Anda di halaman 1dari 8

TAFSIR HARAKI

TAFSIR FI DZILALIL QUR’AN KARYA SAYYID QUTHUB

UIN KHAS JEMBER


Nabila Fikriana, Dewinta Indivira Apriani, Najma Al-Ajmal

Nabilafikriana2004@gmail.com
Indiviradewinta@gmail.com
Najmaalajmal@gmail.com

ABSTRAK

Dalam tafsir ini menyebutkan bahwa Tafsir Fi Dzilalil Qur'an merupakan karya tulis seorang
mufasir bernama Sayyid Quthub, berdasarkan kajian mendalam dan referensi langsung dari Al-
Qur'an dan Sunnah. Dalam tafsir ini, Sayyid Qutb menggunakan pendekatan penafsiran yang
rinci, menjelaskan keadaan turunnya ayat-ayat tersebut dan dalil-dalil Nabi, para sahabat, atau
para tabi’in. Sumber utama penafsiran ini adalah penggunaan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an,
seperti yang dicontohkan dalam surat Al-Fatihah, beliau juga mengutip ayat 87 dari Surat Al-Hijr,
dan dalam tafsir Surat An-Nisa’. Sayyid Quthub dapat memperbarui dan menghilangkan topik-
topik yang dianggap tidak penting, mengkategorikannya sebagai persoalan sastra sosial
berdasarkan penggunaan metode tashwir dalam penafsirannya.

Kata Kunci : Tafsir Haraki, Tafsir Fi Dzilalil Qur’an, Sayyid Quthub


PENDAHULUAN

Tafsir Fi Zhilal al-Quran karangan Sayyid Qutb merupakan salah satu tafsir yang muncul
pada abad ke-20, penafsiran ini dihadirkan sebagai gerakan untuk menghadapi umat islam yang
dianggap terlalu tunduk pada materialisme dan teknologi yang berkembang pesat. Akibatnya,
mereka melupakan nilai-nilai ketuhanan dan khawatir akan potensi dalam aspek spiritualitas.
Tafsir Fi Dzilalil Qur’an penting untuk dibahas, mulai dari metodologi dan isinya, mengingat
zaman sekarang sudah semakin maju dalam segala bidang, teknologi, dan ilmu pengetahuan
menjadikan segala sesuatu menjadi instan, yang berpotensi menjadikan manusia menjadi lalai dan
terhanyut oleh arus modernitas 1.
Fi Dzalil Qur'an merupakan rangkuman komprehensif Al - Qur'an yang ditulis oleh Karim
al-Mujaddid, putra Asy - Syahid Sayyid Qutb Rahimahullah. Tafsir ini merupakan salah satu tafsir
terluas di dunia Islam dan sering digunakan sebagai acuan oleh para ulama serta sebagai sumber
ilmu di kalangan pengajian tinggi. Penggunaan gaya bahasa Arab yang tinggi serta menyentuh
para pembacanya.
Banyak penafsir Al - Qur'an menafsirkan ayat -ayat tersebut dengan ayat, menyajikan dengan
menghadirkan perspektif Islam dari berbagai sudut dan sudut pandang perspektif Islam dari
berbagai sudut dan sudut pandang. Pengetahuan memahami mendasar, prinsip-prinsip hukum.
Selain itu, teks ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, antara lain Turki,
Indonesia, Persia, Urdu , dan Inggris. Dalam penerjemahan tafsir ini membutuhkan selama kurang
lebih 11 tahun untuk menjadi 17 jilid. Penggunaan bahasa Sayyid Quthub dalam Tafsir Fi Dzilalil
Qur'an bersifat mengasyikan dan indah serta tegas dan lantang, merangsang jiwa mukmin yang
senantiasa menyeru kepada Allah, adalah contoh kisahnya. Tafsir Fi Dzilalil Qur'an berikut ini
menggambarkan kehidupan Sayyid Quthub sebagai seorang pendakwah rendah hati yang gemar
memuji Allah dan tidak menganggap dirinya lebih agung dari-Nya2.

1
Jurnal Iman dan Spiritualitas, Vol 1, No 1, 2021
2
https://www.scribd.com/document/370388707/Siap-docx
REVIEW LITERATUR

Dalam artikel ini penulis mencari informasi dan penelitian dari tulisan-tulisan sebelumnya
sebagai bentuk perbandingan, serta perbandingan dari sisi kelebihan dan kekurangan.
Habibah, Syarifah dalam artikelnya yang berjudul Metodologi Tafsir Gerakan Qu'an
memaparkan makna manhaj harak. Dimana manhaj Harak atau metodologi gerakan merupakan
metode penafsiran yang paling mendasar berdasarkan Al-Qur'an dan berkaitan dengan para
penafsir umat Islam.
Artikel Lestar Mutia Vera yang berjudul Metodologi Tafsir fi dzilalil qur'an menjelaskan
tentang tafsir fi dzilalil Qur'an bahwa Tafsir fi dzilalil Qur'an merupakan karya seorang mufasir
bernama Sayyid quthb, yang ditulis setelah penelitiannya yang ekstensif dan diambil langsung dari
Al-Qur'an . 'an dan as-sunnah dari kitab tafsir mu'tabar.. 3
Makna dari fidzilalil qur’an adalah dibawah bayangan al qu’an yang ditulis dengan tinta
derita sengsara yang begitu pahit akibat penindasan dan permainan politik oleh presiden Jamal
Abdul Nasir pada masa itu. Dimana beliau mengalami penyiksaan yang sangat kejam serta tidak
ber peri kemanusiaan. Adanya hal itu, membuat sayyid quthub bertumpu kepada allah dan
penghayatan terhadap al qur’an. Beliau hidup di bawah bayangan al qur’ an dengan seluruh jiwa
dan perasaannya. Inilah yang menjadi faktor penting lahirnya tafsir fi dzilalil qur’an.
Tafsir fidzilalil qur’an berbeda dengan tafsir – tafsir lainnya, beliau menggunakan metode
penafsiran yang membersihkan penafsiran al qur’an dari pembicaraan sampingan yang tidak
disarankan oleh nas nas al qur’an. Beliau menjauhkan penafsirannya dari pembahasan bahasa ,
ilmu kalam, dan ilmu fiqh. Beliau menulis tafsir ini sebanyak dua kali, yakni yang pertama tinta
sebagai seorang alim, tulisan keduanya yakni tinta sebagai seorang syuhada.
Tujuan penelitian ini untuk menelisik lebih dalam mengenai tafsir haraki dalam kitab fi
dzilalil qur an

BIOGRAFI SAYYID QUTHB

3
Lestari,Mutia & Vera,Susanti, “Metodologi tafsirfi dzilalil qur’an sayyid quthub”. Jurnal imam dan spiritualitas,
Vol 01 no 1(2021)
Beliau memiliki nama lengkap Sayyid Quthb Ibrahim Husain Al shazili ,yang dilahirkan
pada tanggal 9 Oktober 1906 M di kampung Musyah, yakni salah satu daerah pada salah satu
provinsi Asyuth di kawasan dataran tinggi Mesir. Beliau merupakan seorang anak dari Al Haj
Quthb ibn Ibrahim yang mana ayahnya adalah seorang petani yang dihormati dan merupakan
anggota Komisaris Partai Nasional di desanya. Sayyid Quthb memiliki seorang ibu yang bernama
Fatimah Husayn 'Uthman yang berasal dari keluarga yang terkemuka dan sangat taat beragama.
Sayyid Quthb mempempuh pendidikannya di kampung halamannya selama 4 tahun yang saat itu
beliau sudah mampu menghafalkan Al Quran diusia yang masih relatif mudah yakni diumur 10
tahun. Pada tahun 1921 beliau melanjutkan pendidikannya di madrasah Tsanawiyah yang
bertempat di Kairo, kemudian melanjutkan pendidikannya lagi di madrasah di madrasah
mu'taallim Kairo pada tahun 1925, kemudian pada tahun 1933 beliau melanjutkan pendidikannya
dijenjang perkuliahan dan beliau memilih untuk melanjutkanya di Dar ulum dan akhirnya
memperoleh gelar sarjananya di bidang sastra sekaligus gelar diploma dibidang pendidikan. Pada
masa perkuliahanya di Dar ulum ini beliau lebih dekat dengan kepustakaan barat dan beliau pun
sama dengan para intelektual yang lain pada waktu itu dalam artian beliau tumbuh sebagai
pengagum dunia barat. Hal ini dapat ditunjukan dark beberapa karangan bukunya yang banyak
diwarnai oleh gaya bahasa dan sastra.dimasa beliau menempuh pendidikan perkuliahan beliau
lebih cenderung dengan pemikiran ulama yang condong ke dunia barat salah satunya adalah Abbas
Mahfud Al 'Aqqad yang memang cenderung pada pendekatan pemikiran barat. Setelah lulus dari
Dar ulum beliau menjabat di kementerian Instruktur Publik (pendidikan) karena memang beliau
sangat memumpuni dalam bidang bidang sastra dan sosial pada saat itu. Sehingga tak heran beliau
menjadi seorang penulis yang sangat hebat dan mulai menerbitkan puisi dan kritik kritik sastranya
pada saat itu4

SUMBER PENAFSIRAN

Sumber utama dari penafsiran tafsir fi zhilalil quran yaitu menggunakan sumber tafsir
qur’an bil qur’an. Ini terbukti dalam tafsir Sayyid Qutb atas surat al-Fatihah, di mana dia mengutip
ayat 87 dari surah al-Hijr. Selain itu, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an menggunakan tafsir yang berasal dari

4
Wulandari,Usep Dedi Rostandi, Engkos Kosasih, Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 2,1 (Juni 2017) : 78-83
Nabi, seperti yang dapat dilihat dari berbagai penafsirannya yang sering menggunakan hadis Nabi.
Namun, Sayyid Qutb tidak menggunakan sanad pada hadis yang beliau kutip, hal ini yang menjadi
perbedaan dari tafsir-tafsir yang dibuat pada masa itu. Contoh dalam penafsiran surah An-Nisaa:
95-96

‫َّللا ا ْل ُمجاا ِهدِينا‬


ُ َّ ‫ض ال‬ ِ ُ‫َّللا ِبأ ا ْم اوا ِل ِه ْم اوأا ْنف‬
َّ ‫س ِه ْم ۚ فا‬ ‫غي ُْر أُولِي الض اَّر ِر اوا ْل ُمجاا ِهدُونا فِي ا‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬ ‫ستا ِوي ا ْلقاا ِعدُونا مِ نا ا ْل ُمؤْ مِ ِنينا ا‬
ْ ‫اَل اي‬

‫علاى ا ْلقاا ِعدِينا أاجْ ًرا عاظِ ي ًما‬


‫َّللا ا ْل ُم اجا ِهدِينا ا‬ َّ ‫سنا ٰى ۚ اوفا‬
ُ َّ ‫ض ال‬ ْ ‫َّللا ا ْل ُح‬ ‫علاى ا ْلقاا ِعدِينا د اارجاةً ۚ اوك اًُّل او ا‬
ُ َّ ‫ع اد‬ ِ ُ‫ِبأ ا ْم اوا ِل ِه ْم اوأا ْنف‬
‫س ِه ْم ا‬

Artinya: Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang), yang tidak
mempunyai udzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan
jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-
orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka, Allah menjanjikan pahala yang
baik (Surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan
pahala yang besar, (QS. 4:95) (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat.
Dan adalah Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.
Dalam hal ini, Sayyid Quthb menjelaskan bagaimana Rasulullah saw menggambarkan perbedaan
derajat. Dalam tempat mereka di surga, Seperti yang dinyatakan dalam Riwayat Shahihain dari
Abu Sa'id al-Khudri r.a., Rasulullah saw. bersabda,

ِ ْ‫ َو َما َبيْنَ كُ ِل د ََر َجتَي ِْن َك َما َب ْي ِن ال َّس َماءِ َواألَر‬،ِ‫ا ِْن فِي ْال َجنَّ ِة مِ ا َءة ُ د ََر َج ٍة ا ْعدَهَاهللاُ ل ِْل ُم َجا ِهدِينَ فِي َس ِب ْي ِله‬
‫ض‬
“ Di dalam surga terdapat seratus derajat yang disediakan Allah bagi orang-orang yang berjihad di
jalan-Nya, dan jarak antara tiap-tiap dua derajat bagaikan jarak antara langit dan bumi”. 5

METODE PENAFSIRAN

5
Indayanti, Implementasi Sumber, Pendekatan, Corak dan Kaidah Tafsir Karya Sayyid Quthub dallm Kitab Tafsir fi
dzilalil Qur.an Jilid 3. Al Tadabbur : Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.Vol 7,No2 (2022)
Dalam menafsirkan tafsir Quran Fi Zhilal, Sayyid Qutb menggunakan pendekatan
penafsiran Tahlili. Adapun tafsir metode tahlili adalah cara penafsiran yang menafsirkan ayatnya
secara runtut seperti yang telah tersusun dalam mushaf juga menafsirkan secara makna global juga
mengemukakan korelasi ayat serta menjelaskan maksud keterkaitannya dengan ayat yang lain,
tafsir metode tahlili juga menjelaskan asbabun nuzul ayat yang ditafsirkan dan dalil-dalil yang
berasal dari Rasulullah , sahabat, atau para tabi’in. Salah satu contohnya adalah dia menafsirkan
surah Al Fatihah mulai dari surah Al Fatihah dan diakhiri dengan surah An Nas (tartib al Mushaf),
bukannya mengikuti kronologi turunnya ayat (tartib al Nuzul). Seperti pada contoh Quran Surah
Ali Imran (3): 130

َ‫ّٰللا لَ َعلَّكُ ْم ت ُ ْف ِلح ُْون‬


َ ‫ض َعافًا ُّمضٰ َعفَةً َّواتَّقُوا ه‬ ِ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمن ُْوا ََل تَأْكُلُوا‬
ْ َ‫الرب ٰٰٓوا ا‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
Dalam penafsiran ayat diatas yang dimaksud Sayyid Qutb pada kata berlipat ganda adalah
deskripsi fakta bukan sesuatu yang bersangkutan dengan hokum. Dan pada surah Al Baqarah ayat
278 di bawah ini juga menjelaskan tentang riba dan dalam ayat ini mengandung makna kepastian
pengharaman sumber riba apapun itu tanpa kecuali
‫الرب ٰٰٓوا‬ َ ‫َوذَ ُر ْوا َما َبق‬
ِ َ‫ِي مِن‬
Artinya: dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut)
Menurut Sayyid Qutb hakikat pengertian dari riba bukan hanya pelengkap sejarah bagi praktik
riba pada zaman dulu di jazirah arab, lebih dari itu hakikat riba itu lebih kepada karakteristik yang
melekat pada system riba , berapapun nilai bunganya.
Dari surah yang disebutkan bisa di simpulkan bahwa Sayyid Quthub dalam penafsiran ayat diatas
Sayyid Qutb menjelaskan secara global apa yang dimaksud dengan riba dan menjelaskan
hubungan maksud surah ali Imran ayat 130 dengan surah Al Baqarah ayat 278 6

CORAK PENAFSIRAN

6
Lestari,Mutia & Vera,Susanti, “Metodologi tafsirfi dzilalil qur’an sayyid quthub”. Jurnal imam dan spiritualitas,
Vol 01 no 1(2021)
Dalam Kitab tafsir yang ditulis oleh Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an, menunjukkan
perkembangan baru dalam penafsiran al-Qur'an. Hal ini dapat dilihat dari cara Sayyid Qutb
menggunakan pendekatan tersendiri untuk menafsirkan al-Qur'an. Salah satu ciri khas corak
tafsirnya adalah mengemukakan sisi sastra untuk melakukan pendekatan dalam menafsirkan al-
Qur'an dengan menunjukkan sisi hidayah dan ajarannya kepada jiwa pembacanya. Dalam
penafsirannya, Sayyid Quthub juga memperbarui dan menghilangkan topik yang dianggap tidak
penting.
Menurut Issa Boullata, yang dikutip oleh Antony H. Jhons, Sayyid Qutb menggunakan
pendekatan tashwir (gambaran) dalam menafsirkan al-Qur'an. Pendekatan ini memungkinkan
pembaca mendapatkan pemahaman yang "aktual" dari al-Qur'an dengan menampilkan pesannya
sebagai gambaran pesan yang hidup dan konkrit.
Tafsir Fi Zhilalil Qur'an dapat dikategorikan ke dalam kategori al-Adabi al-Ijtima'i (sastra,
budaya, dan kemasyarakatan) berdasarkan penggunaan metode tashwir dalam penafsirannya. 7

KESIMPULAN

Dalam artikel ini penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam penafsirannya Sayyid Quthub
menggunakan sumber utamanya yaitu dari penafsiran tafsir fi zhilalil quran dengan menggunakan
sumber tafsir qur’an bil qur’an serta Sayyid Quhutb menggunakan pendekatan penafsiran Tahlili.
Tafsir Fi Dzhilalil Qur'an dapat dikategorikan ke dalam kategori al-Adabi al-Ijtima'i (sastra,
budaya, dan kemasyarakatan). Tafsir Fi Zhilalil Qur'an menggunakan tafsir yang berasal dari Nabi,
seperti yang dapat dilihat dari berbagai penafsirannya yang sering menggunakan hadis Nabi.
Namun, Sayyid Quthub tidak menggunakan sanad pada hadis yang beliau kutip, hal ini yang
menjadi perbedaan dari tafsir-tafsir yang dibuat pada masa itu.

DAFTAR PUSTAKA

Indayanti, A. N. (2022). IMPLEMENTASI SUMBER, PENDEKATAN, CORAK DAN KAIDAH TAFSIR. Al-
Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 7, 296-299.

7
Jurnal Iman dan Spiritualitas, Vol 1, No 1, 2021
Lestari, M., & Vera, S. (2021). Metodologi Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an Sayyid Qutb. Jurnal Iman dan
Spiritualitas, 47-54.

Wulandari, U. D. (2017, juni). PENAFSIRAN SAYYID QUTHB TENTANG AYAT-AYAT ISHLAH (STUDI TAFSIR
FI ZHILAL AL-QUR'AN). Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 2, 78-83.

Habibah, Syarifah (2016) Metodologi tafsir pergerakan Al-Quran (analisis perbandingan


penafsiran manhaj haraki Sayyid Quthb dan Hamka terhadap Surah Al Baqarah Ayat 1–
29). Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo.

https://www.scribd.com/document/370388707/Siap-docx

Anda mungkin juga menyukai