Anda di halaman 1dari 2

ASAS-ASAS UMUM DALAM KEKUASAAN KEHAKIMAN

1. ASAS KEBEBASAN HAKIM


Diatur dalam Pasal 1 ayat (1).

2. HAKIM BERSIFAT MENUNGGU


hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak diajukan kepada (iudex ne procedat
ex offisio).

3. PEMERIKSAAN BERLANGSUNG TERBUKA


Diatur dalam Pasal 13 ayat (1)

4. HAKIM AKTIF
Hakim yang menentukan pemanggilan, menetapkan hari persidangan serta
memerintahkan supaya alat-alat bukti yang diperlukan disampaikan dalam persidangan.
Diatur pula dalam Pasal 132 HIR/ 156 Rbg

5. HAKIM BERSIFAR PASIF


Dalam hukum acara perdata, ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan
kepada hakim untuk diperiksa, oleh pihak-pihak yang berperkara itu sendiri. Hakim
hanya membantu para pencari keadilan.

6. ASAS KESAMAAN (AUDI ET ALTERAM PARTE)


Hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak sebagai suatu yang
benar,tanpa mendengar atau memberi kesempatan pihak lain untuk menyampaikan
pendapatnya.

7. ASAS PERSAMAAN DIMUKA HUKUM (EQUALITY BEFORE THE LAW)


Diatur dalam Pasal 4 ayat (1) “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak
membeda-bedakan orang”.

8. PUTUSAN DISERTAI ALASAN


Diatur dalam BAB 9 tentang Putusan Pengadilan, Pasal 50 ayat (1) Putusan
pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga
memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar
untuk mengadili.

9. BERACARA DIKENAKAN BIAYA


Tidak ada biaya maka tidak ada perkara. Hanya berlaku pada Perkara Perdata, apabila
tidak mampu maka dapat dilakukan secara Cuma-Cuma (prodeo) dengan persyaratan
surat tidak mampu dari Kepala Kepolisian atau Camat setempat.

10. PERADILAN DILAKUKAN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA


ESA
Diatur dalam Pasal 2 ayat (1), sehingga hakim harus selalu insyah karena sumpah
jabatannya,ia tidak hanya bertanggung jawab kepada hukum, diri sendiri dan kepada
masyarakat,tetapi bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
11. ASAS TRILOGI PERADILAN
Diatur dalam Pasal 2 ayat (4), Peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya
ringan.

12. PENYELENGGARAAN KEKUASAAN KEHAKIMAN


Diatur dalam BAB 3 Pelaku Kekuasaan Kehakiman, Pasal 18 ayat (1)
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi”.

13. KEMANDIRIAN PERADILAN


Diatur dalam Pasal 3 ayat (1) “Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim
konstitusi wajib menjaga kemandirian peradilan”. Yang dimaksud dengan
“kemandirian peradilan” adalah bebas dari campur tangan pihak luar
dan bebas dari segala bentuk tekanan, baik fisik maupun psikis.

14. AZAS OBYEKTIFITAS


Untuk menjamin azas ini bagi pihak yang diadili dapat mengajukan keberatan yang
disertai dengan alasan-alasan terhadap hakim yang mengadili perkaranya, disebut hak
ingkar.

Anda mungkin juga menyukai