KORUPSI
Follow/ Subscribe
Kelas A dan D
Pertemuan V - VII
T. Effendi
Te Education Podcast Te Edu
Kualifikasi Tindak Pidana
Korupsi
Perbenturan Gratifikasi (1) Korupsi dengan Kerugian
kepentingan dalam Keuangan Negara
Pengadaan (2)
(1)
Perbuatan Curang
(6)
30 Kualifikasi TIPIKOR
Suap
Pemerasan (12)
(3)
Sumber: https://ekbis.sindonews.com/berita/1338362/33/tiga-kriteria-
sebuah-negara-disebut-krisis
Pandemi Covid19 termasuk
keadaan tertentu?
Korupsi Kerugian Keuangan Negara
Pasal 3
Setiap orang yang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).
Unsur Tindak Pidana dalam Pasal 3
Menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana/ prasarana Perbedaan utama dalam
Pasal 2 dan Pasal 3 adalah
Wewenang tersebut melekat karena perbuatan yang dilarang,
kedudukan/ jabatannya Pasal 2 memperkaya diri,
Pasal 3 menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan
Bertujuan untuk menguntungkan diri atau sarana.
Merugikan keuangan/ perekonomian negara
Makna Menyalahgunakan Kewenangan
Memiliki kewenangan tetapi menggunakan
kewenangannya lain dari kewenangan yang ada.
https://www.youtube.com/watch?v=5XroblkZaGY
Silahkan simak video pengayaan ini.
https://www.youtube.com/watch?v=0dXS3qTb8J0
Suap
Suap adalah bentuk dengan varian paling banyak dan
paling membingungkan dalam tindak pidana korupsi,
dan merupakan bentuk utama dari korupsi menurut
United Nations Convention Against Corruption (UNCAC
2003). Terdapat 12 bentuk suap dalam UU Tipikor
1999 jo 2001, yang sederhananya, seharusnya 12
bentuk tersebut adalah berpasang-pasangan, artinya 6
bentuk untuk pemberi suap dan 6 bentuk untuk
penerima suap. Namun, dalam pengaturannya tidak
demikian.
Pemberi Suap Penerima Suap
5 ayat (1) huruf a, Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai 5 ayat (2), Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima
negeri/ penyelenggara negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana yang
berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
kewajibannya;
5 ayat (1) huruf b, Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya.
Pasal 13, Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai Pasal 11, Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau pidana denda paling sedikit Rp.
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap 50.000.000 dan paling banyak Rp 250.000.000 pegawai negeri atau
melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena
150.000.000. kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau
yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut
ada hubungannya dengan jabatannya.
Pasal 12 huruf a, pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya;
Pasal 12 huruf b, pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan
Pemberi Suap Penerima Suap
Pasal 6 ayat (1) huruf a, Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim Pasal 6 ayat (2), Bagi hakim/ advokat yang menerima pemberian atau janji
dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana yang sama sebagaimana
kepadanya untuk diadili; dimaksud dalam ayat (1)
Pasal 12 huruf c, Hakim yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;
Pasal 6 ayat (1) huruf b Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pasal 12 huruf d, Seseorang yang menurut ketentuan undang-undang
seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundangan ditentukan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan,
menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang
dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili. akan diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili;
Subjek dan Objek Utama Tindak Pidana Suap
Pegawai Negeri
Dari 12 bentuk tersebut,
perbedaannya terletak pada
dua hal, yaitu subjek
Suap Penyelenggara Negara
penerimanya (Pegawai
Negeri, Penyelenggara
Negara, Hakim dan Advokat)
Hakim dan Advokat serta objeknya yaitu
sesuatu dan hadiah.
Sesuatu dan Hadiah
Pegawai Negeri
Menurut Pasal 1 UU Tipikor, Pegawai Negeri adalah:
1. Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam UU
Kepegawaian;
2. Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHPidana;
3. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan Negara
atau daerah;
4. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi
yang menerima bantuan dari keuangan Negara atau daerah;
atau
5. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
mempergunakan modal atau fasilitas dari Negara atau
masyarakat.
Penyelenggara Negara
Menurut Pasal 2 UU 28/ 1999, penyelenggara Negara meliputi:
1. Pejabat Negara pada lembaga tertinggi Negara;
2. Pejabat Negara pada lembaga tinggi Negara;
3. Menteri;
4. Gubernur;
5. Hakim;
6. Pejabat Negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku;
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya
dengan penyelenggara Negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku.
Hakim
Menurut Pasal 1 butir 8 KUHAP, hakim adalah pejabat peradilan
Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili. Sedangkan makna mengadili menurut Pasal 1 butir 9
KUHAP, adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima,
memeriksa dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas,
jujur dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan
menurut cara yang diatur di dalam KUHAP.
Advokat
Menurut penjelasan Pasal 12 huruf d UU Tipikor, yang dimaksud
advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum baik di
dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk syarat advokat dapat dilihat dalam UU 18 Tahun 2003
tentang Advokat.
Sesuatu dan Hadiah
Sesuatu adalah segala hal baik benda maupun bukan
benda, yang mempunyai nilai, harga, kegunaan yang
menyenangkan si penerima suap.
Makna “sesuatu” tidak terbatas pada kekayaan, atau
harta atau fasilitas yang lainnya, akan tetapi juga
tentang segala hal yang bersifat menyenangkan bagi si
penerima.
Hadiah adalah segala bentuk pemberian dengan
maksud dan tujuan tertentu.
Penggelapan dalam Jabatan
Di dalam UU Tipikor 2001 penggelapan dalam jabatan tidak lagi
merujuk ketentuan di dalam KUHPidana, akan tetapi langsung
menyebutkan kualifikasi sebagai tindak pidana di dalam UU
Tipikor. Terdapat 5 macam kualifikasi penggelapan dalam
jabatan.
No Bentuk Perbuatan Pasal
1 Menggelapkan/ membiarkan orang lain menggelapkan uang/ Pasal 8
surat berharga
2 Memalsu buku-buku/ daftar-daftar Pasal 9
3 Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI/ Kepolisian RI Pasal 7 ayat (1) huruf
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan Negara dalam c
keadaan perang
4 Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI/ Kepolisian RI Pasal 7 ayat (1) huruf
dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaiaman dimaksud dalam huruf c d
5 Bagi orang yang menerima penyerahan barang dan membiarkan perbuatan curang Pasal 7 ayat (2)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c
6 Pegawai Negeri/ Penyelenggara Negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah Pasal 12 huruf h
menggunakan tanah Negara yang ada di atasnya terdapat hak pakai seolah-olah sesuai
peraturan perundang-undangan
Perbenturan Kepentingan dalam
Pengadaan
Hanya terdapat satu kualifikasi bentuk tindak pidana korupsi
yang berkaitan dengan benturan kepentingan dalam
pengadaan, yaitu diatur di dalam Pasal 12 huruf i yang
menyatakan,
“Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
maupun tidak langsung, dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan atau persewaan yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan
untuk mengurus atau mengawasinya”.
Gratifikasi
Gratifikasi pada prinsipnya merupakan perluasan makna
terhadap makna sesuatu yang ada di dalam pasal tentang suap.
Gratifikasi tidak terbatas pada benda dan materi belaka,
gratifikasi dapat berupa voucher, diskon, pinjaman tanpa
bunga, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
gratis dan fasilitas lainnya.
Pasal 12 b ayat (1)
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap menerima suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Yang bernilai Rp. 10.000.000 atau lebih pembuktian
gratifikasi tersebut bukan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi;
b. Yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000 pembuktian
gratifikasi dilakukan oleh penuntut umum.
Korupsi di dalam UNCAC 2003
Indonesia meratifikasi UNCAC
berdasarkan UU Nomor 7 Tahun
2006 tentang Pengesahan UNCAC,
2003.
Harmonisasi Perundangan
Indonesia pasca Ratifikasi UNCAC
2003
Di dalam UNCAC 2003 terdapat 5 perbuatan yang termasuk
dalam mandatory offences, dan 7 perbuatan yang termasuk ke
dalam non mandatory offences. Berikut table harmonisasi
peraturan perundangan dengan UNCAC 2003.
N Status Bentuk Perbuatan Ketersediaan
o
1 Suap kepada pejabat public Ada
nasional
2 Suap kepada pejabat public asing Belum diatur
dan pejabat dari organisasi
internasional publik
3 Mandatory offences Penggelapan, penyalahgunaan, Ada
penyimpangan harta oleh pejabat
publik
4 Pencucian hasil kejahatan Ada
https://youtu.be/-UORaC6yC60
Keadilan tidak ada
hubungannya dengan apa
yang terjadi di ruang sidang,
keadilan adalah apa yang
keluar dari ruang sidang
Clarence Darrow
Te Education Podcast Te Edu