Anda di halaman 1dari 12

DUALISME JABATAN FUNGSIONAL

APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH


INSPEKTORAT KABUPATEN LOMBOK BARAT

Pendahuluan

Salah satu tujuan Negara Indonesia sebagaimana termaktub dalam Undang – undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 (yang selanjutnya disebut UUDNRI Tahun
1945) yakni dalam alinea Keempat pembukaan UUDNRI Tahun 1945, disebutkan dengan jelas
bahwa salah satu tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia yang tentunya berkonsekwensi hukum mengikat Negara untuk melaksanakan
tujuan tersebut melalui penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN (Korupsi,
Kolusi, Nepotisme), karena suatu pemerintahan yang demokratis tidak pernah menginginkan
adanya aparatur yang tidak bersih.1
Atas perintah hukum dasar inilah penyelenggaraanNegara perlu dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar - besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam
kebijakan politik hukum negara melalui penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan / atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka perlu dilakukan
suatu tindakan preventif atau pencegahan berupa pengendalian dan / atau pengawasan terhadap
aparatur dan / atau penyelenggara negara, baik dilakukan secara internal maupun eksternal.
Secara umum yang dimaksud dengan pengawasan adalah segala kegiatan dan tindakan untuk
menjamin penyelenggaraan suatu kegiatan yang tidak menyimpang dari tujuan serta rencana
yang telah digariskan.2, terutama dalam organisasi pemerintahan, fungsi pengawasan sangat
penting karena pengawasan itu adalah suatu usaha untuk menjamin adanya keserasian antara
penyelenggaraan tugas pemerintahan oleh daerah dan pemerintah pusat, serta untuk menjamin
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna, 3 Secara umum
pengawasan terbagi atas 2 bentuk pengawasan diantaranya :

1
Sondang P. Siagian, 2001, Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi dan Strateginya), PT. Bumi Aksara,
Jakarta, h. 161
2
Serial Online Pengawasan on mei -07-2009, Cited on November -09-2019 avilable from URL :
http://perpusunpas.wordpress.com/2009/05/07/pengawasan/
3
Siswanto Sunarno, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal.109
1. Pengawasan internal
Pengawasan Internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di
dalam lingkungan Unit Organisasi yang bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat
dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in
control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh Inspektorat Jenderal pada setiap
Kementerian dan Inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia,4.
2. Pengawasan Ekternal
Pengawasan eksternal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada
di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), yang merupakan Lembaga Tinggi Negara yang terlepas dari pengaruh
kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan
pemeriksaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara
keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses
harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai
secara obyektif aktivitas pemerintahvidePasal 23 E – G UUDNRI 1945 Juncto Undang –
Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan5.
Dalam Tulisan ini akan memfokuskan kajian pada pengawasan Internal, Presiden Republik
Indonesia selaku pemegang kekuasaan tertinggi Negara Vide pasal 4 ayat (1) UUDNRI Tahun
1945 “ memiliki kewenangan menerbitkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan (mendrive)
suatu Undang – undang ”Juncto Pasal 5 Ayat (2) UUNDNRI Tahun 1945, sejak 28 agustus
Tahun 2008 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 60 tahun
2008Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagai payung hukum dalam
melakukan Pengawasan Internal Pemerintah dengan membentuk Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
vide pasal 1 Ayat (2) Juncto Pasal 2 Ayat 1 Peraturan aquo.
Keberadaan APIP saat ini adalah sebagai salah satu komponen dan / atau pilar pengawal
jalannya pemerintahan bersama unsur lainnya, yang lahir dari kebutuhan akan penyelengaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN sebagaimana tertuang secara ekplisit dalam
UUDNRI Tahun 1945. Pembentukan Aparat Pengawasan Internal dilakukan sebagai bentuk

4
Serial Online Pegawasan, con 13 jan-2013 , Cited 0n 17 November 2019 Available From URL : 7http://itjen-
depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html,
5
Ibid
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang SPIP bagi penyelenggara
Negara, keberadaan Aparat Pengawas Internal pertama kali secara resmi dimulai tahun 2008,
melihat rumpun jabatan APIP Ini dari sisi tugas pokok dan fungsinya maka dapat dikategorikan
termasuk kedalam rumpun Jabatan Fungsional tersendiri yakni Jabatan Fungsional Auditor,
untuk dapat mengetahui gambaran tentang Aparat Pengawas Internal Pemerintah dalam
ketatenegaraan Indonesia, maka dalam kesempatan ini perlu kiranya penulis sedikit mengulas
eksistensi gambaran umum APIP dalam penyelenggaraan negara di indonesia diantaranya
sebagai berikut:
1. Aparat Pengawas Internal Pemerintah atau disingkat APIP adalah instansi pemerintah yang
dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (audit intern) di lingkungan
pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari :
1) BPKP
2) Inspektorat Jenderal pada lingkup kementrian maupuan Lembaga Pemerintah Non
Kementrian (BIN, Basasrnas dsb)
3) Inspektorat Propinsi dan Inspektorat Kabupaten / Kota pada Jajaran Organisasi Perangkat
Daerah pada Pemerintah Daerah baik level Provinsi, Kabupaten/ Kota, Vide Pasal 1
angka 4 sampai dengan Angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008;
2. Perjalanan APIP dalam Ketatanegaraan indonesia sebagai berikut :
1) BPKP
Berbicara lebih lanjut mengenai organ BPKP sebagai salah satu unsur APIP pada lingkup
Pemerintah Pusat Vide Pasal 26 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 19 tahun 1996 juncto pasal 56 Uundang – undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara, memberikan kewenangan atributif untuk bertindak selaku Pembina
Jabatan Fungsional Auditor (bentuk Jabatan bagi aparat Pengawas internal pemerintah
(APIP) ) baik ditingkat pusat maupun daerah.
BPKP sendiri dalam sejarah keberadaannya tidak lepas dari berdirinya organisasi
Djawatan Akuntan Negara (DAN) atau Regering Accountantsdienst pada tahun 1936 yang
secara struktural berada di bawah Thesauri Jenderal pada Departemen Keuangan, Pada
tahun 1966, tugas Djawatan ini digantikan oleh Direktorat Djendral Pengawasan
Keuangan Negara (DDPKN) yang levelnya dinaikkan menjadi unit eselon I di bawah
Departemen Keuangan. DJPKN pada waktu itu memiliki tugas fungsi membantu Menteri
Keuangan dalam melakukan pengawasan keuangan negara. Seiring berjalannya waktu,
terjadi perubahan konsep organisasi pengawasan. Tepatnya pada tahun 1983, DJPKN
dipisahkan dari Departemen Keuangan menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen
berdasarkan Kep.pres Nomor 31 Tahun 1983. Lembaga baru itu bernama Badan
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan atau disingkat BPKP, 6
2) APIP pada jajaran Kementrian
Sejarah cikal bakal embrio Aparat Pengawas Internal Pemerintah pada Lingkup
Kementrian sebenarnya juga telah lama ada yakni yaitu pada tahun 1966, dengan payung
hukum adalah Keputusan Presidium Kabinet No. 15 / U / KEP / 8 /1966 tentang
Kedudukan, Tugas pokok, Wewenang dan Tata kerdja Sekretariat Djenderal, Direktorat
Djenderal dan Inspektorat Djenderal pada Departemen – Departemen dalam jajaran
Kementrian yang berada pada kabinet Ampera, kebijakan ini dapat terlihat hingga saat ini
dalam struktur kementrian di Indonesia, selalu terdapat jabatan struktural Eselon Satu
Inspektur Jenderal disingkat IRJEND7;
3) APIP pada jajaran Pemerintah Daerah
Dalam sejarah Pemerintahan Daerah embrio fungsi APIP sebenarnya juga telah lama ada,
sejak tahun 1975 dengan Nomenklatur Pertama adalah Inspektorat wilayah Provinsi
dimana Organ Derah Ini terdapat juga Pada Daerah Tingkat II (DATI II) saat ini disebut
Pemerintah Daerah Kabupaten/ kota, dimana Organ tersebut secara taktis berada dibawah
kendali Gubernur namun secara administratif berada dibawah Menteri Dalam Negeri,
perubahan arah politik hukum negara mempengaruhi kedudukan dan Nomenklatur
lembaga APIP ini, hal ini terlihat dengan diundangkannya Undang – undang Nomor 22
Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, dimana sejak Tahun 2001 organisasi APIP
provinsi diatur dengan peraturan daerah dan diubah nomenklaturnya menjadi Badan
Pengawas Daerah dengan kedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah melalui Sekretaris Daerah, perkembangan politik hukum negara dalam
Pemerintahan terus berlangsung sesuai perkembangan situasi, maka sejak Tahun 2007

6
Serial Online Gambaran Tentang APIP July 04 2016 cited on March 17 2020 availble From URL :
https://www.klikharso.com/2016/04/gambaran-tentang-apip.html

7
Ibid
Nomenklatur Organ APIP ini berubah kembali Menjadi Inspektorat Provinsi dan
Inspektorat Kabupaten / Kota.8
Berdasarkan Uraian diatas dapatlah penulis simpulkan bahwasannya Embrio Organ APIP
telah lama ada dalam Ketatanegaraan Indonesia baik pada level Pusat dan Daerah yang
memiliki Fungsi Kontrol dan / atau Pengendalian internal dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah.

Seperti telah penulis singgung sebelumnya bahwa keberadaan Aparat Pengawas Internal
Pemerintah tidak lepas dari dinamika politik hukum negara yang tentunya mengikuti tujuan
negara sebagaimana tertuang dalam UUDNRI Tahun 1945, hal ini terlihat pula dalam perjalanan
APIP dalam tata kelola lembaga negara di Indonesia, sedikit mengulas kembali perjalanan APIP
yang diimplementasikan kedalam jabatan Fungsional auditor bagi Aparatur Negara yang bekerja
dalam bidnag Pengawasan Internal, dimana jabatan tersebut dalam praktiknya untuk pertama kali
dilaksanakan pada tahun 1983 oleh institusi BPKP kemudian lebih lanjut diatur khusus sejak
tahun 1996 melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 1996
dengan tujuan untuk menjamin pembinaan profesi dan karier, kepangkatan dan jabatan bagi
PNS yang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah dalam rangka mendukung
peningkatan kinerja instansi pemerintah, Penerapan JFA mulai merambah ke instansi
pengawasan lain seperti di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen/LPND (lembaga
Pemerintah Non Departemen) pada tahun 2000 dan selanjutnya pada tahun 2003 mulai muncul
di lingkungan Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) hingga saat ini9.

Dengan adanya perwujudan lembaga APIP kedalam Jabatan Fungsional Auditor tersebut
diharapkan akan tercipta profesionalisme di bidang pengawasan, praktis dengan berlakunya
kebijakan tersebut maka sejak tahun 2003 Aparat Pengawas Internal Pemerintah selaku
pengawas organ internal pemerintah dilakukan oleh Jabatan Fungsional Auditor, seiring arah
dinamika politik hukum negara yang terus berubah pasca Reformasi, maka perubahan Undang-
undang Pemerintahan Daerah terus berubah sesuai perkembangan, dimana sebelumnya berlaku
Undang – undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, yang dianggap sudah
tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanageraan serta tata kelola otonomi maka

8
Ibid
9
Serial online Sejarah Jabatan fungsional Auditor july-27- 2019 cited on june -05-2020, Available From URL:
https://id.wikipedia.org/wiki/Fungsional_Auditor
dilakukan perubahan dengan lahirnya Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah, dimana dalam salah satu materi muatan pada batang tubuh yakni pada
pasal 218 yang berisi perintah untuk “dilakukan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah meliputi pengawasan atas urusan pemerintah, peraturan daerah serta peraturan kepala
daerah dilakukan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah”, maka sejak 25 September
Tahun 2009 atas perintah norma tersebut dilakukan Pengaturan kembali kedalam Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi dan Birokrasi Nomor 15 Tahun 2009
Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan UrusanPemerintahan Di Daerah. 10
praktis sejak 2009 Pengawasan internal pada lingkup Pemerintahan Daeah dilakukan oleh 2
jabatan Pengawas Internal Aparat Pengawas Internal Pemerintah.

Inspektorat kabupaten Lombok Barat sendiri sebagai salah satu Organisasi Pemerintahan
Daerah serta sebagai salah satu Instansi APIP dilingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok
Barat dalam praktiknya memiliki 2 bentuk Jabatan Aparatur Pengawas Internal hal ini terlihat
dari komposisi Jabatan Fungsional pada Inspektorat Kabupaten Lombok Barat dimana hingga
saat ini memiliki Komposisi jabatan fungsional aparatur sebagai berikut :

1. Jabatan Fungsional Auditor sebanyak 24 Orang;


2. Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan UrusanPemerintahan Di Daerah sebanyak 10
Orang.
Melihat dinamika terhadap dualisme jabatan dalam tubuh APIP ini pada pengawasan
Interternal lingkup Pemerintahan Daerah Kabupaten ombok Barat, merupakan suatu hal menarik
bagi penulis untuk menganalisis secara yuridis formal bentuk implementasi serta akibat hukum
yang timbul dari 2 bentuk jabatan APIP ini dalam pelaksanaannya, dari uraian latar belakang
diatas persoalan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah; Bagaimanakah Kewenangan dari
ke 2 (dua) bentuk jabatan Fungsional APIP dalam melakukan Pengawasan pada lingkup
Pemerintahan Daerah Kabupaten Lombok Barat serta Apakah Akibat Hukum yang timbul dari
pelaksanaan Pengawasan Oleh Kedua Bentuk Jabatan APIP tersebut?

10
Serial online Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Di Daerah (Jfp2upd) Dan
Jabatan Fungsional Auditor (JFA) April -20-2020 Cited on June -05-2020 Available From URL:
https://adoc.tips/jabatan-fungsional-pengawas-penyelenggaraan-urusan-pemerinta.html
Penelitian ini merupakan penilitian Hukum empiris yang memadukan antara bahan dari
buku-buku dan Peraturan Perundang-Undangan. Selain itu juga dalam penelitian ini penulis
melakukan wawancara langsung ke pihak yang bersangkutan untuk melengkapi data dalam
penelitian terhadap bentuk Impelentasi penerapan dari Jabatan Fungsional Pengawas
Penyelenggaraan UrusanPemerintahan Di Daerah (JFP2UPD) dan Jabatan Fungsional Auditor
pada Inspektorat Kabupaten Lombok Barat.
Pembahasan
Pengaturan Hukum Pengawasan Terhadap Organ Pemerintah
Sebagaimana diketahui Indonesia merupakan negara hukum Vide Pasal 1 ayat (3)
UUDNRI Tahun 1945, yang berkonskwensi logis secara hukum dimana segala perbuatan dan /
atau tindakan rakyat, penduduk termasuk negara dalam hal ini penguasa dan / atau pemerintah
haruslah berdasarkan hukum, mengingat tugas pemerintah sangatlah berat untuk
mensejahterakan rakyatnya, pemerintah harus berperan aktif menggerakkan organ – organ
pemerintah baik ditingkat pusat dan daerah sebagai penyelenggara kepentingan umum ( Servis
Publik) maka mutlak pemerintah harus memiliki kekuasaan (autority) dalam menjalankan
perbuatannya tersebut atau disebut freis emersen, kekuasaan betindak tersebut tidak menutup
kemungkinan terjadinya dan atau / berpotensi menimbulkan perbuatan penyalahgunaan
kekuasaan oleh penguasa (deteournement de pouvoir), untuk menghidari hal tersebut maka
dibutuhkanlah sebuah pranata hukum yakni pengaturan terhadap kebijakan pemerintah dalam
melakukan perbuatan hukumnya dalam bentuk pengawasan terhadap organ pemerintahan,
Secara general konstruksi hukum terhadap pengawasan terhadap penyelenggaraan negara
oleh pemerintah indonesia diatur kedalam sejumlah Peraturan Perundang undangan diantaranya
sebagai berikut :
1. UUDNRI Tahun 1945 dalam Peraturan aquo Pengawasan diatur dalam pasal 23,E (1, 2,3),
Pasal 27 (1) , (3) , Pasal 28, 28C, 28 d ayat 2 & 3 UUD 1945, Pasal 28E ayat (2) dan (3) dan
Pasal 28F, dari uraian konstruksi hukum dalam Hukum Dasar aquo dapatlah disimpulkan
sebuah konstruksi hukum terhadap pentingnya pengawasan terhadap penguasa dimana
pengawasan tersebut dapat dilakukan oleh partisipasi publik baik pengawasan oleh
masyarakat maupun lembaga negara, secara internal maupun eksternal terhadap pemerintah
yang menekankan sebuah esensi pentingnya sebuah pengawasan terhadap penyelenggara
negara demi terwujudnya pelaksanaan negara yang good goverment dan good governance;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XI/ Tahun 1998 dimana dalam Pasal 2
Peraturan aquo menentukan “ Untuk menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut,
penyelenggara negara harus jujur, adil, terbuka, dan terpercaya serta mampu
membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. ketentuan ini dapatlah
dimaknai transparansi, akuntable serta bersihnya penyelenggaraan negara dapat terwujud
dari sebuah kontrol melalui kebijakan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan;
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa konstruksi hukum terhadap pentingnya
pengawasan sebagaimana diatur dalam norma dasar beserta ketetapan MPR yang kemudian
diatur kembali kedalam sejumlah Peraturan Perundang – undangan seperti Undang – undag
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang – undang Nomor 2o tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang –
undag Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi vide Pasa 4l
yang mengisyaratkan peran serta masyarakat melakukan Pengawasan demi meningkatkan
efektivitas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
lebih lanjut dalam pembahasan ini pengawasan berdasarkan sifatnya dilakukan dalam 2
(dua) bentuk yakni Internal dan Eksternal di Indonesia sebagai berikut :
1. Pengawasan Internal
Adalah Pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan yang secara organisatoris atau
struktural merupakan bagian dari pemerintah , berikut kosntruksi hukum atas pengawasan
11

internal yag dilakukan oleh APIP dalam sejumlah Peraturan Perundang –Undangan dan
Yurisprudensi Diantaranya sebagai berikut :
1) Pasal 4 Ayat 1 UUDNRI 1945 merupakan payung hukum Presiden selaku “Pemegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-undang dasar”, untuk melakukan kontrol
terhadap lembaga dan / atau organ negara untuk mewujudkan negara yang bersih bebas
kkn yang kemudian melahirkan pengaturan kemabali kedalam sebuah Perauran
pemerintah diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah.
2) Undang – undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara pada pasal 58
ayat (1) menentukan “ dalam rangka peningkatan, kinerja , tranparansi serta
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara presiden mengadakan penyelenggaraan sistem

11
S.F. Marbun, Hukum Admnistrasi Negara,2013,FH UII Press, Yogyakarta, Hal : 3
pengendalian internal pemerintah secara menyeluruh” kemudian lebih lanjut pada ayat
(2) diatur kembali ketentuan “ Sistem Pengendalian internal ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah” Perintah norma ini mendelegasikan kewenangan kepada presiden untuk
mengatur kembali kedalam sebuah regulasi yang pada praktiknya melahirkan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah;
3) Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 Tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan Negara, meskipun Undang – undang aquo merupakan salah satu dasar
hukum dari pemeriksaaan eksternal yang dilakukan Badan Pemeriksaan Keuangan
namun dalam materi muatan dalam pasal 9 Undang – undang aquo menentukan “Dalam
menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK
dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah”, hal ini
dapatlah dimaknai bahwa Undang – undang ini mengakui adanya institusi APIP
dimaksud;
4) Pengaturan hukum Pengawasan Internal dalam lingkup Pemerintah Daerah dalam
Undang – undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sedikitnya dapat
ditemukan dalam 5 Pasal diantaranya sebagai berikut :
I. Pada BAB VIII Tentang Perangkat Daerah Pasal 209 ayat 1 Huruf c dan ayat 2 huruf
secara singkat dapat disimpulkan materi muatan yang berisi pengaturan hukum akan
kedudukan hukum Inspektorat Provinsi maupun Inspektorat Kabupaten / Kota
merupakan Bagian tak terpisahkan dari Organ Perangkat Daerah pada Pemerintah
Daerah baik pada level Provinsi maupun Kabupaten / Kota ;
II. Kemudian dalam BAB yang sama pada Paragraf lima mengenai Inspektorat yakni
pada Pasal 216 ditemukan juga Materi Muatan Pengaturan Hukum yang mempertegas
kedudukan Hukum Inspektorat Daerah selaku APIP adalah perangkat daerah yang
dipimpin oleh seorang Inspektur bertugas membantu Kepala Daerah dalam hal
membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah, dimana dalam
Pelaksanaan Fungsinya dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah melalui sekretaris Daerah;
III. Selanjutnya pada BAB XIX mengenai Pembinaan dan Pengawasan yakni dalam
paragraf lima mengenai Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi
pada Pasal 377 ayat (3) menentukan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dilaksanakan oleh Aparat Pengawas InternalPemerintah sesuai dengan
fungsi dan kewenangannya;
IV. Kemudian dalam BAB yang sama yakni pada Paragraf 6 Pasal 378 ayat (2) terkait
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten/Kota, Menentukan “ Dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat dibantu oleh perangkat gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat;
V. Selanjutnya Terakhir masih dalam BAB dan Paragraf yang sama yakni pada Pasal 379
ayat ( 1 dan 2) Juncto Pasal 380 ayat ( 1 dan 2)Bagian KeduaPembinaan dan
Pengawasan Kepala DaerahTerhadap Perangkat Daerah menentukan “ Kepala Daerah
Provinsi, Kabupaten / Kota berkewajiban melkaukan Pembinaan dan Pengawasan
terhap perangkat daerahnya dibantu Inspektorat.
5) Yurisprudensi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : Nomor : 31/PUU-X/2012 tanggal
23 Oktober 2012, dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terhadap Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh Nama : Ir. Eddie Widiono
Suwondho, M.Sc mantan Dirut PN, dimana dalam perkara aquo Pemohon
mempermasalahkan kebasahan dari Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menggunakan
tenaga BPKP yang notabenenya selaku APIP untuk memeriksa dan atau mengaudit
keuangan PT PLN dalam menangani perkara korupsi Kontrak Pengadaan Roll Out
Customer Information System – Rencana Induk Sistem Informasi (CIS-RISI) pada
PT.PLN (Pesero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang,

6) Pengaturan hukum terhadap Pengawasan Internal dalam Undang – undang Nomor 30


Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan dapat ditemui pada Bab V kewenangan
Pemerintahan yakni pada Bagian ke tujuh pada Larangan Penyalahgunaan Wewenang
pada pasal 20 yang berisi 6 ayat yang mengatur secara hukum kewenangan APIP
diantarnya sebagai berikut:
I. Pasal 20 ayat (1) mengatur ketentuan “ Pengawasan terhadap larangan
penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18
dilakukan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah;
II. kemudian dalam ayat 2 kembali diatur ketentuan “ Hasil pengawasan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a.
tidak terdapat kesalahan, b. terdapat kesalahan administratif; atau c. terdapat
kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara”,
III. selanjutnya dalam ayat 3 diatur ketentuan “Jika hasil pengawasan Aparat Internal
Pemerintah berupa terdapat kesalahan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, dilakukan tindak lanjut dalam bentuk penyempurnaan administrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan “,
IV. kemudian lebih lanjut dalam ayat 4 diatur kembali ketentuan “ Jika hasil pengawasan
Aparat Internal Pemerintah berupa terdapat kesalahan administratif yang
menimbulkan kerugian keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c, dilakukan pengembalian kerugian keuangan negara paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja terhitung sejak diputuskan dan diterbitkannya hasil pengawasan “,
V.
2. Pengawasan Ekternal
Adalah Pengawasan Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar
unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan
manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan
aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu
terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi
demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara
obyektif aktivitas pemerintah.12

12
Serial online Pengertian, Fungsi dan Jenis-jenis Pengawasan (Controlling) on Friday, December-1 -2017 cited on
Monday, June -9-2020 Avilable From UR : https://www.pengadaan.web.id/2017/12/pengertian-fungsi-dan-jenis-
jenis-pengawasan.html

Anda mungkin juga menyukai