Anda di halaman 1dari 10

DETEKSI BALITA GIZI BURUK ATAU

YANG BERESIKO BURUK

RSUD dr. Salim No. Dokumen No. Revisi Halaman


Alkatiri Namrole ……………………… …………………. 1/2
Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur RSUD dr. Salim Alkatiri Namrole
STANDAR ………………………
PROSEDUR
OPERASIONAL
………………………
NIP………………….

Kegiatan melakukan anamnesa yang berhubungan dengan keadaan gizi


PENGERTIAN pasien dengan usia 0 sampai dengan 5 tahun, untuk menentukan
status gizi dan rencana tindakan terhadap pasien berkaitan dengan
pemberian diet, yang dilakukan saat pasien datang. Asesmen awal ini
dilakukan oleh perawat
Acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan asesmen awal gizi
TUJUAN pasien anak dan Supaya pasien teridentifikasi status gizinya sejak
pasien masuk ke rumah sakit

Nomor : ……………………… tentang Pedoman Pelayanan Gizi RSUD dr.


KEBIJAKAN Salim Alkatiri Namrole.
1. Perawat mengucapkan salam kepada keluarga
PROSEDUR 2. Perawat menanyakan indetitas pasien sesuai dengan prosedur
3. Perawat melakukan asesmen gizi dengan bertanya kepada keluarga
pasien sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk asesmen gizi.
Hal-hal yang ditanyakan adalah :
a. Pasien tampak kurus
b. Apakah terdapat penyakit gizi buruk/PJK/CDK/Sindroma
nefrotik. Infeksi kronis yang mengakibatkan pasien beresiko
mengalami malnutrisi
c. Apakah terdapat salah satu kondisi berikut (diare ≥ 5 kali/hari
dalam seminggu terakhir, asupan makanan berkurang selama 1
minggu terakhir)
d. Apakah terdapat penurunan BB atau tidak ada penambahan
berat badan (bayi< 1tahun) selama beberapa minggu /bulan
terakhir.
e. Bila skor ≥2 dan ataupasien dengan diagnosa/ kondisi khusus
dilanjutkan pengkajian lanjut oleh nutrisionis

1. Unit Gizi
UNIT TERKAIT 2. Unit Gawat Darurat
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Rawat Inap
STUNTING ATAU WASTING

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD dr. Salim …………………. ……………….. 1/3
Alkatiri Namrole
Ditetapkan,
Direktur RSUD dr. Salim Alkatiri Namrole
STANDAR
Tanggal terbit
PROSEDUR
………………….
OPERASIONAL
……………………………………….
NIP. ………………….
Stunting atau pendek adalah kondisi status gizi anak berdasarkan
panjang badan atau tinggi badan menurut umur bila dibandingkan
PENGERTIAN dengan standar baku WHO, nilai Z-scorenya kurang dari -2SD dan
apabila nilai Z-scorenya kurang dari -3SD maka dikategorikan sangat
pendek
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk deteksi dini kasus
TUJUAN
stunting
Nomor : ……………………… Rumkit tentang Pedoman Pelayanan Gizi
KEBIJAKAN
RSUD dr. Salim Alkatiri Namrole.
Buku panduan keterampilan klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
REFERNSI primer tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

1. Alat dan Bahan


a. Infantometer /alat ukur panjang badan
PROSEDUR b. Stadiomter / alat ukur tinggi badan
c. Baby scale
d. Timbangan digital
e. Tabel TB dan BB sesuai jenis kelamin dan usia
f. Kalkulator

2. Teknis Pemeriksaan
a. Jelaskan kepada orang tua/wali anak mengenai jenis dan
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Ukur panjang/tinggi badan anak dengan menggunakan
infantometer atau stadiometer sesuai usia
c. Ukur berat badan anak dengan menggunakan baby scale atau
timbangan digital sesuai dengan usia.

3. Apabila melakukan Pengukuran Tinggi Badan/Panjang Badan


1) Persiapan
a. Tunjukkan papan pengukur Panjang badan (infantometer)
kepada orangtua dan jelaskan alat tersebut akan dijelaskan
b. Minta orang tua untuk melepaskan sepatu dan hiasan kepala
anak yang dapat mengganggu pengukuran
c. Pastikan permukaan papan pengukuran bersih sebelum
meletakkan bayi/anak
d. Ukur Panjang badan anak dibawah usia dua tahun dengan
berbaring. Jika anak usia dibawah 2 tahun diukur denga
berdiri maka perlu ditambahkan 0.7 cm.anak berusia diatas
dua tahun dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan , diukur
beridiri, jika usia tersebut diukur dengan cara terlentang maka
perlu dikurangi 0.7 cm untuk mengkorvensi menjadi tinggi
badan.
2) Pemilihan dan cara menggunakan alat
A. Infantometer
a. Letakkan papan pengukuran secara horizontal pada
permukaan yang keras dan rata. Pastikan papan
pengukuran stabil
b. Jika papan pengukur berada ditanah/lantai pemeriksa
berlutut di sisi kanan bawah. Minta asisten/ orangtua
untuk berlutut pada bagian alas kepala
c. Minta asisten untuk meletakkan anak dengan lembut ke
papan dan menopang bagian belakang kepala anak
dengan tangan.
d. Letakkan kepala anak pada alas kepala sehingga anak
melihat lurus ke atas
e. Bahu anak harus menyentuh papan dan tulang belakang
tidak boleh melengkung.
f. Jika anak bergerak, asisten/orang tua harus memberi
tahu pemeriksa dan menyesuaikan Kembali posisi
anak.
g. Pastikan anak berbaring rata di tengah papan dan
letakkan lutut dan kaki anak pada posisi yang benar.
h. Letakkan tangan kiri pemeriksa diatas lutut anak dan
tekan ke bawah dengan lembut untuk meluruskan
kaki.
i. Periksa Kembali posisi anak. Jika posisi anak sdh
benar, gerakkan alas kaki ke tumit anak. Pastikan
telapak kaki rata dengan jari kaki mengarah ke atas.
j. Bacakan Panjang badan sampai 0.1 cm terdekat.
k. Angkat anak dari papan dan kembalikan ke orang tua.
l. Periksa Kembali Panjang badan yang dikukur atau
diplot agar lebih akurat.
B. Mengukur tinggi badan menggunakan stadiometer
a. Tempatkan papan pengukuran secara vertical pada
permukaann yang keras dan rata, pastikan papan stabil.
b. Minta anak berdiri ditengah papan pengukur dengan kaki
rata di lantai dan punggung menempel pada papan.
c. Tentukan apakah tumit anak harus menjauhi bagian
belakang papan pengukuran dengan membuat garis
khayal dari ujung bahu ke tumit.
d. Angkat dagu anak sehingga mata melihat lurus ke depan.
e. Terdapat tiga posisi lutut dan kaki anak yang benar
f. Dengan batuan asisten/ orang tua, pastikan lengan anak
menggantung di sisi tubuh dengan posisi bahu rata dan
bokong anak menyentuh bagian belakang papan.
g. Periksa Kembali posisi anak. Minta asisten terlatih untuk
menggeser alas kepala ke bawah hingga menyentuh
ubun-ubun kepala anak. Jika asisten tidak ada,
pemeriksa sendiri yang menggeser alas kepala
h. Bacakan Tinggi badan sampai 0.1 cm terdekat
i. Lepaskan alas kepala dan bantu anak turun dari papan
pemeriksaan.
j. Periksa Kembali tinggi badan yang diukur atau di plot
agar lebih akurat.
4. Apabila melakukan Pengukuran Berat Badan
1) Persiapan
a. Tunjukkan timbangan kepada orang tua/pengasuh dan
jelaskan bahwa alat tersebut yang akan digunakan.
b. Tempatkan timbangan pada permukaan keras dan rata.
Pastikan pencahayaan cukup untuk membaca tampilan
timbangan, namun jangan letakkan langsung di bawah panas
karena dapat merusak timbangan.
c. Minta bantuan orang tua/pengasuh untuk melepaskan kaus
kaki, sepatu, pakaian dan popok bayi dan anak sebelum
menimbang.
2) Pemilihan dan Cara Menggunakan Alat
A. Timbangan bayi digital
a. Nyalakan timbangan dengan menekan tombol START
(atau ikuti petunjuk). Tunggu hingga angka 0.000
muncul pada layar.
b. Letakkan bayi dengan lembut sampai punggung bayi
berada di tengah papan timbangan dengan bantuan
orangtua/pengasuh untuk membantu menenangkan bayi
jika mulai menangis/bergerak. Tetap dekat dengan bayi
dan pastikan bayi tidak terjatuh.
c. Baca berat bayi dengan keras yang terdapat pada
tampilan digital saat angka tidak lagi berubah dan saat
bayi diam.
d. Asisten terlatih mencatat dan melakukan plot BB bayi
yang terdekat dengan 10 gram.
e. Periksa kembali BB yang direkam atau diplot agar lebih
akurat.

B. Timbangan berdiri digital


a. Pastikan timbangan berada di skala nol. Metode yang
digunakan bisa berbeda tergantung jenis timbangan.
Beberapa timbangan dapat diubah ke nol dengan
menutupi panel surya selama satu detik. Ketika
tampilan 0.00 maka timbangan siap digunakan. Jenis
timbangan lain perlu diinjak terlebih dahulu.
b. Minta orangtua/pengasuh atau asisten terlatih untuk
membantu memposisikan anak di tengah timbangan
dan bantu menjaga anak agar tetap tenang.
c. Tunggu hingga BB ditampilkan dan sudah tidak
berubah pada tampilan.
d. Baca berat anak dengan keras hingga 10 gram terdekat
dan asisten terlatih mencatat dan melakukan plot BB
anak.
e. Bantu keluarkan anak dari timbangan dengan hati-hati
dan kembalikan ke orang tua/pengasuh.
f. Periksa kembali BB yang direkam atau diplot agar lebih
akurat.

5. Dokumentasi harus mencakup tanggal hasil pemeriksaan


6. Interprestasikan hasil yang didapatkan
7. Cara menggunakan grafik pertumbuhan WHO :
a. Tentukan umur dan panjang badan (anak dibawah 2 tahun)
tinggi badan (anak diatas 2 tahun)
b. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal/mendatar
pada kurva. Garis horisontal pada beberapa kurva
pertumbuhan WHO menggambarkan umur, panjang badan dan
tinggi badan
c. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada.
Garis vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
panjang badan dan umur
d. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada.
Garis vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
panjang badan dan umur
e. Hubungan angka pada garis horisontal dengan angka pada
garis vertikal hingga mendapat titik temu(pltted point).titik
temu ini merupakan gambaran perkembangan anak
berdasarkan kurva pertumbuhan WHO
8. Menginterpretasikan Kurva Pertumbuhan WHO
a. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
median atau rata-rata
b. Garis yang lain dinamakan garis Z-score. Pada kurva
pertumbuhan WHO garis ini diberi angka positif (123) atau
negatif ( -1 -2 -3 ) titik temu yang berada jauh dari garis
median menggambarkan panjang/berat badan, umur, dan IMT
c. Hubungan angka pada garis horisontal dengan angka pada
garis vertikal hingga mendapatkan titik temu.
d. Titik temu ini merupakan gambaran perkembangan anak
berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.
9. Cara meninterpretasikan kurva pertumbuhan WHO
1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
median, atau rata-rata
2. Garis yang lain dinamakan garis Z-srore.pada kurva
pertumbuhan WHO garis ini diberi angka positif (1,2,3) atau
negatif (-1-2-3). Titik temu yang berada jau dari garis median
menggambarkan masalah pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3
diartikan di bawah -2
4. Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan
di bawah 2 Untuk menginterprestasikan arti titik temu ini
pada kerva pertumbuhan WHO.

STUNTING ATAU WASTING

RSUD dr. Salim No. Dokumen No. Revisi Halaman


Alkatiri Namrole ………………………. - 3/3
Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini masih
tidak normal. Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab
perawakan tinggi
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan
tapi lebih baik jika diukur menggunakan berat badan terhadap
panjang/tinggi atau IMT terhadap umur
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi
lebih.jika makin mengarah ke garis Z-score 2 risiko gizi lebih makin
meningkat. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau
sangat pendek memiliki gizi lebih.

INDIKATOOR PERUBAHAN
PROSEDUR Panjang/tinggi Berat Berat IMT
Z.Score terhadap terhadap terhadap terhadap
umur umur panjang/tinggi umur
Diatas 3 Lihat catatan Obesitas Obesitas
1
Diatas 2 Overweight Overweight
(gizi lebih) (gizi lebih)
Diatas 1 Beresiko gizi Beresiko
lebih gizi lebih
(lihat catatan (lihat
3) catatan 3)
0
(median)
Di bawah
-1
Di bawah Perawakan Gizi Kurus Kurus
-2 pendek kurang
Di bawah Perawakan Gizi Sangat kurus Sangat
-3 sangat buruk kurus
pendek/kerdil (lihat
catatan 5)

1. Unit Gizi
2. Unit Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Rawat Inap
RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERESIKO BURUK

RSUD dr Salim No. Dokumen No. Revisi Halaman


Alkatiri Namrole ………………… - 1/4

Ditetapkan,
Direktur RSUD Dr. Salim Alkatiri Namrole
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
…………………..
OPERASIONAL
………………………………….
……………………….
Suatu system penyelengaraan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggungjawab yang timbal balik terhadap satu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit
PENGERTIAN
yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara vertical maupun horizontal dalam arti uni-unit yang setingkat
kemampuannya.
Meningkatkan mutu, cakupan dan efesiansi pelayanan kesehatan
TUJUAN
terpadu
Nomor : …………………….. tentang Pedoman Pelayanan Gizi RSUD dr.
KEBIJAKAN
Salim Alkatiri Namrole.
1. Pasien yang direncanakan akan dirujuk maka berkas rujukan harus
dilengkapi sebaik mungkin. Berkas rujukan antara lain surat
PROSEDUR rujukan,persutujuan rujukan, dan hasil pemeriksaan penunjang
pasien
2. Rumah sakit menghubungi rumah sakit rujukan untuk memastikan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien apakah tersedia
pada rumah sakit yng dituju.
3. Jika rumah sakit rujukan tidak memiliki fasilitas pelayanan medis
yang dibutuhkan, maka rumah sakit rumah sakit menghubungi
rumah sakit lain yang menyediakan fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan pasien
4. Kriteria pasien yang dirujuk keluar rumah sakit yaitu :
a. Fasilitas yang diperlukan pasien tidak tersedia di rimah sakit
b. Unit perawatan yang dituju tidak tersedia (penuh)
c. SDM yang diperlukan tidak ada di rumah sakit
d. Atas permintaan pasien atau keluarga pasien sesuai dengan
hak perawatan (kelas perawatan) dengan memenuhi aturan
dan ketentuan yang berlaku
e. Dokter penangung jawab pelayanan (DPJP) yang merawat
pasien menghubungi rumah sakit rujukan
5. Jika rujukan yang dituju bersedia dan mampu memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai kebutuhannya maka
DPJP membut surat rujukan
6. Surat rujukan berisikan indentitas pasien secara lengkap dan
dilengkapi dengan hasil pemeriksaan penunjang dan obat-obatan
pasien yang digunakan. DPJP selanjutnya memberikan penjelasan
kepada pasien dan atau keluarga pasien terkait proses rujukan dan
alasan mengapa dirujuk.
7. Surat rujukan diberikan kepada petugas yang merujuk pasien
8. Alat kesehatan yang dibutuhkan pasien disiapkan petugas rujuk di
dalam ambulns
9. Selama proses rujukan kondisi pasien diawasi oleh tenaga kesehatan
dengan mengisi lembar observasi pasien.

RUJUKAN BALITA GIZI BURUK


ATAU YANG BERESIKO BURUK

RSUD dr. Salim No. Dokumen No. Revisi Halaman


Alkatiri Namrole ………………. - 3/4

1. Unit Gizi
UNIT TERKAIT 2. Unit Gawat Darurat
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Rawat Inap
RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERESIKO BURUK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD dr. Salim ……………………… - 1/4
Alkatiri Namrole

Ditetapkan,
Direktur RSUD dr. Salim Alkatiri Namrole
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
………………………
OPERASIONAL
…………………………………..
………………………….
Serangkaian kegiatan pelaporan dan rujuk balik pasien anak stunting
PENGERTIAN dan wasting dan ibu hamil KEK di RSUD dr. Salim Alkatiri Namrole
kepada FKTP
Sebagai acuan tata cara melaksanakan proses rujuk balik pasien anak
stunting dan wasting dan ibu hamil KEK untuk mendapatkan intervensi
TUJUAN lanjutan di FKTP

Nomor : ……………………. tentang Pedoman Pelayanan Gizi RSUD dr.


KEBIJAKAN Salim Alkatiri Namrole.

PROSEDUR 1. Kofirmasi identitas pasien dan FKTP sesuai domisili pasien yang
melayani tatalaksana dan pencegahan stunting dan wasting
2. Isilah surat rujuk balik pasien stunting dan wasting yang terdapat
di poli anak.
3. Dokter spesialis anak dapat menuliskan pada surat rujuk balik
yang berisikan:
a) Nama pasien
b) Usia pasien
c) Diagnosa utama pasien
d) Status gizi pasien
e) Intervensi yang telah diberikan di rumah sakit
F) Intervensi yang perlu dilanjutkan di FKTP domisili

1. Unit Gizi
UNIT TERKAIT 2. Unit Gawat Darurat
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Rawat Inap

RUJUKAN BALITA GIZI BURUK


ATAU YANG BERESIKO BURUK

RSUD dr. Salim No. Dokumen No. Revisi Halaman


Alkatiri Namrole ……………………… - 1/4

Ditetapkan,
Direktur RSUD dr. Salim Alkatiri Namrole
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
………………………
OPERASIONAL
…………………………………..
………………………….
Sistem rujukan untuk stunting dan wasting adalah sistem dalam
pelayaanan pelayaanan gizi rumah sakit yang memberikan memberikan
PENGERTIAN
pelimpahan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan
risiko pendek dan gizi kurang (kurus).
1. Sebagai pedoman pelaksanaan rujukan pasien berpotensi stunting
dan wasting di RS Julian berpotensi stunting dan wasting di RS
Juliana
TUJUAN
2. Tujuan pelaksanaan rujukan pasien berpotensi stunting dan wasting
yaitu pasien akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan tenaga
kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien.
Nomor : ……………………. tentang Pedoman Pelayanan Gizi RSUD dr.
KEBIJAKAN Salim Alkatiri Namrole.

PROSEDUR 1. Kasus gizi buruk ditemukan melalui penemuan kasus aktif dan pasif
2. Penemuan kasus aktif melalui laporan masyarakat, Penemuan kasus
pasif melalui pelayanan posyandu saat pengukuran BB,TB/PB dan LILA
3. Apabila dokter umum di Puskesmas menemukan kasus bayi < 6 bulan
dengan gizi buruk dan Balita 6 bulan – 59 bulan dengan BB < 4 kg
lakukan rujukan ke Rumah Sakit
4. Balita gizi Balita gizi buruk usia 6 bulan - 59 bulan dengan komplikasi
medis lakukan rawat inap di fasilitas di rumah sakit
5. Balita gizi buruk usia 6 bulan– 59 bulan tanpa komplikasi Medis maka di
lakukan layanan rawat jalan di fasilitas kesehatan primer/Puskesmas
Alur Tatalaksana Stunting di Rumah sakit
1. Pasien yang di rujuk dari Puskesmas datang ke Rumah sakit dilakukan
konfirmasi status gizi pasien pasien oleh dokter spesialis anak dengan
menggunakan menggunakan table z-skor dari WHO.
2. Diagnosis stunting
bila: TB/U < -2 SD
Usia PB< usia BB< usia kronologis
Tidak ada dismorfik dan diproporsional
3. Dilakukan anamnesis, dan pemeriksaa fisik lengkap. Pemeriksaan
penunjang dilakukan sesuai indikasi.
4. Setelah diagnosis tegak, dilakukan tatalaksana stunting, berupa :
Konseling diet:
a. Promosi konsumsi protein hewani dan nutrisi tipe 2 lainnya
b. Promosi konsumsi protein hewani dan nutrisi tipe 2 lainnya
Nutritional therapy:
c. Pemberian Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus Keperluan
Gizi Khusus (PKGK) & Pangan Olahan Untuk Kondisi Medis Khusus
(PKMK)
Terapi medis sesuai penyakit yang mendasari
5. Bila pasien tanpa komplikasi dapat di rawat jalan, namun bila pasien
dengan komplikasi medis harus dirawat inap.
6. Monitoring BB, PB atau TB, LILA berkala serta monitoring toleransi
asupan nutrisi.
7. Pasien dapat dirujuk balik ke fasyankes bila sudah dinyatakan sembuh.
Alur rujukan wastings
1. Pasien yang datang ke poliklinik/IGD dilakukan konfirmasi status gizi
pasien oleh dokter spesialis anak atau dokter umum di IGD dengan
menggunakan table z-skor dari WHO.
2. Diagnosis Gizi buruk
Berdasarkan usia, gizi buruk ditegakkan dengan:
a. Usia kurang dari 6 bulan dengan berat badan menurut panjang
badan (BB/PB) <- 3 SD, atau edema bilateral yang bersifat pitting
(tidak kembali setelah ditekan)
b. Usia 6-59 bulan dengan BB/PB atau berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) <-3 SD atau lingkar lengan atas (LiLA) < 11,5 cm, atau
edema bilateral yang bersifat pitting
Berdasarkan komplikasi yang ada, gizi buruk dikategorikan sebagai:
a. Gizi buruk tanpa komplikasi, yang ditandai oleh LiLA < 11,5 cm untuk
balita berusia 6-59 bulan, atau BB/PB atau BB/TB < -3 SD dan atau
edema bilateral dengan derajat +1 atau +2,
b. Gizi buruk dengan komplikasi, yang ditandai oleh hal tersebut di atas
dan adanya atas dan adanya satu atau lebih komplikasi berikut, satu
atau lebih komplikasi berikut, yaitu sama yaitu sama dengan tanda
bahaya pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): anoreksia,
muntah terus-menerus, dehidrasi berat, letargi atau penurunan
kesadaran, demam tinggi atau hipotermia, sulit bernafas atau
bernafas cepat (termasuk pneumonia berat), anemia berat, edema
derajat +3, dan lesi kulit parah.
3. Tatalaksana
Tatalaksana rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan indikasi
(lampiran 2)
4. Monitoring BB, TB, LILA berkala
5. Pasien dapat dirujuk kembali ke fasyankes bila dinyatakan sembuh

1. Unit Gizi
UNIT TERKAIT 2 .Unit Gawat Darurat
3. Unit Rawat Jalan
4 .Unit Rawat Inap

Anda mungkin juga menyukai