Buku Psikologi Pengasuhan
Buku Psikologi Pengasuhan
M
PL
E
E
PL
M
SA
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana
yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa:
Kutipan Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,-
(seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,-(satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam
bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,-(empat miliar rupiah).
Dr. Nurussakinah Daulay, M.Psi., Psikolog
E
PL
M
SA
Editor
Ade Chita Putri Harahap, M.Pd., Kons.
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA DARI ANAK-ANAK
DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
(Neurodevelopmental Disorders)
Edisi Pertama
Copyright © 2020
ISBN 978-623-218-688-0
ISBN (E) 978-623-218-689-7
15,5 x 23 cm
xii, 222 hlm
Cetakan ke-1, November 2020
Kencana. 2020.1350
E
PL
Penulis
Dr. Nurussakinah Daulay, M.Psi., Psikolog
M
Editor
Ade Chita Putri Harahap, M.Pd., Kons.
SA
Desain Sampul
Irfan Fahmi
Penata Letak
Rendy & Iam
Penerbit
KENCANA
Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta 13220
Telp: (021) 478-64657 Faks: (021) 475-4134
Dilarang memperbanyak, menyebarluaskan, dan/atau mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini
dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin tertulis
dari penerbit dan penulis.
PENGANTAR PENULIS
E
ALHAMDULILLAHIROBBILAALAMIIN....
PL
Buku ini yang berjudul Psikologi Pengasuhan bagi Orang Tua dari
Anak-Anak dengan Gangguan Perkembangan Saraf (Neurodevelopmental Di
M
(seperti, mahalnya biaya terapi anak, stigma negatif yang diterima dari
PL
vi
PENGANTAR PENULIS
Penulis
PL
Nurussakinah Daulay
M
SA
vii
SA
M
PL
E
PENGANTAR EDITOR
P uji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa
atas segala berkah, nikmat, dan rahmat-Nya kepada kita semua, se
hingga buku ini dapat diterbitkan. Selawat beserta salam kita hadiahkan
kepada Junjungan Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita dari
E
alam kegelapan kepada alam yang terang benderang penuh dengan ilmu
PL
Editor,
Ade Chita Putri Harahap, M.Pd., Kons.
M
SA
x
DAFTAR ISI
PENGANTAR PENULIS V
PENGANTAR EDITOR IX
E
PL
A. Pendidikan Khusus.....................................................205
B. Pendidikan Inklusi......................................................207
C. Pusat Layanan Autis Indonesia..................................213
REFERENSI........................................................................216
xii
Bab 1
PENGASUHAN ORANG TUA
mendukung anak. Interaksi yang terjalin antara anak dan orang tua
PL
dan sebaliknya sikap orang tua pun akan memengaruhi respons anak.
SA
2
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
trol mereka. Orang tua membiarkan anak melakukan apa yang di
PL
3
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
4
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
anak mental disability (anak berusia 7-12 tahun) dan sikap perawatan orang
PL
nolakan dan sikap perawatan orang tua, dan dampak jenis kelamin dan
SA
5
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
yani & Koentjoro, 2004). Keterlibatan ayah umumnya dikenal dengan is
tilah paternal involvement atau father involvement. Keterlibatan ayah dalam
M
6
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
2013; Tehee, Honan, & Hevey, 2009), sementara seorang ayah akan lebih
PL
tivasi bagi ayah dalam pengasuhan bagi anak-anak istimewa ini. Bersyukur
dibuktikan dengan menerima, menjalani dengan tidak mengeluh, semakin
menguatkan ayah untuk memberikan yang terbaik bagi pengasuhan dan
kehidupan anaknya. Seorang ayah terkadang dianggap jarang terlibat
langsung dalam pengasuhan anaknya, pada hal peran ayah tak kalah
penting dengan peran ibu, terutama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga dan memberikan dukungan bagi pasangannya.
7
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
dan psikis adalah ibu yang mampu mendidik dan mengasuh anak-anaknya
dengan penuh kasih sayang, kesabaran, keuletan serta bertanggung jawab
anaknya kelak menjadi sosok individu yang bermanfaat.
Hubungan yang erat dengan ibu di tahun pertama kehidupan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang anak yang
selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Peran ibu sedini mungkin
akan membuat anak merasa aman dan nyaman karena adanya kontak fi
sik ketika ibu menyusui anak segera setelah lahir. Kekurangan kasih sa
yang ibu pada tahun pertama kehidupan mempu nyai dampak negatif
pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi (Soet
jiningsih, 2004).
Setiawati (2014) menekankan peran ibu bagi anak-anaknya adalah:
1) membina keluarga sejahtera sebagai wahana penanaman nilai agama,
etika, moral dan nilai-nilai leluhur bangsa, sehingga memiliki integritas
kepribadian dan etos kemandirian yang tangguh; 2) mem per
hatikan
kebutuhan anak (perhatian, kasih sayang, penerimaan, perawatan); 3)
bersikap bijaksana dengan menciptakan dan me melihara kebahagiaan,
kedamaian dan kesejahteraan yang berkuali tas dalam ke luarga serta
E
8
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
dua sumber daya yang dimiliki oleh orang tua, yaitu sumber daya perso
PL
nal (misalnya pengetahuan, perasaan yakin dan mampu) dan sumber da
ya keluarga (misalnya kondisi sosial ekonomi, struktur keluarga). Selain
M
sumber daya, maka dukungan sosial dianggap sebagai faktor yang me
SA
9
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial. Orang tua tidak dapat berdiri
sendiri dalam pengasuhan anak, sehingga di butuhkan penanganan
M
yang bersifat terpadu dan bekerja sama antara orang tua, keluarga,
SA
para profesional dan lembaga resmi. Keluarga harus kuat secara fisik
dan psikis dalam mengasuh anak, sehingga akan menghasilkan sikap
yang positif dan lebih me nerima kondisi anaknya. Orang tua dan
keluarga yang bersikap positif terhadap anak biasanya akan membuat
anak-anak lebih mudah untuk diarahkan dan menunjukkan sikap
yang lebih positif pula.
Keterlibatan atau kerja sama orang tua, keluarga, dan lembaga res
mi (misalnya sekolah, tempat terapi, rumah sakit) akan meme
ngaruhi perkembangan anak. Terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan, misalnya orang tua dan keluarga aktif berpartisipasi dalam
kegiatan pertemuan antara guru dan wali siswa untuk membicarakan
dan mencari solusi atas perkembangan anak; aktif mengikuti
kegiatan program parenting baik yang diadakan di sekolah maupun
lembaga lain guna menambah informasi sekaligus memotivasi diri;
aktif bertanya, jujur dan bersikap komunikatif terhadap kalangan
profesional (misalnya dokter, psikolog) terkait kondisi anak sehari-
hari; dan mampu melaksanakan program-program intervensi anak
10
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
kan kondisi anak; orang tua dan keluarga berpikir positif dan mem
PL
rakat.
11
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
12
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
Macrosystem
Mesosystem
Microsystem
M
Mother-father relationship
Mother
SA
Child
Empaty, sensitivity to child
Temperament
Self esteem/self concept
Ability to give cues
Parenting received as child
Appearance
Maturity/flexibility
Characteristic
Attitudes
Responsiveness
Pregnancy/birth experience
Health
Health/depression/anxiety
Stress
Child s Outcome
Maternal Role/Identity Cognitive/mental development
Competence/confidence in role Behavior/attachment
Satisfaction Health
Attachment to child Social competence
bukanlah hal mudah, yang perlu ditekankan adalah mengasuh anak bu
kanlah sepenuhnya tanggub jawab dilimpahkan kepada ibu, tetapi per
lunya kerja sama dari berbagai pihak yang terkait dengan anak. Model
ini menjelaskan bahwa pengasuhan ibu terhadap anaknya tidak terlepas
dari sistem-sistem yang melingkupinya, yakni macrosystem, mesosystem,
microsystem.
Macrosystem berupa politik, budaya, ekonomi, dan nilai-nilai sosial
memiliki kontribusi terhadap proses sosialisasi dan perkembangan anak.
Pengasuhan anak tidak terlepas dari bagaimana harapan masyarakat ter
hadap peran yang mesti dijalankan oleh seorang anak di masa dewasanya
kelak. Jika dikaitkan dengan perkembangan anak dan pengaruh stigma
negatif masyarakat akan kondisi anak dengan keistimewaan ini (termasuk
anak dengan gangguan spectrum autis), maka secara tidak langsung dapat
memengaruhi keoptimalan orang tua dalam proses pengasuhan. Hal ini
pernah diteliti oleh Tucker (2013), berdasarkan hasil penelitiannya selama
setahun di Indonesia, Tucker (2013) mengungkapkan bahwa pada tahun
1990-an orang tua di Indonesia masih menganggap anak dengan gangguan
spektrum autis adalah sebuah aib keluarga sehingga malu untuk diketa
E
hui masyarakat umum. Corcoran, Berry dan Hill (2015); Lutz, Patterson
PL
14
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
dari keluarga, dan terakhir dari komunitas ibu-ibu yang anaknya juga
mengalami berkebutuhan khusus (Boyd, 2002). Pada microsystem, selain
membahas hubungan ibu dan suami, juga membahas hubungan timbal
balik secara positif antara orang tua dan anak serta dampak karakteristik
anak terhadap kondisi psikologis orang tua. Karakteristik orang tua (em
pati, harga diri, kesehatan, sikap, dan kematangan) berpengaruh terhadap
kondisi anak, ayah dan ibu memberikan perilaku pengasuhan positif se
hingga berpengaruh positif terhadap kelekatan, kompetensi sosial dan
kesehatan untuk orang tua dan juga anaknya. Secara keseluruhan orang
tua yang sehat akan berpengaruh dalam meningkatkan peran identitas
nya dan tumbuh kembang anak menjadi lebih optimal. Bryar dan Sinclair
(2011) mengungkapkan pentingnya mengkaji dan mem bina ibu untuk
mempersiapkan diri secara aktif dalam perannya sebagai orang tua.
Hasil penelitian Thompson dan Walker (1987) menjelaskan bahwa
identitas peran ibu merupakan gabungan antara atribut kognitif dan afektif
terhadap hubungan timbal balik antara ibu dan anak (Mercer, 2006).
Atribut kognitif dan afektif menjadi fak tor penting da
lam membentuk
kemampuan berkompeten pengasuhan dan meningkatkan identitas peran
E
orang tua.
PL
akan optimal dalam pencapaian perannya sebagai orang tua ketika sistem
SA
15
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
16
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
17
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
REFERENSI
Andayani & Koentjoro, A. (2004). Psikologi Keluarga: Peran Ayah Menuju
Comparenting.
Aydın, A. & Yamaç, A. (2014). The relations between the acceptance and
childrearing attitudes of parents of children with mental disabilities.
Eurasian Journal of Educational Research, 54, 79-98.
Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescent com
petence and substance use. Journal of Early Adolescence, 11(1), 56–95.
Berns, R.M. (2007). Child, family, school, community: Socialization and
support (ed.7). Belmont: Thomson Higher Education.
Bilgin, H., Kucuk, L. (2010). Raising an autictic child: Perspectives from
Turkish mothers. Journal of Chld and Adolescent Psychiatric Nursing:
23(2), 92.doi:10.1111/j.1744-6171.2010.00228.x
Bogenschneider, K., & Pallock, L. (2008). Responsiveness in parent‐
adolescent relationships: Are influences conditional? Does the reporter
matter? Journal of Marriage and Family, 70(4), 1015–1029.
Bornstein, M. H., Hahn, C., Haynes, O. M., Belsky, J., Azuma, H., Kwak, K.,
E
… Galperin, C. (2007). Maternal personality and parenting cognitions
PL
18
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
Calzada, E. J., Eyberg, S. M., Rich, B., & Querido, J. G. (2004). Parenting
disruptive preschoolers : Experiences of mothers and fathers. Journal
of Abnormal Child Psychology, 32(2), 203–213.
Chen, C. C. (2004). Family’s support and family needs toward the
developmental delay children in Taipei city. Journal of Special
Education and Creative Thinking, 1, 57–84 (in Chinese)
Corcoran, J., Berry, A., & Hill, S. (2015). The lived experience of US pa
rents of children with autism spectrum disorders : A systematic review
and meta-synthesis. Journal of Intellectual Disabilities, 19(4), 356–366.
doi:10.1177/1744629515577876.
Dabrowska, A., & Pisula, E. (2010). Parenting stress and coping styles in
mothers and fathers of pre-school children with autism and Down
syndrome. Journal of Intellectual Disabilities Research, 54(3), 266–280.
doi:10.1111/j.1365- 2788.2010.01258.x.
Daulay, N., Ramdhani, N., & Hadjam, N. R. (2018). Proses menjadi tang
guh bagi ibu yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autis.
Humanitas: Jurnal Psikologi Indonesia, 15(2), 267245.
Daulay, N.(2019). Model stres pengasuhan pada ibu yang memiliki
E
19
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
20
BAB 1 • PENGASUHAN ORANGTUA
Moes, D., Koegel, R., & Schreibman, L. (1992). Stress profiles for mother
and fathers of children with autism. Psychological Reports, 71, 1272–
M
1274.
SA
21
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Cipta.
Soetjiningsih, C.H. (2004). Perkembangan anak, sejak pembuahan sampai
M
22
Bab 2
ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN
PERKEMBANGAN SARAF
E
PL
(NEURODEVELOPMENTAL DISORDERS)
SA
pervasif kecuali gangguan rett. Gangguan spektrum autis ini terjadi pada
semua ras, etnis, dan kelompok ekonomi sosial serta empat kali lebih
mungkin terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan
(Center for Disease Control and Prevention (CDC), 2014).
Istilah spektrum menunjukkan bahwa gejala gangguan ini bervariasi
antara anak yang satu dengan anak lainnya. Ada anak yang gejalanya ringan
sehingga sedikit membutuhkan bantuan dari lingkungan, namun terdapat
juga anak yang gejalanya sangat berat dan membutuhkan dukungan yang
intens dari lingkungan, seperti tantrum disertai dengan perilaku menyakiti
dirinya sendiri. Mash dan Wolfe (1999) juga menekankan bahwa beberapa
individu terdiagnosis autis menunjukkan perilaku yang sangat agresif dan
merugikan diri sendiri. Secara keseluruhan, derajat tingkat keparahan
setiap anak dan area gangguannya sangat berbeda satu dengan lainnya.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fifth Edition (American Psychiatric Association, 2013), kriteria diagnosis
gangguan spektrum autis, sebagai berikut:
1 Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial yang bersifat menetap
24
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
yang spesifik.
PL
25
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
anak pada setiap aitemnya. Skor bergerak dari 15 sampai 60, artinya
SA
26
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
27
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
anak untuk melaksanakan tugas seperti yang tertera pada alat ukur
(termasuk kategori B) (Mudjito dkk, 2014).
M
SA
28
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
dimasukkan.
2. Tiga domain yang dijadikan dasar diagnosa seperti disebutkan dalam
DSM IV-TR dipadatkan menjadi dua domain, yaitu: Pertama, ko
munikasi sosial dan interaksi sosial; Kedua, perilaku, minat, dan akti
vitis yang kaku dan berulang.
3. Penentuan kriteria diagnostik tidak hanya berdasarkan pada simp-
tom yang muncul pada waktu kini (currently) tetapi juga berdasarkan
simptom sebelumnya (history).
4. Dalam DSM-5 ada beberapa penentuan (specifiers), seperti penentuan
derajat keparahan atau hambatan fungsional yang dibagi dalam tiga
tingkat, yaitu membutuhkan dukungan, membutuhkan dukungan
yang banyak, dan membutuhkan dukungan yang sangat banyak serta
adanya penentuan mengenai komorbiditas dengan gangguan lain.
5. DSM-5 memasukkan isu sensori sebagai bagian dari simptom perilaku.
29
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
penambahan ukuran kepala dan otak antara anak nor mal dan anak
dengan gangguan perkembangan spektrum autis, yaitu sebesar dua per
tiga ukuran dewasa. Anak dengan gangguan spektrum autis menunjukkan
percepatan penambahan ukuran kepala dan otak abnormal saat berusia
di atas satu tahun. Peningkatan kecepatan pertumbuhan ini berlangsung
sampai anak berusia 4 atau 5 tahun sehingga ukuran otak anak dengan
gangguan spektrum autis lebih besar dari anak normal (Rommelse, Geurt,
Franke, Buitelar, & Hartman, 2011). Anak dengan gangguan spektrum
autis mengalami tiga tahap pertumbuhan otak yang berbeda yaitu
tahap pertumbuhan otak yang cepat saat berusia 1 tahun, penurunan
kecepatan dan perlambatan pertumbuhan otak saat berusia 6-15 tahun,
dan penurunan ukuran otak saat usia 15 hingga pertengahan usia dewasa
(Green dkk., 2015).
Menurut Mudjito dkk., (2014) bahwa faktor penyebab gangguan
perkembangan autis adalah multifaktorial sehingga banyak faktor yang
memengaruhi. Pendapat mereka tentang faktor penyebab secara umum
adalah sebagai berikut:
30
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
31
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
senyawa kimia yang menyampaikan pesan dari satu bagian otak ke ba
PL
32
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
33
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
atau di rumah.
Langkah kelima, kesampingkan diagnose yang mungkin lainnya.
Hal yang penting adalah memastikan bahwa problem perilaku tersebut
bukanlah akibat dari problem atau kelalaian lainnya, seperti keterlambatan
perkembangan secara global atau problem-problem psikiatrik (Flanagen,
2002).
Kesulitan orang tua dalam merawat anak ADHD menjadi kajian pe
nelitian yang terus diminati untuk diteliti, bagaimana kondisi psikologis
orang tua dan cara interaksi positif yang bisa dilakukan terhadap anak,
seperti beberapa penelitian berikut ini: 1) Penelitian de ngan tujuan
untuk menggali strategi koping orang tua yang memiliki anak ADHD oleh
Saraswati (2011). Hasil penelitiannya membuktikan terdapat empat tema
yang muncul, yakni: gangguan pemusatan perhatian pada anak, hambatan
dan tantangan orang tua dalam mengasuh anak, faktor pendukung dan
keberhasilan orang tua dalam mengasuh anak hiperaktif; 2) Penelitian
dengan tujuan untuk menurunkan stres pengasuhan orang tua dalam
34
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
merawat anak ADHD juga telah dilakukan dengan kajian intervensi oleh
Syanti dan Handadari (2016). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa
intrevensi behavioral parent training secara signifikan mampu menurunkan
stres pengasuhan, hal ini menunjukkan bahwa konten intrevensi beha
vioral parent training yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan
ibu dalam mengelola stres dan peningkatan sumber daya, kompetensi
ibu dalam menghadapi anak dan peningkatan persep si ibu terhadap
kemampuannya terbukti efektif; 3) Pengalaman ibu yang memiliki
anak ADHD juga telah diteliti oleh Siburian dan Ka hija (2014). Hasil
penelitiannya membuktikan ibu mengalami fluk tuasi emosional yang
disebabkan oleh kondisi stress selama penyesuaian diri terhadap respons
sosial, tema yang ditemukan adalah upaya penanganan profesional, pe
mahaman karakteristik hiperaktif, fluktuasi emosional, penyesuaian ter
hadap respons sosial.
35
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
dukungan penuh dari orang tuanya agar perkembangannya lebih baik dari
sebelumnya, terutama pada kemampuannya untuk bina diri, di antaranya:
M
36
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
McArthur pada tahun 1976. Holroyd dan McArthur, (1976) mencoba mem
SA
bandingkan ibu yang memiliki anak autis dengan ibu yang memiliki anak
mental retardasi. Hasil penelitian menemukan bahwa ibu yang memiliki
anak autis lebih mengalami masalah dalam keberfungsian keluarga dan
lebih merasa malu serta kesulitan membawa anak ke tempat umum di
bandingkan ibu dengan anak mental retardasi. Penelitian yang serupa ju
ga dilakukan untuk mengetahui pengalaman ibu dalam mengasuh anak
autis, seperti penelitian oleh (Bristol, 1984) membuktikan bahwa ibu yang
memiliki anak autis lebih berisiko stres dan mengalami krisis keluarga,
kemudian Bouma dan Schweitzer (1990) juga meneliti ibu yang memiliki
anak autis lebih stres dibandingkan ibu yang memiliki anak cystic fibrosis
dan ibu yang memiliki anak dengan perkembangan normal. Konstantareas
dan Stewart (2006) juga menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak
autis lebih mengalami stres dibandingkan ibu yang memiliki anak mental
retardasi dan anak dengan kesulitan belajar. Selanjutnya penelitian yang
serupa untuk mengkaji kondisi psikologis ibu yang memiliki anak autis
terus dilakukan sampai sekarang.
Di Indonesia sendiri, penelitian terkait dengan kesadaran akan anak-
37
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
anak yang mengalami autis juga merupakan fenomena yang masih hangat
diperbincangkan. Menurut Agus Haryanto (2012, dikutip dalam Tucker,
2013) adalah seseorang yang telah bekerja di bidang pendidikan khu
sus di Jawa Tengah dan Jakarta, beliau termasuk penggiat dalam me
nyosialisasikan autis di Indonesia, menjelaskan bahwa sejarah kasus autis
di Indonesia tampaknya muncul akhir tahun 1990-an. Pada saat itu, orang
tua dari anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan terlihat
mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan anak, sebab masih mi
nimnya tenaga profesional yang dapat membantu untuk memahami pe
rilaku dan karakteristik anak autis. Kondisi anak autis masih dianggap se
bagai aib keluarga dan hal ini harus disembunyikan, ditutupi, dan menjadi
beban (dalam Daulay, 2019).
Kondisi yang ibu rasakan saat mengasuh anak dengan gangguan
perkembangan kompleks ini seperti ibu menilai diri mereka sendiri se
bagai seseorang yang pesimis, sering murung, lebih rentan terhadap pe
nyakit, sedikitnya memiliki waktu untuk diri sendiri, dan mengalami
ketidakharmonisan keluarga (Holroyd & McArthur, 1976); ibu mengala
mi kesedihan atas besarnya biaya perawatan anak (DeMyer, 1979); ada
E
(Bristol, 1984; Holroyd & McArthur, 1976); harapan yang tinggi terhadap
anak sering kali berujung pada stres (Ogston, Mackintosh, & Myers, 2011);
M
menilai perilaku anak sebagai sumber stres (Freeman, Perry, & Factor,
SA
1991).
Riset-riset sebelumnya terkait pengasuhan orang tua yang memili
ki anak dengan gangguan spektrum autis lebih banyak menggunakan
subjek penelitian pada seorang ibu. Alasannya karena ibu adalah sosok
yang intens berinteraksi dengan anak, mempersiapkan pengasuhan
sehari-hari untuk anak, sehingga dianggap sosok yang paling dekat dan
memahami kebutuhan anak. Berdasarkan penelitian Daulay (2019) yang
menggunakan ibu-ibu sebagai responden penelitiannya juga berdasarkan
alasan-alasan kuat, di antaranya: terkadang muncul pikiran dan perasaan
ibu yang menyalahkan diri sendiri atas kondisi anaknya yang mengalami
gangguan perkembangan, pada dua tahun pertama anak ibu mengaku
kurang perhatian kepada anaknya dise babkan sibuk bekerja, dan ibu
mengamati terdapat beberapa kejanggalan dari tumbuh kembang anaknya.
Beberapa penelitian konsisten telah membuktikan bahwa orang tua
yang memiliki anak autis lebih tinggi mengalami stres dalam mengasuh
anaknya dibandingkan orang tua yang memiliki anak dengan gangguan
perkembangan lainnya, di antaranya oleh (Bristol, 1984; Zaidman-zait
38
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
dkk., 2017). Hal ini juga diperkuat dengan adanya kajian metaanalisis
yang dilakukan Hayes dan Watson (2013) yang menyimpulkan bahwa ter
dapat stres pengasuhan yang tinggi pada orang tua yang memiliki anak
autis dibandingkan orang tua yang memiliki anak dengan perkembangan
normal maupun orang tua dari anak dengan gangguan perkembangan
lainnya (dalam Daulay, 2019). Berbagai penelitian yang dilakukan untuk
membuktikan peran orang tua dalam mengasuh anak-anak dengan gang
guan spektrum autis seperti yang termuat dalam Tabel 3.
E
PL
M
SA
39
40
Tabel 3. PENELITIAN PENGASUHAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DENGAN GANGGUAN SPEKTRUM AUTIS DI INDONESIA
(Sumber: skripsi, tesis, disertasi di Fakultas Psikologi UGM dan googlescholar.com)
(Jurnal, of children with (97 mental retardasi; ketangguhan, perilaku terhadap stres pengasuhan.
2018) special needs 46 tunarungu; 48 maladaptif anak, sense of Ibu yang memiliki anak autis memiliki stres pengasuhan lebih tinggi
down syndrome; 63 competence pengasuhan, dan dibandingkan ibu-ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus lainnya
autis) stres pengasuhan (mental retardasi, down syndrome, dan tunarungu).
PL
Daulay, Proses menjadi Responden penelitian Metode kualitatif dengan Hasil penelitian ini menemukan enam tema pengalaman ibu yang
E
Nurussaki tangguh bagi ibu sebanyak lima ibu-ibu pendekatan fenomenologi. menjadikan mereka tangguh dalam mengasuh anak dengan gangguan
nah yang memiliki anak yang memiliki anak spektrum autis, yaitu: 1) kondisi sulit, menekan, dan bertahan; 2)
(Jurnal, autis autis di Yogyakarta dukungan sosial; 3) pengetahuan dan informasi terkait anak dengan
2018) gangguan spektrum autis; 4) koping religius; 5) kebermaknaan hidup
orang tua anak istimewa; 6) optimis. Sumber daya penentu berasal baik
dari internal yaitu kemampuan mengontrol diri, keyakinan, dan koping
religius, maupun eksternal yaitu dukungan sosial, merupakan faktor
utama yang memengaruhi ibu untuk tetap bertahan mengasuh anak.
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Daulay, Parenting stress of Ibu-ibu yang memiliki Kajian literatur dari beberapa Hasil: terdapat perbedaan persepsi ibu dalam mengasuh anak autis.
Nurussaki mothers in children anak autis dengan sumber referensi (misalnya Berdasarkan sudut pandang budaya Batak, adanya pengaruh dalihan
nah with autism budaya yang berbeda, buku, jurnal, prosiding) na tolu (hula, boru, dongan sabutuha) membuat ibu menjadi lebih
(Prosiding, spectrum disorder: yaitu budaya Batak terkait pengalaman ibu dalam kuat mengasuh anak autis. Berdasarkan sudut pandang budaya Jawa,
2018) A review of the dan budaya Jawa mengasuh anak autis. peranan karakter narima ing pandum mempercepat proses penerimaan
culture in Indonesia. ibu akan kondisi keterbatasan anak.
Daulay, Gambaran Sebanyak 58 ibu-ibu Metode yang digunakan Data diambil dengan menggunakan alat ukur berupa skala
Nurussaki ketangguhan ibu yang memiliki anak adalah metode kuantitatif Ketangguhan (Dispositional Resilience Scale/DRS-15) yang telah
nah dalam mengasuh autis di kota Medan. deskriptif. Cara pengolahan direvisi kembali oleh Bartone (1995) menjadi versi pendek 15 aitem dan
(Jurnal, anak autis. Purposive sampling dan analisa data statistik terdiri dari aspek-aspek ketangguhan yaitu komitmen, kontrol dan
2017). sebagai teknik bersifat deskriptif, artinya tantangan.
pengambilan sampel temuan seperti data Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran ketangguhan pada ibu
demografi, aspek ketangguhan yang memiliki anak autis berada dalam kategori sedang. Ditinjau dari
SA
dan data tambahan lainnya
M aspek ketangguhan yang dikemukakan oleh Maddi & Kobasha (1980),
akan dianalisa berupa skor ditemukan bahwa aspek komitmen memiliki nilai mean tertinggi,
minimum, skor maksimum, kemudian diikuti dengan aspek kontrol dan aspek tantangan. Implikasi
mean dan standar deviasi, penelitian ini sebagai data awal untuk melihat gambaran profil
agar dapat menggambarkan ketangguhan ibu dalam mengasuh anak autis di kota Medan.
PL
profil ketangguhan secara E
komprehensif.
Anantasar Determinan Total = 202 ibu-ibu Metode kombinasi sequential Studi pertama : variabel dukungan sosial, self-compasion,
i, M.L. stress-related yang memiliki anak explanatory, dengan ketangguhan, dan coping mmengaruhi SRG sebanyak 68%.
(Disertasi, growth ibu dari autis di Yogyakarta menggunakan enam skala Studi kedua: dengan teknik interpretative phenomenology analysis
2017) anak penyandang dan Bali penelitian. Hasil analisis menemukan tema utama, yaitu autisme sebagai sebuah tantangan,
autisme: Studi menggunakan SEM. pentingnya sumber daya, usaha adalah kunci perubahan, kehadiran
kombinasi anak dalam perspektif ibu, pertumbuhan diri, pertumbuhan keluarga
dan pemanfaatan hasil pertumbuhan.
41
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
42
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Mukhtar, Pengaruh group- Partisipan = 38 Metode eksperimen dengan Hasil manipulasi cek: pengetahuan orang tau tentang pengasuhan anak
D. based parenting orang tua. Subjek rancangan the untreated autis meningkat setelah emngikuti group based parenting support.
(Disertasi, support terhadap dikelompokkan control group design with Hasil analisis: ada perbedaan pengaruh antara kedua bentuk variasi
2017). stres pegasuhan secara non-random dependent pretest and group based parenting support. Kelompok dukungan orang tua
orang tua yang ke dalam kelompok posttest samples jenis multiple (besar pengaruh 23,2%) lebih efektif untuk menurunkan stres
mengasuh anak dukungan orang nonequivalent comparisons pengaushan dibandingkan kelompok psikoedukasi (besar pengaruh
dengan gangguan tua, kelompok group. Pengumpulan data: 6,8%). Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan proses
spektrum autis psikoedukasi, skala stres pengasuhan dan di antara kedua kelompok. Pada kelompok dukungan orang tua,
kelompok kontrol skala dukungan sosial. proses emosional, sosial, kognitif dan perilaku dialami oleh orang tua,
sedangkan kelompok psikoedukasi, proses yang dialami lebih banyak
berhubungan dengan kognitif dan perilaku.
Suadnyan Hubungan Total sebanyak Metode: analisis regresi T erdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dan
a, M.A. antara dukungan 65 ibu- ibu yang sederhana, menggunakan dua pertumbuhan terkait sres (R2 = 0,551, F = 77,466, p<0,01); dukungan
SA
(Skripsi, sosial dengan memiliki anak autis skala, yaitu skala dukungan
M sosial menjelaskan 55,1% dari keseluruhan determinan pertumbuhan
2017) pertumbuhan di Yogyakarta dan sosial dan skala stres. terkait stres; terdapat perbedaan pertumbuhan stres berdasarkan
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
43
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
44
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Nugroho, Hubungan antara Partisipan sejumlah Metode kuantitatif dengan Terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan
A.A. penerimaan diri dan 68 orang ibu-ibu yang analisis regresi berganda dan stres ibu (r=-0,338), dan hubungan dukungan sosial dengan stres (r=-0,
(Jurnal, dukungan sosial memiliki anak autis analisis korelasi parsial. 354).
2013) dengan stres pada
ibu yang memiliki
anak autis di SLB
Autis Surakarta
Harta, W. Gambaran source Partisipan sejuml Metode kualitatif dengan Penelitian menunjukkan bahwa pentingnya ibu memiliki self-efficacy
(Tesis, of parenting self- ah 3 orang ibu yang pengambilan data observasi dalam mengasuh anak autis
2015) efficacy pada ibu memiliki anak autis dan wawancara mendalam.
yang memiliki anak
autis.
Susilowati, Hubungan antara Partisipan sejumlah Metode kuantitatif dengan Terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial dan tingkat stres
SA
A. (Skripsi, dukungan sosial dan 50 orang tua yang analisis korelasi pearson
M orang tua (r=-0,607).
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
45
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
46
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Lubis, Penyesuaian diri Sejumlah 39 Metode deskriptif kuantitatif, Penyesuaian diri 20 orang tua pada kategori tinggi (51,3%) dan
Misbah orang tua yang partisipan orang tua dengan teknik pengambilan sebanyak 19 orang tua berada pada kategori sedang (48,7%).
Usmar memiliki anak autis dari anak autis sampel cluster random
(Skripsi, sampling. Alat ukur: skala
2009) penyesuaian diri (Schneiders,
1964)
Karning Pola komunikasi Partisipan pada Metode kualitatif Pola komunikasi interpersonal pada anak autis saat berkomunikasi dan
tyas, Maria interpersonal anak sejumlah pengajar fenomenologi dengan berinteraksi harus melihat kondisi suasana hati yang baik pada anak,
anggita autis di sekolah dan orang terdekat pengambilan data observasi demikian juga komunikasi dua arah terjadi jika sudah ada suasana hati
(Jurnal, autis fajar nugraha anak autis dan wawancara yang nyaman pada anak, terdapat kontak mata. Komunikasi bahasa
2014) Yogyakarta nonverbal dengan jeritan, gerajan tangan, dan gerakan tubuh.
Ekawati, Perkembangan Ibu (sebagai Metode kualitatif dengan Berdasarkan perspektif ibu : Anak mengalami perkembangan
SA
Yeanny interaksi sosial anak informan) yang pendekatan studi kasus. interaksi sosial yang signifikan setelah menjadi siswa di sekolah
(Jurnal, autis di sekolah memiliki anak autis Pengumpulan data dengan
M inklusi, yaitu pada perkembangan komunikasi, interaksi, dan perilaku
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
2012) inklusi: Ditinjau dari dengan pengambilan observasi dan wawancara sosial. Teridentifikasi pula faktor internal dan faktor eksternal yang
perspektif ibu sampel snowball mendukung dan yang menghambat perkembangan interaksi sosial
sampling. anak.
PL
Qodariah, Peran psikolog Sejumlah iibu-ibu Metode deskriptif kuantitatifE Gambaran mengenai bentuk coping strategy dan adaptational outcomes,
Siti (Prosi dalam yang memiliki anak dengan alat ukur: Ways of menunjukkan ibu menggunakan bentuk problem focused coping (55%),
ding ,2011) meningkatkan autis Coping The Received Version dan dengan bentuk confrontative coping sebesar 54,6% dan planfull problem
“coping strategy” angket Adaptational Outcomes solving sebesar 45.4%. Dari 45% ibu yang menggunakan bentuk
dan “’Adaptational dari Lazarus & Folkman (1984). emotional focused coping, lebih dari setengahnya menggunakan bentuk
Outcomes ” pada ibu distancing (55.56%) yang tidak adaptif.
yang memiliki anak
autis
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Maharani, Studi kasus proses Partisipan adalah ibu Metode kualitatif dengan Ibu memiliki komitmen kuat dalam diri untuk terus berjuang mengasuh
Kiki Dwi pencapaian berusia 18-40 tahun, pendekatan studi kasus anak, berorientasi pada kesembuhan anak. Makna kebahagiaan adalah
(Jurnal, kebahagiaan pada yang memiliki anak mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dalam hidup.
2015) ibu yang memiliki telah terdiagnosis
anak kandung autis
penyandang
asperger syndrome
Astuti, Ari Hubungan antara Partisipan adalah Metode observasional dengan Sebanyak 50% anak mempunyai pola konsumsi gluten dan kasein
Tri pola konsumsi orang tua dari anak desain cross sectional yang. yang baik. Perilaku anak autis selama kurun waktu 3 bulan terakhir
(Jurnal, makanan yang autis dan guru/ Alat ukur pola konsumsi gluten sebagian besar ( 75 %) menunjukkan perubahan yang baik. Tidak
2016) mengandung gluten terapis, dengan & kasein menggunakan FFQ terdapat hubungan antara pola konsumsi makanan yang mengandung
dan kasein dengan teknik purposive (Food Frequency Questioner); gluten dan kasein dengan perilaku anak autis ( p > 0,05). Sebanyak 60
perilaku anak sampling data untuk perilaku diperoleh % responden mengatakan bahwa diet bebas gluten dan bebas kasein
SA
autis pada sekolah dari check list daftar deteksi
M berpengaruh pada perilaku anak, namun hanya ada 45 % responden
khusus autis di autis menurut WHO (ICD-10). yang menerapkan diet tersebut.
Yogyakarta Pengumpulan data: indepth
interview. Metode analisis
data yang digunakan adalah
PL
uji statistik chi square dan uji
E
Fisher.
Asmika Hubungan moti Partisipan sebanyak Pendekatan cross sectional Sebagian besar orang tua (85%) memiliki motivasi tinggi dalam
(Jurnal, vasi orang tua 20 orang tua yang study memperoleh penyembuhan anak, tetapi 60% orang tua memiliki
2013) untuk mencapai memiliki anak autis tingkat pengetahuan yang rendah tentang perawatan anak. Tidak
kesembuhan ada hubungan yang signifikan (p> 0,05) antara motivasi dan tingkat
anak dengan pengetahuan orang tua.
tingkat penge
taahuan tentang
penanganan
anak penyan
dang autisme dan
spektrumnya
47
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
48
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Rachmaya Penerimaan diri Partisipan 3 orang tua Metode kualitatif dengan Partisipan dapat menerima sepenuhnya kondisi anak secara bertahap,
nti, Sri orang tua terhadap yang memiliki anak teknik wawancara dan yaitu tahap denial. Anger, bargaining, depression, dan acceptance.
(Jurnal, anak autisme dan autis. observasi. Namun ketiga subjek melalui tahapan yang berbeda-beda karena
2011) peranannya dalam kondisi anak mereka juga berbeda-beda.
terapi autisme
Apostelin Resiliensi keluarga Partisipan sejumlah Metode campuran sekuensial/ Secara kuantitatif: resiliensi keluarga berada pada kategori medium.
a, Eunike pada keluarga yang 88 orang tua yang bertahap (sequential mixed Terdapat dua faktor yang memengaruhi resiliensi keluarga, faktor risiko
(Jurnal, memiliki anak autis memiliki anak autis. methods). Pengumpulan data (stressor, strain, distress) dan faktor protektif (relative andfriend support,
2012) Teknik pemilihan awal secara kuantitatif dan social support, family hardiness, coping coherence). Secara kualitatif:
sampel: purposive selanjutnya secara kualitatif. Resiliensi keluarga dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh, terutama
sampling Analisis data: eksplanatoris dalam melihat berbagai peristiwa kehidupan yang terjadi, setiap
sekuensial. keluarga saling mendukung untuk akhirnya mampu beradaptasi dan
memiliki tujuan yang sama untuk memberi yang terbaik baik anak.
SA
Jeniu, Hubungan Partisipan sejumlah Metode cross sectional,
M Sebagian besar pengetahuan responden masuk kategori cukup
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Ermelinda pengetahuan 36 orang tua yang analisis data dengan uji sebanyak 15 orang (41,7%), dan sebagian besar tingkat kecemasan
(Jurnal, tentang autisme memiliki anak autis, statistic spearman rank responden masuk dalam kategori cemas berat sebanyak 26 orang
2017) dengan tingkat dengan teknik (72,2%). Hasil analisis bivariat menunjukan p-value= 0,000 < a 0,05
PL
kecemasan orang pengambilan sampel: artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan
tua yang memiliki purposive sampling E orang tuadan nilai (r) = 0,372 yang menunjukan adanya korelasi yang
anak autisme di rendah.
SLB Bhakti Luhur
Malang
Tussofa, Tingkat kecemasan Partisipan sebanyak Metode deskriptif kuantitatif Ibu mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak (5,9%) tingkat
Mila ibu yang memiliki 17 ibu yang memiliki dengan rancang penelitian kecemasan sedang sebanyak (52,9%), mengalami kecemasan berat
(Laporan anak autis usia anak autis survei. sebanyak (41,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian ibu
penelitian, 6-7 tahun di SLB mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 9 orang.
2015) Semesta Mojokerto
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Ginting, Hubungan antara Partisipan sejumlah Metode kuantitatif dengan Terdapat hubungan positif harga diri dengan sikap penerimaan; harga
Ernita harga diri dan 30 ibu-ibu yang alat ukur: skala sikap diri menerangkan variabilitas dan memberikan sumbangan sebesar
Mariana tingkat pendidikan memiliki anak autis penerimaan, skala harga diri. 14.28% terhadap variabilitas sikap penerimaan; tingkat pendidikan
(Jurnal, dengan sikap Analisis data menggunakan memiliki hubungan positif dengan sikap penerimaan sebesar 40,19%
2017) penerimaan ibu regresi ganda. tingkat pendidikan memberikan sumbangan terhadap variabilitas
terhadap anak autis sikap penerimaan; Terdapat hubungan yang signifikan antara harga
di Yayasan I-Home diri dan tingkat pendidikan dengan sikap penerimaan ibu, dan secara
Schooling Medan bersamaan menyumbang sebesar 47,4% terhadap sikap penerimaan
ibu.
Sofia, Kepatuhan Partisipan sebanyak Desain deskripstif kuantitatif, Sebagian besar tidak patuh dalam menerapkan diet GFCF (diet kasein
Amilia orang tua dalam 40 orang tua yang analisis univariat. Instrumen : dan gluten), masih rendahnya pengawasan dan diet yang tidak
Destiani menerapkan terapi memiliki anak autis angket. dilakukan secara konsisten. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya
(Jurnal, diet gluten free faktor-faktor yang ikut berpengaruh/ menghambat sehingga orang tua
SA
2012). casein free pada M kesulitan dalam menerapkan diet GFCF pada anaknya.
anak penyandang
autisme di Yayasan
Pelita Hafizh dan
SLBN Cileunyi
PL
Bandung E
Kusumast Stres ibu tunggal Partisipan sebanyak Metode kualitatif dengan Gambaran ibu tunggal yang memiliki anak autis dapat mengakibatkan
uti, Astri yang memiliki anak satu orang ibu pendekatan studi kasus stres pada orang tua tunggal karena beban tanggung jawab dalam
Nur (Jurnal, autis tunggal dengan anak merawat anak yang biasanya dipegang oleh pasangan suami istri harus
2014) autis ditanggung seorang diri oleh orang tua tunggal yaitu ibu. Faktor-faktor
yang menyebabkan stres ibu tunggal juga dapat disebabkan oleh
kondisi anak yang memiliki kebutuhan khusus, kebutuhan ekonomi
serta adanya rasa malu dengan kondisi diri.
49
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Wardani, Strategi coping Sejumlah orang tua Pengumpulan data dengan Strategi coping pada orang tua yang mempunyai anak autis
50
Desi orang tua yang memiliki anak interview, teknik analisis data: berorientasi pada penyelesaian masalah yang dihadapi (Problem
Sulistyo menghadapi anak autis analisis induktif deskriptif. Focused Coping), sedangkan bentuk perilaku coping yang muncul yaitu
(Jurnal, autis Instrumental Action yang termasuk dalam Problem Focused Coping dan
2009) Self-Controlling, Denial, dan Seeking Meaning yang termasuk dalam
Emotion Focused Coping. Dampak positif dari perilaku coping yang
dilakukan oleh orang tua yaitu Exercised Caution dan Seeking Meaning,
sedangkan dampak negatif yang muncul diatasi orang tua dengan
Intropersitive, Negotiation, dan Accepting Responbility.
Yunianti, Sumber stres dan Sejumlah ibu-ibu Desain penelitian: kuantitatif Sumber stres yang paling banyak dialami: sumber stres berasal dari
Nita cara menanggulangi yang memiliki anak ex post facto yang bersifat individu (26,5%), sumber stres yang paling sedikit: sumber stres yang
(Skripsi, stres pada ibu autis deskriptif. berasal dari individu & lingkungan (6%) dan “tidak stres” (6%). Cara
2011) dewasa muda yang menanggulangi stres yang paling banyak: problem focused coping (85%),
memiliki anak autis yang paling sedikit: emotion focused coping (15%).
di Jakarta
SA
Susanti, Representasi Partisipan sebanyak Metode kualitatif, teknik
M Kelima orang tua dapat menerima sepenuhnya kondisi anak,
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Hevi konsep diri orang 5 orang tua yang pengumpulan data dengan dipengaruhi faktor dukungan dari keluarga besar, kemampuan
(Jurnal, tua yang memiliki memiliki anak autis wawancara dan observasi. keuangan keluarga, latar belakang agama, tingkat pendidikan, status
2014) anak autis perkawinan, usia serta dukungan para ahli dan masyarakat umum.
PL
Boham, Pola komunikasi Sejumlah orang tua Variabel penelitian: perhatian,
E Penanganan orang tua: pentingnya informasi tentang kondisi anak,
Sicillya E orang tua dengan yang memiliki anak pengertian, penerimaan. konsultasi dengan para profesional, sebaiknya orang tua dapat
(Jurnal, anak autis autis Metode kualitatif dengan menjalankan program-program penanganan yang telah didapati anak
2013) pendekatan fenomenologi di sekolah, dan secara teratur orang tua juga konsisten menjalankannya
selama di rumah. Orang tua sebaiknya memahami ketika berinteraksi
degan anak seperti kontak mata, memberikan pujian, pelukan.
Pamungka Pelatihan Partisipan penelitian: Metode mix methods dengan Skor stres pengasuhan berada pada tinggi dan sedang. Hasil analisis
s, Ari keteranpilan orang tua yang tipe sequential explanatory. dengan uji Mann Whitney menunjukkan hasil yang signifikan dengan
(Jurnal, pengasuhan autis memiliki anak autis, Kuantitatif dengan nilai Z = -2,337 dengan nilai p = 0,19 (p<0,05). Hasil dari uji Friedman
2015) untuk menurunkan rentang usia dewasa nonrandomized preest- pada kelompok eksperimen diperoleh hasil signifikan dengan nilai chi-
stres pengasuhan (25-45 tahun), latar posttest control, kualitatif square sebesar 8,000 dan dan p = 0,018 (p<0,05), dan pada kelompok
pada ibu dengan belakang pendidikan dengan wawancara dan kontrol diperoleh hasil tidak signifikan dengan nilai chisquare sebesar
anak autis minimal SMA observasi. Variabel penelitian: 5,571 dan p = 0,062 (p>0,05). Stres pengasuhan pada ibu dengan anak
keterampilan pengasuhan dan autis mengalami penurunan setelah diberikan intervensi pelatihan
stres pengasuhan keterampilan pengasuhan autis.
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Marettih, Melatih kesabaran Partisipan sebanyak Metode kualitatif Coping sebagai pembelajaran untuk melatih kesabaran, wujud rasa
Anggi K.E dan wujud rasa 4 orang tua yang fenomenologi. Teknik syukur serta menyadari pentingnya dukungan sosial dari orang lain
(Jurnal, syukur sebagai memiliki anak autis. pengambilan data dengan dalam mengasuh anak autis. Pemaknaan coping bagi orang tua
2017) makna coping bagi Teknik pengambilan wawancara mendalam. merupakan sebuah proses pengalaman dan pembelajaran hidup
orang tua yang sampel: purposive yang akan meningkatkan kapasitas internal mereka. Bersyukur atas
memiliki anak autis sampling anugerah anak yang telah diberikan Tuhan menjadi ajang untuk
melatih kesabaran diri, sehingga mereka mampu menjalankan
perannya sebagai orang tua dengan baik dan benar. Coping ibu
lebih menggunakan problem focused coping, coping ayah cenderung
emotional focused coping.
Milyawati , Dukungan keluarga, Partisipan sejumlah Metode kuantitatif dengan Hampir separuh ibu (45,2%) memperoleh dukungan keluarga yang
Lia (Jurnal, pengetahuan, 31 ibu yang memiliki pendekatan cross sectional kurang kuat, namun (51,6%) ibu memiliki pengetahuan yang baik
2009) persepsi ibu serta anak autis study. mengenai anak dan memiliki persepsi positif terhadap anak anak
SA
hubungannya M (54,8%). Pengetahuan ibu tentang anak tidak berhubungan dengan
dengan strategi karakteristik keluarga maupun anak. Persepsi ibu tentang anak semakin
koping ibu pada baik pada anak yang lebih muda (r=-0,464) dan pada anak yang baru
anak dengan mengikuti terapi (r=-0,389).
gangguan ASD
PL
Meliani Hubungan antara Partisipan sejumlah Metode kuantitatif dengan E Terapat hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan
(Jurnal, kecerdasan 26 orang ibu-ibu yang teknik korelasi pearson depresi, artinya semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,
2007) emosional dan memiliki anak autis product moment. Alat ukur: semakin ringan tingkat depresi yang dialami. Semakin rendah
depresi pada ibu kecerdasan emosional dan kecerdasan emosional seseorang, semakin berat tingkat depresi yang
yang memiliki anak Beck Depression Inventory dialami.
dengan gangguan adaptasi).
autisme
51
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
52
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Noor, Pengalaman ibu Partisipan sejumlah 5 Metode kualitatif dengan Terdapat kejanggalan pada anak autisme, meliputi sikap cuek dan suka
Mumiati dalam merawat ibu-ibu yang memiliki pendekatan fenomenologi. menyendiri, main tidak semestinya, tidak bisa berbicara sesuai usianya,
(Jurnal, anak autis usia anak autis Analisis data menggunakan kontak mata tidak ada, gangguan tidur, hiperaktif serta tidak berespons
2014) sekolah analisa tematik saat dipanggil. suka dan duka banyak dihadapi oleh orang tua saat
merawat anak dengan anak autisme, mulai dari proses penerimaan
(shock, sedih, takut, cemas, bersalah ataupun dipersalahkan akan
keadaan anak), penolakan keluarga dan lingkungan terhadap anak
autisme.
Muniroh, Dinamika resiliensi Partisipan orang tua Metode kualitatf, pendekatan Pembentukan resiliensi orang tua dipengaruhi faktor internal dan
Siti orang tua anak autis yang memiliki anak fenomenologi. Pengumpulan faktor eksternal. Pada saat pertama anak terdiagnosis autis, secara
Mumun autis data: in-depth interview dan kognitif : orang tua merasa cemas, stres, dan menyalahkan diri mereka
(Jurnal, observasi sendiri; secara afektif orang tua merasa cemas, bingung dan sedih.
2012) Setelah beradaptasi dan memaknai, orang tua merasa lebih positif,
SA
M menerima, dan termotivasi untuk mencari pemecahan masalah anak.
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Hanoum, Rancangan modul Partisipan ibu-ibu Pengambilan data dengan Modul permulaan untuk program pelatihan menjadi panduang untuk
Magdalen pelatihan untuk ibu yang memiliki anak kuesioner. Tahap pertama: mendukung ibu dengan anak autis. Modul ini dapat meningkatkan
a (Modul, yang memiliki anak autis deskripsi dan profil pengetahuan dan keahlian ibu. Ibu-ibu dapat mengaplikasikan
PL
2015) autis pengetahuan dan keahlian E pengetahuan dan keahlian dari program pelatihan ini dalam kehidupan
ibu. Tahap kedua: membuat sehari-hari.
rancangan modul.
Pujiastuti, Hubungan antara Partisipan sejumlah Analisis data dengan regresi Terdapat hubungan signifikan antara dukungan ayah, pengetahuan
Umi dukungan ayah, 55 ibu-ibu yang berganda dan religiusitas dengan penerimaan ibu. Sumbangan bersama dari
(Tesis, pengetahuan ibu memiliki anak autis dukungan ayah, pengetahuan tentang autis dan religiusitas (dimensi
2014) tentang anak autis praktik agama) terhadap penerimaan ibu = 0,380 (38,0%).
dan religiusitas
(dimensi praktik
agama) dengan
penerimaan ibu
terhadap anak autis
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
ter & McGoldrick, 1988). Model ini juga dapat membantu untuk mema
SA
53
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
54
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
Pengasuhan pada anak autis juga berdampak positif dan negatif pada
hubungan dengan pasangan (Aylaz dkk., 2012). Beberapa penelitian
mendapati terdapat hubungan baik dan semakin dekat dengan pa
sangan mereka dalam proses merawat anak autis (Aylaz dkk., 2012).
Namun pada kasus lain, para ibu merasa kurang mendapatkan du
kungan dari pasangannya (Gray, 2003), saling menyalahkan atas
kondisi anak (Fletcher dkk.), akhirnya berujung pada perceraian (Di
van dkk., 2012). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua
cukup rentan mengalami dampak negatif dengan pasangannya, dan
pada saudara kandung dari anak autis. Orang tua melaporkan anak-
anak mereka yang lain merasa bahwa mereka tidak diperlakukan
sama seperti saudaranya yang mengalami gangguan perkembangan
(Aylaz dkk., 2012). Orang tua lebih banyak menghabiskan waktu un
tuk merawat anaknya yang autis dibandingkan anaknya yang lain,
bahkan beberapa saudara kandung mengalami kecemasan dan tingkat
kewaspadaan yang cukup tinggi karena takut disakiti oleh saudara
nya yang autis (Hutton & Caron). Namun tidak selamanya memiliki
hubungan yang negatif, terdapat pengaruh positif seperti saudara yang
E
lebih tua biasanya akan mengayomi dan membantu orang tua dalam
PL
55
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
5. Parental empowerment
PL
positif dan orang tua mampu mengontrol diri mereka sendiri (Fong
SA
dkk.). Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua, misalnya orang
tua mencari informasi baik dengan cara membaca maupun berga
bung dengan komunitas dari orang tua yang memiliki anak autis ter
kait gangguan dan penanganan yang tepat bagi anak, kesehatannya,
pendidikan, dan cara perawatannya (Markoulakis dkk., 2012); orang
tua menerapkan teknik-teknik intervensi selama di rumah (Safe dkk.,
2012); orang tua mengedukasi keluarga dan
orang lain tentang kondisi anak (Safe dkk., 2012) (dalam Carter dan
McGoldrick (1988).
Manfaat bergabung dengan komunitas orang tua autis juga dijelaskan
oleh Mudjito, dkk. (2014), antara lain:
a. Dalam komunitas orang tua autis merasa bahwa tidak hanya
mereka yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
b. Di antara anggota komunitas tersebut saling menguatkan, mem
beri semangat, menceritakan pengalaman-pengalaman me reka
dalam pengasuhan anak penyandang autis.
c. Orang tua bisa mengadakan diskusi, seminar atau workshop untuk
56
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
ikut terlibat dalam perawatan anak. Pada tahapan ini juga orang tua
menggambarkan sisi positif dari mengasuh anak mereka, orang tua
M
57
diagnosa anak, maka kemudian orang tua mulai konsentrasi terhadap masa depan
anak. Orang tua menyadari keterbatasan yang dialami anak dan cemas apakah anak
memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang aman, alasan ini lah yang
memotivasi orang tua untuk memberikan penanganan yang tepat buat anak, melatih
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
kemandirian anak, usaha-usaha kemandirian yang dilakukan orang tua diharapkan
sangat membantu anak di masa selanjutnya kelak.
1 . Pradiagnosis
Child Spouse
6 . Moving 2 . Diagnosis
with ASD Peers
Forward
Siblings School
Officials
PARENT
Extended Community
Family Groups
4 . Navigating the
System
Gambar.3. Model pengalaman orang tua yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autis.
Gambar.3. Model pengalaman
(The Familyorang tua yang
Life-Cycle memiliki
Model, Carter &anak dengan gangguan
McGoldrick, 1988) spektrum autis.
(The Family Life-Cycle Model, Carter & McGoldrick, 1988)
Selain kajian metasintesis tentang pengalaman orang tua dalam mengasuh anak
autis yang telah dilakukan oleh DePape dan Lindsay (2015), kemudian penulis juga
Selain kajian metasintesis tentang pengalaman orang tua dalam
memaparkan di dalam buku ini tentang hasil penelitian oleh Luong dkk (2009) tentang
mengasuh anak autis yang telah dilakukan oleh DePape dan Lindsay
pengasuhan orang tua di kawasan Asia Tenggara khususnya Vietnam yang memiliki anak
(2015), kemudian penulis juga memaparkan di dalam buku ini tentang
autis. Berdasarkan hasil analisis mendalam dari hasil wawancara, maka terdapat sembilan
hasil penelitian oleh Luong dkk. (2009) tentang pengasuhan orang tua
E
tahapan strategi koping yang umum dilakukan orang tua yang memiliki anak autis,
di kawasan Asia Tenggara khususnya Vietnam yang memiliki anak autis.
PL
58
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
59
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
gapan kehidupan masa lalu orang tua dan adanya karma buruk memenga
ruhi kondisi anak sekarang. Hal ini juga terlihat dari beberapa hasil pe
M
yang dilakukan oleh Liu (2005); Ghosh dan Magana (2009) menunjuk
kan dengan memiliki anak disabilitas dipandang sebagai sebuah kegagal
an keluarga. Pada masyarakat China segala urusan yang mengekspos
keluarga dengan anak disabilitas akan menerima kritikan dan menjadi
aib, sehingga harus disembunyikan/ditutupi (Liu, 2005). Beberapa pene
litian sebelumya menghasilkan penelitian bahwa orang tua di China yang
memiliki anak dengan gangguan perkembangan akan menghindar dan
enggan untuk mencari dukungan dan bantuan orang-orang di luar keluar
ganya, disebabkan adanya perasaan malu (Holroyd, 2003).
Pada orang tua di Iran yang memiliki anak dengan gangguan autis
menunjukkan kesamaan seperti penelitian sebelumnya, bahwa orang tua
akan mengalami kondisi cemas, depresi, kualitas hidup rendah, menu
runnya kesejahteraan psikologis, dan mengalami kondisi tertekan. Peran
budaya dan agama dalam memengaruhi pengasuhan orang tua dianggap
berperan penting. Keyakinan yang kuat terhadap agama membantu orang
tua dalam strategi koping, mampu meningkatkan resiliensi orang tua, dan
menurunkan kondisi psikologis negatif, seperti cemas, depresi, distress
60
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
Jika terjadi sesuatu yang buruk pada anak, maka diasumsikan bahwa ini
PL
merupakan kesalahan dan tanggung jawab orang tua (Kim, Wigram, &
Gold, 2009). Perasaan bersalah ditambah dengan stigma negatif meme
M
nga ruhi munculnya stres pengasuhan, namun usaha orang tua untuk
SA
61
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
lebih cepat beradaptasi dengan kondisi anak dan berkurangnya stres peng
asuhan karena mendapatkan dukungan sosial dan cenderung lebih terbu
ka dengan kondisi anaknya (Bristol, 1984; Sharpley, Bitsika, & Efremidis,
1997).
Terdapat pengaruh perbedaan budaya dalam mengasuh anak autis
juga telah dilakukan kajian review oleh Ravindran dan Myers (2011).
Hasil review menjelaskan bahwa peran budaya dalam membentuk ke
luarga, para profesional, dan masyarakat dalam memahami per kem
bangan disabilitas anak dan pemberian treatment yang tepat. Keyakinan
budaya tentang penyebab gangguan perkembangan autis memengaruhi
pengambilan keputusan keluarga akan perawatan apa yang digunakan
dan hasil apa yang diharapkan. Kontribusi budaya lainnya akan penyebab
individu mengalami gejala autis (misalnya karma, kehendak Allah), dan
pemberian treatment (misalnya akupunktur, obat-obatan herbal, dan ayur
veda). Dengan memahami peranan berbagai budaya dapat memberikan
kebermanfaatan yaitu membantu memahami proses treatment dan pene
rapannya pada suatu bangsa dan budaya.
Demikian juga dengan studi awal yang telah penulis lakukan terhadap
E
karta dan Pusat Layanan Autis di Sragen pada tahun 2017, menunjukkan
terdapat beberapa kesamaan tema yang muncul menjadi seorang ibu yang
M
tangguh. Hasil studi awal ini telah dipublikasikan pada Daulay, Ram
SA
dhani dan Hadjam (2018). Pengalaman ibu dalam mengasuh anak de
ngan gangguan spektrum autis hingga menjadi seseorang yang tangguh
merupakan sebuah proses, diawali dengan kemampuan bertahan dalam
kondisi sulit dan menekan hingga akhirnya menjadi ibu yang optimis.
Faktor utama yang membuat ibu mampu bertahan selama mengasuh anak
adalah kemampuan mengontrol diri, peran agama sebagai koping, dan
persepsi ibu akan dukungan sosial yang diterimanya. Keyakinan terhadap
Tuhan memunculkan sikap optimis ibu untuk terus mengoptimalkan
tumbuh kembang anak, lebih percaya diri dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan hidup yang datang silih berganti.
Berbagai kesulitan yang dialami orang tua dan keluarga dapat me
munculkan stres pengasuhan. Sehingga salah satu cara untuk member
fungsikan orang tua adalah dengan meningkatkan kesejahteraannya me
lalui kegiatan parenting support group. Berbagai penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan pegetahuan dan keterampilan orang tua dalam me
ngasuh anak. Penulis telah merangkum beberapa penelitian dengan tuju
an pemberian intervensi kepada orang tua termuat Tabel 4.
62
Tabel 4. INTERVENSI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS
Evaluasi Empiris Intervensi Psikologi Positif
63
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
64
Nama Peneliti &
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
Judul
Hidayati, Fina Tujuan: menentukan Positive parenting Deskripsi Aktivitas: Setelah dilakukan analisis dengan
(2013). pengaruh pelatihan program- triple P, pada Penelitian ini melibatkan 20 orang ibu-ibu yang menggunakan Wilcoxon signed rank
Pengaruh pelatihan “Ibu Cerdas” dalam kelompok psikoedukasi. memiliki anak autis, terbagi ke dalam kelompok (non-parametrik), menunjukkan hasil
“pengasuhan ibu menurunkan stres eksperimen (10) dan kelompok kontrol (10). bahwa pelatihan “Pengasuhan Ibu
cerdas” terhadap pengasuhan ibu yang Penelitian eksperimen yang digunakan the CERdaS” menurunkan tingkat stres
sires pengasuhan memiliki anak autis. untreated control group design with pretest and pengasuhan ibu dari anak autis.
pada ibu dari anak posttest.
autis. (Jurnal) Pengukuran:
Skala Stres Pengasuhan (Parenting Stress Index
Scale).
Durasi:
Dilakukan sebanyak 8 sesi dalam 2 kali
SA
pertemuan selama seminggu. Setiap pertemuan
M
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
65
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
Nama Peneliti &
66
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
Judul
seperti wanita yang Pengukuran:
mengalami kanker Overal well being measures:
payudara, wanita yang • The Center for Epidemiologic Studies
memiliki anak autism, dan Depression Scale (CES-D).
mengalami post traumatic, • Positive and Negative Affect Schedule
dan menurunkan depresi Relationship well being measures:
dan kecemasan (Ruini • The Couples’s Satisfaction Index (CSI).
& Vescovelli, 2013). Parenting-related well being measures:
Individu yang memiliki • The Parenting Sense of Competence Scale
kebersyukuran tinggi akan (PSOC)
lebih mendukung dan • The Kansas Inventory of Parental Perceptions
empatik (McCullough et (KIPP)
al., 2002).
Sampel:
SA
Jumlah sampel sebanyak 82 ibu yang memiliki
M
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
67
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
lainnya
68
Nama Peneliti &
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
Judul
model, role play, Pengukuran:
menonton video, Parenting Stress:
pemecahan masalah, • Parenting Stress Index (PSI) (Abidin, 1995).
pemberian tugas Parental confidence:
pekerjaan rumah, dan • Confidence degree questions for families
membangun hubungan di (CDQ) (Okuno, dkk., 2011).
antara orang tua. Quality of life:
• The world Health Organization Quality of
Life-Brief (WHO- QOL-Brief) (WHOQOL
Group, 1998).
Sampel:
Jumlah sampel sebanyak 9 keluarga China
Amerika dengan anak AUTIS.
SA
Durasi:
M
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
10 minggu
Cheremshynski, Bertujuan pada Positive Behavior Support: Deskripsi Aktivitas: Hasil:
C., Lucyshyn, J., pemusatan keluarga Program dukungan Penelitian ini menggunakan prosedur Berdasarkan hasil campuran antara
PL
Olson, D. (2012). dengan menggunakan dengan upaya untuk kuantitatif dan kualitatif. Usaha yang dilakukan kuantitatif dan kualitataif, maka
Implementation positive behavior support mengoptimalkan perilaku ibu terhadap peningkatan perilaku anak. perilaku yang diharapkan menjadi lebih
E
of a Culturally (PBS) yang dirancang positif. Pada penelitian Pengukuran: cepat dan optimal dalam kegiatan
Appropriate Positive berdasarkan perbedaan ini usaha yang dilakukan Kuantitatif: rutinitas sehari- hari. Interaksi yang
Behavior Support latar belakang bahasa ibu dengan menggunakan Pengumpulan data, observasi perilaku baik dan kuat antara ibu dan anak.
Plan Wit a Japanese dan budaya. Perbedaan budaya setempat yang diinginkan (persentase interval
Mother of a Child budaya dan bahasa untuk meningkatkan masalah perilaku, persentase langkah
with Autism: An dapat berpartisipasi pada kemampuan perilaku berhasil penyelesaian, pada menit keberapa
Experimental and positive behavior support penghentian perilaku atau berhasil
Qualitative Analysis. dan kemajuan dalam melakukannya, orang tua menggunakan
(jurnal) perilaku anak. strategi perilaku.
Nama Peneliti &
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
Judul
sehari-hari anak AUTIS. mendukung, evaluasi konteks dan budaya yang
Ketika terjadi interaksi sesuai).
yang baik antara Kualitatif:
ibu dan anak tentu Data kualitatif digunakan untuk menggali
akan menghasilkan budaya keluarga, perspektif ibu, perspektif para
esejahteraan bagi diri ibu
pelaku intervensi dalam perkembangan dan
dan keluarga. penerapan positive behavior support disesuaikan
dengan budaya yang tepat (sumber: tulisan
jurnal, semistructured interviews)
Sampel:
Penelitian ini dilaksanakan pada satu orang
anak AUTIS berusia 5 tahun bersama dengan
ibunya.
SA
Pillay, M., Day, Program ASCEND Autism Spectrum Deskripsi Aktivitas:
M Hasilnya sangat efektif dalam
Ben., Wright, B., bertujuan untuk Conditions - Enhancing Penelitian ini dilaksanakan pada 79 orang tua, membantu orang tua berinteraksi
Williams, C., Urwin, membantu sejumlah Nurture and Development dibagi ke dalam 7 kelompok. Lima kelompok (59 dengan anaknya. Pelatihan
B. tingkatan pengasuhan (ASCEND) program: orang tua) diberikan Developmental Behaviour menyediakan bagi orang tua informasi
PL
(2011) orang tua terhadap Dibutuhkan cara kreatif Checklist (DBCs) dan kuesioner pengetahuan akan perkembangan, kekuatan dan
Autism Spectrum anak autis. Sifatnya juga dalam membantu orang tua selama pre dan post latihan. Dari hasil kelemahan anak-anak mereka. Saling
E
Conditions - seperti psikoedukasi, ketahanan keluarga skor DBC menunjukkan perubahan signifikan bekerja sama dengan orang tua lainnya
Enhancing Nurture jadi berusaha untuk dalam mengatur pada post pelatihan untuk keseluruhan masalah untuk saling berbagi akan dukungan,
and Development meningkatkan kesulitan perilaku perilaku dan perilaku yang merusak, dan mekanisme koping dan stategi
(ASCEND): An pemahaman orang dan meningkatkan terdapat penurunan kecemasan orang tua. dalam peningkatan perkembangan
evaluation of tua dakan konsep perkembangan anak autis. Masing-masing kelompok terdiri dari 11 sesi, anak. Mengajari orang tua dalam
intervention support yang dirancang dalam yaitu: menganalisa perilaku anak dan
groups for parents. pembelajaran terhadap penanganan yang tepat.
(Jurnal). anak autis.
69
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
70
Nama Peneliti &
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
Judul
Konsep teoretis yang ASCEND adalah program Session 1 Mind blindness and the social world
diberikan seperti: yang mengembangkan Session 2 Getting the gist
mind blindness dan mengevaluasi secara Session 3 Language and communication
Pembelajaran dengan independen dari program Session 4 Preoccupations and repetitive
strategi baru dan EarlyBird dan tidak behaviours
bagaimana meletakkan terdapat perpanjangan Session 5 Imagination, time perception and
orang tua ke dalam yang terakhir. Program memory
tindakan ini, bertujuan ini sistematik dan rutin Session 6 Managing behaviour
untuk meningkatkan mengevalusi untuk alasan Session 7 Exploring individual problems and
kepercayaan diri dan peningkatan klinis yang developing strategies, Part 1
membuka pikiran orang baik penggunaan standar Session 8 Training on strategies to manage
tua. kuesioner. behaviours, Part 1 Session 9 Workshop: writing
parental perceptions social stories or making visual timetables/aids
SA
Berupaya meningkatkan Session 10 Exploring individual problems and
M
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
71
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
72
Nama Peneliti &
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
Judul
Pengasuh (ibu) berupaya Pendekatan ini Pengukuran:
meningkatkan kelemahan meningkatkan pandangan Anak pertama
yang dimiliki anak dengan aspek positif dari perilaku Pengasuh berupaya meningkatkan kelemahan
petunjuk dan arahan dari anak, area kompetensi anak (non verbal, komunikasi kurang berfungsi,
terapis. yang ditingkatkan dan merusak, menghindar).
Ketika anak sudah area perkembangan yang Anak kedua:
menampilkan perilaku difasilitasi. Pengasuh berupaya meningkatkan kelemahan
yang diinginkan dan anak (anaknya spontanitas, jarang berinteraksi
meminimalkan perilaku sosial dnegan orang lain, merusak, perilaku
yang tidak diinginkan, menstimulasi diri).
mka akan berpengaruh Anak ketiga:
pada kesejahteraan orang Pengasuh berupaya meningkatkan kelemahan
tua. anak (spontanitas, gagal dalam berinteraksi
SA
sosial, perilaku terbatas dan berulang-ulang).
M
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Sampel:
Jumlah Sampel: tiga anak dengan pengasuh
utamanya (ibu).
PL
Durasi:
20 jam perminggunya.
E
Luther, E., Canham, Dukungan Sosial Parent Support Group Deskripsi Aktivitas: Hasil:
Daryl., Cureton, V. kelompok bertujuan & Social Support Partisipan diminta untuk melengkapi kuesioner Berdasarkan skor F-COPES
(2011) Coping and untuk memberikan Inteventions: pengukuran dan diminta mengembalikan 3 Meskipun 83% sampel lebih kuat akan
Social Support for tempat bagi orang tua Menyediakan dukungan minggu kemudian. Kepercayaan diri orang kepercayaan terhadap Tuhan sebagai
Parents of Children untuk mendiskusikan sosial dalam seting tua diukur oleh survei tanpa nama dan cra untuk koping, namun lebih sedikit
with Autism. kesulitan yang orang pendidikan dan dari penggabungan data. Partisipan dalam dibandingkan penggunaan koping
(Jurnal) tua alami, saling berbagi komunitas penelitian ini adalah sukarela. dengan menghadiri pelayanan gereja
strategi koping dan Pengukuran: atau aktivitas yang membutuhkan
kecakapan, dan berjumpa Family Crisis Oriented Personal Evaluation layanan dari pendeta.
dengan tua dengan Scales (F-COPES)
situasi yang sama. Social Support Index (SSI)
Nama Peneliti &
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
Judul
Sampel: Berdasarkan skor SSI Memiliki
Partisipan adalah orang tua dengana anak keunikan stres, pada penelitian
AUTIS (usia 5-13 tahun) yang telah terdaftar ini memiliki skor yang lebih tinggi
pada kelas berkebutuhan khusus di negara dalam penggunaan dukungan sosial
Kalifornia. dibandingkan kelompok normal.
Hastings, R., Bertujuan untuk: Coping strategies (Brief Deskripsi Aktivitas: Hasilnya:
Kovshoff, H., • Untuk mengeksplorasi COPE) Penelitian ini dilaksanakan pada dua sampel Terdapat empat dimensi koping,
Brown, T., Ward, struktur dari Adalah salah satu koping yang terdiri dari ayah dan ibu. Untuk sampel yaitu active avoidance coping, problem
N., Espinosa, F., strategi koping yang yang dilakukan untuk 1, kuesioner orang tua mencakup Brief COPE focused coping, positive coping, dan
Remington, B. digunakan orang tua dapat membuat individu dan pengukuran well being dikirimkan pada religious/denial coping.
(2005). dari anak autis. mampu bertahan dan well alamat masing-masing anak dan kemudian Terdapat hubungan antara strategi
Coping strategies • Untuk melihat pe being dikembalikan dengan amplop yang diperangkoi koping dan sres pengasuhan dan
SA
in mothers ngaruh perbedaan • Mencakup berbagai kepada peneliti. kesehatan mental. Praktik berdampak
and fathers of gender dari orang tua strategi koping Untuk sampel 2, kuesioner orang tua mencakup
M pada pengurangan avoidance coping
preschool and yang memiliki anak • Dapat dihadirkan Brief COPE dan pengukuran kesejahteraan dan peningkatan penggunaan strategi
school-age autis, (baik ibu dan dalam sebuah situasi, orang tua dialamatkan ke positive strategies. Penggunaan coping
children with ayah direkrut untuk dalam hal ini dapat rumah orang tua dan dikembalikan dalam strategi dapat meningkatkan stres
PL
autism. penelitian) dan usia menyesuaikan dengan amplop tertutup kepada team ketika mereka dan masalah kesehatan mental, dan
anak autis dalam tuntutan akan kondisi dikunjungi untuk assesment lainnya dala rumah penggunaan reframing psoitif dapat
E
keluarga (jumlah anak autis mereka menurunkan stres.
keluarga dengan anak • Lebih pendek Pengukuran:
TK dan usia sekolah dan lebih cepat Coping:
direkrut). dalam mengelola • Brief COPE (Carver, dkk., 1989)
• Mengeksplorasi dibandingkan versi Parental well being:
hubungan antara lain dari COPE • Hospital anxiety and Depression Scale (HADS;
strategi koping Zigmon & Snaith, 1983).
orang tua dan stres • Questionnaire on Resources and Stress-
pengasuhan dan Friedrich (QRS-F; Friedrich, dkk., 1983).
kesehatan mental.
73
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
74
Nama Peneliti &
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
Judul
Sampel:
Jumlah sampel 1 (26 ibu dan 20 ayah) yang
memiliki anak AUTIS bersekolah.
Jumlah sampel 2 (48 ibu dan 41 ayah) yang
memilik anak AUTIS bersekolah yang terdaftar
pada SCAmP (sebuah projek pengevaluasian
terhadap intervensi perilaku untuk anak autis
yang lebih muda.
Mahoney, G., & Bertujuan untuk: Relationship Focused Deskripsi Aktivitas: Hasil:
Perales, F. (2003) • Membantu orang Intervention: Anak dan orang tua menerima intervensi Intervensi relationship-focused cukup
Using Relationship- tua mempelajari satu Pendekatan umum setiap minggunya selama 814 bulan. Setiap menjanjikan pada peningkatan
Focused to sampai dua strategi untuk mengembangkan sesi pertemuan berfokus pada usaha keberfungsian sosial emosional dari
SA
Enhance the responsive teaching intervensi yang mendorong untuk menggunakan kurikulum anak AUTIS. Perbandingan pre dan
Social-Emotional yang sebelumnya mendorong dan Responsive Teaching untuk memperkenalkan
M post assessments mengindikasikan
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Functioning of belum dapat bekerja mendukung orang tua perkembangan sosioemosional anak. bahwa intervensi sukses dalam
Young Children with sama sampai interaksi untuk meningkatkan Pengukuran: mendorong ibu untuk lebih berespons
Autism Spectrum mereka dengan anak strategi tanggung jawab Responsive Teaching Pivotal Intervention dan bertanggung jawab terhadap
PL
Disorder (Jurnal) mereka selama ru selama interaksi rutinitas Objectives: hubungan antara ibu dan anak.
tinitas keseharian dengan anak mereka. • Cognition:
E
• Mendorong orang Social play, initiation, exploration, problem
tua melanjutkan solving, practice
penggunaan strategi • Communication:
yang telah dipelajari Joint activity, joint attention, vocalization,
sebelumnya. Intentional communication, conversation
• Social emotional functioning
Trust/attachment, empathy/intersubjectivity,
cooperation, self regulation
• Motivation:
Interest, persistence, enjoyment, feelings of
competence, feelings of control
Nama Peneliti &
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
Judul
• Masing-masing Sampel:
responsive teaching Jumlah sampel 20 anak dengan diagnosis AUTIS
dirancang untuk bersama dengan orang tuanya
membantu orang tua Durasi 8 - 14 bulan
mementingkan satu
dari lima perbedaan
komponen perilaku
interaksi berespons,
seperti:
Boyd, B. (2002) Bertujuan untuk Social Support Pengukuran: Hasil:
Examining the mengungkapkan Interventions: Instrument tiga laporan diri yang biasa Terdapat tiga topik yang berhubungan
Relationship pentingnya intervensi Intervensi dibutuhkan digunakan oleh orang tua yang mengalami dengan pencarian dukungan sosial:
SA
Between Stress dukungan sosial yang untuk membantu orang autisme, dan peran dukungan sosial sangat • Menguji karakter utama ibu yang
and Lack of Social diterima ibu dalam tua dalam meningkatkan tepat. Alat ukur yang biasa digunakan:
M menyebabkan mereka mencari
Support in Mothers meningkatkan emotional well being Parenting stress dukungan sosial
of Children with kesejahteraan, dengan adanya • Parenting Stress Index (PSI: Abidin, 1983). • Berkonsentrasi pada bagaimana
Autism (Jurnal menurunkan stres. pemberian dukungan • Questionnaire in Resources and Stress (QRS; ciri-ciri anak autism berinteraksi
PL
literatur review) Pada ibu dengan anak sosial. Membantu orang Holyroyd, 1974) dengan ibunya yang memengaruhi
tua mengatasi dalam
AUTIS, informal support
E
Family Support keputusannya untuk menetapkan
lebih efektif mengatasi pengasuhan anak yang • Family Support Scale (Dunst, Jenkins & dukungan sosial
stres dibandingkan berkebutuhan khusus Trivette, 1984). • Efek negatif yang dapat bertambah
formal support. ketika dukungan sosial tidak
tersedia
75
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
Nama Peneliti &
Tujuan Bentuk Intervensi Prosedur Hasil
76
Judul
Frea, W,. Hepburn, Bertujuan untuk Teaching Parents Deskripsi Aktivitas: Dua keluarga diteliti, hasilnya
S. (1999) menginvestigasikan Merupakan program yang Penelitian ini dilaksanakan pada dua sampel mengindikasikan bahwa satu keluarga
Teaching Parents kemampuan orang tua mengajari orang tua agar yang terdiri dari ayah dan ibu. Untuk sampel pertama sukses dalam penggunaan
of Children with dalam mempelajari dapat berinteraksi dan 1, kuesioner orang tua mencakup Brief COPE informasi keberfungsian assesment
Autism to Perform kemampuan yang mengoptimalkan anaknya dan pengukuran well being dikirimkan pada untuk menjadi mandiri menciptakan
Functional berhubungan yang autis. Diharapkan alamat masing-masing anak dan kemudian intervensi efektif.
Assessments to Plan keberfungsian assesment dengan adanya interaksi dikembalikan dengan amplop yang diperangkoi Keluarga kedua diminta untuk
Interventions for dan menciptakan antara orang tua dan kepada peneliti. mengikuti sesi instruksi singkat dalam
Extremely intervensi. anak, akan semakin Untuk sampel 2, kuesioner orang tua mencakup prosedur penggerakan hati untuk
Disruptive • Menilai kemampuan membuat keluarga Brief COPE dan pengukuran kesejahteraan menerapkan intervensi secara efektif.
Behaviors orang tua dalam memahami dan menerima orang tua dialamatkan ke rumah orang tua
(Jurnal) penggunaan manual kondisi anaknya, dan dan dikembalikan dalam amplop tertutup
pembelajaran untuk terakhir akan berdampak kepada team ketika mereka dikunjungi
SA
menampilkan pada kesejahteraan orang untuk assesment lainnya dala rumah mereka
keberfungsian tua. Baseline dan intervensi akan diambil videonya
M
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
77
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
rolog dan ahli bedah saraf untuk mendampingi diagnosis dan mencatat
perjalanan gangguan otak atau efek perlakuan.
M
78
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
dalam struktur dan biokimia otak (Carlson, 2011; Stefanatos & Baron,
2011), misalnya pertumbuhan otak yang lebih besar 5-10% dari anak nor
mal sampai usia 4 tahun, namun kemudian melambat, dan akhirnya ber
kurang sebelum waktunya. Anak dengan gangguan spektrum autis juga
mengalami perbedaan dalam beberapa struktur otak terutama di bagian
otak yang terkait dengan fungsi eksekutif serta kemampuan komunikasi
dan sosial seperti di bagian frontal cortex, temporal cortex, hippocampus,
dan amygdala. Hal ini menyebabkan anak kesulitan dalam melakukan
perencanaan, kurang fleksibel dalam berpikir, kesulitan dalam melakukan
generalisasi, kesulitan untuk mengintegrasikan informasi secara lengkap
menjadi sesuatu yang bermakna, serta kesulitan dalam kemampuan in
tersubjektivitas (kemampuan untuk meletakkan diri sendiri pada posisi/
kondisi orang lain) (dalam Daulay, 2017).
Pendekatan neuropsikologi juga memandang bahwa gangguan yang
dialami anak dengan keistimewaan ini disebabkan karena adanya ganggu
an dalam mengintegrasikan informasi sensori yang diterima lingkungan.
Gangguan dalam proses sensori ini meliputi cara memperoleh informasi
melalui indera (sensory reactivity), cara mengolah informasi tersebut (sen
E
sory procesing), serta cara menggerakkan otot dan melakukan se rang
PL
atau respons yang tidak tepat, misalnya anak menunjukkan reaksi yang
SA
79
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
rut Lezak (1995) dapat dijelaskan sebagai sistem, yakni ada sistem kognitif,
sistem emosi dan sistem eksekutif, sehingga penulis dapat menyimpulkan
bahwa perilaku anak dengan gangguan spektrum autis dapat dijelaskan
sebagai berikut (dalam Daulay, 2017):
1. Sistem kognitif: pada anak autis mengalami penurunan volume, ke
lainan ukuran saraf dan kepadatan pada lobus temporalis, kemudian
akan mengalami kelainan volume cerebellum sehingga sangat sulit
untuk membagi perhatian dan memusatkan perhatian, namun ketika
perhatian terpusat, anak autis akan sulit untuk mengalihkan perhati
an, dan mengalami perhatian sosial yang rendah.
2. Sistem emosi: pada anak autis mengalami penurunan ukuran sel neuron
dalam sistem limbik sehingga berdampak pada keti dak ber
fungsian
dalam stimulus sosial, gerakan meniru, stimulus emosi, perhatian, dan
bermain simbol. Pada anak autis juga mengalami neuroaktivasi yang
tidak normal pada amigdala dan hipokampus, sehingga berdampak
pada penurunan perilaku sosial, dan rendahnya proses pengenalan
wajah.
3. Sistem eksekutif: pada anak autis mengalami kelainan pada prefrontal
E
cortex sehingga tidak mampu mengikuti konteks yang ada, dan tampil
PL
dalam perilaku yang tidak tepat dan impulsif. Pada anak autis juga
mengalami kelainan pada dorsolateral prefrontal cortex, sehingga
M
an, pikiran, dan perhatian terhadap orang lain, dan minimnya akan
pertimbangan sosial.
80
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
81
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
82
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
Individu autis juga merasakan bahwa mereka memiliki minat dan ba
kat yang berbeda dari yang lainnya, seperti mengutak-atik barang,
M
83
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
a. Kurikulum
SA
84
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
lingkungan sekolah.
REFERENSI
E
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Ma
PL
85
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Barkley, A.R. (1998). Attention Deficit Hyperactivity Disorder. 2nd Ed. New
York: The Guilford Press.
Bilgin, H., & Kucuk, L. (2010). “Raising an autistic child: Perspectives from
Turkish mothers”. Journal of Child and Adolescent Psychiatric Nursing,
23(2), 92-99.
Budhiman, M. (1997). Tata Laksana Terpadu pada Autisme. Symposium Tata
Taksana Autisme: Gangguan Perkembangan pada Anak. Jakarta: Yaya
san Autisme Indonesia.
Budhiman, M. (2002). Penanganan autisme secara komprehensif. Seminar
& Workshop on Fragile X Mental Retardation, Autism and Related Di
sorders. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Carlson, N.R. (2011). Foundations of Behavioral Neuroscience. Boston: Allyn
& Bacon.
Carter, B.E., & McGoldrick, M.E. (1988). The changing family life cycle: A
framework for family therapy. Gardner Press.
Catur, N. (2017). “Hubungan antara stres pengasuhan dan penerimaan
orang tua terhadap kualitas hidup pada ibu dengan anak gangguan
86
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
94.
Courchesne, E. (1997).“ Brainsterm, cerebellar, and limbic neuroanatomi
cal abnormalities in autism”. Current Opinion in Neurobiology, 7, 269-
278.
Daulay, N. (2016). “Gambaran ketangguhan ibu dalam mengasuh anak
dengan gangguan spektrum autis”. Jurnal Psikohumaniora, 1(1), 49-
74.
Daulay, N. (2017). “Struktur otak dan keberfungsiannya pada anak de
ngan gangguan spektrum autis: kajian neuropsikologi”. Buletin Psiko
logi, 1(88), 2012.
Daulay, N. (2018). Parenting stress of mothers in children with autism
spectrum disorder: A review of the culture in Indonesia. KnE Social
Sciences, 3(5), 453- 473.doi:10.18502/kss.v3i5.2349.
Daulay, N., Ramdhani, N., & Hadjam, M.N.R. (2018). Sense of competence
as mediator on parenting stress. The Open Psychology Journal, 11, 198-
209.doi:10.2174/1874350101811010198.
Daulay, N., Ramdhani, N., & Hadjam, M.N.R. (2018). Proses menjadi tang
87
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
guh bagi ibu yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autis.
Jurnal Humanitas, 15(2). http://dx.doi.org/10.26555/humanitas.v15i
2.8695.
Daulay, N. (2019). “Model stres pengasuhan pada ibu yang memiliki
anak dengan gangguan spktrum autis”. Disertasi. Fakultas Psikologi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
DeMyer, M. (1979). Parents and Children in autism. Washington, DC: VH
Winston.
Depape, A., & Lindsay, S. (2015). Parents ’ experiences of caring for a child
with autism spectrum disorder. Qualitative Health Research, 25(4),
569-583.doi:10.1177/1049732314552455.
Donders, J., & Hunter, S. (2010). Principles and Practice of Lifespan Deve
lopmental Neuropsychology. New York: Cambridge University Press.
Ecker, C. (2016). The neuroanatomy of autism spectrum disorder: An
overview of structural neuroimaging findings and their translatability
to the clinical setting. Autism, 1-11. doi:10.1177/1362 361315627136.
Ekawati, Y., & Wandansari, Y.Y. (2012). Perkembangan interaksi sosial
anak autis di sekolah inklusi: Ditinjau dari perspektif ibu. EXPERIEN
E
Fitriani, A., & Ambarini, T.K. (2013). Hubungan antara hardiness dengan
SA
tingkat stres pengasuhan pada ibu dengan anak autis. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental, 2(2), 37.
Flanagen, R. (2005). ADHD Kids: Menjadi Pendamping Bijak bagi Anak
Penderita ADHD. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Flippin, M., & Crais, E.R. (2011). “The need for more effective father
involvement in early autism intervention: A systematic review and
recommendations”. Journal of Early Intervention, 33(1), 24-50.528.
Frea, W. D., & Hepburn, S. L. (1999). Teaching parents of children with
autism to perform functional assessments to plan interventions for
extremely disruptive behaviors. Journal of Positive Behavior Interven
tions, 1(2), 112-122.
Freeman, N., Perry, A., & Factor, D. (1991). Child behaviors as stressors:
Replicating and extending the use of the CARS as a measure of stress:
A research note. Child Psychology & Psychiatry & Allied Disciplines,
32(6), 1025-1030. doi:10. 1111/j.1469-7610.1991.tb01927.x.
Freuler, A.C., Baranek, G.T., Tashjian, C., Watson, L.R., Crais, E.R., &
Turner-Brown, L.M. (2014). Parent reflections of experiences of parti
88
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
89
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
dap stres pengasuhan pada ibu dari anak autis”. Psikoislamika: Jurnal
Psikologi dan Psikologi Islam, 10(1).
Holroyd, J., & McArthur, D. (1976). Mental retardation and stress on the
parents: A contrast between down’s syndrome and childhood autism.
American Journal of Mental Deficiency, 80(4), 431-436.
Holroyd, E.E. (2003). Chinese cultural influences on parental caregiving
obligations toward children with disabilities. Qualitative Health Re
search, 13(1), 4-19.
Ismail, A. (2008). “Hubungan dukungan sosial degan penerimaan diri Ibu
terhadap anaknya yang mengalami gangguan autis”. Skripsi. Fakultas
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Jeniu, E., Widodo, D., & Widiani, E. (2017). Hubungan pengetahuan te
ntang autisme dengan tingkat kecemasan orang tua yang memiliki
anak autisme di Sekolah Luar Biasa Bhakti Luhur Malang. Nursing
News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(2).
Karningtyas, M.A. (2014). “Pola Komunikasi Interpersonal Anak Autis di
Sekolah Autis Fajar Nugraha Yogyakarta”. Jurnal Ilmu Komunikasi,
7(2).
E
Kim, J., Wigram, T., & Gold, C. (2009). Emotional, motivational and in
PL
90
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
Maharani, K. D., Karini, S. M., & Agustin, R. W. (2015). Studi Kasus Proses
PL
91
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
92
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
Pillay, M., Alderson-Day, B., Wright, B., Williams, C., & Urwin, B. (2011).
Autism Spectrum Conditions-Enhancing Nurture and De ve
lopment
(ASCEND): An evaluation of intervention support groups for parents.
Clinical childpsychology and psychiatry, 16(1), 5-20.
Pruitt, M.M., Willis, K., Timmons, L., & Ekas, N.V. (2016). The impact of
maternal, child, and family characteristics on the daily well-being and
parenting experiences of mothers of children with autism spectrum
disorder. Autism, 20(8), 973-985. doi:10.1177/ 1362361315620409.
Pujiastuti, U. (2014). Hubungan antara dukungan ayah, pengetahuan ibu
tentang anak autis dan religiusitas (dimensi praktik agama) dengan
penerimaan ibu terhadap anak autis. Tesis.
Putri, M. (2011). “Dinamika kecemasan ibu yang memiliki anak autis yang
sedang puber”. Skripsi. Fakultas Psikologi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Qodariah, S., Nurlailiwangi, E., & Amelia, S. (2011). Peran psikolog dalam
meningkatkan “coping strategy” dan “adaptational outcomes” pada ibu
yang memiliki anak autis. Prosiding SNaPP: Sosial, Ekonomi dan Hu
maniora, 2(1), 19-26.
E
Rachmayanti, S., & Zulkaida, A. (2011). “Penerimaan diri orang tua ter
PL
sangan dengan stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak autis”.
Tesis. Fakultas Psikologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Ravindran, N., & Myers, B.J. (2012). “Cultural influences on perceptions
of health, illness, and disability: A review and focus on autism”. Jour
nal of Child and Family Studies, 21(2), 311-319.
Rommelse, N., Geurt, H., Franke, B., Buitelar, J., & Hartman, C. (2011).
“No Title”. Neuroscience and Biobehavioral Reviews, 55, 1363-1396.
doi:10.1016/j.neubiorev.2011.02.015.
Santoso, T.B., Ito, Y., Ohshima, N., Hidaka, M., & Bontje, P. (2015). “Re
silience in daily occupations of Indonesian mothers of children with
autism spectrum disorder”. American Journal of Occupational Therapy,
69(5), 6905185020p1- 6905185020p8.
Sa’diyah, S. (2016). Gambaran psychological well-being dan stres peng
asuhan ibu dengan Anak AUTIS. Malang: Universitas Muhammadiyah,
diakses tanggal, 11, 394-399.
Saraswati, I.F. (2011). “Strategi coping orang tua yang memiliki anak
ADHD”. Tesis. Prodi Psikologi Unika Soegijapranata.
93
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Shen M.D., Nordahl C.W., Young G.S. et al. (2013). “Early brain enlar
PL
Siburian, E.G., & La Kahija, Y.F. (2014). “Pengalaman ibu dengan anak
SA
94
BAB 2 • ANAK-ANAK DENGAN GANGGUAN PERKEMBANGAN SARAF
Steinmetz, H., Staiger, J.F., Schlaug, G., Huang, Y., & Jncke, L. (1996).
Inverse relationship between brain size and callosal connectivity. The
Science of Nature, 5(83), 221.
Suadnyana, M.A. (2017). “Hubungan antara dukungan sosial dengan per
tumbuhan terkait stres pada ibu dari anak autis”. Skripsi. Fakultas
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Subandi, A., & Rusana, R. (2014). “Pengalaman orang tua mengasuh anak
dengan attention deficit hyperactive Disorders (ADHD/Hiperaktif)”.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 50-60.
Susanti, H. (2014). “Representasi konsep diri orang tua yang memiliki
anak autis”. Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(1), 1-118.
Susilowati, A. (2007). “Hubungan antara dukungan sosial dan tingkat
stres dari anak autis”. Skripsi.
Swapna & Sudhir, M.A. (2016). “Behaviour modification for intellectually
disabled students”. IOSR Journal of Humanities and Social Science,
21(2), 35-38.
Syanti, W.R., & Handadari, W. (2016). “Penerapan behavioral parent tra
ining untuk menurunkan stres pengasuhan pada ibu yang memiliki
E
95
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
96
Bab 3
FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR
RISIKO PENGASUHAN
P
E
sikap yang kurang hangat tidak hanya terhadap orang tua, namun juga
terhadap anak. Anak dengan gangguan spektrum autis dianggap sebagai
anak yang aneh, karena perilaku maladaptif yang ditampilkannya, seperti
berteriak dan tertawa tanpa sebab, bersikap agresif terhadap orang lain,
dan menyakiti dirinya sendiri. Kehadiran anak seperti ini dianggap sebagai
aib keluarga dan merupakan karma yang harus ditanggung orang tua
karena memiliki kesalahan di masa lalunya. Sungguh miris kondisi anak
dan orang tua yang harus mereka terima, mendapatkan stigma negatif dari
masyarakat. Keterbatasan informasi ditambah penolakan dari masyarakat
terhadap keluarga yang memiliki anak dengan keistimewaan ini, semakin
memperburuk kondisi psikologis orang tua dan anak.
Kondisi telah berubah, pada saat sekarang anak-anak dengan ke
istimewaan ini sudah banyak diterima di masyarakat, di sekolah, dan
di lingkungan umum. Beberapa faktor yang memengaruhinya, seperti:
semakin banyaknya para profesional yang cukup menguasai di bidang ini,
akan menambahkan informasi dan memberikan dukungan terhadap orang
tua dan keluarga; sosialisasi yang cukup intens dilakukan oleh pemerintah,
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
A. FAKTOR PROTEKTIF
Faktor protektif yang mendukung proses adaptasi keluarga adalah
lingkungan yang kondusif dan anggota keluarga yang mau membantu.
Faktor protektif merupakan hal potensial yang digunakan sebagai alat
untuk merancang pencegahan dan penanggulangan berbagai hambatan,
persoalan, dan kesulitan degan cara-cara yang efektif (Hogue dan Liddle,
98
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
1. Kesejahteraan (Well-Being)
Kesejahteraan merupakan salah satu konstrak ukur dalam bidang
psi
kologi. Beberapa peneliti psikologi cenderung menyamakan istilah
happiness (kebahagiaan) dengan subjective well-being (kesejahteraan sub
jektif) (Uchida, dkk., 2004), namun ada juga yang berpendapat bahwa
kedua variabel ini berbeda, kesejahteraan dapat dimaknai memiliki kon
sep lebih luas dan menyeluruh yang meliputi kebahagiaan itu sendiri
(Anggoro & Widhiarso, 2010).
Beberapa tokoh mendefinisikan makna kesejahteraan, di antaranya:
E
99
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
berdimensi relasi, yang terdiri dari dimensi sosial dan dimensi manusia),
dan locating one’s life (persepsi dan penilaian subjektif terhadap dimensi
material dan relasional).
Penelitian tentang kesejahteraan menjadi kajian yang terus diminati,
sebab semua orang menginginkan untuk terus sejahtera. Demikian juga
dengan riset-riset yang berupaya menggali kesejahteraan orang tua
yang memiliki anak spesial, yakni anak yang perkembang annya tidak
seperti anak-anak normal pada umumnya. Beberapa penelitian tentang
kesejahteraan, di antaranya: 1) Penelitian yang bertujuan untuk menguji
pengaruh rasa syukur dan kepribadian terhadap kesejahteraan psikologis
orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus oleh Nurarini (2016).
Hasil penelitiannya membuktikan bahwa kesejahteraan psikologis orang
tua dipengaruhi secara signifikan oleh rasa syukur dan kepribadian
sebesar 59,7% dan sisanya 40.3% dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini; 2) Penelitian dengan tujuan untuk menguji hubungan ber
syukur dan kesejahteraan subjektif pada orang tua yang memiliki anak
tunagrahita telah dilakukan oleh Murisal dan Hasanah (2017). Hasil pe
nelitiannya menun jukkan terdapat hubungan positif antara bersyukur
E
kondisi yang ada maka orang tua akan semakin merasa sejahtera; 3)
Penelitian dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hubung
M
an parenting self efficacy dengan kesejahteraan subjektif pada ibu yang me
SA
100
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
sebagai data awal untuk melihat gambaran profil ketangguhan ibu dalam
PL
101
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
hubungan orang tua dan anak dan bagi para pengasuh dengan tingkat
pengontrolan rendah dalam mengatasi perilaku anak yang bermasalah.
M
102
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
Dukungan informal bisa ibu dapatkan dari suami, keluarga, teman para
PL
profesional, guru, dan terapis anak, sedangkan dukungan formal bisa dari
sekolah, tempat layanan kesehatan, dan tempat terapi.
M
103
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
5. Resiliensi
Resiliensi merupakan hasil dari upaya mengelola berbagai macam
E
risiko atau hal yang berpotensi memunculkan krisis dengan ca ra-cara
PL
104
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
6. Bersyukur
Bersyukur merupakan salah satu bentuk apresiasi atas apa yang telah
M
positif stimulus yang daang dari luar, berpikir positif dan optimisme atas
kesulitan yang ada. Bagaimana memunculkan rasa syukur bagi orang tua
yang memiliki anak istimewa ini bukanlah hal mudah, membutuhkan
proses agar bisa menerima kondisi anak. Rasa syukur ini juga berkaitan
dengan kesehatan psikologis dan fungsi sosial individu, dalam membantu
individu sebagai pengembangan dirinya (Emmons & McCullough, 2004).
Penelitian oleh Daulay, Ramdhani, dan Hadjam (2018) semakin me
negaskan peran penting bersyukur bagi orang tua dari anak dengan gang
guan spektrum autis. Bersyukur, yaitu rasa berterima kasih ibu atas ke
nikmatan yang Tuhan berikan kepada ibu dan keluarganya, sesulit dan
seberat apa pun dalam mengasuh anak dengan istimewa ini, sehingga ibu
akan lebih tenang ketika mampu memaknai kehadiran anaknya. Hal-hal
yang telah Tuhan berikan kepada ibu bukan saja dengan memberikan
anak, tapi juga lahir dan batin ibu menjadi lebih tenang, lebih bahagia,
lebih mampu memaknai hidup, dan mampu mengatasi masalah kehidupan
Peran penting bersyukur sebagai salah satu faktor protektif juga telah
dibuktikan dari berbagai penelitian, seperti: 1) Penelitian yang bertujuan
105
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
untuk menguji hubungan antara rasa syukur dan penerimaan diri orang
tua yang memiliki anak-anak intellectual disability oleh Sutriyatno (2016).
Hasil penelitiannya membuktikan terdapat hubungan positif antara rasa
syukur dengan penerimaan diri, artinya orang tua yang bersyukur akan
kondisi anak maka akan lebih cepat dalam menerima anak; 2) Penelitian
yang berupaya mengkaji hu bungan antara kebersyukuran, religiusitas
terhadap ketangguhan ibu oleh Aprilia (2018) juga menghasilkan hubung
an yang psitif di antara ketiga varibel ini, artinya bagi ibu yang intens
bersyukur dan memiliki pemahaman religiusitas yang baik, maka lebih
tangguh dalam merawat anak-anak dengan keistimewaan ini; 3) Demi
kian juga dengan penelitian yang berupaya mengkaji kebersyukuran de
ngan kepuasan hidup orang tua oleh Sulastina dan Rohmatun (2018).
Hasil penelitiannya semakin membuktikan peran penting bersyukur untuk
meningkatkan kualitas hidup orang dari anak-anak berkebutuhan khusus.
7. Religiusitas
Konsep religiusitas yang paling banyak digunakan dalam penelitian
psikologi berdasarkan dari teori Glock dan Stark (dalam Subandi, 2013),
E
106
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
sebaliknya, jika religiusitas yang rendah akan menjadi sebuah faktor ri
siko, sebab tanpa penghayatan keagamaan, tanpa pegangan spiritual ten
tang keyakinan akan ketentuan Tuhan, maka dalam situasi yang sangat
tertekan individu akan rentan mengalami problem psikologis yang berke
panjangan. Individu akan larut dalam kesedihan, sibuk mnyesali keada
an, mencari-cari sumber kesalahan untuk kemudian mempersalahkannya,
mencari pelarian atau pelampiasan yang negatif, dan sebagainya. Reli
giusitas menjembatani individu untuk lebih mampu menerima kondisi
baru yang berbeda dari sebelumnya, sesulit apa pun kondisi tersebut.
Beberapa penelitian telah membuktikan peran religiusitas dalam me
ningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup bagi orang tua dari anak-
anak istimewa ini, di antaranya: 1) Penelitian yang bertujuan untuk
mengkaji hubungan antara religiusitas dalam meningkatkan ketangguhan,
oleh Santana dan Istiana (2019). Hasil penelitiannya membuktikan bah
wa terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dan kepriba
dian tangguh pada ibu-ibu yang memiliki anak berkebutuhan, artinya
semakin tinggi religiusitas orang tua maka semakin tangguh pula orang
tua terutama dalam menghadapi situasi sulit; 2) Orang tua yag mengala
E
107
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
B. FAKTOR RISIKO
Menurut Kaplan (1999) mendefinisikan faktor risiko sebagai “predik
tor awal” dari sesuatu yang tidak diinginkan atau sesuatu yang membuat
orang semakin rentan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut
Rutter (1990) faktor risiko merupakan variabel yang mengarah langsung
pada kondisi patologis atau maladjustment, meski di sisi lain Rutter ju
ga menujukkan bahwa faktor risiko merepresentasikan proses dan meka
nisme yang mengarah pada akibat yang bersifat problematik. Sementara
Luthar (1999) mendefinisikan faktor risiko sebagai sebuah variabel yang
memfasilitasi munculnya problem perilaku, sebagai respons yang lebih
lanjut dari stres (dalam Hendriani, 2018).
E
1. Perilaku Maladaptif Anak
PL
108
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
sip penting dari kematangan sosial pada diri setiap individu, yaitu: ke
siapan diri, perilaku serta respons terhadap lingkungan sosial. Sparrow
dkk., (1984) mengembangkan skala perilaku adaptif (Vineland Adaptif
Behavior Scale) untuk melihat kemampuan perilaku adaptif anak yaitu
mampu menampilkan aktivitas sehari-hari yang dituntut agar seseorang
mampu memenuhi kebutuhan pribadi maupun sosialnya.
Prinsip utama yang dikemukakan Sparrow adalah: 1) Perilaku adaptif,
berhubungan dengan perkembangan usia. Semakin tinggi usia, maka pe
rilaku yang muncul pun semakin kompleks; 2) Perilaku adaptif, diarti-
kan dalam konteks harapan atau ukuran lingkungan terhadap seseorang;
3) Perilaku adaptif, juga diartikan sebagai tampilan perilaku yang khas
(untuk setiap tahapan usia) dan bukan sebagai bakat kemampuan. Dengan
kata lain, perilaku adaptif adalah keberhasilan anak untuk menyesuai-
kan perilakunya terhadap orang lain secara umum, terhadap kelompok-
nya dan juga lingkungannya. Perilaku tersebut menurut Sparrow dkk.,
(1984) mencakup beberapa ranah (domain) yaitu komunikasi (expressive,
receptive, written), keterampilan hidup sehari-hari (personal, domestic, com
munity), sosialisasi (interpersonal relationship, play and leisure), dan kete
E
109
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
atau mengganggu, tidak mengerti atau tidak peka terhadap orang lain,
PL
110
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
pengasuhan (Hall & Graff, 2012), orang tua mengalami stres pengasuhan
lebih tinggi disebabkan karena perilaku maladaptif externalizing (Bader,
M
111
Tabel.4. PENGARUH PERILAKU MALADAPTIF ANAK DENGAN GANGGUAN SPEKTRUM AUTIS TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS ORANG TUA
112
Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil
Lee (Disertasi, Predictors of Menguji faktor- Partisipan: 160 ibu-ibu yang memiliki anak autis Hasil:
2011) parenting stress faktor yang dapat (usia anak 3 tahun- 12 tahun). Berdasarkan analisis korelasi: usia anak, tahun
among mothers memengaruhi Penelitian ini menggunakan 13 variabel independen berlalu sejak anak terdiagnosis, keparahan
of children with munculnya stres dalam memprediksikan pengaruhnya terhadap autis, perilaku maladaptif anak, perasaan
autism in South pengasuhan pada ibu stres pengasuhan. Ketiga belas variabel: family bersalah ibu signifikan berkorelasi terhadap
Korea yang memiliki anak autis social support, number of family members, family stres pengasuhan. Berdasarkan stepwise multiple
di Korea composition, family monthly income, child’s severity regression: usia anak, tahun berlalu sejak
of autism, child’s maladaptive behavior, child’s age, anak terdiagnosis, dan perasaan bersalah ibu
year(s) elapsed since diagnosis, child’s gender, mothers merupakan variabel yang dominan memengaruhi
’ feelings of guilt, duration of marriage, mother’s stres pengasuhan ibu.
education, mother’s occupation.
Analisis: korelasi dan stepwise multiple regression.
SA
Hall, Graff Maladaptive Menguji pengaruh Partisipan: sebanyak 70 orang tua dari anak autis
M Hasil: terdapat peningkatan hubungan antara
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
(Jurnal, 2012) behaviors of perilaku maladaptif (usia anak 3-21 tahun). perilaku maladaptif internalizing dan stres orang
children with anak autis, dukungan Alat ukur: koping (coping health inventory for tua.
autism: Parent keluarga, stres orang parents); dukungan keluarga (family support scale); Berdasarkan analisis regresi pada model satu
support, stress tua, dan koping. stres pengasuhan (parenting stress index); perilaku menunjukkan stres pengasuhan dijelaskan oleh
PL
and coping. maladaptif anak (vineland adaptive behavior scales).
E perilaku maladaptif internalizing dan externalizing,
Analisis: pearson product-moment correlation, dan perilaku maladaptif lainnya sebanyak 26%.
independent- samples t test, multiple regression. Pada model dua menunjukkan stres pengasuhan
dijelaskan oleh kombinasi perilaku maladaptif
dan dukungan keluarga.
Zablotsky, The association Menguji stres dan Partisipan: sebanyak 1014 orang tua dari anak autis Hasil: penelitian ini semakin menegaskan
Bradshaw, between mental kondisi kesejahteraan dan 667 anak baru saja teridentifikasi autis. prediktor yang memengaruhi kesehatan mental
Stuart. (Jurnal health, stress, psikologis pada ibu dari Alat ukur: ibu dan meningkatnya stres dipengaruhi oleh
2013) and coping anak autis. • Diagnosis autis; Gangguan psikiatri tambahan; rendahnya ekomoni keluarga, banyaknya jumlah
supports in Menguji risiko Kesehatan mental ibu; Indikator stres; anak, kondisi keterbatasan anak autis (terdapat
mothers of pengasuhan ibu dan Dukungan koping;Variabel demografi Analisis: beberapa anak autis yang komorbid dengan
children with faktor protektif yang multiple regression gangguan lain).
autism spectrum berhubungan dengan
diorders. diagnosis anak.
Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil
Maljaars, Maternal Menguji hubungan Partisipan: sebanyak 989 keluarga dalam konteks Hasil : ibu dari anak autis secara signifikan
Boonen, parenting antara perilaku berbahasa Belanda Alat ukur: menunjukkan skor lebih rendah pada aturan dan
Lambrechts, behavior and bermasalah anak dan • Perilaku pengasuhan (the parental behavior disiplin dan skor lebih tinggi pada pengasuhan
Leeuwen, child behavior perilaku anak dalam scale-short version) positif, stimulasi perkembangan, dan adaptasi
Noens. (Jurnal, problems in memengaruhi perilaku • Perilaku bermasalah anak (child behavior lingkungan.
2014) families of orang tua, dan memban problems) Stres pengasuhan didapati pada keluarga yang
children and dingkannya antara ibu Metode: analisis MANOVA. memiliki anak autis.
adolescents with dari anak autis dan tidak Penelitian ini mengimplikasikan pelayanan dan
autism spectrum autis, ibu dari anak dan pelatihan untuk mendukung orang tua dari anak
disorder. remaja autis. autis dan menjelaskan perilaku bermasalah anak
autis. Pelatihan terkait pemahaman akan perilaku
bermasalah anak berfungsi untuk menurunkan
stres pengasuhan dan meningkatkan efikasi
SA
pengasuhan.
Zaidman-Zait, Examination Menguji hubungan Partisipan: sebanyak 184 ibu-ibu dari anak autis.
M Hasil: stres pengasuhan (general distress
Mirenda, Duku, of bidirectional antara dua tipe stres Alat ukur: dan parenting distress) disebabkan oleh
Szatmari, relationships pengasuhan (kondisi • Stres pengasuhan: parenting stress index-short perilaku bermasalah anak (internalizing dan
Georgiades, between parent stres secara umum form eksternalizing).
PL
Volden, stress and two dan kondisi stres • Perilaku anak: child behavior checklist.
E Stres pengasuhan (general distress) berpengaruh
Zwaigenbaum, types of problem pengasuhan) dan • Metode: analysis structural equation modelling langsung terhadap efikasi diri, depresi,
Vaillancourt, behavior in perilaku eksternalizing (path analysis). dan isolasi, serta ketidak efektifan praktik
Bryson, Smith, children with dan internalizing anak pengasuhan (misalnya, afeksi negatif, dan
Fombonne, autism spectrum autis. rendahnya kehangatan dan dukungan orang tua).
Roberts, disorder.
Waddell,
Thompson
(Jurnal, 2014).
113
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil
114
McStay, Parenting stress Menguji peran Partisipan: 150 orang tua dari anak-anak dan remaja Hasil: Hiperaktivitas anak merupakan faktor
Dissanayake, and autism: karakteristik anak (usia, autis, dan 54 orang tua dari anak perkembangan signifikan berhubungan terhadap stres
Scheeren, Koot, The role of age, keparahan autis, kualitas normal. pengasuhan pada orang tua autis, tanpa
Begeer. (Jurnal, autism severity, kehidupan anak dan Alat ukur: dipengaruhi keparahan autis dan kualitas
2014) quality of life perilaku bermasalah • Stres pengasuhan (Parenting stress index). kehidupan anak. Pengaruh yang signifikan dari
and problem anak) terhadap stres • Keparahan autis (Social Responsiveness Scale, perilaku bermasalah anak terhadap tuntutan
behaviour of pengasuhan. SRS) pengasuhan dan persepsi akan keterampilan
children and • Kualitas kehidupan anak autis (The Pediatric pengasuhan pada orang tua dari anak autis.
adolescents with Quality of Life (PedsQL) Inventory). Untuk karakteristik anak yang lain masih dalam
autism. • Perilaku bermasalah anak autis (Disruptive pengendalian orang tua.
Behavior Disorders Rating Scale).
Analisis:
• ANCOVA : menguji pengaruh kelompok autis
SA
dan anak perkembangan normal.
• Multiple regresion: menguji kontribusi usia anak,
M
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
115
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil
116
Zaidman-Zait, Impact of Menguji hubungan Partisipan: sebanyak 283 ibu-ibu yang memiliki anak Hasil:
Mirenda, Duku, personal and antara perilaku autis (baru terdiagnosis autis) Pada saat terdiagnosis: Model menunjukkan
Vaillancourt, social resources bermasalah anak, Alat ukur: dukungan sosial tinggi dan penggunaan koping
Smith, on parenting strategi koping, sumber • Demografi keluarga berhubungan dengan menurunnya stres
Szatmari, stress in mothers sosial, stres pengasuhan • Stres pengasuhan (parenting stress index) pengasuhan. Sebaliknya, meningkatnya perilaku
Bryson, of children with pada ibu dari anak autis • Keberfungsian keluarga (the general family maladaptive externalizing, ketidakberfungsian
Fombonne, autism spectrum muda. functioning/GFF) keluarga, dan strategi koping rendah
Volden, disorder. • Dukungan sosial orang tua (the social support berhubungan dengan rendahnya stres
Waddel, scale/SSS) pengasuhan.
Zwaigenbaum, • Strategikoping orag tua (the ways of coping Dua tahun kemudian: tingginya stres
Georgiades, questionnaire/WoC) pengasuhan pada saat anak terdiagnosis autis
Bennett, • Keparahan autis (the autism diagnosis observation akan memprediksikan peningkatan stres
Elsabaggh, schedule/ADOS) pengasuhan di masa selanjutnya.
SA
Thompson. • Keterampilan kognitif anak (the M-P-R)
(Jurnal, 2016). • Keterampilan bahasa anak (the PLS-4)
M
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
dakan yang bersumber dari dalam diri ibu selama mengasuh anak, seperti
SA
117
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
118
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
validasi. Paling tidak, ada tiga ahli yang dilibatkan untuk proses va
PL
119
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
120
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
mikian diharapkan inti dan tujuan utama dari pendekatan ini yaitu
PL
121
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
1. Farmakoterapi
Perilaku maladaptif anak autis, seperti hiperaktivitas, agresivi tas,
menyakiti diri, susah tidur perlu diperbaiki dengan obat. Obat ini sifatnya
tidak untuk menyembuhkan, namun lebih digunakan untuk perbaikan
gejala yang ada, dan digunakan untuk memberi keseimbangan pada neu
rotransmitter. Setiap anak memiliki reaksi yang berbeda terhadap obat,
jika pada satu anak cocok dengan obat tertentu namun belum tentu cocok
pada anak yang lain (Budhiman, Shattock, & Ariani, 2002). Penggunaan
obat-obatan bukan satu-satunya cara penanganan pada anak autis, tetapi
harus dikombinasikan dengan hasil intervensi lainnya, agar hasilnya lebih
optimal.
Menurut Hartono (2002) obat yang biasa digunakan antara lain:
E
a. Fluoksetin, sertralin, digunakan sebagai anti depresi yang secara em
PL
122
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
2. Terapi okupasi
Terapi okupasi merupakan salah satu layanan yang paling umum
diterima oleh individu dengan gangguan spektrum autis dan keluarga
mereka (McLennan dkk., 2008) Menurut Hocking (2009), okupasi berkon
tribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan me lalui tiga mekanisme
dasar, yaitu: mampu memenuhi kebutuhan biologis, mengembangkan ka
pasitas, dan berkontribusi terhadap tujuan dan kepuasan. Dalam terapi
okupasi, kekuatan transformasi okupasi ini diperkaya dan digunakan un
E
tuk mempromosikan kesehatan individu dengan spektrum kondisi kesehat
PL
123
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Kadar, McDonald, Penelitian ini menggunakan Penelitian ini menjelaskan terdapat pengaruh
Lentin (Jurnal, survey untuk hasil efektif integrasi sensori dari anak dan remaja
M
occupational anak dan remaja autis. halus. Para terapis juga rutin melakukan
therapists’ practices Responden: terapis okupasi evaluasi dan skrining perkembangan anak
with children and yang menjadi anggota dan remaja autis.
adolescents with Asosiasi Terapi Okupasi
autism spectrum Malaysia (MOTA) yang telah
disorder. menangani anak dan remaja
autis.
Howell, Wittman, Penelitian ini menggunakan Penelitian ini membuktikan peranan
Bundy (Jurnal, studi kualitatif untuk para terapis okupasi dan mahasiswa
2012). meningkatkan kebutuhan psikologi untuk belajar dan meningkatkan
Interprofessional akan pelatihan keterampilan perkembangan anak autis.
clinical education sosial pada anak autis.
for occupational
therapy and
psychology students:
A social skills
training program for
children with autism
spectrum disorders.
124
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
Anzalone, Lane, Cermak, dan Osten (2007), terdapat tiga bentuk gangguan
dalam memproses informasi, yaitu: 1) gangguan dalam modulasi sensori,
menyebabkan anak tidak dapat merespons input sensori dengan tepat;
2) gangguan dalam diskrimina si sensori, menyebabkan anak kesulitan
dalam mengartikan kualitas rangsangan atau input sensori; 3) gangguan
dalam melakukan gerakan dan postural, menyebabkan anak mengalami
koordinasi yang buruk pada ranah oral-motor, motorik halus, dan motorik
kasar. Perilaku abnormal anak autis disebabkan oleh kerusakan pada
bagian sistem saraf di mana rangsangan sensorik diproses dan terintegrasi
secara tidak normal (Schaaf & Miller, 2005).
Terapi integrasi sensori (sensory integration therapy/SIT), memberi
kan kemampuan sistem saraf untuk berubah (neuroplastisitas), upaya
menstimulasi sensori untuk meningkatkan sistem saraf dalam proses sti
mulus. Peningkatan keberfungsian kerja sistem saraf mampu mengurangi
masalah perilaku dan memengaruhi pembelajaran lebih efisien (Schaaf
& Miller, 2005). Terapi integrasi sensori harus melibatkan: a) keamanan
bagi anak: b) peluang anak untuk mendapatkan stimulasi terhadap sen
125
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
126
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
4. Terapi Perilaku
Terapi perilaku ini bertujuan untuk meningkatkan perilaku adaptif
E
anak (misalnya kemandirian, perawatan diri) dan meminimalkan perilaku
PL
bangkan adalah metode Lovaas yakni ABA. Metode ini sangat intensif
dalam hal waktu, sangat terstruktur dan melalui tahap-tahap ulangan di
mana anak diberikan pelatihan, serta senantiasa mendapat reward/positive
reinforcement (misalnya makan an atau mainan kesenangannya, pujian,
pelukan) bila anak mampu mengerjakan dengan benar atau sesuai dengan
perilaku yang diharapkan, namun jika anak berespons tidak tepat/salah
maka anak tidak diberikan hukuman (punishment) atau dengan kata lain
anak tidak mendapatkan positive reinforcement.
Mukhtar (2016) dalam modul penelitiannya tentang pedoman group-
based parenting support menjelaskan dalam metode ABA, terdapat bebera
pa teknik yang umum dipakai pada pelatihan anak autis, seperti teknik
prompting, shaping, chaining, dan discrete trial training (DTT).
Dalam memahami perilaku anak autis, orang tua sebaiknya mema
hami faktor penyebab (A) mengapa anak menampilkan perilaku yang
tidak diinginkan, lalu orang tua mengobservasi perilaku anak (B), dan
terakhir akibat yang ditimbulkan setelah anak menampil kan perilaku
127
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Rahmawati, S. SLB Jember (sebanyak 18 anak). ponden memiliki kemampuan interaksi so
(Jurnal, 2012) Tujuan: mengetahui penga sial kurang, yaitu sebanyak 66,7%. Setelah
SA
Metode ABA ruh metode ABA dalam perlakuan, kemampuan interaksi sosial
(Applied Behaviour kemampuan bersosialisasi dan responden yang kurang hanya 33,3%. Hasil
Analysis): kemampuan interaksi sosial. penelitian menunjukkan ada pengaruh
Kemampuan Jenis penelitian: pre ekspe secara bermakna metode ABA: kemampuan
bersosialisasi ter rimental dengan rancangan one bersosialisasi terhadap kemampuan
hadap kemampuan group pretest posttest. interaksi sosial anak autis dengan nilai p
interaksi sosial anak value 0,008. Orang tua diharapkan dapat
autis meningkatkan perannya sebagai pemberi
stimulasi secara dini.
5. Terapi Wicara
Terapi wicara adalah bentuk pelayanan kesehatan profesional berd
asarkan ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang bahasa, wicara, sua
ra, irama/kelancaran (komunikasi), dan menelan yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan/atau kelompok untuk meningkatkan upaya kese
hatan yang diakibatkan oleh adanya gangguan/kelainan anatomis, fi
siologis, psikologis, dan sosiologis (Kementerian Kesehatan Republik In
donesia, 2014). Standar pelayanan terapi wicara diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 81 Tahun
2014. Peningkatan dalam kemam puan berkomunikasi, berbahasa baik
128
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
bahasa ekspresif dan reseptif, serta berbicara merupakan ranah yang da
pat dioptimalkan dalam terapi wicara. Contoh penelitian yang telah mem
buktikan keefektifan terapi wicara pada anak autis:
Hoque, Lane, Tujuan: Anak autis sering kesulitan dalam Hasil: melalui pilot studies
Kaliouby, Goodwin, mengutarakan sesuatu hal. Penelitian dari desain eksperimen,
Picard. (2018). ini berupaya menyajikan intervensi baru melalui observasi sehingga
Exploring speech terhadap penyesuaian pidato, yaitu melalui mendukung hipotesa.
therapy games with game terapi bicara untuk mengaktifkan Terdapat pengaruh
E
children on the kemampuan berbicara jelas. mengaktifkan game terapi bicara dalam
autism spectrum. game untuk membantu mereka meningkatkan kompetensi,
PL
kualitas hidup.
6. Terapi bermain
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan
tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat mele
paskan rasa frustrasi (Santrock, 2007). Adapun terapi bermain merupakan
suatu bentuk permainan anak-anak, di mana mereka dapat berhubung
an dengan orang lain, saling mengenal, sehingga dapat mengungkapkan
perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka (Vanfleet dkk., 2010).
Anak-anak dengan gangguan spektrum autis mengalami kesulitan
dalam pemikiran kreatif dan permainan simbolik (Hobson dkk., 2009).
Hobson (2009) juga menjelaskan bahwa anak-anak autis mengalami: a)
rendahnya kemampuan untuk menghasilkan ide, seperti kreativitas dalam
bermain; b) tidak dapat dengan mudah beralih dari berpikir dalam dunia
nyata kepada “dunia pura-pura” (pretendworld); c) tidak berkeinginan dan
rendahnya partisipasi dalam permainan pura-pura. Dalam bermain, anak
autis terlihat menyendiri, menunjukkan perilaku berulang, tanpa inovasi
129
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
klien adalah yang utama dalam agen perubahan, bukan terapis, kemudian
PL
anak autis. Anak-anak tidak perlu diajarkan cara bermain atau bagai
mana mereka harus dibuat untuk bermain (Landreth, 2012). CCPT tidak
mengajarkan anak-anak untuk bermain, tetapi merangsang anak-anak un
tuk mengeksplorasi mode permainan mereka sendiri dengan kecepatan
mereka sendiri sambil mengembangkan keterampilan komunikasi. Salah
satu penelitian yang membahas keuntungan peran child-centerd plat the
rapy pada anak-anak autis adalah penelitian Morgenthal (2015), hasil
penelitiannya membuktikan bahwa selama ini anak autis intens menda
patkan intervensi perilaku (ABA), kebanyakan orang beranggapan akan
sulit mengajak anak autis bermain mengingat keterbatasan dalam hu
bungan interaksi sosial, padahal melalui metode bermain anak-anak autis
dapat diajarkan membentuk perilaku yang diinginkan dan terlihat lebih
santai. Contoh penelitian yang telah membuktikan keefektifan terapi ber
main pada anak autis:
130
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
7. Terapi musik
M
Terapi musik bertujuan membuat anak merasa lebih tenang dan rileks,
SA
131
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
delayed speech post testing. Pengukuran diberikan fonologi dan pemahaman kalimat, dan
development - sebelum dan sesudah setiap periode tidak terdapat pengaruh hasil aturan
M
8. Terapi snoezelen
Snoezelen diciptakan pertama kali pada awal tahun 1970 oleh dua
orang terapis yang bekerja pada sebuah institusi khusus individu gang
guan perkembangan. Snoezelen berasal dari bahasa Belanda yakni snuf
felen (to sniff out or explore one’s environment) artinya aktif, eksplorasi,
dan doezelen (to doze or relax) yang berarti pasif, relaksasi dan nyaman
(Hulsegge & Verheul, 1987). Snoezelen merupakan suatu aktivitas yang
memengaruhi sistem saraf pusat (SSP) melaui pemberian rangsangan yang
cukup terhadap sensor primer pada penglihatan, pendengaran, sentuh
an, rasa kecap dan pembauan, serta terhadap sensor internal tubuh pada
sistem keseimbangan (vestibular) dan sensasi sendi (proprioseptive) dengan
bertujuan untuk memperoleh relaksasi dan/atau aktivasi pada individu
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup (dalam Andrini, 2014).
Snoezelen adalah dunia bagi anak dengan kebutuhan khusus yang
mengalami disabilitas sensori, fisik, dan mental. Manfaatnya berpeluang
untuk relaksasi, eksplorasi dan ekspresi diri, mendorong kepercayaan dan
132
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
melakukan terapi.
McKee, Harris, Rice, Silk Tujuan penelitian: menguji Hasil: penelitian ini tidak didukung
(Jurnal, 2007). efek terapi snoezelen atas oleh hipotesis bahwa snoezelen room
Effects of a snoezelen perilaku agresif dan merusak berpengaruh terhadap penurunan
room on the behavior of terhadap ketiga klien dewasa perilaku agresif dan merusak pada ketiga
three autistic clients. autis. Penelitian dilakukan klien autis. Alasannya adalah sebaiknya
selama 28 hari, selama 45 penelitian terhadap snoezelen room
menit setiap hari kerja. bertujuan untuk relaksasi dan rekreasi,
sehingga kurang efektif jika dilakukan
dengan tujuan penurunan perilaku
agresif dan merusak bagi klien autis dan
gangguan perkembangan.
133
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
9. Terapi diet
Shattock dan Whiteley (2001) menjelaskan bahwa peptide merupakan
“peluru” yang langsung menyebabkan terjadinya gejala-gejala. Dalam
beberapa kasus tampak bahwa gluten dan casein adalah penyebab murni,
namun dalam beberapa kasus lainnya ternyata banyak faktor yang ikut
E
berperan. Keterlibatan peptide dari casein dan gluten memegang peran
PL
dengan lebih jelas, yang biasanya juga berasal dari makanan. Mengata
SA
134
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
disi sistem pencernaan anak autis, di mana zat makanan yang sebagian
besar berbahan dasar gluten dan kasein tidak dapat dicerna dengan baik
oleh usus diubah menjadi asam amino tunggal yang kemudian terbawa
masuk ke dalam aliran darah dalam bentuk pecahan protein yang tidak
sempurna atau dikenal sebagai peptida. Peptida inilah yang bersifat me
racuni otak anak autis ketika bersinergi dengan reseptor opioid dalam
otak. Reaksi opioid pada anak autis menimbulkan reaksi mencandu serupa
pemakai narkoba. Oleh karenanya, bila reaksi opioid ini tidak dihentikan,
maka akan mengganggu sistem saraf otak bahkan secara lebih spesifik
akan memengaruhi bagian tempotal lobes otak yang berfungsi menjaga
kesinambungan kemampuan bicara dan pendengaran. Contoh penelitian
berikut ini telah membuktikan keefektifan terapi diet pada anak autis:
(Skripsi). UGM. jam dan FFQ. Status gizi dilihat dari dan kasein dengan status gizi pada
pengukuran berat badan dan tinggi anak autis (p>0,05); tidak ada
M
(p>0,05).
Nuhraheni. (2008). Metode penelitian: eksperimental Hasil: terdapat perbaikan perilaku
Efektivitas intervensi semu dengan desai penelitian pre interaksi sosial yang signifikan,
diet bebas gluten and posttest, yang membandingkan perbaikan komunikasi verbal dan non
bebas casein perubahan perilaku anak autis verbal, yang signifikan, perbaikan
terhadap perubahan sebelum dan sesudah pemberian perilaku motoris yang signifikan,
perilaku anak intervensi diet BGBC. Pada perbaikan emosi yang signifikan, dan
autis berdasarkan dua kelompok yaitu kelopok perbaikan persepsi sensoris pada
mofifikasi skor CARS. intervensi dan kelompok kontrol anak autis dengan intervensi diet
tanpa intervensi diet, dengan bebas gluten dan bebas casein.
memperhitungkan adanya
kemungkinan ketidak homogenan
nilai awal pada kedua kelompok
melalui uji non equivalent control
group design (NEGD).
Gogou, & Kolios Tujuan: sistematik review berusaha Hasil: Jenis suplemen makanan yang
(Jurnal, 2017) menjelaskan keefektifan suplemen dievaluasi dalam studi ini termasuk
The effect of dietary makanan terhadap aspek klinis anak- asam amino, asam lemak dan vitamin/
supplements on clinical anak autis. mineral. N- acetylcysteine terbukti
aspects of autism Metode: Pencarian literatur memberi efek menguntungkan pada
spectrum diorder: A yang komprehensif dilakukan gejala iritabilitas.
systematic review of menggunakan Pubmed sebagai
the literature. sumber database medis.
135
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
REFERENSI
Alfiyanti, Y. (2020). “Koping Religius pada Orang Tua yang Memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus di Dusun Genting, Desa Genting, Kecamatan
Jambu, Kabupaten Semarang Tahun 2019/2020”. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Agama Islam. IAIN Salatiga.
American Association on Intellectual and Developmental Disabilities/
AAIDD, 2010.
Andika, K.A. (2012). Hubungan self efficacy dan hardiness dengan stres
pengasuhan pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Skrip
si. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
E
Andrini, R.P. (2014). Snoezelen Room Therapy media trapi untuk melatih
PL
136
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
85.
Corey, G. (1997). Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. (Alih Bahasa:
E. Koesworo). Bandung: PT Refika Aditama.
Daulay, N. (2017). Gambaran ketangguhan ibu dalam mengasuh anak
autis. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 1(1), 49-74.
Daulay, N., Ramdhani, N., & Hadjam, N.R. (2018). “Proses menjadi tang
guh bagi ibu yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autis”.
Humanitas: Jurnal Psikologi Indonesia, 15(2), 267245.
Daulay, N. (2019). Model stres pengasuhan pada ibu yang memiliki
anak dengan gangguan spectrum autis. Disertasi. Fakultas Psikologi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Deater-Deckard, K. (2004). Parenting Stress. New Haven and London: Yale
University Press.
Dewiyanti, A., & Ramdhani, N. (2007). “Terapi perilaku untuk mening
katkan kemandirian pada anak Autis”. Tesis. Fakultas Psikologi. Yog
yakarta: Universitas Gadjah Mada.
Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R.E. (2003). “Personality, culture, and sub
137
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
138
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
sial Dan Hardiness Dengan Stress Pengasuhan Pada Ibu yang Me
miliki Anak Autis. Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Mu
ham madiyah Surakarta. Hasdianah, HR. (2013). Autis pada anak.
Pencegahan, perawatan, dan pengobatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Harmantia, N.P. & Rachmahana (2020). Dukungan Sosial Suami dan Efi
kasi Diri Pengasuhan pada Ibu yang Memiliki Anak Berkebutuhan
Khusus. Skripsi. Program Studi Psikologi. Yogyakarta: Universitas Is
lam Indonesia.
Hartono, B. (2002). Aspek neurologik Autisme Infantil. In Seminar & Work-
shop on Fragile-XMental Retardation, Autism and Related Disorders.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasanah, N. Mulyati, & Tarma. (2019). “Hubungan parenting self efficacy
dengan subjective well being pada ibu yang memiliki anak berkebu
tuhan khusus”. Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan, 6(02),
103-108.
Hayes, S.A., & Watson, S.L. (2013). “The impact of parenting stress: A
Meta-analysis of studies comparing the experience of parenting stress
139
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
lications, Inc Kobasa, S., Maddi, S., & Kahn, S. (1982). Hardiness and
health: a prospective study. Journal of Personality and Social Psychol
ogy, 42(1), 168-177.doi:10.1037/0022-3514.42.1. 168.
Holman, J., & Bruininks, R. (1985). Assessment and Training of Adaptive
Behavior. In K.C. Lakin & R.H. Bruininks (Eds.), Strategies for achieving
community integration of developmentally disabled citizens (pp. 73-
104). Baltimore: Paul H. Brooks.
Hoque, M.E., Lane, J.K., El Kaliouby, R., Goodwin, M., & Picard, R. W.
(2009). Exploring speech therapy games with children on the autism
spectrum.
Hulsegge, J., & Verheul, A. (1987). Snoezelen: another world. Rompa
Indonesia, R. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.
Jackson, A., & Huang, C. (2000). Parenting stress and behavior among
single mothers of preschoolers: The mediating role of self-efficacy.
Journal of Social Service Research, 26, 29-42.
140
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
Kobasa, S., Maddi, S.R., Pucceti, M., & Zola, M. (1994). Effectiveness of
hardiness, exercise and social support as resources against ill ness.
M
Dalam A.S. & J. Wardle (Ed.), Psycosocial processes and health: A reader
SA
141
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
07/s10803-013-1894-8.
Masi, A., Lampit, A., DeMayo, M., Glozier, N., Hickie, I., Guastella, A.
M
142
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
Pemberian Diet Bebas Gluten, Kasein, dan Status Gizi pada Anak Au
tis. (Skripsi tidak dipublikasikan). Program Studi Gizi Kesehatan. Fa
kultas Kedokteran. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Norlin, D., & Broberg, M. (2013). “Parents of children with and without
intellectual disability: couple relationship and individual well-being”.
Journal of Intellectual disability Research, 57(6), 552-566.
Nuhraheni, S.A. (2008). Efektivitas intervensi diet bebas gluten bebas
casein terhadap perubahan perilaku anak autis berdasarkan mo di
fikasi skor-CARS. Tesis. Fakultas Psikologi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Nurarini, F. (2016). Pengaruh rasa syukur dan kepribadian terhadap
psychological wellbeing orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
khusus. Skripsi. Fakultas Psikologi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Parham, L.D., Cohn, E.S., Spitzer, S, Koomar, J.A., et al. 2007. Fidelity
in sensory integration intervention research. American Journal of
Occupational Therapy, 61:216-227. https://jdc.jefferson.edu/otfp/25
Pollard, E.L., & Davidson, L. (2001). Foundations of Child Well-Being.
143
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
UNESCO.
Pruitt, M., Willis, K., Timmons, L., Ekas, N. (2016). The impact of maternal,
child, and family characteristics on the daily well-being and parenting
experiences of mothers of children with autism spectrum disorders.
Autism. 20(8), 973-985.doi: 10.1177/13 623 61315620409.
Rahayu, A.T.D., & Amalia, S. (2019). Religiusitas dan stres pengasuhan
pada ibu dengan anak autis. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 7(2), 252-
269.
Reschly, D.J. (1982). Assessing the mildly mental retardation: The in
fluence of adaptive behavior in socioeconomic status and prospect for
nonbiased assessment. In C.R. Reynold & T.B. Samson, A.C., Hardan,
A.Y., Lee, I.A., Phillips, J.M., & Gross, J.J. (2015). Maladaptive
behavior in autism spectrum disorder: The role of emotion experience
and emotion regulation. Journal of Autism and Developmental Disorders,
45(11), 3424-3432.
Retnawati, H. (2016). Analisis kuantitatif instrumen penelitian. Yogya
karta: Parama Publishing.
Santana, I.P., & Istiana, I. (2019). Hubungan antara Religiusitas dengan
E
144
BAB 3 • FAKTOR PROTEKTIF DAN FAKTOR RISIKO PENGASUHAN
145
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
10.1177/1362336136633033.
SA
146
Bab 4
STRES PENGASUHAN
para orang tua, baik orang tua yang memiliki anak dengan gangguan
SA
148
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
149
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
kestabilan kondisi tubuh. Pada tahapan ini individu akan merasakan ke
SA
150
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
Gambar 3. The three stages of Selye’s General Adaptation Syndrome (GAS) (Rice, 1999; hlm.18)
dapat satu kelemahan yaitu teori ini tidak mencakup faktor psikologi yang
PL
sangat penting untuk dipahami terkait stres yang dialami pada manu
sia. Lebih lanjut, tidak mempertimbangkan pemanfaatan strategi koping
M
151
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
dan reappraisal (penilaian kembali). Pada saat penilaian tahap awal, in
dividu akan melakukan evaluasi terhadap stimulus yang hadir, apakah
stimulus tersebut berpotensi bermasalah atau bermanfaat baginya. Ketika
individu mulai memasuki tahap kognitif yang lebih tinggi, selanjutnya
akan memikirkan langkah-langkah yang tepat dalam mengatasi stimu
lus yang hadir tersebut, pada saat ini individu mulai memasuki peni
laian tahap kedua, di mana menurut Lazarus dan Folkman (1984) indi
vidu akan melibatkan penilaian terhadap diri sendiri seberapa baik dapat
menghadapi atau mengatasi (koping) kemunculan sumber stres. Koping
mengacu pada penggunaan sumber daya dan strategi yang efektif dalam
menghadapi tuntutan yang berasal dari internal atau eksternal (Coyne &
Holroyd, 1982). Koping tergantung pada penilaian terhadap hal apa yang
bisa dilakukan untuk mengubah situasi (Lazarus, 1993), serta melibatkan
pengontrolan diri, artinya ketika semakin sedikit kontrol diri atas sumber
stres maka semakin membuat kita merasa tertekan karena masalah yang
dihadapi belum terselesaikan. Lazarus dan Folkman (1984) membagi dua
fungsi utama koping, yaitu: 1) emotion-focused coping (fokus pada emosi),
dan 2) problem-focused coping (fokus pada masalah). Penjelasannya lebih
E
152
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
dalam penelitian, yaitu menurut Hayes dan Watson (2013), stres peng
asuhan merupakan pengalaman distres sebagai hasil tuntutan peran peng
M
yang dialami oleh orang tua yang berasal dari interaksi dengan anak-anak
mereka. Deater-Deckard (2004) mendefinisikan stres pengasuhan sebagai
sebuah rangkaian proses yang mengarah pada permasalahan psikologis
dan fisik sebagai reaksi yang timbul atas upaya penyesuaian terhadap
tuntutan menjadi orang tua. Adapun Cooper, McLanahan, Meadows, dan
Gunn (2009) mengungkapkan stres pengasuhan adalah kondisi atau pe
rasaan yang dialami saat orang tua memahami bahwa tuntutan terkait
dengan pengasuhan melebihi sumber pribadi dan sosial yang tersedia un
tuk memenuhi tuntutan tersebut (dalam Daulay, 2019).
Williford, Amanada, Calkins, Susan dan Keane (2007) menjelaskan
stres pengasuhan timbul akibat ketidaksesuaian antara tuntutan yang di
rasakan orang tua dan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan
tersebut, serta dapat didefinisikan sebagai respons psikologis negatif yang
dikaitkan dengan diri sendiri dan interaksinya dengan anak. Sesuai de
ngan model stres pengasuhan Ahern (2000) yang mengatakan bahwa stres
pengasuhan mendorong ke arah tidak berfungsinya pengasuhan orang tua
terhadap anak, serta menjelaskan ketidaksesuaian respons orang tua dalam
153
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Ello & Donovan, 2005); (b) stres pengasuhan berbeda antara jenis kelamin
PL
orang tua (Deater Deckard, & Scarr, 1996; Esdaile & Greenwood, 2003,
dalam Ello & Donovan, 2005); dan (c) stres pengasuhan dihubungkan de
M
ngan penerimaan dukungan sosial (Bailey et al., 1999; Bristol, 1984; Her
SA
man & Thompson, 1995; Krauss, Upshur, Shonkoff & Hauser-Cram, 1993,
dalam Ello & Donovan, 2005).
Berdasarkan definisi stres pengasuhan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa stres pengasuhan merupakan ketidaksesuaian antara harapan orang
tua dengan kenyataan yang sebenarnya, reaksi atas kondisi menekan yang
dialami orang tua atas tuntutan peran dan tanggung jawab dalam meme
nuhi kebutuhan anak dan keluarga yang melebihi kemampuan mereka
sebagai orang tua.
154
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
sibukan yang orang tua alami dalam mengasuh anak dengan gangguan
SA
155
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
atau perilaku anak juga memengaruhi orang tua. Mukhtar (2017) juga
menegaskan bahwa rendahnya kualitas perilaku orang tua kemudian me
M
156
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
alami stres tidak hanya karena dipengaruhi oleh aspek anak, kon disi
orang tua, dan aspek hubungan orang tua dan anak, tetapi ada faktor lain
yang memengaruhi seperti kondisi menekan yang dirasakan atas kesulit
an harian yang dialami orang tua. Deater-Deckard (2004) menegaskan
bahwa teori kesulitan harian menjelaskan stres pengasuhan sebagai hasil
dari pengalaman stres umum dan sering dialami dalam pengasuhan seha
ri-hari, serta memberikan dampak yang besar dalam pengasuhan dan per
kembangan anak.
Mengasuh anak dengan gangguan perkembangan saraf memiliki pe
ngalaman dan tantangan tersendiri bagi orang tua sebagai pengasuh uta
ma anak. Orang tua lebih stres dalam mengasuh anak terkait dengan ku
rangnya keberfungsian kondisi perilaku, sosial, emosi, dan kognisi anak.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa anak-anak dengan ganggu
an perkembangan saraf merupakan gangguan perkembangan yang dipe
ngaruhi ketidakmampuan bagian fungsi saraf dalam otaknya bekerja se
bagaimana mestinya, sehingga tampil dalam perilaku yang tidak sesuai
dengan perkembangan anak-anak pada umumnya. Teti dan Candelaria
(2002) juga menegaskan bahwa kesulitan harian selama mengasuh anak
E
157
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
setelah anak terdiagnosis (Miller, Gordon, Daniele, & Diller, 1992); meng
alami emosi dan pikiran negatif (Zaidman-Zait et al., 2014).
Stres pengasuhan juga dipengaruhi oleh tingkat keparahan gangguan
yang dialami anak (Lee, Harrington, Louie, & Newschaffer, 2008) termasuk
keparahan kognitif dan bahasa (Bebko, Konstantareas, & Springer, 1987).
Namun menurut Pisula (2011), sampai sejauh ini belum ada konsensus
yang menjelaskan secara pasti tentang keterkaitan keparahan gangguan
yang dialami anak dengan tingkat stres pada orang tua, karena tidak
didukung hasil penelitian yang konsisten. McStay et al., (2014) menemukan
bahwa tingkat keparahan gangguan spektrum autis yang dialami anak
tidak berhubungan dengan tingkat stres orang tua. Orang tua mengalami
stres pengasuhan disebabkan karena perilaku bermasalah anak.
Faktor-faktor stres pengasuhan orang tua dapat dispesifikkan ke da
lam dua faktor penting, yaitu faktor internal, meliputi hal-hal terkait pe
rasaan, pikiran, dan tindakan yang bersumber dari dalam diri ibu sela
ma mengasuh anak, seperti faktor personal dan faktor demografi. Faktor
eksternal meliputi tema-tema persepsi ibu akan interaksi terhadap hal-
hal di luar dirinya, seperti faktor karakteristik anak, faktor keluarga, dan
E
perasaan sedih, kecewa atas kondisi anak (DePape & Lindsay, 2015);
kepribadian tangguh (Weiss, 2002); kepribadian neuroticism, extraver
sion, openness, agreeableness, dan conscientiousness (Rantanen, Tille
mann, Metsa, Kokko, & Pulkkinen, 2015); locus of control (Banks, Ni
nowski, Mash, & Semple, 2008); parenting sense of competence (Hassall,
Rose, & McDonald, 2005); self efficacy (Hastings & Brown, 2002);
selfesteem (Pisula, 2011); kesehatan mental (Zablotsky, Bradshaw, &
Stuart, 2013); penurunan kesehatan fisik, seperti peningkatan tekan
an darah (Safe, Joosten, & Molineux, 2012); memiliki pikiran negatif
bahwa situasi tidak akan pernah berubah (DePape & Lindsay, 2015).
Faktor demografi yang sering dikaitkan dengan stres pengasuhan
adalah usia (Rodriguez, 2011); jenis kelamin (McStay, Trembath, &
Dissanayake, 2014); status pernikahan (Katsikitis et al., 2013); status
sosial ekonomi (Azad, Blacher, & Marcoulides, 2014); tingkat pendi
dikan (Manning, Wainwright, & Bennett, 2011); pendapatan (Mandell
& Salzer, 2007); jumlah anak (Rodriguez, 2011); usia dan jenis ke
lamin anak (Mandell & Salzer, 2007); jenis gangguan anak (Burke &
158
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
Hodapp, 2014).
■■ Faktor Eksternal
Faktor karakteristik anak, di antaranya adalah perilaku bermasalah
anak (Baker, Blacher, Crnic, & Edelbrock, 2002). Faktor keluarga me
liputi peningkatan perceraian (Hartley et al., 2010); orang tua saling
menyalahkan atas kondisi anak (May, Fletcher, Dempsey, & Newman,
2015); orang tua lebih banyak menghabiskan waktu dalam merawat
anak autis (Curran, Sharples, White, & Knapp, 2001); rendahnya du
kungan yang diterima (Zaidman-Zait et al., 2017); rendahnya kerja
sama antara keluarga dan sekolah (Burke & Hodapp, 2014).
Faktor lingkungan/masyarakat di antaranya stigma negatif dari ma
syarakat (Farrugia, 2009); orang tua sering mendapat kritikan dari
orang lain ketika anak menampilkan perilaku tidak sesuai di tempat
umum (Farrugia, 2009). Secara keseluruhan faktor-faktor yang me
mengaruhi stres pengasuhan dibagi menjadi dua, yaitu: 1) faktor in
ternal, meliputi karakteristik orang tua, kepribadian, emosi, perasaan,
pikiran, misalnya ibu dengan persepsi yang rendah terhadap ke
mampuannya mengasuh anak, karena merasa kurang berkompetensi
E
159
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
puan mereka sebagai orang tua. Penulis kemudian berupaya untuk mem
PL
buat alat ukur yang relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia, namun
tetap mengacu pada teori utama stres pengasuhan dari Abidin (1995).
M
160
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
bahwa berdasarkan hasil properti psikometri, alat ukur ini juga dapat di
aplikasikan pada orang tua yang memiliki anak autis.
M
SA
161
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
162
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
orang tua juga dapat dilihat dari fungsi otak dalam memengaruhi perila
PL
ku, khususnya pada bagian lobus frontalis. Lobus frontalis berfungsi un
tuk bertanggung jawab atas perencanaan rangkaian perilaku dan untuk
M
ty, & Kimura, 1994). Individu yang mengalami kerusakan pada bagian
lobus frontalis khususnya pada bagian prefrontal cortex, maka individu
tersebut tidak mampu mengikuti konteks yang ada, sehingga mereka
berperilaku tidak pantas dan impulsif (Kalat, 2007). Ini yang terjadi pada
orang tua yang mengalami stres pengasuhan, sehingga perilakunya juga
terkadang memperlihatkan perilaku tidak pantas dan impulsif, seperti me
nelantarkan anak, memukul, bahkan sampai membunuh anaknya.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan antara
neuropsikologi dan budaya dalam memengaruhi seseorang mengalami
depresi. Budaya seperti lingkungan tempat tinggal di mana seseorang hi
dup juga akan memengaruhi tingkat keparahannya mengalami depresi. Di
Indonesia sendiri, kasus anak-anak dengan gangguan perkembangan saraf
masih kurang mendapatkan respons positif di tengah-tengah masyarakat.
Kurangnya pengetahuan dan sosialisasi akan gangguan perkembangan
ini berpengaruh terhadap sikap masyarakat dalam menerima kehadiran
anak, terutama gangguan perkembangan kompleks yakni gangguan spek
trum autis di lingkungan tempat tinggal mereka. Seperti dikutip dalam
163
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
kurang optimal.
PL
M
REFERENSI
SA
Abidin, R.R. (1995). The Parenting Stress Index Profesional Manual. 3rd. Ed.
Odessa, FL: Psychological Assessment Resources.
Ahern, K. (2000). Something is wrong with my child: A phenomenological
account of a search for a diagnosis. Early Education and Development,
11, 187-200.
Aldwin, C. (1994). Stress, Coping, and Development: An Integrative Perspective.
New York: Guilford, Press.
Azad, G., Blacher, J., & Marcoulides, G. (2014). Longitudinal models
of socio-economic status: Impact on positive parenting behaviors.
International Journal of Behavioral Development, 38(6), 509-517.
doi:10.1177/0165025414532172.
Baker-Ericzen, M.J., Brookman-Frazee, L., & Stahmer, A. (2005). Stress
levels and adaptability in parents of toddlers with and without autism
spectrum disorders. Research and practice for persons with severe
disabilities, 30(4), 194204.
Baker, B.L., Blacher, J., Crnic, K.A., & Edelbrock, C. (2002). Behavior
problems and parenting stress in families of three-year-old children
164
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
Bitsika, V., Sharpley, C., Bell., R. (2013). The Buffering Effect of Resilience
SA
165
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Cooper, C., McLanahan, S., Meadows, S., & Gunn, J.-B. (2009). Family
structure transitions and maternal parenting stress. Journal of Marriage
and Family, 71(3), 558-574.
Curran, A.L., Sharples, P.M., White, C., & Knapp, M. (2001). Time costs
of caring for children with severe disabilities compared with caring
for children without disabilities. Developmental Medicine and Child
Neurology, 43(8), 529-533.
Dabrowska, A., & Pisula, E. (2010). Parenting stress and coping styles in
mothers and fathers of pre-school children with autism and Down
syndrome. Journal of Intellectual Disabilities Research, 54(3), 266-280.
doi :10.1111/j.1365-2788.2010.01258.x.
Daulay, N. (2019). Mengoptimalkan pengasuhan pada anak dengan gang
guan spectrum autism. Dalam Bunga Rampai Psikologi Perkembangan:
Memahami Dinamika Perkembangan Anak. Sidoarjo: Zifatama Jawara.
Daulay, N. (2019). Model stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak
dengan gangguan spectrum autis. Disertasi. Fakultas Psikologi. Univer
sitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Deater-Deckard, K. (2004). Parenting Stress. New Haven and London: Yale
E
University Press.
PL
Depape, A., & Lindsay, S. (2015). Parents ’ experiences of caring for a child
with autism spectrum disorder. Qualitative Health Research, 25(4),
M
569-583.doi:10.1177/1049732314552455.
SA
Ello, L.M., & Donovan, S.J. (2005). Assessment of the relationship between
parenting stress and a child’s ability to functionally communicate. Re
search on Social Work Practice, 15(6), 531-544.
Eyberg, S., Boggs, S., & Rodriguez, C. (1992). Relationships between ma
ternal parenting stress and child disruptive behavior. Child and Family
Behavior Therapy, 14, 1-9.
Farrugia, D. (2009). Exploring stigma: Medical knowledge and the stigma
tisation of parents of children diagnosed with autism spectrum disor
der. Sociology of Health and Illness, 31(7), 1011-1027. doi:10.1111/
j.1467-9566.2009.01174.x.
Friedrich, W.N., Greenberg, M.T., & Crnic, K. (1983). A short-form of the
Questionnaire on Resources and Stress. American Journal of Mental
Deficiency.
Gaol, N.T.L. (2016). Teori stres: Stimulus, respons, dan transaksional. Bu
letin Psikologi, 24(1), 1-11.
166
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
Giallo, R., Wood, C., Jellet, R., Porter, R. (2011). Fatigue, wellbeing and
parental selfefficacy in mothers of children with an Autism Spectrum
Disorder. Autism, 17(4), 465-480.doi:10.1177/1362361 311416830.
Gupta, V.B. (2007). Comparison of parenting stress in different deve
lopmental disabilities. Journal of Developmental Disability, 27(3), 215-
222.
Glidden, L.M., & Floyd, F.J. (1997). Disaggregating parental depression
and family stress in assessing families of children with developmental
disabilities: A multisample analysis. American Journal on Mental Re
tardation, 102(3), 250-266.
Gray, D.E. (2002). “Everybody just freezes. Everybody is just embarras
sed”: felt and enacted stigma among parents of children with high
functioning autism. Sociology of Health & Illness, 24(6), 734-749. doi:
https://doi.org/10.1111/1467-9566.00316.
Graybiel, A.M., Aosaki, T., Flaherty, A.W., & Kimura, M. (1994). The basal
ganglia and adaptive motor control. Science, 265(5180), 1826-1831.
Hanum, L., Daengsari, D.P., & Kemala, C.N. (2016). Penerapan Mana
jemen Stres Berkelompok dalam Menurunkan Stres pada Lanjut Usia
E
Hassall, R., Rose, J., & Mcdonald, J. (2005). Parenting stress in mothers of
SA
167
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Holmes, A.J., Bogdan, R., & Pizzagalli, D.A. (2010). Serotonin transpor
SA
168
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
Lovibond, P.F., & Lovibond, S.H. (1995). The structure of negative emo
PL
Lyon, B.L. (2012). Stress, coping, and health. In Rice, H.V. (Eds). Handbook
of stress, coping and health: Implications for nursing research, theory, and
practice. (pp.323). USA: Sage Publication, Inc.
Mahoney, F.P. (2009). The relationship between parenting stress and
maternal responsiveness among mothers of children with develop
mental problems. (Dissertation). Mandel School of Applied Social Sci
ences. Case
Mandell, D., & Salzer, M. (2007). Who joins support groups among pa
rents of children with autism? Autism, 11(2), 111-122. doi:10.1177/
1362361307077506.
Manning, M.M., Wainwright, L., & Bennett, J. (2011). The double ABCX
model of adaptation in racially diverse families with a school-age
child with autism. Journal of Autism and Developmental Disorder, 41,
320-331. doi:10.1007/s10803-010- 1056-1.
May, C., Fletcher, R., Dempsey, I., & Newman, L. (2015). Modeling eela
tions among coparenting quality, autism-specific Pprenting self-effi
cacy, and parenting stress in mothers and fathers of children with
169
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Moes, D., Koegel, R., & Schreibman, L. (1992). Stress profiles for mother
PL
Monat, A., & Lazarus, R. (1991). Stress and Coping. An Anthology. New
SA
170
BAB 4 • STRES PENGASUHAN
012.736614.
Selye, H. (1974). The Stress of Life. New York: McGraww-Hill.
M
171
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Zablotsky, B., Bradshaw, C.P., & Stuart, E.A. (2013). The association bet
ween mental health, stress, and coping supports in mothers of children
M
172
Bab 5
STRES PENGASUHAN DAN KOPING
E
PL
A. HAKIKAT KOPING
Koping menurut Lazarus dan Folkman (1984) didefinisikan sebagai
M
berikut:
SA
“Suatu proses individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tun
tutan-tuntutan baik yang berasal dari individu maupun tuntuan yang berasal dari
lingkungan dengan sumber-sumber daya yang individu gunakan dalam mengha
dapi situasi yang menekan.”
Moos, 1984). Strategi koping disebut juga dengan cara atau upaya dalam
PL
Menurut Lazarus dan Folkman (1999, dalam Sarafino & Smith, 2014)
menyebutkan terdapat dua bentuk koping, yang mampu mengubah ma
salah penyebab terjadinya stres, atau koping mampu meregulasi emosi
individu dalam merespons masalah tersebut.
1. Emotion-focused coping (fokus pada emosi), adalah strategi dalam
mengatasi masalah dengan cara mengubah sumber masalah dan me
ningkatkan sumber daya yang dimiliki (Lazarus & Folkman, 1984).
Tujuannya adalah untuk mengontrol respons emosi terhadap situa
si yang penuh stres. Individu dapat mengatur respons emosi melalui
pendekatan perilaku dan kognitif. Misalnya pendekatan perilaku me
liputi penggunaan alkohol atau narkoba, maka usahanya adalah untuk
mengalihkan perhatian dari masalah, seperti dengan mencari dukung
an sosial emosional dari teman atau kerabat, dan melibatkan aktivitas,
seperti olahraga atau menonton televisi. Adapun pendekatan kogni
tif meliputi bagaimana individu memikirkan dan mencari solusi atas
situasi yang penuh stres. Seseorang berusaha mendefinisikan kembali
situasi agar berpikir positif, seperti membuat perbandingan dengan
174
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
175
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
176
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
lindungi diri dari kondisi yang menekan sehingga diharapkan orang tua
SA
177
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
an saraf, namun di satu sisi ibu juga ingin membantu perekonomian ke
luarga dengan cara bekerja. Mengasuh anak berdampak besar pada ibu
dan anggota keluarga lainnya, serta muncul masalah keuangan keluarga
terkait biaya yang harus dikeluarkan cukup besar dalam mengasuh anak,
seperti biaya terapi, biaya kesehatan, biaya pendidikan, makanan yang
dikhususkan untuk anak. Parish dkk., (2008) menjelaskan timbulnya ke
sulitan material seperti kurang terpenuhinya kebutuhan pangan atau akses
kesehatan yang terhambat; dan memengaruhi kondisi keuangan keluar
ga (Cidav, Markus, & Mandell, 2012); (2) Role strain muncul ketika ibu
mengalami ketegangan antara perannya dalam merawat anak autis yang
sangat membutuhkan perhatian untuk meningkatkan tumbuh kembang
anak, namun di satu sisi ibu juga harus bertanggung jawab kepada sauda
ra anak (kakak dan adik). Lutz dkk., (2012) menegaskan bahwa beban
psikologis yang dialami ibu selain mengasuh anak autis adalah mampu
bertanggung jawab dan memenuhi kebutuhan saudara anak autis.
Pentingnya memahami Teori Peran bagi orang tua dalam mengasuh
anak dengan gangguan perkembangan saraf dapat membantu peneliti akan
berbagai kesulitan yang harus orang tua hadapi. Kesulitan yang orang tua
E
178
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
179
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
tang strategi koping orang tua dan pengasuh yang memiliki anak dengan
PL
gangguan perkembangan saraf (dalam hal ini anak autis), tujuannya ada
lah: 1) tema-tema yang mendasarinya; 2) faktor yang berkontribusi; 3)
M
hasil psikologis terkait anak autis dan strategi ko ping yang dilakukan
SA
180
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
kembangan saraf (dalam hal ini anak autis) (Sawang dkk., 2006). Pada
PL
dari dukungan orang lain, sementara orang tua Barat fokus pada keun
SA
181
Tabel 5. PENELITIAN TENTANG PERAN KOPING PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DENGAN GANGGUAN SPEKTRUM AUTIS
182
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
Lutz, Heidi, Coping with autism: Sejumlah 16 Metode kualitatif dengan Terdapat 6 tema penting : proses menuju adaptasi; perasaan
R; Patterson, A journey toward orang ibu-ibu pendekatan narasi deskripsi. berduka dan marah; mencari jawaban; tegang; dukungan, sosialisasi,
Barbara; adaptation yang memiliki dan spiritualitas; merasa bersalah dan ragu; menghargai dan
Klein, Jean. anak autis di mendefinisikan kehidupan dan berbagai peran; kekecewaan dan
(2012) pengorbanan; merencanakan masa depan; adaptasi;berdiskusi dan
berimplikasi untuk perawatan.
Benson, Paul Coping, distress, and Sebanyak 113 ibu Metode kuantitatif dengan Berdasarkan hasil exploratory factor analysis didapati empat dimensi
R. (2009) wellbeing in mothers of yang memiliki exploratory factor analysis dan koping: engagement coping, distraction coping, disengagement coping,
children with autism anak autis di multiple regression. dan cognitive reframing coping.
Ibu menggunakan koping menghindar/avoidant coping (distraction
dan disengagement) maka dilaporkan berhubungan dalam
SA
peningkatan depresi dan rasa marah, sementara penggunaan
M cognitive reframing berhubungan dalam peningkatan kesejahteraan
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
183
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
184
Sivberg, Coping strategi and Sebanyak 132 Metode kuantitatif dengan analisis Terdapat perbedaan antara kelompok ibu yang memiliki anak autis
Bengt (2002) parental attitued, a orang tua terbagi paired sample t-test dan korelasi dengan kelompok kontrol. Penggunaan koping strategi lebih banyak
comparison of parents ke dalam 2 pearson. dilakukan pada ibu yang memiliki anak autis dibandingkan kelompok
with children with kelompok (orang Alat ukur: sense of coherence scale kontrol.
autistic spectrum tua dari anak (koping strategi); purpose in life Hasil menunjukkan terdapat efek pengurangan stres baik pada
disorders and parents autis, n=66; test (PIL-R) prosocial skills; variabel kelompok ibu-autis dan kelompok kontrol. Variance sebesar 50%
with non-autistic dan kelompok demografi. dari sense of coherence menyumbang untuk kelompok ibu-autis dan
children kontrol, n=66). 30% untuk kelompok kontrol. Terdapat perbedaan gender di mana
ayah menunjukkan sense of coherence yang lebih tinggi, sedangkan
ibu mengalami peningkatan burnout dalam mengasuh anak.
Montes, Psychological Sebanyak 364 ibu Analisis : regresi berganda Alat Tujuan penelitian: memiliki anak autis berdampak negatif pada
Guillermo; functioning and coping yang memiliki ukur : parental stress index; parental keberfungsian psikologis ibu.
Halterman, among mothers of anak autis attitudes about childrearing; coping Ibu mengalami tingkat stres yang tinggi dan rendah pada kesehatan
SA
Jill. (2018) children with autism: with parenting; parent support; child mental dibandingkan ibu pada populasi umumnya, meskipun ibu
A population- based
M memiliki hubungan yang dekat dengan anaknya dan koping yang
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
study lebih baik. Memiliki anak autis tidak berhubungan dengan rendahnya
dukungan sosial.
Lai, Wei Wei; Coping and well-being Sebanyak 73 Kuantitatif dengan analisis Tujuan: menguji psychological well-being dan koping.
PL
Goh, Tze Jui; in parents of children orang tua dari MANOVA dan chi-square, post E Orang tua dari anak autis dilaporkan secara signifikan lebih
Oei, Tian; with autism spectrum anak autis; dan hoc. mengalami gejala stres pengasuhan (misal pandangan yang
Sung, Min. disorders (ASD) 63 orang tua dari Alat ukur: variabel demografi; negatif, rendahnya kepuasan akan hubungan kelekatan dengan
(2015) anak dengan parenting stress index-short form anak), memiliki pengalaman kesulitan menangani perilaku anak
perkembangan (PSI-SF); Depression anxiety stress autis, lebih mengalami gejala depresi, dan aktif menggunakan
normal. scales (DASS-21); Brief COPE; active-avoidance coping dibandingkan orang tua dari anak dengan
perkembangan normal.
Lyons, Amy; The impact of child Sebanyak 77 Analisis : regresi berganda Alat Tujuan: menguji dampak gejala keparahan autis dan strategi
Leon, Scott; symptom severity on pengasuh utama ukur: variabel demografi; CARS-P koping orang tua (task- oriented- emotion oriented- social diversion,
Phelps, stress among parents dari anak autis (gejala keparahan autis); the distraction) terhadap stres orang tua (masalah orang tua dan
Carolyn, E; of children with ASD: (68 ibu, 4 ayah, QRS-F (stres); the CISS (koping). keluarga, pesimis, karakteristik anak, ketidakmampuan fisik).
Dunleavy, The moderating role of 2 kakek/nenek, 3 Hasil: koping emotion-oriented berhubungan dengan masalah orang
Alison. (2010) coping styles. lainnya) tua dan keluarga;
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
koping task-oriented berhubungan dengan rendahnya
ketidakmampuan fisik; gejala keparahan autis merupakan prediktor
utama stres orang tua; koping emotion-oriented memoderasi
hubungan antara stres orang tua dan gejala autis.
Seymour, Fatigue, stress and Sebanyak 65 ibu Structural equation modelling Tujuan: mengasuh anak autis menimbulkan kelelahan dan
Monique; coping in mothers of yag memiliki (SEM). berdampak pada kesehatan orang tua dan kesejahteraan; Menguji
Wood, children with an autism anak autis. Alat ukur: variabel demografi; pengaruh kelelahan ibu dan koping terhadap hubungan antara
Catherine; spectrum disorder the brief developmental behavior perilaku bermasalah anak dan stres pengasuhan ibu.
Giallo, checklist-P24 (perilaku bermasalah Hasil : kelelahan ibu memediasi hubungan antara perilaku
Rebecca; anak); the depression, anxiety and bermasalah anak dan stres pengasuhan ibu; Perilaku bermasalah
Jellett, stress scale-21 (DASS-21); fatigue anak berkontribusi menimbulkan stres pengasuhan ibu; Pengaruh
Rachel. assessment scale (FAS); the brief ketidakefektifan strategi koping dapat meningkatkan stres.
(2013) COPE.
SA
Dabrowska, Parenting stress Sebanyak 162 Analisis: Regresi berganda, post
M Tujuan: menguji stres ibu dan ayah yang memiliki anak prasekolah
A; Pisula, E. and coping styles in orang tua (51 hoc. autis dan down syndrome; Menguji stres pengasuhan dan koping.
(2010) mothers and fathers orang tua dari Alat ukur: variabel demografi; the Hasil: orang tua yang memiliki anak autis lebih mengalami stres
of pre-school children autis; 54 orang Questionnaire of Resources and pengasuhan; Ibu dari anak autis lebih tinggi mengalami stres
with autism and Down tua dari anak Stress (QRS); Coping inventory for dibandingkan ayah; Tidak terdapat perbedaan antara orang tua
PL
syndrome down syndrome; stressful situations (CISS). E dari anak down syndrome dengan anak-anak perkembangan
57 orang tua dari normal; Pada orang tua dari anak autis berbeda menunjukkan
anak dengan skor yang berbeda pada koping social diversian; Koping emotion-
perkembangan oriented merupakan prediktor pada stres orang tua autis dan down
normal) syndrome; Koping task-oriented merupakan prediktor stres orang
tua dari anak dengan perkembangan normal.
Luong, J; Southeast asian Sebanyak 9 Metode kualitatif dengan Tujuan: menguji efek autis pda keluarga, koping, dan dukungan.
Yoder, M K; parents raising a orang tua dari pengambilan data wawancara Terdapat sembilan koping: denial/passive coping; empowerment;
Canham, D. child with autism: a anak autis mendalam dan open-ended redirecting energy; shifting of focus; rearranging life and relationship;
(2009) qualitative investigation questions. change expectations; social withdrawal; spiritual coping; acceptance.
of coping styles.
185
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
Peneliti Judul Penelitian Partisipan Metode Temuan
186
Zablotsky, The association Sebanyak 667 Analisa: Regresi berganda Alat Tujuan : menguji stres dan psychological well being
Benjamin; between mental health, ibu dari anak ukur: diagnosis anak mengalami Hasil : Ibu dari anak autis mengalami sres pengasuhan lebih tinggi,
Bradshaw, stress, and coping autis autis, laporan gangguan psychiatric, berisiko rendahnya kesehatan mental; Strategi koping yang biasa
Catherine; supports in mothers of maternal mental health, indikator ibu lakukan adalah mendapatkan dukungan dari lingkungan dan
Stuart, children with autism stres, coping, demographic variables mendapatkan dukungan emosional.
Elizabeth. spectrum disorder
(2013).
Hall & Graff. The relationships Sebanyak 75 Deskriptif kuantitatif, analisis Tujuan: menguji perilaku adaptif anak autis, dukungan keluarga,
(2012) among adaptive pengasuh utama korelasi, penelitian crosssectional. stres orang tua, koping orang tua dan keterhubungan antar variabel
behaviors of children dari anak autis. Alat ukur: demographic form; ini.
with autism spectrum Pengambilan Coping health inventory for parents Hasil: Perilaku adaptif anak autis berkorelasi negatif terhadap
disorder, their family sampel dnegan (CHIP); Family support scale (FSS); perlakuan orang tua yang berfokus untuk terus mencari dan
support network, purposive Parenting Stress index-short form; emnggunakan dukungan sosial, menghargai diri, dan penguatan
SA
parental stress, and sampling. Vineland Adaptive Behavior Scales, emosional; Pandangan orang tua terhadap dukungan keluarga
parental coping. Second Edition.
M mereka berhubungan secara positif dengan perlakuan orang tua,
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
187
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
kepada Tuhan, yakin akan peristiwa hidup sebagai kehendak Tuhan, in
tensnya melaksanakan ibadah, dan rajin mengikuti kegiatan-kegiatan
keagamaan akan sangat berpengaruh bagi orang tua untuk tetap bertahan
dalam menghadapi stres kehidupan. Kedua, agama dapat menjadi hasil
koping, dibentuk oleh elemen-elemen lain yang berproses, misalnya sua
tu survei menunjukkan bahwa peningkatan dalam keyakinan akan terjadi
setelah melahirkan anak, periode kesendirian, promosi pada pekerjaan,
dan gangguan emosi. Jika dikaitkan dengan kondisi orang tua setelah
anak terdiagnosis mengalami gangguan perkembangan saraf, apakah itu
ADHD, intellectual disability, gangguan spectrum autis, orang tua kemu
dian merasakan emosi-emosi negatif, seperti sedih, marah kepada Tuhan,
menyalahkan diri sendiri, menyesal, cemas, malu, depresi dan berpikiran
negatif bahwa mengasuh anak yang mengalami gangguan perkembangan
adalah sebuah beban karena terjadi sepanjang rentang kehidupan anak.
Bagi orang tua yang memiliki pemahaman agama baik, dan orang tua
juga mendapatkan dukungan sosial dari pasangan maupun dari keluarga,
serta orang tua memiliki kepribadian cukup tangguh, maka proses pene
rimaannya terhadap kondisi anak akan berlangsung dengan lebih cepat.
E
dalam koping pada saat mengalami stres kehidupan, karena adanya peng
harapan dan kenyamanan (Rammohan, Rao & Subbakrishna, 2002). Os
marin, et al., (dalam Santrock, 2013) mengungkapkan bahwa individu
menganggap agama sebagai aspek penting dalam hidupnya. Dengan sela
lu berdoa, memiliki keyakinan dasar agama yang positif, jarang cemas,
jarang khawatir, dan memiliki gejala depresi yang rendah. Individu yang
religius menunjukkan penyesuaian yang baik terhadap persitiwa kehilang
an yang dihadapinya. Ketidaksiapan menghadapi peristiwa kehilangan,
mendorong individu untuk menyalahkan Tuhan. Namun, ada kesadaran
seiring berjalannya waktu. Agama digunakan sebagai sarana pemaknaan.
Pemaknaan menggiring individu menerima kenyataan derita, lalu diikuti
oleh pengembangan diri.
Religiusitas orang tua berhubungan pada peningkatan keefek tifan
teknik pengasuhan seperti berfungsi menjadi dukungan, komunikasi dan
memonitoring (Snider, Clements, Vazsonyi, 2004), bersama dengan pe
ningkatan kemampuan orang tua, kompetensi dan kepuasan (Dumas &
Nissley-Tsiopinis, 2006). Shottenbauer, Spernak, dan Hellstrom, (2007)
188
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
ngat dan kekuatan yang luar biasa di dalam berusaha untuk mencapai
harapan agar anaknya mengalami kemajuan dalam tumbuh kembang
nya.
b. Husnuzan, yaitu berprasangka baik atas pemberian Tuhan kepada ibu,
termasuk diberikan anak yang mengalami gangguan perkembangan,
diberikan suami dengan karakter yang berbeda dengan ibu, diberikan
harta yang cukup bahkan kurang dalam memenuhi kebutuhan anak.
Berprasangka baik dengan semua kenikmatan yang Tuhan berikan
memiliki makna dan hikmah tersendiri.
c. Sabar, merupakan usaha ibu dalam mengendalikan diri pada saat kon
disi ekstrem (sulit dan menekan). Sabar ini terdiri dari berbagai bentuk
perilaku, di antaranya: kebesaran hati dalam menerima kondisi anak,
menerima dengan lapang dada, mengendalikan emosi, tidak mudah
marah, tidak mudah putus asa, bersikap tenang, dan tegar.
d. Ikhlas menerima anak, adalah menerima kondisi anak dengan memas
rahkan jiwa ibu kepada Tuhan. Ikhlas ditunjukkan dengan kemam
puan ibu untuk tidak malu dan bersedia menceritakan kondisi anak di
189
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
han berikan kepada ibu dan keluarganya, sesulit dan seberat apa pun
PL
dalam mengasuh anak dengan GSA, sehingga ibu akan lebih tenang
ketika mampu memaknai kehadiran anaknya. Hal-hal yang telah Tu
M
han berikan kepada ibu bukan saja dengan memberikan anak, tapi
SA
juga lahir dan bathin ibu menjadi lebih tenang, lebih bahagia, lebih
mampu memaknai hidup, dan mampu mengatasi masalah kehidupan.
h. Pengalaman religius, yaitu titik awal ibu mendalami dan menyelami
kehadiran Tuhan dalam kehidupannya. Ibu memiliki cerita yang ber
beda-beda akan pengalaman religius yang dialaminya. Secara kese
luruhan, pengalaman religius ini menjadi faktor utama ibu mampu
bertahan dalam mengatasi permasalahan hidup, baik permasalahan
terkait pengasuhan anak maupun permasalahan dalam kehidupan ru
mah tangga. Semakin ibu memohon dan meminta pertolongan ha
nya kepada Tuhan, semakin ibu menyadari kekuatan dan kehadiran
Tuhan dalam kehidupan ibu.
i. Ibadah, seperti sholat, mengaji, puasa, dan berdoa merupakan peran
agama yang paling banyak dijumpai pada ibu-ibu selama mengasuh
anak dengan GSA. Keutamaan sholat lima waktu dan ditambah de
ngan sholat tahajud mampu menguatkan dan memberikan ketente
raman, serta menurunkan kecemasan ibu se lama mengasuh anak.
Terdapat keyakinan pada diri ibu bahwa doa dan permintaan yang
190
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
Berikut ini adalah pemahaman tentang dua jenis koping religius yakni
koping religius positif dan koping religius negatif oleh Pargament (1992):
1. Koping Religius Positif
a. Definisi koping religius positif
Pargament, Smith, Koenig, & Perez (dalam Pargament dkk., 2001)
menjelaskan koping religius positif merefleksikan hubungan yang
aman dengan Tuhan, suatu keyakinan di mana ada sesuatu yang
lebih berarti yang ditemukan dalam kehidupan, dan rasa spiritual
dalam berhubungan dengan orang lain.
b. Aspek-aspek koping religius positif
Pargament dkk., (2001) mengemukakan terdapat delapan aspek
koping religius positif, yaitu:
1. Benevolent religious reappraisal: menggambarkan kembali stre
sor melalui agama secara baik dan menguntungkan, misalnya
kehadiran anak merupakan amanah dari Tuhan; setiap peris
E
tiwa di dalam kehidupan memiliki hikmahnya; Tuhan mem
PL
191
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
192
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
kukan adalah dengan memaknai ajaran agama Islam, seperti rutin beriba
SA
dah kepada Allah, seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Qur’an. Koping
religius yang telah dilakukan ini mampu meminimalisir stres pengasuhan
orang tua dan keluarga, serta mampu memaknai kehadiran anak adalah
suatu anugerah.
Bagi orang tua yang memiliki anak dengan gangguan perkembangan
saraf di Indonesia, memiliki keunikan tersendiri dalam memaknai keha
diran anak. Peran koping religius menjadi hal yang utama sehingga mem
buat orang tua mampu bertahan menghadapi kesulitan dan tekanan hidup.
Selain koping religius, terdapat peranan dukungan sosial yang sifatnya
informal (misal keluarga, komunitas orang tua, teman) dan dukungan for
mal (misal: sekolah luar biasa, pusat layanan autis, rumah sakit) yang
berkontribusi positif terhadap kesejahteraan subjektif dan mampu me
nurunkan stres pengasuhan. Indonesia merupakan budaya Timur yang
bersifat kolektivistik berbeda dengan budaya Barat yang bersifat indivi
dualistik. Ciri-ciri yang menonjol dari budaya kolektivistik adalah mene
kankan kesalingtergantungan antara individu, lebih mengutamakan ko
neksi keluarga, kerja sama, solidaritas, konformitas, harmoni, komitmen
193
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
pada orang tua dan keluarga besarnya, kesederhanaan, berhemat dan me
mentingkan kesejahteraan orang lain (Haj-Yahia & Elisheva, 2008). Pe
ranan koping religius dan dukungan sosial yang diterima orang tua me
rupakan ciri-ciri khusus yang orang tua rasakan selama mengasuh anak,
sehingga hal ini mampu menurunkan stres pengasuhan dan tidak ber
dampak pada gangguan mental.
Secara keseluruhan, peran agama sebagai cara orang tua untuk koping
terlihat dari usaha-usaha yang orang tua lakukan, seperti yakin bahwa
Tuhan akan memberikan kemuliaan bagi orang tua melalui kehadiran
anak, ikhlas hanya karena Tuhan, husnuzan (berprasangka baik kepada
Tuhan), sabar, ikhtiar, beribadah, tawakal dan bersyukur. Bagi orang tua,
agama sebagai koping positif dalam menghadapi stres pengasuhan, se
hingga orang tua dapat lebih menerima, tangguh dan bahagia dalam men
jalani kehidupan.
Pengukuran Koping Religius
■■ Religious Coping Activities Scale/RCAS (Pargament dkk., 1990)
Merupakan inventori laporan diri yang terdiri dari 29 aitem, meng
gunakan skala Likert 4 poin (1= tidak sama sekali, 4=sangat setuju)
E
194
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
Hastings & Beck, 2004; Mukh tar, 2017; Schultz, Schmidt, & Stichter,
SA
195
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
REFERENSI
Albanese, A.L., San Miguel, S.K., & Koegel, R.L. (1995). Social support for
families. Teaching children with autism: Strategies for initiating positive
interactions and improving learning opportunities, 95-104.
Ano, G.G., & Vasconcelles, E.B. (2005). Religious coping and psychological
adjustment to stress: A meta-analysis. Journal of clinical psychology,
61(4), 461-480.
Altiere, M.J., & Von Kluge, S. (2009). Family functioning and coping be
haviors in parents of children with autism. Journal of child and Family
Studies, 18(1), 83.
Bartkowski, J.P., Xu, X., & Levin, M.L. (2008). Religion and child deve
lopment: Evidence from the early childhood longitudinal study. Social
196
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
Cidav, Z., Marcus, S.C., & Mandell, D.S. (2012). Implications of childhood
SA
197
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Hall, H.R., & Graff, J.C. (2012). Maladaptive behaviors of children with
autism: Parent support, stress, and coping. Issues in Compre hensive
M
Higgins, D.J., Bailey, S.R., & Pearce, J.C. (2005). Factors associated with
functioning style and coping strategies of families with a child with an
autism spectrum disorder. Autism, 9(2), 125-137.
Holden, G. (2015). Parenting a Dynamic Perspective. New York: Sage Publi
cations, Inc.
Haj-Yahia, M.M., & Sadan, E. (2008). Issues in intervention with battered
women in collectivist societies. Journal of marital and family therapy,
34(1), 1-13.
Hastings, R.P., & Beck, A. (2004). Practitioner review: Stress intervention
for parents of children with intellectual disabilities. Journal of child
psychology and psychiatry, 45(8), 1338-1349.
Ingersoll, B., & Hambrick, D.Z. (2011). Disorders the relationship between
the broader autism phenotype, child severity, and stress and depres
sion in parents of children with autism spectrum disorders. Research in
Autism Spectrum Disorders, 5, 337344. doi:10.1016/j.rasd.2010.04.017.
Izadi-Mazidi, M., Riahi, F., & Khajeddin, N. (2015). Effect of cognitive be
havior group therapy on parenting stress in mothers of children with
198
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
Lai, W.W., & Oei, T.P. (2014). Coping in parents and caregivers of children
with autism spectrum disorder (ASD): A review. Review Journal of
M
014-0021-x.
Lambert, N. M., & Fincham, F. D. (2011). Expressing gratitude to a partner
leads to more relationship maintenance behavior. Emotion, 11(1), 52.
Luong, J., Yoder, M.K., & Canham, D. (2009). Southeast Asian parents
raising a child with autism: A qualitative investigation of coping sty
les. The Journal of School Nursing, 25(3), 222-229.
Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New
York: Springer Publishing Company, Inc.
Lyons, A.M., Leon, S.C., Phelps, C.E.R., & Dunleavy, A.M. (2010). The
impact of child symptom severity on stress among parents of children
with ASD: The moderating role of coping styles. Journal of child and
family studies, 19(4), 516524.
Luther, E.H., Canham, D.L., & Cureton, V.Y. (2005). Coping and social
support for parents of children with autism. The Journal of School
Nursing, 21(1), 40-47.
Lutz, H.R., Patterson, B.J., & Klein, J. (2012). Coping with autism: A jo
urney toward adaptation. Journal of pediatric nursing, 27(3), 206-213.
199
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Masson, R.L., Jacobs, E.E., Harvill, R.L., & Schimmel, C.J. (2012). Group
Counseling: Intervention and Techniques. Canada: Brooks/Cole, Cengage
Learning.
McConnell, D., Savage, A., & Breitkreuz, R. (2014). Resilience in families
raising children with disabilities and behavior problems. Research in
developmental disabilities, 55(4), 833-848.
McKeown, K. (2000). A guide to what works in family support services for
vulnerable families.
Montes, G., & Halterman, J.S. (2007). Psychological functioning and co
ping among mothers of children with autism: A population-based
study. Pediatrics, 119(5), e1040-e1046.
Mukhtar, D.Y. (2016). Pedoman group-based parenting support untuk
orang tua yang mengasuh anak dengan gangguan spektrum autis. Mo
dul Penelitian. Yogyakarta: Program Doktor Psikologi-Universitas Ga
djah Mada.
Mukhtar, D.Y. (2017). Pengaruh group-based parenting support terhadap
stres pengasuhan orang tua yang mengasuh anak dengan gangguan
spektrum autis. (Disertasi
E
200
BAB 5 • STRES PENGASUHAN DAN KOPING
201
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
E
PL
M
SA
202
Bab 6
LAYANAN PENDIDIKAN
kepada anak adalah konsep pe ngertian kata “ambil”, “bola”, dan
“merah”. Setelah anak dianggap mampu mengenal dan menguasai
arti kata tersebut, langkah selanjutnya adalah meng aktuali
sasikan
instruksi “ambil bola merah” kedalam perbuatan konkret. Struktur
pendidikan dan pengajaran bagi anak autis meliputi struktur waktu,
struktur ruang, dan struktur kegiatan.
2. Terpola
Kegiatan anak autis biasanya terbentuk dari rutinitas yang terpola
dan terjadwal, baik di sekolah maupun di rumah (lingkungannya),
mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Oleh karena itu, da
lam pendidikannya harus dikondisikan atau dibiasakan dengan pola
yang teratur. Namun bagi anak dengan kemampuan kognitif yang
telah berkembang dapat dilatih dengan memakai jadwal yang dise
suaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya, supaya anak da
pat menerima perubahan dari rutinitas yang berlaku (menjadi lebih
fleksibel). Diharapkan pada akhirnya anak lebih mudah menerima
perubahan, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (adaptif)
dan dapat berperilaku secara wajar (sesuai dengan tujuan behavior
E
therapy).
PL
3. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan
M
204
BAB 6 • LAYANAN PENDIDIKAN
A. PENDIDIKAN KHUSUS
SA
205
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni Pasal 5 ayat (1) menya
takan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam mem
peroleh pendidikan yang bermutu; ayat (2) menyatakan bahwa warga ne
gara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/
atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Pendidikan inklusi di Indonesia berawal dari ketidaksamaan hak
yang didapat bagi penyandang disabilitas, kemudian adanya stigma, dan
prasangka negatif, serta perlakuan diskriminasi yang diterimanya. Hal
ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo
nesia Pasal 31 ayat (1) yakni bahwa setiap warga negara berhak menda
patkan pendidikan. Demikian juga dengan landasan filosofis dalam pe
nerapan pendidikan inklusi di Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika
(unity in diversity) (Sheehy & Budiyanto, 2014), artinya bahwa pemerin
tah Indonesia berupaya memberikan kebutuhan pendidikan terbaik bagi
anak-anak Indonesia termasuk anak berkebutuhan khusus, salah satunya
dengan menyediakan pendidikan inklusi.
Anak dengan gangguan gangguan perkembangan sarah sama seperti
anak-anak berkebutuhan khusus lainnya yang berhak mendapatkan pen
E
luar biasa dan layanan pendidikan inklusi atau sekolah reguler. Layanan
SA
206
BAB 6 • LAYANAN PENDIDIKAN
B. PENDIDIKAN INKLUSI
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh
sekolah reguler (sekolah umum) dengan menyediakan layanan pendi
dikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Permendiknas No. 70 Tahun
2009 Pasal 3 poin 2 menyatakan keterbatasan anak antara lain tunane
tra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi kor
ban penyalahgunaan narkona, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya, me
miliki kelainan lainnya, dan tunaganda.
Lembaga pendidikan inklusi di Indonesia saat ini mengalami pening
katan, ditambah dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus di Indo
nesia juga semakin banyak jumlahnya. Pada November 2015, jumlah total
anak berkebutuhan khusus di Indonesia mencapai 1,6 juta jiwa, namun
masih sedikit anak berkebutuhan khusus yang mengenyam pendidikan
(hanya 10 persen dari populasi anak berkebutuhan khusus di Indonesia).
Beberapa faktor yang memengaruhinya adalah orang tua yang kurang
mendukung pendidikan untuk anaknya (kemungkinan biaya pendidikan
E
yang dikeluarkan tidak murah), anak berkebutuhan yang tidak ingin ber
PL
sekolah, serta akses ke sekolah yang cukup jauh dari tempat tinggal ter
utama bagi penduduk yang tinggal jauh dari kota (Kementerian Pendidik
M
207
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Namun demikian, bagi para orang tua yang berminat untuk mema
sukkan anaknya yang berkebutuhan khusus ke sekolah inklusi, terlebih
dahulu harus melakukan observasi ke sekolah. Hal utama yang harus di
perhatikan adalah apakah kurikulum dan kebijakan di sekolah tersebut
telah sesuai untuk kondisi anak-anak berkebutuhan terutama anak autis,
kemudian guru-guru di sekolah tersebut telah memiliki keahlian atau ti
dak di dalam mengajar dan berinteraksi dengan anak autis. Hal ini pen
ting untuk dipahami orang tua, agar anak-anak mendapatkan pendidikan
sesuai dengan kebutuhannya, selain itu orang tua juga mendapatkan in
formasi penting terkait kondisi anaknya selama di sekolah melalui guru
yang berkompeten di bidangnya, dan diharapkan terjalin kerja sama yang
baik antara guru dan orang tua.
Frieda Mangunsong (2009) menjelaskan bahwa anak-anak yang di
tempatkan pada program inklusi akan menunjukkan perbaikan atau ke
adaan yang sama dalam pengukuran kognitif dan emosionalnya dengan
anak normal daripada apabila anak berkebutuhan khusus ditempatkan di
sekolah khusus. Meskipun demikian, orang tua sebagai guru pertama bagi
208
BAB 6 • LAYANAN PENDIDIKAN
209
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
tuhan khusus.
PL
lakukan degan berbagai model, yaitu (Ashman, 1994, dalam Elisa dan
Wrastari, 2013):
SA
1. Kelas Reguler (Inklusi Penuh), ABK belajar bersama anak non berke
butuhan khusus sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan
kurikulum yang sama.
2. Kelas Reguler dengan Cluster, ABK belajar bersama anak non berke
butuhan khusus di kelas reguler dalam kelompok khusus.
3. Kelas Reguler dengan Pull Out, ABK belajar bersama anak non ber
kebutuhan khusus di kelas reguler namun dalam waktu-waktu terten
tu ditarik dari kelas reguler ke ruang lain untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus.
4. Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out, ABK belajar bersama anak
non berkebutuhan khusus di kelas reguler dalam kelompok khusus,
dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang
lain untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
5. Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian, ABK belajar di dalam
kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang ter
tentu dapat belajar bersama anak non berkebutuhan khusus di kelas
reguler.
210
BAB 6 • LAYANAN PENDIDIKAN
6. Kelas Khusus Penuh, ABK belajar di dalam kelas khusus pada sekolah
reguler.
bantuan.
3. Pelaksanaan pendidikan khusus (pendidikan bagi anak berkebutuhan
M
211
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
Kelebihan Kelemahan
Anak memiliki kesempatan untuk Anak berkebutuhan khusus, terutama autis akan
bersosialisasi dengan teman-teman berisiko mengalami kasus bullying.
sebayanya, guru, dan orang lain di Perlakuan yang kurang tepat dari orang lain dapat
lingkungan sekolah. menurunkan kepercayaan diri dan menghambat
Mendapatkan materi pelajaran yang proses penyesuaian diri ABK untuk berkembang secara
lebih bervariasi dibandingkan ketika optimal.
mengenyam pendidikan khusus. Anak berkebutuhan dengan kemampuan intelektual
Anak-anak berkesempatan untuk yang lebih rendah akan kesulitan dan ketinggalan
menunjukkan perbaikan, kemandirian, dan mengikuti pelajaran.
dilatih meningkatkan perkembangan yang Tenaga pendukung misalnya guru bayangan sebaiknya
maksimal. disesuaikan dengan kebutuhan ABK terutama anak
Untuk menghindari perasaan terasing atau autis, mengingat anak autis merupakan anak dengan
berbeda dalam diri ABK ketika berinteraksi gangguan perkembangan kompleks dan tingkat
pada lingkungan orang-orang dengan keparahannya bervariasi. Masih didapati guru kelas
perkembangan normal. yang belum siap mengimplementasikan pendidikan
Bagi anak-anak dengan perkembangan inklusi, seperti kesulitan dalam mengelola kelas,
normal dilatih untuk berempati dengan kurang sabar menghadapi siswa, pemahaman
menerima kehadiran ABK. yang kurang tentang pendidikan inklusi dan siswa
berkebutuhan khusus
212
BAB 6 • LAYANAN PENDIDIKAN
sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status
SA
213
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
214
BAB 6 • LAYANAN PENDIDIKAN
Kebutuhan ruang dan fasilitas Pusat Layanan Autis terdiri dari fasilitas
utama dan fasilitas penunjang. Pada fasilitas utama didapati ruang terapi
wicara, ruang terapi perilaku, ruang terapi okupasi, ruang terapi visual
215
PSIKOLOGI PENGASUHAN BAGI ORANG TUA ...
dan snoozelen, ruang terapi fisik, ruang terapist, ruang tenang, ruang
assessmen dan konsultasi, ruang bina diri, ruang kelas transisi, ruang sensor
integrasi, ruang bermain. Adapun pada fasilitas penunjang didapati ruang
tunggu, ruang resepsionis, ruang pantry, ruang toilet, ruang serbaguna,
ruang tamu, ruang dapur, ruang ibadah, ruang peralatan, ruang gudang,
ruang kepala, ruang staf, ruang pengembangan, kolam renang, ramp.
REFERENSI
Berit, J. & Skjorten, M.D. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus: Sebuah
Pengantar. Bandung: Unipub Forlag.
Direktorat PLB. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Ter padu/
Inklusi. Jakarta: Diren PLB.
Elisa, S., & Wrastasri, A.T. (2013). Sikap guru terhadap inklusi ditinjau
dari faktor pembentuk sikap. Jurnal Psikologi Perkembangan dan Pen
didikan, 2(1), 1-10.
Frederickson, N., & Lambert, N. (2015). Inclusion for children with spe
cial educational needs: How can psychology help?. In Educational Psy
E
Ginanjar. A.S. (2008). Panduan Praktis Mendidik Anak Autis: Menjadi Orang
Tua Istimewa. Jakarta: Dian Rakyat.
M
216
BAB 6 • LAYANAN PENDIDIKAN
217
SA
M
PL
E
TENTANG PENULIS
2009 telah bergabung sebagai dosen pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sumatra Utara Medan. Selain mengajar, penulis juga sering
M
dan madrasah.
Sejumlah karya ilmiah, baik jurnal terakreditasi nasional maupun
jurnal internasional bereputasi telah dipublikasikan, dapat diakses me
la
lui http://orcid.org dengan ID 0000-0002-6223-8546 atau me la
lui
googescholar. Selain pro duktif menghasilkan karya ilmiah, penu
lis ju
ga aktif seba gai reviewer pada beberapa Jurnal Nasional Ter akreditasi
SINTA Indonesia, dan sebagai editor buku. Sejumlah karya ilmiah te
lah dipublikasikan dalam bentuk buku berbasis penelitian, jurnal pe
nelitian, book chapter, dan buku referensi yang sudah diterbitkan adalah
Pengantar Psikologi dan Pandangan Al-Qur’an tentang Psikologi (Kencana-
PrenadaMedia Group Jakarta), Psikologi Kecerdasan Anak (Perdana Pub
lishing Medan), Psikologi Pendidikan dan Per masalahan Umum Peserta
Didik (Perdana Publishing Medan), Buku Pan duan Bimbingan Konseling
“Pendidikan Madrasah pada Pandemi: Panduan Guru BK Melaksanakan
Pelayanan Melalui Online” (CV Pusdikra Mitra Jaya, Medan), dan Islam
Rahmatan Lil Alamin (CV ManHaji Medan).
SA
M
PL
E
TENTANG EDITOR
dan Pendidikan Profesi Konselor (PPK) pada tahun 2016 di UNP. Mulai
PL