Anda di halaman 1dari 68

,-/2Uia

(2a-
PEDOMAN KLASIFIKASI BAHAYA BENDUNGAN

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN

NOMOR : 10S/KPTS tNt998


TANGGAL : 22 Desember 1998

)'
KBPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
NOMOR : 108/KPTS/A/1998

Tentang :

PENGESAHAN PEDOMAN
KLASIFIKASI BAHAYA BENDUNGAN

to '
enimbang : a. Rnh'.,a bendungan
Bahwa henrhrngan sehasai banoun yang mempunyal kemanfaatan umum.
sebagai bangunan
perlu adanya upaya pengamanan agar diperoleh manfaat selama mungkin
serta jaminan atas keselamatan masyarakat di hilir bendungan.

b. Bahwa usaha pengamanan bendungan perlu ditindak lanjuti dengan upaya


penyusunan Panduan Klasifikasi Bahaya Bendungan untuk setiap
bendungan.

c. Bahwa Pedoman Klasifikasi Bahaya Bendungan ini pada tahap pertama


sebelum berbentuk Peraturan Menteri, akan dilakukan sebagai ketetapan
Direktru Jenderal Pengairan, sesuai rekomendasi Sidang Komisi Keamanan
Bendungan tanggal 30 September 1 998.

d. Bahwa sehubungan hal tersebut diatas perlu ditetapkan pengesahan


Pedoman Klasifi kasi Bahaya Bendungan.

.engingat : 1. Undang-undang Nomor 1 I tahun 1974 tentang Pengairan;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air,


9rn.t
3. ^o*-iL<rh/. _
Keputrisan pieiiilen Nomor 35 tahun 199i tentang Sungai;

4. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1914 tentang Pokok-pokok


Organisasi Departemen;

5. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi


Departemen;

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor l2lPRTllggl tentang


Keamanan B endungan D epartemen P ekerj aan Umum ;

1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378 Tahun 1987 tentang


Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan indonesia;

8. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 31S/I(PTS/I998 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Balai Keamanan Bendungan;

g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 102 Tahun 1994 tentang


Penunjukan Pengangkatan Ketua, Anggota, Sekretaris Pada Keamanan
Bendungan.
MEMUTUSKAN

Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN


TENTANG PEDOMAN KLASIFIKASI BAHAYA
BENDUNGAN.

Pertama Mengesahkan berlakunya Pedoman Klasifikasi Bahaya


Bendungan dalam membuat Panduan Klasifikasi Bahaya
Bendungan untuk setiap bendungan di Indonesia-

Kedua Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

'
Ditetapkan di JAKARTA
Pada tanggal 22 Desember 1998

enderal Pengairan
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Maksud i-1

1.2 Tujuan I-1

1.3 Pengertian I-1

1.4 Catatan Bagi Pengguna Pedoman l-2

BAB II KLASIFIKASI TINGKA T BAHAYA BAGIAN HILIR

2.1 Sistem Klasifikasi Tingkat Bahaya II-1

2.2 Penduduk Terkena Resiko (PenRes) TT-2

2.3 Kerugian Ekonomi II-4

2.4 Bendungan Berurutan (Multiple Dams) fi-4

BAB III PERKIRAAN DAERAH GENANGAN

3.1 Umum IIl-1


aa
)./- lll-2
3.3 III-2

3.4 Melakukan Studi Analisis Keruntuhan Bendungan


III-3
3.4.1. Asumsi suatu skenario mengenai kegagalan bendungan III-4
3.4.2. Menentukan titik akhir (terminal point)
di hilir dari penelusuran banjir (flood routing) III-4
3 .4.3. Prosedur anaiisis yang dianjurkan III .4
3.4.4. Tinggi puncak dan kecepatan banjir m-5
BAB IV TDENTIFIKASI TINGKAT BAHAYA

4.1 Umum lv-1


4.2 Bangunan Fasilitas Um um, Daerah Tempat Kerja
dan Tempat Tinggal IV-3

4.3 Rumah-rumah Mobil (di Indonesia belum umum,


pada masa sekarang) IV - 4

4.4 Jalan Darat IV - 4

4.5 Jalan untuk Pejalan Kaki . IV - 6

4.6 Tanah Perkemahan dan Daerah Rekreasi IV - 6

4.7 Kemungkinan Kombinasi Baha ya di Berbagai Area IV.7


4.8 Kerugian Ekonomi IV-7

BAB V PENUTUP

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud
:

Maksud dari Pedoman ini adalah :

1. Untuk menentukan metode dalam penentuan kiasifikasi bahaya suatu


bendungan.

2. Untuk memberikan kriteria dan metode dalam rnemperkirakan luas daerah


banjir akibat terjadinya keruntuhan bendungan serta evaluasi bahaya di bagian
hilir.

3. Untuk memberikan petunjuk dan kriteria dalam mengidentifikasi tingkat


bahaya sebagai dasar menentukan standar persyaratan keamanan bendungan.

L.2 Tujuan

Tujuan dari Pedoman ini adalah untuk menuju obyektivitas dan konsistensi dalam
penentuan klasifikasi bahaya di bagian hilir suatu bendungan-

1.3 Pengertian

. Tingkat bahaya bagian hilir adalah : potensi kehilangan jiwa atau kerusakan
harta benda di hilir suatu bendungan atau tampungan air akibat dari air banjir
(meluap), sehingga terjadi kegagalan struktur baik sebagian maupun
seluruhnya, atau disebabkan tidak berfungsinya pintu.

. Kemungkinan kegagalan adalah : perkiraan kecenderungan atau kemungkinan


suatu bendungan yang akan gagal (runtuh) dalam waktu tertentu.

o Resiko adalah : suatu akibat dari kemungkinan kegagalan suatu bendungan.

. Penduduk terkena Resiko (PenRes) adalah semua orang yang berada di dalam
batas-batas daerah genangan akibat dari keruntuhan suatu bendungan, bila
tidak diungsikan akan menghadapi suatu keadaan bahaya.

r Banjir Penres adalah banjir yang menjangkau penduduk yang terkena resiko
akibat dari keruntuhan suatu bendungan'

I- I
Kerugian ekonomi adalah kerugian karena kerusakan pada tempat pemukiman,
bangunan komersial, daerah pertanian, bangunan fasilitas umum seperti
jembatan, jalan raya, jalan kereta api dan sebagainya, tetapi tidak termasuk
kerugian pada bendungan, fasilitas lainnya yang terkait serta tujuan
dibangunnya bendungan tersebut.

Bendungan Berurutan (Multiple Dams) adalah jika dalam satu alur sungai
terdapat lebih dari satu bendungan.

pembuangan air banjir yang memadai adalah titik batas bawah dimana tidak
terdapat lagi potensi kehilangan jiwa dan kerusakan harta benda yang
disebabkan oleh aliran banjir, dalam hal ini termasuk : tidak ada penghunian
oieh manusia; tidak ada antisipasi pembangunan di waktu masa depan; arus
banjir memasuki teluk, samudra atau kanal besar; alus banjir sedang
tertampung dalam tanggul-tanggul kanal.

r.4 Catatan Bagi Pengguna Pedoman

pada Bab II, rnengatur Sistem Kiasifikasi Bahaya diberlakukan bagi bendungan di
Indonesia. Sistem dari negara iain ditambahkan agar pembaca dapai
memperbandingkan mengenai nilai dan parameter dalam menentukan tingkat
klasifikasi bahaya.

Pada Bab III A, B dan D memberi petunjuk dalam penggunaan metode


dan penjelasan
untuk memperkirakan daerah hilir yang mudah terkena banjir sebagai akibat
keruntuhan bendungan serta untuk menentukan klasifikasi bahaya bagian hilir.

Pada bab IV, memberikan petunjuk dan kriteria untuk identifikasi bahaya bagiabn
hilir.

Penting untuk dicatat, bahwa pedoman ini dimaksudkan untuk menentukan klasifikasi
bahaya bagian hilir dan ir dan
bukan untuk menyiapkan peta genangan guna Rencana Tindak Darurat (RTD).

Studi keruntuhan bendungan bukan merupakan ilmu yang eksak, pedoman dan
kriteria dalam pelaksanaan studi ini akan beragam tergantung kepada tujuannya.
Walaupun studi untuk klasifikasi bahaya Rencana Tindak Darurat mempunyai
beberapa kesamaan, tetapi masih ada perbedaan yang besar, perbedaan ini dijelaskan
di butir 3.1 .

| -2
BAB II
KLASIFIKASI TINGKAT BAHAYA BAGIAN HILIR

2.r Sistem Klasifikasi Tingkat Bahaya

Sistem Kiasifikasi Tingkat Bahaya terdiri dari lima tingkatan yang didasarkan pada
jumlah keluarga di hilir bendungan dan berada dalam keadaan bahaya jika terjadi
keruntuhan bendungan dan kelompok penduduk ini disebut Penduduk terkena Resiko
(PenRes).

Sistem Klasifikasi tingkat bahaya adalah seperti dibawah ini :

1. Tingkat bahaya rendah (Low Hazard)

2. Tingkat bahaya sedang (Moderate Hazatd)

3. Tingkat bahaya agak tinggi (Significant Hazard)

4. Tingkat bahaya tinggi (HigtrKHazard)

5. Tingkat bahaya sangat tinggi (Very HighxHazard)

PenRes didasarkan kepada jumlah kumulatif penduduk dalam keadaan bahaya di


setiap daerah hilir bendungan, dan diperoleh dari suatu studi genangan dan tingkatan
yang tepat diperoleh dari Daftar 2.1 di bawah ini. Tingkat bahaya akan berkurang
sesuai denganjarak ke arah hilir bendungan.

Daftar : 2.1 Matriks jumlah keluarga yang terancam bahaya akibat dari
keruntuhan suatu bendungan dan klasifikasi tingkat bahaya.

Jumlah Keluarga "Jarak ke bagian Hilir dari Bendungan (km)


(Kumulatif) 0-5 0-10 0-20 0-30 0->30
U 1 1 1 1

t-200 -- 2 2 I 1
I
201 - 5000 4 ) J 2
A
5001 - 20000 4 t J
20001 - 250000 5 4 4 tA
> 250000 5 5 5 5

Jumlah kumulatif keluarga telah dipiiih sebagai indikator untuk memudahkan


perhitungan di lapangan dan setiap keluarga mendiami satu rumah. Jumlah
Penduduk yang terkena Resiko (PenRes) dapat diperoleh dengan mengalikan
jumlah rumah di daerah genangan (rata-rata jumlah keluarga kira-kira 5 orang).

il- 1
Sistem klasifikasi dapat juga digunakan sebagai. sarana memperioritaskan
pekerjaan untuk rehabilitasi dan dalam rangka peningkatan bendungan. Klasifikasi
yang lebih tinggi akan memiiiki tingkat bahaya hilir yang lebih besar, sebab itu
upaya penanganan adalah sangat penting.

Hanya sebagai perbandingan, sejumlah Sistem Klasifikasi Bahaya (SKB) dari


negara dan lembaga lain, dikemukakan dalam penjelasan. Yang penting disini,
bahwa setiap negara hendaknya dapat mengembangkan sistem sendiri, agar dapat
menerapkan klasifikasi bahaya dengan baik.

Dengan mempergunakan Daftar 2.1 dalam menentukan Tingkat Klasifikasi


Bahaya bagi sesuatu bendungan, tingkatannya akan bervariasi tergantung kepada
seberapa banyak informasi yang diperoleh mengenai waduk serta keadaan bagian
hilir sungai. Bila lebih banyak data diperoleh, maka Tingkat Klasifikasi Bahaya
dapat ditetapkan lebih akurat dan meyakinkan. Bila data kurang diperoleh berarti
penerapan Tingkat Klasifikasi Bahaya kurang sempurna (konservatif).

Sebagai contoh daerah genangan pada pengkajian pertama kurang dapat diketahui.
Oleh sebab itu Klasifikasi Bahaya Tingkat 5 dapat digunakan, biia diketahui kota
besar berpenduduk 250.000 keluarga berada di hilir bendungan. Demikian pula
untuk Klasifikasi Bahaya Tingkat I dapat diterapkan bila diketahui bahwa di
bagian hilir bendungan tidak berpenduduk.

Dengan diterapkannya Tingkat Klasifikasi Bahaya, hal ini berarti bahwa kepada
bendungan diberikan prioritas tinggi untuk dilakukan studi yang rinci (detail),
termasuk pula penganalisaan seperti terurai dalam Bab IIi dan Bab IV dari dari
pedoman ini. Hasil dari analisa, akan digunakan kemudian dalam penerapan
Tingkat Klasifikasi Bahaya yang baru. Tingkat yang baru ini, akan dicatat ke
dalam Inventarisasi Bendungan Balai Keamanan Bendungan, dan digunakan
sebagai prioritas untuk kegiatan pekerjaan rehabilitasi dan mempersiapkan Rencna
Tindak Darurat.

Untuk menggambarkan. penerapan Tingkat Klasifikasi Bahaya sesuai dengan


Daftar 2.1 dan bervariasi sesuai dengan kondisi setempat, hal ini digambar di
Gambarkan 2.1.1 sampai dengan Gambar 2.1.4.

7.2 Penduduk Terkena Resiko (PenRes)

Penres terbatas pada daerah yang mengalami dampak langsung akibat banjir yang
disebabkan oleh keruntuhan bendungan. Jadi PenRes tidali mempertirnbangkan
situasi seperti adanya orang di waduk atau kecelakaan lalu lintas karena Iintasan
jalan raya yang hanyut (seteiah dilalui gelombang banjir).

PenRes terdiri dari penggunaan secam tetap dan sementara.

il-2
. Tempat tinggal yang dihuni tetap (Bangunan yang sekarang ini dipakai untuk
kediaman secara perrnanen dan dipakai sehari-hari serta dihuni oleh 5 orang.

. Daerah tempat kerja dengan pekerja harian (mingguan) yang bertempat tinggal
tinggal di lokasi kerja.

. Utilitas public dan fasilitas umum yang vital (pembangkit tenaga listrik,
tempat pengolahan air dan seterusnya)'

. Perindustrian atau usaha swasta termasuk produksi bahan (pasir, batu, kerikii
dan sebagainya).

Usaha pertanian dan usaha perikanan.

Dalam penggunaan sementara termasuk :

Jalan utama sepanjang kanal atau lintasan kanal

Bumi perkemahan baik yang resmi maupun tidak.

Daerah rekreasi.

Penting untuk dicatat, bahwa tingkat klasifikasi bahaya hilir hanya dihubungkan
dengan jiwa manusia di daerah bahaya, dan tidak sama dengan pengertian 'Jiwa
manusia yang diperkirakan hilang". Jika yang diperkirakan cenderung merupakan
perkiraan jumlah kematian akibat banjir karena kegagalan bendungan dan merupakan
ramalan berdasarkan waktu peringatan bahwa akan menghadapi banjir yang
berbahaya dan juga menggunakan hubungan antara waktu peringatan dan kehilangan
jiwa manusia.

Menentukan perkiraan korlan jiwa manusia melibatkan banyak ketidakpastian dan


analisa seksama oleh para analisa. Analisa dapat mengisyaratkan bencana banjir di
daerah berpenduduk tetap, jadi akan menunjukkan dengan jelas jumlah kehilangan
jiwa manusia. Orang mungkin akan aman, bila mereka diam di dalam bangunan,
kendaraan bermotor, pindah ke daratan tinggi, dan seterusnya. Banjir mungkin hanya
membasahi suatu daerah dalam parit atau lubang atau ditenggelamkan oleh air
setempat yang mengalir cepat. Orang-orang yang pulang pergi bekerja setiap hari
kemungkinan tidak tahu mengenai terjadinya kegagalan bendungan,'atau mungkin
penduduk tidak menerima suatu peringatan, atau penduduk mungkin tidak mampu
mengungsi secara arnan dan seterusnya.

Faktor-faktor lain untuk dipertimbangkan, mengenai perkiraan kehilangan jiwa


manusia adalah dekatnya dengan sumber bahaya dan waktu pada hari yang
bersangkutan (maiam atau siang). Masyarakat mungkin mudah terkena bencana banjir
tetapi berlokasi cukup jauh di hilir sehingga banyak waktu untuk memberi peringatan
dan mengungsikan penduduknYa.

II-3
Bendungan bisa saja runtuh dalam waktu saat kebanyakan orang istirahat'(2]100-
06.00), jadi kemungkinan kecil atau sama sekali tidak ada p6ringatan kepada
penghuni di hilir.
Disebabkan oleh banyaknya ketidakpastian, dan ketidaktahuan menyangkut perkiraan
korban jiwa, suatu pendekatan konservatif menggunakan Penduduk terkena Resiko
(versus korban jiwa manusia yang diperkirakan hilang) dalam sistem klasifikasi
tingkat bahaya hilir dipergunakan untuk Program Keamanan Bendungan sesuai daftar
2.1.

)1 Kerugian Ekonomi

Dalam kerugian ekonomi tidak termasuk kerugian pada bendungan, fasilitas lainya
yang terkait dan tujuan dibangunnya bendungan tersebut.

Klasifikasi tingkat bahaya karena kerugian ekonomi didasarkan pada peniiaian


analis. Namun demikian pertimbangan nilai ekonomi dalam banyak hal tidak sulit
karena jarang menjadi tujuan. Alasan untuk ini ialah, bahwa jika terjadi kerugian
secara ekonomi, maka PenRes selalu menjadi salah satu faktor pertimbangan
klasifikasi tingkat bahaya bagian hilir, dan hanya akan didasarkan pada itu. Jadi,
jika suatu bendungan dikiasifikasi memiliki tingkat bahaya hilir rendah atau
sedang berdasarkan PenRes, baru kemudian kerugian ekonomi dievaluasi untuk
menentukan apakah klasifikasi tingkat bahaya hilir yang lebih tinggi dapat
dibenarkan

2.4 Bendungan Berurutan (Multiple Dams)

Jika keruntuhan bendungan di bagian hulu dapat berpengaruh pada keruntuhan


bendungan di bagian hilirnya, maka klasifikasi tingkat bahaya minimum dari
bendungan di bagian hulu, harus sama dengan klasifikasi tingkat bahaya hilir
tertinggi bendungan di bagian hiiir.

Il-4
BAB III ..

PERKIRAAN DAERAH GENANGAN

3.1 Umum

Penentuan klasifikasi tingkat bahaya bagian hilir yang didasarkan pada daftar
2.1 adalah tepat, apabila PenRes dan/atau kerugian ekonomi akibat keruntuhan
bendungan telah diketahui. PenRes danr/atau kerugian ekonomi dapat
ditentukan jika potensi genangan di hilir bendungan telah dikaji.

Untuk memperkirakan genangan banjir di hiiir bendungan bila terjadi


keruntuhan bendungan dengan cara sebagai berikut :

. Memanfaatkan studi genangan yang ada.

. Pertimbangan teknis, atau

. Melakukan studi analisis keruntuhan bendungan (Du* Break Analysis).

Metode yang disajikan di sini, hanya dianjurkan untuk keperluan klasifikasi


tingkat bahaya di bagian hilir, dan bukan untuk membuat peta genangan yang
akan disebarluaskan pada masyarakat, karena :

i. Penelusuran banjir (flood routing) untuk studi klasifikasi tingkat


bahaya hilir diakhiri pada lokasi kanal hilir di mana klasifikasi tingkat
bahaya hilir dapat ditetapkan dengan akurat, atau titik terakhir di hilir
telah tercapai. Jadi, studi hanya dapat mencakup sebagian kecil
jangkauan kanal di hilir dari bendungan, bila klasifikasi tingkat bahaya
hilir tinggi dapat ditentukan. Studi yang digunakan untuk penyiapan
peta genang4n, selalu dengan asumsi, bahwa saluran penuh dan
mencapai titik akhir di hilir.

ii. Prosedur analitis untuk klasifikasi tingkat bahaya hilir dapat berbeda
dari pertimbangan teknis.

iii. Klasifikasi tingkat bahaya hilir tidak ada kaitannya dengan waktu
perjalanan gelombang banjir di potongan melintang tertentu.
Penekanannya adalah pada tinggi maksimum dan kecepatan suatu
kejadian banjir di potongan melintang pada tempat tertentu.

III - I
Bila studi mengenai genangan telah dilakukan atau ada, maka studi ini perlu
dikaji, dan apabila baik, maka bisa digunakan dalam penentuan tingkat
klasifikasi bahaYa.

"
Catatan : Studi analisa keruntuhan bendungan, mungkin bisa diperoleh di
Kantor Pusiitbang Air di Bandung atau Lembaga lainnya. Contoh dapat
diperiksa penjelasan pada A, B dan D.

3.3 Pertimbangan Teknis

Dalam beberapa situasi klasifikasi tingkat bahaya hilir mungkin telah jelas;
jadi, klasifikasi tingkat bahaya hilir semata-mata berdasarkan pada
pertimbangan teknis dengan menggunakan informasi dari survey lapangan
dan/atau peta toPografi.

Sebagai contoh I ,

i. Sekumpulan masyarakat bertempat tinggal di dataran banjir bagian


hilir, dan dekat bendungan; atau

ii. Dataran banjir sama sekali tidak ada penduduk dan daerah hilir yang
tidak dikembangkan, dimana banjir akibat kegagalan bendungan akan
mengecil dan tertahan di antara tanggul saluran utama atau mencapai
suatu tampungan air yang luas (misalnya waduk besar atau laut),
tanpamengancam kepada jiwa manusia atau kerugian ekonomi.

Dalam kasus pertama, bendungan jelas akan menjadi fasilitas dengan


tingkat bahaya tinggi dan dalam hal kedua bendungan akan menjadi
fasilitas dengan tingkat bahaya rendah. Analisa perhitungan tidak
diperlukan dalam dua kasus tersebut.

3.4 Melakukan Studi Analisis Keruntuhan Bendungan (Dam Break


Analysis)

Jika tidak ada studi komprehensif tentang keruntuhan bendungan atau


klasifikasi bahaya hilir tidak jelas, maka suatu analisa harus dilakukan
untuk menentukan daerah genangan. Banyak metoda dengan tingkat
keandalan yang berbeda tersedia untuk melakukan analisa seperti itu.
Suatu metoda khusus disajikan dalam Penjesan A. Juga, masalah ini telah
dibicarakan secara umum dengan mengacu pada metoda terbaru dalam
Penjelasan B.

TTl -2
Terdapat tiga tahap utamo pada keruntuhan studi keruntuhan bendungan,
yailu ;

i. Asumsi suatu skenario mengenai kegagalan bendungan dengan


perkembangannya,.

ii. Tentukan titik terakhir dari penelusuran banjir (flood routing); dan

iii. Lakukan prosedur analitis yang dianjurkan.


3.4.1. Asumsi suatu skenario mengenai kegagalan bendungan

Hasil studi keruntuhan bendungan akan sangat akurat, jika kita ketahui
skenario kegagalan sebelumnya. Namun. untuk studi keruntuhan
bendungan ini tidak pasti dan hanya merupakan suatu asumsi.

Kemungkinan skenario kegagalan hampir tidak terbatas. Keruntuhan


bendungan dapat disebabkan oleh gempa bumi, hasil erosi
buluh/piping dan, keruntuhan bendungan yang mendadak, kerusakan
bendungan karena banjir besar, erosi karena overtopping dan
seterusnya. Debit dan banjir hilir karena skenario keruntuhan
bendungan yang berbeda, dapat menghasilkan klasifikasi tingkat
bahaya hilir yang berbeda untuk bendungan yang sama.

Karena skenario keruntuhan bendungan tidak diketahui sebelumnya,


dan demi keamanan bendungan, suatu prosedur dianjurkan untuk
menseleksi suatu skenario keruntuhan bendungan dengan mencari
klasifikasi tingkat bahaya hilir tertinggi. Bendungan yang mempunyai
potensi untuk klasifikasi tingkat bahaya tinggi, dan merupakan hasil
suatu asumsi skenario keruntuhan bukan akibat banjir maka daiam
kondisi banjir hilir yang cukup besar mempunyai tingkat bahaya yang
tinggi. Tetapi, untuk bendungan lebih kecil dimana klasifikasi tingkat
bahaya berada diantara batasan kategori (Daftar 2.1), prosedur yang
terurai di Penjelasan C dapat diterapkan.

Apabila kelemahan struktur utama telah diketahui (yaitu dari hasil


inspeksi keamanan), perkembangan erosi adalah merupakan jalan ke
arah terjadinya runtuhnya bendungan. Hal ini akan mengurangi seleksi
skenario, apakah di arahkan pada erosi buluh atau pada "limpasan
airlovertopping.

Oleh sebab itu, dianjurkan untuk memilih skenario kegagalan dalam


bentuk sebagai berikut :

III-3
'
Langkah 1 : adakan evaluasi, bila terdapat keiemahan struktural atau
operasional (misalnya peiimpasan air sebagai akibat
tidak berfungsinya pintu) akan membuat skenario yang
lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan skenario
lainnya. Kalau demikian, jabarkan skenario ini secara
konservatif dan dijadikan dasar bagi studi keruntuhan
bendungan (Lihat Penjelasan A'B dan D).

Langkah 2 : Jika hasil evaluasi tersebut di atas menyatakan "tidak",


maka lanjutkan dengan pendekatan seperti diuraikan
dalam Penjelasan C.

Daiam beberapa kasus, ada kemungkinan untuk meneliti skenario


kegagalan dari hasil laporan inspeksi. Hal ini, sudah barang tentu
memerlukan pertimbangan teknis dan kajian yang baik. Sebagai
contoh, adalah suatu bendungan yang'akan mengalami limpasan air
(overropping) pada Banjir Maksimum Bolehjadi yang dikaji ulang.
Bila tidak ada ancaman terjadinya bocoran, piping, longsoran ke
arah waduk, maka skenario limpasan air perlu di jabarkan lebih
Ianjut.

3.4.2. Menentukan titik akhir (terminal point) di hilir dari penelusuran


banjir (flood routing)

Penelusuran banjir pada bendungan yang runtuh hanya perlu


dilakukan untuk suatu jarak ke hilir dari bendungan sampai klasifikasi
" tingkat bahaya hilir dapat dipastikan, atau sampai "pembuangan air
baniir yang memadai" tercapai. Sebagai contoh, jika masyarakat yang
berada di hilir bendungan dengan jarak 1,6 km akan tergenang oleh
banjir, sebagai . akibat runtuhnya bendungan, dan karenanya
bendungan. diberikan klasifikasi tingkat bahaya tinggi, maka analisa
tambahan tidak diperlukan, sebab analisa tambahan tidak akan
mengubah klasifikasi tingkat bahaya hilir dari tingkatan "tinggi"-

3.4.3. Prosedur analisis yang dianjurkan

PenjelasanA,B dan D menganjurkan prosedur analitis untuk studi


. keruntuhan bendungan. Seperti dikemukalian dalam Butir 3-4.1,
skenario kegaggalan yang spesifik dapat ditentukan yang mendekati
realitas (mudah-mudahan tidak pernah terjadi)- Parameter yang
penting dalam pendekatan analitis' adalah waktu pada terjadi
keruntuhan (TFM di Penjelasan A). Uraian selanjutnya, merupakan
data dari kasus yang terjadi sebenamya

III-4
3.4.4. Tinggi puncak dan kecepatan banjir

Tinggi puncak dan kecepatan banjir diperlukan sebagai kriteria yang


ditetapkan dari Simplified Dan-r Break (SMPDBK), yang menghasilkan,
' tinggi puncak banjir pada tiap potongan melintang namun bukan
puncak kecepatan. Untuk menentukan puncak kecepatan, hitungiah
luas potongan melintang dari aliran pada potongan melintang yang
diingiirkan dan bagi <iebit puncak, dengan luas potongan melintangnya
(v: Q/A).

Bila banyak klasifikasi tingkat bahaya hiiir perlu ditetapkan dengan


menggunakan SMPDBK, maka SMPDBK dapat diubah untuk
menghasilkan kecepatan puncak, beberapa arahan diperlukan jika
dibutuhkan

III-5
BAB IV
IDENTIFIKASI TINGKAT BAHAYA

4.t Umum

Studi genangan dilakukan untuk menentukan dampak banjir sebagai uf.iUut


dari kegagalan bendungan pada tingkat bahaya hilir.

Tingkat bahaya hilir dapat diidentifikasi dari peta topografi, foto, survey
lapangan, dan informasi dari petugas. Termasuk situasi yang berpotensi
mengancam penduduk yang terkena resiko.

Sebagai akibat dari kegagalan bendungan tidak diperlukan analisa karenajelas


akan terjadi resiko, dan/atau kerusakan harta benda pada penduduk..

Apakah genangan air sedalam 0,30 m akan mengakibatkan korban jiwa jika
banjir melampaui suatu jembatan jalan raya, apakah jembatan tersebut akan
musnah jika tidak, apakah kendaraan yang melalui akan terbawa oleh air banjir
dan seterusnya. Pertanyaann seperti ini merupakan dasar untuk
mengidentifikasi tingkat bahaya hilir yang dijelaskan pada butir 4-?, sampai
dengan butir 4.7.

Sedangkan hubungan antar'a tinggi aliran dengan kecepatan banjir yang


menunjukkan aliran banjir yang berbahaya untuk berbagai kemungkinan
tingkat bahaya hilir dapat diperiksa pada gambar 4.1 sampai dengan gambar
4.5 (periksa pada lampiran).

Hubungan antara tinggi aliran dan kecepatan aliran pada tingkatan banjir yang
berbahaya yang disajikan dalam gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.5 dibagi
dalam tiga zona, yaitu : zona tingkat bahaya rendah, zona tingkat bahaya
pertimbangan dan zona tingkat bahaya tinggi.

Penjelasan dari zona-zona tersebut adalah sebagai berikut ;

Zone tingkat bahaya rendah

- Jika kemungkinan tingkat bahaya hilir yang terjadi mengikuti

hubungan antara tinggi dan kecepatan air banjir yang dilukiskan dalam

zona ini. Kemudian PenRes dihubungkan dengan tingkat bahaya hilir

yang memungkinkan atau diasumsikan tidak ada.

IV-I
Zone tingkat bahaya tinggi
- Jika kemungkinan tingkat bahaya hiiir yang terjadi mengil:uti kurva
hubungan antara tinggi dan kecepatan air banjir dan diasumsikan

bahwa PenRes berada pada semua tingkat bahal,a hilir yang

memungkinkan.

Zone Tingkat pertimbangan

- Zone bahaya rendah dan zone bahaya tinggi yang mewakiii dua titik

ekstrim, dimana tidak ada PenRes dan ada sebagian PenRes. Antara

.
kedua titik ekstrim tersebut terdapat zona ketidakpastian dalam hal

menentukan PenRes, karena setiap situasi banjir mempunyai ciri khas

masing-masing, sehingga tidak mungkin menghitung semua variabel.

Dalam hal ini


tergantung pada analis untuk menggunakan pertimbangan
berdasarkan keahlian teknis untuk menentukan PenRes terdapat banyak faktor
kemungkinan untuk dipertimbangkan, sebagai contoh ialah :

. Bumi perkemahan tertentu, monumen, dan lain sebagainya, mungkin


sedikit sekali pengunjung yang datang. Disamping itu mungkin
dikunjungi dalam waktu yang pendek selama setahun, misalnya 100
jam kunjungan. Jadi kemungkinan adanya orang di daerah bahaya
sangat kecil, dengan demikian PenRes dapat dianggap tidak ada. l

Kegagalan bendungan pada waduk kecil dengan kenaikan debit puncak


sangat cepat. Kemudian penurunan debit puncak juga sangat cepat.
Jika kemungkinan terjadi bahaya, yang terkena sasaran adalah jalan
raya yang jq*g digunakan, maka kemungkinan kendaraan menjadi
sasaran banjir adalah kecil.
Sebaiknya, banjir yang terjadi pada waduk besar kemudian melanda
jalan raya dengan lalu lintas padat, ditambah waktu banjir yang cukup
lama. Hal seperti ini jelas akan terdapat penumpang/penduduk yang
terkena resiko. Sehingga kehilangan jiwa penduduk perlu diperhatikan
di dalam menghitung PenRes.

Tempat tinggal penduduk, dapat berupa rumah tiga lantai yang


dibangun dengan baik. Hal seperti ini dapat dianggap bahwa
penghuninya tidak dalam keadaan bahaya. Apabila jika banjirnya
berlangsung tidak lama. Sehingga tidak diperhitungkan dalam PenRes'
Akan tetapi para penghuni rumah tingkat satu yang dibangun kurang
baik menjadi sasaran banjir harus dianggap berada dalam kondisi
bahaya. Sehingga diperhitungkan dalam PenRes.

IV-2
Rumah papan kayu bertingkat memberi keamanan pada penghuni,
narnun demikian harus dianggap bahwa penghuni akan sadar adanya
banjir (misalnya tidak tidur) dan akan pindah ke tingkat yang lebih
tinggi.

Penentuan tingkat klasifikasi bahaya, terutama pada bendungan besar yang


memungkinkan banjir besar, tidak periu mengacu kepada Gambar 4.1 sampai
dengan 4.5 karena bahaya banjir tersebut sudah jelas. Tetapi, untuk situasi
Cimana klasifikasi tingkat bahaya hilir dari bendungan tergantung kepada
situasi banjir, dimana para penghuni tidak dalam lingkungan yang aman
misalnya, didalam rumah, kendaraan dan sebagainya. Sehingga Gambar 4.1
sampai dengan 4.5 harus digunakan. Dalam situasi seperti itu, analis akan
memperkirakan ketinggian dan kecepatan maksimum banjir, pada suatu daerah
yang mungkin berbahaya, dan perlu juga membuat suatu keputusan terhadap
akibat banjir pada tingkat bahaya hilir yang mungkin terjadi.

Jika ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diramalkan dengan pasti,
maka dengan pendekatan yang menganggap bahwa tingkat bahaya hilir yang
mungkin terjadi di daerah genangan, harus dipertimbangkan penggunaan
Gambar 4.1 sampai dengan 4.5. Tetapi, untuk situasi-situasi dimana para
anaiis yakin mengenai perkiraan mengenai ketinggian dan kecepatan banjir
maka, Gambar 4.1 sampai dengan 4.5 dapat digunakan. Kemudian para hnalis
dapat memutuskan kemungkinan bahaya hilir dan memperkirakan PenRes.

4.2 Bangunan Fasilitas Umum, Daerah Tempat Kerja dan Tempat Tinggal

: Didulam menetapkan PenRes tercakup semua penghuni rumah yang berada


didalam batas daerah genangan. (periksa Gambar 4.1). Namun demikian,
hanya dapat dibenarkan, bila tidak ada PenRes yang harus dihubungkan
dengan para penghuni rumah yang tergantung kepada ketingggian dan
kecepatan banjir yang digambarkan dalam zona pertimbangan. PenRes selalu
dihubungkan dengal penghuni tempat tinggal, dan tergantung kepada
kombinasi ketinggian dan kecepatan banjir, yang digambarkan di dalam zona
bahaya tinggi.

Untuk rumah tempat tinggal yang memiliki ruangan dibawah tanah,


diasumsikan terjadi situasi bahaya jika air banjir memasuki dan membanjiri
ruangan tersebut. Jika ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat
diperkirakan dengan pasti, maka dalam PenRes termasuk semua penghuni
rumah yang terletak di dalam batas daerah genangan tanpa mengacu pada
ketinggian atau kecepatan, maka klasifikasi bahaya hilir yang sesuai dapat
ditetapkan.

IV.3
.

4-3 Rumah-Rumah Mobil (di Indonesia belum umuml pada masa sekarang)

Tempat parkir rumah mobil biasanya ditempatkan di dataran banjir,


disebabkan kebutuhan kawasan di banyak daerah. Hal ini menimbulkan situasi
amat baha-va untuk penghuni rumah mobil, karena mereka Sangat sulit untuk
berpindah terhadap terjadinya banjir sekalipun relatip kecil. Jadi hubungan.
tingkat bahaya ketinggian - kecepatan banjir (Gambar 4.2) untuk rumah,
berbeda dengan yang digunakan untuk rumah mobil.

PenRes meliputi semua penghuni rumah mobil yang berlokasi didalam batas
daerah genangan, dan tergantung kepada kombinasi ketinggian dan kecepatan
banjir yang digambarkan di atas zone bahaya rendah dari Gambar 4.2. Namun
demikian, hanya dapat dibenarkan, jika tidak ada PenRes yang dihubungkan
dengan para penghuni rumah mobil terhadap kombinasi ketinggian dan
kecepatan banjir, yang digambarkan dalam zona pertimbangan. PenRes selalu
berhubungan dengan para penghuni rumah mobil terhadap kombinasi
ketinggian dan kecepatan banjir yang digambarkan dalam zona bahaya tinggi,
kecuali dalam hal sangat khusus dimana para analis dapat menyajikan
kebenarannya.

Bila ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti,
maka penentuan PenRes rnencakup semua orang yang berada dalam daerah
genangan, tanpa petunjuk mengenai ketinggian dan kecepatan dan klasifikasi
tingkat bahaya hilir.

4:4 Jalan Darat

Jika gelombang banjir yang terjadi akibat kegagalan bendungan menggenangi


jalan darat, kemungkinan akan terdapat korban jiwa, dan kepada para
pengendara dan pejalan kaki harus dilakukan evaluasi. Dalam berbagai kasus,
jalan darat tergenang karena melintasi saluran, meliwati suatu jembatan atau
gorong-gorong, atau karena jalan darat berdampingan dengan saluran misalnya
di suatu lembah.

Korban jiwa mungkin terjadi di jalan darat, sebagai akibat kegagalan


bendungan karena bermacam sebab, diantaranya ialah :

o Kendaraan hanyut ke hilir disebabkan oleh air banjir-

. Kehilangan kendali yang mengakibatkan kecelakaan kendaraan,


disebabkan oleh dampak air banjir dan.

r Kecelakaan kendaraan, karena kerusakan jalan seteiah dilalui oleh


banjir.

o Dan sebagainya.

IV.4
Namun demikian, karena klasifikasi tingkat bahaya hilir di dasarkan pada
dampak langsung dari banjir yang melewati ,jalan tersebut, sedangkan
kecelakaan kendaraan sebagai akibat dari kerusakan jalan setelah banjir
melewati jalan tersebut, tidali dipertimbangkan saat memperkirakan PenRes
Karena dianggap bahwa kendaraan telah berada di jalan atau sedang berusaha
memasuki jalan sewaktu tergenang air banjir

PenRes meliputi semua penumpang kendaraan di dalam batas genangan.


Namun demikian, hanya dapat dibenarkan, bila tidak ada PenRes yang ada
kaitannya dengan penumpang kendaraan yang digambarkan pada zona
pertimbangan. PenRes selalu dihubungkan dengan penumpang kendaraan
terhadap zona daerah bahaya tinggi kecuali dalam hal khusus, dimana analis
dapat memberi alasan yang kuat.

Jika ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti,
maka PenRes yang meliputi semua orang yang berada di daerah genangan,
tanpa mengacu kepada gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.5 (Periksa
Iampiran).

Jalan darat akan menjadi faktor dalam menentukan klasifikasi tingkat bahaya
hilir dari bendungan, bila jalan itu dilapisi (aspal atau beton). Kritefia ini
memberi cara penyederhanaan penghitungan jumlah, frekwensi dan kecepatan
lalu lintas di atasjalan darat tersebut.
Kriteria jalan yang dilapisi berlaku, kecuaii analis dapat memberi alasan
terhadap hal yang sebaliknya. Sebagai contoh, jalan darat yang dilapisi dapat
berlokasi di tempat yang amat jauh dan jarang dilalui, atau jalan darat
mungkin tertutup selama waktu tertentu dalam waktu tahun berjalan, dan
dimana kegagalan bendungan dianggap terjadi. Seperti kasus, dimana banjir
yang mengakibat kegagalan bendungan, hanya dapat membahayakan jalan
darat, bila kegagalan disertai oleh banjir besar, tetapi banjir besar ini hanya
terjadi, selama musirn hujan pada saat jalan darat ditutup untuk lalu lintas.

Sebaliknya, jalan yang tidak dilapisi dapat juga menimbulkan situasi bahaya
bagi PenRes, hal tersebut dapat menghasilkan klasifikasi tingkat bahaya
sedang atau bahaya tinggi jika pembenaran yang tepat dapat diajukan. Sebagai
contoh adalah jalan kerikil yang membentang di suatu lembah panjang dan
sempit dengan suatu bendungan yang berlokasi di hulu. Jalan ini diiintasi oleh
beban lalu-lintas yang sedang, karena jalan ini merupakan jalan yang masuk ke
kawasan rekreasi yang telah didirikan, daerah berpemandangan menarik,
daerah perumahan, dan seterusnya Sedang jalan darat yang meliwati lembah
panjang dan sempit, dapat mengakibatkan korban jiwa atas pengendara
kendaraan pada waktu banjir sebagai akibat kegagalan bendungan, disebabkan
sulitnya losos dari bahaya pengendara dalam lembah.

Kerugian ekonomi hanya meliputi biaya penggantian jalan darat beserta


bangunan pelintasan.

IV-5
4.5 Jalan untuk Pejalan Kaki

Jalur jalan untuk pejalan kaki meliputi jaian yang dilapisi. trotoar. jalan rata,
jalan sepeda, dan jalur pejalan kaki/pendaki. Dimana jalan untuk pejalan kaki
dipisahkan. dan/atau dapat mempengaruhi klasifikasi tingkat bahaya hilir.
PenRes dapat diperkirakan dengan menggunakan Gambar 4.4 dan 4.5.

PenRes meiiputi semua pejalari kaki yang berada didalam batas genangan'
tergantung yang digambarkan di atas zona bahaya rendah dari Gambar 4.4 atau
4.5. Namun demikian, dapat dibenarkan, tidak ada PenRes di daiam zona
pertimbangan. PenRes selaiu dihubungkan dengan pejalarr kaki di dalam zona
tahaya tinggi, kecuaii dalam hal amat khusus dimana analis dapat memberi
pertimbangan yang benar.

Jika ketinggian dan kecepatan air banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti,
maka PenRes meiiputi semua olang yang berada dalarrr daerah genangan,
tanpa mengacu kepada ketinggian dan kecepatan dan klasifikasi tingkat bahaya
hilir yang sesuai dapat ditentukan.

4.6 Tanah Perkemahan dan Daerah Rekreasi

Tanah perkemahan dan/atau daerah peruntukan hiburan di hilir bendungan di


berlakukan sama seperti jalan bagi pejalan kaki. Fasilitas demikian dapat
merupakan sesuatu yang dimiliki, dioperasikan dan dipeiihara oleh Badan
Pemerintah dan/atau Swasta.

Tanah perkemahan dapat mencakup fasilitas untuk keperiuan perkemahan


sederhana. Daerah rekreasi mencakup untuk tempat melihat pemandangan,
atraksi dan jalur untuk gerali jalan, daerah pemancingan lapangan golf, daerah
bersampan/berlayar/berdayung, fasilitas peluncuran perahu dan sebagainya.
Untuk keperluan klasifikasi tingkat bahaya hiiir, dianggap bahwa fasilitas
tersebut akan dikunjungi oleh pengunjung selama terjadinya banjir karena
kegagalan bendungan, (kecuali kegagalan berlangsung diiuar skenario dan
musim yang diperhitungkan) dan jiwa manusia mungkin akan terkena bahaya.
Untuk memperkirakan PenRes jumiah orang yang sekiranya menggunakan
fasiiitas tersebut pada musim yang ramai (misalnya, Tahun Baru, Idul Fitri,
Natal), perlu dipertimbangkan.

Skenario kegagalan bendungan yang disertai oleh limpasan banjir besar dalam
waktu tertentu, dianggap bahwa orang berada daiam keadaan bahaya.
Sehingga penggunaan fasilitas dalam jangka waktu ini perlu dipertimbangkan
dalam memperkirakan PenRes. Sebagai contoh, jika bendungan dapat
mengancam kehidupan manusia dalam musim hujan. maka pengantisipasian
penggunaannya selama waktu itu perlu dipertimbangkan saat memperkirakan
PenRes.

IV-6
4.7 Kemungkinan Kombinasi Bahaya di BerbagaiArea

Dalam masyarakat yang beraneka ragam biasanya terdapat Semua


kemungkinan bahaya hilir yang diindentifikasikan dalam Butir 4.2 sampai
dengan 4.6. Mernperkirakan PenRes untuk situasi seperti ini, mungkin perlu
menggunakan semuanya. atau hanya beberapa kriteria dalam Butir 4.2 sampai
4.6. Sebagai contoh, jika masyarakat kecil yang terdiri dari rumah berfondasi,
rumah mobil dan taman. maka semua kriteria dalam Butir 4.2. sampai dengan
4. 6 diperlukan untuk memperkirakan PenRes dengan cermat.

4.8 Kerugian Ekonomi

Klasifikasi tingkat bahaya hilir yang didasarkan pada kerugian ekonomi,


biasanya tidak diperlukan, karena l<erugian ekonomi sudah tercakup dalam
mempertimbangkan PenRes. Jarang terdapat dalam situasi, dimana PenRes
adalah nol, tetapi kerugian ekonomi yang besar atau berkeiebihan dapat
dipakai untuk meningkatkan klasifikasi dari tingkat bahaya sedang menjadi
k1asifikasibahayatinggiberdasarkanpadakerugianekonomi.

Jadi, yang terbaik adalah memberikan suatu klasifikasi tingkat bahaya hilir
berdasarkan PenRes sebeium kerugian ekonomi dipertimbangkan' Kemudian,
jika PenRes lebih besar, dari.yang dipertimbangkan, menghasilkan klasifikasi
bahaya tinggi, dalam hal ini perkiraan kerugian ekonomi tidak perlu, sebab
tidak mempengaruhi klasifikasi bahaya. Namun demikian, jika klasifikasi
bahaya adalah kurang dari tinggi, kerugian ekonomi perlu dievaluasi untuk
menentukan apakah klasifikasi bahaya dapat ditingkatkan.

IV-7
BAB V
PENUTUP

Kiasifikasi tingkat bahaya hiiir merupakan alat manajemen, karena dapat menjadi
faktor penentu dalam menetapkan perlu tidaknya evaluasi keamanan secara formal
dengan kemungkinan modifi kasinya.

Penentukan klasifikasi tingkat bahaya hilir dapat bervariasi misalnya dengan gambaran
sekiias dari peta topografi, hingga suatu analisa yang memerlukan data lapangan yang
rinci, model analitik yang handal dan rumit yang memeriukan komputer digital dengan
kecepatan tinggi serta pelatihan oleh pemakainya.

Sementara klasifikasi tingkat bahaya hilir mungkin jelas untuk bendungan besar, tetapi
diperiukan analisa yang rinci dan ditambah dengan pertimbangan yang tepat untuk
bendungan kecil. Namun demikian, analisa yang rinci tidak selalu menghd.silkan
klasifikasi tingkat bahaya hilir yang tepat. Banyak informasi yang tidak jelas diperoleh
mengenai kerusakan konstruksi pada bangunan, jalan, tempat tinggal, sikap masyarakat
dalam menghadapi banjir dan sebagainya, oleh karena itu perlu pelaksanaan kebijakan
secara obyektif dan mantap atas klasifikasi bahaya tersebut oleh instansi yang
berwenang

Jakarta, 22 Desember 1998

v-1
i'ri;lli 'i?i.3. ..'.i..:;i

',friitiiiiffiffi'ffi -,:.;ii'5ri*tr11ffi
r*i$$iffi
i;r*;ffiirffi ffi iri
t-:iq.f:
I--ti.'-li
,' i'iiii;1;} . ':: : liEal

l'..{ii,

:iid'ili:ffi ',;tttiffi i--ilciiffi .rlii#il ll# i-,# l,rl


Ir iffi
:ii 1',i i',r
fi jl$iffi fi, ;,,, :,',1,, lji i,
i, .,'
1;,-:-;:;; ,;,,1,j.""_i..n 11,1-
',r.';' -
..,:,.;.
''
i

"
,

ifi4+ffi+*1*i;-++i+1,:ir, i i
...i;i ,,.ii:

':t;.1*ii1i{$ffi
#LiIis#,i;

;irHfi'i:ffi il;a
--:> i

,i*i**. l $i$ffi l!:t*:itl*i$.ii,

iii*+ffi}$rffi
:i-^?l-iE
.i;+-,.s
:it.:rE
,:.,':ig.:#
j:,i.;.;t:ii.i

r'; l:rr-+l

:.; r.i:-i..t;
c
:o
o

d
:€ o
t
OO
n
.u
;9 o

IO
liL
:
o
3o'
c
T

cro o
<i! n
OL 6
I i(
-o o
o.L6 F
c7 > to
d69 6
o c

! 6j
oil o
.E
o' o
'.i o
o
d
le;
, . L:
-'c;
dN
I
c
;eqv c
a !l
Lt 6

i b-vr fO
{6L
:2l'. od0
igr
-lo&fc _5
LL
o
o
-odf-f od
a,
t
)o)F &
f
.c
o
c
_C o
U
o
f -I
tul
C ,.1
el
o
U il
ots
AP
lLd
L! I
f,oo
1YY
c
O
u-)

oL O
oo \o
' ml
;
Y
cc

t
.(a
r "l
.) ;
g'l cl
o ol
E
3al
o Jl
\o JI
AJ
0, ru;l OI
.o- -l .+l .
#l
o,l
--t
,zt
I

I
ol
>t
ol
.cl
-3lI
I
,rl
I dl
d vl
o, ol .Ll
o ;l
3,i'J
\O
\o ol
.0, G :.l
I #tI
I .dl
vl
o}
E;l
YI
o3l dl
:-9
Lv
El

i,, 6l
g
oro
Cv
-ol
I
6* cl
,mol
)l Iml
;lol
ae l\'rl {l
!i I I
'"rj(
il
orl
<L oI
60r il fl
G# -r
,
0rl
il tn LI

agll o ^J
t ''31 E
zo.-l El
:l
: (,ul_€ 5l
L,
g 5 iln;:
- E_v:l:a q
E
)a+
v1 -v
6:vllt il
,5i*^|.3- ,l
i i?il.
-o
-laYFlcl ,
r
o :.Elo o

e
Ll
rU

f
c
o

o*
a?
.ctd
d d<
tr t
fo,O
1YY
o
o
n
ro

OL
Oa o
o: o
ni lr)
. . { c.
\ld a
..' -l-E'
.' . --.I 5.'
.\ v'

a
o
:lf c

o
o

I
6
ol
6L o d
aO o
ml m a
&
t
o
)a F
'o o .;
trl o
r
c
o
cl {u
d
o
N {-l ,o
i
:z

{
-l .: d
-Oe o
-l
{d &L
o, s
JL c9 F
-l
wi
{&
JY
I
o{ o
si I'l
rG

o!fl
c
.g
6
c
o
d
o
aOl a
-c n I
cd
\\
\\
d\o
ac)
c
d
\\
i\\ 6
-* e
Ly^o
O^d
y
+
t- \ o a: so
h-\ L
TE E
! :g d o
t- OJ d
o a 0
t-.
tt.
:
\
t,
f,
I,
o c" o _ o
E
N
f-.
r\\ \ o
c ]Z

L 68,
i ruo
: L q -a
f
r t-.. \ L 67o ; ^
r o Lli
cr'I
lr)
F S;
gI ;o;:z-
-l
-:Pr o3.-
n iii
g'!n
rl
ol
.Pl
cl
ol
N JJ. .;
,F
!'b o
g
o
-D:otr."-'
>;i
o Yi o c L
s 3;
(Jt

-l
rz ; dl
-t

c \,v t
o .ol
LI
dl
ol
c
d
4 rrrrr\ c
o
(J
ol
tJl
CI
c
o
c,l
t ot
CDP
d ILd
d d=
&
o t! E
o l&o
1:<Y

\/
o
O
tr)
N
o
r,

I
.l
c:l
!l
)t
ol
B
lr)
r
o

Or
:ZI
I
ll
I o
I d
d

I ;d
I =
sl
Ll o Ul
r$ ol o
a ll lr) Y

=l
-g
t F
Y
E d
)l
o
ru
I c
6
io .E
o
ao o
a
d
o| 3,, c
L 9o d
ol d i:
i( t/l
ii
+
o,
:z
c
o
oli.
dd
td

L
0l
Cs
-C o
6t c
:z
o.I dt
0J
E
o c
d
o)
..9
d :l
-cl o'
c ol
6
c L
g; ,l
--lr
& J otr ul 6
o) f
0,
2ou, ol
i(l.-: r
-c
6
f
3c
aD
clru
--l
6
L
-6d
ol r- o vl
t ;I
t o
OJ 0,
o- Hi* 31 6
:zl#
Y o
. ..,I
-Y -'>( lG
lr) #l! o LI
-Y{r
)i a dtq
vl h ,31
d 9orc Ol L L EI
p -"dlrt -) .sio d
Flo -O
dl
t:)I
F L -)
OJo
o v
Y
c o
o
O) c
c o
o o
c
0

.c jlL o*
d ld O)r
L bln .ILd
0r c, 0, d 6=
t! t
o6 >ca )0/O
-.IYY
.)
O

-
2
:)
O e.

f
t F
7
ti :l
I
n
I o
,i tr)
e,t
I
I
I @
I a
i1
U
(_) Ili t
(, I H
\f
Z- I
{
I
z
O
t
r')
oa z
UJ
-) )<
Z Z
*1 ')n
co F
Y ca=
g. (, 9L
o z ; s<
u')
ni =co 7u.
F
=T
r.f J u 2<.
13 --)
P Z o n

; o o
a<
ca <.
!

=tf
f Ell t\
,E l-

I ylf tud
c z
I
=
.v)
E
LJL

ecD
)< :r
= 6
o.
F
:
f
Z :f u
o_
OJ
t",J )z
U
0J
(J (,
dd,; =u
Y tJ z- u1 6=
Y cc
o E OO O rJ-|,!
a u tlj
CD v
oa.""'
-T- F -t
z E !irL

-7
o
co LY
t-f
2 -r CDx
:f ct
z
l -(, T l" a'-
x ' -!v *
/^
z_ I< ZA
co
l
zIJ rJ (JrZ UJ=
G-F
:f -J ZLt
o- () Fca
I
I
I
I

(J z. =
(, o
c)
z (-)
Lrl
u-)
tr z. u.
d @
c<
o- =
t-
(,r< E
C@
tJ =
o_ @
o
_Ei zo 7
sR FJ
o
N]
lt) o lr)
l'- ln ru
d o' o

'ol
(r)
c
;
q
r\
t
d
j
n
j
J

tT

(,
z- co '7
--.; (\ 4
c l'lLL
<?
4 I.J
fiZ NOY
u^)
; t
@ 'FF
.e. +uJ\/
-L
', -- =O
u.o
co
s
:-

o >
:<
<>
-J_

\o-+
1

- LJ __)
tjg
ZO (r-f
a
(, z. u.
tJ
F!\
\
u)
fi UL
LrJ
:Z(J
=e
_F )
LJ O::FN
m +< LVt
-4 *-
r-t I r->
-,L
N=
a:'--
:v {Z
{ [n
E
r-- 3= #v +s
4- d'- Fc.
F() -@
Li
74
4co rg F9 A-
o -.4 6< Ii Xf
Za o] -<
N -4
6s t! LrJ Zi,
o- --.1 -; * A
= <
T
--I
Lj
a) ' Jco
T 6P
)
l-,= , (, I
L'J
o . Io (J Z
L@
tJJ
z.
tJ I
ZO
q o. =2.r
N
.q
- oTcr:
@ e ccDo-@
co o
z uz.z-z
o (J 0)C)OO
N }.NNN

(f o
o
O
r-t oi

'a
O)
.g
F
lr)

:r:

o co
q
g
LtJ
I 03
{
(j
i z
I
O
t o
z=

ca
;
lr)
c'.)P Z z
F (,
.E z.
t! co
(J 2 -Z=
tiJ
zs F
y <f
<-L
r]o ; Lr s.<
Z. c. o- <o
{ LL

a o u);
L (J =
tr,
o_
o- :<- 2.3a
tn6 z.
tr z 4;
cuc
P
a 7 (e ?
-n
ia
tri

d vf)-
a

ou
o.
q
OJ

oi
o
z.
:5 6
-L

=3
C\.! :Z
\: trj
*a
n
o E-
uJ<
<c)
uz
FO_ rr-L r 7t
<5 2@ ce< o_F
-z
atn =<
Z- t<
<: <\<
Js
o*
Zv ?9;s
trJ p
o-;
F3 ZtJ
coF
F
F.d ,
)Z t,
*J IT

I UZ.) =
:E
LUU
CD LLE

u')
C; rO
-qa
.(!
t]-!cr-I
e aco o- a
o
@
- a-7
qlo O O
(J :<N N N
KA
o-o
tr)
ru
c)
o
O
ci

5
'o|
Ol
c
;
a
J:

trJ
C
(,
2

1
u
2 o
I (,
d
5 @
il
!
I
I
o
c,)
I
CD

tiJ
cc

I
o
lr)
.na
PI
I .i oi
g
r"
rts
ii
z
c.)
iT
,c @
i$
;
C

_ri
I 'l O-
OL
:o u.
-
()
E
o
i
I E
t rU
c
(,
7
n f o
co t o
F
o n !
, o I
c
't
, ;g
c
I ()
o z
o
F..J
I
t a)
Y F
c I
C)
tr)
g) I o_
Lrl
/
c
o I O
t!
! F )<
.{

II I
tr
=o L

a- F
z_
i o
o
!- z
f
I !
o

c.
c
o,
o
z
=
m
T o :)
!
! o =
p o
tr)
I o
I o
c *
I, N
o

t co

t (,
O o
o o
q o'

O)
O)
.g
F
ca

O.
GI .s=z
(A
V :.<
Z.
4
ii
V.:
U2
! 04;
z a*
L]:
V
l c'
F >a
'7
O= +.<
'Lo J s-Z
64{
-y-
4 H-
*a
.:_ I <=
\o oa\
LJ
a u6a
t- Cra!
--)
|-u ea:
O_ trJ eY.'^
ru]
LJ
LJ
t.l
}I
L
:ra*
(/,);
L,J
J<i
a ooil
Ico
tf ;<J
rf
<r<<
:!J

=
F -=J

a
i3r
2 *r-
F
z -Y*
L?L]}
t-Q

o z F-
ul l,l
Lf
LJ
V
(f zl oz+
co Ll<a
l 7 rlQ
*7
I F;u -
:tr -o.
o u-) g {F{
+ o IOa-
z or<LJ<
c cao*ca
o oa
o
N L
@
: a <<<
zzz
(3
!, clocl
)< NINN
o r,l" lr) o
o- N u1_

o
n
o
o-
o
o

6cll
.F
kfitstffi{ffi
.t.
iirtri,ilii':?;j

r#l;q;El*ifi{r,
ffi{r;ii;iiii?ffi
r:t) J -r._; ,:
x*st*t*ltr*$tt**ffi'
,$
++" :.4-L- .<-.,: ,
.:-_t:,''\*r\,_.; r-t_F- _.
r*i$$l*iti*I*Er
,-iiiiii;#I1;i$$_#f:,iil=$,tiffi
i:rr: tlii::
r,

',,
i?:i tz ' -r r1t.l;,r'$:,' . \'rrl
i..11iiiiiiti: .i:i
iffi,:;rxiffi;+:r.+:et
j;l
:,.{i,,ffi -".ii',,
rttriity$gt:;
; :'''.., -:- ::.lf:i]t,
J:;j.-:r-ii
. ,...;,-;.':''.1 '.'. "rj .

,,f,i::-"::, l':ir''iri..ri,.ill*1iiiij. ::.;-r.ri .,;.,1,.i;,i


"'-.iiiii}i.ii,.ii,1ii
iir:1i$.$ffi'..*',.i,,
-
i,i "+$.#rt -rfiE-ffi ' =Ir,*ffi ffi '

,,,,r;,i;i'r't1t ;', ,, t,'.','=;r-i*rl,ii.i+iiffi.'"t;l,,,:


,,,,,,,,,,,.Effig$,{g$;5$ffgjr
,
i.,;.ii;riii.,ii,,,r-,1,'ji '
,ii,.,:,,

:,,-l ;,1' r'1u1i1.'ii.-iji,.,..i-,)t


,,
',- -,1

.=i1".,.1i,.-.:,#,fj,:'i'i.,.,+
; t., i:-,v l,i1
::;,.rt,1t:::,# ;jirit -: i,:. -t'-:,1{I
+#tit$.*ffiiJ;
. 1

ii;i,1,: .,;:i'-:.,:'Y,:i

iiiiiiiiii+*iffi,'i'
t

ii;ltirlirff f,.*Yit+i.:i'*i-*
rji_jtii;,ii.,,]$
r;aj";l:4,{,9*1_.6* '*rtriii";ri:iir*r l:.ir-];iT,ki:
rri:i{{ii+:?kiiiiiii;,.ir.d
."

-,,,:, 1
f.ii'ii,

.: - '-i

.4.
li
PENJELASAN A '
,

Prosedur Analitis dalam Garis Besar


- US
Studi Keruntuhan Bendungan/Genangan;
National Weather Service

Umum
suatu kompromi antara metoda'
prosedur yang disajikan dalam Penjelasan ini, merupakan
dalam melaliukan studi keruntuhan bendungan'
1l

analitis yang sederhunu dun kompleks, dan bagi mereka


fraslf yang konsisten bagi para anaiis'
Prosedur ini akan memberikan suatu
ekstensif' serta menghasilkan produk I
yang tidak *.*prnyui pengetahuan niarauiitiyang
yang.akurat dan daPat diterima'
Bureau Service dalam segi
prosedur adalah merupakan suatu aplikasi dari uS weather
d..ng* petunjuk dan kriteria yang
Simplified Dam-Break Model (srrappvrg) {5} ') , modei' Test dari SMPDBK
diberikan dalam menentukan untuk l"p't
p*"tenter dari
"*'u suatu model andai
;;ffi;lij;;^t, DAMBRK dari National Weather Sewice,'merupakan
model SMPDBK dalam menghitung
yang memberikan suatu hasil yang akurat, dengan perhitungan
dimana kurang dari20% atas dasar
ketinggian puncak Jan kecepatan aii banjir, Hal ini
hal ini selama asumsi moder tidak diganggu.
dengan mempergunakan DAMBRK, dan
(back water), dimana hasil SMPDBK biasanya
diberlakukan bagi kondisi air membalik
mempunyai kesalahan Yang besar'
masih
sekali untuk suatu bendungan teftentu dan
Model input parameter dapat berubah-rubah
,.dikoreksi". Karenahal ini, hasil SMPDBK akan berubah sekali, bila sedang diadakan
perlu
,.koreksi,,. Nilai ffiui ..ko..kri,, dapat! berada dalam jangkauan dari liberal sampai
ke
jangkauan
konservatif; yaitu tinggi dan kecepatan air
banjir masing-masing berada dalam
minimum samPai maksimum'
bab
parameter yang dianjurkan dan disajikan dalam
Adaiah penting untuk dicatat, bahwa nilai untuk
air puncak dari keruntuhan' Tetapi'
ini, tidak bermaksud untuk memperkirakan debit puncak air
.membawa ke arah konsistensi para
analis daram menghasirkan batas-batas debit
hilir' Nilai maksimum tersebut merupakan
keruntuhan dan tinggi serta kecepatan air di bagian
akibat banjir' dan konsisten dengan
nilai tambah bagi keamanan atas perkiru* i.n*gan
skenario dengan kasus
filosofr tingkat klasifikasi bahaya hilir dalam mempertimbangkan
terburuk dan penggenangan ke bagian hilir'

rekahan TFM (waktu untuk rekahan


Memeriukan perhatian khusus bagi paramater
berkembang)danBW(lebardanrek"ahanpersegi).Banyakmetodayangberlainandiperoleh
tersebut, dan juga mengenai debit air puncak
dalam rangka "memperkirakan" nilai-nilai
yang berlainan diterapkan kepada bendungan
akibat rekahan (Penjelasan B). Bila metoda
skala yang lebar (wider range of typically
rerrenru, maka akan dihasilkan nilai dengan
results).Danpula,TFMSdanBWsakanmenghasilkanyangberbeda'yangdilakukanoleh
hasil snrdi dan konsekuensi
para analis berlainan, dengan metoda yang sama' Jadi'
mengenai tingkat klasifikasi bahaya bagian
hilir, akan tergantung kepada metoda yang
rekahan dan/atau debit air rekahan puncak'
digunakan untuk memperkirakan parameter

A-1
Karena hal ini, perhirungan perkiraan yang dianjurkan dan disajikan
di bab selanjutnya
antara kebijaksanaan dan
dalam hal menentukan TFM dan BW *.*pit rn suau kombinasi
pertimbangan terhadap data kegagalan yang lalu, dimana ingin memuaskan
safr dari
'keseturuhan
pedoman ini, dan membawa ke arah konsistensi dan kegiatan pekerjaan dalam
penentuan kiasifikasi bahaya bagian hilir. Dan pula, persamaan
palameter adalah sangat
membantu bagi analis yang tidak berpengalaman, dan/atau bagi mereka
yang tidak
mempunyai cukup latar belakang teknis. Persamaan ini akan menghasilkan
nilai, yang
masih dalam jangkauan yang ditentukan oleh aplikasi dari semua metoda'

Dari studi tingkat klasifikasi bahaya hilir pada umumnya, SMPDBK akan memberikan
hasii
yang cukup baik. Namun demikian, situasinya perlu dianalisa yang rnungkin menggangu
asumsi dari SMPDBK, dar/atau mungkin diperlukan modeling
yang andal yang berada di
(Penjeiasan
luar cakupan SMPDBK. dalam hal kasus tersebut. DAMBRK harap digunakan
B). Sebaliknya, penyederhanaan kalkulasi mungkin akan cukup, dengan tidak tersedianya
diterangkan
fasilitas komputer. Biia hal ini merupakan kasus, maka metoda yang sederhana
pada Penjelasan B, dapat digunakan.

penjelasan digunakan untuk memberikan informasi mengenai beberapa metoda dalam


B
melakukan studi keruntuhan bendungan/genangan. Para analis harus mengenal
mengenai

metoda-metoda ini, sehingga dapat diterapkan sesuai dengan keperluan situasi'


Namun
demikian, metoda adalah beda dengan apa yang dinamakan "prosedur yang dianjurkan".
dan
jangan digunakan, kecuali bila segala sesuatunya dapat dibenarkan. Pembenaran demikian,
harus dijelaskan di daiam laporan klasifikasi bahaya hilir'

Petunjuk Nilai Input Data dalam Penentuan SMPDBK

SMpDBK memerlukan nilai khusus dari pengguna mengenai input parameter yaitu sqbagai
berikut :

DAM - Nama dari Bendungan


RIVN Nama dari Sungai
IDA M - Kode dari tipe bendungan
HDE - Elevasi mercu bendungan, atau tinggi muka air bila
bendungan
runtuh.
BME - Elevasi dasar dari rekahan dasar
VOL - Voluma (meter kubik) dari waduk
SA - Luas permukaan waduk pada HDE (hektar)
BW - Lebar (meter) dari rekahan persegi
TFM - Waktu (menit) untuk rekahan berkembang
Qo - Aliran bukan rekahan (spilway, outlet, limpasan) yang terjadi
dengan aliran maksimum rekahan.
NS - Jumlah potongan melintang
NCS - Jumlah lebar atas untuk setiap potongan melintang
CMS - "Manning" n dikaitkan dengan penyimpanan air oleh
"saluran luar"
D(T) - Jarak dari bendungan ke potongan melintang ke 1 (km)

A. -2
FLD(r) - Tinggi air (meter) di setiap poiongan melintang, dimana -

\r'aktu Pembanjiran dan surut akan dihirung. . I , ,


:

HS(K.r) - Elevasi (m.s.l.) kaitannya dengan K'h lebar atas dari porongan
Ke 1.
BS (K.J) - Kn' Iebar atas (meter) dari potongan ke I
BBS (K.r) - Kth lebar atas yang tidak aktif (meter) dari potongan ke I
cM (K.r) - Kth Manning "n" kaitanya dengan Ktn l.bar atas dengan po-
Tongan melintang ke I

Kriteria daiam penentuan nilai input sebagai berikut, Analis yang berpengalaman harus
mempunyai alasan yang kuat untuk merubah kiteria ini, hal ini dapat dilakukan, tetapi harus
dicatat ke dalam laporan klasifikasi bahaya.

DAM - Nama dari Sungai

RIVIN - Tipe dari bendungan

IDAM - Tipe dari bendungan


l

HIDE - Gunakan suatu nilai yang sesuai dengan skenario keruntuhan-


bendungan yang disebabkan bukan karena overtopping.
Dimana bendungan dianggap runtuh pada genangan normal
atau pada elevasi normal. Untuk keruntuhan akibat dari
iimpasan (overtopping), dimana bendungan dianggap gagal
(runtuh) dengan limpasan 300 mm (sebagai contoh), melewati
elevasi puncak bendungan ditambah 300 mm.

BME Bendungan urugan tanah : Gunakan elevasi aliran pada tapak di


bagian hilir bendungan.
Bendungan beton : Sama seperti untuk bendungan urugan tanah,
kecuali penambahan 0,20 (HDE - BME) sampai BME.

VOL Gunakan voiume waduk dihubungkan dengan HDE - BME

SA Gunakan luas permukaan waduk dihubungkan dengan HDE

BW Bendungan urugan tanah BW:3 (HDE-BME)


Bendungan urugan batu BW = 2,5 (HDE -BME)
Concrete arch dam BW = 0.45 (CL + BL)
Concrete gravity dam BW = 0,315 (CL + BL)
Stone-masonry dam BW = 0,3 (CL + BL)
dimana CL = panjang puncak
bendungan dan
BL : panjang dasar bendungan.

A-J
TFM Bendungan urugantanah : TFM 0.20 BW
Concrete arch dam : TFM . ( (HDE-
BMEy1,000; yaitu, kegagalan seketika.

Catatan
BME)/I.000, maka asumsi SMPDBK mengenai perubahan
aliran rekahan secara bertahap diganggu dan kegagalan
SMPDBK untuk menghitung keiuaran rekahan puncak meiaiui
persamaan kegagaian. Jadi. TFM tidak akan digunakan dalam
perhitungan keluaran air puncak akibat rekahan.

Concrete gravity dam : TFM lebih kurang sama


dengan :
(1) 1 menit per
monolit yang jatuh
atau
(2) 0,050 Bw
Stone-masonry dam : TFM:0.075 BW
Bendungan urugan batu
yang ditempatkan : TFM : 0,125 BW

Qo Gunakan spiliway, outlet, dan overtopping dengan maksimum


(bila dapat dilakukan) keluran yang sesuai dengan HDE
NS diperlukan potongan melintang yang cukup, untuk dapat
menelusuri dengan cukup cukup memadai. Sebagian potongan
melintang diperlukan untuk saluran yang uniform dari pada
saluran dengan potongan melintang geometri dengan perubahan
yang menonjol.
NCS Gunakan sedikitnya 3.
CMS Penggunaan SMPDBK yang gagal dengan 0,3 merupakan suatu
hal yang ragu.
D (I) Catat, bahwa kemiringan yang digunakan dalam perhitungan
keluaran rekahan bagian bawah dihitung seperti [D z - D I ]/[Elv
2 - Elev , l. Jadi, adalah penting untuk memilih dari dua
potongan meiintang ini, agar kemirimgam yang benar dari
bagian hiiir bendungan dapat segera dihitung seakurat mungkin
dengan mempergunakan model.
FLD (r) Masukkan 0. Tidak memerlukan klasifikasi bahaya.
HS (K<r)
BS (K,l). dan
BSS (K,l). Nilai biasanya dapat ditentukan dari peta tografik I : 25000.
Namum demikian. bila perbedaan kontur adalah besar (yaitu 10
atau 15 m), dan/atau rinciannya tidak ada, maka survey
Iapangan diperlukan.

cM (K.l). Pergunakan nilai yang sesuai dengan bar!ir. dari pada aiiran
sungai yang tipikal {7}. Bila ragu, pilih niiai yang tinggi dari
kemungkinan range dari nilai.

A-4
PENJELASAN B

Metoda untuk Melakukan Studi Keruntuhan Bendungan/Genangan

Studi kerunruhan bendungan/genangan merupakan campuran antara seni dan ilmu.


Sekalipun terdapat banyak kemajuan dalam model komputer dan metoda anaiitik yang telah
dibuat pada waktu belakangan ini, pengetahuan dan pertimbangan oieh para analis masih
diperlukan, supaya hasilnya berarti.

Maksud dari Penjelasan ini, yaitu menyajikan suatu gambaran dalam melakukan metoda studi
keruntuhan bendungan/genangan dengan kompleksitas yang bermacam-macam, bagi mereka
yang.kurang mengenal atau yang menginginkan lebih banyak infbrmasi mengenai metoda
tersebut. Seseorang dapat memilih metoda yang terbaik dan sesuai dengan keperluan khusus
dari yang bersangkutan yang dikaitkan dengan kemampuan sumberdaya (waktu, biaya) serta
fasilitas komputer (dimana, mungkin tidak ada).

A. Memperkirakan Hidrograf Rekahan atau Debit Puncak

Jika ukuran lubang rekahan, lereng dan waktu berkembangnya diketahui, aliran
rekahan yang keluar dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip-prinsip hidraulik.
Namun demikian, kecuali kelemahan struktur utama dan kondisi kegagaiannya nyata
diketahui, maka memperkirakan parameter rekahan didasarkan kepada pengdiaman
sebelumnya dan pendapat rekayasa (engineering judgement).

Banyak asumsi dapat dibuat dan skenurio memperlihatkan mengenai kegagalan


bendungan. Sebagai contoh, bendungan bisa gagal karena overtopping oleh banjir
besar atau bukan karena overtopping. Bendungan busur tipis (thin arch dam) dapat
runtuh hampir keseluruhannya atau hanya suatu seksi darinya" bila terjadi kegagalan.
Terwujudnya lubang rekahan sepenuhnya, mungkin dapat memakan waktu sedikitnya
30 menit, 2 jam atau lebih. lubang rekahan bentuknya dapat bervariasi dalam ukuran
dan juga dalam bentuk. Waduk mungkin setengah penuh atau pada kapasitas
maksimum. Faktor-faktor ini hanya dapat dispekuiasikan sebelum gagalnya
bendungan

Jenis kegagalan (asumsi) dan bendungan harus dipertimbangkan. daiam


memperkirakan debit puncak rekahan. Mungkin ada dua kategori pokok daiam
kegagalan. Yang pertama adalah "kegagalan akibat overtopping"- Kegagalan
bendungan ini. disebabkan oleh erosi dan/atau kerusakan konstruksi. sehingga air
waduk melimpasi puncak bendungan. Tampungan air waduk dan kemampuan debit
bangunan pelengkap tidak cukup, untuk mencegah overtopping bendungan yang
' terjadi, untuk waktu yang tertentu.

Kategori kegagalan lain adalah keruntuhan yang disebabkan bukan karena


overtopping. Asumsi pokok adalah bahwa waduk dalam keadaan tingkat air normal
maksimum dan waduk sedang menerima pemasukan air rata-rata (biasanya tidak
begitu berarti), ketika kegagalan terjadi. Penyebab kegagalan ini meliputi rembesan.
erosi bawah tanah. ketidakstabilan lereng bendungan. kelemahan struktur, longsoran
tanah pinggiran waduk dan gempa bumi.

B-l
dan debit
Jenis bendungan mempunyai efek yang signifikan kepada bentuk rekahan
puncak rekahan. lvtungt<in bendungan dibangun dengan baik atau dibangul'dengan
iiauf Uuit pada bendungu, u.ugun tanah. bendungan gravitas-beton' benduugan busur
jenis lai.nya.
atau buttrei, tumpukan kerak (sisa galian tanibang) atau

Pada umumnya, debit rekahan meningkat sesuai dengan ketinggian


bendungan' luas
permukaan waduk dan waktu yang singkat dalam pembentukan rekahan penuh'
Kebaiikannya. adalah benar mengenai debit rekahan yang kecil.

prinsip'
Debit maksimum yang wajar dapat diperkirakan berdasarkan empat metoda
yaitu :

. Dasar fisik
. Parametris
. Peramal
. Perbandingan

1. Dasar Fisik Metode atas dasar fisik adalah seperti BREACH{ 12}
yang menghitung ukuran dan bentuk rekahan dengan
menggunakan prinsip-prinsip hidraulis, pengangkutan
sedimen, mekanika tanah. dan material dari benduigan'

2. Parametris - Model parametris menggunakan observasi dari


kegagaian bendungan terdahulu untuk memperkirakan
ukuran, benfuk dan waktu bagi suatu rekahan.Rekahan
dikembangkan oleh hubungan linier antara waktu dan
pertambahan bentuk geometri rekahan sampai dimensi
akhir yang diasumsikan, dan debit dihitung pada setiap
peningkatan dengan menggunakan prinsip-prinsip
hidraulis. DAMBRK {6} dan SMPDBK {5} adalah
contoh dari model yang menggunakan pendekatan ini'

3. Peramal Terdapat banyak model dengan rumus :

Qbmax:c.xm '

Di mana Qb*u* adalah debit puncak rekahan, c dan m adalah satuan yang konstan

ditentukan dari data historis. Parameter x biasanya adalah ketinggian bendungan,


volume waduk atau hasii dari keduanya. Parameter m tidak memiliki referensi fisik.
Nilai dari c dan m ditentukan dengan menggunakan beberapa pendekatan yang
berlainan. Pendekatan ini, sebagaimana dijelaskan dalam SCS National Bulletin
No.
210-6-19 {13}, adalah :

a. Pendekatan formal akan menentukan konstanta tak tentu: c dan m


menggunakan regresi linier diatas lembaran logaritma dari kumpulan pasangan
data dari Q u*u, yang dilaporkan dan x .

B-2
suatu regresi atau analisa
b. Pendekatan semi formal akan menentukan m dengan
(menggunakan plot Qbrlu*
lain tetapi kemudian mengevaluasi c secara visual
dan pendapat'
vs ketinggian, penyimpanan atau hasiinya) atas dasar intuisi

c dan m dipilih secara acak'


c. Pendekatan empiris murni tidak ada pembatasan,

oleh para peneliti yang berbeda


Banyak nilai c dan m yang berbeda telah diumumkan
\4.14,15,16,17),kur.na"purupenelitimenggunakandatahistoriskegagalan
cara untuk mendapatkan niiai-niiai
bendungan histotis yang teisedia dengan pelbagai
c dan m. Sebagai .ontoi,, sekumpulan data mungkin hanya meliputi
bendungan
ketinggian tertentu dan
urugan atau bendungan-benduns,an urugan dalam batasan
seterusnya' Oleh karena itu'
tampungan tertentu ltu, h*ya bendungan beton, dan
yang mana adalah : "terbaik"'
terdapat banyak kebingungan perihal *oa.t peramal
yang terbaik' Model
Penting sekali untuk di.utu,, bahwa tidak ada satu model
p",u-ul berbeda-beda dapat digunakan untuk situasi yang berbeda-beda.
maka ia dapat
Jika analis memilih untuk menggunakan suatu model peramal,
dengan meninjau kembali
menseieksi yang paiing cocok unirk bendungan tertentu
apakah data historis
data yang iipuf.ul dulu* perkembangannya dan menentukan
konservatif atau liberal
serupa dengan situasi y*i s.dung dianalisa. Juga, perkiraan
model peramal
dapat diperoieh, tergantuig pada tujuan evaluasi, dengan memilih
yang memperkirat<an aebit lubang terobosan tinggi atau rendah' Untuk
tujuan
akan
kiasifikasi bahaya di hilir, perkiraan konservatif (tinggi) direkomendasikan
mantap dengan filsafat bendungan.

pendekatan lain untuk analis adalah "membiasakan" nilai-nilai c dan m untuk


skenario rekahan pada bendungan tertentu yang dianalisakan. Ini
dilakukan dengan
serupa (ketinggian
menggunakan data historis keruntuhan dari skenario keruntuhan
dan mencocokkan
bend,rngan, voiume waduk, konstruksi yang sama, dan seterusnya)
c dan m dengan cara menggunakan pendekatan yang dijelaskan dalam
butir ini'

4. Perbandingan - Jika bendungan yang bersangkutan sangat mirip


dalam ukuran, konstruksi dan bahan dengan
bendungan yang gagal dengan data yang
diketahui, maka sifat- sifat rekahan dan aliran
keluar puncak dari bendungan yang gagal
(runtuh) itu daPat digunakan untuk
memperkirakan yang sama untuk bendungan
yang bersangkutan. Beberapa data mengenai
kegagalan seperti itu terdapat dalam referensi
{4}, {1a} dan {1s}.

B-3
E
2
u
f
Z J
T,J
:l
Lf Z
Z
:l E
:<
Z
l.rj
c'l
as
<+
FI o<L
oa u (A
a S.r
z H=
61 )-
u
l -\
a
U- l,,J
@4-
J q J (Jg
t.-,
)z
g5J
< tJ
r
LJ
Z)
aJ
y(-
6
)l
z<Z.-- \l 1-)/
61
o.<
<f )t f_
]t
l?
L,Jl u fj =f
^z
:l tQ < tJ
- L,
cq
:E
Lf
uz<
trr
ca >-

z
tl
z
:)
-+- o
8lv Nvdvnl:l) LJ
ca

GAMBAR B 1

B -4
z
r.J
zl
C1
z
TJ
FA

Z
I.
4.=
Y ta!l
u E-]
./ l-)
1
<+
m-
aa
\.f
l
z 9or
A crl
zTJ zLn
,rt
4>-
NZ
< L!'
r: f,z
) ti
f,J
l4
vz
tx
rf l)-
I
e.
o
-

z
(.f
z:)
C)
trJ
I99NII rq

GAMBAR B_2

B
J(J
t..,
]t
tf
z 4)r
tr :!
=
o
tJ
V. o-
u trl ;
LJ
o_ uT
u aLl
F
u .z
tJ
ccl
JU
Ll I)
IJ
Y=
= )a rl
a uct
t-.J
a -) o-
LrJ
o_

z
rf
zf
o
UIV NVUVN''I]) z
'"rJ
ca

GAMBAR B_3

B6
dalam klasifikasi tingkat bahaya
Dalam menentukan debit puncak rekahan untuk digunakan
tunggal yang danat dipakai untuk
uautut, sangat subjektif. Tidak ada metoda atau prosedur
menggunakan beberapa metoda yang
semua situ;si. oleh karenanya. yang terbaik adalah
dan memilih debit puncak rekahan
berlainan untuk satu analisa. perbandingkan hasiinya,
yang berbeda.
yang paling wajar dan/atau mirip di antara beberapa metoda

banyak pertimbangan'
Debit puncak lubang rekahan yang diramalkan dapat mencakup
punya pilihan akan bersifat bebas'
tergantung kepada metoda evaluasi. Karena ini, seorang
bahaya perkiraan secara
konservatif atau di antaranya. Untuk tujuan klasifikasi tingkat
genangan lebih besar dan
konservatif adalah paling baik. Lebih baik "salah" dan meramalkan
kemungkinan bendungan
PenRes yang lebih besar. jadi, bila terjadi kegagalan bendungan,
yang seharusnya sebagai
diklaiifikasikan sebagai bertingkar bahaya rendah atau sedang,
adalah tidak biasa untuk
signifikan atau tinggil akan menjadi berkurang. Namun demikian.
yang
debit puncak rekahL yang diramalkan bervariasi banyak di antara metoda-metoda
perbedaan besar itu,
berbeda, dalam t<etompot yang besar. Dalam hal dimana terdapat
nilai tertinggi mungkin tukan pilihan baik untuk debit rekahan tertinggi konservatif;
yang melakukan
melainkan dapat dianggap sebagai nilai yang berlainan (outlier). Perekayasa
daiam hal
analisa harus memp"nyui pengetahuan luas mengenai mekanik dan hidraulik
kegagalan bendungan, serta tahu mengenai sejarah kegagalan bendungan' Hanya
puncak rekahan
peiekayasa dapat *"nggr.rnakan pertimbangan tepat dalam menentukan debit
yang wajar

Untungnya, perkiraan debit puncak rekahan, biasanya dapat bervariasi banyak


tanpa
*.*p.rguruhi hasil akhir (klasifikasi tingkat bahaya di hili|. Perbedaan dalam ketinggian
banjii teihitung dari penelusuran pada debit rekahan di hilir yang berbeda berkurang dengan
(Gambar B-1) dan pada akhirnya dapat diabaikan. Jarak ini
"larai ke hiiir dari bendungan
lergantung pada perbedaan debit di bendungan, tampungan waduk dan bentuk kanal, lereng
dan kekasarannya. Topik ini banyak dikupas oleh Fread { I 8 } '

B. Penelusuran Debit KegagalSn Bendungan

Hidrograf kegagalan bendungan akan direndam dalam perjalanan ke hilir dengan hasil
pengurangan debit puncak. Hal ini tergambar dalam Gambar B-2. Untuk menentukan
jumlah pengurangan sehingga debit dapat dihitung pada titik-titik tertentu yang dipiiih
(seperri kemungkinan tingkat bahaya), banjir akibat gagalnya bendungan ditelusuri ke
hiiir. Biasanya untuk keperluan klasifikasi tingkat bahaya hilir, hanya debit puncak
yang ditelusuri .

Banyak faktor yang mempengaruhi peredaman (pengurangan) hidrograf kegagalan


bendungan; terutama.yang terdaftar di bawah ini, dan pengaruhnya tergambar dalam
Gambar B-3.

B-7
Peredaman kecil

Volume.waduk besar Waduk kecil .,


Saluran kecil dan penyimpanan overbank Saiuran besar dan penyimpanan overbank
Lereng saluran curam. Lereng saluran tidak curam
Perlawanan ge'sekan kecil terhadap arus Perlawanan gesekan besar terhadap arus-
Aiiran superkritis . Aliran dibawah-kritis.

(meramalkan) sifat-
Dan banyak metoda dan modei tersedia untuk memperkirakan
pada bendungan yang
sifat khusus dari gelombang banjir yang keluar dari rekahan
paling handal yang lebih
mengalami proses terjadinya rekahan. Beberapa metoda yang
popJ.. dibicarakan a* iip.rUandingkan, yaitu studi yang baru saja diiakukan oleh
"National Weather Service (NWS) Dam-
Wurbs {19}. Wurbs menyimpulkan, bahwa
Break Flood Forecasting- tvtiaa PAMBRK) adal'ah pilihan optimal
dari model untuk
dengan
digunakan secara praktis. Program komputer terpakai luas, didokumentasi
bi* arn klah tersedia dari NWS. Beberopa pengSunaon baik oleh sipil maupun
milifer memerluknn kemampuan unluk melaksanafuin analiso setepa{ guna mungkin'
model pilihan
sintplified Dam - Break Ftood Forecasting Modet (SMPDBK) adaluh
optimul untuk kebanyakan jenis penggunaan,
"Baik DAMBRK maupun SMPDBK
mempunyai versi micro komputer yang tersedia dari NWS'

SMPDBK {5} menelusuri clan mengurangi puncak banjir akibat gagainya bendungan
dan kurva
dengan teknik tampungan saluran yang menggunakan data geometri saluran
peredaman yang dikembangkan dari D6MLRK {6}. Metode ini, berdasarkan fisik'
teliti, relatif mudah digunakan dan tidak memerlukan banyak tenaga dan waktu'
Model ini adalah baik sekali untuk tujuan klasifikasi tingkat bahaya, bila hidrolik
saiuran yang rumit tidak terdapat dan derajat ketelitian tertinggi tidak diperlukan.

Jika iebih banyak ketelitian diperlukan, dan/atau lebih banyak detail hidrolik harus
dipertanggungjawabkan, DAMBRK adalah model yang dianjurkan. Model ini
menggunakan metode gelombang dinamik pada penelusuran banjir' Hanya metoda
dinamik yang merupakan metoda dasar untuk mengetahui efek percepatan akibat
gelombang banjir, akibat lagalnya bendungan serta pengaruh air balik tidak tetap
;lunrt.udy back water) yang dihasilkan oieh konstruksi saluran, jembatan pada
bendungan. tanggul jalan dan aliran masuk dari anak sungai'

,'Hidrograf dimodifikasi (ditemahknn, dilambatknn dan disimpangkan) sementara di


arahkai melalui lembah, korena pengaruh tampungan lembah, perlawanan geseran
terhodap arus, komponen percepatan gelombong banjir, halangan di hilir dan/atau
bangunan pengendali arus. Modifikasi pada gelombang banjir akibat kegagalan
bunlclungan, dimanifestasikan sebagai pengurongan dari tingginya punca.k bunjir,
penyebiran volume gelombong baniir dan perubahan dalam celerity (kecepatan
'perpindohan)
atau iaktu perjalanan gelombang bonjir- Jikn lembah di hilir
'mengandung
volume penyimpanan tertentu seperti dataran banjir lebar, gelombang
bonji, dapat dikurangi don woktu perialanannya bertambah banyak."

B-8
Kebanyakan model kegagalan bendungan (seperti DAMBRK dan SMPDBK)
menggunakan beberapa dari persamaan Manning untuk kalkulasi hidroiis saluran
terbuka. persamaan Manning dibicarakan dalam kebanyakan buku peiajaran hidrolik
arus saluran terbuka.

Salah satu faktor input variabel yang memeriukan perhatian khusus karena
karakteristik banjir akibat gagalnya bendungan, adalah 'n', koefisien kekasaran.
'n'
Manning.'Unruk menghitung kehilangan energi lain dari friksi batas. suatu nilai
lebih tinggi untuk banjir akibat gagalnya bendungan digunakan (atau tiap banjir bcsar
lain), daripada untuk arus khusus di dalam bendungan. Penggunaan nilai-nilai
tradisional dari 'n' akan menghasilkan kekeliruan yang signifikan , karena debit yang
dihitung adalah berbanding terbalik terhadap 'n'- Thrust and Arret { 161
membicarakan problem ini dan membuat rekomendasi untuk menghitung nilai-niiai
'n' yang dipakai untuk hitungan saluran terbuka dari suatu banjir besar.

Prosedur penelusuran banjir sederhana, dengan menggunakan ketentuan persalnaan


regresi dari ,tata historik kegagalan bendungan dibicarakan dalam Memorandum
Teknis ACER No.7 {3}.Variabel bebas adalah debit puncak rekahan, jarak dari
bendungan ke titik peramaian, dan suatu parameter perhatian. Metode ini berguna
jika
waktu. fasillitas komputer dan orang yang meempunyai pengetahuan tentang hidraulik
saluran terbuka tidak tersedia.

C. Menentukan ketinggian banjir dan batas-batas genangan

untuk tujuan klasifikasi


tingkat bahaya adalah untuk menentukan ketinggian banjir di tempat-tempat yang
mungkin berbahaya, sehingga bahaya dapat dipastikan. Dalam beberapa hal, di mana
kemungkinan tingkat bahaya adalah berkedudukan sepanjang jangkauan
saluran/sungai, batas-batas genangan ditentukan di atas peta topografi, sehingga luas
keseiuruhan banjir dapat diperkirakan. Batas -batas genangan ditentukan di atas peta
topografi, sehingga iuas banjir keseluruhan dapat dikaji. Batas-batas genangan
dilukiskan dengan menggambarkan elevasi permukaan air maksimum pada kedua sisi
dari saluran/sungai dengan menggunakan pata topografi sebagai dasar.

Permukaan air maksimum tergantung kepada banyak faktor. Beberapa darinya


termasuk debit puncak, kekasaran saiuran, haiangan dan penyempitan saluran dan
iereng saluran. Ketinggian air puncak banjir adalah data output standar dalam
DAMBRK dan SMPDBK, serta dalam kebanyakan model komputer penelusuran
banjir. Jika model komputer itu tidak dipakai tetapi perkiraan dari debit puncak
setempat telah ditentukan, maka ketinggian air banjir dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan Manning, yang sudah digunakan luas dan dan dapat
diterima. Hal ini diuraikan dalam buku pelajaran hidrolika dari Chow i20},,
Henderson {21}, Braterdan King {22}.

B-9
Seseorangharuspunyapertimbangantepatdaiam-menginterpretasikankerusakan
peta ukuran skala- kecil l

banjir dan PenRes di dalam batas-batas g.nurgun. Karena


konturnya besar (misalnya 15 m)' adalah sulit
lrmpamanya 1:25.000) dan interval
batas-batas genangan dengan teliti' Darnpak
iatau tiaaf mungkin) untuk menggaris filosofi
iari banjir di sekitar batas-batas ini, tergantung kepada interpretasi dan
..keuntungan dari keraguan'., dalam hal ini dianjurkan.
konservatif

Banjir akibat Kegagalan/


D. Kesalahan Dihubungkan dengan Model Penelusuran
Keruntuhan Bendungan
gagalya bendungan daiam
Banyak perbaikan berkembang pada model aliibat
meniru debit banjir kegagalan
dasawarsa terakhir. Metoda yang paling handal dapat
jika para meter utama diketahui'
bendungan dan ketinggian dari 5 sampai i0 persen,
yang teiah dipelajari dengan
Yaitu. menggunak* dutu historis kegagaian bendungan
handal dan modern dengan
intensif (seperti bendungan Teton), model yang paling
Sayang sekaii'
amat teliti dapat meniru banjir kegagalan bendungan sesungguhnya'
kebanyakan parameter tidak diketahui sebelum studi
banjir akibat keruntuhan
besar dalam melakukan
bendungan dan ketidaktahuan ini menghasilkan kesalahan
oleh Fread { 18}:
studi-studi serupa. Beberapa dari ketidaktahuan ini diuraikan

. Kapan bendungan akan gagal ?


. Kapan dan sampai tingkat mana bendungan limpas (overtopped)
?

. Bagaimana ukuran, bentuk dan waktu informasi mengenai


rekahan ?
. Bagaimana volume. penyimpanan dan perlawanan hidrauiik dari
Iembah sungai di sebelah hilir ?
. Apakah kegagalan dan sedimen yang terangkut oleh gelombang banjir
secara berarti mempengaruhi perambatarlnya ?
. Dapatkah gelombang banjir diperkirakan memadai oleh pelsamaan
arus berdimensi satu ?

Penting sekali, bahwa analis mempunyai pengertian mengenai sumber-sumber


kesalahan sehingga hasil studi banjir kegagalan bendungan diartikan
sebagaimana mestinl'a.

Kesaiahan dan keluhan ini disajikan, untuk menekankan, bahwa


studi kegagalan
bendungan/genangan bukan studi eksakta. Perekayasa
(Ahli teknik) harus sangat
kepada
berhati-hati bila ileputusan mengenai klasifikasi tingkat bahaya didasarkan
keetinggian air dari
hasil analisis. umpamanya, jika hasii studi mengisyaratkan bahwa
kegagalan bendungan'akan membanjiri masyarakat setinggi 300 mm
(sebagai

of,), klasifikasi lingt<at bahaya di hilir rendah sebaiknya tidak disimpulkar:'


"oi
Kepekaan pelbagai parameter dan skenario kegagalan bendungan
berbeda-beda'
keadaan yang
sebaiknya dievaluasi untuk ditentukan, bila hal ini diberikan, kombinasi
pemukiman dapat
tepat dan model nilai-nilai tidak tetap. ketinggian banjir di daerah
Iebih besar lagi.

B - 10
Analisa kepekaan atas parameter penting dan yang diragukan sangatrdianjurkan. lni
dapat dilakukan dengan macam-mu"u- iilui parameter, dalam batas-batas wajar dan
menempatkan hasil model yang kritis (seperti debit rekahan, debit hilir dan
ketinggian) terhadap variabel yang ada. Dengan cara ini analis dapat memutuskan
apakah nilai suatu variabel perkiraan mungkin secara kasar terbaik, dan memerlukan
lebih banyak ketelitian Calam pemilihannya danlatau data lapangan diperlukan. Ju-ea'
paramerer yang ditetapkan tidak peka dapat digunakan dengan keyakinan. jadi,
menghilangkan kekhawatiran dan kemungkinan pembenaran untuk di masa
mendatang.

B-11
ilr*l'^],.1* Klasifikasi Bahaya yang digunakan di beberapa Negara 6
Afrika Selatan (Department of Water Affairs and Forestry)

Katagori
Rendah Signifikan Tinggi

Kehiiangan Jirva 0 < 10 ) {to


Kehilangan Sosio-ekonomi minimal signifikan besar
fingginya bendungan
5m <H < 1?m I II II
l2m <H< 30 m iI ]I IiI
H<30m IIi III IlI

Kanada (Canadian Dam Safety Association)

Katagori
Rendah sekali Rendah Tinggi Tinggi sekali

Kehilangan Jiwa tidak ada tidak diha- diharapkan diharapkan


kehilangan rapkan ada ada kehilangan kehilangan
kehilangan banyak
Kerugian Sosial
Ekonomi kecil rendah substansial berkelebihan

Komentar : semua kuaiifikasi didasarkan kepada peningkatan bertahap dengan


mengingat akan kondisi sesuai keadaan alam, tanpa bendungan.

Kanada (BChydro)

Katagori
Rendah Signifikan Tinggi
Kehilangan Jiwa diharapkan tidak kemungkinan kehi- diharapkan kehi-
Ada kehilangan langan diketahui iangan berkelebihan
Kerugian Sosio-
Economi minimal dapat diterima berkelebihan
Disain kreteria
Spillway Qroo Q'ooo tetapi tidak PMF
kurang dari 50 % PMF
Kreteria gempa r.p.: 475 tahun 75 %MCE tetapi tidak MCE
kurang dari r.p.:1000

c-r
Daftar C.1 lanjutan

USA (Coprps of Engineers)

Katagori
Rendah Signifikan Tinggi
Kehiiangan Jiwa Tidak diharapkan sedikit lebih dari sedikit
Kerugian ekonomi minimai cukup besar berkelebihan

Disain Spillway Q50. PMF Q r00 . PMF 50 % PMF...PMF


Kreteria (mencakup
3 bendungan)

USA (Bureau of Reclamation)


Katagori
Rendah Signifikan Tinggi
Kehilangan Jiwa 0 1-6 >6
Kerugian ekonomi minimal cukup besar, berkelebihan

USA (State of Virginia)

Ini adalah suatu contoh yang khusus dari Sistem Klasifikasi Bahaya suatu negara bagian
di USA. setiap negara bagian mempunyai Sistem Klasifikasi Bahaya sendiri.
Kebanyakan adalah berdasarkan pada klasifikasi bahaya atas tinggi bendungan dan/atau
volume waduk.
Katagori
I II III
kemungkinan kehilangan kemungkinan kehila-
tidak diharapkan ke-
jiwa ngan jiwa hilangan jiwa
kerugian ekonomi berkelebihan kerugian ekonomi cukup kerugian ekonomi
- besar minimal

Klasifikasi ukuran bendungan :


Volume (cft) : besar > 50 000 >50000 >50 000
medium 1000<V<50 000 1 000<V<50 000 1000<V50 000
kecil 50<V<1 000 50<V1 000
>100
Tinggi (ft) : besar >100 >100
medium 40<H<100 40<H<100 40<H<100
kecil 25<H<40 25<H<40 25<H<40
Disain Spiliway :

besar PMF PMF PMF


medium PMF 0,5 PMF sampai PMF 0,5 PMF sampai PMF
kecil 0.5 PMF sampai Qleo sampai 0,5 PMF Q56sampai Q,oo
PMF

c-2
Daftar C.1 lanjutan

UK (lnstitution of Civii Engineering)

Katagori
ABCD
Kehilangan Jiwa akan hidup mungkin hidup resiko tidak kasus khusus
dalam bahaya bahayatidak da- dihiraukan
di masyarakat lam masYarakat
erugian
nomi - rusak berat rusak terbatas
rusak sangat
terbatas
Diiain Spiliway PMF 50 % PMF atau 50 % PMF atau 20 % PMF
ndar Q roooo Q r ooo atau Q,5s

Seperti dikemukakan dalam bab terdahulu, alokasi dari PenRes untuk setiap tingkat
klasifikasi adalah sangat subjektif. Penulis lain akan menunjuk tingkat klasifikasi yang
berbeda, dan setiap orang dari mereka mempunyai argumentasi yang dapat diterima, dimana
pilihannya untuk PenRes akan dipakai.

Dalam kasus yang sekarang, dianjurkan memilih PenRes dari Daftar 2.1. (Pedoman Rencana
Tindak Darurat) Angka-angka ini didominasi oleh alasan teknis; hal ini berarti dengan
memilih PenRes, maka Pedoman ini dapat memenuhi akan tujuannya.

Kepadatan penduduk yang tinggi (800 pendudukkm'di Prluu Jawa dibandingkan dengan di
Su'is yang hanya berpenduduk 160 per km persegi) akan memberikan persentase tinggi
kepada bendungan mengenai tingkat klasifikasi sangat tinggi, bila PenRes mempunyai
kesamaan dengan contoh yang akan digunakan dari Daftar C.1. Hal ini akan membuat
prosedur untuk inspeksi lebih rinci dalam evaluasi dan peningkatannya sulit. Lebih dari itu.
akan lebih sulit lagi dalam mengatasi hal yang lebih penting, yaitu mengenai tujuan Program
Keamanan Bendungan, yaitu mengoptimalkan penggunaan sumberdaya.

Sebaliknya. adanya suatu komponen emosional yang diperdebatkan. bahwa tingkat PenRes
yang tinggi merendahkan nilai hidup manusia di Indonesia. ini adalah merupakan
argumentasi yang benar, dimana perlu diperhatikan dengan serius. Bagaimanapun jadinya,
dengan penjelasan yang ringkas dalam pemilihan tingkat PenRes yang tinggi, mungkin akan
menghormati mengenai komponen emosional, demi untuk pendekatan teknis yang baik
menuju keamanan bendungan. Proses rekayasa, pada tahapan pertama akan mendukung
inspeksi bendungan, yang dengan mudah akan mengancam keselamatan umum. dapat juga
dipertahankan oleh mereka yang merasa terganggu emosional oleh besaran dari PenRes.

c-3
Prosedur Klasifikasi Bahaya Bagian Hilir dari tiS Bureau of Reclamation

Langkah 1 : Asumsi kegagalan bendungan yang disebabkan bukan karena


overtopping dan diiakukan studi keruntuhan bendungan/genangan. B iia
klasifikasi bahaya yang tinggi diberlakukan untuk asumsi ini. maka
skenario kegagalan bendungan rni adalah cukup. Ditingkatkan kondisi
muatannya (yaitu, masukan air banjir) untuk studi keruntuhan
bendungan/genangan akan tidak merubah klasifikasi bahaya ba-sian
hilir.

Langkah 2 : Bila klasifikasi bahaya bagian hiiir diperoleh dari Langkah I adalah
kurang tinggi. maka perlu ditingkatkan kondisi beban; yaitu tentukan
bila debit rekahan bersamaan dengan datangnya banjir besar. hal ini
akan menghasilkan peningkatan kiasifikasi bahaya bagian hilir.

Metoda yang paling mudah dalam penentuan ini, yaitu dengan membuat skenario kombinasi
antara banjir akibat rekahan dan banjir maksimum boleh'jadi (PMF). PMF ini lebih
digunakan dari pada banjir disain yang masuk (lDF), karena IDF kurang berbahaya dibanding
dengan PMF. Maksudnya adalah, untuk mengevaluasi skenario yang paling buruk, harus
diperhitungkan untuk kondisi PMF. Bila klasifikasi bahaya tidak meningkat dengan asumsi
ini, maka klasifikasi bahaya bagian hiiir yang diperoleh dari kegagalan bendungan yang
disebabkan bukan karena overtopping tidak akan berubah dengan meningkatkan kondisi
beban. Tetapi. bila klasifikasi bahaya meningkat maka beberapa ukuran debit banjir yang
masuk akan terjadi dan bila dikombinasikan dengan debit rekahan bendungan, maka akan
meningkatkan kiasifikasi bahaya bagian hiiir.

iadi. biia terjadi rekahan bendungan bersamaan dengan banjir, maka tingkat klasifikasi
bahaya bagian hiiir lebih tinggi dari pada dengan asumsi kegagalan bendungan yang
disebabkan bukan karena overtopping hal ini diperlukan untuk menentukan pengaruh
peningkatan dari kombinasi rekahan bendungan dan banjir. dengan aliran banjir mengenangi
bagian hilir. Alasan ini adalah untuk memisahkan banjir yang disebabkan oleh kegagalan
bendungan dari banjir biasa. Karena itu bila arus banjir biasa dapat terjadi di daerah batas
bahaya bagian hilir, maka banjir "tambahan (peningkatan) memberikan hasil dari kegagalan
bendungan menyebabkan "batas bahaya bagian hilir" menjadi bahaya bagian hilir.

Sebenarnya bendungan dapat mempunyai klasifikasi bahaya bagian hilir yang tinggi
dengan
asumsi kegagalan bendungan yang disebabkan bukan karena overtopping daripada dengan
asumsi PMF daiam kondisi kegagalan. Sebagai contoh, bendungan mempunyai tingkat
bahaya signifikan, dikarenakan genangannya menggenangi salah satu tempat hunian di bagian
hilir. Tetapi. bila klasifikasi bahaya bagian hilir dievaluasi dengan suatu asumsi kondisi PMF
(yaitu. bendungan gagal pada waktu terjadinya PMF dan debit rekahan bendungan bersamaan
dengan debit PMF), bendungan diberikan tingkat bahaya rendah, sebab pengaruh peningkatan
banl ir dikesampingkan.

c-4
Dengan meningkatkan kondisi muatan. tidak selalu meningkatkan
klasifikasi bahaya bagian
hilir. Sebagai contoh perhatikan sebuah bendungan kecil dengan waduk berada di saluran
dinyatakan mempunyai tingkat bahal'a
1,ang dapai menghasilkan banjir besar. Bendungan
,.nJun pada saat terjadi kegagalan bendungan yang disebabkan bukan karena overtopping'

(tidak termasuk debit


Namun demikian banjir di bagian hilir sebagai akibat dari aliran banjir
rekahan bendungan) akan memberikan hasil kehilangan
jiwa yang besar dan kerugian
dengan banjir
ekonomi yang parah. Pengaruh dari kegagalan bendungan yang bersamaan
harus tetap
dimaksud. akan dikesampingkan dan mungkin tidak nampak. Jadi. bendungan
diberi tingkat bahaya rendah.

c-5
Pelaksanaan
okah 1
analisa kegagalan
pada kegagalan
bukan akibat banjir

Tingkat Penetapan klasifikasi


klasifikasi bahaya sangat tinggi bagi
bahaya sangat bendungan

Pelaksanaan studi
gkah 2 keruntuhan bendungan
ditambah banjir maksimum
hir
boleh jadi BMB - (PMF)
F" d* i,;*,l';*i6+I*j'*r",

<r2
----- ---
I Penentuan itt Studi eruntuhan Bendungan/Ge nrng""
I rlasifit<asi '.ra am-BreaUlnundation Stut lv)
I uanaya
,'{
t',,.*i-
|-:.#_l*ffi*#

\2,,'
,/\ Tidak
.r/ ulasinxasi \
/ b"h"y.meningkat Penetapan klasifikasi
bahaya sesuai langkah
\dibandingkan hasil I

\ lanqkahl /
si$:*^.*:rl -i'.*Xii | *.:ai.,:::*:1
YA

Penelusuran
ngkah 3
BMB - (PMF) saja
i!
i-j I
t Akhir
"':J*Lr
\,/-
B/K
B = Bahaya Banjir Hilir
K = Klasifikasi

Lanjutan di halaman berikut

\/ -o
It
PenetaPan
,,/ Klasifikasi\ klasifikasi bahaYa
bahaya menurun \ dari keruntuhan

Langkah 4
x'z
dibandingkan

t=] ridak
I bendungan
ditambah BMB (PMF)

Tidak

1 'uukan akibat banjir


Akhir
\- o;*;;;l)-'/
\endah /..,"
- i\\r6,:ii'
Ya

Tentukan banjir baru


yang terjadi, dengan
klasifikasi bahaya Yang
tinggi (3-5)

':**[

\,/
Laksanakan studi
keruntuharlgenangan
bendungan dengan banjir
akibat keruntuhan dan banjir
baru yang terjadi.

"..*ry.

l
l
Tentukan klasifikasi
bahaya bendungan

*,
_tL
*-_;;l;.:.::-,1*- *-,

\,/

1l
tl L anjutan di halaman k r€ rikut

)L-

c-7
Ya Ti dak
TzKlasifikasi\
Apakah klasifikasi
' meningkat ke \
l<lasifikasi sanga/
tinokat bahava
tinssi
\"eningkat / \ /
\,,4.'"'
JL
Tentukan banjir
baru yang ter.ladi
Cengan klasifikasi
Tidak --J
=L

Tetapkan
klasifikasi
", il
Tetapkan
klasifikasi bahaya
bahaya tinggi bahaya sangat yang paling tinggi
-: rf']':- :
tinggi dari hasil hitungan

]L -rJ:Iii!!i.

Laksanakan studi
keruntuhan bendungan/
genangan untuk banjir
akibat bendungan dan
)< a\
Akhir Akhir
bahaya banjir baru yang
terjadi \A A
:,:

l
,r-
Tentukan klasifikasi
bahaya bendungan

YA
,z'Klasifrkasi \ Penetapan
7,' bahayameningXa\ klasifikasi
\ menjadisanOat
,Z bahaya sangat
\ tinggi -/,,.. tinggi
Ji.
\,1
l,l-
Tidak \7
Penetapan
klasiflkasi bahaya Akhir
tertinggi yang
dihitung
\/,
\-

v
,.

rtl I ..,.

t9 C-B
Disebabkan situasi yang sama dengan yang telah dilukiskan dalam contoh yang terjadi
sebelumnya,peningkatanpendekatankondisimuatanadalahpenting.

Langkah 3 : Penelusuran PMF saia (tanpa memperhatikan kedudukan bendungar-r).


dan penentuan "klasifikasi bahaya bendungan" dengan cara yang sama
seperti yang dilakukan untuk sebuah bendungan. Bila kiasifikasi
bahaya bagian hilir kurang dari yang diperoleh dari debit kegagalan
bendungan ditambah skenario PMF yang diterapkan kepada
bendungan, maka kiasifikasi bahaya bagian hilir diperoleh dari
keruntuhan bendungan ditambah dengan skenario PMF yang
diterapkan kepada bendungan. Alasannya disini, yaitu peningkatan
pengaruh dari kegagalan bendungan meningkatkan kiasifikasi bahaya
di atas klasifikasi yang dihasilkan oleh PMF; karena itu kiasifikasi
bahaya diatasnya hanya untuk PMF, karena itu pengaruh banjir akibat
keruntuhan bendungan terhadap bagian genangan di hilir jangan tidak
dihiraukan.

Langkah 4 : Bila dengan penelusuran PMF saja, klasifikasi bahaya lebih tinggi
dibanding dengan kegagalan bendungan yang disebabkan bukan karena
overtopping, maka pengaruh peningkatan banjir akibat dari rekahan
bendungan mengenai kiasifikasi bahaya hilir dievaluasi. Agar bisa
dilakukan evaluasi, "bahaya banjir yang mendadak" diukur. S-ebagai
contoh debit yang menghasilkan binjir sampai fundasi rumah, atau
debit yang mengakibatkan jalan menjadi basah. Selanjutnya bahaya
banjir yang baru terjadi bersamaan dengan banjir akibat rekahan
bendungan dan klasifikasi bahaya hilir dievaiuasi lagi' Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan model "bahaya banjir yang baru
terjadi" sebagai "kondisi semula" sebelum terjadinya kegagalan
bendungan, atau dengan menentukan hidrograf banjir yang masuk
diinana menelusuri bagian hiir yang berbahaya. puncaknya akan sama
dengan puncak bahaya banjir yang baru terjadi.

Peningkatan klasifikasi bahaya bagian hilir ditentukan dengan menerapkan Gambar 4.1
sampai Gambar 4.5 per kriteria di Bab 4. Bila perbedaan peningkatan dalam segi ketinggian
dan kecepatan banjir masih daiam zona bahaya rendah. maka peningkatan yang mengancam
kehidupan adalah 0 (nol). Bia perbedaan peningkatan dalam ketinggian dan kecepatan banjir
di atas zona bahaya rendah, maka situasi bahaya mungkin ada. keterangan mengenai Gambar
4.1 sampai 4.5 dijelaskan diBab 4 dariPedoman ini.
l

Bila klasifikasi bahaya bagian hilir meningkat, maka hal ini merupakan suatu hasil dari
penin_ekatan banjir akibat kegagalan bendt,ngan dengan besaran banjir spesifik yang umum.
Jadi. banjir akibat dari kegagalan bendungan dapat menggenangi daerah yang besar dengan
signifikan dari pada aliran banir biasa. Hasil dari peningkatan klasifikasi bahaya hiiir harus
didiskusikan untuk memperlihatkan hasilnva.

c-9
..
PENJELASAN D -t ' .'"'
-' ' -'

METODA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS PENGERJAAN


SISTIM KLASIFIKASI BAHAYA BENDUNGAN

1. Sistim Klasifikasi Bahaya

1.1 Sistim Klasifikasi yang diusulkan

Sistim klasifikasi tingkat bahaya didasarkan kepada sistim yang


for
dikembangkan oleh l{agen dalam "usA developed different index systern I

the US Army Corps of Engineers dan Program Safety Evaiuation of Existing


I

Dams(SEED)''yangdipakaiolehUSBR.inipadapokoknya
-faktor-faktor
memperrimbangkan yang sama seperti sistim kuantitatif, tetapi
dipandang dari suatu perangkat tingkatan dengan peniiaian dari 1 sampai
5,

dimana 1 sebagai yang paling baik dan angka 5 yang kurang baik.
Keseluruhan indeks "resiko relatif' disusun dari jumlah "overtopping
score"
dan "structural faillure score", yaitu :

+S1
I

Rr = 01
Di mana:

01 : skor kegagalan akibat Overtopping


: 01 x 02 x O3
31 = skorkegagalanakibat strukturbangunan
: 51 x 52 x 53

Dan
O1 : Jumlah rumah yang terancam karena keruntuhan
(didasarkan pada perbedaan di daerah tergenang tanpa
keruntuhan dan di daerah tergenang karena keruntuhan,
dengan menganggap permukaan air mencapai puncak
bendungan. Hidrograf pada saat terjadi keruntuhan
" dihimpitkan pada debit yang terjadi.

O2 : Kemampuan banjir proyek dalam prosentase dari


standar banjir disain sekarang (dengan menganggap
bahwa PMF adalah standar banjir disain)'

O3 : Kemampuan bendungan untuk menahan keruntuhan


karena overtopping (didasarkan pada inspeksi bangunan dan
desain ulang serta catatan pelaksanaan)'

S1 = Jumlah rumah terancam karena keruntuhan (daerah


tergenang diperoleh dari keruntuhan bendungan dengan
permukaan air pada elevasi normal maksimum
genangan).

D-l
52=Buktikeadaanbangunanyangmembahayakan
(berdasarkan inspeksi bangunan dan peninjauan kembaii
disain sefia catatan pelaksanaan)'

53 = potensi aktifitas gempa (berdasarkan iokasi bendungan


di peta daerah gempa, pengetahuan tentang sesar' pusat
gempa bumi yang baru lalu dan disain bendungan)'

Angka penilaian maksimum untuk suatu bendungan menggunakan tingkatan


nilai piiihan adalah 250 (yaitu 125 dihubungkan dengan kegagalan karena
,'overtopping" dan 125 dihubungkan dengan kegagalan 'struktur'). Sistem ini
menarik karena susunannya cukup sederhana menggunakan data yang relatif
yang
mudah diperoleh dari publikasi yang ada, namun dengan komplikasi
memeriukan analisa kegagalan bendungan. bagaimanapun ini merupakan suatu
evaluasi manual sederhana.

Angka-angka Penilaian adalah :

Elemen 01 - Jumlah Rumah yang terancam oleh kegagalan bendungan dan


Klasifikasi BahaYa

Jumlah Rumah Jarak ke hilir dari Bendungan (km)

0-5 0-10 0-20 0-30 >30

' 1 -200 a
J 2 2l 1

200 - 5000 4 4 3 2

500i - 20000 5 4 4 J

20001 - 250000 5 "5 4 4

>250000 5 5 5 5

Catatan : iumlah rumah komuatif telah dipilih sebagai indikator untuk mempermudah
perhitungan di lapangan. PenRes dapat diperoleh dengan mengkalikan
jumiah
iumah di daerah genangan dengan sejumlah keluarga dengan ukuran rata-rata
5 orang per keluarga.

D -2
Elemen 02 - Kemampuan Banjir Desain Bendungan Terhadap Standar Banjir Desain
ng Berlaku dzlzm "h

Angka Yang diberikan Dasar Penilaian


1
95% - 100% PMF

2 t5% - 94%PMF

) 50% - 74%PMF

4 25% - 49%PMr-

5 0 - 24%PMF

Elemen 03 - Kemampuan Bendungan untuk menahan keruntuhan karena

overtoPPing

Angka Yang diberikan Dasar Penilaian

I B.rdrrga" beton yang di desain dengan baik'

2 Bendungan beton dengan masalah struktur yang kecii


atau bendungan urugan batu yang di desain menghadapi
overtopping.

Bendungan urugan batu dengan masalah penempatan


batunya atau bendungan urugan tanah yang tahan erosi'

Bendungan urugan tanah dengan lapisan peiindung


kurang baik atau bendungan urugan batu yang tidak di
<iisain menghadapi overtoPPing.

Bendungan urugan tanah yang mengaiami erosi dengan


sedikit atau tanpa lapisan pelindung atau bendungan
urugan hidrolik.

Elemen 53 - Jumlah rumah l,ang terancam kegagalan trendungan

Daerah tergenang diperoleh dari kerunruhan bendungan dengan elevasi


air pada genangan
debit banjir.
normal maksimum tidak termasuk tambahan volume air yang akan melewatkan

untuk O1
Angka yang ditetapkan didasarkan pada susunan yang sama yang dipakai

D-3
EIemen 52 - Bukti bahwa keadaan struktur berbahaya

Inspeksi terhadap struktur bangunan dan peninjauan kembali disain sena catatan pelaksanaan
diperiukan untuk menetapkan angka.

Angka Yang ditetapkan Dasar Penilaian

1 Tldak ada bahaya yang tampak. disain dan konstruksi benar

2 Tidak ada bahaya yang tampak, catatan disain atau konstruksi


tidak lengkap

Bahaya yang tampak tidak.begitu penting, disain atau konstruksi


di bawah standar

Bahaya yang tampak diragukan,'disain dan konstruksijauh di


bawah standar

Ketidaksempurnaan bangunan tampak jelas seperti erosi-erosi


bawah tanah yang menghawatirkan, longsoran besar, lobang
genang besar, keadaan beton yang cukup membahayakari, dst.

Elemen 53 - Potensi aktivitas gempa

Angka yang ditetapkan didasarkan pada lokasi bendungan di peta daerah gempa, pengetahuan
SeSar,puSatgempabumiyangbarulaludanprosedurdisainbendungan

1.7 Penduduk terkena Resiko (PenRes)


Penduduk yang terkena resiko adalah semua individu dalam batas-batas genangan biia
mereka tidak bertindak untuk mengungsi, akan menjadi sasaran bahaya.

PenRes terbatas pada daerah yang mengalami dampak langsung akibat banjir karena
gagalanya bendungan. Jadi PenRes tidak mempertimbangkan situasi seperti adanya
orang diwaduk atau kecelakaan lalu lintas karena lintasan jalan raya yang terhanyut
(setelah dilalui oleh gelombang banjir).

D-4
PenRes terbagi atas penghuni tetap dan penghuni sementara Dalam penghuni tetap
termasuk :

Tempat tinggal yang dihuni tetap (Bangunan yang sekarang ini dipakai untuk
kediaman manusia dan secara permanen berhubungan dengan pemakaian
sehari-hari, termasuk rumah mobil; dianggap lima penghuni tiap tempat
tinggal.

Daerah tempat kerja dengan pekerja harian (mingguan) yang bertempat tinggal
di lokasi kerja.

Keperluan umum dan fasililtas umum yang vital (pembangkit tenaga listrik,
tempat pengoiahan air, pengolahan limbah dan sebagainya).

Perindustrian atau usaha lain, termasuk produksi bahan (pasir, batu. kerikil.dan
sebagainya).

Usaha pertanian dan perikanan.

Dalam penggunaan sementara termasuk :

Jalan utama sepanjang saluran/sungai.

Tanah perkemahan yang ditetapkan dan tempat perkemahan tidak resmi.

j
Daerah rekreasi lain.

Penting untuk dicatat, bahwa klasifikasi tingkat bahaya hiiir hanya berkaitan dengan
jiwa manusia di daerah bahaya, berlainan dengan " jiwa manusia yang diperkirakan
hilang". Jiwa yang diperkirakan hilang cenderung merupakan perkiraan jumlah
kematian akibat banjir karena keruntuhan bendungan dan- merupakan ramaian
berdasarkan waktu peringatan bahwa penduduk di daerah resiko akan menghadapi
banjir yang berbahaya dan juga menggunakan hubungan antara waktu peringatan dan
kehilangan jiwa manusia- Uraian mengenai "jiwa manusia yang diperkirakan hilang
"termasuk dalam USBR ACER Technical Memorandum No. 7 (3).

Menentukan jiwa manusia yang diperkirakan hilang melibatkan banyak ketidakpastian


dan penilaian seksama oleh anaiis. Anaiisa dapat mengisyaratkan bencana banjir atas
daerah yang selalu digenangi, jadi akan menunjukkan dengan jelas jumlah kehiiangan
jiwa manusia, atau menunjukkan jumlah kehilangan jiwa manusia pada banjir dangkal
(misalnya 0,3-0,6 m) dengan kecepatan aliran rendah di daerah genangan sementara.
Dalam hal terakhir sulit untuk menentukan banyaknya jiwa yang hiiang, bila ada, hal
ini akan terjadi pada penduduk yang terpengaruh oleh banjir. Orang mungkin akan
aman. bila mereka menetap dalam bangunan, kendaraan bermotor, pindah ke dataran
tinggi, dan sebagainya. Banjir mungkin hanya membasahi suatu daerah sehingea
orang akan aman. narnun bisa terjadi bahwa anak kecil jatuh ke daiam parit atau
lubang atau ditenggelamkan oleh air setempat yang mengalir cepat.

D-5
Orang-orang yang pulang-pergi bekerja setiap hari kemungkinan tidak tahu mengenai
keruntuhan bendungan, penduduk mungkin tidaii menerima peringatan' penduduk
mungkin tidak mampu mengungsi secara aman dan seterusnya'

Faktor-faktor lain untuk dipertimbangkan mengenai jiwa manusia yang diperkirakan


hilang adalah dekatnya dengan sumber bahaya dan waktu dari hari yang bersangkutan.
jauh
Suatu masyarakat mungkin mudah terkena bencana banjir, tetapi berlokasi cukup
di hilir sehingga banyak waktu untuk memberi peringatan dan mengungsikan
penduduknya. Bendungan bisa saja gagal daiam waktu yang kurang baik (23'00-
06.00). jadi kemungkinan kecii atau sama sekali tidak ada peringatan kepada
penghuni di hiiir.

Disebabkan banyak ketidakpastian dan ketidaktahuan menyangkut perkiraan korban


jiwa, suatu pendekatan konservatif menggunakan Penduduk terkena Resiko versus
korban jiwa manusia yang diperkirakan hilang dalam sistem klasif,rkasi tingkat bahaya
hiiir (Daftar 2.1) dipergunakan oleh Program Keamanan Bendungan.

Kerugian Ekonomi

Kerugian ekonomi adalah kerugian karena kerusakan pada tempat hunian. bangunan
komersiil, perindustrian, pertanian, padang rumput, infrastruktur, jalan raya, jaian
kereta api, dan sebagainya. Perlu dipertimbangkan pula kerugian ekonomi karena
kerusakan pada sumber daya alam termasuk pada taman, cagar alam, daerah
kehutanan, dan sebagainya. Juga, bila bahan racun atau yang membahayai<an
diketahui berada di genangan dalam jumlah yang cukup banyak, efek penyebarannya
ke daerah hilir (hanya dalam hal kerugian ekonomi) perlu dipertimbangkan dalam
klasifikasi tingkat bahaya hilir.

Karena nilai rupiah dari harta benda berubah dari waktu ke waktu dan bervariasi
sesuai penggunaan harta benda, tidak ada usaha dan maksud untuii menjadikan nilai
rupiah sebagai bahan dalam pedoman.

Daiam kerugian ekonomi iia* ,..*asuk kerugian pada bendungan, fasilitas terkait
dan tujuan dibangunnya bendungan. Kiasifikasi tingkat bahaya hiiir karena kerugian
ekonomi didasarkan pada peniiaian analis. Namun demikian pertimbangan nilai
ekonomi daiam banyah hal tidak sulit karena jarang menjadi tujuan. Alasan untuk ini
ialah jika terjadi kerugian secara ekonomi, maka PenRes selalu menjadi salah satu
faktor pertimbangan kiasifikasi tingkat bahaya hilir. Jadi, jika suatu bendungan
diklasifikasikan memiliki tingkat bahaya hiiir rendah atau sedang berdasarkan
PenRes, baru kemudian kerugian ekonomi dievaluasi untuk menentukan apakah
kiasifikasi tingkat bahaya hiiir yang lebih tinggi dapat dibenarkan.

Bendungan Berurutan

Jika keruntuhan bendungan di bagian huiu dapat berpengaruh pada keruntuhan


bendungan di bagian hilirnya. maka kiasifikasi tingkat bahaya minimum dari
bendungan hulu. harus sama dengan klasifikasi tingkat bahaya hilir tertinggi
bendungan dibagian hilir.

D-6
RBFERENSI

{I } "Federal Guideiines fore Dam Safety" prepared by the Ad Hoc Comminee on Dam
Safety of the federal coordinating Council for Science Engineering and Technology-
Washington, D.C., June 25, 1979.

{2\ "Departemen Manual, Part753,Dam Safety Program, "U.S. Department of the Interior,
January 1985.

{3} "Guideiines toDecision Analysis" ACER Technical Memorandum No. 7, U.S.


Department of the Interior, Bureau of Reclamation, Denver, Colorado, 1986.

{4} "'Guidelines for Defining Inundated Areas Downstream from Bureau of Reclamation
Dams, "Bureau of Reclamation, Engineering and Research center, Denver, Colorado,
June 1982.

{5} Wetmore, Jonathan N., and D.L. Fread, "The NWS Simplified Dam Break Flood
Forecasting model forDesk-Top and Hand-Held Micro computers," Hydrologic Research
Laboratory, office of Hydrology, National Weather'Service, National Oceanic and
Atmospheric Administration, Silver Spring, Maryland-

{6} Fread. D.L.,. The NWS-DAMBRK Model, office of Hydrology, National Water Services,
Silver Spring. Maryland, June 20, 1988.

{7} Treiste, D.J., and R. D. Janett, Rougness Coefficients of Large Flood, Proceedings,
ASCE Inigation and Drainage Division Specially conference, Inigation Systems for the
Twenty-First Century, Porland, Oregon, July 28-30 ,1987.

{8} Black, R.D., Flood Proofing Rural Residences, Department of Agriculture Engineering,
Corneil University, A "Project Agnes" Report, prepared for the U.S. Department of
Commerce Economic Development Administration, May 1975.

{9} Ruh-Ming, Li, "Car Floatation Analysis, "Simons, Li, and Associates, SLA Project No.
CO-CB-05, February 7, 1984.

{i0} David J. Love and Associates, Inc., "Analysis of high Hazzrd Flood Zone" Concept
Verification Study, Department of Public Work, October 1987-

{ 11 } Abt, S.R., and R. J. Witter, Project Number Flood Hazard Concept Verification Study,
Department of Civil Engineering, Colorado State University, Fort Collins, Colorado
80523, Prepared for city of Boulder Flood Utility, Department of Public Work, Boulder.
Colorado 80306.

{12\ Fread. D.L., "BREACH : An Erosion Model for Earthen Dam Failures, "Hydrologic
Research Laboratory, National Water Services, Siiver Spring, Maryland, Jly 1988.
,: . .
__::_,,
:t- -_ _-.-

t13) National Bulletin No. 210-6-19, Subject : Eng-Dam Breach Peak'DiSchSrge,rU.S ;


Department of Agricultwe. Soil Conservation Service, PO BOX 2890, Washington, D.C.
200i3, Septemer 19, 1986.

{ 14} Costa, John E., "Flood from Dam Failures," U.S. Geological Survey Open-File Report
85-560, Denver, Colorado 1985.

{I5 } Mac Donald, Thomas C., and Jennifer Langridge-Monopolies, "Breaching Characteristics
of Dam Failure," Journal of Hydraulic Engineering, vol. 110. No. 5, May 1984.

{16} Hagen, V.K., "Re-evaluation of Design Flood and Dam Safety, "Transactions,
international Commission on Large Dams, Vol. 1,,May 1982, pp. 475-491

{i7} Freohiich,D. C., 1987: Embankment-DamBreachParameters, Proceedings of the i987


National Conference on Hydraulic Engineering, ASCE, New York, August, pp. 570-575.

{18} Froehlich, D. C. 1987 : Embankement-Dam Breach Parameters, Proceedings of the 1987


National Conference on Hydraulic Engineering, ASCE, New York, New York, August,
pp. 570-575

{ 19} Wurbs, Raplh A., "Dam-Breach Flood Wave Models" Joumal of hydraulic Engineering.
Vol. i 13, No, l, January 1987.

{20} Chow, Ven Te, Open-Channel Hydraulics, McGraw-Hill, NewYork, New York, 680 p.,
1966.

{21} Henderson, F. M., Open Channel Flow, MacMillan Publishing Co., Inc., New York, New

{22\ Brater, E.F., and H. W. Kng, Handbook of Hydraulics, McGraw-Hill, New York, New

Anda mungkin juga menyukai