Anda di halaman 1dari 1

KABAR KEADILAN

Karya: Yulion Mirin

Bapak yang perkasa, pemilik mahkota bintang tiga. Lengannya bak senjata Janaka

Kini habis kisah, di kubur anaknya.

Bapak yang perkasa, tak kuasa menahan amarah jidatnya. Di kuburnya cinta kasih
bersama putra emasnya yang mengabdi pada karirnya. Seakan ingin keluar pada
ujung mulutnya, kata yang dapat meruntuhkan atas Istana Merdeka. “Dasar anak
rosokan”, begitu bunyi sadisnya. Sang Anak hanya menggeleng dan tersipu gemetar
dahsyatnya.

Pagi yang cerah direbahkan oleh tujuh tembakkan mengoyah dada dan rongga
Sang Anak. Membawa kabar duka perih dari sang durjana perkasa. Anyir darah
mengalir dalam rongga-rongga badannya, tersipu layu tembok-tembok tua saksi
mata. Tubuhnya kaku tak berdaya, mengubur mimpi, harapan cinta kasih puspa
bangsa.

Oh…Ibu, kenapa Ibu, rautmu tersipu lesu, seakan ada duri menancap dalam diri.
Tangismu hanya ironi berlalu, sedihmu tampilkan pilu yang palsu. Jika dipaksa
mengolah kata, di sana rakyat bersuara. Kisahmu tak lagi nyata berjubah ‘Aji
Mumpung’ dalam drama perkara derita cinta.

Inikah jalan takdirnya? Kisah anak dirundung Sang Bapak. Misteri menempuh
keadilan mengoyah keniscayaan. Dirundung bencana ditimpa petaka. Jalan keadilan
pun tersumbat tebalnya barakuda penguasa. Air, api,hingga tajamnya ayat suci tak
mampu menembus inti besi.

Kemudian Sang Anak bertanya, “di mana keadilan berada?” Mungkinkah di kaki tong
sampah? Di pucuk rebung karatan, ataukah di dalam keranda kuburan! Sungguh
ironi mencari keadilan pada negeri Pak Tuan. Sekarang hanya sekar setaman yang
mengerti tentang keadilan, memberi kenyamanan dan makna ketabahan.

Melaya, 05 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai