Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Liquida Dan Semisolida "Sediaan Emulsi Oleum Cocos" Kelompok 2
Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Liquida Dan Semisolida "Sediaan Emulsi Oleum Cocos" Kelompok 2
Disusun oleh :
Ismayati (P17335114014)
Dosen Pembimbing:
Hanifa Rahma, M.Si.,
Apt.
JURUSAN FARMASI
2015
1
SEDIAAN EMULSI “Oleum Cocos 33%”
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu mengetahui dan membuat cara pembuatan emulsi minyak dalam air.
Mampu membuat formula dan mengevaluasi sediaan emulsi oleum cocos 33%
2
emulgator untuk mencegah penggabungan kembali globul-globul yang dapat membentuk
lapisan film, zat aktif berupa minyak serta dibuat sediaan emulsi, maka akan mudah
terpapar oleh udara sehingga menjadi cepat tengik maka, ditambahkan anti oksidan serta
ditambahkan pula pengawet dan pewarna.
28 ℃
berwarna kuning pucat dalam bentuk cair, pada suhu
30 ℃
dalam bentuk setengah padat.
(HOPE edisi 6 hlm 184)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam dikloromethan,
mudah larut dalam eter, carbon disulfide dan kloroform. Larut
60 ℃
dalam sebagian etanol pada suhu tetapi larut dalam
temperatur rendah.
(HOPE edisi 6 hlm 184)
Stabilita Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik pada suhu
25−30 ℃
Cahaya : di lindungi dari cahaya
25
Suhu : suhu tidak melebihi
℃
pH : 3,0-8,0
Inkompabilita Oleum cocos bereaksi dengan pengoksidasi, asam, basa serta
s polyethylene. (HOPE edisi 6 hlm 184)
Keterangan Oleum cocos merupakan derivate cocos nucifera, terdiri dari
lain 90% asam lemak jenuhdan 10% asam lemak tidak jenuh. Asam
3
laurat merupakan asam lemak yang paling besar dibandingkan
dengan asam lemak lainnya yaitu sekitar 44-52% (Alamsyah,
2005). Adanya kandungan asam lemak ranati sedang tersebut,
maka salah satu manfaat oleum cocos adalah menurunkan berat
badan khususnya penderita obesitas.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
(HOPE edisi 6 hlm 184)
Kadar 33%
penggunaan
Rumus C6H7O2(OH)2CH2COONa
molekul ( www. Chemicalbook.com)
Titik lebur 180 ℃
Pemerian Serbuk atau granul putih atau hampir putih, tidak berbau, berasa
dan higroskopis.
(HOPE edisi 6 hlm
119)
Kelarutan Kadar air mengandung kurang dari 10% air, praktis tidak larut
dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluene. Mudah terdispersi
dalam air pada semua suhu.
(HOPE edisi 6 hlm 119)
4
Stabilita Na-CMC dapat disterilkan dalam keadaan kering dengan
100 ℃
mempertahankan itu dalam suhu selama satu jam.
7
Keterangan Tween 80 digunakan sebagai agen pendispersi, agen pengemulsi,
lain
Rumus C8H8O3
molekul (HOPE edisi 6 hlm 441)
Titik lebur ℃
125-128
Pemerian Hablur kecil; tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak
berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
(FI V hlm 856)
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
(FI V hlm 856 )
Stabilita Larutan encer pada pH 3-6, stabil sampai sekitar 4 tahun pada
suhu kamar, larutan pada pH 8 atau diatas terhidrolisis cepat
(10% atau lebih setelah penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu
kamar). Disimpan pada wadah tertutup sejuk dan
kering. (HOPE edisi 6 hlm 443 )
8
Inkompabilitas Kegunaan antimokroba berkurang dengan adanya surfaktan non-
ionik, seperti polisorbat 80. Namun, propylene glycol (10%)
9
Bahan pengawet (Propylparaben)
10
Zat Propylparaben
Sinonim Aseptoform P; Propil asam 4-hidroksibenzoat ester; Nipagin P;
Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform; propil butex; propil
parahidroksibenzoat; propil p hydroxybenzoate; Propyl Parasept;
Solbrol.
(HOPE edisi 6 hlm 596 )
Struktur
Rumus C10H12O3
molekul (HOPE edisi 6 hlm 596 )
Titik lebur ℃
95-98
Pemerian Putih; kristal; serbuk; tidak berabu dan tidak berwarna.
(HOPE edisi 6 hlm 596 )
Kelarutan Larut dalam aseton, etanol (1:1,1), etanol 50% (1:5,6), larut
dalam eter, gliserin (1:250), minyak mineral (1:330), minyak
kacang (1:70), propylene glikol (1:3,9), propylene glikol 50%
℃
(1:110), air 15 (1:4350), air suhu normal (1:2500), air
℃
bersuhu 80 (1:225).
(HOPE edisi 6 hlm 597 )
Larutan propylparaben pada pH 3-6 dapat di sterilisasi
Stabilita
meggunakan autoclave tanpa dekomposisi stabil pada ph 3-6
dengan <10% dekomposisi sampai dengan 4 tahun pada suhu
kamar, sedangkan pada pH > 8 rentan terhadap terhidrolisis
dengan 10% atau lebih dari 60 hari pada suhu kamar.
(HOPE edisi 6 hlm 597 )
Inkompabilitas Aktivitas antimikroba dari propylparaben berkurang jauh dengan
adanya surfaktan nonionik sebagai akibat dari micellization.
Propylparaben inkompabilitas dengan Magnesium alumunium
silikat, magnesium trisilikat, tallow ion oxide dan ultramarine
blue yang mengurangi efisiensi pengawet, propylpraaben
menjadi berubah warna dengan kehadiran besi (ion) dan rentan
11
terhadap hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat.
(HOPE edisi 6 hlm 597 )
Keterangan Propylparaben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba
lain dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi.
Propylparaben efektif pada rentang pH yang luas dan memiliki
spektrum yang luas dari aktivitas antimikroba. Propylparaben
(0,02% b / v) bersama-sama dengan Methylparaben (0.18% b / v)
untuk formulasi parenteral. Propylparaben menunjukkan
aktivitas antimikroba antara pH 4-8. Khasiat pengawet menurun
dengan meningkatnya pH karena pembentukan anion fenolat.
Propylparaben lebih aktif terhadap ragi dan jamur dibandingkan
terhadap bakteri.
ADI : 10 (mg/kgBB) Pengawet anti-mikroba dengan kadar 0,01-
0,02% (HOPE edisi 6 hlm 596 )
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik. (HOPE edisi 6 hlm 597 )
Kadar Injeksi Intramuscular, Intravena, Subcutan : 0.005–0.2%
penggunaan Larutan inhalasi : 0.015%
Injeksi intradermal : 0.02–0.26%
Larutan nasal : 0.017%
Preformulasi sediaan Ophthalmic : 0.005–0.01%
Larutan oral dan suspensi : 0.01–0.02%
Preformulasi sediaan rectal : 0.02–0.01%
Preformulasi sediaan topikal : 0.01–0.6%
Preformulasi sediaan vaginal : 0.02–0.1%
(HOPE edisi 6 hlm 596 )
12
Struktur
Rumus C3H8O2
molekul (HOPE edisi 6 hlm 608)
Titik lebur ℃
-59
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak
berbau; menyerap air pada udara lembab. (HOPE edisi 6 hlm
608)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan
kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial;
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
(HOPE edisi 6 hlm 608)
Stabilita Pada suhu sejuk, propylene glycol stabil dalam wadah tertutup
baik, namun dalam suhu tinggi, dibuka, mudah teroksidasi yang
meningkatkan produksi: propin aldehid, asam laktik, asam
piruvat dan asam asetat. Propylene glycol stabil saat dicampur
etanol (95%), gliserin atau air.
(HOPE edisi 6 hlm 609 )
Inkompabilitas Propylene glycol tidak stabil dengan larutan oksidasi potassium
permanganate. (HOPE edisi 6 hlm 609 )
Keterangan Kegunaan propylene glycol sebagai pengawet antimikroba,
lain desinfektan, stabilitas, humektan, kosolven pelarut air formulasi
farmasi. Pelarut umum yang lebih baik daripada gliserin dan
melarutkan berbagai macam bahan, seperti kortikosteroid, fenol,
obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), kebanyakan alkaloid,
dan banyak anestesi lokal. Propylene glycol dapat pula sebagai
antiseptik dengan etanol. Propylene glycol juga digunakan dalam
kosmetik dan makanan.
(HOPE edisi 6 hlm 608)
Penyimpanan Stabil dalam wadah tertutup baik.
(HOPE edisi 6 hlm 609 )
Kadar Pembasah topikal : 15%
penggunaan Pengawet sediaan semisolid : 15-30%
13
Solvent atau pelarut solusi Aerosol : 10-30%
Larutan oral : 10-25%
Sediaan parenteral : 10-60%
Sediaan topical : 5-80%
(HOPE edisi 6 hlm 608 )
14
Stabilita Paparan cahaya, kelembapan dan panas menyebabakan
perubahan warna dan mengurangi kegunaan. BHT harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk dan
kering. (HOPE edisi 6
hlm 76)
Inkompabilitas BHT adalah fendik dan mengalami redispersi karakteristik fenol.
Tidak sesuai dengan pengoksidasi kuat seperti peroksida dan
permanganate. Kontak dengan oksidator dapat mneyebabkan
pembakaran spontan garam besi dan dapat mneyebabkan
perubahan warna dengan hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan
catalytic sejumlah asaam menyebabkan dekomposisi yang cepat
dengan merilis isobutana yang mudah
terbakar. (HOPE edisi 6 hlm 76 )
Keterangan BHT digunakaan sebagai anti-oxidant.
lain (HOPE edisi 6 hlm 75 )
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, ditempat kering, dejuk dan
terlindung dari cahaya.
(HOPE edisi 6 hlm 76)
Kadar b-karoten : 0.01
penggunaan minyak sayur : 0.01%
Minyak esensial dan perasa : 0.02–0.5%
Minyak ikan : 0.01–0.1%
Inhalasi : 0.01%
Injeksi IM : 0.03%
Injeksi IV : 0.0009–0.002%
Formulasi Topikal : 0.0075–0.1%
(HOPE edisi 6 hlm 75 )
Pelarut (Aquadest)
Zat Aquades
Sinonim Aqua, aqua puricata, hydrogen oksid.
15
Struktur
Rumus H2O
molekul (HOPE edisi 6 hlm 17)
Titik lebur
0 ℃
Pemerian Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak memiliki rasa.
(HOPE edisi 6 hlm 766)
Kelarutan Larut dalam semua pelarut polar.
(HOPE edisi 6 hlm 766 )
Stabilita Stabil disemua bentuk (es, air, uap)
(HOPE edisi 6 hlm 766 )
Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien yang rentan
terhadap hidrolisis. Air dapat bereaksi dengan logam alkali,
kalium oksida, magnesium oksida, garam anhidrat membentuk
hidrat, beraksi dengan beberapa bahan organic dan kalsium
karbida. (HOPE edisi 6 hlm 766 )
Keterangan Aqua destillata digunakan untuk pelarut. Cara membebaskan air
lain bebas CO2 yaitu dengan air murni yang direbus selama 5 menit
dan dibiarkan dingin sekaligus melindungi dari penyerapan
karbon dioksida atmosfer.
(HOPE edisi 6 hlm 766)
Penyimpanan Air yang meninggalkan sistem pemurnian farmasi dan memasuki
tangki penyimpanan harus memenuhi persyaratan tertentu. Air
dilindungi dari kontaminasi ion-ion dan organic, yang akan
menyebabkan peningkatan konduktivitas dan jumlah karbon
organik, Sistem ini juga harus dilindungi terhadap fisik yaitu,
masuknya partikel asing dan mikroorganisme sehingga
pertumbuhan mikroba dapat dicegah dan diminimalkan. Air
untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam wadah yang sesuai.
(HOPE edisi 6 hlm 766 )
Kadar Aquades digunakan hampir 100%.
17
disimpan dalam tubuh. Dibanding makronutrien yang lain, lemak lebih susah dicerna
sehingga lebih lama berada di lambung. Inilah yang menyebabkan lemak membuat kita
tetap merasa kenyang.
Dalam sediaan kali ini menggunakan kadar oleum cocos sebanyak 33% dengan
dosis sehari yang diambil adalah 10 g/hari dan ditujukan untuk dewasa (), dengan rincian
sebagai berikut
Dosis oleum cocos 7,7-15 g/hari, dosis yang diambil 10 g/hari
⇨ Takaran untuk dewasa 10 ml/1 kali, sehari 4 kali sendok takar 10 ml :
⇨ Dosis oleum cocos yang diambil : 10
g/hari Dosis sehari : 10 g/30 ml = 0,33
g/ml Dosis sekali : 0,33 g/ml × 10 ml =
3,3 g
⇨ Untuk kadar oleum cocos :
0,33 g/ml × 100 ml = 33 g
33 g x
100 ml = 100 ml
x=33
SPESIFIKASI IDENTIFIKASI
Bentuk sediaan : Emulsi
Warna : Coklat
Rasa : Agak pahit sari kelapa
pH sediaan : 5,0-8,0
Kadar sediaan : 0,33 g/ml
Volume sediaan : 100 ml
Viskositas sediaan : 200-500 cPs
V. PENDEKATAN FORMULA
18
5. Methylparaben 0,18% (b/v) Pengawet
VI. 7.
PENIMBANGAN Tween 80 1,73% (b/v) Emulgator
Dibuat sediaan 4 botol (@ 100 ml) = 400 ml
8. dilebihkan
Sediaan Span
3%80 dan penimbangan3,27% (b/v)10%
ditambah Emulgator
Total jumlah sediaan = 480 ml
9.
1. Oleum Pasta
cocos 33%mocca
(b/v) qs Pewarna, pewangi
33 g
× 480 ml=158,4 g
10.100 ml Aquades Ad 100% (v/v) Pelarut
2. Na-CMC 1% (b/v)
1g
× 480 ml=4,8 g
100 ml
3. Methylparaben 0,18% (b/v)
0,18 g
× 480 ml=0,864 g
100 ml
4. Propylparaben 0,02% (b/v)
0,02 g
× 480 ml=0,096 g
100 ml
5. Propylene glycol 5% (b/v)
5g
× 480 ml=24 g
100 ml
6. BHT 0,02% (b/v)
0,02 g
× 480 ml=0,096 g
100 ml
HLB butuh 8 : 5%
HLBbutuh ×bobo 3 t B =HLBs× bobot s ×HLB T × bobotT
8 ×5=4,3 ( x )+ 15 ( 5−x )
19
40=4,3 x +75−15 x
10,7 x=35
x=3,27
2. Na-CMC 4,8 g
3. BHT 0,096 g
4. Propylene glycol 24 g
5. Methylparaben 0,864 g
6. Propylparaben 0,096 g
7. Span 80 15,696 g
8. Twwen 80 8,304 g
20
0,02 g
× 480 ml=0,096 g
100 ml
Propylparaben sehari 30 ml
30 ml
× 0,096 g=0,006 g (memenuhi syarat )
480 ml
21
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Pembuatan air bebas CO2
- Mendidihkan air selama 5 menit
- Mendinginkan air dalam wadah tertutup rapat untuk menghindari penyerapan CO2
2. Siapkan beaker glass 500 ml, masukkan air kran yang telah diukur oleh gelas ukur
sebanyak 480 ml, beri tanda. Keluarkan air kran dari beaker glass, bilas dengan
aquades, keringkan.
3. Siapkan 4 botol @ 100 ml, masukkan ke dalam masing-masing botolair kran yang
telah diukur dengan gelas ukur sebanyak 103 ml. beri tanda, keluarkan air kran dari
masing-masing botol, bilas dengan aquades, keringkan.
4. Timbangan menggunakan neraca analitik :
- Oleum cocos sebanyak 158,4 g dalam beaker glass 250 ml
- Span 80 sebanyak 15,696 g di kertas perkamen.
- Tween 80 sebanyak 8,304 g di kertas perkamen.
- Methylparaben sebanyak 0,864 g di kertas perkamen.
- Propylparaben sebanyak 0,096 g di kertas perkamen.
- Propylene glycol sebanyak 24 g di cawan uap.
- BHT sebanyak 0,096 g di kertas perkamen.
- Na-CMC sebanyak 4,8 g di kertas perkamen.
5. Fase air :
- Melarutkan methylparaben dan propylparaben ke dalam propylene glycol di
beaker glass 50 ml, aduk ad larut. Encerkan propylene glycol dengan 2 tetes
aquades. Masukkan ke dalam beaker glass A, bilas 2 kali dengan aquades
sebanyak 2 ml.
- Melarutkan Tween 80 dengan 10 ml aquades dalam beaker glass 100 ml, aduk ad
larut. Masukkan ke dalam beaker glass A, bilas 2 kali dengan aquades sebanyak 2
ml, aduk ad homogen.
60 ℃−70 ℃
- Panaskan beaker glass A, sampai mencapai suhu
6. Fase minyak
- Melarutkan BHT dengan 3 ml aquades ke dalam beaker glass 50 ml, aduk ad
larut.
- Melarutkan Span 80 dengan oleum cocos dalam beaker glass 100 ml, aduk ad
homogen.
- Panaskan beaker glass berisi campuran BHT, Span 80 dan oleum cocos sampai
60 ℃−70 ℃
mencapai suhu
22
7. Merendam mortir dan stamper dengan aquades panas sampai suhu mortir dan stamper
hangat, buang airnya dan keringkan.
8. Fase air dan fase minyak yang telah dipanaskan, dicampurkan, kocok dengan
menggunakan stirrer, kocok ad corpus emulsi.
9. Masukkan campuran fase air dan fase minyak yang telah membentuk emulsi ke dalam
beaker glass 500 ml yang telah diberi tanda.
10. Tambahkan aquades ad 80%, aduk ad homogen.
11. Cek pH dengan menggunakan indicator pH, bila pH kurang tambahkan beberapa tetes
NaOH 0,1 N atau bila pH melebihi tambahkan beberapa tetes HCl 0,1 N.
12. Tambahkan 6 tetes pasta mocca, aduk ad homogen.
13. Tambahkan aquades ad 100%, aduk ad homogen.
14. Masukkan ke dalam masing-masing botol yang telah di kalibrasi
15. Beri etiket, brosur, sendok takar dan masukkan ke dalam kemasan sekunder.
23
1. Evaluasi fisika: Metode visual
1.Organoleptic
larutan dimasukkan
a. warna ke dalam tabung a. Coklat
(FI V hlm 1521) Metode visual a. Coklat b. Mocca dan
b. Bau b.Mocca khas kelapa
(FI V hlm 1521) Dengan indra
c. Rasa 5 ml dan khas c. Agak pahit
penciuman
Dengan indra kelapa
pengecap c. Pahit
2.Bobot jenis (FI V Menggunakan Hasil bobot
hal 1553) piknometer dengan yang diperoleh
10 ml 1,024 g/ml
rumus : dengan
(W 3−W 1)
membagi bobot
(W 3−W
air dalam
1)
piknometer (>
dari Bj air)
3.pH sediaan (FI V Menggunakan pH 5,0 pH sediaan 5,0-
hal 1563) meter yang sesuai. 1 botol 8,0
4.Viskositas (FI V Menggunakan 460 cPs 200-500 cPs
hal 1562) viscometer stormer 1 botol
5.Penentuan tipe Sediaan emulsi Terdapat fase
emulsi diteteskan pada kaca minyak dalam
m/a
(Ilmu resep hlm
arloji, diratakan 1 botol kaca arloji tipe
133)
dengan sudip, (m/a)
ditetesi metilen blue.
6.Pengujian Menyimpan sediaan Sediaan Sediaan tetap
stabilitas di 2 suhu berbeda stabil, tidak stabil tidak
4 ℃ dan 40 ℃ terjadi
dipercepat 1 botol pemisahan menunjukkan
selama 6-8 siklus
pemisahan
24
7.Volume Kocok sediaan, lalu 100 ml
terpindahkan tuang ke wadah
(FI V hlm gelas ukur.
1619)
1 botol 103 ml
IX. PEMBAHASAN
25
Pada praktikum ini membuat sediaan emulsi oleum cocos 33%. Sediaan ditujukan
untuk oral. Komponen emulsi terdiri dari komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi
yang harus terdapat di dalam emulsi terdiri dari, fase dispers, fase eksternal serta
emulgator. Komponen tambahan yang biasanya ditambahkan dalam formula sediaan
emulsi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil sediaan emulsi yang baik seperti, corrigen
saporis, odoris, colouris, preservative dan anti-oxidant (Syamsuni, 2006).
Dalam pembuatan emulsi oleum cocos dengan cara, fase minyak dan fase air
60−70 ℃
dipanaskan secara terpisah sampai mencapai suhu setelah itu dicampurkan
26
yang saling berikatan. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak,
ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono
alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida. Salah satu turunan ester sorbiton
asam lemak adalah tween 80 yang digunakan sebagai surfaktan pada pembuatan sediaan
oleum cocos dan dipadukan dengan span 80 (Ansel, 2005).
Tween 80 dan span 80 selain berfungsi sebagai surfaktan juga dapat menurunkan
tegangan antarmuka antara obat dan medium sekaligus membentuk misel sehingga
molekul obat akan terbawa oleh misel larut ke dalam medium serta dapat menaikkan laju
kelarutan obat (Martin, 1993). Tween sebagai fase air dan span sebagai fase minyak.
Dengan kadar emulgator sebesar 5% yang digunakan pada emulsi oleum cocos
diharapkan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga mendapatkan konsentrasi
surfaktan yang konstan dalam fase air dan fase minyak. Pada penggunaan tween 80 dan
span 80 sebagai emulgator dalam kadar tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang
disebut misel. Dengan demikian kami menggunakan kadar 5% untuk emulgator karena
dapat membentuk sediaan emulsi yang baik.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama.
Harga keseimbangan ini dikenal dengan “HLB” (Hydrophyl Lipopyl Balance), yaitu
angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok hidrofil dengan kelompok
lipopyl. Masing-masing dari kelompok akan bergabung berdasarkan kelarutannya,
kelompok hidrofil akan larut ke dalam air dan kelompok lipopyl akan larut ke dalam
minyak. Dengan demikian, surfaktan seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan
minyak (Syamsuni, 2006). Untuk tween dan span nilai HLB telah ditentukan yaitu tween
memiliki HLB 15 serta span memiliki HLB 4,3. Dikarenakan sediaan emulsi oleum
cocos menggunakan surfaktan dari bahan sintetis maka nilai HLB dari oleum cocos harus
ditentukan pula untuk mendapat nilai keseimbangan zat aktif baik dalam fase air maupun
fase minyak.
Dengan harus ditentukan nilai HLB dari zat aktif maka dilakukan optimasi
dengan nilai HLB yang berbeda. Kami mencoba pada pembuatan emulsi oleum cocos
dengan nilai HLB oleum cocos 8 dan 10 dalam volume 50 ml. Dengan mencoba dua nilai
HLB yang berbeda kami membandingkan nilia HLB mana yang stabil dan tidak terjadi
fase pemisahan ketika dicampur dengan bahan yang lain. Untuk dapat membandingkan
27
hasil dari optimasi ditunggu sampai waktu kurang lebih satu setengah jam. Hasil dari
optimasi terlihat perbedaan, dimana sediaan optimasi dengan nilai HLB oleum cocos 8
menunjukkan fase yang baik, minyak terdispersi dengan baik ke dalam air. Sedangkan
sediaan optimasi dengan nilai HLB oleum cocos 10 terjadi fase pemisahan antara iar dan
minyak. Dari hasil optimasi juga kami dapat menambahkan bahan tambahan lain yaitu
penambahan Na-CMC sebagai peningkat viskositas. Karena dari hasil optimasi, emulsi
oleum cocos terlalu encer sehingga kami menambahkan Na-CMC sebesar 1%.
Dari hasil optimasi, kami dapat membuat sediaan dalam jumlah besar yaitu 480
ml. Pembuatan dilebihkan sebanyak 3% agar volume yang tertera dalam kemasan sesuai
dengan label serta pembuatan dilebihkan 10% karena dikhawatirkan kehilangan bobot
pada selama pembuatan, sehingga total volume yang dibuat untuk sediaan ini sebanyak
480 ml.
Dikarenakan hasil dari optimasi, sediaan emulsi oleum cocos berbentuk encer
maka ditmabahkan Na-CMC untuk meningkatkan viskositas. Selain berfungsi sebagai
suspending agent, Na-CMC juga berfungsi meningkatkan viskositas cairan yang
berpengaruh pada gerakan penurunan partikel yang lambat, sesuai dengan Hukum Stokes
(Martin, ). Na-CMC adalah turunan dari selulosa, Na-CMC mudah larut dalam air panas
maupun air dingin. Pada pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas yang bersifat
dapat balik (reversible). Sehinggan untuk tidak terjadi penurunan viskositas, Na-CMC
tidak ikut dipanaskan, tetapi ditambahkan sedikit demi sedikit pada saat fase air dan fase
minyak dicampurkan. Penambahan Na-CMC ke dalam sediaan emulsi dalam keadaan
sudah dikembangkan, karena Na-CMC akan terdispersi dalam air yang kemudian butir-
butir Na-CMC yang bersifat higroskopis akan menyerap air dan akan mengembang.
Sehingga apabila ditambahkan dalam bentuk serbuk dikhawatirkan Na-CMC tidak
mengembang. Dengan kadar Na-CMC 1% menghasilkan sediaan emulsi yang tidak
terlalu kental, mudah dalam proses penuangan.
Sediaan emulsi mengandung minyak, serta bentuk dari zat aktif adalah minyak.
Bila terpapar oleh udara maka akan mudah tengik. Sehingga dalam formula sediaan
ditambahkan Buthyl Hidroxytoluena sebagai zat anti oksidan. Penambahan BHT untuk
mencegah asam lemak tak jenuh yang terdapat pada minyak atau lemak agar tidak
teroksidasi oleh cahaya, udara, dan bakteri. BHT ini salah satu zat yang mampu
28
memperlambat atau mencegah proses oksidasi serta larut dalam minyak dan air. Dengan
kadar BHT 0,02% diharapkan dapat secara nyata mampu memperlambat atau
menghambat oksidasi sediaan yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi
rendah. Serta penggunaan BHT baik untuk sediaan farmasi atau dalam makanan dibatasi
karena merupakan anti oksidan sintesis yang dalam satu hari dibatasi konsumsinya. Pada
pembuatannya, BHT tidak ikut dipanaskan seperti bahan yang lain, karena tidak tahan
dengan pemanasan. Dikhawatirkan dengan dilakukan pemanasan dapat menurunkan
aktivitas sebagai zat anti oksidan.
Dengan sediaan yang mengandung air dan minyak serta digunakan untuk multiple
dose yang merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Tutup botol yang
sering yang dibuka menyebabkan rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme dari
udara. Sehingga sediaan ditambahkan pengawet untuk menekan laju pertumbuhan
mikroorganisme. Pengawet yang digunakan yaitu kombinasi methylparaben dan
propylparaben. Methylparaben dan propylparaben memiliki rentang pH yang cukup luas
(pH 3-6) sehingga memberikan efek yang baik sebagai pengawet baik dalam fase air
maupun fase minyak pada sediaan emulsi oleum cocos. Kombinasi methylparaben dan
propylparaben memberikan efek yang sinergis pada sediaan, methylparaben sebagai
antimikroba dan propylparaben sebagai antifungi. Perbandingan kadar yang digunakan
untuk kombinasi sediaan oral adalah (0,18%:0,02%). Ditambahkan pula propylene glycol
sebagai pelarut methylparaben dan propylparaben. Serta penggunaan secara bersama
tween 80 dengan methylparaben dan propylparaben dapat menurunkan aktivitas dari anti
mikroba. Sehingga untuk mempertahankannya ditambahkan propylene glycol dengan
kadar 10%.
Pada sediaan tidak ditambahkan sukrosa, karena emulsi oleum cocos ditujuiakn
untuk penderita obesitas yang sedang melakukan diet. Sehingga apabila ditambahkan
sukrosa dikhawatirkan dapat menmbahah kadar kalori dalam tubuh. Warna oleum cocos
yang putih, maka kami menambahkan pasta mocca untuk meningkatkan akseptabilitas
pasien.
Setalah sediaan dalam jumlah banyak (480 ml) selesai dan dimasukkan ke dalam
masing-masing botol, dilakukan evaluasi. Pada evaluasi organoleptic, hasil sediaan sesuai
29
dengan syarat, dimana rasa sediaan terasa pahit, warna yang coklat serta bau khas kelapa.
Rasa yang terasa pahit dikarenakan tidak ditambahkannya sukrosa dalam sediaan.
Uji bobot jenis menggunakan piknometer dari data didapat Bj sediaan sebesar 1,024,
angka ini memenuhi syarat dimana Bj dari sediaan > dari Bj air. Uji viskositas dengan
viscometer stormer dimana menggunakan spindle nomor satu dan didapatkan viskositas
sediaan sebesar 460 cPs, viskositas sediaan ini memenuh syarat dimana rentang
viskositas yaitu 200-500 cPs. Pada uji volume terpindahkan volume tiap botol sebesar
103 ml, sehingga lolos uji volume terpindahkan dan akan volume sediaan akan sesuai
dengan yang dilabel kemasan. Uji tipe emulsi dilakukan di kaca arloji, dimana sediaan
dikocok terlebih dahulu kemudiaan diteteskan ke kaca arloji dan diteteskan satu tetes
metilen blue. Tipe emulsi M/A butiran minyak akan tersebar atau terdispersi ke dalam
air, minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Sedangkan tipe A/M
butiran air yang tersebar atau terdispersi dalam minyak, air sebagai fase internal dan
minyak sebagai fase eksternal. Dari data pengamatan di dapatkan butiran minyak yang
tersebar dalam air yang menunjukkan sediaan adalah tipe emulsi M/A. Evaluasi yang
terakhir adalah uji fase pemisahan emulsi dalam waktu satu minggu. Didapatkan data
sebagai berikut :
Hari ke
I (Selasa, 19 Mei ) II (kamis, 21 Mei) III (Senin, 25 Mei)
Perubahan fase Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan
30
Hasil emulsi
Dari data diatas menunjukkan sediaan emulsi yang stabil, walaupun dalam
pemyimpanan beberapa hari. Tween dan span bekerja dengan baik sebagai surfaktan,
yang saling menhikat antara fase air dan fase minyak, sehingga tidak terjadi pemisahan.
Dari seluruh evaluasi yang telah dilakukan, sediaan emulsi oleum cocos memenuhi
syarat.
KESIMPULAN
Dengan demikian formula yang tepat untuk sediaan emulsi oleum cocos 33%
(b/v) adalah sebagai berikut:
31
4. BHT 0,02% (b/v) Anti-oxidant
X. DAFTAR PUSTAKA
Anief,Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Anoname. 2014. Coconut oil. (diakses tanggal 19 Mei 2015).
http://examine.com/supplements/Coconut+Oil/
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. UI Press: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia, edisi V, Jakarta:
Departemen Kesehatan
Herawati. 2006. Kinerja (Bht) Sebagai Antioksidan Minyak Sawit Pada Perlindungan
Terhadap Oksidasi Oksigen Singlet. Jurnal Kimia (diakses tanggal 24 Mei
2015) http://www.analitik.chem.its.ac.id/attachments/-
01_Herawati2%20_OK_.pdf
32
33
Martin, A., Bustamante, P., & Chun, A.H.C., 1993, Physical Pharmacy, 4th Ed., Lea and
Febiger, Philadelphia, London.
Jatmika, A., 1998, Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan Minyak
Inti Sawit Untuk Produk Pangan, Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Rowe, Raymond C.2009. Hanbook Of Pharmaceutical Excipients. 6th ed, London:
Pharmaceutical Press
Setyawan ari. 2009. Na-CMC. (diakses tanggal 17 Mei 2015).
https://soulkeeper28.files.wordpress.com/2009/01/na-cmc.pdf
Syamsuni. A. 2012. Ilmu Resep, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tranggono, S., dkk. 1991. Bahan Tambahan Makanan (Food Additive). PAU Pangan dan
Gizi UGM: Yogyakarta
Yamin Medina, dkk. 2012. Laporan Praktikum Satuan Proses Dua Pembentukan
senyawa Karboksi Metil Selulosa (CMC). Laporan praktikum (diakses tanggal 17 Mei
2015). https://www.scribd.com/doc/145245468/Laporan-CMC-2
XI. LAMPIRAN
Kemasan sekunder
34
Etiket
Brosur
35
ELCOCO®
Komposisi
Tiap 10 ml mengandung:
Oleum cocos 330 mg
Indikasi
Menurunkan berat badan, meningkatkan
metabolisme tubuh, membantu mengatasi
infeksi bakteri, membantu mengurangi resiko
sakit jantung
Cara kerja
Mengubah lemak tanpa menyimpan lemak
karena lemak dijadikan suplemen energi
Kontraindikasi
Dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal
Aturan pakai
Dewasa : sehari 3×1 10 ml sendok takar
Penyimpanan
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Simpan ditempat sejuk, kering dan terlindung
dari cahaya.
Kemasan
Emulsi , 1 botol @ 100
ml No Reg
DBL0021500632A1
34