Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Nilai-nilai ihsan kepada manusia : Ihsan terhadap orang yang lebih tua dan muda dari
dirinya,teman sejawat dan tetangga”

DOSEN PEMBIMBING

Dr.Halomoan Nasution

Disusun oleh

Rangga
Berkat Iman Mendofa
Aji prayogo

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENJASKESREK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas terselesainya makalah
ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Makalah yang saya buat berisi materi tentang
Ihsan.
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Demikianlah sebagai pengantar kata dengan harapan semoga makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi pembaca. Amin

Pekanbaru, 27 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Pengertian Ihsan ...........................................................................................2


B. Macam macam Ihsan......................................................................................3

BAB III PENUTUP....................................................................................................6

A. Kesimpulan.......................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.Jika Islam dan Iman disebut secara
bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai
lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam
rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna
dan hukumnya tersendiri.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang
yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang
sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak
dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut
akhlaqul karimah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN IHSAN
Ihsan berasal dari kata ‫ َح ُسَن‬yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk
masdarnya adalah ‫ِاْح َس اْن‬, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an
mengenai hal ini.
“Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (Al-Isra’: 7).
“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik
terhadapmu….” (Al-Qashash:77).
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah SWT.
a.Ihsan dianalogikan sebagai atap bangunan Islam (Rukun iman adalah pondasi, Rukun Islam
adalah bangunannya).
Ihsan (perbuatan baik dan berkualitas) berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan
keislaman seseorang. Jika seseorang berbuat ihsan, maka amal-amal Islam lainnya atan
terpelihara dan tahan lama (sesuai dengan fungsinya sebagai atap bangunan Islam)

B.MACAM MACAM IHSAN


1.Ihsan kepada orang yang lebih tua dan muda

Rasulullah bersabda,

‫َلْيَس ِم َّنا َم ْن َلْم َيْر َحْم َصِغ يَر َنا َو ُيَو ِّقْر َك ِبيَر َنا‬
“Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak
menghormati yang lebih tua.” (HR. at-Tirmidzi no. 1842 dari shahabat Anas bin Malik)

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah. Hadits ini menunjukkan tentang
disyariatkannya berakhlak yang baik dan wajibnya menyayangi antar sesama kaum muslimin.
Hadits ini menerangkan tentang adab atau sopan santun dalam Islam ketika kita bergaul
dengan anak muda atau orang tua, yang masing-masingnya memiliki hak yang pantas
diberikan baginya.
Terhadap yang lebih tua maka hendaklah kita menghormati dan memuliakannya,
karena mereka memiliki keutamaan. Adapun terhadap yang lebih muda maka hendaklah kita
menyayangi dan lemah lembut kepadanya, karena pada diri yang lebih muda akal dan
ilmunya masih kurang. Mereka perlu dibimbing dan dipenuhi kebutuhannya serta tidak
menghukumnya apabila tidak sengaja melakukan kesalahan.
Demikianlah Islam mengajarkan akhlak mulia, saling menghormati dan menyayangi
antar sesama muslim yang membuahkan rasa persaudaraan dan persatuan di antara kaum
muslimin.Makna ucapan beliau “bukan golongan kami” adalah bukanlah merupakan petunjuk
kami atau ajaran kami. Bukanlah makna “bukan golongan kami” berarti dia adalah kafir.
Di antara bentuk menghormati orang yang lebih tua adalah:

2
1. Mendahulukan orang yang lebih tua dalam berbicara.
Mengapa mendahulukan orang yang lebih tua dalam berbicara? Karena disamping dalam
rangka menghormati kedudukan mereka, keumuman orang yang lebih tua lebih bagus dalam
berbicara dibandingkan dengan yang lebih muda. Disebutkan dalam sebuah kisah, tiga orang
shahabat Nabi yang bernama ‘Abdurrahman bin Sahl, Huwaishah bin Mas’ud dan Muhaishah
bin Mas’ud mendatangi Nabi untuk mengadukan suatu permasalahan. Setelah sampai
dihadapan beliau, mulailah ‘Abdurrahman bin Sahl berbicara dan dia adalah yang paling
muda di antara mereka.

Maka Nabi pun menegurnya seraya bersabda, ‫“ َكِّبْر اْلُك ْبَر‬Hormatilah yang lebih tua.” Yahya –
salah seorang perawi hadits ini– menerangkan, “Hendaknya yang memulai berbicara adalah
yang lebih tua.” (HR. al-Bukhari no. 5677 dari shahabat Rafi’ bin Khadij dan Sahl bin Abi
Hatsmah) Kapankah yang lebih muda diperbolehkan untuk berbicara dihadapan yang lebih
tua? Al-Imam al-Bukhari dalam kitab al-Adabul Mufrad membuat sebuah bab “Apabila yang
lebih tua tidak berbicara apakah boleh bagi yang lebih muda berbicara?”

Kemudian beliau menyebutkan sebuah kisah dari Abdullah bin Umar. Suatu hari Rasulullah
menyampaikan sebuah teka-teki,

‫َأْخ ِبُروِني ِبَش َجَر ٍة َم َثُلَها َم َثُل اْلُم ْس ِلِم ُتْؤ ِتي ُأُكَلَها ُك َّل ِح يٍن ِبِإْذ ِن َر ِّبَها َو اَل َتُح ُّت َو َر َقَها‬
“Beritahukanlah kepadaku tentang suatu pohon yang permisalannya seperti seorang muslim.
Pohon tersebut mengeluarkan buahnya setiap waktu dan tidak menggugurkan daunnya
dengan seizin Rabbnya.” Abdullah bin Umar berkata, “Dalam hatiku terbersit bahwa itu
adalah pohon kurma, namun aku enggan untuk berbicara karena disana ada Abu Bakr dan
Umar.” Ketika Abu Bakr dan Umar tidak menjawab maka Rasulullah pun memberikan
jawaban, “Itu adalah pohon kurma.” Ketika Abdullah bin Umar keluar dari majelis bersama
ayahnya dia pun berkata, “Wahai ayahku, tadi terbersit dalam hatiku bahwa itu adalah pohon
kurma.”

Umar berkata, “Apa yang menghalangimu untuk menjawabnya? Kalau seandainya


engkau menjawabnya maka yang demikian ini lebih aku senangi daripada ini dan itu (harta
terbaik).” Abdullah bin Umar berkata, “Tidak ada yang menghalangiku untuk menjawab
melainkan karena engkau dan Abu Bakr tidak berbicara sehingga akupun enggan untuk
berbicara.” (HR. al-Bukhari no. 360 dalam al-Adabul Mufrad dari shahabat Abdullah bin
Umar) Hadits ini menunjukkan tentang bolehnya yang lebih muda berbicara dihadapan yang
lebih tua dengan syarat yang lebih muda memiliki kepandaian dan tidak ada satupun dari
yang lebih tua berbicara.

2. Mendahulukan orang yang lebih tua untuk mendapatkan tempat duduk dalam majelis.
Al-Hafizh al-‘Iraqi berkata, “Termasuk dalam masalah ini pula adalah memberikan tempat
yang lapang kepada orang yang baru datang ke majelis apabila memungkinkan, terlebih lagi

3
apabila dia termasuk orang yang berhak untuk dimuliakan seperti orang yang sudah tua,
orang berilmu atau pemuka masyarakat.” (Faidhul Qadir, jilid 5, hlm. 494)

3. Yang lebih muda mengucapkan salam terlebih dahulu kepada yang lebih tua.
Rasulullah bersabda,

‫ُيَس ِّلُم الَّص ِغ يُر َع َلى اْلَك ِبيِر َو اْلَم اُّر َع َلى اْلَقاِعِد َو اْلَقِليُل َع َلى اْلَك ِثير‬
“Yang lebih muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua, yang berjalan kaki
mengucapkan salam kepada yang duduk dan yang sedikit mengucapkan salam kepada yang
banyak.” (HR. al-Bukhari no. 5763 dari shahabat Abu Hurairah)
4. Mengangkat orang yang paling tua sebagai pemimpin.
Bahwasanya Qais bin ‘Ashim pernah berwasiat kepada anak-anaknya menjelang
kematiannya,

‫اَّتُقوا َهللا َو َسِّو ُدوا َأْك َبَر ُك ْم َفِاَّن الَقوَم ِإَذ ا َس َّو ُدوا َأْك َبَر ُهم َخ َلُفوا َأَباُهم َو ِإَذ ا َس َّو ُدوا َأْص َغ َر ُهم َأْز َر ى ِبِهْم َذ ِل َك ِفي‬
‫َأْك َفاِئِهم‬
“Bertakwalah kalian kepada Allah dan angkatlah yang paling tua diantara kalian sebagai
pemimpin. Karena sesungguhnya suatu kaum apabila mereka mengangkat yang paling tua
diantara mereka sebagai pemimpin, maka mereka akan mampu menggantikan kedudukan
ayah-ayah mereka. Apabila mereka mengangkat yang paling muda diantara mereka sebagai
pemimpin, maka tindakan mereka itu berarti meremehkan orang-orang yang sebaya dengan
mereka.” (HR. al-Bukhari no. 361 dalam al-Adabul Mufrad dari Hakim bin Qais bin ‘Ashim)
Di antara bentuk menyayangi orang yang lebih muda adalah:
1. Mencium anak-anak.
Bahwasanya Rasulullah pernah mencium al-Hasan bin Ali sementara di sisi beliau ada
al-‘Aqra bin Habis at-Tamimi yang sedang duduk. Kemudian al-‘Aqra berkata,
“Sesungguhnya aku memiliki 10 anak namun aku tidak pernah mencium seorang pun dari
mereka.” Lalu Rasulullah memandangnya seraya bersabda,

‫َم ْن َال َيْر َحُم َال ُيْر َحُم‬


“Barangsiapa yang tidak menyayangi maka dia tidak disayangi.” (HR. al-Bukhari no. 5538
dan Muslim no. 4282 dari shahabat Abu Hurairah) Rasulullah juga pernah bersabda,

‫َال َيْر َح ُم ُهللا َم ْن َال َيْر َح ُم الَّناَس‬


“Allah tidak menyayangi orang yang tidak menyayangi manusia.” (HR. al-Bukhari no. 96
dalam al-Adabul Mufrad dari shahabat Jarir bin ‘Abdillah)

2. Bercanda dengan anak kecil.


Anas bin Malik berkata,

‫َك اَن الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َلُيَخاِلُطَنا َح َّتى َيُقوَل َأِلٍخ ِلي َص ِغ ْيٍر َيا َأَبا ُع َم ْيٍر َم ا َفَعَل الُّنَغ ْيُر‬

4
“Dahulu Nabi biasa bergaul dengan kami sampai-sampai beliau mengatakan kepada adik
laki-lakiku yang masih kecil, “Wahai Aba Umair, apa yang dilakukan nughair (burung kecil
peliharaannya)?.” (HR. al-Bukhari no. 5664 dari shahabat Anas bin Malik)

3. Mengusap kepala anak kecil.


Yusuf bin Abdullah bin Salam berkata.

‫َسَّم اِني َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُيْو ُسَف َو َأْقَع َد ِنى َع َلى ِح ْج ِر ِه َو َم َسَح َع َلى َر ْأِس ي‬
“Aku diberi nama oleh Rasulullah dengan nama Yusuf, beliau mendudukkan aku di
pangkuan beliau dan mengusap kepalaku.” (HR. al-Bukhari no. 367 dalam al-Adabul Mufrad
dari Yusuf bin Abdullah bin Salam)
4. Memeluk anak kecil.
Ya’la bin Murrah bercerita, “Kami keluar bersama Rasulullah dan kami diundang untuk
menyantap hidangan. Ternyata al-Husain sedang bermain di jalan. Maka dengan segera Nabi
maju mendahului orang-orang kemudian membentangkan kedua tangan beliau. Namun anak
itu justru berlari kesana kemari sementara beliau bercanda dan tertawa bersamanya sampai
akhirnya beliau berhasil menangkapnya. Dan beliau memegang dagu al-Husain dengan salah
satu tangannya dan tangan yang lain memegang kepalanya kemudian beliau memeluknya,
lalu beliau bersabda,

‫ُحُس ْيٌن ِم ِّنى َو َأَنا ِم ْن ُح َس ْيٍن َأَح َّب ُهللا َم ْن َأَح َّب ُح َس ْيًنا‬
“Husain (bagian) dariku dan aku (bagian) dari Husain, Allah mencintai orang yang mencintai
Husain.” (HR. al-Bukhari no. 364 dalam al-Adabul Mufrad dari shahabat Ya’la bin Murrah)
5. Memberikan buah kepada orang yang paling muda.
Abu Hurairah berkata, “Kebiasaan Rasulullah apabila diberi buah-buahan, beliau mendoakan,

‫الَّلُهَّم َباِر ْك َلَنا ِفي َم ِد ْيَنِتَنا َو ُم ِّدَنا َو َص اِع َنا َبَر َك ًة َم َع َبَر َك ٍة‬
“Ya Allah, berikanlah keberkahan buat kami di kota kami, mud kami dan sha’ kami,
keberkahan demi keberkahan.” Kemudian beliau memberikan buah tersebut kepada anak
yang paling kecil di sebelah beliau. (HR. al-Bukhari no. 362 dalam al-Adabul Mufrad dari
shahabat Abu Hurairah).

2.Ihsan kepada tetangga


Ada banyak perintah di dalam Alquran maupun hadits agar kita berperilaku ihsan
kepada tetangga. Salah satunya seperti yang disebutkan dalam firman Allah Subahanahu wa
Ta’ala berikut:
‫َو اْع ُبُدوْا َهّللا َو َال ُتْش ِر ُك وْا ِبِه َش ْيئًا َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس انًا َو ِبِذ ي اْلُقْر َبى َو اْلَيَت اَم ى َو اْلَم َس اِكيِن َو اْلَج اِر ِذ ي اْلُق ْر َبى‬
‫َو اْلَج اِر اْلُج ُنِب َو الَّصاِح ِب ِبالَج نِب َو اْبِن الَّس ِبيِل َو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم ِإَّن َهّللا َال ُيِح ُّب َم ن َك اَن ُم ْخ َتاًال َفُخ ورًا‬
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan

5
membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa: 36).

Jika tetangga mendapat kesenangan, hendaklah kita mengucapkan selamat tanda kita
turut senang. Sebaliknya, jika tetangga kita terkena musibah atau mengalami kesusahan, kita
turut prihatin dan menghiburnya agar bersabar.Menjenguknya jika tetangga kita sakit dan
mendoakannya agar lekas sembuh.Bertakziah bila tetangga sedang terkena musibah, untuk
menghibur dan menyabarkannya.Memaafkan segala kesalahannya atau
kekhilafannya.Hormatilah keluarga atau teman-teman tetangga kita, walaupun rumah mereka
jauh dari rumah kita.
Jika kita memiliki makanan yang dilihat oleh anak tetangga atau harumnya sampai
tercium oleh tetangga, hendaklah kita memberi makanan tersebut kepada tetangga kita,
walaupun hanya sedikit.Jika tetangga bepergian, awasilah rumahnya dari gangguan orang
jahat.Janganlah kita melakukan hal-hal yang menggangu atau menyakiti tetangga misalnya:
Membunyikan radio atau televisi keras-keras, padahal tetangga kita sedang tidur atau ada
yang sedang sakit.Mengganggu atau menyakiti anak atau saudara tetangga.Merusak tanaman
tetangga.Mengganggu binatang peliharaan tetangga.Menceritakan kejelekan atau aib tetangga
kepada orang lain.Jika kita membangun rumah, jangan sampai menutup ventilasi rumah
tetangga sehingga udara atau angin tidak dapat masuk ke rumah tetangga.

C.PENDAPAT ULAMA TENTANG IKHSAN

Dari Abu Ya’la, Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan IHSAN (berlaku baik) pada
segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika
kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan
pisau dan memberi kelapangan bagi hewan yang disembelihnya”.[HR. Muslim].
[ Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh Dan Ushul Fiqh, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), hlm. 128.]
Rasulullah Saw. Pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab,ini
merupakan puncak harapan, perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadits-hadits
mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami
agama ini. Rasulullah Saw. menerangkan mengenai ihsan –Ketika ia menjawab pertanyaan
malaikat jibril tentang ihsan, dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh jibril, dengan
mengatakan ,” Engkua menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila
engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim).

6
BAB III
KESIMPULAN
Ikhsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan
kemuliaan dari- Nya. Dan juga sebagai puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan
akhlak.

Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha
dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun
kita, apapun profesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali
mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://www.aldakwah.org/artikel-islam/manhaj/15-dasar-dasar-perilaku-bijak.html?start=2
http://www.dakwatuna.com/2008/02/385/ihsan/
https://jalandakwahbersama.wordpress.com/2010.05/21/islam-iman-dan-ihsan/

Anda mungkin juga menyukai