Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Panjar 2(2) (2020): 29-34

JURNAL PANJAR

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/panjar/

Psikoedukasi Kebijaksanaan (Wisdom) untuk Meningkatkan


Pengetahuan Pemecahan Masalah pada Siswa Sekolah Rakyat
Ancol (SRA)

Riana Sahrani, Rahmah Hastuti, Andri Setia Dharma

Universitas Tarumanagara, Indonesia

Info Articles Abstrak


___________________ ____________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilakukan bertujuan untuk mengenalkan
Disubmit 26 Juni 2020 lebih jauh mengenai konsep wisdom (kebijaksanaan), khususnya pada para remaja.
Direvisi 11 Juli 2020 Kebijaksanaan diartikan kepandaian individu dalam menggunakan akal-budinya
Disetujui 1 Agustus 2020 berdasarkan pengalaman dan pengetahuan, bersamaan dengan pengintegrasian pikiran,
___________________ perasaan, dan tingkah laku, serta adanya kemauan untuk mengevaluasi diri, dalam
Keywords: menilai dan memutuskan suatu masalah, sehingga tercipta keharmonisan antara individu
Wisdom (kebijaksanaan), dan lingkungan. Maka penting sekali membekali remaja dengan pengetahuan mengenai
karakteristik kebijaksanaan, pemecahan masalah, mengingat masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak
pengetahuan pemecahan dan konflik, yang seringkali belum mampu diatasi dengan baik dan benar oleh para remaja
masalah, remaja itu sendiri. Apalagi hasil penelitian terdahulu menghasilkan temuan bahwa para remaja
_______________________ juga dapat bijaksana, karena mereka sekalipun sudah mempunyai ‘bibit-bibit
kebijaksanaan’, yang apabila dikembangkan dapat menjadi suatu hal yang luar biasa.
Adapun peserta PKM ini adalah siswa-siswi Sekolah Rakyat Ancol (SRA) yang
berjumlah 44 orang, tingkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama) dengan usia 12-18
tahun. Peserta diberikan soal cerita terlebih dahulu sebelum psikoedukasi, untuk melihat
baseline pengetahuan mereka mengenai pemecahan masalah, yang merupakan indikator
kebijaksanaan. Hasilnya adalah beberapa peserta mengalami peningkatan dalam hal
pengetahuan dalam pemecahan masalah dengan psikoedukasi yang telah diberikan.

Alamat Korespondensi: p-ISSN 2656-2405
E-mail: rianas@fpsi.untar.ac.id

29
Jurnal Panjar 2(2) (2020): 29-34

PENDAHULUAN remajalah bibit-bibit kebijaksanaan itu muncul


(Pasupathi, Staudinger, & Baltes, 2001). Remaja
Wisdom (Kebijaksanaan) adalah yang sudah mencapai kemampuan berfikir secara
kepandaian individu dalam menggunakan akal- hypothetical deductive reasoning, sehingga akan
budinya berdasarkan pengalaman dan lebih mampu menganalisa masalah mencari
pengetahuan, bersamaan dengan pengintegrasian strategi penyelesaiannya. Dalam hal ini para
pikiran, perasaan, dan tingkah laku, serta adanya remaja mempunyai bibit kebijaksanaan, karena
kemauan untuk mengevaluasi diri, dalam menilai mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
dan memutuskan suatu masalah, sehingga dunia sehingga punya bekal untuk memecahkan
tercipta keharmonisan antara individu dan permasalahan sehari-hari.
lingkungan (Sahrani, Matindas, Takwin, & Smith dan Baltes (1990) mengadakan
Mansoer, 2014). Kebijaksanaan itu dapat saja penelitian mengenai pengetahuan yang
diperoleh oleh remaja sekalipun, walaupun para berhubungan dengan kebijaksanaan (wisdom-
orang lanjut usia yang diyakini mempunyai related knowledge). Mereka menemukan bahwa
potensi yang lebih besar untuk menjadi orang para remaja sebenarnya cukup mampu
yang bijaksana. Namun demikian, bukan berarti menunjukkan bibit kebijaksanaan tersebut. Hal
remaja tidak memiliki pemahaman sendiri ini karena dalam wisdom-related knowledge ini ada
mengenai konsep kebijaksanaan. Hasil penelitian dua tahapan yang dapat dilalui seseorang untuk
sebelumnya menunjukkan hal tersebut, bahwa menjadi orang yang bijaksana, yaitu tahapan
para remaja juga dapat mengenali apa saja yang basic level dan meta level. Remaja dalam penelitian
merupakan karakteristik orang yang bijaksana. tersebut dapat mencapai basic level ini, yaitu
Penelitian mengenai faktor-faktor terdiri dari dua aspek: factual dan procedural
karakteristik kebijaksanaan pada remaja knowledge about life. Baltes & Smith (dalam
(Sahrani, 2019) menghasilkan temuan, bahwa Kazdin, 2000) menjelaskan sebagai berikut: (1)
ada 3 (tiga) faktor karakteristik kebijaksanaan factual knowledge about life, yaitu mempunyai
menurut remaja. Ketiga faktor tersebut adalah: pengetahuan atau fakta-fakta/ kenyataan dalam
(1) Berpikir Cerdas; (2) Kepribadian Positif; (3) kehidupan. Jadi mempunyai pemahaman dan
Keterandalan dalam Bertindak. Butir yang paling pandangan yang luas mengenai kondisi umum
berkontribusi dari Faktor Berpikir Cerdas adalah dan khusus seorang manusia (contohnya
“hati-hati dalam bertindak” (.790); selanjutnya kejadian atau perubahan dalam kehidupan
butir yang paling berkontribusi dari Faktor seseorang). Selanjutnya, (2) Procedural knowledge
Kepribadian Positif adalah “setia” (.701); about life, yaitu Kaya akan pengetahuan atau
terakhir butir yang paling berkontribusi dari prosedur dalam kehidupan. Jadi mempunyai
Faktor Keterandalan dalam Bertindak adalah pemahaman mengenai berbagai macam strategi
“mampu memgemukakan pendapat dan pengambilan keputusan, bagaimana membuat
berkomunikasi” (.731). Jadi remaja dan menseleksi tujuan serta cara
berpandangan bahwa orang yang bijaksana itu memperolehnya, mengetahui apa yang harus
harus mempunyai pengetahuan yang luas, dilakukan bila menemui suatu masalah, tahu
sehingga dapat bertindak secara berhati- pada siapa harus bertanya, dan juga strategi
hati/waspada, setia atau loyal khususnya pemberian nasehat.
terhadap apa yang diyakininya benar, dan Maka dalam Pengabdian Kepada
mampu beradaptasi dengan lingkungan melalui Masyarakat (PKM) ini, peneliti memberikan
komunikasi. Psikoedukasi pada remaja mencapai Factual dan
Pada dasarnya kebijaksanaan tidak Procedural Knowledge of Life kepada remaja,
mengenal usia, karena siapapun bisa menjadi sebagai pengetahuan mengenai bagaimana
orang yang bijak, tidak terkecuali anak-anak. memecahkan permasalahan sehari-hari di
Namun demikian, penelitian yang dilakukan lingkungan remaja. Dengan mengetahui atau
menghasilkan temuan bahwa pada saat memahami wawasan dasar mengenai

30
Jurnal Panjar 2(2) (2020): 29-34

permasalahan sehari-hari yang terjadi di didukung dengan tenaga pengajar yang memiliki
lingkungan, serta bagaimana strategi kompetensi di bidang pendidikan. Namun,
menanganinya, maka diharapkan para remaja ini tenaga pengajar kerap kali mengalami
akan semakin baik dalam menunjukkan perilaku perubahan, karena disebabkan bahwa mereka
yang bijaksana. yang menjadi tenaga pengajar di SRA merupakan
Guna memunculkan dan mengukur tenaga sukarela. Walau demikian, para guru
wisdom related knowledge ini, para peneliti memiliki kecintaan serta minat tinggi dalam
meminta partisipan penelitian memecahkan pendidikan, sehingga mendedikasikan waktunya
dilema kehidupan yang sulit seperti antara lain untuk mengajar di SRA dengan segala
sebagai berikut: tantangannya.
 “Bayangkan seorang teman baik anda menelpon Tantangan terbesar bersumber dari
anda dan mengatakan bahwa ia akan orangtua para siswa SRA. Orangtua kurang
melakukan bunuh diri. Apa yang akan anda memiliki perhatian terhadap pendidikan anak.
pikirkan dan bagaimana anda menghadapi hal Hal tersebut didasari oleh faktor keadaan sosial
ini ?” ekonomi ataupun latar belakang sosial dari para
 “Kadang-kadang ketika seseorang memikirkan orangtua siswa SRA. Mereka umumnya bekerja
kembali kehidupannya, ia menyadari bahwa ia sebagai buruh atau pekerja serabutan. Selain itu
tidak mencapai apa yang pernah ia rencanakan ada pula anak-anak yang sepertinya kurang
sebelumnya. Apa yang seharusnya ia lakukan mempunyai motivasi belajar, ada juga yang
dan pertimbangkan dalam situasi seperti ini ?” kurang mempunyai ketrampilan sosial yang baik,
Partisipan dalam hal ini diminta untuk atau memiliki pemahaman moral yang kurang,
“think aloud” (mengutarakan langsung secara sehingga tidak jarang mereka kesulitan dalam
lisan dan terbuka) atau bisa juga ditulis (Sahrani, mencari solusi dari permasalahan yang terjadi
2004) mengenai dilema ini. Dua kriteria wisdom sehari-hari.
tadi dipakai untuk mengevaluasi jawaban-
jawaban tersebut (Staudinger, Smith, & Baltes, METODE
1994).
Mengacu pada contoh-contoh di atas, Desain penelitian ini adalah berupa
peneliti merancang topik-topik yang memang Psikoedukasi, yaitu memberikan ceramah yang
berkaitan dengan para remaja di Sekolah Rakyat bersifat mengedukasi, bisa dikatakan sebagai
Ancol (SRA) yang akan diberikan Psikoedukasi semi pelatihan, agar para remaja di Sekolah
mengenai Kebijaksanaan ini. Setelah pengusul Rakyat Ancol (SRA) mengetahui terlebih dahulu
melakukan pendekatan dengan pihak sekolah apa itu konsep kebijaksanaan. Kemudian setelah
dan juga beberapa murid di SRA, guna mengetahui mereka diajak untuk memikirkan
mendapatkan informasi mengenai permasalahan strategi-strategi tertentu untuk mengatasi
apa yang sering muncul di sekolah tersebut. PT. permasalahan yang ada di lingkungan mereka
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. merupakan sehari-hari dengan cara yang bijak. Adapun
stakeholder utama dari SRA. PT. Pembangunan peserta dari PKM ini adalah siswa-siswi SRA
Jaya Ancol, Tbk. bekerja sama dengan Yayasan berjumlah 44 orang. Para remaja ini masih duduk
Sekolah Rakyat Indonesia (YSRI) memberikan di SMP (Sekolah Menengah Pertama), berusia
kesempatan kepada anak putus sekolah dari 12-18 tahun.
keluarga kurang beruntung secara ekonomi untuk Psikoedukasi mengenai kebijaksanaan
melanjutkan sekolahnya ke tingkat Sekolah akan dilaksanakan di SRA atau di sekolah
Menengah Pertama (SMP). Terdapat dua lokasi mereka. Adapun instrumen PKM berupa PPT
belajar yaitu SRA 1 yang terletak di wilayah mengenai kebijaksanaan dan juga permasalahan-
Kelurahan Pademangan Barat dan SRA 2 yang permasalahan yang akan dibahas dan
terletak di wilayah Kelurahan Ancol, dengan didiskusikan bersama. Selain itu juga diberikan 5
total siswa berjumlah sekitar 120 siswa dan

31
Jurnal Panjar 2(2) (2020): 29-34

soal cerita sebagai soal pre-test dan post-test, keuntungan dan kerugian, mengetahui siapa
sebagai berikut: yang dapat memberikan bantuan.
1. Apabila ada temanmu seringkali mengejek 3. Membuat beberapa perencanaan untuk
kekuranganmu, apakah yang kamu pikirkan masa depan dari tokoh cerita tersebut,
dan rasakan? Bagaimana tindakanmu dalam mengetahui cara untuk mencapai tujuan-tujuan
menghadapi hal tersebut? jangka pendek dan panjang, mengevaluasi dan
2. Apabila kamu melihat ada temanmu yang mengetahui cara untuk memonitor kemajuan dan
suka membully teman kamu lainnya, apa mengkaji ulang tujuan.
yang kamu pikirkan dan rasakan? Apa yang Adapun prosedur pelaksanaan PKM
akan kamu lakukan? adalah pertama peneliti memberikan ceramah
3. Apabila ada temanmu yang suka sekali mengenai Psikoedukasi mengenai Kebijaksanaan
bermain handphone, namun ia baru saja pada remaja/siswa-siswi SRA, terutama
diberitahu gurumu kalau ia terancam tidak mengenai konsep kebijaksanaan itu sendiri,
naik kelas karena nilai raportnya buruk. Apa komponen dari kebijaksanaan (terutama
yang kamu pikirkan dan rasakan? mengenai basic level dari kebijaksanaan), dan
Bagaimana tindakanmu selanjutnya terakhir mengenai permasalahan sehari-hari yang
terhadap temanmu tersebut? dihadapi para remaja. Kemudian diadakan
4. Apabila kamu diminta orangtuamu untuk diskusi mengenai apa saja permasalahan mereka
berhenti sekolah, karena kondisi keuangan sehari-hari di keluarga, sekolah, dan lingkungan
keluarga. Apakah yang kamu pikirkan dan sekitar, serta bagaimana strategi penyelesaian
rasakan? Bagaimana tindakanmu masalahnya. Pelaksanaan PKM ini adalah pada
selanjutnya? tanggal 29 April 2019.
5. Apabila di sekolah kamu menemui kesulitan Teknik analisa data yang dilakukan
dalam suatu pelajaran, sehingga nilaimu peneliti adalah pada awal dan akhir PKM akan
buruk. Apakah yang kamu pikirkan dan diberikan pre dan post test, mengenai beberapa
rasakan? Apa yang akan kamu lakukan pertanyaan mengenai bagaimana/strategi
selanjutnya? pemecahan masalah (studi kasus). Hasil dan post
Dalam menilai jawaban-jawaban yang test ini akan diolah secara kualitatif oleh para
diberikan maka akan diberikan pedoman pengusul, untuk melihat apakah sudah terdapat
mengenai karakteristik jawaban yang perubahan dari pola pikir sebelum dan sesudah
mendapatkan nilai tinggi berdasarkan kriteria psikoedukasi mengenai kebijaksanaan dan cara
wisdom sebagai berikut (Smith & Baltes, 1990). mengatasi permasalahan sehari-hari.
Maka untuk mendapatkan nilai yang tinggi
responden harus : HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Mendiskusikan masalah tersebut dengan
berbagai cara sehingga mengindikasikan bahwa Jumlah siswa yang mengikuti
mereka mempunyai pengetahuan yang dalam psikoedukasi berjumlah 44 siswa, yant terdiri
mengenai persoalan kehidupan. Kedalaman dari: 11 orang siswa laki-laki (25%) dan 33 orang
jawaban ini dicerminkan dengan diskusi yang siswa perempuan (75%). Mereka berusia 12-18
mendetil terhadap masalah dengan tahun, dengan jenjang pendidikan kelas 7, 8, dan
memperhatikan kondisi umum dari kehidupan, 9 (SMP).
contohnya sumber dari kejadian dan keputusan Adapun hasil pre-test mereka antara lain
tersebut; emosi dan kebutuhan individu; adalah: permasalahan penampilan (tubuh terlalu
kesehatan. kurus atau terlalu gemuk, ingin menebalkan alis
2. Memiliki strategi dan prosedur dari mata, ingin meninggikan badan, ingin
pengambilan keputusan dalam masalah menggemukkan badan, ingin menguruskan
kehidupan, contohnya keseimbangan antara badan, ingin memutihkan tubuh, dan lain
sebagainya). Permasalahan lain adalah dari segi

32
Jurnal Panjar 2(2) (2020): 29-34

keluarga dan keuangan (tidak mempunyai uang, tidak memikirkan permasalahan tersebut, dengan
masalah ekonomi keluarga, dan lain sebagainya), cara tidak memikirkan perkataan negatif dari
permasalahan interaksi dengan teman sebaya orang lain. Mereka cenderung berusaha mencari
(dijauhi teman), serta permasalahan emosi atau kesibukan lain, agar pikiran tidak terpaku pada
kepribadian (merasa mudah tersinggung, tidak hal tersebut, selain juga berusaha melupakan
bahagia, kurang percaya diri, kurang mampu permasalahan tersebut. Ada juga siswa yang
mengontrol emosi, dan lain sebagainya. berusaha mendekatkan diri pada Tuhan dengan
Agar dapat menilai jawaban-jawaban yang cara berdoa, agar bisa mengatasi
diberikan maka seharusnya berpatokan pada permasalahannya. Kemudian dari segi afektif,
pedoman mengenai karakteristik jawaban yang mereka merasakan perasaan sakti hati (emosi
mendapatkan nilai tinggi berdasarkan kriteria negatif), namun karena tidak mampu mengatasi
wisdom sebagai berikut (Smith & Baltes, 1990), masalah maka mereka berusaha bersabar saja.
yaitu : Persoalan yang terkait dengan soal factual Namun demikian, beberapa siswa
and procedural knowledge, yaitu sampai sejauh mengalami peningkatan pengetahuan mengenai
mana jawaban responden dapat mencerminkan pemecahan masalah, misalnya ada beberapa
pengetahuan mereka mengenai situasi atau siswa yang sebelumnya mengatakan bahwa
masalah sulit dalam kehidupan dan mengenai mereka cenderung pasrah dan pergi apabila ada
perencanaan masa depan. Maka untuk teman yang cenderung menyakiti hati mereka.
mendapatkan nilai yang tinggi maka responden Setelah psikoedukasi ini, mereka mengetahui
harus (1) mendiskusikan masalah tersebut bahwa mereka seharusnya mengatakan secara
dengan berbagai cara sehingga mengindikasikan terus-terang mengenai perasaan mereka terhadap
bahwa mereka mempunyai pengetahuan yang orang yang menyakiti hati mereka, misalnya
dalam mengenai persoalan kehidupan. dengan mengatakan: “memangnya ada yang
Kedalaman jawaban ini dicerminkan dengan salah ya dengan diri saya, sehingga kamu
diskusi yang mendetil terhadap masalah dengan menyakiti hati saya? Coba tolong katakana
memperhatikan kondisi umum dari kehidupan, sejujurnya.”
contohnya sumber dari kejadian dan keputusan
tersebut; emosi dan kebutuhan individu; SIMPULAN
kesehatan; (2) memiliki strategi dan prosedur dari
pengambilan keputusan dalam masalah Kesimpulan dari PKM ini adalah
kehidupan, contohnya keseimbangan antara pengenalan atau psikoedukasi mengenai
keuntungan dan kerugian, mengetahui siapa kebijaksanaan berlangsung cukup efektif, karena
yang dapat memberikan bantuan; dan (3) siswa menjadi tahu apa itu konsep kebijaksanaan
membuat beberapa perencanaan untuk masa dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan
depan dari tokoh cerita tersebut, mengetahui cara sehari-hari. Namun demikian, baru beberapa
untuk mencapai tujuan-tujuan jangka pendek dan siswa yang tampaknya mengalami peningkatan
panjang, mengevaluasi dan mengetahui cara pengetahuan mengenai pemecahan masalah
untuk memonitor kemajuan dan mengkaji ulang setelah diberikan psikoedukasi kebijaksanaan ini.
tujuan. Beberapa kendala yang terjadi adalah,
Namun demikian, setelah peneliti menkaji masih ada beberapa siswa yang salah mengerti
semua jawaban pre-test dan post-test dari para mengenai soal dan bagaimana cara
siswa, maka jawaban mereka tidak memenuhi menjawabnya. Kepercayaan diri para siswa
kriteria untuk dinilai dengan pedoman seperti di tampaknya masih perlu diperkuat lagi, agar
atas. Maka peneliti menginterpretasi jawaban berani bertanya langsung pada peneliti mengenai
tersebut berdasarkan analisa kualitatif saja. Pada hal tersebut. Selain itu, peneliti berpikir bahwa
dasarnya jawaban mereka dapat dikategorikan diperlukan waktu yang lebih banyak/lama
hampir sama, karena untuk memecahkan dengan cara memberikan psikoedukasi secara
masalah secara kognitif, mereka lebih memilih berulang, agar konsep kebijaksanaan ini dapat

33
Jurnal Panjar 2(2) (2020): 29-34

dicerna siswa secara lebih baik, sebelum akhirnya DAFTAR PUSTAKA


diterapkan dalam membuat strategi pemecahan
masalah. Kazdin, A. E. (2000). Encyclopedia of Psychology (vol. 8).
Saran yang dapat diajukan adalah PKM London: Oxford University Press.
Pasupathi, M., Staudinger, U. M., & Baltes, P. B.
mengenai kebijaksanaan ini sebaiknya terus
(2001). Seed of wisdom: Adolescents’
disebar-luaskan, sehingga lebih banyak siswa
knowledge and judgment about difficult life
yang mengetahuinya dan dapat menerapkan problems. Developmental Psychology, 37, 351-
dalam kehidupan mereka sehari-hari. 361.
Psikoedukasi ini juga sebaiknya diberikan kepada Sahrani, R. (2019). Faktor-faktor karakteristik
para guru di sekolah, agar para guru dapat kebijaksanaan menurut remaja. Jurnal Psikologi
menyampaikannya kembali kepada para siswa, Sosial, 17(1), 36-45.
sekaligus menerapkannya dalam kehidupan Sahrani, R., Matindas, R. W., Takwin, B., & Mansoer,
sehari-hari, khususnya sebagai guru di sekolah. W. W. (2014). The role of reflection of difficult
life experiences on wisdom. Journal of the Indian
Demikian pula dengan para orang tua murid,
Academy of Applied Psychology, 40(2), 315-323.
sebaiknya mereka juga diberikan psikoedukasi
Smith, J., & Baltes, P. B. (1990). Wisdom-related
kebijaksanaan serupa. knowledge: Age/cohort differences in response
to life planning problems. Developmental
Psychology 26, 494-505.
Smith, J., Staudinger, U. M., & Baltes, P. B. (1994).
Occupational settings facilitating wisdom-
related knowledge: The sample case of clinical
psychologists. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 62, 989-999.
Staudinger, U. M., Lopez, D. F., & Baltes, P.B. (1997).
The psychometric location of wisdom-related
performance: Intelligence, personality, and
more? Personality and Social Psychology Bulletin,
23, 1200-1214.
Staudinger, U. M., Smith, J., & Baltes, P. B. (1994).
Gambar 1. Para peserta dan guru SRA, beserta Manual for the assessment of wisdom-related
knowledge. Berlin: Max Planck Institute for
para fasilitator psikoedukasi wisdom
Human Development and Education.
Sternberg, R. J. (1990). Wisdom: its nature, origins, and
development. New York: Cambridge University
Press.

34

Anda mungkin juga menyukai