hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak diajukan kepada (iudex ne procedat ex offisio).
3. PEMERIKSAAN BERLANGSUNG TERBUKA
Diatur dalam Pasal 13 ayat (1)
4. HAKIM AKTIF Hakim yang menentukan pemanggilan, menetapkan hari persidangan serta memerintahkan supaya alat-alat bukti yang diperlukan disampaikan dalam persidangan. Diatur pula dalam Pasal 132 HIR/ 156 Rbg
5. HAKIM BERSIFAR PASIF
Dalam hukum acara perdata, ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa, oleh pihak-pihak yang berperkara itu sendiri. Hakim hanya membantu para pencari keadilan.
6. ASAS KESAMAAN (AUDI ET ALTERAM PARTE)
Hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak sebagai suatu yang benar,tanpa mendengar atau memberi kesempatan pihak lain untuk menyampaikan pendapatnya.
7. ASAS PERSAMAAN DIMUKA HUKUM (EQUALITY BEFORE THE LAW)
Diatur dalam Pasal 4 ayat (1) “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”.
8. PUTUSAN DISERTAI ALASAN
Diatur dalam BAB 9 tentang Putusan Pengadilan, Pasal 50 ayat (1) Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.
9. BERACARA DIKENAKAN BIAYA
Tidak ada biaya maka tidak ada perkara. Hanya berlaku pada Perkara Perdata, apabila tidak mampu maka dapat dilakukan secara Cuma-Cuma (prodeo) dengan persyaratan surat tidak mampu dari Kepala Kepolisian atau Camat setempat.
10. PERADILAN DILAKUKAN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA Diatur dalam Pasal 2 ayat (1), sehingga hakim harus selalu insyah karena sumpah jabatannya,ia tidak hanya bertanggung jawab kepada hukum, diri sendiri dan kepada masyarakat,tetapi bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. 11. ASAS TRILOGI PERADILAN Diatur dalam Pasal 2 ayat (4), Peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan.
12. PENYELENGGARAAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
Diatur dalam BAB 3 Pelaku Kekuasaan Kehakiman, Pasal 18 ayat (1) “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.
13. KEMANDIRIAN PERADILAN
Diatur dalam Pasal 3 ayat (1) “Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib menjaga kemandirian peradilan”. Yang dimaksud dengan “kemandirian peradilan” adalah bebas dari campur tangan pihak luar dan bebas dari segala bentuk tekanan, baik fisik maupun psikis.
14. AZAS OBYEKTIFITAS
Untuk menjamin azas ini bagi pihak yang diadili dapat mengajukan keberatan yang disertai dengan alasan-alasan terhadap hakim yang mengadili perkaranya, disebut hak ingkar.