1 DAFTAR ISI......................................................................................................................1
2 BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................2
MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN............................2
1.1.2 Maksud Penyusunan Laporan Keuangan...............................................................2
1.1.2 Tujuan Penyusunan Laoran Keuangan..................................................................3
LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN.....................................................6
SISTEMATIKA PENULISAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN.........................................9
3 BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN, DAN PENCAPAIAN TARGET
KINERJA APBD.....................................................................................................................11
2.1 EKONOMI MAKRO.........................................................................................................11
2.2 KEBIJAKAN KEUANGAN................................................................................................11
4 BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN ................................13
3.1. IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN SKPD................13
4.1. HAMBATAN DAN KENDALA YANG ADA DALAM PENCAPAIAN TARGET YANG TELAH
DITETAPKAN..........................................................................................................................14
1. Akuntabilitas
2. Manajemen
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
Neraca
Neraca UPTD Puskesmas Gunungtanjung merupakan laporan yang
menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada
tanggal tertentu. Kami mengklasifikasikan aset dalam aset lancar dan non lancar serta
mengklasifikasikan kewajiban menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
dalam neraca. Kami mengungkapan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup
jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar kembali dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan
diterima kembali atau dibayar kembali dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut :
a) Kas dan setara kas;
b) Investasi jangka pendek;
c) Piutang pajak dan bukan pajak;
d) Persediaan;
e) Investasi jangka panjang;
f) Aset tetap;
g) Kewajiban jangka pendek;
h) Kewajiban jangka panjang;
i) Ekuitas.
Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO), yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah daerah
untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Laporan
Operasional menyajikan pos-pos sebagai berikut :
a) Pendapatan-LO dari Kegiatan Operasional;
b) Beban dari Kegiatan Operasional;
c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional;
d) Surplus/defisit-LO
Bahwa kondisi ekonomi yang terus membaik ini, tidak diikuti oleh penurunan
inflasi, sehingga dimungkinkan adanya kenaikan harga-harga dasar, serta adanya
kebutuhan masyarakat secara nasional semisal kebutuhan pendidikan, sandang, pangan
dan perumahan yang semakin meningkat, maka dimungkinkan alokasi konsumsi
kesehatan penduduk menurun, dan harga-harga yang semakin naik akan menyebabkan
meningkatnya unit cost layanan kesehatan.
Dalam Konvensi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO,1948), UUD 1945 dan Undang-
Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan adalah
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun
upaya yang wajib dilakukan Pemerintah yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang merata, adil dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu Puskesmas
dan jaringannya sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan, mempunyai tugas
menjangkau dan dijangkau oleh masyarakat diwilayah kerjanya, sehingga Puskesmas
harus bertanggungjawab untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara proaktif
dan responsif.
Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan SKPD pada dasarnya memuat ikhtisar realisasi
pencapaian target Kinerja APBD. Target kinerja APBD tersebut merupakan gambaran
realisasi pencapaian efektif dan efisien pelaksanaan Program dan Kegiatan yang
dilaksanakan pada tahun anggaran 2019.
Untuk memberikan gambaran secara jelas ikhtisar pencapaian kinerja keuangan
dapat dilihat pada tabel bawah ini :
a. Tabel pencapaian target dan realisasi pendapatan
KURANG /
NO URAIAN JENIS ANGGARAN REALISASI %
(LEBIH)
PENDAPATAN
Kinerja mengenai anggaran pendapatan dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi
pendapatan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2019 di UPTD Puskesmas
Gunungtanjung.
b. Tabel pencapaian target dan realisasi belanja
KURANG /
NO URAIAN BELANJA ANGGARAN REALISASI %
(LEBIH)
Kinerja mengenai anggaran pendapatan dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp. 622.588.072 dari target yang ditetapkan
Rp. 632.427.578 atau 98,44 %.
4.1. Hambatan dan kendala yang ada dalam Pencapaian target yang telah ditetapkan
Pencapaian target dari sudut penyerapan anggaran tidak terdapat kendala yang
berarti hanya dalam teknis pengerjaan, namun dalam realisasi kegiatan dapat kami
sampaikan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Kegitan tidak sesuai dengan rencana anggaran ;
2. Masih kurangnya pemahaman tata kelola keuangan Puskesmas oleh semua
karyawan ;
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang
tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi
akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan
(limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan.
Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan
keuangan pemerintah, yaitu:
a. Materialitas
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah hanya
diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi
dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar laporan keuangan.
b. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan
segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya. Namun
demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
4.4.1 Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh
neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Masing- masing unsur
didefinisikan sebagai berikut :
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber- sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya;
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah;
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah.
4.4.2 Aset
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi aset
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi
4.4.3 Kewajiban
Karakterisitik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai
kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan
sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.
Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban
muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat,
lembaga keuangan, entitas pemerintah lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang
bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi jasa lainnya.
4.4.4 Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah yang merupakan selisih antara aset
dan kewajiban Pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas berasal dari ekuitas
awal ditambah (dikurang) oleh surplus/defisit LO dan perubahan lainnya seperti
koreksi nilai persediaan, selisih revaluasi aset tetap dan lain-lain.
Laporan Operasional menyajikan Pendapatan dan Beban yang menjadi hak dan
kewajiban Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dalam kegiatan operasional.
Laporan Operasional meliputi :
a. Pengakuan Hak Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya sebelum kas diterima
tanpa didahului oleh kas. Kategori hak pendapatan antara lain :
1. Hak yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya sebelum kas
diterima, dalam hal ini adalah pendapatan diakui setelah hak atas pendapatan
tersebut telah timbul berupa penetapan pendapatan baik ketetapan pajak,
retribusi maupun pendapatan lain yang sah.
2. Hak yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya bersamaan
dengan kas yang diterima, dalam hal ini adalah pendapatan yang tanpa
didahului penetapan pendapatan.
3. Hak yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya setelah kas
diterima, dalam hal ini adalah pendapatan diterima dimuka.
b. Pengakuan kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya atas pengakuan
beban tanpa didahului dengan pembayaran kas.
CaLK meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam
laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. CaLK juga mencakup
informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan
informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. CaLK mengungkapkan hal-
hal sebagai berikut:
a. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
d. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan;
e. Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
f. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.
Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa
atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan
didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan
estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian
cukup diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi apabila kriteria
pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi peristiwa atau keadaan lain
di masa mendatang.
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber dari
pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi, pungutan hasil
pemanfaatan kekayaan negara, transfer, dan setoran lain-lain, serta penerimaan
pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses pemungutan setiap unsur penerimaan
tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak pihak atau instansi.
Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk
mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih rinci, termasuk
pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai penyetorannya ke
Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah
periode akuntansi berjalan.
Pendapatan menurut basis kas diakui pada saat diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. Pendapatan menurut basis akrual
diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut.
Belanja menurut basis kas diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran
melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Belanja menurut basis akrual diakui pada saat timbulnya kewajiban atau pada saat
diperoleh manfaat.
4.6. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang Ada Dalam
Standar Akuntansi Pemerintah
5.1.1 Pendapatan
Pendapatan Daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas
umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar lagi oleh daerah. Ikhtisar
Pendapatan Daerah yang dikelola oleh Puskesmas Gunungtanjung adalah sebagai
berikut :
Anggaran Realisasi Rasio Realisasi
Pendapatan Daerah
2019 2019 % 2018
b. Pendapatan
Transfer/Dana 0 0 0
Perimbangan
c. Lain-lain Pendapatan 0 0 0
Yang Sah
Kinerja mengenai anggaran pendapatan dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
terdapat realisasi pendapatan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2019.
5.1.2 Belanja
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019 adalah semua Pengeluaran Kas Daerah
dalam periode Tahun Anggaran 2019 yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
daerah, meliputi semua pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu
tahun anggaran sebesar Rp. 861.981.864 dari anggaran Rp. 1.044.129.894 dengan
perincian sebagai berikut :
d. Belanja Transfer 0 0 0
A. Belanja Operasi
Belanja Operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-
hari pemerintah daerah yang terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa,
bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja modal. Dalam Tahun Anggaran
2019 Puskesmas Gunungtanjung merealisasikan belanja operasi sebesar Rp.
722.070.885 dari anggaran sebesar Rp. 822.943.594 Komposisi realisasi belanja
operasi sebagai berikut :
Sisa
Anggaran Realisasi Rasio
Belanja Operasi Realisasi
2019 2019 %
2019
c. Belanja Bunga 0 0 0 0
d. Belanja Subsidi 0 0 0 0
e. Belanja Hibah 0 0 0 0
f. Belanja Bantuan 0 0 0 0
Sosial
g. Belanja Bantuan
0 0 0 0
Keuangan
b. Tambahan
0 0 0
Penghasilan PNS
d. Belanja Honorarium
2.800.000 0 0 2.800.000
Non PNS
Belanja bahan/material
obat-obatan 56.262.811 21.111.200 35.151.611
Belanja perawatan
kendaraan bermotor 9.254.650 1.956.700 7.297.950
Belanja
kursus,pelatihan,sosialisasi
dan bimbingan teknis PNS 23.950.000 7.950.000 16.000.000
B. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi berupa
pengeluaran untuk perolehan aset tanah, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan
jaringan, dan aset tetap lainnya. Realisasi belanja modal dalam Tahun Anggaran
2019 adalah sebesar Rp. 139.910.979 dari anggaran sebesar Rp. 221.186.300
dengan rincian :
Anggaran Realisasi Rasio
Belanja Modal Lebih/Kurang
2019 2019 %
b. BM-Peralatan dan
121.186.300 45.800.000 37,80% 75,386.300
Mesin
d. BM-Jalan, Irigasi
0 0 0 0
dan Jaringan
e. BM-Aset Tetap
100.000.000 94.110.979 94,11% 5.889.021
Lainnya
D. Belanja Transfer
Belanja Transfer merupakan transfer bagi hasil ke desa yang meliputi bagi hasil
pajak dan bagi hasil retribusi. Realisasi Belanja Transfer pada Tahun Anggaran
2019 Nihil
5.1.3 Pembiayaan
Untuk UPTD Puskesmas Gunungtanjung tidak terdapat pos pembiayaan hanya ada di
SKPD.
5.2.1 Pendapatan-LO
Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Pendapatan Transfer dan Lain-lain Pendapatan yang Sah, dengan
realisasi dalam TA 2019 dan 2018.
Beban 10,75%
B. Beban Bunga
D. Beban subsidi
E. Beban Hibah
H. Beban Penyisihan
Piutang
I. Beban Lain-lain
K. Beban Transfer
Bantuan Keuangan Ke
Desa
L. Beban Transfer
Bantuan Keuangan lainnya
5.4.1 ASET
Neraca terdiri atas aset, kewajiban dan ekuitas dana. Untuk keperluan
penyajian secara komparatif dilakukan penyajian kembali (restatement) Neraca per 31
Desember 2019.
Penyajian kembali neraca dilakukan dikarenakan terjadi perubahan kebijakan
berkaitan dengan mulai diterapkannya SAP Berbasis Akrual pada TA 2014.
Pos-pos neraca yang terpengaruh oleh penyajian kembali neraca antara lain
piutang, beban dibayar di muka, pendapatan diterima di muka dan utang beban. Selain
itu, untuk akun ekuitas yang pada Neraca per 31 Desember 2019 dikelompokkan
menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan, pada
neraca per 31 Desember 2019 ekuitas tersebut digabungkan menjadi satu kelompok
ekuitas.
Selanjutnya pada penjelasan Neraca ini digunakan Neraca per 31 Desember
2019 setelah penyajian kembali sebagai komparatif.
Ringkasan Neraca per 31 Desember 2019 dan 2018 adalah sebagai berikut :
Kewajiban 0 0
Ekuitas 0 0
A. Aset Lancar
Aset lancar merupakan kelompok pos/rekening yang menggambarkan kekayaan
daerah yang dicairkan atau memiliki perputaran paling lama satu tahun terhitung
sejak tanggal neraca. Saldo keseluruhan kelompok akun aset lancar per 31
Desember 2019 dan 31 Desember 2018 nihil
a. Tanah 0 0
a. Tanah 0 0
- Tanah 0 0
- Alat-alat Berat
- Alat-alat Angkutan
- Instalasi
- Jaringan
Atas saldo aset tersebut di dalamnya termasuk aset rusak dan belum
dihapuskan.
Saldo aset tetap Konstruksi dalam Pengerjaan per 31 Desember 2019 dan 2018
NIHIL Rekap mutasi aset tetap berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut :
Jalan,
TAMBAH / Gedung Aset Konstruksi
URAIAN Peralatan Irigasi Akumulasi JUMLAH
KURANG Tanah dan Tetap Dalam
dan Mesin dan Penyusutan
Bangunan Lainnya Pengerjaan
Jaringan
HIBAH 0 0 0 0 0 0 0 0
MUTASI DARI
0 0 0 0 0 0 0 0
SKPD LAIN
REKLASIFIKASI 0 0 0 0 0 0 0 0
KAPITALISASI
BELANJA
0 0 0 0 0 0 0 0
BARANG DAN
JASA
ASET BELUM
0 0 0 0 0 0 0 0
TERBAYAR
KOREKSI 0 0 0 0 0 0 0 0
PENAMBAHAN
JUMLAH
0 518.606.652 0 0 0 0 0 612.717.631
PENAMBAHAN
C. KURANG HIBAH 0 0 0 0 0 0 0 0
MUTASI KE SKPD
0 0 0 0 0 0 0 0
LAIN
REKLASIFIKASI 0 0 0 0 0 0 0 0
TIDAK
0 0 0 0 0 0 0 0
DIKAPITALISASI
KOREKSI
PENGURANGAN / 0 0 0 0 0 0 (24.586.348,75) (24.586.348,75)
PENYUSUTAN
JUMLAH
0 0 0 0 0 0 (24.586.348,75) (24.586.348,75)
PENGURANGAN
SALDO AKHIR
0 991.413.304 0 0 94.110.979 0 (49.172.697,5) 1.036.351.585,5
(A+B-C)
Mutasi Aset Tetap terdiri atas mutasi penambahan dan mutasi pengurangan
Aset Tetap.
Penambahan Aset Tetap terdiri atas:
(1) Penambahan aset dari belanja modal tahun 2019 Rp. 612.717.631
(2) Pengurangan Aset Tetap Rp. 24.586.348,75
2. Akumulasi Penyusutan
Perhitungan penyusutan aset tetap dilakukan pertama kali pada proses
restatement atas Neraca Audited tahun 2014. Saldo akumulasi penyusutan
aset tetap tahun 2019 tidak termasuk penyusutan atas aset tetap yang telah
diusulkan penghapusannya dan telah dipindahbukukan ke kelompok Aset
Lainnya akun Aset Lain-lain, dengan rincian sebagai berikut :
C. Aset Lainnya
Aset Lainnya per 31 Desember 2019 Rp. 0 dan 31 Desember 2018 Rp. 0
.
5.4.2 Kewajiban
A. Kewajiban Jangka Pendek
Rekening ini menggambarkan jumlah kewajiban yang akan jatuh tempo
dalam waktu kurang dari satu tahun sejak tanggal 31 Desember 2019 dan 2018,
dengan saldo masing-masing dapat dirinci sebagai berikut :
Tahun 2018
Kewajiban Jangka Pendek Tahun 2019
(restatment)
Utang Bunga 0 0
Utang Beban 0 0
RK-PPKD 0 0
Jumlah 0 0
2) Utang Bunga
Utang Bunga merupakan reklasifikasi bagian lancar dari bunga
pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun anggaran
dengan saldo per 31 Desember 2019 dan 2018 nihil.
C. R/K PPKD
Rekening ini merupakan rekening perantara yang digunakan oleh SKPD
pada saat menerima SP2D dari BUD atau menyetor kas ke BUD. Saldo per 31
Desember 2019 dan 2018 Nihil
.
5.5.1 Ekuitas
Rekening ini menggambarkan jumlah kekayaan bersih yang menunjukkan
hak Pemerintah Daerah terhadap aset yang dikuasai, setelah dikurangi hak pihak
(claim) ketiga terhadap aset tersebut. Hak pihak ketiga ini merupakan kewajiban
yang harus diselesaikan meliputi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang.
Ekuitas pada Neraca SKPD Rp. 930.307.359,25 per 31 Desember 2019 dan
2018 adalah sebesar Rp. 613.399.889,25
Koreksi Ekuitas merupakan koreksi atas ekuitas awal yang disebabkan
karena perubahan kebijakan akuntansi terutama berkaitan dengan penerapan SAP
Berbasis Akrual untuk pertama kali. Namun untuk tahun 2019 tidak terdapat
Koreksi Ekuitas yang dilakukan karena adanya koreksi pembukuan termasuk
koreksi atas pencatatan aset.
5.5. Pengungkapan Atas Pos-pos Aset Dan Kewajiban Yang Timbul Sehubungan
Dengan Penerapan Basis Akrual Atas Pendapatan Dan Belanja Serta
Rekonsiliasinya Dengan Penerapan Basis Kas, Untuk Entitas Akuntansi /
Entitas Pelaporan Yang Menggunakan Basis Akrual Pada Pemerintah Daerah
No Uraian Rp.
Penambahan
Pengurangan
C. Jumlah Pengurangan 0
622.588.072 622.588.072
Penambahan : 0
Pengurangan : 0
Tidak terdapat selisih antara Belanja Laporan Operasional (LO) dengan belanja
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Untuk Tahun Anggaran 2019 maka
bernilai Rp. 0 (Nihil)
3. Belanja Hibah
b. TRANSFER
Belanja Transfer pada Laporan Realisasi Anggaran terealisasi sebesar Rp. 0 (nihil)
A. UMUM
B. ORGANISASI