USULAN
PENELITIAN UNGGULAN
Pemetaan Kondisi Air Baku Sungai (Tukad Mati, Tukad Ayung, Tukad Tagtag,
Tukad Badung) berdasarkan Status Indek Pencemaran
Tim Pengusul
1
2
I. Identitas Penelitian
1. Judul Usulan : Pemetaan Kondisi Air Baku Sungai (Tukad Mati,
Tukad Ayung, Tukad Tagtag, Tukad Badung)
berdasarkan Status Indeks Pencemaran
2. Ketua Peneliti
a. Nama dengan Gelar : Ir. Made Tapa Yasa
b. Bidang Keahlian : Teknik Sipil dan Lingkungan
c. Jabatan Struktural : IV C
d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
e. Unit Kerja : Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali
f. Alamat Surat : Kampus Bukit Jimbaran-Tuban- Badung-Bali 80364
g. Telepon/Faks : (0361)701981 Faks (0361)701128
h. E-mail : tapayasa_bali33@yahoo.com
3. Anggota Peneliti
4. Objek Penelitian
Penekanan penelitian Pemetaan Kondisi Air Baku Sungai (Tukad Mati,
Tukad Ayung, Tukad Tagtag, Tukad Badung) berdasarkan Status Indeks
Pencemara dengan obyek penelitian :
a. Analisis kualitas air sungai Tukad Ayung, Tukad Tagtag, Tukad Mati dan Tukad
Badung
b. Analisis penyebab terjadinya pencemaran akibat aktivitas industri pencelupan,
perbengkelan dan industri tahu
c. Analisis uji daya tampung beban pencemar pada parameter yaitu pH, suhu, BOD
(Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), DO
(Disolved Oxygen), total ammonia, chroom, perak, phenol, posfat, nitrat,
kekeruhan, serta E. Coli
1
5. Masa Penelitian
Lama penelitian ini adalah selama 6 bulan
2
II. Substansi Penelitian
ABSTRAK
Pertumbuhan populasi yang cepat menyebabkan perubahan penggunaan lahan di
sebagian besar wilayah perkotaan karena kebutuhan akan pemukiman serta kegiatan
industri juga meningkat. Menurut hasilnya, akan menambah jumlah limbah yang
langsung dibuang ke badan sungai. Hal ini akan berdampak buruk terhadap kualitas air
sungai yang juga menjadi sumber pasokan air baku masyarakat setempat karena air
limbah yang dibuang tanpa proses pengolahan sebelumnya. Daerah aliran sungai Tukad
Ayung, Tukad Tagtag, Tukad Mati dan Tukad Badung yang merupakan sumber air
utama bagi masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas air sungai berdasarakan sifat fisik, sifat
kimia dan sifat biologi, menentukan status tingkat pencemaran air di sungai tersebut
serta menentukan besaran penyebab pencemaran air oleh kegiatan industri
perbengkelan, industri pencelupan dan industri tahu
Tahapan penelitian ini adalah menguji karakterisitik air sungai berdasarkan sifat
fisika, kimia serta sifat biologi, menghitung indeks pencemar masing-masing sungai
berdasarkan kualitas air sungai dan menganilis penyebab terjadinya pencemaran
berdasarkan kegiatan industry di sekitar aliran sungai tersebut. Metode kualitas air yang
digunakan adalah ambil sampel dengan parameter yang diuji yaitu pH, suhu, BOD
(Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), DO (Disolved
Oxygen), total ammonia, chroom, perak, phenol, posfat, nitrat, kekeruhan, serta E. Coli
Berdasarkan hasil pengamatan visual terlihat adanya potensi pencemaran oleh
industry, perbengkelan, pencelupan kain, produski tahu tempe. Berdasarkan pengamatan
awal pengendalian kualitas air dapat dilakukan dengan tidak membuang limbah cair di
sungai, atau bisa dengan mengolahnya terlebih dahulu.
Kata Kunci : uji karakteristik air, sifat fisik, kimia dan biologi, Tukad Mati, Ayung,
Tagtag dan Badung
3
DAFTAR ISI
Identitas Penelitian
Substansi Penelitian
DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
1.4 Urgensi Penelitian..................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................................4
2.1 Sungai....................................................................................................................4
2.1.1 Tipe – Tipe Sungai..........................................................................................4
2.2 Ekosistem Sungai...................................................................................................5
2.3 Air Permukaan.......................................................................................................7
2.4 Karakteristik Air Limbah.......................................................................................8
2.4.1 Sifat Fisik........................................................................................................8
2.4.2 Sifat Kimia....................................................................................................10
2.4.3 Sifat Biologi..................................................................................................12
2.5 Indeks Pencemar..................................................................................................13
2.6 Aspek Kegiatan Industri......................................................................................14
2.6.1 Industri Pencelupan......................................................................................14
2.6.2 Industri Perbengkelan...................................................................................17
2.6.3 Industri Tahu.................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................19
3.1 Rancangan Penelitian...........................................................................................19
3.1.1 Penelitian Pendahuluan.................................................................................19
3.1.2 Survei , observasi lapangan dan pengumpulan data.....................................31
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian...............................................................................31
3.3 Ruang Lingkup Penelitian...................................................................................32
3.4 Penentuan Sumber Data.......................................................................................32
1
3.5 Instrumen Penelitian............................................................................................32
3.6 Analisis Data........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Proporsi Ammonia dari Total Ammonia Berdasarkan Kondisi Suhu dan pH
Air....................................................................................................................................11
Tabel 2.2 Penggolongan Zat Warna Menurut Sifat dan Cara Pencelupannya.................15
Tabel 2.3 Karakteristik Air Limbah Pencelupan.............................................................16
Tabel 2.4 Karakteristik dan Baku Mutu Limbah Cair Industri........................................17
Tabel 2.5 Karakterisitik Limbah Cair Tahu.....................................................................18
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tagtag dan Tukad Badung dengan melihat beberapa parameter kualitas air berupa pH,
suhu, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), DO
(Disolved Oxygen), total ammonia, chroom, perak, phenol, posfat, nitrat, kekeruhan,
serta E. Coli
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang
disampaikan yaitu:
a. Mengetahui kualitas air sungai berdasarakan sifat fisik, sifat kimia dan sifat
biologi
b. Menentukan status tingkat pencemaran air di sungai tersebut
c. Menentukan besaran penyebab pencemaran air oleh kegiatan industri
perbengkelan, industri pencelupan dan industri tahu
2
Sehingga perlu dilakukan suatu studi untuk mengetahui pengaruh limbah yang
masuk terhadap kualitas air sungai di aliran Sungai Tukad Mati, Tukad Ayung, Tukad
Tagtag dan Tukad Badung dengan melihat beberapa parameter kualitas air berupa pH,
suhu, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), DO
(Disolved Oxygen), total ammonia, chroom, perak, phenol, posfat, nitrat, kekeruhan,
serta E. Coli
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sungai
2.1.1 Tipe – Tipe Sungai
Daerah pengaliran adalah daerah yang melimpaskan air hujan yang jatuh
diatasnya, ke suatu aliran yang berbentuk saluran buatan atau saluran alami (sungai).
Garis batas daerah–daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah pengaliran.
Luas daerah pengaliran (DAS) diperkirakan berdasarkan pengukuran pada peta
topografi.
1. Bentuk (Corak) daerah pengaliran
Corak daerah pengaliran dibedakan menjadi :
a. Daerah pengaliran berbentuk bulu burung
Corak daerah pengaliran ini adalah jalur daerah di kiri kanan sungai utama,
dimana anak–anak sungai mengalir ke sungai utama. Daerah pengaliran
sedemikian mempunyai debit banjir yang kecil, dan banjirnya berlangsung agak
lama.
b. Daerah pengaliran radial
Daerah pengaliran berbentuk kipas atau lingkaran, dimana anak – anak sungainya
mengkonsentrasikan ke suatu titik secara radial. Daerah pengaliran dengan corak
sedemikian mempunyai banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak – anak
Sungai.
c. Daerah Pengaliran Paralel
Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di
bagian hilir. Banjir terjadi di sebelah hilir titik pertemuan sungai – sungai.
4
b. Pada tanah datar / landai
Tanpa pohon-pohonan, akan memberikan aliran limpasan dan banjir agak besar.
Berpohon – pohon lebat, akan memberkan limpasan kecil, tidak ada banjir.
c.Pada beberapa keadaan tanah
Kedap, akan memberikan limpasan yang besar.
Porous, akan memberikan limpasan kecil.
d. Pada beberapa tata guna lahan
Perumahan padat, akan memberikan aliran limpasan agak besar.
Perumahan jarang, memberikan aliran limpasan agak kecil.
Daerah pertanian, industri dan perdagangan, masing – masing memberikan
limpasan yang berbeda.
5
Alur sungai di bagian hulu mempunyai kecepatan aliran yang lebih besar dari
bagian hilir, sehingga pada saat banjir material hasil erosi yang diangkut tidak saja
partikel sedimen halus tetapi juga apsir, kerikil, bahkan batu (Suwarno, 1991). Bagian
tengah merupakan daerah peralihan antara bagian hulu dan hilir. Kemiringan dasar
sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatif lebih kecil pada bagian hulu.
Permukaan dasar bagian tengah umunya berupa pasir atau lumpur (Suwarno, 1991).
Bagian hilir merupakan daerah aliran sungai yang akan bermuara ke laut atau sungai
lainnya. Bagian tersebut umumnya melalui daerah bagian dengan substrat permukaan
berupa endapan pasir halus sampai kasar, lumpur, endapan organik dan jenis endapan
lainnya yang sangat labil. Alur sungai bagian hilir mempunyai bentuk yang berkelok-
kelok. Bentuk alur tersebut dinamakan meander (Suwarno, 1991).
Ekosistem sungai (lotic) dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona
krenal (mata) air yang umumnya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi menjadi
rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat pada tebing-
tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk genangan air yang
selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil. Beberapa mata air akan membentuk
aliran sungai di daerah pegunungan yang disebut zona rithral, ditandai dengan relief
aliran sungai yang terjal. Zona ritral dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epirithral
(bagian yang paling hulu), metarithral (bagian tengah) dan hyporithral (bagian yang
paling akhir). Setelah melewati zona hyporithral, aliran sungai akan memasuki zona
potamal, yaitu aliran sungai pada daerah-daerah yang relatif lebih landai dibandingkan
dengan zona rithral. Zona potamal dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu epipotamal ,
metapotamal dan hypopotamal
Struktur fisik sungai menyediakan relung biologi yang melimpah terhadap
organisme-organisme akuatik. Daerah di bawah batu pada dasar perairan terdapat
tempat yang gelap untuk bersembunyi bagi organisme akuatik berukuran kecil,
sedangkan pada permukaan atas batu yang terpapar cahaya matahari merupakan tempat
bagi alga yang menempel .Secara ekologis organisme di perairan sungai dapat
dibedakan menjadi dua zone atau subhabitat, yaitu :
a. Subhabitat riam : merupakan bagian sungai yang airnya dangkal tetapi arusnya
cukup kuat untuk mencegah terjadinya pengendapan sedimen dasar, sehingga dasar
6
sungai bersifat keras. Pada daerah ini hidup organisme bentik atau perifiton
khususnya yang dapat melekat atau berpegang erat pada substrat padat dan jenis
ikan yang dapat berenang melawan arus.
b. Subhabitat arus lambat : merupakan bagian sungai yang lebih dalam dan arusnya
lebih lemah atau lambat dibandingkan subhabitat riam. Pada daerah ini partikel-
partikel cenderung mengendap sebagai sedimen di dasar sungai. Pada daerah ini
hidup organisme bentos, nekton dan kadang-kadang plankton
Biota pada ekosistem sungai terbagi atas biota non akuatik dan biota akuatik.
Biota non akuatik adalah biota yang hidup diluar perairan sungai misalnya adalah
tanaman yang berada di DAS (Daerah Aliran Sungai), serangga yang hidup diarea
sekitar sungai seperti semut, capung, kupu-kupu, dan lain-lain. Biota akuatik merupakan
biota yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di perairan. Berdasarkan cara
hidupnya biota akuatik dapat dikelompokkan menjadi neuston, pleuston, nekton,
plankton, perifiton, bentos, dan demersal. neuston merupakan biota akuatik yang hidup
dilapisan tipis permukaan air. Seperti halnya neuston, pleuston juga hidup dipermukaan
air tetapi sebagian tubuhnya berada dibawah permukaan air. Nekton umunya terdiri atas
biota akuatik yang hidup dan bergerak bebas didalam kolom air. Plankton merupakan
kelompok biota akuatik baim hewan atau tumbuhan yang pergerakannya selalu
dipengaruhi arus air dan umunya berukuran mikroskopis. Perifiton adalah kelompok
biota akuatik yang hidup menempel pada permukaan tumbuhan, tongkat, batu, atau
substrat lain yang berada didalam air. Biota bentik atau bentos merupakan kelompok
hewan atau tumbuhan yang hidup didasar perairan. Sedangkan kelompok biota akuatik
yang sebagian besar hidupnya dihabiskan didasar perairan disebut demersal
7
dari air tanah. Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air
disebut catchment basin.
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar bahan-
bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit, bersifat asam, dengan pH 4,2. Hal ini
disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer, misalnya gas
karbondioksida (CO2), Sulfur (S) dan Nitrogen Oksida (NO2) yang dapat membentuk
asam lemah. Setelah jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan
tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah. Perairan
permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air tergenang
(standing water atau lentik) meliputi: danau, kolam, waduk (reservoir), rawa (wetland)
dan badan air mengalir (flowing water atau lotik). Salah satu contoh perairan mengalir
adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang dengan
kecepatan berkisar antara 0,1-1,0 m/detik serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim
dan pola drainase
8
Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL) adalah gambaran numerik dari
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garam terlarut yang dapat terionisasi semakin tinggi pula nilai DHL.
Reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion terlarut sangat berpengaruh
terhadap nilai DHL. Asam, basa, dan garam merupakan pengantar listrik yang baik,
sedangkan bahan organik, misalnya sukrosa dan benzena yang tidak dapat
mengalami dissosiasi merupakan penghantar listrik yang jelek. Konduktivitas
dinyatakan dengan satuan µmhos/cm. atau µSiemens/cm. air suling (aquades)
memiliki nilai DHL 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami memiliki nilai DHL
sebesar 20-1500 µmhos/cm. Nilai DHL berhubungan erat dengan nilai padatan
terlarut total (TDS). Nilai TDS dapat diperkirakan dengan mengalikan nilai DHL
dengan bilangan 0.55-0.75. Nilai TDS biasanya lebih kecil daripada nilai DHL.
Pada penentuan nilai TDS,bahan-bahan yang mudah menguap tidak terukur karena
melibatkan proses pemanasan (Effendi, 2003).Nilai baku mutu DHL menurut PPRI
No.20 tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran air adalah 2250 µmhos/cm
golongan D (air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian serta usaha
perkotaan, industri, dan pembangkit listrik), sedangkan kadar alamiahnya adalah
20-1500 µmhos/cm
3. Bahan padat
Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas empat
kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya (Fardiaz, 1992).
Empat kelompok tersebut yaitu:
a. Padatan terendap (sedimen)
b. Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) dan koloid
c. Padatan terlarut (Total Disolved Solid atau TDS)
d. Minyak dan lemak
4. Warna
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air
limbah. Air buangan industri serta bangkai benda organis yang menentukan warna
air limbah itu sendiri
9
5. Bau
Pembusukan air limbah adalah merupakan sumber dari bau air limbah. Hal ini
disebabkan karena adanya zat organik terurai secara tidak sempurna dalam air
limbah
6. Suhu
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih, karena adanya tambahan
air hangat dari perkotaan
10
anaerobik. Hasil penguraian zat – zat organik oleh mimkroorgaanisme anaerobik
adalah gas yang berbau dan beracun, misalnya H2S, CH4, dan NH3.
4. Amonia bebas, berasal dari kandungan nitrogen yang bersumber dari limbah
rumah tangga ataupun industri. Di lain pihak bisa berasal dari sisa pakan dan
sisa feses (sisa metabolisme protein oleh ikan) yang dihasilkan ikan itu sendiri
dan bahan organik lainnya. Ammonia di dalam air ada dalam bentuk molekul
(non disosiasi/unionisasi) ada dalam bentuk NH3 dan ada dalam bentuk ion
ammonia (disosiasi) dalam bentuk NH4+. Kedua bentuk ammonia tersebut
sangat bergantung pada kondisi pH dan suhu air. Dinding sel tidak dapat
ditembus oleh ion ammonia (NH4+), akan tetapi ammonia (NH3) akan mudah
didifusi melewati jaringan jika konsentrasinya tinggi dan berpotensi menjadi
racun bagi tubuh ikan. Sehingga kondisi normal ada dalam kondisi asam
seimbang pada hubungan air dengan jaringan. Jika keseimbangan dirubah,
seperti nilai pH di salah satu bagian turun akan mengudang terjadinya
penambahan molekul ammonia (Svobodova, at al, 1993). Tingkat racun dari
ammonia selain karena faktor pH dan ammonia juga dipengaruhi oleh
kandungan oksigen di dalam air. Air dengan nilai pH rendah maka yang
dominan adalah ammonium (NH4+), sebaliknya bila nilai pH tinggi yang
dominan adalah ammonia (NH3). Ammonia adalah bentuk yang paling beracun
dari ammonia.
Tabel 2.1 Proporsi Ammonia dari Total Ammonia Berdasarkan Kondisi Suhu dan
pH Air
SUHU AIR (ºC)
PH
24 26 28 30 32
7,0 0,005 0,006 0,007 0,008 0,009
7,2 0,008 0,010 0,011 0,013 0,015
7,4 0,013 0,015 0,018 0,020 0,023
7,6 0,021 0,024 0,028 0,031 0,036
7,8 0,033 0,038 0,043 0,049 0,056
8,0 0,051 0,058 0,066 0,075 0,085
8,2 0,078 0,089 0,101 0,114 0,129
8,4 0,119 0,134 0,151 0,170 0,190
8,6 0,176 0,197 0,220 0,245 0,271
11
8,8 0,253 0,281 0,309 0,340 0,371
9,0 0,349 0,382 0,415 0,449 0,483
9,2 0,460 0,495 0,530 0,564 0,597
9,4 0,574 0,608 0,641 0,672 0,701
5. Chroom, dalam badan perairan kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu
secara alamiah dan non lamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat
disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada
batuan mineral. Masukan kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih
merupakan dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia.
Sumber-sumber kromium non-alamiah diantaranya adalah pembakaran sampah-
sampah di kota dan knalpot kendaraan bermotor. Oleh karena itu, untuk
mengetahui kualitas suatu perairan dilakukan pemantauan kualitas lingkungan
perairan melalui pengambilan sampel air tanah dan air permukaan di perusahaan
Pengujian kromium dalam perairan mengacu pada metode Hach menggunakan
alat Spektrofotometer UV VIS. Kadar maksimum kromium yang diperbolehkan
dalam air tanah sebesar 0.05 mg/L sebagai total kromium (Permenkes No 492
Th 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum), dan sebesar 0.05 mg/L
sebagai Cr+6 (Permenkes No 416 Th 1990 tentang Persyaratan Kualitas Air
Bersih dan PP No 81 Th 2001 tentang Kualitas Air Kelas II).
6. Nitrat dan nitrit, ada di dalam air sebagai hasil dari oksidasi. Nitrit merupakan
hasil oksidasi dari ammonia dengan bantuan bakteri Nitrisomonas dan Nitrat
hasil dari oksidasi Nitrit dengan bantuan bakteri Nitrobacter. Keduanya selalu
ada dalam konsentrasi yang rendah karena tidak stabil akibat proses oksidasi dan
sangat tergantung pada keberadaan bahan yang dioksidasi dan bakteri. Kedua
bakteri tersebut akan optimal melakukan proses nitrifikasi pada pH 7.0-7.3
(Malone & Burden, 1988
7. Bahan-bahan kimia yang termasuk dalam bahan kimia anorganik antara lain
garam dan ion-ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn)
12
terdapat di dalam air limbah sangat berbahaya karena menyebabkan penyakit.
Kebanyakan bakteri seperti bakteri E. Coli yang terdapat dalam air limbah merupakan
bantuan yang sangat penting bagi proses pembusukan bahan organik
...................................................................................(1)
dimana:
Pij = Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j)
Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku
mutu peruntukan air (j)
Ci = Konsentrasi parameter kualitas air hasil analisa
(Ci/Lij)M = Nilai Ci/Lij maksimum
(Ci/Lij)R = Nilai Ci/Lij rata-rata hasil
13
Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 ≤ PIj ≤ 1,0
2. Tercemar ringan jika 1,0 < PIj ≤ 5,0
3. Tercemar sedang jika 5,0 < PIj ≤ 10,0
4. Tercemar berat jika PIj > 10,0.
Pada prinsipnya nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa air sungai tersebut tidak memenuhi
baku peruntukan air j , dalam hal ini mutu air kelas II. Penghitungan indeks kualitas air
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai satu
sampel
2. Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, dan COD
3. Hitung persentase jumlah sampel yang mempunyai nilai PIj > 1, terhadap total
jumlah sampel pada tahun yang bersangkutan
4. Melakukan normalisasi dari rentang nilai 0% - 100% (terbaik – terburuk) jumlah
sampel dengan nilai PIj > 1, menjadi nilai indeks dalam skala 0 – 100 (terburuk –
terbaik).
14
terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat
merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu
misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutancelup dan
kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.
Air limbah pencelupan zat warna reaktif umumnya mempunyai pH tinggi (>9),
berwarna tua dan COD (Chemical Oxygen Demand) nya cukup tinggi. Hal ini
disebabkan karena proses pencelupan tersebut digunakan alkali untuk proses fiksasi zat
warna, sehingga pH larutan menjadi tinggi. Warna air limbah yang masih pekat
disebabkan karena tidak semua zat yang digunakan dapat berdiksasi dengan serat,
sedangkan COD yang cukup tinggi disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang
terkandung dalam limbah tersebut, seperti sisa zat warna, zat pembasah, dan pembantu
yang digunakan.
Penggolongan zat warna tekstil berdasarkan cara pencelupannya disajikan pada
Tabel 2.2
Tabel 2.2 Penggolongan Zat Warna Menurut Sifat dan Cara Pencelupannya
N Golongan Zat Warna Sifat
o
1 Zat warna direct Mempunyai daya ikat dengan serat selulosa,
pencelupan dilakukan secara langsung dalam larutan
dengan zat-zat tambahan yang sesuai
2 Zat warna mordant Mempunyai daya ikat yang lemah dengan serat. Pada
proses pencelupan biasanya dilakukandengan
penambahan krom pada zat warna sehingga
membentuk kompleks logam
3 Zat warna reactive Mempunyai gugus reaktif yang dapat membentuk
ikatan kovalen kuat dengan serat selulosa, protein,
poliamida dan polyester, dilakukan pada suhu rendah
dan tinggi.
15
4 Zat warna penguat Mempunyai daya ikat yang kuat dengan serat.
Selulosa, warna terbentuk dalam serat setelah
ditambahkan garam penguatnya
5 Zat warna asam Memiliki daya ikat yang kuat dengan serat protein
dan poliamida. Pencelupan dilakukan pada kondisi
asam dan secara langsung ditambahkan pada serat
6 Zat warna basa Memiliki daya ikat yang kuat dengan serat protein.
Pencelupan dilakukan pada kondisi basa dan secara
langsung ditambahkan pada serat.
7 Zat warna belerang Memiliki daya ikat yang kuat dengan serat selulosa.
Pada gugus sampingnya mengandung belerang yang
mampu berikatan kuat dengan serat.
(Sumber: Zille, 2005)
Kandungan zat-zat pencemar dalam limbah tekstil tergantung pada proses yang
dilakukan yaitu proses pemintalan benang, penenunan dan pencelupan. Pemintalan
benang adalah proses pembuatan benang dari serat dari kapas, serat poliester atau bahan
lainnya.
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan industri tekstil sangat erat
hubungannya dengan bahan-bahan yang digunakan dalam tahapan proses pembuatan
tekstil. Pengolahan limbah cair ini cukup rumit karena banyaknya zat warna dan zat-zat
warna pembantu pencelupan yang digunakan, sehingga agar tidak mencemari air
lingkungan, pengolahannya pun harus sesuai dengan karakteristik dari air limbah itu
sendiri. Adapun karakteristik dari air limbah pencelupan dapat dilihat pada Tabel 2.3
dan 2.4
Tabel 2.3 Karakteristik Air Limbah Pencelupan
N Parameter Jumlah Satuan
o Kandungan
1 Suhu 29 – 35 ºC
2 pH 6,8 – 8,5 -
3 COD 1712,7 – mg/1
1793
4 BOD 159,7 – 168 mg/1
5 TSS 1233,7 - 1317 mg/1
16
Tabel 2.4 Karakteristik dan Baku Mutu Limbah Cair Industri
N Parameter Satuan Kadar
o Maksimum
1 BOD mg/1 60
2 COD mg/1 150
3 TSS mg/1 50
4 pH - 6,0 – 9,0
5 Fenol mg/1 0,5
6 Krom mg/1 1,0
7 Ammonia mg/1 8,0
8 Sulfida mg/1 0,3
9 Minyak dan mg/1 3,0
lemak
17
2.6.3 Industri Tahu
Tahu merupakan bahan pangan yang berasal dari kedelai yang harganya relatif
murah dan mengandung nilai gizi yang tinggi khususnya protein sehingga sangat
diminati oleh masyarakat. Semakin banyak permintaan konsumen akan tahu maka
industri pembuatan tahupun semakin banyak bermunculan. Hasil sampingan dari proses
pembuatan tahu berupa ampas tahu dan limbah cair berupa “whey”. Ampas tahu dapat
digunakan sebagai pakan ternak dan oncom, sedangkan “whey” sebagian besar belum
dapat dimanfaatkan (kadang-kadang digunakan sebagai biang) sisanya dibuang
kelingkungan berupa limbah yang kemudian akan diuraikan oleh bakteri.
Air limbah tahu yang dihasilkan masih banyak mengandung zat organik, seperti
protein, karbohidrat, lemak dan zat terlarut yang mengandung padatan tersuspensi atau
padatan. Di antara senyawa-senyawa tersebut yang memiliki jumlah paling besar
adalah protein dan lemak dengan presentase sebesar 40-60% protein, 25-50%
karbohidrat dan 10% lemak. Adanya bahan organik yang cukup tinggi menyebabkan
mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut secara biologis menjadi
senyawa asam-asam organik. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut
antara lain protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Menurut Ratnani (2012) diperoleh
hasil analisis kandungan limbah cair dari proses pembuatan tahu yang disjaikan pada
Tabel 2.5
Tabel 2.5 Karakterisitik Limbah Cair Tahu
No Parameter Hasil Analisis
1 pH 4,26
2 DO 4,5
3 COD 11638
4 Air (%) 99,162
5 Abu (%) 0,139
6 Karbohidrat (%) 0,294
7 Protein (%) 0,155
8 Lemak (%) 0,058
9 Serat Kasar (%) 0,191
18
10 Temperature (ºC) 45
11 Warna Kuning Keruh
12 Bau Bau Menyengat
19
BAB III
METODE PENELITIAN
20
Gambar 3.1 Kondisi Alur Tukad Badung sekitar daerah Wangaya
21
Gambar 3.3 Kondisi Alur Daerah Kampung Wanasari
22
Gambar 3.5 Kondisi Alur di depan Bendung Tukad Badung di Daerah Pemogan
Gambar 3.6 Kondisi alur dengan penampang Ganda di bagian hilir di Jalan Taman
Pancing daerah Pemogan
23
Gambar 3.7 Bagian Hilir Tukad Badung di Estuary Dam
24
Kota Denpasar. Disamping untuk irigasi sungai ini juga merupakan sumber air
baku di Bali melalui pengambilan di bendung Peraupan dan bendung Waribang
di Kota Denpasar. Secara umum sungai ini relatif masih mampu menampung
debit banjir yang terjadi akibat dari kapasitas yang masih cukup tinggi karena
memiliki kemiringan sungai yang agak miring serta dinding sungai yang masih
tinggi.
Gambar 3.8 Alur Tukad Ayung di daerah Tonja (Utara Krematorium Santayana)
25
Gambar 3.9 Alur Tukad Ayung di Daerah Kesiman
26
Gambar 3.11 Kondisi Muara Tukad Ayung di Daerah Padanggalak
3. Tukad Tagtag merupakan anak sungai Tukad Badung. Sungai ini memiliki lebar
sungai yang variatif dengan lebar nerkisar 8-12 m dengan tinggi tebing berkisar
3-5 meter dengan panjang sungai yang pendek. Kondisi alur sungai sebagian
besar berupa saluran pasangan yang ada di kanan dan kiri sungai. Kondisi paling
nyata dapat dilihat pada DAS Tukad Tagtag Bagian hilir. Di sungai ini terjadi
alih fungsi lahan yang sangat cepat. Perubahan tataguna lahan menimbulkan
permasalahan baru yaitu meningkatnya limpasan permukaan yang berpotensi
menimbulkan banjir dan genangan air saat musim hujan. Tukad Tagtag dengan
tipikal sungai yang datar dan berkelok-kelok berpotensi menjadi daerah yang
tergenang dan banjir saat musim hujan. Hal ini disebabkan oleh Tukad Mati
tidak mampu lagi menampung luapan banjir yang terjadi akibat dari kapasitas
sungai yang terbatas.
27
Gambar 3.12 Alur Tukad Tagtag
4. Tukad Mati adalah sungai dimana sistem daerah aliran sungainya (DAS)
menempati dua wilayah administrasi Kabupaten/Kota yaitu wilayah Kabupaten
Badung di bagian hilir dan hulu , sementara bagian tengahnya melintasi wilayah
Kota Denpasar. Tata guna lahan daerah tangkapan sungai ini secara keseluruhan
berupa lahan budidaya, permukiman dan perkotaan. Di wilayah ini merupakan
daerah yang berkembang sangat pesat sehingga terjadi alih fungsi lahan yang
signifikan dari lahan pertanian/tegalan menjadi lahan permukiman, perniagaan,
industri dan peruntukan lainnya. Secara umum topografi DAS Tukad Mati mulai
dari daerah agak terjal di bagian utara dan bermuara kelaut selatan, dimana pada
bagian hilirnya dipengaruhi oleh arus pasang air laut. Secara umum dengan
melewati daearah yang agak datar di bagian hilirnya maka dapat disampaikan
bahwa terjadi belokan-belokan sungai (meander) pada beberapa titik terutama
alur setelah jalan Gatot Subroto sampai di muara. Hal ini dapat dilihat pada alur
di sepanjang jalan Mahendradata dengan alur sungai yang berkelok-kelok
dibuktikan dengan banyaknya jembatan yang ada di sepanjang alur Tukad Mati.
Penampang Tukad Mati dari hulu sampai hilir mempunyai lebar serta kedalaman
yang sangat bervariasi. Bagian tengah Tukad Mati mulai dari hulu sampai di
Jalan Gunung Agung mempunyai profil penampang yang cukup lebar serta
28
dalam. Sedangkan dari jalan Gunung Agung ke arah hilir mempunyai
penampang yang bervariasi serta dangkal dan alur sungai yang berkelok-kelok.
Perkembangan pembangunan di Bali khususnya Bali bagian selatan membawa
konsekwensi berkembanganya seluruh sektor terutama sekali sector pariwisata
sebagai sektor unggulan. Kondisi ini membawa pengaruh terjadinya alih fungsi
lahan dari lahan pertanian sawah/tegalan menjadi lahan non pertanian seperti
akomodasi pariwisata, permukiman, perniagaan dan kebutuhan lahan lainnya.
Kondisi paling nyata dapat dilihat pada DAS Tukad Mati . Di sungai ini terjadi
alih fungsi lahan yang sangat cepat. Perubahan tataguna lahan menimbulkan
permasalahan baru yaitu meningkatnya limpasan permukaan yang berpotensi
menimbulkan banjir dan genangan air saat musim hujan. Tukad Mati dengan
tipikal sungai yang datar dan berkelok-kelok berpotensi menjadi daerah yang
tergenang dan banjir saat musim hujan. Hal ini disebabkan oleh Tukad Mati
tidak mampu lagi menampung luapan banjir yang terjadi akibat dari kapasitas
sungai yang terbatas.
Gambar 3.13 Alur Tukad Mati Bagian Hulu (Jembatan Gatot Subroto)
29
Gambar 3.14 Alur Bagian Tengah Tukad Mati (sekitar jalan Gunung Agung)
Gambar 3.15 Bendung Lange pada alur bagian tengah Tukad Mati (Monang-Maning)
30
Gambar 3.16 Alur Bagian Tengah Tukad Mati (jalan Mahendradata)
5.
Gambar 3.17 Penampang Tukad Pangkung Muding (anak sungai Tukad Mati bagian
hilir)
31
Gambar 3.18 Kondisi Muara Tukad Mati
Melakukan survei lapangan untuk mengetahui kondisi sungai saat ini, meliputi
antara lain:
1. Mengamati kondisi lingkungan sekitar sungai seperti kondisi air, vegetasi sekitar
dan aktivitas penduduk sekitar
2. Mengamati aktivitas industri di sepanjang aliran sungai
3. Melakukan hipotesa-hipotesa yang terjadi akibat beban pencemaran yang masuk
ke sungai
32
Lokasi
Studi
33
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan kelengkapan dalam melakukan penelitian yang sangat
berpengaruh terhadap hasil suatu penelitian .Instrumen yang diperlukan dalam
penelitian ini meliputi :
1. Meteran tangan (panjang 5 m) dan meteran roll (50 m)
Fungsi : mengukur penampang sungai
2. Peta dasar sistem aliran sungai
Fungi : menentukan sistem aliran, panjang DAS dan luas DAS
3. Botol sampel
Fungsi : untuk menyimpan sampel
4. Alat pH meter
Fungsi : untuk mengukur kadar keasaman/basa air
5. Turbidity meter
Fungsi : untuk mengukur kekeruhan air
6. TDS (Total Dissolved Solid)
Fungsi : untuk mengukur partikel padatan terlarut di air minum yang tidak tampak
oleh mata.
7. Potometer
Fungsi : untuk mengukur kecepatan penguapan air melalui daun secara kuantitatif
8. Sarung tangan dan masker
Fungsi : untuk melindungi kesehatan
34
DAFTAR PUSTAKA
1
RENCANA ANGGARAN BIAYA
a) Bahan penunjang 12%, bahan habis pakai 2%, Tenaga Kerja 29% dan Perjalanan
56%
1
JADWAL PENELITIAN
2
KETUA PENELITI
CURICULUM VITAE
A. DATA PRIBADI
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
LAMA TANGGAL,
WAKT BULAN TAHUN
U PENYELENGGAR
NAMA
N PENYELENG (HARI, AAN
KURSUS/PE TEMPAT
O GARA MINGG
LA TIHAN
U, SAMPA
MULAI
BULA I
N)
1 WORKSHOP UNUD DENPASAR 2 HARI 28 MEI 29 MEI
ON 2008 2008
3
INTERNATI
ONAL
UNIVERSIT
Y/INSTITUT
E
CONSORTIU
M FOR
CLIMATE
CHANGE
&NATUREL
DISASTER
2 TRAINING LPJKN BANDUNG 3 HARI 18 NOP 20 NOP
OF 2009 2009
ASSESSOR
FOR
PROFESSIO
NALS AND
SKILLED
PERSON IN
CONSTRUC
TION
SERVICES,A
ND
THEREFOR
E ELIGIBLE
TO BE
CANDIDATE
FOR
COMPETEN
CY
ASSESSOR
3 APCHI UNUD DENPASAR 1 HARI 2 2
ERGOFUTU AGUST AGUST
RE 2010 US 2010 US 2010
WORKSHOP
4 WORKSHOP UNUD DENPASAR 1 HARI 12 12
GREEN OKTOB OKTOB
ECONOMY ER 2010 ER 2010
DALAM
MENUJU
PEMBANGU
NAN
PARIWISAT
A
BERKELANJ
UTAN
4
5 WORKSHOP UNUD DENPASAR 1 HARI 14 14
STRATEGI OKTOB OKTOB
PEMBERDA ER 2010 ER 2010
YAAN
MASYARAK
AT DALAM
PENGELOL
AAN
SAMPAH
MENUJU
BALI
CLEAN AND
GREEN
6
D. PENGALAMAN MENGAJAR
LAMANYA
MENGAJAR MK
N NAMA MATA PRODI/JURUSA SEMESTE
TERSEBUT (TAHUN
O KULIAH N R
AJARAN)
MULAI SAMPAI
1 KONT KAYU T.SIPIL III 1990 1993
2 UKUR TANAH T.SIPIL I 1994 1997
3 MEK FLUIDA T.SIPIL III 1998 2009
4 REKAYASA T.SIPIL VI DAN 2010 2012
LINGKUGAN VIII
DAN AMDAL
WAKTU MENJABAT
NO NAMA JABATAN
MULAI SAMPAI
1 KA.LAB UKUR TANAH DAN 1992 1995
HIDROLIKA
2
3
4
5
TEMPAT
N JUDUL SUMBE
WAKTU PENELITIAN/PUBLIKA
O PENELITIAN R DANA
SI
5
1 Pengaruh Kadar 2007 Jurnal Wicaksana swadana
Air Kayu Olahan
Terhadap Mutu
Kayu
2 Klasifikasi kayu 2008 Perpustakaan Politeknik swadana
Albesia Negeri Bali,
berdasarkan hasil
uji kuat tekan dan
tarik
3 Stabilisasi tanah 2008 Perpustakaan Politeknik swadana
lempung dapat Negeri Bali
meningkatkan nilai
CBR
4 Pengaruh Solar 2009 Jurnal Ilmiah Universitas swadana
dalam air campuran Mahendrata
terhadap kuat tekan
beton
5 Pengaruh kualitas 2009 Perpustakaan Politeknik swadana
sumber daya air Negeri Bali
yang tercemar
calsiumsulfat
dalam campuran
beton
6 Pengaruh Deterjen 2009 Jurnal Logic swadana
dalam air campuran
terhadap kuat tekan
beton
7 Makna Arsitektur 2009 Wahana swadana
Bali menuju sebuah
kota Budaya
8 Pengelolaan dan 2009 Jurnal Wicaksana swadana
kebijakan dalam
penanganan
kerusakan hutan
mangrove
9 Studi Pola 2010 Jurnal Logic swadana
Penyediaan Air
Bersih di Nusa
Penida
10 Pengendalian 2010 Seminar Aplikasi swadana
Pencemaran Teknologi Prasarana
industri kecil di Wilayah
daerah aliran Tukad
Badung
11 Denpasar Garden 2010 Wahana swadana
City
6
12 Pengaruh Faktor 2010 Jurnal Wicaksana swadana
Perilaku
Masyarakat
Terhadap Banjir
Pada Saluran
Drainase Sistem III
Di Kota Singaraja
13 Klasifikasi Kuat 2011 Matrix swadana
Tekan Batu Bata
Yang Beredar di
Denpasar ( penulis
kedua)
14 Dinamika 2011 Wahana Swadana
Penduduk dan
Pembangunan
15 Pengaruh 2011 Proseding seminar Swadana
Hambatan samping Nasional Aplikasi
terhadap kapasitas Teknologi Prasana
ruas jalan Wilayah
Cokroaminoto
Denpasar
16 Studi Evaluasi 2012 Wicaksana jurnal Swadana
Pengelolaan lingkungan
Sampah dengan
konsep 3 R: studi
kasus kecamatan
Klungkung
Kabupaten
Klungkung
17 Pengelolaan 2012 Matrix Swadana
sampah dengan
konsep 3R studi
kasus : Kecamatan
Denpasar Selatan
Kodya Denpasar
18 Kajian Penyusunan 2012 Matrix Swadana
Review UKL dan
UPL Revitalisasi
TPA Temesi
19 Kajian Penyusunan 2013 Widya Teknik Swadana
UKL dan UPL pada
Proyek
Pembangunan
Sodetan Tukad
Bualu Nusa Dua
7
20 Menentukan 2014 Matrix Swadana
Orientasi Batang
Diagonal pada
Perencanaan
Struktur Rangka
Batang(kedua)
21 Korelasi antara 2014 Widya Teknik Swadana
Strategi Pemasaran
dengan Positioning
Usaha jasa
Pelaksanaan
Konstruksi di kota
Denpasar(kedua)
22 Technical Study Of 2014 Proceeding Tourism in Swadana
the Penet River Indonesia Bali
Utilization for
Water Tourism
Activities (kedua)
23 Analisis Tingkat 2014 Matrix Swadana
Pelayanan Jalan
dan Kualitas Udara
di kota
Denpasar(kedua)
24 Karakteristik 2015 Widya Teknik Swadana
Pemakaian Air
Bersih Kelompok
Rumah Tangga di
Kota
Singaraja(kedua)
25 Penggunaan Sistem 2015 Matrix Swadana
Manajemen
Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja(SMK3)
Terhadap
Produktivitas Kerja
Pekerjaan
Pembesian Balok
Struktur Beton
Bertulang di
Proyek Watermark
Hotel & Spa
Kedonganan(kedua
)
24 Kajian Penyusunan 2016 Prosiding “Contribution of Swadana
UKL da UPL pada Civil Engineering Toward
8
proyek Building Sustainable
Pembangunan City”
Bendungan
Lambuk
Tabanan(pertama)
25 Hubungan 2016 Widya Teknik Swadana
Motivasi kerja
terhadap kinerja
karyawan pada
perusahaan jasa
konstruksi(studi
kasus pada
PT.JAYA
KUSUMA
SARANA BALI)
(kedua)
Perbandingan 2017 Logic Swadana
26 Kebutuhan Biaya
Pekerjaan
Pengecoran Pelat
Lantai Metode
Konvesional
dengan Metode
Floor Deck studi
kasus pada
Pembangunan
Proyek The Hatten
Wines Bali(Kedua)
27 Analisis Penerapan 2017 Widya Teknik Swadana
K3 pada Proyek
Pembangunan SDN
1
Jimbaran(pertama)
28 Upaua Pengelolaan 2017 Prosiding ITS Swadana
Lingkungan Hidup
dan Upaya
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Pengamanan Pantai
Gunaksa dan
Watuklotok di Kab
Klungkung(pertam
a)
29 Assessment and Vol 23,number Advanced Science Letters hibah
Evaluation on the 12,December
Aquifer in 2017,pp12161
9
Denpasar -12167(7)
City(kedua)
30 Strength Analysis Vol 23,number Advanced Science Letters swadana
of Seririt Market 12,December
Building Structure 2017,pp.12136
After the -12140(5)
Fire(kedua)
31 Studi Evaluasi April 2018 Proseding Seminar Swadana
Perencanaan Nasional Teknologi 2018
Pemanfaatan
Danau Buyan
Provinsi Bali
32 Kajian Penyusunan Oktober 2018 Proseding Seminar Swadana
UKL dan UPL pada Nasional Sains dan
Proyek Teknologi 2018
Pembangunan
Bendungan Titab
Kabupaten
Buleleng
33 Analysis of the Nopember Logic ,vol 18 no 3 Swadana
implementation of 2018 Nopember 2018
occupational health
and safety
management
system on workers
productivity on
structural finishing
works of reinforced
concrete columns
(kedua)
TAHUN DICETAK/DIPUBLIKASIKAN
NO JUDUL
PEMBUATAN OLEH
1 MEKANIKA FLUIDA 2011 PNB
2 REKAYASA 2011 PNB
LINGKUNGAN
3
4
H. PENGALAMAN PENGABDIAN
10
1 PEMETAAN BADUNG 6 HARI PEMETAAN
WILAYAH DESA DI WILAYAH DESA
BR BUCU ,BR CABE
DAN BR BALER
PASAR DESA
DARMASABA ,KEC
ABIANSEMAL,KAB
BADUNG
2 PEMETAAN BADUNG 6 HARI PEMETAAN
WILAYAH DESA DI WILAYAH DESA
BR TELANGA,BR
GULINGAN DAN BR.
BERSIH DESA
DARMASABA,KEC
ABIANSEMAL,KAB
BADUNG
3 PEMBINA KEGIATAN KLUNGKUN 7 HARI MEMBERIKAN
BINA DESA DI KAB. G PENGARAHAN DAN
KLUNGKUNG BIMBINGAN KEPADA
MAHASISWA JUR
T.SIPIL PNB
4 SURVEYING CAMP BADUNG 6 HARI SURVEYING CAMP
DI DESA
PERERENAN KEC
MENGWI,KAB
BADUNG
5 PENYUSUN MATERI POLITEKNIK 1 HARI MENYEMPURNAKA
PEMBELAJARAN E- NEGERI BALI N MATERI MATA
LEARNING PADA KULIAH
PROGRAM STUDI
DIII T.SIPIL PNB
6 PEMETAAN LOKASI DENPASAR 1 HARI PEMETAAN LOKASI
DI PURA PRAPAT
NUNGGAL
7 EVALUASI DAN GIANYAR 1 HARI EVALUASI DAN
ANALISA ANALISA STRUKTUR
STRUKTUR BANGUNAN
BANGUNAN PADA
RENCANA
WANTILAN DESA
TEGALALANG
GIANYAR
I. PENGALAMAN KERJA
11
TUGAS PEKERJAAN
PAKET TOL
HUTAMA BENOA 11
1 SURVEYOR DENPASAR
KARYA TUBAN NUSA BULAN
DUA
2 PT.ARTHACON PEKERJAAN PENGAWAS 10 BULN KLUNGKUN
PELABUHAN G
GUNAKSA
3
4
5
K. PENGHARGAAN
INSTANSI YANG
NO NAMA PENGHARGAAN MEMEBERIKAN TAHUN
PENGHARGAAN
1 WORKSHOP PNB 2011
METODOLOGI
PENGAJARAN
2 PEMAKALAH SEMINAR ITS 2011
NASIONAL APLIKASI
TEKNOLOGI PRASANA
WILAYAH 2011
3 SHORT COURSE HAKI HAKI KOMDA BALI 2011
KOMDA BALI 2011
4 SOSIALISASI PEDOMAN PNB 2011
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA(K3)
5 PELATIHAN PNB 2011
PENYUSUNAN MATERI
E-LEARNING
6 SEMINAR PNB 2011
12
INTERNATIONAL
IMPROVING THE
QUALITY OF
VOCATIONAL
LEARNING EUROPEAN
PRACTICE
7 PELATIHAN LEARNING PNB 2011
MANAGEMENT SYSTEM
8 PELATIHAN PNB 2012
METODOLOGI
PENELITIAN DAN
PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT
9 INTERNATIONAL IHDN 2012
SEMINAR ON YOGA FOR
BETTER LIVING
10 PELATIHAN ANALISIS PNB 2012
OLAH DATA
11 PELATIHAN BUKU AJAR PNB 2012
12 PANITIA PELATIHAN BSK PNB 2012
TEKNISI
LABORATORIUM
KEBINAMARGAAN
13 SEMINAR PLANOLOGI UNHI 2012
2012 KOTA KREATIF
BERBASIS BUDAYA
UNGGUL
14 WORKSHOP PNB 2012
VIRTUALISASI
OPTIMALISASI DAN
EFESIENSI
INFRASTRUKTUR IT
15 PEMAKALAH SEMINAR UGM 2012
ILMIAH NASIONAL VIII-
UGM PENELITIAN
MASALAH
LINGKUNGAN DI
INDONESIA
16 INTERNATIONAL PNB 2012
SEMINAR ON WATER
SOLUTION FOR URBAN
RIVER
17 INTERNATIONAL PNB 2012
SEMINAR ON
STRENGTHENING
MICROFINANCE WITH
13
LOCAL CONTENTS
18 KULIAH TAMU MAJU PNB 2012
BERSAMA
MEMBANGUN INSAN
PROFESIONAL
BERKARAKTER
BANGSA
14
Semua data ciriculum vitae tersebut di atas saya buat dengan sebenarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
15
ANGGOTA PENELITI
PELATIHAN PROFESIONAL
Tahun Jenis Pelatihan (Dalam/Luar Negeri) Penyelenggara Jangka Waktu
2003 Pelatihan GIS (Geographic Information Proyek Irigasi Andalan 17-19 Nopember 2003
System) Bali,Departemen PU
2008 Pelatihan Management Workshop dan Politeknik Negeri Bali 3 hari
Laboratorium
2005 Pelatiah Metodologi Penelitian Politeknik Negeri Bali 26-27 April 2005
2005 Pelatihan Metodologi Pengabdian Kepada Politeknik Negeri Bali 28-29 April 2005
Masyrakat
1998 Pelatihan Profesional Sarjana Teknik Universitas Barwijaya 6 Juni -16 Juli 1998
Pengairan
16
PENGALAMAN MENGAJAR
Program
Mata Kuliah Institusi/Jurusan/Program Studi Sem/Tahun Akademik
Pendidikan
Hidrologi DIII Politeknik Negeri Bali/Teknik Sipil Genap /2005/2006
Rekayasa Pengairan III DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap /2005/2006
Pengujian Tanah II DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap /2005/2006
Aplikasi Komputer DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2006/2007
Hidrologi DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2006/2007
Aplikasi Komputer DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2007/2008
Kerja Plambing dan DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2007/2008
Hidrolika
Hidrologi DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2007/2008
Pengujian Tanah I DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2007/2008
Hidrologi DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2008/2009
Kerja Batu DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2008/2009
Hidrologi DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2008/2009
Kerja Batu DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2008/2009
Hidrologi DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2009/2010
Kerja Batu dan Drainase DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2009/2010
Teknik Lingkungan DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2009/2010
Metode Penulisan PTA DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2009/2010
Plambing dan Hidrolika DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2009/2010
Hidrologi DIII, DIV Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2010/2011
Teknik Pengairan DIII Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2010/2011
Kerja Batu dan Drainase DIV Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Ganjil/2010/2011
Metode Penulisan PTA DIV Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2010/2011
Plambing dan Hidrolika DIV Politeknik Negeri Bali /Teknik Sipil Genap/2010/2011
17
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun Judul Penelitian Ketua/Anggota Tim Sumber Dana
2011 Manajemen Risiko Operasi dan Pemeliharaan Waduk Ketua Mandiri
di Provinsi Bali
2010 Pengelolaan Daerah Pantai Candi Dasa Secara Terpadu dan Ketua Mandiri
Berkelanjutan
2009 Studi Pemilihan Alternatif Lokasi Embung Untuk Ketua Dana Hibah A2
Penyediaan Air Bersih di Kawasan Pura Besakih
2009 Pengembangan Sumber Daya Air untuk Penyediaan Air di Ketua Mandiri
Kawasan Wisata Batu Ampar Kabupaten Buleleng
2009 Perhitungan Kebutuhan dan Ketersediaan Air Serta Ketua Mandiri
Penetapan Volume Tampungan (Studi Kasus di Desa
Besakih)
2008 Pengaruh Konservasi Kawasan Tampaksiring Terhadap Ketua Mandiri
Sedimentasi di Tukad Pakerisan dan Tukad Petanu
2005 Hubungan Kedalaman Air (H) Dengan Debit Aliran (Q) Ketua Dana DIPA
Pada Suatu Penampang di Tukad Ayung
KARYA ILMIAH
18
Penampang di Tukad Ayung
KONFRENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
19
Kelurahan Bitra, Gianyar
2015 Pengabdian masyarakat dalam bentuk Desa Darmasaba Kabupaten Badung
pengukuran pemetaan situasi Pura Ntagana
Desa Darmasaba Kabupaten Badung
2015 Pengabdian masyarakat pemetaan kontur Kec Selemadeg Barat Kab. Tabanan
geografis jalur instalasi pipa air bersih
masyarakat desa Labak Suren Kec Selemadeg
Barat Kab. Tabanan
2014 Kegiatan Surveying Camp di Desa Peguyangan Kecamatan Denpasar Utara
Peguyangan Kecamatan Denpasar Utara Kota Kota Denpasar
Denpasar
2014 Kegiatan Iptek bagi Perkuatan Pelinggih Kelurahan Pedungan
Patok Pura Prapat Nunggal Kelurahan
Pedungan
2013 Kegiatan Penyelidikan Tanah, Sondir, dan Desa Sobangan, Kec. Mengwi, Kab. Badung
Boring Pura dalem Pusering Jagat Desa
Sobangan, Kec. Mengwi, Kab. Badung
2013 Kegiatan Penyelidikan Tanah, Sondir, dan Desa Adat Darmasaba, Kabupaten Badung
Boring Pura Gegelang Desa Adat Darmasaba,
Kabupaten Badung
2012 Pemetaan Wilayah Desa Sobangan, Mengwi , Desa Sobangan, Mengwi , Badung
Badung
2012 Pemetaan Wilayah Desa di Desa Buduk, Desa di Desa Buduk, Mengwi , Badung
Mengwi , Badung
2010 Pemetaan Wilayah Desa (Surveying Camp) Desa Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab
Badung
2010 Pemetaan Wilayah Desa (Surveying Camp) Dusun Nyayi, Desa Beraban, Kec. Kediri
Kab. Tabanan
2010 Pemetaan Wilayah Desa (Surveying Camp) Dusun Batu Gaing, Desa Beraban, Kec.
Kediri Kab. Tabanan
2008 Pemetaan Wilayah Desa (Surveying Camp) Desa Beraban Kec Kerambitan, Kab
Tabanan
2011 Penghijauan di Bendungan Telaga Tunjung Bendungan Telaga Tunjung, Kabupaten
Tabanan
2007 Pemetaan Wilayah Desa (Surveying Camp) Dusun Kukuh Pandean Desa
Munggu.Kecamata Mengwi Kab. Badung
2007 Pemetaan Wilayah Desa (Surveying Camp) Dusun Pemaron Desa Munggu Kecamatan
Mengwi, Kab Badung
2006 Survey dan Perencanan Pipa Air Minum Desa Buruan Kecamatan Penebel Kab.
Tabanan
20
2007-sekarang Kelompok Bidang Ketua Politeknik Negeri Bali
Keahlian (KBK)
PSDAL DIV
Manajemen Proyek
Kontruksi
21