Anda di halaman 1dari 14

Assalamualaikum wr.

wb

TAMSYIYAH AL-MUSLIMIN

Dosen Pengampu : Deden Mula Saputra, M.Ud

Disusun Oleh :
Annisa Aulia (190100
Nyayu Nadyaturrahma (19010013)
BIOGRAFI Kiai Sanusi adalah putera dari Ajengan Haji
Abdurrahim bin Yasin, pengasuh Pesantren
Cantayan di Sukabumi. Sebagai putera seorang
ajengan (kiai), ia telah belajar ilmu-ilmu
keislaman sejak ia masih kanak-kanak, selain ia
juga banyak belajar dari para santri Senior di
pesantren ayahnya.
Menginjak usia dewasa, Kiai Sanusi mulai
mengaji di beberapa pesantren di jawa barat.
Pada usia 20 tahun, ia menikah dengan Siti
Juwariyah binti Haji Afandi yang berasal dari
Kebon Pedes, Baros Sukabumi. 
Pendidikan
Setelah menikah, ia dikirim ayahnya ke Mekah untuk menunaikan ibadah
haji sekaligus memperdalam ilmu-ilmu keislaman. Ia belajar di Mekah selama
tujuh tahun. Disana Kiai Sanusi mendapat gelar imam besar Masjidil Haram ia
berguru kepada ulama-ulama terkenal, khususnya dari kalangan al-Jawi
(Melayu).

Pada tahun 1915, sepulang belajar dari Mekah, Kiai Sanusi kembali
ke Indonesia untuk membantu ayahnya mengajar di Pesantren Cantayan.
Setelah tiga tahun membantu ayahnya, ia mulai merintis pembangunan pondok
pesantrennya sendiri yang terletak di Kampung Genteng, sebelah utara desa
Cantayan, sehingga ia kemudian dikenal dengan sebutan Ajengan Genteng.
Pesantrennya tersebut ia beri nama Pondok Pesantren Babakan Sirna Genteng
Pemikiran dan Madzhab

Ketika belajar di Mekah, Kiai Sanusi telah mengenal ide-ide


pembaharuan dari Syeikh Muhammad 'Abduh, Syeikh
Muhammad Rasyid Ridla, dan Jamaluddin al-Afghani, melalui
buku-buku dan majalah aliran pembaharuan di Mesir, sehingga
pengaruh tersebut menjadikannya ulama pembaharu ketika
pulang ke Indonesia. Namun demikian, ia tetap tidak
meninggalkan mahzabnya, ia tetap mengikuti mazhabSyafi'i
sebagaimana yang dilakukan kedua gurunya, Syeikh Ahmad
Khatib dan Syeikh Mukhtar at-Tarid. Bahkan dalam bidang
ilmu fikihyang juga merupakan keahliannya, Kiai Sanusi terkenal
sangat kritis terhadap dalam menentukan hukum Islam
Penamaan Kitab

Nama yang beliau beri ke dalam karya tafsir ke dua ini adalah tamsjijjatoel-
moeslimien fie tafsieri kalami robbil-„alamien yang beliau artikan dengan;
“menindakkan sekalian orang islam, di dalam menafsirkan firman toehan seroe
sekalian „alam.”

Adapun karya tafsir beliau yang pertama adalah tafsir malja al-
thalibin .Tafsir ini ditulis oleh sanusi dengan bahasa daerah yaitu bahasa sunda
yang diberi nama malja al-thalibin yang artinya “panyalindungan santri-santri
dina tafsiran kalamna rabb al-alamin” dan jika diterjemahkan ke dalam bahasa
indonesia, maka maknanya menjadi; “untuk melindungi para santri dalam
menafsirkan firman allah yang ada dalam alquran yang menguasai sekalian alam.
Metode Penafsiran

Adapun untuk metode penafsiran yang ada pada karya


tafsir ini yang penulis teliti ialah menggunakan metode
Tahlili (analisis), di mana penafsirannya ditandai dengan
memulai menerangkan makna kata dan kemudian
disambungkan dengan penafsiran yang panjang lebar
ditambah dengan menambah penjelasan dalam tema
tersendiri ketika ada penjelasan yang membutuhkan
penjelasan yang panjang lebar
Sumber Penafsiran

Dalam tafsir ini, yang penulis teliti rupanya sama seperti


tafsir sebelumnya, bahwa Sanusi menggunakan sumber bi al-
Ra’yi dalam menafsirkan ayat-ayat. Namun walaupun ia
menjadikan sumber pijakan dengan ra’yi akan tetapi tidak
selamanya pada ijtihadnya, ia juga menggunakan dan
mencantumkan penjelasan ayat-ayat lain, menuliskan
banyak hadits-hadits yang mendukung, serta pendapat
ulama dan mufasir lain dalam penafsirannya itu.
Corak Penafsiran

Dalam penafsiran kitab tafsir ini penulis menemukan bahwa


corak yang ada pada tafsir ini yakni adab al-ijtima’i, di mana
penafsiran yang ada menunjukkan kepada halhal yang bersangkutan
pada hal yang bersangkutan sosial kemasyarakatan yang sedang
terjadi. Juga, karena tafsir ini ada di zaman masa pra kemerdekaan
tentu saja ada sedikitnya bahasa yang digunakannya dengan
memotivasi pada semangat perjuangan Indonesia. Seperti pada
surah Al-Baqarah ayat 85 di sana ada bahasa atau menunjukan
kepada semangat untuk merdeka.
Contoh penafsiran
Penafsiran Pada Surah Al-baqarah Ayat 85 :

‫ثُ َّم َانۡـمُت ۡ ٰهُٓؤ اَل ۤ ِء تَ ۡق ُتلُ ۡو َن َانۡ ُف َسمُك ۡ َوخُت ۡ ِر ُج ۡو َن فَ ِريۡقًا ِّمنۡمُك ۡ ِّم ۡن ِداَي ِرمِه ۡ تَ ٰظه َُر ۡو َن عَلَهۡي ِ ۡم اِب اۡل ِمۡث ِ َوالۡ ُعدۡ َو ِ ؕان‬
‌ ٍۚ ‫َوِا ۡن اَّي ۡ ت ُۡومُك ۡ ُارٰس ٰ ى تُ ٰفدُ ۡومُه ۡ َوه َُو ُم َح َّر ٌم عَلَ ۡيڪ ُۡم ِاخ َۡراهُج ُ ۡ ؕ‌م َافَ ُت ۡؤ ِمنُ ۡو َن ِب َب ۡع ِض ۡال ِك ٰت ِب َوتَ ۡك ُف ُر ۡو َن ِب َب ۡع‬
‫ض‬
ؕ ‫فَ َما َج َزٓا ُء َم ۡن ي َّ ۡف َع ُل ٰذكِل َ ِمنۡمُک ۡ ِااَّل ِخ ۡز ٌى ىِف الۡ َح ٰيو ِة ادلُّ نۡ َيا ‌ۚ  َوي َ ۡو َم الۡ ِق ٰي َم ِة يُ َرد ُّۡو َن ِاىٰٓل َا َش ِّد الۡ َع َذ‬
‌ِ‫اب‬
‫َو َما اهّٰلل ُ ِبغَا ِف ٍل مَع َّا تَ ۡع َملُ ۡو َن‬
“Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu), dan mengusir
segolongan dari kamu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi)
mereka dalam kejahatan dan permusuhan. Dan jika mereka datang kepadamu sebagai
tawanan, kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu
beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka
tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain
kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada
azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Contoh Penafsiran

Asbab al-nuzul:
Ayat Ini berkenaan dengan cerita orang Yahudi di Madinah pada
permulaan Hijrah. Yahudi Bani Quraizhah bersekutu dengan
suku Aus, dan Yahudi dari Bani Nadhir bersekutu dengan orang-
orang Khazraj, antara suku Aus dan suku Khazraj sebelum
Islam selalu terjadi persengketaan dan peperangan yang
menyebabkan Bani Quraizhah membantu Aus dan Bani Nadhir
membantu orang-orang Khazraj, sampai antara kedua suku
Yahudi itu pun terjadi peperangan dan tawan menawan, Karena
membantu sekutunya. Tetapi jika Kemudian ada orang-orang
Yahudi tertawan. Maka kedua suku Yahudi itu bersepakat untuk
menebusnya kendatipun mereka tadinya berperang-perangan.
Contoh Penafsiran
Tafsirannya: Dan Allah ta‟ala mengambil atas mereka itoe, ampat
perdjanjian:
1) Wadjib meninggalkan saling boenoeh satoe sama laen,
2) Wadjib meninggalkan mengoesir orang-orang daripada tempat-
tempat ke diamannja.
3) Wadjib meninggalkan tolong menolong daripada sekalian satroenja.
4) Wadjib melepaskan sekalian tawanannja, akan tetapi mereka itoe
berpaling pada ampat perdjandjian jang terseboet itoe, melainkan
meneboes orang-orang tawanan, oleh karena itoe maka ditoeroenkan
atas mereka itoe daripada Alloh jaitoe (apakah kamu beriman kepada
sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang
lain?) yaitoe dengan tiada meninggalkan saling boenoeh, dan
mengoesir orang-orang daripada tempattempat kediamannja, dan
bertolongtolongan kepada sekalian satoenja.
Contoh Penafsiran

Keterangan:

1) Inilah ajat menjatakan akan soeatoe ni‟mat daripada


beberapa ni‟mat daripada Alloh atas sekalian bani Isro-il,
jaitoe sekalian bani Isro-il di perentah dengan perentah-
perentah jang di dalam ajat-ajat ini, dan di ambil poela
perdjandjian atas mereka itoe, soepaja menjalankan segala
perdjandjian itoe, serta mereka itoe menerima akan dia.

2) Ajat ini menoendjoekan atas haramja dlolim dan haramja


menolong orang-orang dlolim.
Contoh penafsiran

Ayat di atas yang ditafsirkan oleh Sanusi merupakan ayat


yang menunjukan kepada motivasi perjuangan atau
kemerdekaan Indonesia. Dengan ditambahkan penjelasan
yang ia cantumkan. Dengan demikian dapat disimpulkan
metode yang dipakai dalam tafsir Ahmad Sanusi ialah
metode Tahlili dengan uraian yang panjang dan memotivasi,
supaya dapat memberikan pemahaman yang jelas bagi
pembaca dalam memahami Alquran.
Jazakumulllah
khairan ahsanal
jaza’
• Wassalamualaikum Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai