SPO STUNTING Dan Wasting
SPO STUNTING Dan Wasting
1. Unit Gizi
UNIT TERKAIT 2. Unit Gawat Darurat
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Rawat Inap
STUNTING ATAU WASTING
2. Teknis Pemeriksaan
a. Jelaskan kepada orang tua/wali anak mengenai jenis dan
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Ukur panjang/tinggi badan anak dengan menggunakan
infantometer atau stadiometer sesuai usia
c. Ukur berat badan anak dengan menggunakan baby scale atau
timbangan digital sesuai dengan usia.
INDIKATOOR PERUBAHAN
PROSEDUR Panjang/tinggi Berat Berat IMT
Z.Score terhadap terhadap terhadap terhadap
umur umur panjang/tinggi umur
Diatas 3 Lihat catatan Obesitas Obesitas
1
Diatas 2 Overweight Overweight
(gizi lebih) (gizi lebih)
Diatas 1 Beresiko gizi Beresiko
lebih gizi lebih
(lihat catatan (lihat
3) catatan 3)
0
(median)
Di bawah
-1
Di bawah Perawakan Gizi Kurus Kurus
-2 pendek kurang
Di bawah Perawakan Gizi Sangat kurus Sangat
-3 sangat buruk kurus
pendek/kerdil (lihat
catatan 5)
1. Unit Gizi
2. Unit Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Rawat Inap
RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERESIKO BURUK
Ditetapkan,
Direktur RSUD Dr. Salim Alkatiri Namrole
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
…………………..
OPERASIONAL
………………………………….
……………………….
Suatu system penyelengaraan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggungjawab yang timbal balik terhadap satu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit
PENGERTIAN
yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara vertical maupun horizontal dalam arti uni-unit yang setingkat
kemampuannya.
Meningkatkan mutu, cakupan dan efesiansi pelayanan kesehatan
TUJUAN
terpadu
Nomor : …………………….. tentang Pedoman Pelayanan Gizi RSUD dr.
KEBIJAKAN
Salim Alkatiri Namrole.
1. Pasien yang direncanakan akan dirujuk maka berkas rujukan harus
dilengkapi sebaik mungkin. Berkas rujukan antara lain surat
PROSEDUR rujukan,persutujuan rujukan, dan hasil pemeriksaan penunjang
pasien
2. Rumah sakit menghubungi rumah sakit rujukan untuk memastikan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien apakah tersedia
pada rumah sakit yng dituju.
3. Jika rumah sakit rujukan tidak memiliki fasilitas pelayanan medis
yang dibutuhkan, maka rumah sakit rumah sakit menghubungi
rumah sakit lain yang menyediakan fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan pasien
4. Kriteria pasien yang dirujuk keluar rumah sakit yaitu :
a. Fasilitas yang diperlukan pasien tidak tersedia di rimah sakit
b. Unit perawatan yang dituju tidak tersedia (penuh)
c. SDM yang diperlukan tidak ada di rumah sakit
d. Atas permintaan pasien atau keluarga pasien sesuai dengan
hak perawatan (kelas perawatan) dengan memenuhi aturan
dan ketentuan yang berlaku
e. Dokter penangung jawab pelayanan (DPJP) yang merawat
pasien menghubungi rumah sakit rujukan
5. Jika rujukan yang dituju bersedia dan mampu memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai kebutuhannya maka
DPJP membut surat rujukan
6. Surat rujukan berisikan indentitas pasien secara lengkap dan
dilengkapi dengan hasil pemeriksaan penunjang dan obat-obatan
pasien yang digunakan. DPJP selanjutnya memberikan penjelasan
kepada pasien dan atau keluarga pasien terkait proses rujukan dan
alasan mengapa dirujuk.
7. Surat rujukan diberikan kepada petugas yang merujuk pasien
8. Alat kesehatan yang dibutuhkan pasien disiapkan petugas rujuk di
dalam ambulns
9. Selama proses rujukan kondisi pasien diawasi oleh tenaga kesehatan
dengan mengisi lembar observasi pasien.
1. Unit Gizi
UNIT TERKAIT 2. Unit Gawat Darurat
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Rawat Inap
RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERESIKO BURUK
Ditetapkan,
Direktur RSUD dr. Salim Alkatiri Namrole
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
………………………
OPERASIONAL
…………………………………..
………………………….
Serangkaian kegiatan pelaporan dan rujuk balik pasien anak stunting
PENGERTIAN dan wasting dan ibu hamil KEK di RSUD dr. Salim Alkatiri Namrole
kepada FKTP
Sebagai acuan tata cara melaksanakan proses rujuk balik pasien anak
stunting dan wasting dan ibu hamil KEK untuk mendapatkan intervensi
TUJUAN lanjutan di FKTP
PROSEDUR 1. Kofirmasi identitas pasien dan FKTP sesuai domisili pasien yang
melayani tatalaksana dan pencegahan stunting dan wasting
2. Isilah surat rujuk balik pasien stunting dan wasting yang terdapat
di poli anak.
3. Dokter spesialis anak dapat menuliskan pada surat rujuk balik
yang berisikan:
a) Nama pasien
b) Usia pasien
c) Diagnosa utama pasien
d) Status gizi pasien
e) Intervensi yang telah diberikan di rumah sakit
F) Intervensi yang perlu dilanjutkan di FKTP domisili
1. Unit Gizi
UNIT TERKAIT 2. Unit Gawat Darurat
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Rawat Inap
Ditetapkan,
Direktur RSUD dr. Salim Alkatiri Namrole
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
………………………
OPERASIONAL
…………………………………..
………………………….
Sistem rujukan untuk stunting dan wasting adalah sistem dalam
pelayaanan pelayaanan gizi rumah sakit yang memberikan memberikan
PENGERTIAN
pelimpahan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan
risiko pendek dan gizi kurang (kurus).
1. Sebagai pedoman pelaksanaan rujukan pasien berpotensi stunting
dan wasting di RS Julian berpotensi stunting dan wasting di RS
Juliana
TUJUAN
2. Tujuan pelaksanaan rujukan pasien berpotensi stunting dan wasting
yaitu pasien akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan tenaga
kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien.
Nomor : ……………………. tentang Pedoman Pelayanan Gizi RSUD dr.
KEBIJAKAN Salim Alkatiri Namrole.
PROSEDUR 1. Kasus gizi buruk ditemukan melalui penemuan kasus aktif dan pasif
2. Penemuan kasus aktif melalui laporan masyarakat, Penemuan kasus
pasif melalui pelayanan posyandu saat pengukuran BB,TB/PB dan LILA
3. Apabila dokter umum di Puskesmas menemukan kasus bayi < 6 bulan
dengan gizi buruk dan Balita 6 bulan – 59 bulan dengan BB < 4 kg
lakukan rujukan ke Rumah Sakit
4. Balita gizi Balita gizi buruk usia 6 bulan - 59 bulan dengan komplikasi
medis lakukan rawat inap di fasilitas di rumah sakit
5. Balita gizi buruk usia 6 bulan– 59 bulan tanpa komplikasi Medis maka di
lakukan layanan rawat jalan di fasilitas kesehatan primer/Puskesmas
Alur Tatalaksana Stunting di Rumah sakit
1. Pasien yang di rujuk dari Puskesmas datang ke Rumah sakit dilakukan
konfirmasi status gizi pasien pasien oleh dokter spesialis anak dengan
menggunakan menggunakan table z-skor dari WHO.
2. Diagnosis stunting
bila: TB/U < -2 SD
Usia PB< usia BB< usia kronologis
Tidak ada dismorfik dan diproporsional
3. Dilakukan anamnesis, dan pemeriksaa fisik lengkap. Pemeriksaan
penunjang dilakukan sesuai indikasi.
4. Setelah diagnosis tegak, dilakukan tatalaksana stunting, berupa :
Konseling diet:
a. Promosi konsumsi protein hewani dan nutrisi tipe 2 lainnya
b. Promosi konsumsi protein hewani dan nutrisi tipe 2 lainnya
Nutritional therapy:
c. Pemberian Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus Keperluan
Gizi Khusus (PKGK) & Pangan Olahan Untuk Kondisi Medis Khusus
(PKMK)
Terapi medis sesuai penyakit yang mendasari
5. Bila pasien tanpa komplikasi dapat di rawat jalan, namun bila pasien
dengan komplikasi medis harus dirawat inap.
6. Monitoring BB, PB atau TB, LILA berkala serta monitoring toleransi
asupan nutrisi.
7. Pasien dapat dirujuk balik ke fasyankes bila sudah dinyatakan sembuh.
Alur rujukan wastings
1. Pasien yang datang ke poliklinik/IGD dilakukan konfirmasi status gizi
pasien oleh dokter spesialis anak atau dokter umum di IGD dengan
menggunakan table z-skor dari WHO.
2. Diagnosis Gizi buruk
Berdasarkan usia, gizi buruk ditegakkan dengan:
a. Usia kurang dari 6 bulan dengan berat badan menurut panjang
badan (BB/PB) <- 3 SD, atau edema bilateral yang bersifat pitting
(tidak kembali setelah ditekan)
b. Usia 6-59 bulan dengan BB/PB atau berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) <-3 SD atau lingkar lengan atas (LiLA) < 11,5 cm, atau
edema bilateral yang bersifat pitting
Berdasarkan komplikasi yang ada, gizi buruk dikategorikan sebagai:
a. Gizi buruk tanpa komplikasi, yang ditandai oleh LiLA < 11,5 cm untuk
balita berusia 6-59 bulan, atau BB/PB atau BB/TB < -3 SD dan atau
edema bilateral dengan derajat +1 atau +2,
b. Gizi buruk dengan komplikasi, yang ditandai oleh hal tersebut di atas
dan adanya atas dan adanya satu atau lebih komplikasi berikut, satu
atau lebih komplikasi berikut, yaitu sama yaitu sama dengan tanda
bahaya pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): anoreksia,
muntah terus-menerus, dehidrasi berat, letargi atau penurunan
kesadaran, demam tinggi atau hipotermia, sulit bernafas atau
bernafas cepat (termasuk pneumonia berat), anemia berat, edema
derajat +3, dan lesi kulit parah.
3. Tatalaksana
Tatalaksana rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan indikasi
(lampiran 2)
4. Monitoring BB, TB, LILA berkala
5. Pasien dapat dirujuk kembali ke fasyankes bila dinyatakan sembuh
1. Unit Gizi
UNIT TERKAIT 2 .Unit Gawat Darurat
3. Unit Rawat Jalan
4 .Unit Rawat Inap