian atau usaha swasta termasuk produksi bahan (pasir, batu, kerikii
dan sebagainya).
Daerah rekreasi.
Penting untuk dicatat, bahwa tingkat klasifikasi bahaya hilir hanya dihubungkan
dengan jiwa manusia di daerah bahaya, dan tidak sama dengan pengertian 'Jiwa
manusia yang diperkirakan hilang". Jika yang diperkirakan cenderung merupakan
perkiraan jumlah kematian akibat banjir karena kegagalan bendungan dan merupakan
ramalan berdasarkan waktu peringatan bahwa akan menghadapi banjir yang
berbahaya dan juga menggunakan hubungan antara waktu peringatan dan kehilangan
jiwa manusia.
II-3
Bendungan bisa saja runtuh dalam waktu saat kebanyakan orang istirahat'(2]100-
06.00), jadi kemungkinan kecil atau sama sekali tidak ada p6ringatan kepada
penghuni di hilir.
Disebabkan oleh banyaknya ketidakpastian, dan ketidaktahuan menyangkut perkiraan
korban jiwa, suatu pendekatan konservatif menggunakan Penduduk terkena Resiko
(versus korban jiwa manusia yang diperkirakan hilang) dalam sistem klasifikasi
tingkat bahaya hilir dipergunakan untuk Program Keamanan Bendungan sesuai daftar
2.1.
)1 Kerugian Ekonomi
Dalam kerugian ekonomi tidak termasuk kerugian pada bendungan, fasilitas lainya
yang terkait dan tujuan dibangunnya bendungan tersebut.
Il-4
BAB III ..
3.1 Umum
Penentuan klasifikasi tingkat bahaya bagian hilir yang didasarkan pada daftar
2.1 adalah tepat, apabila PenRes dan/atau kerugian ekonomi akibat keruntuhan
bendungan telah diketahui. PenRes danr/atau kerugian ekonomi dapat
ditentukan jika potensi genangan di hilir bendungan telah dikaji.
ii. Prosedur analitis untuk klasifikasi tingkat bahaya hilir dapat berbeda
dari pertimbangan teknis.
iii. Klasifikasi tingkat bahaya hilir tidak ada kaitannya dengan waktu
perjalanan gelombang banjir di potongan melintang tertentu.
Penekanannya adalah pada tinggi maksimum dan kecepatan suatu
kejadian banjir di potongan melintang pada tempat tertentu.
III - I
Bila studi mengenai genangan telah dilakukan atau ada, maka studi ini perlu
dikaji, dan apabila baik, maka bisa digunakan dalam penentuan tingkat
klasifikasi bahaYa.
"
Catatan : Studi analisa keruntuhan bendungan, mungkin bisa diperoleh di
Kantor Pusiitbang Air di Bandung atau Lembaga lainnya. Contoh dapat
diperiksa penjelasan pada A, B dan D.
Dalam beberapa situasi klasifikasi tingkat bahaya hilir mungkin telah jelas;
jadi, klasifikasi tingkat bahaya hilir semata-mata berdasarkan pada
pertimbangan teknis dengan menggunakan informasi dari survey lapangan
dan/atau peta toPografi.
Sebagai contoh I ,
ii. Dataran banjir sama sekali tidak ada penduduk dan daerah hilir yang
tidak dikembangkan, dimana banjir akibat kegagalan bendungan akan
mengecil dan tertahan di antara tanggul saluran utama atau mencapai
suatu tampungan air yang luas (misalnya waduk besar atau laut),
tanpamengancam kepada jiwa manusia atau kerugian ekonomi.
TTl -2
Terdapat tiga tahap utamo pada keruntuhan studi keruntuhan bendungan,
yailu ;
ii. Tentukan titik terakhir dari penelusuran banjir (flood routing); dan
Hasil studi keruntuhan bendungan akan sangat akurat, jika kita ketahui
skenario kegagalan sebelumnya. Namun. untuk studi keruntuhan
bendungan ini tidak pasti dan hanya merupakan suatu asumsi.
III-3
'
Langkah 1 : adakan evaluasi, bila terdapat keiemahan struktural atau
operasional (misalnya peiimpasan air sebagai akibat
tidak berfungsinya pintu) akan membuat skenario yang
lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan skenario
lainnya. Kalau demikian, jabarkan skenario ini secara
konservatif dan dijadikan dasar bagi studi keruntuhan
bendungan (Lihat Penjelasan A'B dan D).
III-4
3.4.4. Tinggi puncak dan kecepatan banjir
III-5
BAB IV
IDENTIFIKASI TINGKAT BAHAYA
4.t Umum
Tingkat bahaya hilir dapat diidentifikasi dari peta topografi, foto, survey
lapangan, dan informasi dari petugas. Termasuk situasi yang berpotensi
mengancam penduduk yang terkena resiko.
Apakah genangan air sedalam 0,30 m akan mengakibatkan korban jiwa jika
banjir melampaui suatu jembatan jalan raya, apakah jembatan tersebut akan
musnah jika tidak, apakah kendaraan yang melalui akan terbawa oleh air banjir
dan seterusnya. Pertanyaann seperti ini merupakan dasar untuk
mengidentifikasi tingkat bahaya hilir yang dijelaskan pada butir 4-?, sampai
dengan butir 4.7.
Hubungan antara tinggi aliran dan kecepatan aliran pada tingkatan banjir yang
berbahaya yang disajikan dalam gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.5 dibagi
dalam tiga zona, yaitu : zona tingkat bahaya rendah, zona tingkat bahaya
pertimbangan dan zona tingkat bahaya tinggi.
hubungan antara tinggi dan kecepatan air banjir yang dilukiskan dalam
IV-I
Zone tingkat bahaya tinggi
- Jika kemungkinan tingkat bahaya hiiir yang terjadi mengil:uti kurva
hubungan antara tinggi dan kecepatan air banjir dan diasumsikan
memungkinkan.
- Zone bahaya rendah dan zone bahaya tinggi yang mewakiii dua titik
ekstrim, dimana tidak ada PenRes dan ada sebagian PenRes. Antara
.
kedua titik ekstrim tersebut terdapat zona ketidakpastian dalam hal
IV-2
Rumah papan kayu bertingkat memberi keamanan pada penghuni,
narnun demikian harus dianggap bahwa penghuni akan sadar adanya
banjir (misalnya tidak tidur) dan akan pindah ke tingkat yang lebih
tinggi.
Jika ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diramalkan dengan pasti,
maka dengan pendekatan yang menganggap bahwa tingkat bahaya hilir yang
mungkin terjadi di daerah genangan, harus dipertimbangkan penggunaan
Gambar 4.1 sampai dengan 4.5. Tetapi, untuk situasi-situasi dimana para
anaiis yakin mengenai perkiraan mengenai ketinggian dan kecepatan banjir
maka, Gambar 4.1 sampai dengan 4.5 dapat digunakan. Kemudian para hnalis
dapat memutuskan kemungkinan bahaya hilir dan memperkirakan PenRes.
4.2 Bangunan Fasilitas Umum, Daerah Tempat Kerja dan Tempat Tinggal
IV.3
.
4-3 Rumah-Rumah Mobil (di Indonesia belum umuml pada masa sekarang)
PenRes meliputi semua penghuni rumah mobil yang berlokasi didalam batas
daerah genangan, dan tergantung kepada kombinasi ketinggian dan kecepatan
banjir yang digambarkan di atas zone bahaya rendah dari Gambar 4.2. Namun
demikian, hanya dapat dibenarkan, jika tidak ada PenRes yang dihubungkan
dengan para penghuni rumah mobil terhadap kombinasi ketinggian dan
kecepatan banjir, yang digambarkan dalam zona pertimbangan. PenRes selalu
berhubungan dengan para penghuni rumah mobil terhadap kombinasi
ketinggian dan kecepatan banjir yang digambarkan dalam zona bahaya tinggi,
kecuali dalam hal sangat khusus dimana para analis dapat menyajikan
kebenarannya.
Bila ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti,
maka penentuan PenRes rnencakup semua orang yang berada dalam daerah
genangan, tanpa petunjuk mengenai ketinggian dan kecepatan dan klasifikasi
tingkat bahaya hilir.
o Dan sebagainya.
IV.4
Namun demikian, karena klasifikasi tingkat bahaya hilir di dasarkan pada
dampak langsung dari banjir yang melewati ,jalan tersebut, sedangkan
kecelakaan kendaraan sebagai akibat dari kerusakan jalan setelah banjir
melewati jalan tersebut, tidali dipertimbangkan saat memperkirakan PenRes
Karena dianggap bahwa kendaraan telah berada di jalan atau sedang berusaha
memasuki jalan sewaktu tergenang air banjir
Jika ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti,
maka PenRes yang meliputi semua orang yang berada di daerah genangan,
tanpa mengacu kepada gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.5 (Periksa
Iampiran).
Jalan darat akan menjadi faktor dalam menentukan klasifikasi tingkat bahaya
hilir dari bendungan, bila jalan itu dilapisi (aspal atau beton). Kritefia ini
memberi cara penyederhanaan penghitungan jumlah, frekwensi dan kecepatan
lalu lintas di atasjalan darat tersebut.
Kriteria jalan yang dilapisi berlaku, kecuaii analis dapat memberi alasan
terhadap hal yang sebaliknya. Sebagai contoh, jalan darat yang dilapisi dapat
berlokasi di tempat yang amat jauh dan jarang dilalui, atau jalan darat
mungkin tertutup selama waktu tertentu dalam waktu tahun berjalan, dan
dimana kegagalan bendungan dianggap terjadi. Seperti kasus, dimana banjir
yang mengakibat kegagalan bendungan, hanya dapat membahayakan jalan
darat, bila kegagalan disertai oleh banjir besar, tetapi banjir besar ini hanya
terjadi, selama musirn hujan pada saat jalan darat ditutup untuk lalu lintas.
Sebaliknya, jalan yang tidak dilapisi dapat juga menimbulkan situasi bahaya
bagi PenRes, hal tersebut dapat menghasilkan klasifikasi tingkat bahaya
sedang atau bahaya tinggi jika pembenaran yang tepat dapat diajukan. Sebagai
contoh adalah jalan kerikil yang membentang di suatu lembah panjang dan
sempit dengan suatu bendungan yang berlokasi di hulu. Jalan ini diiintasi oleh
beban lalu-lintas yang sedang, karena jalan ini merupakan jalan yang masuk ke
kawasan rekreasi yang telah didirikan, daerah berpemandangan menarik,
daerah perumahan, dan seterusnya Sedang jalan darat yang meliwati lembah
panjang dan sempit, dapat mengakibatkan korban jiwa atas pengendara
kendaraan pada waktu banjir sebagai akibat kegagalan bendungan, disebabkan
sulitnya losos dari bahaya pengendara dalam lembah.
IV-5
4.5 Jalan untuk Pejalan Kaki
Jalur jalan untuk pejalan kaki meliputi jaian yang dilapisi. trotoar. jalan rata,
jalan sepeda, dan jalur pejalan kaki/pendaki. Dimana jalan untuk pejalan kaki
dipisahkan. dan/atau dapat mempengaruhi klasifikasi tingkat bahaya hilir.
PenRes dapat diperkirakan dengan menggunakan Gambar 4.4 dan 4.5.
PenRes meiiputi semua pejalari kaki yang berada didalam batas genangan'
tergantung yang digambarkan di atas zona bahaya rendah dari Gambar 4.4 atau
4.5. Namun demikian, dapat dibenarkan, tidak ada PenRes di daiam zona
pertimbangan. PenRes selaiu dihubungkan dengan pejalarr kaki di dalam zona
tahaya tinggi, kecuaii dalam hal amat khusus dimana analis dapat memberi
pertimbangan yang benar.
Jika ketinggian dan kecepatan air banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti,
maka PenRes meiiputi semua olang yang berada dalarrr daerah genangan,
tanpa mengacu kepada ketinggian dan kecepatan dan klasifikasi tingkat bahaya
hilir yang sesuai dapat ditentukan.
Skenario kegagalan bendungan yang disertai oleh limpasan banjir besar dalam
waktu tertentu, dianggap bahwa orang berada daiam keadaan bahaya.
Sehingga penggunaan fasilitas dalam jangka waktu ini perlu dipertimbangkan
dalam memperkirakan PenRes. Sebagai contoh, jika bendungan dapat
mengancam kehidupan manusia dalam musim hujan. maka pengantisipasian
penggunaannya selama waktu itu perlu dipertimbangkan saat memperkirakan
PenRes.
IV-6
4.7 Kemungkinan Kombinasi Bahaya di BerbagaiArea
Jadi, yang terbaik adalah memberikan suatu klasifikasi tingkat bahaya hilir
berdasarkan PenRes sebeium kerugian ekonomi dipertimbangkan' Kemudian,
jika PenRes lebih besar, dari.yang dipertimbangkan, menghasilkan klasifikasi
bahaya tinggi, dalam hal ini perkiraan kerugian ekonomi tidak perlu, sebab
tidak mempengaruhi klasifikasi bahaya. Namun demikian, jika klasifikasi
bahaya adalah kurang dari tinggi, kerugian ekonomi perlu dievaluasi untuk
menentukan apakah klasifikasi bahaya dapat ditingkatkan.
IV-7
BAB V
PENUTUP
Kiasifikasi tingkat bahaya hiiir merupakan alat manajemen, karena dapat menjadi
faktor penentu dalam menetapkan perlu tidaknya evaluasi keamanan secara formal
dengan kemungkinan modifi kasinya.
Penentukan klasifikasi tingkat bahaya hilir dapat bervariasi misalnya dengan gambaran
sekiias dari peta topografi, hingga suatu analisa yang memerlukan data lapangan yang
rinci, model analitik yang handal dan rumit yang memeriukan komputer digital dengan
kecepatan tinggi serta pelatihan oleh pemakainya.
Sementara klasifikasi tingkat bahaya hilir mungkin jelas untuk bendungan besar, tetapi
diperiukan analisa yang rinci dan ditambah dengan pertimbangan yang tepat untuk
bendungan kecil. Namun demikian, analisa yang rinci tidak selalu menghd.silkan
klasifikasi tingkat bahaya hilir yang tepat. Banyak informasi yang tidak jelas diperoleh
mengenai kerusakan konstruksi pada bangunan, jalan, tempat tinggal, sikap masyarakat
dalam menghadapi banjir dan sebagainya, oleh karena itu perlu pelaksanaan kebijakan
secara obyektif dan mantap atas klasifikasi bahaya tersebut oleh instansi yang
berwenang
v-1
i'ri;lli 'i?i.3. ..'.i..:;i
',friitiiiiffiffi'ffi -,:.;ii'5ri*tr11ffi
r*i$$iffi
i;r*;ffiirffi ffi iri
t-:iq.f:
I--ti.'-li
,' i'iiii;1;} . ':: : liEal
l'..{ii,
"
,
ifi4+ffi+*1*i;-++i+1,:ir, i i
...i;i ,,.ii:
':t;.1*ii1i{$ffi
#LiIis#,i;
;irHfi'i:ffi il;a
--:> i
iii*+ffi}$rffi
:i-^?l-iE
.i;+-,.s
:it.:rE
,:.,':ig.:#
j:,i.;.;t:ii.i
r'; l:rr-+l
:.; r.i:-i..t;
c
:o
o
d
:€ o
t
OO
n
.u
;9 o
IO
liL
:
o
3o'
c
T
cro o
<i! n
OL 6
I i(
-o o
o.L6 F
c7 > to
d69 6
o c
! 6j
oil o
.E
o' o
'.i o
o
d
le;
, . L:
-'c;
dN
I
c
;eqv c
a !l
Lt 6
i b-vr fO
{6L
:2l'. od0
igr
-lo&fc _5
LL
o
o
-odf-f od
a,
t
)o)F &
f
.c
o
c
_C o
U
o
f -I
tul
C ,.1
el
o
U il
ots
AP
lLd
L! I
f,oo
1YY
c
O
u-)
oL O
oo \o
' ml
;
Y
cc
t
.(a
r "l
.) ;
g'l cl
o ol
E
3al
o Jl
\o JI
AJ
0, ru;l OI
.o- -l .+l .
#l
o,l
--t
,zt
I
I
ol
>t
ol
.cl
-3lI
I
,rl
I dl
d vl
o, ol .Ll
o ;l
3,i'J
\O
\o ol
.0, G :.l
I #tI
I .dl
vl
o}
E;l
YI
o3l dl
:-9
Lv
El
i,, 6l
g
oro
Cv
-ol
I
6* cl
,mol
)l Iml
;lol
ae l\'rl {l
!i I I
'"rj(
il
orl
<L oI
60r il fl
G# -r
,
0rl
il tn LI
agll o ^J
t ''31 E
zo.-l El
:l
: (,ul_€ 5l
L,
g 5 iln;:
- E_v:l:a q
E
)a+
v1 -v
6:vllt il
,5i*^|.3- ,l
i i?il.
-o
-laYFlcl ,
r
o :.Elo o
€
e
Ll
rU
f
c
o
o*
a?
.ctd
d d<
tr t
fo,O
1YY
o
o
n
ro
OL
Oa o
o: o
ni lr)
. . { c.
\ld a
..' -l-E'
.' . --.I 5.'
.\ v'
a
o
:lf c
o
o
I
6
ol
6L o d
aO o
ml m a
&
t
o
)a F
'o o .;
trl o
r
c
o
cl {u
d
o
N {-l ,o
i
:z
{
-l .: d
-Oe o
-l
{d &L
o, s
JL c9 F
-l
wi
{&
JY
I
o{ o
si I'l
rG
o!fl
c
.g
6
c
o
d
o
aOl a
-c n I
cd
\\
\\
d\o
ac)
c
d
\\
i\\ 6
-* e
Ly^o
O^d
y
+
t- \ o a: so
h-\ L
TE E
! :g d o
t- OJ d
o a 0
t-.
tt.
:
\
t,
f,
I,
o c" o _ o
E
N
f-.
r\\ \ o
c ]Z
L 68,
i ruo
: L q -a
f
r t-.. \ L 67o ; ^
r o Lli
cr'I
lr)
F S;
gI ;o;:z-
-l
-:Pr o3.-
n iii
g'!n
rl
ol
.Pl
cl
ol
N JJ. .;
,F
!'b o
g
o
-D:otr."-'
>;i
o Yi o c L
s 3;
(Jt
-l
rz ; dl
-t
c \,v t
o .ol
LI
dl
ol
c
d
4 rrrrr\ c
o
(J
ol
tJl
CI
c
o
c,l
t ot
CDP
d ILd
d d=
&
o t! E
o l&o
1:<Y
\/
o
O
tr)
N
o
r,
I
.l
c:l
!l
)t
ol
B
lr)
r
o
Or
:ZI
I
ll
I o
I d
d
I ;d
I =
sl
Ll o Ul
r$ ol o
a ll lr) Y
=l
-g
t F
Y
E d
)l
o
ru
I c
6
io .E
o
ao o
a
d
o| 3,, c
L 9o d
ol d i:
i( t/l
ii
+
o,
:z
c
o
oli.
dd
td
L
0l
Cs
-C o
6t c
:z
o.I dt
0J
E
o c
d
o)
..9
d :l
-cl o'
c ol
6
c L
g; ,l
--lr
& J otr ul 6
o) f
0,
2ou, ol
i(l.-: r
-c
6
f
3c
aD
clru
--l
6
L
-6d
ol r- o vl
t ;I
t o
OJ 0,
o- Hi* 31 6
:zl#
Y o
. ..,I
-Y -'>( lG
lr) #l! o LI
-Y{r
)i a dtq
vl h ,31
d 9orc Ol L L EI
p -"dlrt -) .sio d
Flo -O
dl
t:)I
F L -)
OJo
o v
Y
c o
o
O) c
c o
o o
c
0
.c jlL o*
d ld O)r
L bln .ILd
0r c, 0, d 6=
t! t
o6 >ca )0/O
-.IYY
.)
O
-
2
:)
O e.
f
t F
7
ti :l
I
n
I o
,i tr)
e,t
I
I
I @
I a
i1
U
(_) Ili t
(, I H
\f
Z- I
{
I
z
O
t
r')
oa z
UJ
-) )<
Z Z
*1 ')n
co F
Y ca=
g. (, 9L
o z ; s<
u')
ni =co 7u.
F
=T
r.f J u 2<.
13 --)
P Z o n
; o o
a<
ca <.
!
=tf
f Ell t\
,E l-
I ylf tud
c z
I
=
.v)
E
LJL
ecD
)< :r
= 6
o.
F
:
f
Z :f u
o_
OJ
t",J )z
U
0J
(J (,
dd,; =u
Y tJ z- u1 6=
Y cc
o E OO O rJ-|,!
a u tlj
CD v
oa.""'
-T- F -t
z E !irL
-7
o
co LY
t-f
2 -r CDx
:f ct
z
l -(, T l" a'-
x ' -!v *
/^
z_ I< ZA
co
l
zIJ rJ (JrZ UJ=
G-F
:f -J ZLt
o- () Fca
I
I
I
I
(J z. =
(, o
c)
z (-)
Lrl
u-)
tr z. u.
d @
c<
o- =
t-
(,r< E
C@
tJ =
o_ @
o
_Ei zo 7
sR FJ
o
N]
lt) o lr)
l'- ln ru
d o' o
'ol
(r)
c
;
q
r\
t
d
j
n
j
J
tT
(,
z- co '7
--.; (\ 4
c l'lLL
<?
4 I.J
fiZ NOY
u^)
; t
@ 'FF
.e. +uJ\/
-L
', -- =O
u.o
co
s
:-
o >
:<
<>
-J_
\o-+
1
- LJ __)
tjg
ZO (r-f
a
(, z. u.
tJ
F!\
\
u)
fi UL
LrJ
:Z(J
=e
_F )
LJ O::FN
m +< LVt
-4 *-
r-t I r->
-,L
N=
a:'--
:v {Z
{ [n
E
r-- 3= #v +s
4- d'- Fc.
F() -@
Li
74
4co rg F9 A-
o -.4 6< Ii Xf
Za o] -<
N -4
6s t! LrJ Zi,
o- --.1 -; * A
= <
T
--I
Lj
a) ' Jco
T 6P
)
l-,= , (, I
L'J
o . Io (J Z
L@
tJJ
z.
tJ I
ZO
q o. =2.r
N
.q
- oTcr:
@ e ccDo-@
co o
z uz.z-z
o (J 0)C)OO
N }.NNN
(f o
o
O
r-t oi
'a
O)
.g
F
lr)
:r:
o co
q
g
LtJ
I 03
{
(j
i z
I
O
t o
z=
ca
;
lr)
c'.)P Z z
F (,
.E z.
t! co
(J 2 -Z=
tiJ
zs F
y <f
<-L
r]o ; Lr s.<
Z. c. o- <o
{ LL
a o u);
L (J =
tr,
o_
o- :<- 2.3a
tn6 z.
tr z 4;
cuc
P
a 7 (e ?
-n
ia
tri
d vf)-
a
ou
o.
q
OJ
oi
o
z.
:5 6
-L
=3
C\.! :Z
\: trj
*a
n
o E-
uJ<
<c)
uz
FO_ rr-L r 7t
<5 2@ ce< o_F
-z
atn =<
Z- t<
<: <\<
Js
o*
Zv ?9;s
trJ p
o-;
F3 ZtJ
coF
F
F.d ,
)Z t,
*J IT
I UZ.) =
:E
LUU
CD LLE
u')
C; rO
-qa
.(!
t]-!cr-I
e aco o- a
o
@
- a-7
qlo O O
(J :<N N N
KA
o-o
tr)
ru
c)
o
O
ci
5
'o|
Ol
c
;
a
J:
trJ
C
(,
2
1
u
2 o
I (,
d
5 @
il
!
I
I
o
c,)
I
CD
tiJ
cc
I
o
lr)
.na
PI
I .i oi
g
r"
rts
ii
z
c.)
iT
,c @
i$
;
C
_ri
I 'l O-
OL
:o u.
-
()
E
o
i
I E
t rU
c
(,
7
n f o
co t o
F
o n !
, o I
c
't
, ;g
c
I ()
o z
o
F..J
I
t a)
Y F
c I
C)
tr)
g) I o_
Lrl
/
c
o I O
t!
! F )<
.{
II I
tr
=o L
a- F
z_
i o
o
!- z
f
I !
o
c.
c
o,
o
z
=
m
T o :)
!
! o =
p o
tr)
I o
I o
c *
I, N
o
t co
t (,
O o
o o
q o'
O)
O)
.g
F
ca
O.
GI .s=z
(A
V :.<
Z.
4
ii
V.:
U2
! 04;
z a*
L]:
V
l c'
F >a
'7
O= +.<
'Lo J s-Z
64{
-y-
4 H-
*a
.:_ I <=
\o oa\
LJ
a u6a
t- Cra!
--)
|-u ea:
O_ trJ eY.'^
ru]
LJ
LJ
t.l
}I
L
:ra*
(/,);
L,J
J<i
a ooil
Ico
tf ;<J
rf
<r<<
:!J
=
F -=J
a
i3r
2 *r-
F
z -Y*
L?L]}
t-Q
o z F-
ul l,l
Lf
LJ
V
(f zl oz+
co Ll<a
l 7 rlQ
*7
I F;u -
:tr -o.
o u-) g {F{
+ o IOa-
z or<LJ<
c cao*ca
o oa
o
N L
@
: a <<<
zzz
(3
!, clocl
)< NINN
o r,l" lr) o
o- N u1_
o
n
o
o-
o
o
6cll
.F
kfitstffi{ffi
.t.
iirtri,ilii':?;j
r#l;q;El*ifi{r,
ffi{r;ii;iiii?ffi
r:t) J -r._; ,:
x*st*t*ltr*$tt**ffi'
,$
++" :.4-L- .<-.,: ,
.:-_t:,''\*r\,_.; r-t_F- _.
r*i$$l*iti*I*Er
,-iiiiii;#I1;i$$_#f:,iil=$,tiffi
i:rr: tlii::
r,
',,
i?:i tz ' -r r1t.l;,r'$:,' . \'rrl
i..11iiiiiiti: .i:i
iffi,:;rxiffi;+:r.+:et
j;l
:,.{i,,ffi -".ii',,
rttriity$gt:;
; :'''.., -:- ::.lf:i]t,
J:;j.-:r-ii
. ,...;,-;.':''.1 '.'. "rj .
.=i1".,.1i,.-.:,#,fj,:'i'i.,.,+
; t., i:-,v l,i1
::;,.rt,1t:::,# ;jirit -: i,:. -t'-:,1{I
+#tit$.*ffiiJ;
. 1
ii;i,1,: .,;:i'-:.,:'Y,:i
iiiiiiiiii+*iffi,'i'
t
ii;ltirlirff f,.*Yit+i.:i'*i-*
rji_jtii;,ii.,,]$
r;aj";l:4,{,9*1_.6* '*rtriii";ri:iir*r l:.ir-];iT,ki:
rri:i{{ii+:?kiiiiiii;,.ir.d
."
-,,,:, 1
f.ii'ii,
.: - '-i
.4.
li
PENJELASAN A '
,
Umum
suatu kompromi antara metoda'
prosedur yang disajikan dalam Penjelasan ini, merupakan
dalam melaliukan studi keruntuhan bendungan'
1l
A-1
Karena hal ini, perhirungan perkiraan yang dianjurkan dan disajikan
di bab selanjutnya
antara kebijaksanaan dan
dalam hal menentukan TFM dan BW *.*pit rn suau kombinasi
pertimbangan terhadap data kegagalan yang lalu, dimana ingin memuaskan
safr dari
'keseturuhan
pedoman ini, dan membawa ke arah konsistensi dan kegiatan pekerjaan dalam
penentuan kiasifikasi bahaya bagian hilir. Dan pula, persamaan
palameter adalah sangat
membantu bagi analis yang tidak berpengalaman, dan/atau bagi mereka
yang tidak
mempunyai cukup latar belakang teknis. Persamaan ini akan menghasilkan
nilai, yang
masih dalam jangkauan yang ditentukan oleh aplikasi dari semua metoda'
Dari studi tingkat klasifikasi bahaya hilir pada umumnya, SMPDBK akan memberikan
hasii
yang cukup baik. Namun demikian, situasinya perlu dianalisa yang rnungkin menggangu
asumsi dari SMPDBK, dar/atau mungkin diperlukan modeling
yang andal yang berada di
(Penjeiasan
luar cakupan SMPDBK. dalam hal kasus tersebut. DAMBRK harap digunakan
B). Sebaliknya, penyederhanaan kalkulasi mungkin akan cukup, dengan tidak tersedianya
diterangkan
fasilitas komputer. Biia hal ini merupakan kasus, maka metoda yang sederhana
pada Penjelasan B, dapat digunakan.
SMpDBK memerlukan nilai khusus dari pengguna mengenai input parameter yaitu sqbagai
berikut :
A. -2
FLD(r) - Tinggi air (meter) di setiap poiongan melintang, dimana -
HS(K.r) - Elevasi (m.s.l.) kaitannya dengan K'h lebar atas dari porongan
Ke 1.
BS (K.J) - Kn' Iebar atas (meter) dari potongan ke I
BBS (K.r) - Kth lebar atas yang tidak aktif (meter) dari potongan ke I
cM (K.r) - Kth Manning "n" kaitanya dengan Ktn l.bar atas dengan po-
Tongan melintang ke I
Kriteria daiam penentuan nilai input sebagai berikut, Analis yang berpengalaman harus
mempunyai alasan yang kuat untuk merubah kiteria ini, hal ini dapat dilakukan, tetapi harus
dicatat ke dalam laporan klasifikasi bahaya.
A-J
TFM Bendungan urugantanah : TFM 0.20 BW
Concrete arch dam : TFM . ( (HDE-
BMEy1,000; yaitu, kegagalan seketika.
Catatan
BME)/I.000, maka asumsi SMPDBK mengenai perubahan
aliran rekahan secara bertahap diganggu dan kegagalan
SMPDBK untuk menghitung keiuaran rekahan puncak meiaiui
persamaan kegagaian. Jadi. TFM tidak akan digunakan dalam
perhitungan keluaran air puncak akibat rekahan.
cM (K.l). Pergunakan nilai yang sesuai dengan bar!ir. dari pada aiiran
sungai yang tipikal {7}. Bila ragu, pilih niiai yang tinggi dari
kemungkinan range dari nilai.
A-4
PENJELASAN B
Maksud dari Penjelasan ini, yaitu menyajikan suatu gambaran dalam melakukan metoda studi
keruntuhan bendungan/genangan dengan kompleksitas yang bermacam-macam, bagi mereka
yang.kurang mengenal atau yang menginginkan lebih banyak infbrmasi mengenai metoda
tersebut. Seseorang dapat memilih metoda yang terbaik dan sesuai dengan keperluan khusus
dari yang bersangkutan yang dikaitkan dengan kemampuan sumberdaya (waktu, biaya) serta
fasilitas komputer (dimana, mungkin tidak ada).
Jika ukuran lubang rekahan, lereng dan waktu berkembangnya diketahui, aliran
rekahan yang keluar dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip-prinsip hidraulik.
Namun demikian, kecuali kelemahan struktur utama dan kondisi kegagaiannya nyata
diketahui, maka memperkirakan parameter rekahan didasarkan kepada pengdiaman
sebelumnya dan pendapat rekayasa (engineering judgement).
B-l
dan debit
Jenis bendungan mempunyai efek yang signifikan kepada bentuk rekahan
puncak rekahan. lvtungt<in bendungan dibangun dengan baik atau dibangul'dengan
iiauf Uuit pada bendungu, u.ugun tanah. bendungan gravitas-beton' benduugan busur
jenis lai.nya.
atau buttrei, tumpukan kerak (sisa galian tanibang) atau
prinsip'
Debit maksimum yang wajar dapat diperkirakan berdasarkan empat metoda
yaitu :
. Dasar fisik
. Parametris
. Peramal
. Perbandingan
1. Dasar Fisik Metode atas dasar fisik adalah seperti BREACH{ 12}
yang menghitung ukuran dan bentuk rekahan dengan
menggunakan prinsip-prinsip hidraulis, pengangkutan
sedimen, mekanika tanah. dan material dari benduigan'
Qbmax:c.xm '
Di mana Qb*u* adalah debit puncak rekahan, c dan m adalah satuan yang konstan
B-2
suatu regresi atau analisa
b. Pendekatan semi formal akan menentukan m dengan
(menggunakan plot Qbrlu*
lain tetapi kemudian mengevaluasi c secara visual
dan pendapat'
vs ketinggian, penyimpanan atau hasiinya) atas dasar intuisi
B-3
E
2
u
f
Z J
T,J
:l
Lf Z
Z
:l E
:<
Z
l.rj
c'l
as
<+
FI o<L
oa u (A
a S.r
z H=
61 )-
u
l -\
a
U- l,,J
@4-
J q J (Jg
t.-,
)z
g5J
< tJ
r
LJ
Z)
aJ
y(-
6
)l
z<Z.-- \l 1-)/
61
o.<
<f )t f_
]t
l?
L,Jl u fj =f
^z
:l tQ < tJ
- L,
cq
:E
Lf
uz<
trr
ca >-
z
tl
z
:)
-+- o
8lv Nvdvnl:l) LJ
ca
GAMBAR B 1
B -4
z
r.J
zl
C1
z
TJ
FA
Z
I.
4.=
Y ta!l
u E-]
./ l-)
1
<+
m-
aa
\.f
l
z 9or
A crl
zTJ zLn
,rt
4>-
NZ
< L!'
r: f,z
) ti
f,J
l4
vz
tx
rf l)-
I
e.
o
-
z
(.f
z:)
C)
trJ
I99NII rq
GAMBAR B_2
B
J(J
t..,
]t
tf
z 4)r
tr :!
=
o
tJ
V. o-
u trl ;
LJ
o_ uT
u aLl
F
u .z
tJ
ccl
JU
Ll I)
IJ
Y=
= )a rl
a uct
t-.J
a -) o-
LrJ
o_
z
rf
zf
o
UIV NVUVN''I]) z
'"rJ
ca
GAMBAR B_3
B6
dalam klasifikasi tingkat bahaya
Dalam menentukan debit puncak rekahan untuk digunakan
tunggal yang danat dipakai untuk
uautut, sangat subjektif. Tidak ada metoda atau prosedur
menggunakan beberapa metoda yang
semua situ;si. oleh karenanya. yang terbaik adalah
dan memilih debit puncak rekahan
berlainan untuk satu analisa. perbandingkan hasiinya,
yang berbeda.
yang paling wajar dan/atau mirip di antara beberapa metoda
banyak pertimbangan'
Debit puncak lubang rekahan yang diramalkan dapat mencakup
punya pilihan akan bersifat bebas'
tergantung kepada metoda evaluasi. Karena ini, seorang
bahaya perkiraan secara
konservatif atau di antaranya. Untuk tujuan klasifikasi tingkat
genangan lebih besar dan
konservatif adalah paling baik. Lebih baik "salah" dan meramalkan
kemungkinan bendungan
PenRes yang lebih besar. jadi, bila terjadi kegagalan bendungan,
yang seharusnya sebagai
diklaiifikasikan sebagai bertingkar bahaya rendah atau sedang,
adalah tidak biasa untuk
signifikan atau tinggil akan menjadi berkurang. Namun demikian.
yang
debit puncak rekahL yang diramalkan bervariasi banyak di antara metoda-metoda
perbedaan besar itu,
berbeda, dalam t<etompot yang besar. Dalam hal dimana terdapat
nilai tertinggi mungkin tukan pilihan baik untuk debit rekahan tertinggi konservatif;
yang melakukan
melainkan dapat dianggap sebagai nilai yang berlainan (outlier). Perekayasa
daiam hal
analisa harus memp"nyui pengetahuan luas mengenai mekanik dan hidraulik
kegagalan bendungan, serta tahu mengenai sejarah kegagalan bendungan' Hanya
puncak rekahan
peiekayasa dapat *"nggr.rnakan pertimbangan tepat dalam menentukan debit
yang wajar
Hidrograf kegagalan bendungan akan direndam dalam perjalanan ke hilir dengan hasil
pengurangan debit puncak. Hal ini tergambar dalam Gambar B-2. Untuk menentukan
jumlah pengurangan sehingga debit dapat dihitung pada titik-titik tertentu yang dipiiih
(seperri kemungkinan tingkat bahaya), banjir akibat gagalnya bendungan ditelusuri ke
hiiir. Biasanya untuk keperluan klasifikasi tingkat bahaya hilir, hanya debit puncak
yang ditelusuri .
B-7
Peredaman kecil
(meramalkan) sifat-
Dan banyak metoda dan modei tersedia untuk memperkirakan
pada bendungan yang
sifat khusus dari gelombang banjir yang keluar dari rekahan
paling handal yang lebih
mengalami proses terjadinya rekahan. Beberapa metoda yang
popJ.. dibicarakan a* iip.rUandingkan, yaitu studi yang baru saja diiakukan oleh
"National Weather Service (NWS) Dam-
Wurbs {19}. Wurbs menyimpulkan, bahwa
Break Flood Forecasting- tvtiaa PAMBRK) adal'ah pilihan optimal
dari model untuk
dengan
digunakan secara praktis. Program komputer terpakai luas, didokumentasi
bi* arn klah tersedia dari NWS. Beberopa pengSunaon baik oleh sipil maupun
milifer memerluknn kemampuan unluk melaksanafuin analiso setepa{ guna mungkin'
model pilihan
sintplified Dam - Break Ftood Forecasting Modet (SMPDBK) adaluh
optimul untuk kebanyakan jenis penggunaan,
"Baik DAMBRK maupun SMPDBK
mempunyai versi micro komputer yang tersedia dari NWS'
SMPDBK {5} menelusuri clan mengurangi puncak banjir akibat gagainya bendungan
dan kurva
dengan teknik tampungan saluran yang menggunakan data geometri saluran
peredaman yang dikembangkan dari D6MLRK {6}. Metode ini, berdasarkan fisik'
teliti, relatif mudah digunakan dan tidak memerlukan banyak tenaga dan waktu'
Model ini adalah baik sekali untuk tujuan klasifikasi tingkat bahaya, bila hidrolik
saiuran yang rumit tidak terdapat dan derajat ketelitian tertinggi tidak diperlukan.
Jika iebih banyak ketelitian diperlukan, dan/atau lebih banyak detail hidrolik harus
dipertanggungjawabkan, DAMBRK adalah model yang dianjurkan. Model ini
menggunakan metode gelombang dinamik pada penelusuran banjir' Hanya metoda
dinamik yang merupakan metoda dasar untuk mengetahui efek percepatan akibat
gelombang banjir, akibat lagalnya bendungan serta pengaruh air balik tidak tetap
;lunrt.udy back water) yang dihasilkan oieh konstruksi saluran, jembatan pada
bendungan. tanggul jalan dan aliran masuk dari anak sungai'
B-8
Kebanyakan model kegagalan bendungan (seperti DAMBRK dan SMPDBK)
menggunakan beberapa dari persamaan Manning untuk kalkulasi hidroiis saluran
terbuka. persamaan Manning dibicarakan dalam kebanyakan buku peiajaran hidrolik
arus saluran terbuka.
Salah satu faktor input variabel yang memeriukan perhatian khusus karena
karakteristik banjir akibat gagalnya bendungan, adalah 'n', koefisien kekasaran.
'n'
Manning.'Unruk menghitung kehilangan energi lain dari friksi batas. suatu nilai
lebih tinggi untuk banjir akibat gagalnya bendungan digunakan (atau tiap banjir bcsar
lain), daripada untuk arus khusus di dalam bendungan. Penggunaan nilai-nilai
tradisional dari 'n' akan menghasilkan kekeliruan yang signifikan , karena debit yang
dihitung adalah berbanding terbalik terhadap 'n'- Thrust and Arret { 161
membicarakan problem ini dan membuat rekomendasi untuk menghitung nilai-niiai
'n' yang dipakai untuk hitungan saluran terbuka dari suatu banjir besar.
B-9
Seseorangharuspunyapertimbangantepatdaiam-menginterpretasikankerusakan
peta ukuran skala- kecil l
B - 10
Analisa kepekaan atas parameter penting dan yang diragukan sangatrdianjurkan. lni
dapat dilakukan dengan macam-mu"u- iilui parameter, dalam batas-batas wajar dan
menempatkan hasil model yang kritis (seperti debit rekahan, debit hilir dan
ketinggian) terhadap variabel yang ada. Dengan cara ini analis dapat memutuskan
apakah nilai suatu variabel perkiraan mungkin secara kasar terbaik, dan memerlukan
lebih banyak ketelitian Calam pemilihannya danlatau data lapangan diperlukan. Ju-ea'
paramerer yang ditetapkan tidak peka dapat digunakan dengan keyakinan. jadi,
menghilangkan kekhawatiran dan kemungkinan pembenaran untuk di masa
mendatang.
B-11
ilr*l'^],.1* Klasifikasi Bahaya yang digunakan di beberapa Negara 6
Afrika Selatan (Department of Water Affairs and Forestry)
Katagori
Rendah Signifikan Tinggi
Katagori
Rendah sekali Rendah Tinggi Tinggi sekali
Kanada (BChydro)
Katagori
Rendah Signifikan Tinggi
Kehilangan Jiwa diharapkan tidak kemungkinan kehi- diharapkan kehi-
Ada kehilangan langan diketahui iangan berkelebihan
Kerugian Sosio-
Economi minimal dapat diterima berkelebihan
Disain kreteria
Spillway Qroo Q'ooo tetapi tidak PMF
kurang dari 50 % PMF
Kreteria gempa r.p.: 475 tahun 75 %MCE tetapi tidak MCE
kurang dari r.p.:1000
c-r
Daftar C.1 lanjutan
Katagori
Rendah Signifikan Tinggi
Kehiiangan Jiwa Tidak diharapkan sedikit lebih dari sedikit
Kerugian ekonomi minimai cukup besar berkelebihan
Ini adalah suatu contoh yang khusus dari Sistem Klasifikasi Bahaya suatu negara bagian
di USA. setiap negara bagian mempunyai Sistem Klasifikasi Bahaya sendiri.
Kebanyakan adalah berdasarkan pada klasifikasi bahaya atas tinggi bendungan dan/atau
volume waduk.
Katagori
I II III
kemungkinan kehilangan kemungkinan kehila-
tidak diharapkan ke-
jiwa ngan jiwa hilangan jiwa
kerugian ekonomi berkelebihan kerugian ekonomi cukup kerugian ekonomi
- besar minimal
c-2
Daftar C.1 lanjutan
Katagori
ABCD
Kehilangan Jiwa akan hidup mungkin hidup resiko tidak kasus khusus
dalam bahaya bahayatidak da- dihiraukan
di masyarakat lam masYarakat
erugian
nomi - rusak berat rusak terbatas
rusak sangat
terbatas
Diiain Spiliway PMF 50 % PMF atau 50 % PMF atau 20 % PMF
ndar Q roooo Q r ooo atau Q,5s
Seperti dikemukakan dalam bab terdahulu, alokasi dari PenRes untuk setiap tingkat
klasifikasi adalah sangat subjektif. Penulis lain akan menunjuk tingkat klasifikasi yang
berbeda, dan setiap orang dari mereka mempunyai argumentasi yang dapat diterima, dimana
pilihannya untuk PenRes akan dipakai.
Dalam kasus yang sekarang, dianjurkan memilih PenRes dari Daftar 2.1. (Pedoman Rencana
Tindak Darurat) Angka-angka ini didominasi oleh alasan teknis; hal ini berarti dengan
memilih PenRes, maka Pedoman ini dapat memenuhi akan tujuannya.
Kepadatan penduduk yang tinggi (800 pendudukkm'di Prluu Jawa dibandingkan dengan di
Su'is yang hanya berpenduduk 160 per km persegi) akan memberikan persentase tinggi
kepada bendungan mengenai tingkat klasifikasi sangat tinggi, bila PenRes mempunyai
kesamaan dengan contoh yang akan digunakan dari Daftar C.1. Hal ini akan membuat
prosedur untuk inspeksi lebih rinci dalam evaluasi dan peningkatannya sulit. Lebih dari itu.
akan lebih sulit lagi dalam mengatasi hal yang lebih penting, yaitu mengenai tujuan Program
Keamanan Bendungan, yaitu mengoptimalkan penggunaan sumberdaya.
Sebaliknya. adanya suatu komponen emosional yang diperdebatkan. bahwa tingkat PenRes
yang tinggi merendahkan nilai hidup manusia di Indonesia. ini adalah merupakan
argumentasi yang benar, dimana perlu diperhatikan dengan serius. Bagaimanapun jadinya,
dengan penjelasan yang ringkas dalam pemilihan tingkat PenRes yang tinggi, mungkin akan
menghormati mengenai komponen emosional, demi untuk pendekatan teknis yang baik
menuju keamanan bendungan. Proses rekayasa, pada tahapan pertama akan mendukung
inspeksi bendungan, yang dengan mudah akan mengancam keselamatan umum. dapat juga
dipertahankan oleh mereka yang merasa terganggu emosional oleh besaran dari PenRes.
c-3
Prosedur Klasifikasi Bahaya Bagian Hilir dari tiS Bureau of Reclamation
Langkah 2 : Bila klasifikasi bahaya bagian hiiir diperoleh dari Langkah I adalah
kurang tinggi. maka perlu ditingkatkan kondisi beban; yaitu tentukan
bila debit rekahan bersamaan dengan datangnya banjir besar. hal ini
akan menghasilkan peningkatan kiasifikasi bahaya bagian hilir.
Metoda yang paling mudah dalam penentuan ini, yaitu dengan membuat skenario kombinasi
antara banjir akibat rekahan dan banjir maksimum boleh'jadi (PMF). PMF ini lebih
digunakan dari pada banjir disain yang masuk (lDF), karena IDF kurang berbahaya dibanding
dengan PMF. Maksudnya adalah, untuk mengevaluasi skenario yang paling buruk, harus
diperhitungkan untuk kondisi PMF. Bila klasifikasi bahaya tidak meningkat dengan asumsi
ini, maka klasifikasi bahaya bagian hiiir yang diperoleh dari kegagalan bendungan yang
disebabkan bukan karena overtopping tidak akan berubah dengan meningkatkan kondisi
beban. Tetapi. bila klasifikasi bahaya meningkat maka beberapa ukuran debit banjir yang
masuk akan terjadi dan bila dikombinasikan dengan debit rekahan bendungan, maka akan
meningkatkan kiasifikasi bahaya bagian hiiir.
iadi. biia terjadi rekahan bendungan bersamaan dengan banjir, maka tingkat klasifikasi
bahaya bagian hiiir lebih tinggi dari pada dengan asumsi kegagalan bendungan yang
disebabkan bukan karena overtopping hal ini diperlukan untuk menentukan pengaruh
peningkatan dari kombinasi rekahan bendungan dan banjir. dengan aliran banjir mengenangi
bagian hilir. Alasan ini adalah untuk memisahkan banjir yang disebabkan oleh kegagalan
bendungan dari banjir biasa. Karena itu bila arus banjir biasa dapat terjadi di daerah batas
bahaya bagian hilir, maka banjir "tambahan (peningkatan) memberikan hasil dari kegagalan
bendungan menyebabkan "batas bahaya bagian hilir" menjadi bahaya bagian hilir.
Sebenarnya bendungan dapat mempunyai klasifikasi bahaya bagian hilir yang tinggi
dengan
asumsi kegagalan bendungan yang disebabkan bukan karena overtopping daripada dengan
asumsi PMF daiam kondisi kegagalan. Sebagai contoh, bendungan mempunyai tingkat
bahaya signifikan, dikarenakan genangannya menggenangi salah satu tempat hunian di bagian
hilir. Tetapi. bila klasifikasi bahaya bagian hilir dievaluasi dengan suatu asumsi kondisi PMF
(yaitu. bendungan gagal pada waktu terjadinya PMF dan debit rekahan bendungan bersamaan
dengan debit PMF), bendungan diberikan tingkat bahaya rendah, sebab pengaruh peningkatan
banl ir dikesampingkan.
c-4
Dengan meningkatkan kondisi muatan. tidak selalu meningkatkan
klasifikasi bahaya bagian
hilir. Sebagai contoh perhatikan sebuah bendungan kecil dengan waduk berada di saluran
dinyatakan mempunyai tingkat bahal'a
1,ang dapai menghasilkan banjir besar. Bendungan
,.nJun pada saat terjadi kegagalan bendungan yang disebabkan bukan karena overtopping'
c-5
Pelaksanaan
okah 1
analisa kegagalan
pada kegagalan
bukan akibat banjir
Pelaksanaan studi
gkah 2 keruntuhan bendungan
ditambah banjir maksimum
hir
boleh jadi BMB - (PMF)
F" d* i,;*,l';*i6+I*j'*r",
<r2
----- ---
I Penentuan itt Studi eruntuhan Bendungan/Ge nrng""
I rlasifit<asi '.ra am-BreaUlnundation Stut lv)
I uanaya
,'{
t',,.*i-
|-:.#_l*ffi*#
\2,,'
,/\ Tidak
.r/ ulasinxasi \
/ b"h"y.meningkat Penetapan klasifikasi
bahaya sesuai langkah
\dibandingkan hasil I
\ lanqkahl /
si$:*^.*:rl -i'.*Xii | *.:ai.,:::*:1
YA
Penelusuran
ngkah 3
BMB - (PMF) saja
i!
i-j I
t Akhir
"':J*Lr
\,/-
B/K
B = Bahaya Banjir Hilir
K = Klasifikasi
\/ -o
It
PenetaPan
,,/ Klasifikasi\ klasifikasi bahaYa
bahaya menurun \ dari keruntuhan
Langkah 4
x'z
dibandingkan
t=] ridak
I bendungan
ditambah BMB (PMF)
Tidak
':**[
\,/
Laksanakan studi
keruntuharlgenangan
bendungan dengan banjir
akibat keruntuhan dan banjir
baru yang terjadi.
"..*ry.
l
l
Tentukan klasifikasi
bahaya bendungan
*,
_tL
*-_;;l;.:.::-,1*- *-,
\,/
1l
tl L anjutan di halaman k r€ rikut
)L-
c-7
Ya Ti dak
TzKlasifikasi\
Apakah klasifikasi
' meningkat ke \
l<lasifikasi sanga/
tinokat bahava
tinssi
\"eningkat / \ /
\,,4.'"'
JL
Tentukan banjir
baru yang ter.ladi
Cengan klasifikasi
Tidak --J
=L
Tetapkan
klasifikasi
", il
Tetapkan
klasifikasi bahaya
bahaya tinggi bahaya sangat yang paling tinggi
-: rf']':- :
tinggi dari hasil hitungan
]L -rJ:Iii!!i.
Laksanakan studi
keruntuhan bendungan/
genangan untuk banjir
akibat bendungan dan
)< a\
Akhir Akhir
bahaya banjir baru yang
terjadi \A A
:,:
l
,r-
Tentukan klasifikasi
bahaya bendungan
YA
,z'Klasifrkasi \ Penetapan
7,' bahayameningXa\ klasifikasi
\ menjadisanOat
,Z bahaya sangat
\ tinggi -/,,.. tinggi
Ji.
\,1
l,l-
Tidak \7
Penetapan
klasiflkasi bahaya Akhir
tertinggi yang
dihitung
\/,
\-
v
,.
rtl I ..,.
t9 C-B
Disebabkan situasi yang sama dengan yang telah dilukiskan dalam contoh yang terjadi
sebelumnya,peningkatanpendekatankondisimuatanadalahpenting.
Langkah 4 : Bila dengan penelusuran PMF saja, klasifikasi bahaya lebih tinggi
dibanding dengan kegagalan bendungan yang disebabkan bukan karena
overtopping, maka pengaruh peningkatan banjir akibat dari rekahan
bendungan mengenai kiasifikasi bahaya hilir dievaluasi. Agar bisa
dilakukan evaluasi, "bahaya banjir yang mendadak" diukur. S-ebagai
contoh debit yang menghasilkan binjir sampai fundasi rumah, atau
debit yang mengakibatkan jalan menjadi basah. Selanjutnya bahaya
banjir yang baru terjadi bersamaan dengan banjir akibat rekahan
bendungan dan klasifikasi bahaya hilir dievaiuasi lagi' Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan model "bahaya banjir yang baru
terjadi" sebagai "kondisi semula" sebelum terjadinya kegagalan
bendungan, atau dengan menentukan hidrograf banjir yang masuk
diinana menelusuri bagian hiir yang berbahaya. puncaknya akan sama
dengan puncak bahaya banjir yang baru terjadi.
Peningkatan klasifikasi bahaya bagian hilir ditentukan dengan menerapkan Gambar 4.1
sampai Gambar 4.5 per kriteria di Bab 4. Bila perbedaan peningkatan dalam segi ketinggian
dan kecepatan banjir masih daiam zona bahaya rendah. maka peningkatan yang mengancam
kehidupan adalah 0 (nol). Bia perbedaan peningkatan dalam ketinggian dan kecepatan banjir
di atas zona bahaya rendah, maka situasi bahaya mungkin ada. keterangan mengenai Gambar
4.1 sampai 4.5 dijelaskan diBab 4 dariPedoman ini.
l
Bila klasifikasi bahaya bagian hilir meningkat, maka hal ini merupakan suatu hasil dari
penin_ekatan banjir akibat kegagalan bendt,ngan dengan besaran banjir spesifik yang umum.
Jadi. banjir akibat dari kegagalan bendungan dapat menggenangi daerah yang besar dengan
signifikan dari pada aliran banir biasa. Hasil dari peningkatan klasifikasi bahaya hiiir harus
didiskusikan untuk memperlihatkan hasilnva.
c-9
..
PENJELASAN D -t ' .'"'
-' ' -'
Dams(SEED)''yangdipakaiolehUSBR.inipadapokoknya
-faktor-faktor
memperrimbangkan yang sama seperti sistim kuantitatif, tetapi
dipandang dari suatu perangkat tingkatan dengan peniiaian dari 1 sampai
5,
dimana 1 sebagai yang paling baik dan angka 5 yang kurang baik.
Keseluruhan indeks "resiko relatif' disusun dari jumlah "overtopping
score"
dan "structural faillure score", yaitu :
+S1
I
Rr = 01
Di mana:
Dan
O1 : Jumlah rumah yang terancam karena keruntuhan
(didasarkan pada perbedaan di daerah tergenang tanpa
keruntuhan dan di daerah tergenang karena keruntuhan,
dengan menganggap permukaan air mencapai puncak
bendungan. Hidrograf pada saat terjadi keruntuhan
" dihimpitkan pada debit yang terjadi.
D-l
52=Buktikeadaanbangunanyangmembahayakan
(berdasarkan inspeksi bangunan dan peninjauan kembaii
disain sefia catatan pelaksanaan)'
' 1 -200 a
J 2 2l 1
200 - 5000 4 4 3 2
500i - 20000 5 4 4 J
>250000 5 5 5 5
Catatan : iumlah rumah komuatif telah dipilih sebagai indikator untuk mempermudah
perhitungan di lapangan. PenRes dapat diperoleh dengan mengkalikan
jumiah
iumah di daerah genangan dengan sejumlah keluarga dengan ukuran rata-rata
5 orang per keluarga.
D -2
Elemen 02 - Kemampuan Banjir Desain Bendungan Terhadap Standar Banjir Desain
ng Berlaku dzlzm "h
2 t5% - 94%PMF
) 50% - 74%PMF
4 25% - 49%PMr-
5 0 - 24%PMF
overtoPPing
untuk O1
Angka yang ditetapkan didasarkan pada susunan yang sama yang dipakai
D-3
EIemen 52 - Bukti bahwa keadaan struktur berbahaya
Inspeksi terhadap struktur bangunan dan peninjauan kembali disain sena catatan pelaksanaan
diperiukan untuk menetapkan angka.
Angka yang ditetapkan didasarkan pada lokasi bendungan di peta daerah gempa, pengetahuan
SeSar,puSatgempabumiyangbarulaludanprosedurdisainbendungan
PenRes terbatas pada daerah yang mengalami dampak langsung akibat banjir karena
gagalanya bendungan. Jadi PenRes tidak mempertimbangkan situasi seperti adanya
orang diwaduk atau kecelakaan lalu lintas karena lintasan jalan raya yang terhanyut
(setelah dilalui oleh gelombang banjir).
D-4
PenRes terbagi atas penghuni tetap dan penghuni sementara Dalam penghuni tetap
termasuk :
Tempat tinggal yang dihuni tetap (Bangunan yang sekarang ini dipakai untuk
kediaman manusia dan secara permanen berhubungan dengan pemakaian
sehari-hari, termasuk rumah mobil; dianggap lima penghuni tiap tempat
tinggal.
Daerah tempat kerja dengan pekerja harian (mingguan) yang bertempat tinggal
di lokasi kerja.
Keperluan umum dan fasililtas umum yang vital (pembangkit tenaga listrik,
tempat pengoiahan air, pengolahan limbah dan sebagainya).
Perindustrian atau usaha lain, termasuk produksi bahan (pasir, batu. kerikil.dan
sebagainya).
j
Daerah rekreasi lain.
Penting untuk dicatat, bahwa klasifikasi tingkat bahaya hiiir hanya berkaitan dengan
jiwa manusia di daerah bahaya, berlainan dengan " jiwa manusia yang diperkirakan
hilang". Jiwa yang diperkirakan hilang cenderung merupakan perkiraan jumlah
kematian akibat banjir karena keruntuhan bendungan dan- merupakan ramaian
berdasarkan waktu peringatan bahwa penduduk di daerah resiko akan menghadapi
banjir yang berbahaya dan juga menggunakan hubungan antara waktu peringatan dan
kehilangan jiwa manusia- Uraian mengenai "jiwa manusia yang diperkirakan hilang
"termasuk dalam USBR ACER Technical Memorandum No. 7 (3).
D-5
Orang-orang yang pulang-pergi bekerja setiap hari kemungkinan tidak tahu mengenai
keruntuhan bendungan, penduduk mungkin tidaii menerima peringatan' penduduk
mungkin tidak mampu mengungsi secara aman dan seterusnya'
Kerugian Ekonomi
Kerugian ekonomi adalah kerugian karena kerusakan pada tempat hunian. bangunan
komersiil, perindustrian, pertanian, padang rumput, infrastruktur, jalan raya, jaian
kereta api, dan sebagainya. Perlu dipertimbangkan pula kerugian ekonomi karena
kerusakan pada sumber daya alam termasuk pada taman, cagar alam, daerah
kehutanan, dan sebagainya. Juga, bila bahan racun atau yang membahayai<an
diketahui berada di genangan dalam jumlah yang cukup banyak, efek penyebarannya
ke daerah hilir (hanya dalam hal kerugian ekonomi) perlu dipertimbangkan dalam
klasifikasi tingkat bahaya hilir.
Karena nilai rupiah dari harta benda berubah dari waktu ke waktu dan bervariasi
sesuai penggunaan harta benda, tidak ada usaha dan maksud untuii menjadikan nilai
rupiah sebagai bahan dalam pedoman.
Daiam kerugian ekonomi iia* ,..*asuk kerugian pada bendungan, fasilitas terkait
dan tujuan dibangunnya bendungan. Kiasifikasi tingkat bahaya hiiir karena kerugian
ekonomi didasarkan pada peniiaian analis. Namun demikian pertimbangan nilai
ekonomi daiam banyah hal tidak sulit karena jarang menjadi tujuan. Alasan untuk ini
ialah jika terjadi kerugian secara ekonomi, maka PenRes selalu menjadi salah satu
faktor pertimbangan kiasifikasi tingkat bahaya hilir. Jadi, jika suatu bendungan
diklasifikasikan memiliki tingkat bahaya hiiir rendah atau sedang berdasarkan
PenRes, baru kemudian kerugian ekonomi dievaluasi untuk menentukan apakah
kiasifikasi tingkat bahaya hiiir yang lebih tinggi dapat dibenarkan.
Bendungan Berurutan
D-6
RBFERENSI
{I } "Federal Guideiines fore Dam Safety" prepared by the Ad Hoc Comminee on Dam
Safety of the federal coordinating Council for Science Engineering and Technology-
Washington, D.C., June 25, 1979.
{2\ "Departemen Manual, Part753,Dam Safety Program, "U.S. Department of the Interior,
January 1985.
{4} "'Guidelines for Defining Inundated Areas Downstream from Bureau of Reclamation
Dams, "Bureau of Reclamation, Engineering and Research center, Denver, Colorado,
June 1982.
{5} Wetmore, Jonathan N., and D.L. Fread, "The NWS Simplified Dam Break Flood
Forecasting model forDesk-Top and Hand-Held Micro computers," Hydrologic Research
Laboratory, office of Hydrology, National Weather'Service, National Oceanic and
Atmospheric Administration, Silver Spring, Maryland-
{6} Fread. D.L.,. The NWS-DAMBRK Model, office of Hydrology, National Water Services,
Silver Spring. Maryland, June 20, 1988.
{7} Treiste, D.J., and R. D. Janett, Rougness Coefficients of Large Flood, Proceedings,
ASCE Inigation and Drainage Division Specially conference, Inigation Systems for the
Twenty-First Century, Porland, Oregon, July 28-30 ,1987.
{8} Black, R.D., Flood Proofing Rural Residences, Department of Agriculture Engineering,
Corneil University, A "Project Agnes" Report, prepared for the U.S. Department of
Commerce Economic Development Administration, May 1975.
{9} Ruh-Ming, Li, "Car Floatation Analysis, "Simons, Li, and Associates, SLA Project No.
CO-CB-05, February 7, 1984.
{i0} David J. Love and Associates, Inc., "Analysis of high Hazzrd Flood Zone" Concept
Verification Study, Department of Public Work, October 1987-
{ 11 } Abt, S.R., and R. J. Witter, Project Number Flood Hazard Concept Verification Study,
Department of Civil Engineering, Colorado State University, Fort Collins, Colorado
80523, Prepared for city of Boulder Flood Utility, Department of Public Work, Boulder.
Colorado 80306.
{12\ Fread. D.L., "BREACH : An Erosion Model for Earthen Dam Failures, "Hydrologic
Research Laboratory, National Water Services, Siiver Spring, Maryland, Jly 1988.
,: . .
__::_,,
:t- -_ _-.-
{ 14} Costa, John E., "Flood from Dam Failures," U.S. Geological Survey Open-File Report
85-560, Denver, Colorado 1985.
{I5 } Mac Donald, Thomas C., and Jennifer Langridge-Monopolies, "Breaching Characteristics
of Dam Failure," Journal of Hydraulic Engineering, vol. 110. No. 5, May 1984.
{16} Hagen, V.K., "Re-evaluation of Design Flood and Dam Safety, "Transactions,
international Commission on Large Dams, Vol. 1,,May 1982, pp. 475-491
{ 19} Wurbs, Raplh A., "Dam-Breach Flood Wave Models" Joumal of hydraulic Engineering.
Vol. i 13, No, l, January 1987.
{20} Chow, Ven Te, Open-Channel Hydraulics, McGraw-Hill, NewYork, New York, 680 p.,
1966.
{21} Henderson, F. M., Open Channel Flow, MacMillan Publishing Co., Inc., New York, New
{22\ Brater, E.F., and H. W. Kng, Handbook of Hydraulics, McGraw-Hill, New York, New